LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI
|
|
- Hamdani Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR SINGKATAN... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA Epidemiologi Kasus HIV di Dunia dan di Indonesia Hemostasis Besi Peran Monosit dan Makrofag Pada Hemostasis Besi Peran Hepsidin dan Hemostasis Besi Peran Homeostasis Besi Pada Sistem Imunitas Tubuh Homeostasis Besi pada Infeksi HIV Peranan Zat Besi Pada Replikasi HIV Peranan Hepsidin Pada Infeksi HIV Kadar Hepsidin Serum pada Penderita dengan Infeksi HIV Korelasi Kadar Hepsidin Serum dan Hitung Sel CD4 pada Penderita
2 dengan Infeksi HIV BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Populasi Penelitian Populasi Target Populasi Terjangkau Sampel Penelitian Teknik Pengambilan Sampel Besar Sampel Kriteria Inklusi dan Ekslusi Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Kriteria Ekslusi Bahan dan Instrumen Penelitian Hepsidin Hitung Sel CD Alur Penelitian Analisis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik sampel Hubungan antara kadar hepsidin serum dan hitung sel CD Hubungan antara kadar hemoglobin dan hitung sel CD Pembahasan xi
3 Karakteristik sampel Hubungan antara kadar hepsidin serum dan hitung sel CD Hubungan antara kadar hemoglobin dan jumlah CD Hubungan antara hepsidin serum dan kadar hemoglobin BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii
4 ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KADAR HEPSIDIN SERUM DAN HITUNG SEL CD4 PADA PENDERITA TERINFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)-1 DENGAN STATUS ARV NAIVE Infeksi HIV merupakan masalah multi dimensi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan dalam metabolisme zat besi dapat menyertai dan memperburuk progresifitas HIV / AIDS. Keseimbangan besi ditubuh diregulasi oleh hepsidin dengan berikatan pada ferroportin. Penurunan ekspresi hepsidin mungkin dapat membatasi replikasi HIV-1. Penelitian Armitagea dkk menunjukan bahwa hepsidin plasma lebih tinggi secara signifikan pada individu yang terinfeksi HIV-1. Penelitian pertama hubungan hitung sel CD4 dan kadar hepsidin serum pada pasien yang terinfeksi HIV-1 dengan dan tanpa terapi anti retroviral (ARV) dilaporkan oleh Wisaksana dkk. Penelitian ini dirancang untuk membuktikan hubungan antara kadar hepsidin serum dan hitung sel CD4 pada penderita terinfeksi HIV dengan status ARV Naive. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan rancangan penelitian potong lintang analitik di poliklinik Voluntary Counseling Test (VCT) dan ruangan rawat inap kelas III RSUP Sanglah. Penderita terinfeksi HIV-1 stadium klinis III & IV WHO yang berusia tahun dan tidak pernah mendapatkan terapi ARV diikut sertakan. Kriteria eksklusi: hipoksemia, mendapat terapi preparat besi / transfusi darah, keganasan, SLE atau RA, penyakit ginjal kronis, penyakit hati kronis, infeksi Mycobacterium tuberculosis dan kehamilan. Selanjutnya dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan hepsidin serum dan hitung sel CD4. Dari 62 sampel penderita infeksi HIV stadium III dan IV, didapatkan median kadar hepsidin serum adalah 41,66 (4,98-142,31) µg/ml dan median hitung sel CD4 adalah 21 (1-257) sel/m 3. Pada analisis korelasi spearman pada kedua variabel ini ditemukan korelasi yang bermakna antara kadar hepsidin serum dan hitung sel CD4, dengan koefisien korelasi sebesar -0,28 dan nilai signifikansi 0,028. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan dengan korelasi negatif antara kadar hepsidin serum dan hitung sel CD4 pada penderita terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV)-1 dengan status ARV naïve. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut agar dapat membuktikan lebih jauh peran inflamasi pada progresifitas penyakit pada penderita yang terinfeksi HIV-1. Kata Kunci: Infeksi HIV dengan status ARV naive, kadar hepsidin serum, hitung sel CD4. xiii
