SPESIFIKASI UMUM BAB 1 PEKERJAAN TANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SPESIFIKASI UMUM BAB 1 PEKERJAAN TANAH"

Transkripsi

1 SPESIFIKASI UMUM BAB 1 PEKERJAAN TANAH 1.1 GALIAN. Uraian a. Pekerjaan ini terdiri dari penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukkan tanah atau batu ataupun bahan bahan lainnya dari jalan kendaraan dan sekitarnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan kontrak yang memuaskan. b. Pekerjaan ini biasanya diperlukan untuk pembuatan jalan air dan selokan selokan, Pembuatan parit atau pondasi pipa, gorong - gorong, saluran saluran atau bangunan bangunan lainnya, untuk pembuangan bahan bahan yang tidak cocokl dan tanah bagian atas untuk pekerjaan stabilisasi dan pembuangan tanah longsoran, untuk galian bahan konstruksi ataupun pembuangan bahan bahan buangan dan pada umumnya pembentukan kembali daerah jalan, sesuai dengan spesifikasi ini dan dalam pemenuhan yang sangat bertanggung jawab terhadap garis bata, kelandaian dan potongan melintang yang ditunjukkan pada Gambar rencana atau seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik. c. Terkecuali untuk tujuan pembayaran, persyaratan bab ini berlaku untuk semua pekerjaan galian yang dilaksanakan dalam hubungan dengan kontrak, termasuk pekerjaan pekerjaan yang berkaitan dalam Bab Bab lain, dan semua Galian diklasifikasikan dalam satu atau dua kategori. 2. Defenisi a. Galian batu terdiri dari penggalian batu batu besar dengan volume setengah meter kubik atau lebih besar atau bahan konglomerat padat yang keras yang dalam pendapat Direksi Teknik tidak praktis untuk menggali tanpa menggunakan peralatankerja pneumatic, bor atau peledak. Ini tidak termasuk bahan bantuan yang dalam pendapat Direksi Teknik dapat dibuat lepas dan dipecah pecah oleh gandengan pembelah hidrolis atau bulldozer b. Semua penggalian lain akan dianggap sebagai galian biasa. 3. Toleransi Ukuran

2 Kelandaian garis batas dan formasi akhir setelah penggalian tidak boleh berbeda dari yang ditentukan lebih besar 2 cm pada setiap titik. Pekerjaan yang tidak memenuhi toleransi ini harus diperbaiki sehingga memuaskan Direksi Teknik 4. Pemeriksaan Direksi Teknik Lapangan.a Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar dibawah bab ini, ketinggian yang garis batasnya harus disetujui oleh Direksi Teknik, sebelum Kontraktor memulai pekerjaan.b Sesudah masing masing penggalian untuk lapis tanah dasar, formasi atau pondasi dipadatkan, Kontraktor harus memberitahukan hal tersebut kepada Direksi Teknik dan tidak ada bahan alas dasar atau bahan lainnya akan dipasang sampai Direksi Teknik telah menyetujui kedalaman penggalian dan kualitas serta kekerasan bahan pondasi. 5. Penjadwalan Pekerjaan a. Pembuatan parit atau penggalian lainnya memotong jalan kendaraan harus dilaksanakan dengan menggunakan pelaksanaan setengah lebar atau secara lain diadakan perlindungan sehingga jalan tersebut dijaga tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap waktu. b. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik gambar rincian semua bangunan sementara yang diusulkan untuk digunakan, seperti penyanggaan, penguatan, cofferdam (bendungan sementara), dinding pemutus aliran rembesan ( cut off ) dan bangunan bangunan untuk pembelokan sementara aliran sungai serta harus mendapatkan persetujuan Direksi Teknik sesuai dengan gambar gambar, sebelum melakukan pekerjaan galian yang dimaksudkan menjadi perlindungan dengan bangunan bangunan yang diusulkan tersebut..6 Penggunaan dan Pembuangan Bahan Bahan Galian a. Semua bahan bahan yang cocok yang digali di dalam batas batas dan lingkup kerja proyek. Dimana mungkin akan digunakan dengan cara yang paling efektif untuk pembuatan formasi pematang atau untuk urugan kembali. b. Bahan bahan galian yang berisikan tanah tanah sangat organis, gambut, berisikan akar akar atau barang barang tumbuhan yang banyak, dan juga tanah yang mudah mengembang, yang menurut pendapat Direksi Teknik akan menghalangi pemadatan bahan lapisan diatas atau dapat menimbulkan suatu penurunan yang tidak dikehendaki

3 atau kehancuran, akan diklasifikasikan sebagai tidak cocok digunakan sebagai urugan dalam pekerjaan permanent. c. Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan untuk timbunan, atau setiap bahan yang tidak disetujui Direksi Teknik menjadi bahan urugan yang cocok, harus dibuang dan diratakan dalam lapisan lapisan tipis oleh Kontraktor di luar daerah milik jalan seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik. d. Kontraktor akan bertanggung jawab untuk semua penyelenggaraan dan biaya biaya bagi pembuangan bahan bahan lebihan atau bahan tidak cocok, termasuk pengangkutannya dan mendapatkan izin dari pemilik atau penyewa lahan dimana buangan tersebut dilakukan. 7. Pengamanan Pekerjaan Galian Selama pekerjaan penggalian, kemiringan galian yang stabil yang mampu menyangga bangunan bangunan, struktur atau mesin mesin disekitarnya harus dijaga pada seluruh waktu, serta harus dipasang penyangga dan penguat yang memadai bila permukaan galian yang tidak di tahan dengan cara lain dapat menjadi tidak stabil. Bila diperlukan Kontraktor harus menopang struktur struktur disekitarnya yang mungkin menjadi tidak stabil atau menjadi berbahaya oleh pekerjaan galian. 1.2 Pelaksanaan Pekerjaan 1. Prosedur Umum a. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan sekecil mungkin terjadi gangguan terhadap bahan bahan dibawah dan diluar batas galian yang ditentukan sebelumnya. b. Bila bahan tersebut yang nampak keluar diatas garis formasi atau tanah dasar atau permukaan pondasi adalah lepas lepas atau lunak atau secara lain tidak cocok dalam pendapat Direksi Teknik, bahan itu secara keseluruhan harus dipadatkan atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan urugan yang cocok, seperti diperintahkan Direksi Teknik. c. Dimana batu, lapis keras atau bahan tidak dapat dihancurkan lainnya ditemukan berada diatas garis formasi untuk saluran yang dilapisi atau pada ketinggian permukaan untuk perkerasan dan bahu jalan, atau diatas bagian dasar parit pipa atau

