BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR"

Transkripsi

1 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. KAJIAN PUSTAKA 1. Kajian Terdahulu Sejauh yang telah peneliti cari di Universitas Sebelas Maret, Surakarta serta Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Peneliti tidak menemukan penelitian dengan menggunakan novel Sekali Dalam 100 Tahun (1988) maupun karya Marga Tjoa yang dijadikan sebagai objek penelitiannya. Selain itu peneliti juga berusaha mencari melalui internet, dan hasil pencarian melalui internet hanya ditemukan tentang biografi Marga Tjoa serta karya-karyanya yang lain. Novel satir Sekali Dalam 100 Tahun (1988) ini merupakan novel yang namanya tidak setenar Karmila dan Badai Pasti Berlalu. Walaupun demikian novel SD100T ini merupakan novel yang bermutu. Faktanya isi karya ini menggambarkan tentang kehidupan sosial yang bebas dan kental dengan aroma seksualitas, namun Marga mampu menghadirkan ide tentang kehidupan bebas tanpa mengarahkannya pada karya sastra yang cabul dan bisa dikatakan karya murahan. Satu di antara puluhan karya Marga adalah novel SD100T. Novel ini dibuat pada tahun Kajian terhadap karya tersebut sejauh pencarian peneliti ternyata tidak ditemukan adanya penelitian dengan objek tersebut. Maka, peneliti tertarik menggunakan novel tersebut menjadi objek dalam penelitian ini, dan kemudian peneliti akan mengkajinya dengan teori sosiologi sastra. Penelitian terhadap karya sastra dengan teori dan pendekatan sosiologi sastra atau teori lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian ini akan dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini. 9

2 10 Fitria Anjar Kusuma (2012) menulis skripsi berjudul Problem-problem Sosial Dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari; Pendekatan Sosiologi Sastra. Dalam penelitian tersebut, penulis membahas tentang gambaran struktur novel Entrok yang terdiri dari alur, penokohan, latar, tema, dan amanat yang membentuk totlitas. Kemudian, tentang bagaimana gambaran masalah sosial yang dihadirkan dalam novel Entrok. Selanjutanya, tentang bagaimana gambaran respon pengarang terhadap problem-problem sosial yang terdapat dalam novel Entrok. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mendeskripsikan dan kemudian menyimpulkan hasil analisis berupa unsur-unsur inti pembentuk struktur novel Entrok terdiri dari alur, penokohan, dan latar yang membentuk totalitas. Kemudian, berbagai sebab munculnya problem-problem sosial yang ada pada novel Entrok. Kemudian berikutnya adalah respon pengarang yang tergambar melalui novel Entrok. Vitalia Rakhman (2014), menulis sebuah penelitian berjudul Problemproblem Sosial dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Menjadi Peluru karya Wiji Thukul: Pendekatan Sosiologi Sastra. permasalahan yang dihadirkan dalam penelitian tersebut ada dua hal. Pertama, problem-problem soasial apa saja yang dikemukakan dalam kumpulan puisi Aku Ingin Menjadi Peluru karya Wiji Thukul? Kedua, bagaimana respon pengarang terhadap problem-problem sosial yang ada dalam kumpulan puisi Aku Ingin Menjadi Peluru karya Wiji Thukul? Tujuan penelitian ini pertama adalah mendeskripsikan problem-problem sosial apa saja yang dikemukakan dalam kumpulan puisi Aku Ingin Menjadi Peluru karya Wiji Thukul. Kedua, mendeskripsikan respon bagaimana respon

3 11 pengarang terhadap problem-problem sosial yang ada dalam kumpulan puisi Aku Ingin Menjadi Peluru karya Wiji Thukul. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data sumber data terbagi menjadi dua bagian yaitu sumber data primer dan sekunder. Teknik pengolahan data dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) problem-problem sosial dalam kumpulan puisi Aku Ingin Menjadi Peluru karya Wiji Thukul meliputi kemiskinan dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang meliputi penggusuran rumah, perampasan tanah, pengekangan kebebasan berbicara, dan masalah generasi muda dalam masyarakat modern berupa sikap melawan terhadap pemerintah. (2) respon pengarang terhadap problem-problem sosial dalam kumpulan puisi Aku Ingin Menjadi Peluru karya Wiji Thukul antara lain berupa 1) Pengarang menganggap kemiskinan akibat dari sistem pemerintah. 2) Kesewenang-wenangan pemerintah harus dilawan. 3) Perlawanan terhadap pemerintah adalah suatu keharusan agar rakyat tidak semakin tertindas. Erna Fajarwati (2012) membuat penelitian berupa skripsi berjudul Problem-problem sosial dalam novel Kronik Betawi karya Ratih Kumala: Pendekatan Sosiologi Sastra. Masalah dalam penelitian tersebut ada tiga hal yang dibahas, yaitu 1) tentang bagaimanakah unsur struktural yang meliputi tokoh, alur, latar, tema, dan amanat dalam novel Kronik Betawi karya Ratih Kumala? 2) bagaimanakah problem sosial yang terdapat dalam novel Kronik Betawi karya Ratih Kumala? 3) bagaimanakah respon pengarang terhadap problem sosial yang terdapat dalam novel Kronik Betawi?