5 ABSTRACT CORRELATION BETWEEN HEPCIDIN SERUM LEVEL AND CD4 CELL COUNT IN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)-1 PATIENT WITH ARV NAÏVE STATUS HIV infection is a multidimensional problem. Reduction hepcidin expression may limit the replication of HIV-1. Some studies show that changes in iron metabolism can accompany and promote the progression of HIV / AIDS. Serum iron balance is regulated by hepcidin by binding to ferroportin. Down regulated hepcidin expression may limit the replication of HIV-1. Armitagea et al shows that plasma hepsidin significantly higher in HIV patients. The first study of correlation between serum hepcidin levels and CD4 cell count in HIV patients with and without anti retroviral (ARV) therapy reported by Wisaksana et al. This study was designed to prove the correlation between serum hepcidin level and CD4 cell counts in HIV-infected patients with ARV Naive status. An observational study with cross sectional analytic design in the Voluntary Counseling Test (VCT) Clinic and class III ward at Sanglah Hospital. HIV-1 infected patients with clinical stage III & IV WHO aged years and never get ARV therapy included. Exclusion criteria: hypoxemia, iron preparations therapy / blood transfusion, malignancy, SLE or RA, chronic kidney disease, chronic liver disease, Mycobacterium tuberculosis infection and pregnancy. Furthermore, the history, physical examination, serum hepsidin examination and CD4 cell count. From 62 samples of HIV patients on stage III and IV, the median levels of serum hepcidin was (4.98 to ) pg / ml and the CD4 cell count median was 21 (1-257) cells / m3. In Spearman correlation analysis on these two variables, we found significant correlation between serum hepcidin level and CD4 cell count, with a correlation coefficient and significancy value From the results of this study, we concluded that there is a negative correlation between serum hepsidin level and CD4 cell count in HIV patients with ARV naïve status. The results of these studies are expected to be used as the basis for further research in order to prove further the role of inflammation in the progression of disease in HIV. Keywords: HIV infection with ARV naïve status, Hepcidin serum, level, CD4 cell count. xiv
6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan masalah multi dimensi yang mengancam negara-negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Laporan United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) tahun 2013 menyatakan bahwa jumlah orang yang hidup dengan HIV adalah 35 juta orang ( juta), dengan angka insiden pada tahun 2013 sebanyak 2,1 juta orang. Angka kematian akibat Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pada tahun 2013 adalah sebesar 1,5 juta orang (UNAIDS, 2013). Terapi antiretroviral (ARV) dapat mengendalikan viral load dengan efektif selama bertahun-tahun, namun varian yang resisten terhadap obat akhirnya muncul dan menyebabkan AIDS (Stebbing, 2004). Meskipun terapi ARV efisien, eradikasi infeksi HIV-1 terus menjadi tantangan dan membutuhkan wawasan biologis baru untuk pengembangan strategi terapi yang efektif. Eradikasi provirus HIV-1 yang laten masih tetap tidak efektif, karena HIV-1 yang terintegrasi tidak terpengaruh oleh obat ARV yang ada sampai transkripsi virus teraktifasi (Lafeuillade, 2011). Penurunan besi fisiologis oleh ferroportin, deplesi besi dengan iron chelator, atau penurunan ekspresi hepsidin mungkin dapat membatasi replikasi HIV-1 dan dianggap sebagai metode terapi potensial masa depan untuk infeksi HIV-1 (Xu, 2010). Beberapa penelitian independen telah menunjukkan bahwa perubahan dalam metabolisme zat besi dapat menyertai dan memperburuk progresifitas HIV / AIDS (Dermid, 2007). World Health Organization (WHO) membuat klasifikasi xv