4 galian, pondasi struktur, bahan tersebut harus digali terus sedalam 20 cm sampai satu permukaan yang merata dan halus. Tidak ada runcingan runcingan batu akan ditinggalkan menonjol dari permukaan yang nampak keluar dari semua bahan bahan yang lepas lepas harus dibuang. Profil galian yang telah ditetapkan harus dikembalikan dengan pengurugan kembali dan dipadatkan dengan bahan pilihan yang disetujui oleh Direksi Teknik. d. Setiap bahan muatan diatas harus disingkirkan dari tebing yang tidak stabil sebelum penggalian dan talud tebing harus dipotong menurut sudut rencana talud. Untuk tebing yang tinggi harus dibuatkan berm pada setiap ketinggian tebing 5.0 cm yang sesuai dengan gambar standar. e. Untuk perlindungan tebing terhadap erosi, akan dibuatkan saluran cut off ( penutup aliran rembesan ) dan saluran pada kaki tebing sebagaimana ditunjukkan pada gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Lapangan. f.sejauh mungkin dan seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus menjaga galian tersebut bebas air 2. Galian untuk Struktur a. Parit beton dan galian galian untuk pondasi jembatan dan struktur lainnya, harus dari satu ukuran yang memungkinkan pemasangan bahan bahan dengan baik. Pemeriksaan pekerjaan dan memadatkan kembali urugan urugan dibawah dan disekitar yang bersangkutan. b. Galian sampai permukaan akhir pondasi untuk pendukung struktur harus dilakukan sampai tepat sebelum pendukung tersebut dipasang. 3. Penggalian untuk Bahan Galian a. Lubang lubang bahan galian apakah berada dalam DMJ ( Daerah Milik Jalan ) Jalan Raya atau dimana saja, harus digali sesuai dengan ketentuan ketentuan spesifikasi ini. b. Persetujuan untuk membuka satu daerah galian baru, atau mengoperasikan daerah galian yang ada, harus diperoleh dan Direksi Teknik secara tertulis sebelum suatu operasi galian dimulai.

5 c. Lubang lubang harus dilarang atau dibatasi dimana lubang lubang tersebut mengganggu drainase asli atau drainase yang didisain, d. Disisi daerah yang miring, lubang lubang galian bahan diatas sisi jalan yang lebih tinggi harus dibuat landai dan dibuat mengalirkan air untuk membawa semua air permukaan ke saluran tepi dan ke gorong gorong Direksi Teknik dekatnya tanpa terjadi genangan. e. Ujung dari satu lubang galian bahan tidak boleh lebih dekat dari 2 meter dari kaki satu tanggul atau 10 meter dari bagian puncak satu galian. f. Semua lubang galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh Kontraktor harus ditinggalkan dalam kondisi yang rapih dan teratur dengan sisi dan talud yang stabil setelah pekerjaan selesai. 4. Pembuangan Bangunan Sementara a. Kecuali di perintahkan lain oleh Direksi Teknik, semua struktur sementara seperti tanggul sementara atau penyangga penguat, harus dibongkar oleh Kontraktor setelah selesainya struktur permanent atau pekerjaan lain untuk mana galian itu telah dilaksanakan. b. Bahan bahan yang dikumpulkan dari bangunan bangunan sementara tersebut tetap menjadi milik Kontraktor atau mungkin jika disetujui dianggap cocok oleh Direksi Teknik, disatukan ke dalam pekerjaan permanent, dan dibayar dibawah item pembayaran yang relevan dimasukkan ke dalam daftar penawaran. c. Setiap bahan galian yang dapat diizinkan sementara di pasang di dalam satu jalan air, harus dibuang dalam satu cara sehingga tidak merusak jalan air. 1.3 Cara Pengukuran Pekerjaan 1. Galian yang dikecualikan dari Pengukuran dan Pembayaran Banyak pekerjaan galian dibawah kontrak tersebut tidak akan diukur atau dibayar dibawah BAB ini, dalam banyak kasus ( seperti dinyatakan di bawah macam macam bab dari spesifikasi ini ) pekerjaan tersebut akan dimasukkan ke dalam harga penawaran untuk item item konstruksi yang bersangkutan.

6 Jenis galian yang secara khusus dikecualikan dari pengukuran dibawah bab ini, diuraikan dibawah ini : a. penggalian yang dilaksanakan diluar garis batas, profil dan potongan melintang yang disetujui tidak akan dimasukkan kedalam volume yang harus diukur untuk pembayaran b. Pekerjaan yang dilaksanakan untuk pengembalian kondisi semula perkerasan, tidak akan diukur untuk pembayaran. Penyediaan untuk pekerjaan ini akan dimasukkan ke dalam berbagai penawaran harga satuan untuk bahan - bahan yang digunakan dalam operasi pemulihan kondisi semula. 2. Galian yang dimasukkan untuk Pengukuran dan Pembayaran a. Pekerjaan galian tidak kecualikan seperti diatas akan diukur untuk pembayaran sebagai volume di tempatkan dalam meter kubik bahan - bahan yang digali. Dasar perhitungan harus berupa penampang melintang dan profil yang ditunjukan oada gambar atau diukur ditempat sebelum penggalian, dan garis batas, kemiringan dan ketinggian pekerjaan galian akhir yang ditentukan atau diterima. Cara penghitungan harus berupa cara luas rata rata akhir. Menggunakan penampang melintang pekerjaan berjarak tidak lebih dari 25 meter terpisah, kecuali secara lain dinyatakan untuk kontrak khusus b. Galian batu akan diukur dalam meter kubik batu yang diterima dan disetujui antara kontraktor dan Direksi Teknik atas dasar volume senyatanya yang dibuang oleh mesin gali sebagai hasil dari mesin penggalian didalam garis batas dan ketinggian yang diatur oleh Direksi Teknik Galian baru akan diukur didalam item pembayaran ini terhadap semua item galian dalam setiap potongan dari spesifikasi ini. 1.4 Dasar Pembayaran Volume galian yang diukur seperti diatas akan dibayar persatuan pengukuran pada harga harga yang dimasukkan dalam Daftar penawaran bagi item item pembayaran yang tercantum dibawah yang harga dan Pembayaran merupakan Kompensasi penuh untuk semua pekerjaan pekerjaan dan biaya biaya yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan galian yang diperlukan seperti uraian sebelumnya dalam Bab ini.

