BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN"

Hadi Irawan
6 tahun lalu
Tontonan:

1 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare menjadi penyebab 1,8 juta kematian tiap tahun terutama terjadi di negara-negara berkembang (Igle and Hinge, 2012). Keterbatasan akses air bersih, buruknya sanitasi merupakan salah satu sebab berjangkitnya kasus diare. Diperkirakan sebanyak 884 juta orang terutama di Afrika dan Asia tidak memiliki akses air bersih, ratusan juta lebih lainnya tidak mampu untuk mengupayakan sumber air bersih yang layak (Lucas et al., 2011). Bahkan, air yang selama ini dikonsumsi telah tercemar sejak proses penampungan, penyimpanan hingga distribusi di rumah terutama pada penduduk status ekonomi rendah dengan kualitas kesehatan yang buruk (Boisson et al., 2010). Di Indonesia, penyakit diare dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000, incidence rate (IR) penyakit diare sebesar 301/1.000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1.000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1.000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1.000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering timbul dengan case fatality rate (CFR) yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan dengan jumlah kasus orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah kasus orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %). Kasus KLB diare berdasarkan provinsi tahun 2010, terbanyak terjadi di Sulawesi Tengah, namun CFR tertinggi terjadi di Provinsi Lampung(Kemenkes RI, 2011). Berkenaan dengan hal tersebut, dari 10 (sepuluh) besar angka penyakit di Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2012 diketahui kejadian diare menempati peringkat pertama (Gambar 1): 1

2 Diare Akut Series Dema m tdk lazim Tersa ngka Dema m Tifoid ILI Diare Berda rah Malar ia Konfi rmasi Klust er Pny Tdk di ket Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat, GHPR Pneu moni a Tersa ngka DBD Gambar 1 Sepuluh Besar Penyakit di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2012 Jika dilihat kecenderungan data kasus diare di Kabupaten Lampung Barat periode , menunjukkan adanya fluktuasi dan pada tahun 2012 terjadi peningkatan. Kecenderungan ini juga terjadi di sebagian besar puskesmas. Namun pola tersebutt tidak terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kenali. Hal yang terjadi adalah peningkatan kasus diare incidence rate dari 15/1.000 penduduk meningkat dua kali lipat menjadi 27/1.000 penduduk pada tahun kemudian stagnan pada tahun 2012 seperti pada Gambar 2: 2

3 IR (/1000 PDDK SBJ BGN FBN SKC KNL BBK SRM LW BNY LBK KR KPW PTK LMG PP BHA NGB BBG BKN KAB PUSKESMAS Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat, Keterangan: SBJ= Puskesmas Sumber Jaya, BGN= Puskesmas Bungin, FBN= Puskesmas Fajar Bulan, SKC= Puskesmas Sekincau, KNL= Puskesmas Kenali, BBK= Puskesmas Batu Brak, SRM= Puskesmas Srimulyo, LW= Puskesmas Liwa, BNY= Puskesmas Buay Nyerupa, LBK= Puskesmas Lombok, KR= Puskesmas Krui, KPW= Puskesmas Karya Penggawa, PTK= Puskesmas Pugung Tampak, LMG= Puskesmas Lemong, PP= Puskesmas Pulau Pisang, BHA= Puskesmas Biha, NGB= Puskesmas Ngambur, BBG= Puskesmas Bangkunat Belimbing, BKN= Puskesmas Bengkunat, KAB= Kabupaten. Gambar 2 Incidence Rate Kasus Diare Semua Umur Per Puskesmas di Kabupaten Lampung Barat Tahun Ketika ditelaah lebih mendalam tentang kondisi kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Kenali, diketahui bahwa incidence rate kasus diare pada kurun waktu 2007s/d 2008 terjadi kenaikan cukup signifikan pada kelompok umur di atas 5 (lima) tahun dan balita, yakni sekitar dua kali lipat. Peningkatan terus terjadi hingga tahun 2011 dan diketahui peningkatan incidence rate kasus diare pada kelompok umur > 5 (lima) tahun lebih tinggi dibandingkan pada balita. Namun pada tahun 2012 terjadi penurunan pada kelompok umur > 5 (lima) tahun dan sebaliknya terjadi peningkatan pada kelompok balita. Pola ini mirip dengan angka insidens di tingkat kabupaten yang dapat dilihat pada Gambar 3: 3

