Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016"

Transkripsi

1 ASUPAN ZAT GIZI, PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT), SERTA PERUBAHAN BERAT BADAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KECAMATAN MAKASSAR JAKARTA TIMUR TAHUN (STUDI KASUS) Anastasya 1, Ratih Agustin Prikhatina 2 1,2 Program Studi D3 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Alamat korespondensi: Prodi D3 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No Kramat Jati Jakarta Timur Telp: , anastasiaaca@gmail.com ABSTRAK Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran karakteristik, asupan zat gizi (energi, protein, lemak, karbohidrat, dan zinc), dan pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), serta perubahan berat badan pada pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Kecamatan Makassar Jakarta Timur pada tahun Penelitian dilakukan pada pasien Tuberkulosis Paru (TB Paru) di Puskesmas Kecamatan Makassar Jakarta Timur. Rancangan penelitian ini menggunakan cross-sectional dan bersifat deskriptif analitik. Sampel yang diambil yaitu dengan teknik Purposive Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 6 orang. Studi kasus ini disusun dengan metode NCP (Nutrition Care Process). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa asupan zat gizi responden TB paru yaitu asupan energi kurang, asupan protein kurang, asupan lemak baik, asupan karbohidrat kurang, dan asupan zinc kurang. Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan berupa susu bubuk full cream yang diberikan kepada responden kurang efektif dan efisien karena dengan jumlah yang diberikan tidak dapat meningkatkan asupan zat gizi terutama asupan protein dan zinc. Disarankan untuk petugas di Puskesmas dapat merujuk pasien TB Paru ke Poli Gizi agar pasien mendapatkan konseling gizi sehingga asupan zat gizi pasien meningkat. Kata kunci : Asupan Zat Gizi; PMT ; TB Paru PENDAHULUAN Tuberkulosis Paru (TB Paru) menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Sebagian besar kematian terjadi di negara berkembang yaitu sebesar 98% dan kematian yang muncul terjadi di Asia (Sudoyo, 2009). Kasus tuberkulosis paru ini memiliki prevalesi sebesar 95%. Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65% dari kasus kasus tuberkulosis paru yang baru. Menurut data yang ada di Puskesmas Kecamatan Makassar yaitu angka penjaringan suspek TB Paru pada tahun 2013 sebanyak 340 kasus dengan jumlah pasien TB Paru BTA Positif sebanyak 52 kasus (15,24%) dan proporsi Pasien TB Paru BTA Positif diantara semua Pasien TB Paru yang tercatat atau diobati adalah sebesar 57,63%. Banyak faktor yang dapat mendorong terjadinya TB Paru. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2010), penderita tuberkulosis paru paling banyak terdapat pada kelompok usia produktif, yaitu umur tahun sebesar kasus. Pada wanita, prevalensi tuberkulosis paru lebih rendah dan peningkatannya kurang tajam dibandingkan dengan pria. Hal ini disebabkan karena prevalensi pada wanita mencapai maksimum pada usia tahun dan kemudian berkurang. Pada pria, prevalensinya terus meningkat sampai usia 60 tahun selain itu, besarnya prevalensi tuberkulosis paru pada laki laki dikarenakan laki laki lebih banyak yang merokok dibandingkan wanita (Crofton, 2002). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oktarina yang dilakukan pada tahun 2004 di RSUP Persahabatan, status gizi pasien yang masuk rumah sakit dengan diagnosa tuberkulosis paru mengalami kekurangan berat badan tingkat berat. Hal ini ditandai dengan rata rata hasil perhitungan IMT pasien tuberkulosis paru pada saat sebelum masuk rumah sakit adalah 14,7 yang berarti pasien mengalami kekurangan berat badan tingkat berat. Berdasarkan data asupan energi pasien tuberkulosis paru menunjukkan bahwa terdapat 47,05% yang memiliki asupan energi baik (asupan 80%) dan 52,95 % memiliki asupan energi kurang (asupan <80%). Sedangkan sebagian besar asupan protein pasien tuberkulosis paru terdapat 88,23% memiliki asupan protein baik (asupan 80%) dan 11, 76% memiliki asupan protein kurang ( asupan <80%) (Rini,2008). Berdasarkan data asupan energi pasien tuberkulosis paru menunjukkan bahwa terdapat 47,05% yang memiliki asupan energi baik (asupan 80%) dan 52,95 % memiliki asupan energi kurang (asupan <80%). Sedangkan sebagian besar asupan protein pasien tuberkulosis paru terdapat 88,23% memiliki asupan protein baik (asupan 80%) dan 11, 76% memiliki asupan protein kurang ( asupan <80%) (Rini,2008). 72