7 Nomor Item Pembayaran Uraian Galian Biasa Galian Biasa Saluran Pengukuran Meter Kubik Meter Kubik 2.1 Umum 1. Uraian BAB 2 - URUGAN a. Pekerjaan ini terdiri dari mendapatkan, mengangkut, penempatan dan memadatkan tanah, atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembangunan pematang, pengurugan kembali parit parit atau galian di sekeliling pipa atau struktur serta pengurugan sampai kepada garis batas, kemiringan dan ketinggian penampang melintang yang ditentukan atau disetujui. b. Pekerjaan tersebut tidak termasuk pemasangan bahan filter pilihan sebagai alas 2. Defenisi dasar untuk pipa pipa atau saluran beton, atau sebagai bahan drainase perous yang disediakan untuk drainase di bawah permukaan. a. Urugan yang dicakup oleh persyaratan persyaratan bab ini dibawah satu atau dua kategori. - Urugan biasa untuk pematang - Urugan pilihan untuk pematang. b. Urugan pilihan pematang digunakan untuk kondisi tanah untuk kondisi tanah lunak seperti rawa rawa, tanah payau, atau tanah yang selalu terendam air dimana diperlukan satu tanah urugan dengan plastisitas rendah (bahan berbutir) dan juga dimana stabilisasi tanggul, talud yang terjal atau tanah dasar harus ditimbun sampai ketinggian dan pemadatan yang tertentu. 3. Toleransi Ukuran

8 a. Ketinggian dan kemiringan akhir pematang tanah dasar dan bahu jalan, setelah pemadatan tidak boleh ada dua sentimeter lebih tinggi atau 3 cm lebih rendah dari yang ditentukan atau disetujui. b. Semua permukaan akhir urugan yang nampak keluar harus cukup halus dan seragam, dan mempunyai kemiringan yang cukup menjamin limpasan bebas air permukaan. c. Permukaan akhir talud pematang tidak boleh berbeda dari garis profile yang ditentukan lebih dari 10 cm. 4. Contoh contoh a. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal hal berikut ini paling sedikit 14 hari sebelum mulai digunakannya setiap bahan sebagai urugan : i. Dua contoh bahan dengan berat masing masing 50 kg, salah satu dari padanya akan ditahan oleh Direksi Teknik sebagai acuan selama jangka waktu kontrak. ii. Satu pernyataan mengenai asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan sebagai bahan urugan pilihan, bersama sama dengan hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa bahan tersebut memenuhi spesifikasi. 5. Penjadwalan Pekerjaan a. Bagian baru pematang jalan raya atau rekonstruksi harus dibangun setengah lebar, kecuali disediakan satu pengalihan sehingga jalan tersebut dijaga terbuka untuk lalu lintas pada setiap waktu. b. Urugan tidak boleh dipasang, dihampar atau dipadatkan selama hujan atau dibawah kondisi basah dan pemadatan tidak dapat dikontrol. 6. Perbaikan urugan yang tidak memuaskan atau tidak stabil a. Urugan terakhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang ditentukan dan diperbaiki dengan membuat terurai permukaan tersebut, dan membuang atau menambah bahan bahan yang diperlukan diikuti dengan pembentukan dan pemadatan kembali.

9 b. Urugan yang terlalu basah untuk pemadatan dalam hal batas batas kandungan kelembaban atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik harus diperbaiki dengan menggaruk bahan tersebut sampai kedalaman 15 cm. c. Urugan yang terlalu basah untuk.pemadatan seperti yang ditetapkan oleh batas batas kandungan kelembaban yang ditentukan atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik, harus diperbaiki dibawah kondisi cuaca kering dengan penggarukan bahan bahan tersebut diikuti dengan pengerjaan sebentar bentar alat grader atau peralatan lain yang disetujui dengan waktu istirahat diantara pekerjaan pekerjaan tersebut. Secara alternative atau jika pengeringan yang cukup tidak dapat dicapai dengan pengerjaan bahan lepas tersebut. Direksi Teknik dapat memerintahkan supaya bahan tersebut dibuang dari tempat pekerjaan dan diganti dengan bahan yang cocok dan kering. d. Perbaikan urugan yang tidak memenuhi persyaratan kepadatan atau persyaratan sifat sifat bahan spesifikasi ini, dapat meliputi kebutuhan pencampuran dengan bahan lain yang cocok, disertai dengan penambahan kebasahan, pemadatan yang lebih dan / atau pembuangan serta penggantian atas perintah Direksi Teknik Bahan bahan 1. Sumber Pengadaan Bahan bahan urugan harus dipilih dari sumber sumber yang disetujui yang sesuai dengan persyaratan Bab 1.6 bahan bahan dan penyimpanan dari spesifikasi ini. Pengujian klasifikasi tanah harus dilaksanakan atas perintah Direksi Teknik yang sesuai dengan AASHTO M 145 untuk menentukan distribusi ukuran partikel dan plastisitas. 2. Syarat syarat kualitas a. Urugan biasa untuk pematang i. Urugan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa yang terdiri dari galian bahan tanah atau bahan berbutir butir yang disetujui oleh Direksi Teknik sebagai bahan yang cocok untuk digunakan dalam pekerjaan permanent seperti yang diuraikan di bawah Sub Bab (2).

10 ii. Secara umum, urugan timbunan biasa harus diperiksa secara khusus untuk menyingkirkan penggunaan tanah expansif atau tanah dengan plastisitas tinggi yang diklasifikasikan sebagai A5 dan A7 dalam spesifikasi AASHTO M 145 atau sebagai Ch dan OH dibawah sitem klasifikasi Casagrande atau Unified. b. Urugan pilihan untuk pematang i. Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan pilihan terdiri dari bahan tanah atau bahan baku yang memenuhi persyaratan untuk urugan tanggul biasa diatas dan yang juga jika diuji untuk CBR laboratorium akan memiliki nilai minimum 10 %. ii. Untuk pekerjaan stabilisasi talud, atau pematang atau pekerjaan pekerjaan lain dimana diperlukan adanya tegangan geser yang baik, urugan pilihan pematang akan terdiri dari urugan batu, atau lempung berpasiran bergradasi baik untuk campuran lempung / kerikil dengan indeks plastisitas rendah tidak lebih tinggi dari 10 %. iii. Bilamana harus dilakukan pemadatan di bawah kondidi banjir at au kondisi jenuh urugab pilihan pematang akan berupa pasir atau kerikil atau bahan butiran bersih lainnya dengan indeks plastisitas tidak lebih besar dari 6 % Pelaksanaan Pekerjaan 1. Penyiapan lapangan a. Sebelum menempatkan urugan diatas suatu lapangan, semua operasi pemotongan dan pembersihan termasuk pengisian lubang lubang disebabkan pembongkaran akar akar harus diselesaikan sesuai dengan spesifikasi, dan semua bahan bahan yang tidak cocok harus dibuang dari batangan tersebut seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik. b. Bilamana tingginaya timbunan adalah 1 m atau kurang, tempat pondasi timbunan harus dipadatkan secara menyeluruh ( termasuk membuat lepas lepas mengeringkan atau membasahi jika diperlukan ) sampai bagian puncak tanah setebal 15 cm memenuhi persayaratan kepadatan yang ditetapkan untuk urugan yang ditempatkan disana.