4 12 Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah sosiologi sastra. Objek penelitian ini berupa objek material yakni novel Kronik Betawi dan objek formal berupa problem-problem sosial dan respon pengarang. Teknik pengumpulan data melalui tiga tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap laporan. Hasil penelitian tersebut (1) analisis struktural unsur struktural yang meliputi tokoh, alur, latar, tema, dan amanat dalam novel Kronik Betawi karya Ratih Kumala. (2) problem-problem sosial dalam novel Kronik Betawi meliputi kebudayaan dan problem intern masyarakat Jakarta. (3) respon pengarang yang terdapat dalam novel Kronik Betawi berupa masyarakat Betawi asli berusaha bertahan menghadapi problem sosial seiring kemajuan zaman. Gatran Catur Septian R. (2013) membuat sebuah penelitian berupa skripsi berjudul Problematika Sosial dalam Film Romeo & Julliet karya Andy Bachtiar Yussuf (Tinjauan Sosiologi Sastra). Permasalahan dalam penelitian tersebut adalah pertama, tentang bagaimana gambaran problematika sosial yang meliputi perseteruan antar suporter dalam film Romeo & Julliet? Kedua, tentang bagaimana kritik sosial pengarang dalam film Romeo & Julliet? Tujuan dalam penelitian tersebut adalah mendeskripsikan gambaran problematika sosial yang meliputi perseteruan antar suporter dalam film Romeo & Julliet, dan mendeskripsikan kritik sosial pengarang dalam film Romeo & Julliet. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah film Romeo & Julliet. Data berupa dialog dalam film Romeo & Julliet.

5 13 Simpulan dari penelitian tersebut, pertama problematika sosial dalam film Romeo & Julliet meliputi kehidupan suporter sepak bola, fanatisme, kegigihan, kebiasaan minum alkohol, rasisme, tawuran, dan kawin lari. Kedua, bentuk kritik sosial pengarang mencakup tentang kemacetan, keamanan, kebiasaan minum alkohol, dan amanat pengarang. Totok Susanto (2013) menulis sebuah skripsi berjudul Problem Sosial Anak Geng dalam Film Serigala Terakhir karya Upi Avianto (Pendekatan Sosiologi Sastra). Permasalahan dalam penelitian tersebut adalah 1) bagaimana gambaran problem-problem sosial yang meliputi perseteruan antar geng dalam film Serigala Terakhir? 2) bagaimana kritik sosial pengarang dalam film Serigala Terakhir? Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mendeskripsikan gambaran problem-problem sosial yang meliputi perseteruan antar geng dalam film Serigala Terakhir. Kemudian mendeskripsikan tentang bagaimana kritik sosial pengarang dalam film Serigala Terakhir. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Objek material berupa film Serigala Terakhir. Objek formal dalam penelitian ini berupa gambaran umum problematika anak geng. Simpulan dari penelitian tersebut 1) problem sosial dalam film Serigala Terakhir meliputi kehidupan kelompok geng, tawuran, perilaku seksual, dan pembunuhan. 2) bentuk kritik sosial pengarang mencakup tentang keamanan, aksi premanisme, amanat pengarang. Berdasarkan lima kajian terdahulu di atas, penelitian yang akan dilakukan dengan berobjek pada novel karya Marga berjudul SD100T ini