7 imunologis untuk menilai derajat imunodefisiensi menjadi empat kategori: imunodefisiensi yang tidak signifikan / no significant immunodeficiency (CD4 > 500 sel/mm3), imunodefisiensi ringan / mild (CD sel/mm3), imunodefisiensi lanjut/advanced ( CD sel/mm3), dan imunodefisiensi berat/severe (CD4+ < 200 sel/mm3) (WHO, 2007a). Langkah-langkah tertentu dalam siklus replikasi HIV-1 melibatkan zat besi sebagai komponen yang penting (Drakesmith, 2008; Nekhai, 2013). Pada pasien yang terinfeksi HIV-1, sering terjadi penimbunan zat besi pada makrofag. Hal ini telah dibuktikan pada beberapa penelitian klinis. Sebuah penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara derajat pembebanan zat besi pada makrofag sumsum tulang dan angka mortalitas pasien dengan infeksi HIV-1 (Monye, 2009). Makrofag merupakan sebuah tempat penampungan yang penting dari HIV-1 yang relatif resisten terhadap pengobatan (Montaner 2006). Secara in vivo pembebanan besi pada makrofag dalam konteks infeksi HIV-1 dapat memiliki dua konsekuensi lebih lanjut yang akan merugikan inang. Konsekuensi pertama adalah timbulnya kondisi yang baik untuk replikasi HIV-1 dan pada saat yang sama memberikan nutrisi penting untuk mikroorganisme penyebab penyakit lainnya (Orenstein, 1997). Konsekuensi buruk kedua dari deposisi besi kronis pada makrofag adalah anemia. Makrofag mendaur ulang 30 mg zat besi per hari (20-30 kali lipat jumlah yang biasanya diserap dari diet), fluktuasi pada daur ulang besi mempengaruhi eritropoiesis. Jika zat besi dalam jumlah yang cukup tertahan dalam makrofag dan tidak dilepaskan ke serum, sumsum tulang akan kekurangan zat besi dan tidak dapat mensintesis darah merah yang cukup xvi
8 (Knutson 2003). Anemia penyakit kronis dapat diamati berbagai infeksi virus (Weiss, 2005). Anemia sering ditemukan dalam perjalanan infeksi HIV / AIDS akibat penumpukan besi pada makrofag maupun dalam kondisi defisiensi besi yang dihubungkan dengan prognosis yang buruk (Lundgren, 2003). Ferroportin merupakan satu-satunya exporter besi yang ditemukan pada mamalia dan terdapat pada sel dan jaringan dimana sebagian besar besi mengalami regulasi seperti: sel darah merah, plasenta, hepatosit serta makrofag di hati dan limpa (Abboud, 2000). Ferroportin juga diekspresikan pada sisi basolateral dari enterosit duodenum dan membantu pelepasan besi menuju serum yang kemudian berfungsi untuk mengatur absorbsi besi sistemik dan daur ulang zat besi (Ganz, 2007). Ekspresi ferroportin diregulasi secara negatif oleh hepsidin (Nekhai, 2013). Hepsidin adalah suatu protein yang memiliki peran dalam regulasi besi didalam tubuh manusia. Hepsidin tersusun dari 25 asam amino dan disintesis oleh hepatosit. Hepsidin meregulasi keseimbangan besi ditubuh dengan berikatan dengan ferroportin. Peningkatan kadar hepsidin akan menurunkan pelepasan besi dari makrofag dan organ retikuloendotelial, serta menurunkan absorbsi besi di saluran cerna, sehingga akan menyebabkan turunnya persediaan besi untuk proses eritropoesis (Larson DS dan Coyne DW,2013). Pengeluaran besi dari sel yang terinfeksi dengan terapi iron chelator adalah strategi antivirus yang potensial (Schaible, 2004). Pada sebuah penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Costagliola dkk. (1994) pada pasien thalassemia dengan infeksi HIV-1 yang mendapatkan dosis deferiprone (iron chelator) yang lebih tinggi, menunjukkan hasil kelangsungan hidup yang lebih lama. Penelitian- xvii
9 penelitian lain meneliti khasiat iron chelator dalam mengendalikan replikasi HIV-1 dalam sel kultur. Deplesi besi seluler melalui ekspresi ferroportin dipertimbangkan dapat menghambat ekspresi gen HIV-1 (Xu, 2010). Penelitian yang cermat diperlukan untuk memastikan bahwa iron chelator menargetkan aspek yang spesifik pada siklus hidup virus pada sel yang tepat tanpa efek samping yang tidak diinginkan (Schaible, 2004). Penelitian in vitro yang dilakukan oleh Min-Xu, dkk. (2010) menunjukkan bahwa hepsidin menginduksi traskripsi HIV-1 pada 293 sel T yang mengekspresikan Wild Type ferroportin tetapi tidak pada mutan C326Y. Selain itu pemberian hepsidin pada sel makrofag dan sel kultur yang terinfeksi HIV-1 pada keberadaan zat besi, menginduksi replikasi HIV-1 secara signifikan. Penemuan ini menunjukkan bahwa interaksi antara ekspresi ferroportin dan degradasi ferroportin oleh hepsidin dapat berperan sebagai regulator pada transkripsi HIV-1 dan menunjukkan bahwa transkripsi HIV-1 dapat teraktifasi secara transien oleh hepsidin. Walaupun demikian, peran ferroportin atau hepsidin pada