11 c. Jika timbunan tersebut harus dibuat atas sisi bukit atau dipasang diatas timbunan baru atau timbunan lama, kemiringan yang ada harus dipotong untuk membuat permukaan dudukan yang cukup lebar memikul peralatan pemadatan 2. Penimbunan Urugan a. Urugan harus disiapkan sampai permukaan yang telah dibuat dan ditebarkan dalam lapisan lapisan yang rata tidak melebihi ketebalan padat 20 cm, yang memenuhi toleransi tebal lapisan yang diberikan dalam Sub Bab (3) spesifikasi ini. Bila mana lebih dari satu lapisan harus dipasang lapisan lapisan tersebut sedapat mungkin harus sama ketebalannya. b. Urugan tanah harus diangkut secara langsung dari daerah galian bahan ke tempat yang sudah disiapkan dan dihampar ( dalam cuaca kering ). Penumpukan tanah pada umumnya tidak diizinkan khususnya selama musim hujan. c. Pengurugan kembali diatas pipa pipa dan dibelakang struktur harus dilakukan secara sitematis serta sedapat mungkin segera diikuti dengan pemasangan pipa atau struktur tersebut. Perhatian harus diberikan untuk menjamin bahwa telah diberikan waktu yang cukup kepada sambungan pipa dengan adukan dan struktur beton untuk mendapatkan kekuatan yang memadai sebelum pengurugan kembali. Bahan bahan batuan tidak boleh digunakan sebagai urugan kembali disekeliling pipa atau Direksi Teknik dalam 30 cm urugan tanah dasar yang langsung dibawah permukaan dasar formasi kekerasan atau bahu jalan dan tidak ada batu dengan ukuran melebihi 10 cm akan dimasukkan dalam urugan tersebut. d. Kemiringan tebing harus dibentuk dan dirapikan menurut sudut talud rencana dan bagi tebing yang tinggi diberikan berm yang sesuai dengan gambar rencana, serta dibuatkan pula penyediaan untuk drainase yang memadai. e. Untuk perlindungan terhadap erosi harus dipasang gebalan rumput dan disusun dalam posisi diatas talud, atas petunjuk dan sampai memuaskan Direksi Teknik. 3. Pemadatan Urugan a. Segera setelah penempatan dan penebalan urugan, masing masing lapisan harus dipadatkan menyeluruh dengan peralatan pemadatan yang cocok. Dan memadai yang disetujui oleh Direksi Teknik sampai kepada persyaratan persyaratan berikut :

12 i. Lapisan lapisan yang lebih dari 30 cm di bawah permukaan tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % kepadatan kering standar maksimum yang ditetapka sesuai AASHTO T99 untuk tanah tanah yang berisi lebih dari 10 % bahan bahan yang tertahan diatas saringan 10 mm, maka ;kepadatan kering maksimum yang didapat harus disesuaikan untuk bahan bahan yang oversize (kelewat besar) tersebut seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik. ii. Lapisan lapisan di dalam 30 cm atau kurang, dibawah permukaan tanah dasar, harus dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering tandard maksimum yang ditetapkan sesuai AASHTO T99 (PB ). iii. Tergantung pada jenis pelaksanaan dan persyaratan khusus Direksi Teknik, pengujian pengujian kepadatan di lapangan, dengan metoda kerucut pasir harus dilakukan diatas masing masing lapisan urugan yang telah dipadatkan sesuai dengan AASHTO T191 (PB ) dan jika hasil sesuatu pengujian menunjukkan bahwa kepadatannya kurang dari kepadatan yang diminta, kontraktor harus memperbaiki pekerjaan tersebut sesuai dengan sub bab (6 ) pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh lapisan dan dilokasi yang ditunjukkan oleh Direksi Teknik yang tidak boleh berjarak lebih dari 200 m. b. Pemadatan Urugan Tanah harus dilakukan hanya bila kadar air bahan tersebut berada dalam batas 3 %, kurang dari kadar air optimum 1 % lebih dari kadar air optimum. Kadar air optimum akan ditetapkan sebagai kadar air dimana kepadatan kering maksimum dicapai bila tanah tersebut diapadatkan sesuai dengan AASHTO T99 (PB ). c. Urugan timbunan harus dipadatkan dimulai pada ujung paling luar serta masuk ke tengah dalam satu cara dimana masing masing bagian menerima desakan pemadatan yang sama. d. Jika bahan urugan harus ditempatkan diatas kedua sisi sebuah sisa atau saluran beton atau struktur, pelaksanaannya harus sedemikian sehingga urugan tersebut dibentuk sampai ketinggian yang hamper sama diatas kedua sisi struktur. e. Terkecuali disetujui oleh Direksi Teknik, urugan disekitar ujung di satu jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang atau kepala jembatan sampai bangunan atas dipasang.

13 f. Urugan ditempat tempat yang sulit dicapai oleh peralatan pemadatan harus ditempatkan dalam lapisan lapisan horizontal dengan bahan bahan lepas ketebalan tidak melebihi 15 cm dan dipadatkan menyeluruh menggunakan mesin pemadat yang disetujui. Harus diberikan perhatian khusus untuk menjamin tercapainya pemadatan yang memuaskan dibawah dan disamping pipa pipa, untuk mencegah rongga rongga dan untuk menjamin pipa pipa tersebut mendapat dukungan sepenuhnya. 4. Persyaratan pemadatan untuk urugan batu a. Batu harus ditempatkan dalam lapisan lapisan tidak melebihi 30 cm tebalnya atau ketebalan lain yang diminta oleh Direksi Teknik atas dasar mutu batu dan jenis alat pemadatan yang digunakan. Pemadatan urugan batu harus dilaksanakan dengan pemadat yang berkisi kisi, pemadat bergetar atau sebuah trucktor dengan gerak paling sedikit 20 ton atau peralatan berat yang sejenis. Pemadatan harus dilakukan dalam arah memanjang sepanjang pematang dimulai dari ujung paling luar dan mengarah ketengah dan akan berlanjut sampai tidak ada pergeseran yang nampak dibawah peralatan tersebut.masing masing lapisan akan terdiri dari batu bergradasi baik yang dapat diterima dan semua rongga- rongga permukaan harus diisi dengan pecahan pecahan sebelum dipasang lapis berikutnya. Batu tidak boleh digunakan dibagian 15 cm puncak pematang didalam lapis bagian atas ini dan tidak ada batu dengan ukuran melebihi 10 cm dimasukkan dalam lapisan bagian atas ini. b. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan cara dan peralatan mendapatkan tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal ini bahwa dia tidak mampu mendapatkan kepadatan yang diperlukan, satu pengujian lapangan harus dilaksanakan dimana jumlah lintasan pemadatan dan kadar air diubah ubah sampai kepadatan yang diperlukan didapat sehingga memuaskan Direksi Teknik. Hasil dan pengujian lapangan ini kemudian harus digunakan untuk menentukan jumlah lintasan jenis alat pemadatan dan kadar air dari semua peralatan berikutnya bagi urugan batu sejenis Cara pengukuran pekerjaan 1. Bila dimasukkan dalam daftar penawaran, sebagai satu item pembayaran terpisah, dan tergantung kepada ketentuan item berikutnya, urugan harus diukur dalam jumlah meter kubik bahan padat yang dipadatkan dan diterima serta memuaskan Direksi Teknik, dan akan diuraikan sebagai urugan timbunan bahan biasa atau urugan