6 14 menggunakan teori yang sama, yakni teori yang telah digunakan pada penelitianpenelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti memilih untuk menggunakan teori sosiologi sastra sebagai dasar dalam menganalisis objek tersebut. Teori sosiologi sastra dalam penelitian ini ditujukan untuk mengungkapkan masalah yang serupa dengan kajian terdahulu, yakni mengenai problem-problem sosial dalam karya sastra. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penggunaan objek penelitian yang berbeda, secara garis besar teori yang digunakan tidak jauh berbeda namun yang membuat berbeda pada analisis yang menitik beratkan pada penggambaran aspek sosiologis serta problematika sosial yang direlevansikan dengan mimetik karya sastra yang menjadi objek kajian penelitian ini. Fungsi kajian terdahulu bagi penelitian ini untuk membuktikan keaslian penelitian ini serta untuk memperkuat landasan teori dalam penelitian ini, sebab penelitian terhadap objek ini baru pertama kali dilakukan. Sehingga dalam penelitian ini peneliti akan mengekplorasi karya tersebut sebagai langkah awal untuk membukakan jalan bagi penelitian selanjutnya. Beberapa penelitian terdahulu dengan menggunakan metode, pendekatan, dan teori akan digunakan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini. Hal-hal yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini akan dijadikan alat bantu untuk mengkaji objek yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teori sastra untuk dasar dalam menganalisis problematika apa saja yang terkadung di dalam objek atau data yang diteliti. Karena masalah yang disorot dari karya sastra berjudul SD100T (1988) adalah problematika sosial, maka peneliti menggunkan teori

7 15 sosiologi sastra dan pendekatan mimetik. Tujuan menggunkan pendekatan dan teori ini untuk mendasari, membantu, dan mendukung peneliti hingga mampu menyelesaikan penelitianya. Karya sastra itu tidah jatuh dari langit, maka sebuah karya sastra tentu memiliki asal usul kemunculannya. Abrams berpendapat ada empat pendekatan terhadap karya sastra, yaitu pendekatan mimetik, pendekatan pragmatik, pendekatan ekspresif, dan pendekatan objektif (dalam Pradopo, 2011:1). Berdasarkan pendapat tersebut, analisis mimetik merupakan hal pertama yang dilakukan dalam sebuah pendekatan penelitian karya sastra. Untuk menggali makna yang bulat, harus dibedah unsur-unsur yang membentuk karya sastra tersebut. Dari unsur-unsur pembentuk karya sastra tersebut peneliti memperoleh makna karya sastra berdasarkan pada latar belakang sosial karya sastra tersebut. Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Warren dan Wellek (dalam Sri Wahyuningtyas dan Wijaya H.S., 2011:2) bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks. Pengertian struktur menunjuk pada susunan atau tata urutan yang berhubungan antara bagian satu dengan bagian yang lain. Unsur ini adalah ide dan emosi yang dituangkan, sedangkan unsur bentuk adalah semua elemen linguis yang dipakai untuk menuangkan isi ke dalam unsur fakta cerita, sarana cerita, dan tema sastra. Dari pendapat Warren dan Wellek tersebut betapa pentingnya unsurunsur dalam sebuah karya sastra sebab unsur-unsur pembentuk karya sastra tersebut memuat ide dan emosi. Jadi, analisis mimetik merupakan langkah pertama dalam penelitian untuk mengkaji dunia di luar karya sastra melalui isi karya sastra itu sendiri.

8 16 Hubungan timbal balik yang terjadi antara kehidupan sosial dan sastra saling mempengaruhi, terutama pengaruh sosial pengarang sebagai anggota kelompok sosial. Berbagai pengaruh terhadap pengarang, menjadikannya memiliki pandangan dunia. Posisi pengarang di tengah kelompok sosial turut mempengaruhi pandangan atau pola pikirnya. Berbagai pengalaman yang didapat melalui berbagai saluran ikut andil besar dalam pandangan pengarang dalam karya sastra yang dihasilkannya. 2. Landasan Teori Adapun teori yang akan digunakan oleh peneliti ialah teori sosiologi sastra dan pendekatan mimetik. Pendekatan ini digunakan karena peneliti akan menggambarkan aspek sosiologis karya sastra tersebut dengan melihat fenomenafenomena di luar karya sastra melalui kacamata karya sastra tersebut. Kemudian penelitian ini memusatkan perhatianya lagi, sehingga cakupan penelitian ini lebih tajam dengan menganilisis menggunakan teori sosiologi sastra. Penggunaan teori ini kemudian digunakan untuk mencari problematika sosial yang dihadirkan dalam novel SD100T (1988). Maka, dalam penelitian ini peneliti menggunakan klasifikasi Warren dan Wellek untuk diterapkan terhadap objek yakni dengan sosiologi karya sastra. a. Sosiologi Sastra Sosiologi adalah telaah yang obyektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial (Damono, 1978:6). Jika dicermati, pengertian manusia dalam masyarakat merujuk pada individu di dalam kelompok sosial, dalam hal ini individu dapat diasumsikan bahwa itu adalah pengarang yang hidup di tengah-tengah masyarakat.