progresifitas penyakit akibat infeksi HIV-1 masih belum dapat dibuktikan. Ekspresi hepsidin difasilitasi oleh Interleukin (IL)-6 dan sitokin pro inflamasi lain yang meningkat selama proses inflamasi dan merupakan faktor resiko untuk progresifitas penyakit HIV-1 (Ganz, 2009). Pada infeksi hepatitis B, kadar hepsidin dapat mengalami fluktuasi pada hari ke paska viremia pertama (ketika respon sitokin berlebihan). Kadar hepsidin mengalami supresi pada infeksi kronis hepatitis C (Felton, 1979). Hepsidin memiliki peran penting pada patogenesis infeksi Mycobacterium tuberculosis dalam regulasi homeostasis besi pada inang selama infeksi dan homeostasis besi patogen (pengambilan dan xviii
10 penyimpanan zat besi) Mekanisme modulasi lingkungan zat besi inang pada kondisi hepsidin yang tinggi pada Mycobacterium tuberculosis tidak diketahui. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Mycobacterium tuberculosis dapat memanipulasi produksi hepsidin seluler pada inang (Sow, 2007). Penelitian potong lintang komparatif yang dilakukan oleh Armitagea dkk. (2014) pada 31 individu yang terinfeksi HIV-1 dengan kontrol 20 individu HIV(- ) menunjukan bahwa hepsidin plasma lebih tinggi secara signifikan pada individu yang terinfeksi HIV-1 (19.13 vs ng/ml, P = ). Selain itu pada penelitian ini juga dilakukan uji komparatif pada 20 individu yang terinfeksi HIV-1 yang telah mendapat terapi ARV dengan kontrol 20 individu HIV(-) dengan hasil hepsidin plasma yang lebih tinggi secara signifikan (17.51 vs ng/ml, P: ). Penelitian pertama hubungan hitung sel CD4 dan kadar hepsidin serum pada pasien yang terinfeksi HIV-1 dilaporkan oleh Wisaksana dkk. (2013). Penelitian tersebut berupa nested case control yang kemudian dilakukan analisis korelasi pada subjek penelitian yang berjumlah 84 sampel pasien yang terinfeksi HIV-1 dengan karakterisktik pasien: 42 pasien dengan infeksi Mycobacterium tuberculosis, 23 pasien mendapat terapi ARV. Pada penelitian ini didapatkan nilai r = -0.5, p < Penelitian penelitian diatas menunjukkan peran zat besi yang diregulasi terutama oleh hepsidin dalam replikasi dan progresifitas infeksi HIV. Selain itu, penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar hepsidin pada pasien dengan infeksi HIV tahap lanjut yang disertai korelasi terbalik dengan hitung sel CD4. Pada penelitian pendahuluan tersebut beberapa subjek xix
11 penelitian menggunakan terapi ARV. Oleh karena itu penelitian ini dirancang untuk membuktikan hubungan antara peningkatan kadar hepsidin serum dan hitung sel CD4 pada penderita terinfeksi HIV dengan status ARV Naive. 1.2 Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara kadar hepsidin serum dan hitung sel CD4 pada penderita terinfeksi HIV-1 dengan status ARV Naive? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum: mengetahui hubungan kadar hepsidin serum dan hitung sel CD4 pada penderita terinfeksi HIV-1 dengan status ARV Naive Tujuan khusus: 1. Mengetahui kadar hepsidin serum pada penderita terinfeksi HIV-1 dengan status ARV Naive. 2. Mengetahui kadar CD4 serum pada penderita terinfeksi HIV-1 dengan status ARV Naive. 3. Mengetahui hubungan antara kadar hepsidin serum dan hitung sel CD4 pada penderita terinfeksi HIV-1 dengan status ARV Naive. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan: dapat diketahui hubungan antara kadar hepsidin serum dan hitung sel CD4 pada penderita terinfeksi HIV-1 dengan status ARV Naive Manfaat praktis: dengan mengetahui hubungan antara kadar hepsidin serum dan hitung sel CD4 pada penderita terinfeksi HIV-1 dengan status ARV Naïve, dapat meningkatkan wawasan tentang peran hepsidin progresifitas infeksi HIV-1. xx
ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS
ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS Ardo Sanjaya, 2013 Pembimbing 1 : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing 2 : Ronald Jonathan, dr., MSc., DTM & H. Latar
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA
ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV. Adanya hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas.