14 timbunan bahan pilihan sesuai dengan spesifikasi dan gambar gambar dan disetujui oleh Direksi Teknik untuk pekerjaan khusus dibawah kontrak. 2. Volume yang harus diukur untuk pembayaran harus atas dasar penampang melintang dan profil yang disetujui yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau diukur dilapangan sebelum suatu urugan telah ditempatkan pada garis batas, kelandaian dan permuakaan yang disetujui dan diterima. Cara perhitungan berupa cara luas ujung rata rata menggunakan penampang melintang pekerjaan berjarak tidak lebih dari 25 meter, terkecuali dinyatakan lain untuk kontrak khusus. 3. Untuk pengukuran satu urugan sampai menjadi satu pekerjaan timbunan atau pekerjaan sejenis yang dibangun diatas tanah rawa dimana konsolidasi tanah asli yang baik diharapkan, marka marka penurunan harus dipasang dan disurvei bersama sama oleh Direksi Teknik dan kontraktor. Volume urugan kemudian akan ditentukan atas dasar permukaan tanah sebelum dan sesudah penurunan. 4. Urugan yang ditempatkan diluar garis batas dan penampang melintang yang disetujui termasuk setiap tambahan urugan yang diperlukan untuk kedudukan atau penguncian ke dalam talud yang ada sebagai hasil penurunan pondsi tidak boleh dimasukkan dalam volume yang harus diukur untuk pembayaran, kecuali dimana secara lain disetujui oleh Direksi Teknik untuk mengganti bahan bahan lunak atau tidak cocok yang ditemukan dilapangan selama pelaksanaan. 5. Urugan porous, bahan filter atau bahan alas dasar untuk pipa gorong gorong, saluran beton, saluran dilapisi, saluran porous, dinding kepala dan struktur lainnya, tidak boleh diukur untuk pembayaran dibawah bab ini, bahan bahan tersebut harus dimasukkan dalam harga satuan penawaran untuk bahan bahan dan item item konstruksi yang bersangkutan, yang disediakan dalam item pembayaran dibawah Bab 2.7 Spesifikasi ini. 6. Urugan yang digunakan dimana saja diluar batas - batas lapangan kerja atau untuk mengubur bahan - bahan buangan atau untuk penutup dan memperbaiki galian bahan - bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran urugan Dasar Pembayaran

15 Volume urugan yang dikur sebagaimana diberikan diatas, ( betapapun jaraknya pengangkutan ) akan dibayar persatuan pengukuran pada harga yang bersangkutan yang dimasukkan dalam daftar penawaran untuk item pembayaranyang tercantum dibawah, harga harga dan pembayarannya merupakan kompensasi penuh untuk mendapatkan, menyerahkan, memasang, memadatkan, menyelesaikan dan menguji bahan bahan urugan serta semua biaya biaya lain yang diperlukan dalam penyelesaian yang baik pekerjaan pekerjaan yang diuraikan dalam Bab ini. Nomor Item Pembayaran Uraian Urugan Biasa untuk Tmbunan Urugan Pilihan untuk Timbunan Saluran Pengukuran Meter Kubik Meter Kubik Umum BAB 3 - PASANGAN BATU 1. Uraian Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan struktur (bangunan) menggunakan batu muka pilihan yang disambungkan dalam adonan semen. Struktur demikian akan direncanakan sebagai bangunan penyangga untuk menahan beban yang datangnya dari luar serta akan meliputi tembok penahan tanah pasangan batu, gorong gorong persegi, kepala gorong gorong dan dinding sayap. 2. Toleransi Ukuran a. Wajah permukaan dari masing masing batu muka tidak boleh berbeda terhadap profil permukaan, rata rata lebih 3 mm. b. Ukuran minimum batu adalah : - lebar minimum = 1,5 x tebal (22,5 cm ) - Panjang minimum = 1,5 x lebar (33,75 cm) - tebal minimum = 15 cm

16 c. Ukuran batu maksimum akan ditentukan oleh Direksi Teknik dengan memperhitungkan jenis, struktur, lokasi batu dalam struktur dan persyaratan paling lambat 14 hari pekerjaan dimulai. 3. dua buah contoh yang menggambarkan masing masing batu yang digunakan untuk pasangan batu, harus diserahkan kepada Direksi Teknik untuk mendapatkan persetujuan paling lambat 14 hari sebelum pekerjaan dimulai. 4. Kondisi lapangan pekerjaan a. semua galian harus selalu bebas air dan kontraktor harus melengkapi semua bahan bahan yang diperlukan, peralatan dan tenaga untuk membuat atau mengalihkan air, termasuk saluran saluran sementara. Pengalihan lintasan air menyediakan dinding cut off dan bendunagn sementara (kotak). b. Pompa cadangan harus disiapkan oleh kontraktor ditempat pekerjaan selama pelaksanaan pekerjaan, sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. 5. Penjadwalan Pekerjaan a. sebuah jadwal pekerjaan akan disediakan dan diikuti untuk menjamin bahwa jumlah penggalian dan persiapan telah dilaksanakan termasuk penyediaan adonan segar berdasarkan tingkat sebenarnya pelaksanaanpasangan batu. b. Penggalian terbuka akan dibatasi sejauh yang diperlukan untuk memberi kondisi yang baik dan kering pada waktu penggunaan pasangan batu. c. parit parit memotong jalan akan dilakukan pelaksanaannya setengah lebar sedemikian sehingga jalan tersebut dapat tetap terbuka untuk lalu lintaspada tiap waktu,kecuali sebuah jalan pengalihan disediakan. 6. Perbaikan pekerjaan yang tidak memuaskan. Bahan-Bahan 1. Batu a. Pasangan batu yang tidak memenuhi toleransi ukuran yang diberikan pada sub bab harus diperbaiki sesuai dengan petunjuk Direksi. b. kontraktor harus bertanggung jawab pada stabilitas ya ng normal dan struktur pasangan batu terselesaikan lengkap.serta harus mengganti setiap bagian yang dalam pendapat Direksi menjadi bahaya atau bergeser penanganan yang jelak atau kelalaian pihak kontraktor.akan tetapi kontraktor tidak memikul tanggung jawab terhadap setiap kerusakan karena bencana alam seperti gempa bumi atau banjir banding,asalkan pekerjaan yang rusak tersebut sebelumnya telah diterima sepenuhnya oleh Direksi.