2 Puskesmas kecamatan Makassar memiliki klinik pasien tuberkulosis paru yang dibuat khusus untuk menangani pasien tuberkulosis paru baik dewasa maupun anak anak. Berdasarkan informasi tersebut maka peneliti ingin mengetahui gambaran karakteristik, asupan zat gizi (energi, protein, lemak, karbohidrat, dan zinc), dan pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), serta perubahan berat badan pada pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Kecamatan Makassar Jakarta Timur. TINJAUAN PUSTAKA Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2005). Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang teutama menyerang parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002). Kekurangan gizi akan berpengaruh terhadap kekuatan dan daya tahan tubuh serta respon imunologik terhadap penyakit. Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dan kejadian tuberkulosis paru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prabu (2004) menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita tuberkulosis paru berat dibandingkan dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih. Selain status gizi, kebiasaan merokok juga memiliki resiko 2,3 kali terkena tuberkulosis. Hal ini dikarenakan merokok dapat meningkatkan resiko infeksi melalui mekanismenya merubah struktur saluran pernafasan dan menurunkan respon imun tubuh seseorang (Crofton,2002). Pada pasien tuberkulosis paru asupan energi harus diperhatikan, terutama pada pasien yang mengalami kekurangan berat badan. Pasien tuberkulosis paru harus mendapatkan asupan energi yang tinggi yaitu kkal per kilogram berat badan ideal. Asupan energi ini digunakan untuk mencapai berat badan ideal pada pasian tuberkulosis paru (Saskia, 2002). Pada pasien tuberkulosis paru asupan protein yang tinggi sangat diperlukan untuk menggantikan sel sel yang rusak dan meningkatkan kadar serum albumin yang rendah. Jumlah asupan protein yang dianjurkan untuk pasien tuberkulosis paru adalah sesuai dengan diet energi tinggi protein tinggi yaitu 2,0 2,5 gram per kilogram berat (Almatsier,2009). Pada penderita TB Paru yang mengalami sesak nafas, lemak dapat diberikan lebih tinggi karena lemak tidak akan menaikan kadar CO 2 dalam darah. Jika penderita TB Paru tidak mengalami sesak nafas, lemak diberikan sedang yaitu 20 25% dari total kebutuhan energi (Almatsier, 2009). Pada penderita tuberkulosis paru asupan karbohidrat rendah, hal ini dikarenakan umumnya penderita tuberkulosis paru mengalami sesak nafas. Jika asupan karbohidrat tinggi, maka kadar CO 2 dalam darah akan meningkat sehingga penderita tuberkulosis paru akan mengalami sesak nafas yang bertambah parah. Seng beperan dalam sintesis asam nukleta (DNA), deferensiasi limfosit dan potensiasi makrofag. Infeksi TB mengakibatkan redistribusi seng dari plasma ke jaringan akibat penurunan produksi protein makroglobulin-α2 yang berperan dalam sirkulasi seng di dalam darah. Defisiensi seng menurunkan aksi fagositosis makrofag dan kadar sel T dalam darah. Kadar sel dalam plasma darah menurun saat fase intensif OAT. Kejadian ini dihubungkan dengan penggunaan seng oleh makrofag untuk membunuh Mycobacterium tuberculosis, peningkatan absorbsi seng ke jaringan dan eliminasi seng melalui urin oleh etambutol (Pratomo, 2012). Makanan tambahan adalah makanan yang diberikan kepada seseorang untuk membantu mencukupi kebutuhan akan zat zat gizinya (Depkes,1977). Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk pasien TB Paru di Puskesmas Kecamatan Makassar diadakan sejak tahun PMT yang diberikan awalanya berasal dari Lembaga Sosial Amerika World Food Programme yang bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI dan dari Puskesmas Kecamatan Makassar. Namun, sejak tahun 2009 Pemberian Makanan Tambahan hanya berasal dari Puskesmas Kecamatan Makassar saja berupa susu bubuk. METODE Desain penelitian ini merupakan studi potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data primer. Penelitian dilakukan pada tanggal 3 8 Juni Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa yang menderita tuberkulosis paru di wilayah Puskesmas Kecamatan Makassar Jakarta Timur. Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien yang sedang menjalani pengobatan di puskesmas pada bulan Januari Juni Penelitian ini memiliki kriteria inklusi yaitu berusia tahun, penderita Tuberkulosis Paru tidak mempunyai penyakit penyerta yang mungkin mempengaruhi status gizi, berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium memiliki sputum BTA positif dan negatif dan bersedia diwawancara. Sedangkan kriteria ekslusi dapat dilihat saat pengumpulan data antara lain mengalami kemunduran daya ingat, mengalami kesulitan berkomunikasi dan sedang sakit parah, sehingga dapat menghambat jalannya penelitian. Analisis univariat adalah analisa karakteristik tiap variable untuk melihat frekuensi dan persentase dari variabel dependen, terdiri atas analisa untuk data kategorik dan numerik. Data yang didapat akan disusun dengan menggunakan metode NCP (Nutrition Care Process). HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pada 6 kasus pasien TB Paru dan semua berjenis kelamin laki-laki. Kasus pertama yaitu Os berusia 33 tahun dengan pendidikan SD,bekerja sebagai pegawai sekolah dengan pendapatan Sebelumnya memiliki riwayat sejak usia 11 tahun dan berhenti merokok sejak didiagnosa TB Paru. Os tinggal di lingkungan yang padat penduduk, di sebuah rumah kontrakan dengan fentilasi udara dan penerangan yang kurang sehingga keadaan rumah menjadi lembab. 74