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS
ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) semakin menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dipengaruhi epidemi ini ditinjau dari jumlah infeksi dan dampak yang
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Epidemi Human immunodeficiency virus (HIV) / Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan krisis global dan tantangan yang berat bagi pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno Deficiency Syndrome(AIDS) saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Selama kurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merupakan penyebab dari timbulnya Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), masih menjadi masalah kesehatan utama secara
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum
FAKTOR DETERMINAN PENINGKATAN BERAT BADAN DAN JUMLAH CD4 ANAK HIV/AIDS SETELAH ENAM BULAN TERAPI ANTIRETROVIRAL Penelitian Cohort retrospective terhadap Usia, Jenis kelamin, Stadium klinis, Lama terapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik / penyakit ginjal tahap akhir (ESRD / End Stage Renal Disease) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
Lebih terperinciStudi kasus pada pasien di RSUP Dr. Kariadi Semarang JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
HUBUNGAN ANTARA STADIUM KLINIS, VIRAL LOAD DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG Studi kasus pada pasien
Lebih terperinciHIV dengan anemia (Volberding, dkk., 2002; Volberding, dkk 2004). Anemia juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan masalah di seluruh dunia termasuk Indonesia. Laporan UNAIDS tahun 2010 menyatakan bahwa walaupun secara global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1,2,3. 4 United Nations Programme on HIV/AIDS melaporkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus Human Immunodeficiency
Lebih terperinciHUBUNGAN ANEMIA DAN KEK PADA IBU HAMIL AKHIR TRIMESTER III DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember)
HUBUNGAN ANEMIA DAN KEK PADA IBU HAMIL AKHIR TRIMESTER III DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember) SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengancam jiwa sehingga sampai saat ini menjadi
Lebih terperinci4.6 Instrumen Penelitian Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Etika Penelitian BAB V.
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... I LEMBAR PERSETUJUAN... II PENETAPAN PANITIA PENGUJI... III KATA PENGANTAR... IV PRASYARAT GELAR... V ABSTRAK... VI ABSTRACT... VII DAFTAR ISI... VIII DAFTAR TABEL... X Bab I.
Lebih terperinciBerdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus HIV (Human Immunodeficiency
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum
HUBUNGAN JENIS INFEKSI OPORTUNISTIK DENGAN MORTALITAS ANAK HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME Studi di RSUP Dr. Kariadi Semarang LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan virus yang menyerang imunitas manusia. Kumpulan gejala penyakit yang muncul karena defisiensi imun tersebut disebut AIDS
Lebih terperinciPERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS
PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS ABSTRAK Renaldi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung Latar belakang
Lebih terperinciABSTRAK. Adherence Scale (MMAS).