17 a. batu yang dipilih harus dipilih,keras tanpa lapisanyang lemah dan retak,dan harus memiliki satu daya tahan (awet). b. Batu batu tersebut harus berbentuk data, baji ataupun oval dan harus dapat dilapisi seperlunya untuk menjamin saling mengunci yang rapat bila dipasang bersama sama 2. Drainase Porous 3. Beton Bahan bahan berbutir yang disediakan untuk membentuk drainase porous dalam selimut filter, lapisan dasar dan lain lain, harus memenuhi persyaratan yang ditempatkan Beton yang diperlukan sebagai pondasi atau landai penutup sampai struktur pasangan batu Pelaksanaan Pekerjaan.a Penggalian dan persiapan penyangga dan pondasi untuk struktur pasangan batu.b Pengaturan untuk gratis, ketinggian dan kelandaian harus diselesaikan sampai disetujui Direksi Teknik sebelum pekerjaan pasangan batu dimulai..c Kecuali ditetapkan atau ditunjukkan lain dalam gambar rencana, dasar pondasi dinding penahan harus dipotong dan dibuat tegak lurus kepada atau dalam tegak lurus bertangga terhadap permukaan dinding. untuk struktur lainnya, dasar pondasi harus horizontal atau (untuk tanah miring). Dalam bagian horizontal bertangga..d Bahan lapis dasar filter tembus air (permeable) dan selimut filter atau kantong filter harus disediakan bila ditetapkan atau diperintahkan oleh Direksi Teknik 2. Pelaksanaan Pasangan Batu a. Bilamana ditunjukkan pada gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, dasar (penyangga) beton atau pondasi beton harus dipasang untuk pasangan batu sampai ketinggian dan ukuran yang diperlukan. b. Batu harus bersih dan dibasahi sepenuhnya sebelum dipasang, diberikan waktu untuk penyerapan air. pondasi atau lapisan dasar yang sudah di siapkan harus

18 c. tebal alas adonan untuk masing masing lapisan pekerjaan batu adalah dalambatas batas 2 5 cm, tetapi harus dipertahankan sampai keperluan minimum untuk menjamin bahwa semua rongga diantara batu yang dipasang telah diisi sepenuhnya. d. Suatu lapisan dasar adonan segar tebal paling sedikit 3 cm harus dipasang diatas pondasi yang telah disiapkan secepatnya sebelum pemasangan batu batu pada lapis pertama. Batu pilihan yang besar harus digunakan untuk lapisan bawah dan disudut sudut. harus diperhatikan dan dihindari pengelompokkan batu yang sama ukurannya. e. Batu harus diletakkan dengan permukaan yang paling panjang mendatar dan permukaan menonjol masing masing batu harus diatur sejajar dengan permukaan dinding yang sedang dibangun. f. Batu batu harus dengan hati hati dipasang untuk menghindarkan penggeseran atau gerakan batu yang sudah dipasang. alat alat yang mencukupi harus disediakan dimana perlu untuk menopang dan memasang batu batu besar, berat dalam posisinya. Penggilasan atau memutar mutar batu diatas pekerjaan batu yang sudah terpasang tidak diizinkan. g. Pada umumnya banyak penyediaan adonan untuk dasar yang dipasang satu kali harus dibatasi sampai tingkat kemajuan pemasangan batu batu sehingga batu batu hanya dipasang diatas adonan yang segar. Jika sebuah batu dalam struktur menjadi lepas atau tergeser sesudah adonan diletakkan, batu tersebut harus disingkirkan, dibersihkan dari adonan adonan yang mengeras dan dipasang kembali dengan adonan yang segar. 3. Penyediaan Lubang Pelapisan dan Sambungan Muai a. Kecuali ditunjukkan pada Gambar rencana atau diperintahkan lain oleh Direksi Teknik, lubang pelepasan harus disediakan dalam semua jenis dinding penahan. Lubang pelepasan tersebut dengan diameter sekitar 5 cm dan disusun baik secara horizontal maupun vertical jarak 2 meter pusat ke pusat. b. Dinding penahan struktur panjang menerus akan dibangun dengan sambungan muai dengan interval maksimum 20 meter. lebar penuh sambungan akan dibentuk dengan ketebalan sekitar 3 cm serta batu yang digunakan untuk membentuk permukaan sambungan harus dipilih sehingga memberikan garis tegak yang bersih untuk sambungan. c. Urugan kembali filter porous terpilih akan dipasang dan dipadatkan didalam sambungan muai beserta lubang pelepasan, dengan tebal dan ukuran yang ditunjukkan pada gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. 4. Pasangan Batu Penyelesaian

19 a. Sambungan permukaan antara batu batu akan diselesaikan hamper rata dengan permukaan pekerjaan tetapi tidak menutupi batu batu selama pekerjaan berlangsung. b. Kecuali ditetapkan lain permukaan horizontal dari semua pasangan batu akan diselesaikan dengan tambahan lapisan aus atau adonan semen tebal 2 cm, dikulir sampai permukaan rata dengan kemiringan melintang yang akan menjamin perlindungan terhadap air hujan dan dengan ujung yang dibuat tumpul. lapis aus tersebut akan dimasukkan didalam ukuran khusus struktur. c. Segera setelah batu muka dipasang dan sementara adonan masih segar, permukaan yang nonjol penuh dari struktur harus dibersihkan seluruhnya dari noda noda adonan. d. Permukaan selesai akan dirawat mengeras sebagaimana diperlukan untuk pekerjaan beton dalam spesifikasi. e. Bila pasangan batu tersebut cukup kuat, tidak lebih cepat dari 14 hari setelah penyelesaian pekerjaan pemasangan, urugan kembali akan dilaksanakan sebagaimana ditetapkan atau sebagaimana diperintahkan direksi f. Talud dan bahu jalan disekitar akan dirapihkan dan diselesaikan sehingga menjamin satu padanan halus yang kuat dengan pasangan batu yang akan memungkinkan drainase tidak terhalang dan mencegah pengerusan pada ujung ujung pekerjaan Pengendalian lapangan Pengendalian lapangan dan pemeriksaan pekerjaan akan dilaksanakan setiap hari selama berlangsungnya pekerjaan utnuk menjamin dipatuhinya persyaratan spesifikasi dengan perhatian khusus mengenai batas batas toleransi, kondisi lapangan pekerjaan dan penanganan Pengukuran dan Pembayaran 1. Cara pengukuran a. Pasangan batu diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume normal pekerjaan terselesaikan dan dapat diterima, dihitung sebagai volume theoritis tang ditentukan oleh garis dan penampang melintang yang disetujui dan atau telah ditetapkan. b. Setiap bahan terpasang yang melebihi volume theoritis yang disetujui tidak boleh diukur atau dibayar. c. Galian untuk persiapan pondasi atau pemotongan talud utnuk dinding penahan akan diukur untuk pembayaran sesuai d. Beton yang disediakan sebagai pondasi untuk pasangan batu atau untuk suatu pekerjaan yang dapat diterima

20 2. Dasar pembayaran Volume yang ditentukan sebagaimana diberikan diatas akan dibayar pada harga kontrak persatuan pengukuran untuk item pembayaran yang tercantum dibawah dan ditunjukkan dalam daftar penawaran yang mana harga dan pembayaran tersebuat merupakan kompensasi penuh untuk menyediakan dan pemasangan bahan - bahan, untuk pembuatan lobang pelepasan dan sambungan konstruksi pekerjaan tersebut, untuk urugan kembali dan penyelesaian serta untuk semua pekerjaan atau biaya - biaya lain yang diperlukan atau yang biasanya ada penyelesaian pekerjaan yang baik yang diuraikan sebelumnya dalam spesifikasi ini. item Nomor Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran Pasangan Batu Meter Kubik Diperiksa Oleh : KONSULTAN PERENCANA CV. ALIFHA CONSULTANT Onolimbu, Februari 2016 Dibuat Oleh : KONSULTAN PERENCANA CV. ALIFHA CONSULTANT TUKIMUN, ST Team Leader SIHAR EDUARDO T. LASE, ST Ahli Struktur