4 INCIDENCE RATE 20,0 15,0 10,0 5,0 9,1 8,9 3,6 3,0 12,9 14,4 8,6 8,6 18,5 10, > 5 TAHUN BALITA TAHUN Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat, Gambar 3 Grafik Incidence Rate Kasus Diare Kelompok Umur > 5 tahun dan Balita di Puskesmas Kenali Kabupaten Lampung Barat Periode Tahun Faktor-faktor yang kemungkinan terkait dengan kasus diare di Puskesmas Kenali menunjukkan bahwa data cakupan penyediaan air bersih berupa sumur gali pada tahun 2010 sebesar 17,9%, tahun 2011 sebesar 26% dan tahun 2012 sebesar 26%. Selain sumur gali, akses air bersih yang digunakan oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kenali pada tahun 2012 berasal dari air perpipaan mandiri sebesar 35%, penampungan air hujan sebesar 19,8% (Puskesmas Kenali, 2012). Menurut Kumar et al. (2011), buruknya sanitasi seperti minimnya akses air bersih, keberadaan pembuangan tinja manusia yang tidak baik serta higiene personal yang buruk sangat mempengaruhi peningkatan kasus diare di India. Sedangkan pada tahun di 24 negara bagian Amerika Serikat dan Puerto Rico, diketahui dari 48 kejadian luar biasa diare, 36 kasus berhubungan dengan penggunaan air (Brunkard et al., 2011). Adapun perilaku cuci tangan mampu mereduksi angka kesakitan diare hingga 42%, sanitasi lingkungan mampu mereduksi angka kesakitan diare hingga (36%) dan air yang bersih mampu mereduksi angka kesakitan diare hingga (20%) (Bartram and Cairncross, 2010). 4

5 Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan penelitian tentang sanitasi lingkungan dan perilaku cuci tangan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Kenali Kabupaten Lampung Barat. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah faktor-faktor sanitasi lingkungan dan perilaku cuci tangan berhubungan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Kenali Kabupaten Lampung Barat? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor sanitasi lingkungan dan perilaku cuci tangan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Kenali Kabupaten Lampung Barat. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan keberadaan sarana air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Kenali Kabupaten Lampung Barat. b. Mengetahui hubungan keberadaan jamban dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Kenali Kabupaten Lampung Barat. c. Mengetahui hubungan keberadaan saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Kenali Kabupaten Lampung Barat. d. Mengetahui cuci tangan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Kenali Kabupaten Lampung Barat. D. Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini yang dapat diperoleh adalah: 1. Manfaat Secara Praktis Adapun manfaat secara praktis yang diperoleh adalah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya dalam 5

6 hal mengatasi penyakit diare berkaitan dengan peningkatan sanitasi lingkungan dan perubahan perilaku cuci tangan. 2. Manfaat Secara Teoritis Adapun manfaat secara teoritis adalah hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya dalam hal mengatasi penyakit diare berkaitan dengan peningkatan sanitasi lingkungan dan perubahan perilaku cuci tangan. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan yang sudah diketahui antara lain: 1. Handayani (2007) dengan judul Hubungan Higiene Pribadi Ibu dan Sanitasi Lingkungan dengan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tempel 1 Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman. 2. Eralita (2011) dengan judul Hubungan Sanitasi Lingkungan, Pengetahuan dan Perilaku Ibu terhadap Diare Akut pada Balita di Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya. 3. Firdaus (2012) dengan judul Kualitas Bakteriologis Air Minum, Perilaku Sanitasi Ibu dan Sarana Sanitasi Lingkungan Terkait Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta. Perbedaan masing-masing penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat diuraikan sebagai berikut: 6

7 NO NAMA &JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN 1. Handayani (2007), Hubungan Higiene Pribadi Ibu dan Sanitasi Lingkungan dengan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tempel 1 Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman 2. Eralita (2011), Hubungan Sanitasi Lingkungan, Pengetahuan dan Perilaku Ibu terhadap Diare Akut pada Balita di Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya 3. Firdaus (2012) dengan judulkualitas Bakteriologis Air Minum, Perilaku Sanitasi Ibu dan Sarana Sanitasi Lingkungan Terkait Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta cuci tangan dan sanitasi lingkungan dengan diare Case control study hubungan sanitasi lingkungan dengan diare Case control study hubungan sanitasi lingkungan dengan diare Case control study cuci pada penderita, bukan ibu penderita Subjek penelitian adalah kelompok umur > 5 tahun, bukan balita cuci pada penderita, bukan pengetahuan dan perilaku ibu penderita Subjek penelitian adalah kelompok umur > 5 tahun, bukan balita cuci pada penderita, bukan kualitas baketeriologis air minum dan perilaku ibu penderita Subjek penelitian adalah kelompok umur > 5 tahun, bukan balita 7

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, dimana setiap tahunnya kejadian kasus diare sekitar 4 miliar, dengan jumlah kematian