3 Os memiliki tetangga yang juga menderita TB Paru. Saat berat badan pasien 51 kg dengan tinggi badan 163 cm. Setelah mengikuti pengobatan selama 6 bulan secara puskesmas, berat badan Os naik 9,8 kg menjadi 60,8 kg. Kenaikan berat badan ini juga dikarenakan pasien telah melewati fase awal pengobatan dan telah berada pada fase lanjutan. Pada saat sakit nafsu makan Os menurun sehingga asupan makan juga ikut menurun. Hal ini terjadi pada awal pengobatan, karena obat yang diberikan menyebabkan mual. Setelah 2 bulan fase pengobatan intensif, nafsu makan Os kembali meningkat. Os makan dengan porsi besar 3 4 x sehari dengan 2x minum susu pada pagi dan malam hari. Tetapi Os sering kali hanya mengkonsumsi satu jenis protein saja misalnya protein nabati saja atau protein hewani saja dalam satu kali makan. Status gizi yang dimiliki pasien masih termasuk kategori normal yaitu 22,86 kg/m 2. Asupan zat gizi Os dapat dilihat dari persentase asupan protein (65,71%) dan zinc (71,04%) berada dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan karena Os memiliki kebiasaan hanya mengkonsumsi satu jenis protein saja misalnya protein nabati saja atau protein hewani saja dalam satu kali makan, dan kurang mengkonsumsi makanan sumber zinc seperti daging, seafood, susu, biji bijian dan kacang kacangan. Pemberian Makanan Tambahan yang diberikan oleh Puskesmas berupa susu bubuk diminum 2x sehari oleh Os. Hal ini menunjukkan PMT yang dikonsumsi jumlahnya tidak cukup untuk meningkatkan asupan protein dan zinc Os.. Diagnosa gizi pada penelitian ini terdiri dari domain intake, domain klinis dandomain perilaku. Domain intake dari kasus ini yaitu asupan protein tidak adekuat (NI.5.7.1) berkaitan dengan pasien sering kali hanya mengkonsumsi satu jenis protein saja misalnya protein nabati saja atau protein hewani saja dalam satu kali makan ditandai dengan asupan protein 65,71% jika dibandingkan dengan kebutuhan. Sedangkan domain klinis yaitu Perubahan nilai lab terkait gizi (NC.2.2) berkaitan dengan pasien didiagnosa menderita TB Paru ditandai dengan hasil pemeriksaan dahak awal BTA +++. Dan domain perilaku adalah kualitas hidup yang buruk (NB.2.5) berkaitan dengan kurangnya kesadaran pasien akan bahaya merokok ditandai dengan pasein sudah mulai merokok sejak usia 11 tahun dan baru berhenti merokok setelah didiagnosa menderita TB Paru. Kasus kedua yaitu berusia 32 tahun dengan pendidikan SMA,bekerja sebagai tukang bangunan dengan pendapatan < Sebelumnya memiliki riwayat sejak usia 18 tahun dan berhenti merokok sejak didiagnosa TB Paru. Os tinggal di lingkungan padat penduduk di sebuah rumah kontrakan. Os tinggal bersama dengan 5 anggota keluarga lainnya. Keadaan rumah Os agak lembab, karena kurangnya fentilasi udara dan terlalu banyak anggota keluarga yang tinggal dalam rumah tersebut. Tetangga Os juga ada yang menderita TB Paru. Saat pertama kali melakukan pengobatan hasil pengukuran berat badan Os 39 kg