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR UMUM PERSYARATAN

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR UMUM PERSYARATAN 2.1.1 UMUM DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR 1) Uraian a) Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru yang dilapisi (lined) maupun tidak dilapisi (unlined) dan perataan kembali selokan

Lebih terperinci

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR 2.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru yang dilapisi (lined) maupun tidak (unlined) dan perataan kembali selokan lama

Lebih terperinci

BAB XII GALIAN BIASA UMUM. 1) Uraian

BAB XII GALIAN BIASA UMUM. 1) Uraian BAB XII GALIAN BIASA 3.1.1. UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan

Lebih terperinci

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR 2.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru yang dilapisi (lined) maupun tidak (unlined) dan perataan kembali selokan lama

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 4.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penambahan lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan

Lebih terperinci

DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH SEKSI 3.1 GALIAN UMUM

DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH SEKSI 3.1 GALIAN UMUM DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH SEKSI 3.1 GALIAN 3.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan galian tanah di dalam maupun di luar Rumija (Ruang Milik Jalan) untuk pembentukan badan jalan dimana

Lebih terperinci

DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH SEKSI 3.1 GALIAN

DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH SEKSI 3.1 GALIAN DIVISI 3 PEKERJAAN TANAH SEKSI 3.1 GALIAN 3.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SKh-2. 6.6.1 UMUM 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton Lawele adalah lapis perkerasan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH TEKNIK PELAKSANAAN BANGUNAN AIR Pertemuan #3 TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH ALAMSYAH PALENGA, ST., M.Eng. RUANG LINGKUP 1. PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH 2. PELAKSANAAN PEKERJAAN GEOTEKNIK (pertemuan selanjutnya).

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 04/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PERANCANGAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN TELFORD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN 4.1.1 UMUM DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Pelebaran Perkerasan adalah pekerjaan menambah lebar perkerasan pada jalan lama

Lebih terperinci

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13 Bendungan Urugan II Dr. Eng Indradi W. Bendungan urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SPESIFIKASI UMUM BIDANG JALAN DAN JEMBATAN FINAL April 2005 PUSAT LITBANG PRASARANA TRANSPORTASI BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI Nursyamsu Hidayat, Ph.D. TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI TANAH DASAR (SUBGRADE) Fungsi tanah dasar: Mendukung beban yang diteruskan balas Meneruskan beban ke lapisan dibawahnya, yaitu badan jalan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam

Lebih terperinci

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi tanah dasar, badan jalan dan drainase jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis

Lebih terperinci

Drainase Lapangan Olahraga

Drainase Lapangan Olahraga Drainase Lapangan Olahraga Pendahuluan Sistem drainase untuk lapangan olah raga bertujuan untuk mengeringkan lapangan agar tidak terjadi genangan air bila terjadi hujan, karena bila timbul genangan air

Lebih terperinci

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT. 1) Standar Rujukan Metode Pengujian Kepadatan Berat untuk Tanah.

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT. 1) Standar Rujukan Metode Pengujian Kepadatan Berat untuk Tanah. 5.1.1 UMUM DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT 1) Uraian a) Lapis Fondasi Agregat adalah suatu lapisan pada struktur perkerasan jalan yang terletak diantara lapis

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu : BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan. Kesimpulan Tugas Akhir ini dengan judul Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Ruas Jalan Tol Solo - Ngawi, yaitu : 1. Berdasarkan metode yang

Lebih terperinci

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-14-2004-B Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Daftar tabel... i Prakata...

Lebih terperinci

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE PERMUKAAN UNTUK JALAN RAYA a) Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b) Mengalirkan air permukaan yang terhambat oleh

Lebih terperinci

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 PEKERJAAN PENDAHULUAN Lingkup Pekerjaan Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat bantu lainnya untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan konstruksi

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK Pengertian Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara garis besar merupakan tanah yang memerlukan tingkat perbaikan baik dari segi struktur maupun

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 08 PERHITUNGAN HASIL PEKERJAAN

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 08 PERHITUNGAN HASIL PEKERJAAN PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 08 PERHITUNGAN HASIL PEKERJAAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih BANGUNAN IRIGASI GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih DEFINISI GORONG-GORONG Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 KERUSAKAN 501 Pengendapan/Pendangkalan Pengendapan atau pendangkalan : Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux

Lebih terperinci

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi merupakan bagian penting yang harus diadakan untuk pengaman konstruksi jalan itu sendiri dan petunjuk

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN 1. Saluran Bangunan Pelimpah (Spillway) dan peredam energi Gambar 1. Layout Spillway Pekerjaan pembangunan bangunan pelimpah (spillway) adalah sebagai berikut : Pekerjaan Tanah

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah Bahan Timbunan 1. Berat Jenis Partikel Tanah (Gs) Pengujian Berat Jenis Partikel Tanah Gs (Spesific Gravity) dari tanah bahan timbunan hasilnya disajikan dalam

Lebih terperinci

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN 1. Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi : I. Perbaikan/Rehab dermaga TPI/PPI 2. Sarana bekerja dan tata cara pelaksanaan. a. Untuk kelancaran

Lebih terperinci

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE)

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) BAB 5 DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) Tujuan Untuk mengeringkan lahan agar tidak terjadi genangan air apabila terjadi hujan. Lahan pertanian, dampak Genangan di lahan: Akar busuk daun busuk tanaman

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong SNI 6792:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 6792:2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT

DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT DIVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT 5.1.1 UMUM 1) Uraian Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapis tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Apapun jenis perkerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat pesat dan pembangunan juga terjadi di segala lahan untuk mencapai efektifitas pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7-1 BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7.1 Pekerjaan Persiapan Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut itu meliputi

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON 4.1 Menentukan Kuat Dukung Perkerasan Lama Seperti yang telah disebutkan pada bab 1, di Jalan RE Martadinata sering terjadi genangan air laut karena pasang

Lebih terperinci

DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI SEKSI 8.1 PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA

DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI SEKSI 8.1 PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA 8.1.1 UMUM DIVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI SEKSI 8.1 PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama adalah rekonstruksi atau pengembalian kondisi

Lebih terperinci

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN METODE PELAKSANAAN I. PRA PEMBANGUNAN 1. Pemeriksaan gambar-gambar untuk pelaksanaan : Semua gambar-gambar yang disiapkan adalah gambar-gambar yang telah ditandatangani oleh Direksi dan apabila ada perubahan

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN SISTEM DRAINASE PERMUKAAN Tujuan pekerjaan drainase permukaan jalan raya adalah : a. Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b. Mengalirkan air permukaan yang terhambat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I PENGANTAR...