iv ABSTRAK HIV positif merupakan kondisi ketika terdapat infeksi Human Immunodeficiency Virus di dalam darah seseorang. Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) semakin nyata menjadi masalah kesehatan utama di seluruh
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1 kedokteran umum
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP HARAPAN HIDUP 5 TAHUN PASIEN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) / ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. AIDS didefinisikan
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1 kedokteran umum
HUBUNGAN ANTARA STADIUM KLINIS, VIRAL LOAD DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Komplikasi infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komplikasi infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) terhadap perubahan status nutrisi telah diketahui sejak tahap awal epidemi. Penyebaran HIV di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum HIV/AIDS HIV merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV (AIDSinfo, 2012). HIV termasuk famili Retroviridae dan memiliki genome single stranded RNA. Sejauh ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, didapatkan peningkatan insiden dan prevalensi dari gagal ginjal, dengan prognosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsi. Selama infeksi berlangsung,
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2011 2013 Kasus kusta di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan Negara lain. Angka kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi mikro. Defisiensi besi sering ditemukan bersamaan dengan obesitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas dan defisiensi besi memberi dampak buruk terhadap kesehatan anak. Obesitas adalah kelebihan gizi, sedangkan defisiensi besi merupakan kekurangan gizi mikro.
Lebih terperinciABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II
ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II Pande Made Angger Parameswara Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/ kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai infeksi disebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah dikenal sejak tahun 1983 dan termasuk dalam golongan retrovirus. HIV menyerang sistem imun yang secara bertahap akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Infeksi Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menimbulkan masalah besar di dunia.tb menjadi penyebab utama kematian
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua yang menginfeksi manusia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan menyebabkan angka kematian
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP. Dr.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sel Cluster of differentiation 4 (CD4) adalah semacam sel darah putih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sel Cluster of differentiation 4 (CD4) adalah semacam sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian terpenting dari sistem kekebalan tubuh, Sel ini juga
Lebih terperinciABSTRAK ANALISIS KADAR INTERFERON GAMMA PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DAN BUKAN PENDERITA TUBERKULOSIS
ABSTRAK ANALISIS KADAR INTERFERON GAMMA PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DAN BUKAN PENDERITA TUBERKULOSIS Rina Lizza Roostati, 2008, Pembimbing I : Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes. Pembimbing II : J. Teguh
Lebih terperinciABSTRAK PREDIKTOR PENINGKATAN STATUS GIZI PASIEN YANG MENDAPATKAN TERAPI ANTIRETROVIRAL DI RSUP SANGLAH DENPASAR BALI
ABSTRAK PREDIKTOR PENINGKATAN STATUS GIZI PASIEN YANG MENDAPATKAN TERAPI ANTIRETROVIRAL DI RSUP SANGLAH DENPASAR BALI Setelah ditemukannya obat antiretroviral (ARV) telah terjadi peningk atan status gizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga menyebabkan sistem pertahanan tubuh manusia tersebut menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah yang serius bagi dunia kesehatan. Menurut data World Health
Lebih terperinciKORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN CD4 COUNT PADA PASIEN HIV/AIDS
KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN CD4 COUNT PADA PASIEN HIV/AIDS Ardo Sanjaya 1, Christine Sugiarto 2, Ronald Jonathan 3 1. Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung 2. Bagian
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HIV/AIDS DI YAYASAN SPIRIT PARAMACITTA DENPASAR
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HIV/AIDS DI YAYASAN SPIRIT PARAMACITTA DENPASAR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan OLEH:
Lebih terperinciKata kunci: HIV, sifilis, uji saring, pendonor pengganti, pendonor sukarela, UDD PMI Provinsi Bali-RSUP Sanglah vi
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDONOR, PREVALENSI INFEKSI HIV, DAN PREVALENSI INFEKSI SIFILIS PADA PENDONOR PENGGANTI DAN PENDONOR SUKARELA DI UNIT DONOR DARAH PROVINSI BALI-RSUP SANGLAH TAHUN 2013 Transfusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhasil mencapai target Millenium Development Goal s (MDG s), peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global. Meskipun program pengendalian TB di Indonesia telah berhasil mencapai target
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...
DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...