dengan tinggi badan 161 cm. Setelah mengikuti pengobatan selama 6 bulan secara puskesmas, berat badan Os naik 5,6 kg menjadi 44,9 kg. Kenaikan berat badan ini juga dikarenakan Os telah melewati fase awal pengobatan dan telah berada pada fase lanjutan. Walaupun berat Os naik, akan tetapi status gizi yang dimiliki Os masih termasuk kategori kurang yaitu 17,33 kg/m 2. Pada kasus kedua, Os memiliki persentase asupan karbohidrat (61,25%) dan zinc (60,15%) berada dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan karena Os lebih sering makan di luar, sehingga jumlah sumber karbohidrat yang dikonsumsi tidak dapat dikontrol sesuai atau tidak dengan kebutuhan dan Os jarang mengkonsumsi makanan sumber zinc seperti daging, seafood, susu, biji bijian dan kacang kacangan. Pada saat sakit nafsu makan Os juga menurun sehingga asupan makan juga ikut menurun. Pemberian Makanan Tambahan yang diberikan oleh Puskesmas berupa susu bubuk diminum 2x sehari oleh Os. PMT tersebut ternyata tidak hanya dikonsumsi Os tetapi juga dikonsumsi oleh istrinya. Hal ini menyebabkan PMT yang dikonsumsi jumlahnya tidak cukup untuk meningkatkan asupan zinc Os. Ada 3 domain pada kasus ini, antara lain domain intake yaitu asupan karbohidrat tidak adekuat (NI.5.7.1) berkaitan dengan pekerjaan pasien sebagai tukang bangunan yang membutuhkan energi lebih banyak ditandai dengan asupan karbohidrat 61,25% jika dibandingkan dengan kebutuhan. Domain klinis yaitu perubahan nilai lab terkait gizi (NC.2.2) berkaitan dengan pasien didiagnosa menderita TB Paru ditandai dengan hasil pemeriksaan dahak awal BTA +++. Domain perilaku yaitu kualitas hidup yang buruk (NB.2.5) berkaitan dengan kurangnya kesadaran pasien akan bahaya merokok ditandai dengan pasein sudah mulai merokok sejak usia 18 tahun dan baru berhenti merokok setelah didiagnosa menderita TB Paru. Kasus ketiga yaitu pasien masih berusia 18 tahun dengan pendidikan SMA,bekerja sebagai teknisi dengan pendapatan < Pasien tidak memiliki riwayat merokok, akan tetapi pasien tinggal di sebuah rumah yang tidak terlalu besar dengan 5 orang anggota keluarga lainnya. Selain itu, tetangga depan rumah ada yang menderita penyakit TB Paru bahkan ada yang sampai meninggal karena tidak ditangani dengan baik. Saat berat badan pasien 69 kg dengan tinggi badan 175 cm. Setelah mengikuti pengobatan selama 3 bulan secara puskesmas, berat badan pasien naik 2,8 kg menjadi 71,8 kg. Kenaikan berat badan ini juga dikarenakan pasien masih dalam fase awal pengobatan. Walaupun berat pasien hanya naik sedikit, akan tetapi status gizi yang dimiliki pasien masih termasuk kategori lebih yaitu 23,46 kg/m 2. Hal ini dikarenakan asupan makan pasien berlebihan terutama asupan lemak, dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan bersantan dan goreng-gorengan serta makanan yang manis. Selama menjalani pengobatan psien tidak mengalami penurunan nafsu makan sama sekali dan dapat makan seperti biasa 75