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 5 : Pekerjaan Pasangan

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 5 : Pekerjaan Pasangan RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 5 : Pekerjaan Pasangan ICS 93.010 BIDANG SUMBER DAYA AIR SDA

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Penataan Listrik Perkotaan 2. Nama pekerjaan : Penambahan Lampu Taman (65 Batang) 3. Lokasi : Pasir Pengaraian Pasal 2 PEKERJAAN

Lebih terperinci

Cape Buton Seal (CBS)

Cape Buton Seal (CBS) Cape Buton Seal (CBS) 1 Umum Cape Buton Seal (CBS) ini pertama kali dikenalkan di Kabupaten Buton Utara, sama seperti Butur Seal Asbuton, pada tahun 2013. Cape Buton Seal adalah perpaduan aplikasi teknologi

Lebih terperinci

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF bidang REKAYASA ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mencari kuat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan di atas tanah yang lembek. Pondasi ini umumnya dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar, salah

Lebih terperinci

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering ICS 93.010 BIDANG SUMBER DAYA AIR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

Lebih terperinci

PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN

PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN 1 PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN NOMOR MODUL DCE - 08 JUDUL MODUL PENGETAHUAN DAN KARAKTERISTIK BAHAN 2 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah Selesai mengikuti modul ini, peserta dapat menjelaskan jenis-jenis

Lebih terperinci

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

Spesifikasi kereb beton untuk jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi kereb beton untuk jalan ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... iii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA PERKERASAN JALAN BY DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA Perkerasan Jalan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

1. PEKERJAAN PRELIMINARIES a. Penyiapan Papan Proyek Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama proyek memuat : i.

1. PEKERJAAN PRELIMINARIES a. Penyiapan Papan Proyek Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama proyek memuat : i. 1. PEKERJAAN PRELIMINARIES a. Penyiapan Papan Proyek Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama proyek memuat : i. Nama proyek ii. Pemilik Proyek iii. Lokasi Proyek iv.

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Uraian Umum Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan Proyek yang lainnya. Metode pelaksanaan yang

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu diharapkan hasil dengan kualitas yang baik dan memuaskan, yaitu : 1. Memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi Teknis Kriteria perencanaan jaringan irigasi teknis berisi instruksi standard dan prosedur bagi perencana dalam merencanakan irigasi teknis.

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci

METODA PELAKSANAAN. CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan

METODA PELAKSANAAN. CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan METODA PELAKSANAAN Nama Perusahaan : Nama Paket Pekerjaan : No. Paket : CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan 481625 Jangka waktu pelaksanaan : Metode pelaksanaan merupakan hal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Dasar Teori Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air yang membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah campuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, terutama di daerah perkotaan terus memacu pertumbuhan aktivitas penduduk. Dengan demikian, ketersediaan

Lebih terperinci

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Tinjauan umum Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dalam sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik

Lebih terperinci

SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL

SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL SEKSI Skh 6.8 CAPE BUTON SEAL Skh 6.8.1. UMUM 1) Uraian Cape Buton Seal (C BS) adalah jenis lapis permukaan yang dilaksanakan dengan pemberian lapisan aspal cair yang diikuti dengan penebaran dan pemadatan

Lebih terperinci

DCE - 09 Pengukuran dan Perhitungan Hasil Kerja

DCE - 09 Pengukuran dan Perhitungan Hasil Kerja DAFTAR MODUL NO KODE JUDUL 1. DCE - 01 UUJK Profesi dan etos Kerja 2. DCE - 02a Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan DCE - 02b Manajemen Lingkungan 3. DCE - 03 Dokumen Kontrak 4. DCE - 04 Spesifikasi

Lebih terperinci

KAJIAN PEMILIHAN PONDASI SUMURAN SEBAGAI ALTERNATIF PERANCANGAN PONDASI

KAJIAN PEMILIHAN PONDASI SUMURAN SEBAGAI ALTERNATIF PERANCANGAN PONDASI Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 42 KAJIAN PEMILIHAN PONDASI SUMURAN SEBAGAI ALTERNATIF PERANCANGAN PONDASI Virgo Erlando Purba, Novdin M Sianturi Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi oleh ketersediaan lahan, pembangunan pada lahan dengan sifat tanah

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi oleh ketersediaan lahan, pembangunan pada lahan dengan sifat tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan dukungan terakhir untuk penyaluran beban yang ditimbulkan akibat beban konstruksi di atasnya pada sebuah pembangunan proyek konstruksi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN D.I. BONDUKUH.

METODE PELAKSANAAN D.I. BONDUKUH. METODE PELAKSANAAN Kegiatan : Dana Alokasi Khusus ( DAK ) Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2016 Pekerjaan : Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I. BONDUKUH. Lokasi : Desa Tlobo, Kecamatan Jatiyoso. Target

Lebih terperinci

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan EMBUNG TIPE URUGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan EMBUNG TIPE URUGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM EMBUNG TIPE URUGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Fungsi Embung... 1 1.2 Komponen Embung... 1 BAB II PERALATAN KONSTRUKSI... 3 2.1 Ketentuan Umum... 3

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI DANGKAL F.45...... 03 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R J A AN U M U

Lebih terperinci

BAB X METODE PELAKSANAAN

BAB X METODE PELAKSANAAN X - 1 BAB X METODE PELAKSANAAN 10.1 Tinjauan Umum Metode pelaksanaan digunakan sebagai panduan atau monitoring jalannya pelaksanaan pekerjaan bangunan, agar hasil yang dicapai sesuai dengan rencana, efektif

Lebih terperinci

Penggalian dengan menggunakan metode kerja yang menjamin stabilitas kemiringan lereng samping dan tidak membahayakan

Penggalian dengan menggunakan metode kerja yang menjamin stabilitas kemiringan lereng samping dan tidak membahayakan METODE PELAKSANAAN Proyek Normalisasi Kali Sunter Paket I 1. Kisdam dan Dewatering Dilaksanakan pada bangunan yang memerlukan kisdam dan pengeringan dengan sebelumnya dilakukan perhitungan dimensi kisdam/struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah 1. Kadar Air Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan sebanyak dua puluh sampel dengan jenis tanah yang sama

Lebih terperinci

AHLI MUDA PELAKSANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG

AHLI MUDA PELAKSANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG SEB-03 = Pengetahuan Teknik Konstruksi PELATIHAN AHLI MUDA PELAKSANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural SNI 03-3975-1995 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural ICS Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan itu berfungsi untuk

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 05 UPR. 05.1 PEMELIHARAAN RUTIN PERALATAN & TENAGA AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Lebih terperinci

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, yang memperlihatkan bagian bagian jalan. Penampang melintang jalan yang akan digunakan harus

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA 2008 SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.7 PEMELIHARAAN PERMUKAAN JALAN DENGAN BUBUR ASPAL EMULSI (SLURRY) DIMODIFIKASI LATEX

Lebih terperinci

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13 Urugan I Dr. Eng Indradi W. urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan tebal tertentu. Desain

Lebih terperinci