Lebih terperinciABSTRAK. Prevalensi Penularan Virus Hepatitis C pada Skrining Penyumbang Darah. di PMI Kota Bandung antara Tahun 2003 sampai dengan 2006
ABSTRAK Prevalensi Penularan Virus Hepatitis C pada Skrining Penyumbang Darah di PMI Kota Bandung antara Tahun 2003 sampai dengan 2006 Raykendran Arfellia Nawaarta, 2007 Pembimbing : Freddy Tumewu Andries,dr.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu. Penurunan imunitas seluler penderita HIV dikarenakan sasaran utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu infeksi yang perkembangannya terbesar di seluruh dunia, dalam dua puluh tahun terakhir diperkirakan
Lebih terperinciPREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) semakin nyata menjadi masalah kesehatan utama diseluruh dunia (Yasin
Lebih terperinciBAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di
1 BAB II PENDAHULUANN 1.1 Latar Belakangg Humann Immunodeficiencyy Viruss (HIV) / Acquired Immuno Deficiency Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di dunia, dimana jumlah
Lebih terperinciABSTRAK. STUDI TATALAKSANA SKRINING HIV di PMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007
vi ABSTRAK STUDI TATALAKSANA SKRINING HIV di PMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 Francine Anne Yosi, 2007; Pembimbing I: Freddy Tumewu Andries, dr., MS Pembimbing II: July Ivone, dr. AIDS (Acquired Immunodeficiency
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga berpengaruh terhadap keadaan sosioekonomi meskipun berbagai upaya. penyakit ini (Price & Wilson, 2006; Depkes RI 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan dan salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang paling signifikan di dunia (WHO, 2015), karena disamping belum
Lebih terperinciABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER
ABSTRAK UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER Aisyah Mulqiah, 2016 Pembimbing I Pembimbing II : dr. Penny
Lebih terperinciABSTRAK. GAMBARAN VALIDITAS INDEKS MENTZER DAN INDEKS SHINE & LAL PADA PENDERITA β-thallassemia MAYOR
ABSTRAK GAMBARAN VALIDITAS INDEKS MENTZER DAN INDEKS SHINE & LAL PADA PENDERITA β-thallassemia MAYOR Nathanael Andry Mianto, 2013 Pembimbing : dr. Christine Sugiarto, Sp.PK, dr. Adrian Suhendra, Sp.PK,
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman Halaman Sampul Dalam... i Pernyataan Orisinalitas... ii Persetujuan Skripsi... iii Halaman Pengesahan Tim Penguji Skripsi... iv Motto dan Dedikasi... v Kata Pengantar... vi Abstract...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Talasemia merupakan penyakit bawaan yang diturunkan dari salah satu orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat perubahan atau kelainan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: prevalensi, anemia, kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah. vii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PREVALENSI ANEMIA PADA WANITA HAMIL DENGAN KELAHIRAN PREMATUR DAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2012 Wima, 2014 Pembimbing 1: dr. Dani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyebab utama kesakitan dan kematian didunia terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini
Lebih terperinciABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes
ABSTRAK HUBUNGAN MIKROALBUMINURIA (MAU) DAN ESTIMATED GLOMERULAR FILTRATION RATE (egfr) SEBAGAI PREDIKTOR PENURUNAN FUNGSI GINJAL PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. (1) Saat ini
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KASUS HIV/AIDS DENGAN TUBERKULOSIS DI KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2011
ABSTRAK GAMBARAN KASUS HIV/AIDS DENGAN TUBERKULOSIS DI KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2011 Widyannea. M., 2012, Pembimbing I : July Ivone, dr.,m.kk.,mpd.ked. Pembimbing II: Triswaty Wiyata, dr.,m.kes. Tuberkulosis
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Hepcidin merupakan hormon regulator kadar zat besi dalam tubuh,
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hepcidin 2.1.1. Definisi Hepcidin merupakan hormon regulator kadar zat besi dalam tubuh, yang tersusun atas 25 asam amino peptida. Pertama kali ditemukan tahun 2000 sebagai
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi DAFTAR SINGKATAN... xii DAFTAR ISTILAH...