4 Pada kasus ketiga, pasien memiliki persentase asupan protein (48,25%), karbohidrat (69,75%) dan zinc (74,41%) berada dalam kategori kurang, sedangkan asupan lemak (151,58%) berada dalam kategori lebih. Hal ini disebabkan karena pemberian makanan tambahan yang diberikan oleh Puskesmas berupa susu tidak dikonsumsi sesuai aturan oleh pasien dengan alasan pasien takut gemuk sehingga mengurangi asupan makanan tetapi pasien justru suka mengkonsumsi makanan yang bersantan dan digoreng goreng sehingga asupan lemak lebih. Domain yang terdapat pada kasus ini hanya ada 2 yaitu domain intake dan domain klinis. Domain intake antara lain : asupan energi tidak adekuat (NI.5.7.1) berkaitan dengan pasien mengurangi makan karena tahu berat badannya naik ditandai dengan asupan protein 48,25% dan karbohidrat 69,75% jika dibandingkan dengan kebutuhan. kelebihan asupan lemak (NI.5.6.2) berkaitan dengan pasien suka makan makanan yang bersantan dan digoreng goreng ditandai dengan asupan lemak 151,58% jika dibandingkan dengan kebutuhan. Sedangkan domain klinis perubahan nilai lab terkait gizi (NC.2.2) berkaitan dengan pasien didiagnosa menderita TB Paru ditandai dengan hasil pemeriksaan dahak BTA +++. Kasus keempat yaitu pasien masih berusia 36 tahun dengan pendidikan SMA,bekerja sebagai pegawai swasta dengan pendapatan Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak usia 13 tahun dan setelah didiagnosa menderita TB Paru masih terus merokok dengan jumlah 3 batang per hari jenis filter. Selain itu, pasien tinggal di sebuah rumah zabersama dengan 4 orang anggota keluarga lainnya. Rumah pasien berada di dalam gang yang sangat sempit. Keadaan ini menyebabkan rumah kurang mendapat cahaya matahari, sehingga keadaan rumah agak lembab.saat pertama kali melakukan pengobatan hasil pengukuran berat badan pasien 52 kg dengan tinggi badan 178 cm. Setelah mengikuti pengobatan selama 3 bulan secara rutin dan mengkonsumsi PMT yang diberikan dari puskesmas, berat badan pasien naik 4,9 kg menjadi 56,9 kg. Kenaikan berat badan ini juga dikarenakan pasien telah melewati fase awal pengobatan dan telah berada pada fase lanjutan. Walaupun kenaikan berat badan pasien cukup tinggi, akan tetapi status gizi yang dimiliki pasien masih termasuk kategori kurang yaitu 17,95 kg/m 2. Hal ini disebabkan asupan makan pasien masih rendah sehingga harus diringkatkan agar berat badan dapat bertambah lagi dan dapat mempercepat proses penyembuhan. Pada kasus keempat, pasien memiliki persentase asupan protein (69,95%), dan zinc (67,24%) berada dalam kategori kurang, sedangkan asupan lemak (134,54%) berada dalam kategori lebih. Hal ini disebabkan karena pasien sering kali hanya mengkonsumsi satu jenis protein saja misalnya protein nabati saja atau protein hewani saja dalam satu kali makan dan juga senang mengkonsumsi makanan yang bersantan dan digoreng - goreng. Pemberian Makanan Tambahan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas ternyata kurang efektif untuk meningkatkan asupan protein, padahal sudah mengkonsumsi susu yang diberikan Puskesmas secara teratur 3x sehari. Domain intake pada kasus ini adalah asupan protein tidak adekuat (NI.5.7.1) berkaitan dengan pasien sering kali hanya mengkonsumsi satu jenis protein saja misalnya protein nabati saja atau protein hewani saja dalam satu kali makan ditandai dengan asupan protein 69,95% jika dibandingkan dengan kebutuhan. Domain klinis yaitu perubahan nilai lab terkait gizi (NC.2.2) berkaitan dengan pasien didiagnosa menderita TB Paru berkaitan dengan hasil pemeriksaan dahak BTA Negatif. Domain perilaku yaitu kualitas hidup yang buruk (NB.2.5) berkaitan dengan kurangnya kesadaran pasien akan bahaya merokok ditandai dengan pasein sudah mulai merokok sejak usia 13 tahun dan setelah didiagnosa menderita TB Paru tetap masih merokok. Kasus kelima yaitu pasien masih berusia 36 tahun dengan pendidikan SMA,bekerja sebagai On Board Transjakarta dengan pendapatan Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak usia 18 tahun dan berhenti setelah didiagnosa menderita TB Paru. Saat berat badan pasien 60 kg dengan tinggi badan 168 cm. Setelah mengikuti pengobatan selama 3 bulan secara puskesmas, berat badan pasien hanya naik 1,0 kg menjadi 61 kg. Kenaikan berat badan pasien yang masih sedikit,dikarenakan saat sakit nafsu makan pasien menurun karena efek samping mual yang didapat dari OAT yang diminum pasien. Pada saat pengambilan data ini, pasien masih tidak nafsu makan, pasien makan 2 3x sehari dengan porsi yang sedikit dan minum susu 2 3 x sehari. Walaupun berat pasien hanya naik sedikit, akan tetapi status gizi yang dimiliki pasien masih termasuk kategori normal yaitu 21,28 kg/m 2. Pada kasus kelima, semua asupan zat gizi pasien berada dalam kategori kurang yang dapat dilihat dari persentase asupan energi (58,85%), protein (40,57%), lemak (73,81%), karbohidrat (58,29%) dan zinc (57,61%). Hal ini disebabkan karena Tn. M mengalami penurunan nafsu makan akibat mengkonsumsi obat OAT yang menimbulkan rasa mual. Pemberian Makanan Tambahan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas ternyata kurang efektif untuk meningkatkan asupan Tn. M, padahal Tn. M sudah mengkonsumsi susu yang diberikan Puskesmas secara teratur 2x sehari. Domain intake adalah asupan energi tidak adekuat (NI.1.4) berkaitan dengan pasien masih tidak nafsu makan karena efek samping obat yang menyebabkan mual ditandai dengan asupan energi 58,85%, asupan protein 40,57%, asupan lemak 73,81%, dan asupan karbohidrat 58,29% jika dibandingkan dengan kebutuhan. Domain klinis adalah perubahan nilai lab terkait gizi (NC.2.2) berkaitan dengan pasien didiagnosa menderita TB Paru ditandai dengan hasil pemeriksaan dahak BTA +. Domain perilaku yaitu kualitas hidup yang buruk (NB.2.5) berkaitan dengan kurangnya kesadaran pasien akan bahaya merokok ditandai dengan pasein sudah mulai merokok sejak usia 76

5 17 tahun dan baru berhenti merokok setelah didiagnosa menderita TB Paru. Kasus keenam yaitu pasien berusia 52 tahun dengan pendidikan SMA, pasien sudah tidak bekerja (pensiunan) dengan pendapatan < Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak usia 17 tahun dan berhenti setelah didiagnosa menderita TB Paru. Saat berat badan pasien 45 kg dengan tinggi badan 170 cm. Setelah mengikuti pengobatan selama 3 bulan secara puskesmas, berat badan pasien naik 3,9 kg menjadi 48,9 kg. Kenaikan berat badan pasien cukup tinggi, karena pasien telah melewati fase awal pengobatan dan telah berada pada fase lanjutan pengobatan. Walaupun kenaikan berat badan pasien cukup tinggi, akan tetapi status gizi yang dimiliki pasien masih termasuk kategori kurang yaitu 16,9 kg/m 2. Hal ini menandakan bahwa pasien harus meningkatkan asupan makan agar berat badan naik dan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan. Pada kasus keenam, pasien memiliki persentase asupan protein (53,70%) dan zinc (50,15%) berada dalam kategori kurang dan asupan lemak (161,92%) berada dalam kategori lebih. Hal ini disebabkan karena pasien suka makan makanan yang bersantan, ikan asin, gorengan dan suka mengemil. Selain itu, pasien sering kali hanya mengkonsumsi satu jenis protein saja misalnya protein nabati saja atau protein hewani saja dalam satu kali makan. Pemberian Makanan Tambahan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas ternyata kurang efektif untuk meningkatkan asupan protein pasien, padahal pasien sudah mengkonsumsi susu yang diberikan Puskesmas secara teratur 2x sehari. Diagnosa gizi kasus keenam antara lain domain intake yaitu asupan protein tidak adekuat (NI.5.7.1) berkaitan dengan pasien sering kali hanya mengkonsumsi satu jenis protein saja misalnya protein nabati saja atau protein hewani saja dalam satu kali makan ditandai dengan asupan protein 53,70% jika dibandingkan dengan kebutuhan. Selain itu, kelebihan asupan lemak (NI.5.6.2) berkaitan dengan Pasien suka makan makanan yang bersantan, ikan asin, gorengan dan suka mengemil ditandai dengan asupan lemak 161,92% jika dibandingkan dengan kebutuhan. Domain Klinis yaitu perubahan nilai lab terkait gizi (NC.2.2) berkaitan dengan pasien didiagnosa menderita TB Paru ditandai dengan hasil pemeriksaan dahak BTA +++. Domain perilaku adalah kualitas hidup yang buruk (NB.2.5) berkaitan dengan kurangnya kesadaran pasien akan bahaya merokok ditandai dengan pasein sudah mulai merokok sejak usia 17 tahun dan baru berhenti merokok setelah didiagnosa menderita TB Paru. KESIMPULAN Karakteristik pasien TB Paru di Puskesmas Kecamatan Makassar adalah umur berada pada kategori dewasa (26 45 tahun), berjenis kelamin laki laki, pendidikan akhir tamat SD dan SMA, berprofesi sebagai pegawai swasta, dan berpendapatan rendah < Rp per bulan. Responden TB Paru memiliki kebiasaan merokok sebelum menderita TB Paru dan berhenti merokok setelah didiagnosa menderita TB paru. Namun, ada 1 orang responden yang masih merokok dengan jumlah 3 batang per hari jenis filter. Asupan zat gizi responden TB paru yaitu asupan energi kurang, asupan protein kurang, asupan lemak baik, asupan karbohidrat kurang, dan asupan zinc kurang. Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan berupa susu bubuk full cream yang diberikan kepada responden kurang efektif dan efisien karena degan jumlah yang diberikan tidak dapat meningkatkan asupan zat gizi terutama asupan protein dan zinc. Seluruh responden TB Paru mengalami kenaikan berat badan. Hanya saja kenaikan berat badan beragam, sesuai dengan fase pengobatan responden. Responden yang berada pada fase pengobatan awal berat badannya naik 1 2,8 kg, sedangkan responden yang berada pada fase pengobatan lanjutan kenaikan berat badannya lebih tinggi yaitu 3,9 9,8 kg. SARAN Petugas puskesmas dapat merujuk pasien TB Paru ke Poli Gizi agar pasien mendapatkan konseling gizi sehingga asupan zat gizi pasien meningkat. Untuk pelaksanaan PMT sebaiknya lebih diperhatikan agar dapat berjalan efektif dan efisien, karena PMT berupa susu bubuk dengan jumlah yang diberikan belum dapat meningkatkan asupan zat gizi, dan dari segi biaya juga kurang ekonomis. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1. Jakarta, Crofton, John. Tuberkulosis Klinis. Widya Medika. Jakarta, Depkes RI. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 1 Cetakan ke 9. Depkes RI. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta, 2010 Prabu. Infeksi Umum Jilid I. Widya Medika. Jakarta, Saskia de Pee and Nils Grede. Food and Nutrition in TB Programming Rationale and Practice, Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