Lebih terperinciGAMBARAN PENULARAN DAN STIGMA PADA PEREMPUAN DENGAN
ABSTRAK GAMBARAN PENULARAN DAN STIGMA PADA PEREMPUAN DENGAN Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome DI KLINIK SWASTA KHUSUS KOTA BANDUNG Ardi Soeharta Chandra, 2013 Pembimbing:
Lebih terperinciABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS
ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS Meta Adhitama, 2011 Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg.,skm Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang menduduki urutan ke-4 didunia yang mematikan, menjadi wabah internasional dan cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi
Lebih terperinciABSTRAK KELAINAN SISTEM SARAF PUSAT PADA PASIEN HIV/AIDS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2007 DESEMBER 2008
ABSTRAK KELAINAN SISTEM SARAF PUSAT PADA PASIEN HIV/AIDS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2007 DESEMBER 2008 Fransiska, 2009 Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.Kes.
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013
i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV (human immunodeficiancy virus) yang berkembang paling cepat menurut data UNAIDS (United Nations
Lebih terperinciPERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI
PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan
Lebih terperinciDAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS
ABSTRAK PERBEDAAN RERATA JUMLAH TROMBOSIT PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN MANIFESTASI PERDARAHAN NEGATIF-RINGAN DAN SEDANG-BERAT DI RSUP SANGLAH TAHUN 2015 Trombositopenia adalah salah satu dari
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan infeksi yang berkembang pesat di dunia, begitu pula di Indonesia. Menurut
Lebih terperinciABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE TALLQVIST TERHADAP METODE FLOW CYTOMETRY
ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE TALLQVIST TERHADAP METODE FLOW CYTOMETRY Rd. Nessya N. K., 2011 Pembimbing I : Adrian S., dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : Hartini T.,
Lebih terperinciBAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). 10,11 Virus ini akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih mendapatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih mendapatkan perhatian khusus dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), terutama di negara-negara
Lebih terperinciACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR
ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR PENDAHULUAN Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yg disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV : HIV-1 : penyebab
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH
ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH Theresia Indri, 2011. Pembimbing I Pembimbing II : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan global yang menjadi perbincangan masyarakat di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1 Latar Belakang Penyakit human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) disebabkan oleh infeksi HIV. HIV adalah suatu retrovirus yang berasal dari famili
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Transfusi darah adalah salah satu praktek klinis yang umum dilakukan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1.Perumusan masalah Transfusi darah adalah salah satu praktek klinis yang umum dilakukan pada perawatan pasien di rumah sakit. Banyak orang mendonorkan darahnya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Paru merupakan port d entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Kuman
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tuberkulosis Paru merupakan port d entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Kuman M.tuberculosis dengan droplet nuclei akan terhirup dan mencapai alveolus akibat ukurannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4 positif, makrofag, dan komponen komponen
Lebih terperinciKORELASI KADAR SERUM PROCALSITONIN DENGAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA DENGAN KECURIGAAN SEPSIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE FEBRUARI JUNI 2016
KORELASI KADAR SERUM PROCALSITONIN DENGAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PENDERITA DENGAN KECURIGAAN SEPSIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE FEBRUARI JUNI 2016 Lembar Persetujuan Pembimbing SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007
ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007 Yanuarita Dwi Puspasari, 2009. Pembimbing I : July Ivone, dr., MS Pembimbing II : Caroline Tan Sardjono,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. RSUP Dr. Kariadi Semarang telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2014
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan suatu virus yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh pada manusia. Virus ini akan memasuki tubuh manusia dan
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU
ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU dr. SLAMET GARUT PERIODE 1 JANUARI 2011 31 DESEMBER 2011 Novina
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN ANGKATAN 2010 TENTANG PERANAN KONDOM TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS Oleh: VINCENT 100100246 FAKULTAS KEDOKTERAN MEDAN 2013 ii TINGKAT
Lebih terperinciKata kunci: Prevalensi,Anemia, Anemia defisiensi besi, bayi berat lahir rendah, Hb.
Abstrak PREVALENSI BAYI BERAT LAHIR RENDAH PADA IBU ANEMIA DEFISIENSI BESI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang sering terjadi dan 50% dari wanita hamil di negara
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh dunia dan penyebab terjadinya proses fibrosis hati dan berakhir pada sirosis hati
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN DERAJAT PROTEINURIA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI RSUP SANGLAH
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... ix KATA PENGANTAR...
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain Penelitian yang dipilih adalah rancangan studi potong lintang (Cross Sectional). Pengambilan data dilakukan secara retrospektif terhadap data
Lebih terperinci