6 Yuniarti, Rini. Gambaran Tingkat Pengetahuan Gizi, Asupan Energi dan Protein, serta Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan Perubahan Berat Badan pada Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan Makassar Jakarta Timur. Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perdarahan

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perdarahan Maida Pardosi Analisis FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Perdarahan EFEKTIVITAS PENGOBATAN STRATEGI DOTS DAN PEMBERIAN TELUR TERHADAP PENYEMBUHAN DAN PENINGKATAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit infeksi menular kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering terjadi di daerah padat penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Insiden Seluruh Kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. Insiden Seluruh Kasus 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu aspek kehidupan manusia, tentu saja menjadi salah satu bidang yang perlu mendapat perhatian. Pengertian sehat atau kesehatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan didapat terutama di paru atau berbagai organ tubuh

Lebih terperinci

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010) Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 21) Mulyadi * ** ** ABSTRACT Keyword: PENDAHULUAN Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan kaitannya dengan kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Menurut laporan World Health Organitation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang telah lama di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, bakteri ini mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberculosis Paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di seluruh

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016 Yurida Olviani Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkolusis 1. Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering (sekitar 80%) terjadi di paru-paru. Penyebabnya adalah suatu basil gram positif tahan asam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan adanya peradangan pada parenkim paru oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman jenis aerob

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat menyerang organ

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA Herlina 1, Erris 2* 1 STIKes Prima Jambi 2 Politeknik Kesehatan Jambi Jurusan Kesehatan Lingkungan *Korespondensi penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis bersifat tahan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU PENDERITA TB PARU DAN KONDISI RUMAH TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN POTENSI PENULARAN TB PARU PADA KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan

Lebih terperinci

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman Tuberkulosis dapat masuk ke dalam tubuh manusia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksius dapat disebabkan oleh invasi organisme mikroskopik yang disebut patogen. Patogen adalah organisme atau substansi seperti bakteri, virus, atau parasit

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO Mahar Ranum Ayuningtyas 1 Abdul Muhith 2 * ) Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era sekarang ini tantangan dalam bidang pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin banyaknya berbagai penyakit menular yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal

Lebih terperinci

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Kumar dan Clark, 2012). Tuberkulosis (TB) merupakan salah

Lebih terperinci

GAMBARAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DI KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK

GAMBARAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DI KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK GAMBARAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DI KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN 1 Didin Mujahidin ABSTRAK Penularan utama TB Paru adalah bakteri yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012)

Lebih terperinci

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 1) Laki-laki

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENANGANAN PENYAKIT TUBERCULOSA PARU (TBC) TUGAS

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENANGANAN PENYAKIT TUBERCULOSA PARU (TBC) TUGAS SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENANGANAN PENYAKIT TUBERCULOSA PARU (TBC) TUGAS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Penilaian Mata Kuliah Nursing Practice 6.2 di STIK Immanuel Bandung Tahun Akademik 2014

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arinkunto, S Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Arinkunto, S Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Arinkunto, S. 2000. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Agonwardi (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Dep Kes RI (2008). Penanganan TBC Paru. Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 NURHAYATI WADJAH 811408078 ABSTRAK Di Indonesia TBC merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis paru selanjutnya disebut TB paru merupakan penyakit menular yang mempunyai angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan judul Gambaran Praktik Pencegahan Penularan TB Paru di Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) INSTALASI GIZI RSU HAJI SURABAYA

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) INSTALASI GIZI RSU HAJI SURABAYA PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) INSTALASI GIZI RSU HAJI SURABAYA A. Rencana Asuhan Gizi NAMA PASIEN : An. Jacinda Widya USIA : 3 th 6 bl MRS : 8/5/2013 AHLI GIZI : Bu.Widyaningsih PENGKAJIAN DATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masuk dalam kategori penyakit infeksi yang bersifat kronik. TB menular langsung melalui udara yang tercemar basil Mycobakterium tuberculosis, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kini mengalami beban ganda akibat penyakit tidak menular terus bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit infeksi menular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini umumnya menyerang pada paru, tetapi juga dapat menyerang bagian

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus September 24 dengan jumlah sampel yang ada di Poli TB MDR sebanyak 6 pasien, namun dari

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT DI PUSKESMAS CURUG TANGERANG Pengantar : Dengan hormat, nama saya Ade Atik, mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium africanum dan Mycobacterium

Lebih terperinci

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis ( mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari 1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan merupakan salah satu penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TB paru merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan prilaku masyarakat. Penyakit TB paru merupakan penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit TBC (Tuberculosis) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari kelompok sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi Mycobacterium tuberculosis (M.tuberculosis) yang dapat mengenai berbagai organ tubuh, tetapi paling sering mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang menyerang organ paru-paru. Tuberkulosis adalah salah satu penyakit yang tertua yang dikenal oleh manusia

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di Kecamatan Pancoran Mas pada bulan Oktober 2008 April 2009 dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua yang menginfeksi manusia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan menyebabkan angka kematian

Lebih terperinci

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

PRATIWI ARI HENDRAWATI J HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) KELUARGA DENGAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan meraih derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis dan Africanum. Organisme ini disebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini berupa deskriptif non eksperimental dengan menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan

Lebih terperinci

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Erlina Burhan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Apakah Penyakit Tuberkulosis atau TB itu? Penyakit menular Kuman penyebab: Mycobacterium tuberculosis Bukan penyakit keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berbagai macam jenis penyakit yang diderita oleh pasien yang dirawat di rumah sakit membutuhkan makanan dengan diet khusus. Diet khusus adalah pengaturan makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran penyakit Tuberkulosis yang begitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Etiologi Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculois. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan bersifat kronis serta bisa menyerang siapa saja (laki-laki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat memprihatinkan. Tanpa adanya usaha-usaha pengawasan dan pencegahan yang sangat cepat, usaha-usaha di bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG INRAS Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia maupun di Indonesia. Penyakit Tuberkulosis merupakan penyebab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkolosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO) dalam satu tahun kuman M.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang belum dapat diselesaikan sampai saat ini, salah satu penyakit menular tersebut adalah Tuberkulosis. Tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Kartika 7

Jurnal Kesehatan Kartika 7 HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU CIBABAT CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Hikmat Rudyana Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Obesitas merupakan keadaan yang melebihi dari berat

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri tahan asam (Suriadi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit TB Paru telah dikenal lebih dari satu abad yang lalu, yakni sejak ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882 menurut (Mansjoer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai usia 60 tahun. Begitu pula menurut Smith (1994) yang menyatakan bahwa di Nepal dan secara umum di

meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai usia 60 tahun. Begitu pula menurut Smith (1994) yang menyatakan bahwa di Nepal dan secara umum di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit penyebab utama ke-dua kematian di seluruh dunia di antara penyakit menular, membunuh hampir 2 juta orang setiap tahun. Sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. Tak ada satupun orang yang menginginkan dirinya mengalami sakit, apalagi ketika orang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat. TB disebabkan oleh mycobacterium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang TBC merupakan penyakit yang sangat membahayakan, karena di dalam paru-paru kita terdapat kuman mycrobacterium tuberculosis, yang apabila di biarkan, kuman tersebut akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus Tuberkulosis (TB) yang tinggi dan masuk dalam ranking 5 negara dengan beban TB tertinggi di dunia 1. Menurut

Lebih terperinci

Identifikasi Faktor Resiko 1

Identifikasi Faktor Resiko 1 IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO TERJADINYA TB MDR PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA KOTA MADIUN Lilla Maria.,S.Kep. Ners, M.Kep (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK Multi Drug

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Myobakterium Tuberk ulosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Myobakterium Tuberk ulosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Myobakterium Tuberk ulosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam (BTA) dengan

Lebih terperinci

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN NOMOR RESPONDEN PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER Berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkolusis paru merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori TB Paru Pengetahuan Sikap Tindakan 3.2 Kerangka Konsep 3.2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita TB Paru BAB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Primer 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang biasa menyerang paru tetapi

Lebih terperinci

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan pustaka Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai Aplikasi Informasi Diet Berdasarkan Golongan Darah, aplikasi ini dirancang untuk dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang

Lebih terperinci