9 17 Seperti sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam sosial masyarakat yang di dalamnya terdapat usaha manusia untuk beradaptasi dan berusaha untuk mengubah masyarakat itu. Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakat ini oleh beberapa pengarang disebut sosiologi sastra (Damono, 1978:6). Sosiologi berkaitan dengan manusia dalam masyarakat, sedangkan pendekatan sastra dengan mempertimbangkan aspek kemasyarakat adalah sosiologi sastra, maka di antara ilmu sosiologi dan ilmu sastra keduanya memiliki peran yang vital dalam penelitian sastra. Sosiologi sastra pada dasarnya tidak berbeda pengertiannya dengan pendekatan sosiologis atau sosiokultur terhadap sastra (Damono, 1978:2). Pendekatan sosiologis lebih melihat dunia melalui karya sastra, jadi untuk melihat hal-hal diluar karya sastra harus melalui karya tersebut terlebih dahulu. Lebih lanjut Damono (1978:2) menerangkan bahwa ada dua kecenderungan utama dalam telaah sosiologis terhadap sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial ekonomi belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor luar sastra untuk membicarakan sastra. Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelitian. Metode yang digunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks untuk mengetahui lebih dalam lagi gejala di luar sastra. Pendekatan mimetik bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat, melalui karya sastra seorang pengarang mengungkapkan problematika kehidupan sosial yang pengarang sendiri ikut terlibat di dalam karya sastra itu. Entah disadari atau tidak posisi pengarang menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus pengarang mampu memberi

10 18 pengaruhnya terhadap masyarakat, bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup dalam suatu zaman, sementara sastrawan yang pada dasarnya merupakan anggota masyarakat tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkannya dan sekaligus membentuknya (Semi, 1993:73). Posisi pengarang sangat penting untuk dikaji mendalam, sebab pengarang sebagai pencipta karya sastra memiliki pandangan dunia. Pandangan dunia inilah yang sangat berpengaruh pada karya sastranya. Sosiologi sastra berdasarkan prinsip bahwa karya sastra merupakan refleksi pada zaman karya sastra (semangat zaman) itu ditulis yaitu masyarakat yang melingkupi penulis, sebab sebagai anggotanya penulis tidak dapat lepas darinya. Warren dan Wellek (1993:111) mengemukakan tiga klasifikasi yang berkaitan dengan sosiologi sastra, antara lain: 1. Sosiologi pengarang. Masalah yang berkaitan adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status pengarang, dan ideologi. 2. Sosiologi karya sastra. Masalah yang dibahas mengenai isi karya sastra, tujuan atau amanat, dan hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan berkaitan dengan masalah sosial. 3. Sosiologi pembaca. Membahas masalah pembaca dan pengaruh sosial karya sastra terhadap pembaca. Klasifikasi sosiologi sastra menurut Warren dan Wellek tidak jauh berbeda dengan klasifikasi kajian sosiologi sastra yang dikemukakan oleh Ian Watt. Ian Watt dalam eseinya yang berjudul Literatur Society yang

11 19 membicarakan hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Pertama, konteks sosial pengarang. Ini ada hubungannya dengan posisi pengarang dalam sosial masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi si pengarang sebagai perseorangan dan isi karya sastranya. Yang terutama harus diteliti adalah (a) bagaimana pengarang mendapatkan mata pencahariannya, apakah ia menerima bantuan dari pengayom atau dari masyarakat secara langsung, atau dari kerja rangkap, (b) profesionalisme dalam kepengarangan: sejauh mana pengarang itu menganggap pekerjaannya sebagai profesi, dan (c) masyarakat apa yang dituju oleh pengarang dalam hubungan antara pengarang dan masyarakat, sebab masyarakat yang di tuju sering mempengaruhi bentuk dan isi karya sastra. Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat: sejauh mana sastra dapat dianggap mencerminkan keadaan masyarakat pada waktu karya itu ditulis, yang terutama mendapat perhatian adalah (a) sastra mungkin tidak dapat dikatakan mencerminkan masyarakat pada waktu ditulis, (b) sifat lain dari yang lain seorang pengarang sering mempengaruhi pemilihan penampilan faktorfaktor sosial dalam karyanya, (c) genre sastra merupakan sikap sosial kelompok tertentu, bahkan sikap sosial seluruh masyarakat, (d) sastra berusaha untuk menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya, mungkin saja tidak dipercaya sebagai cermin pandangan sosial pengarang harus diperhitungkan apabila kita menilai karya sastra sebagai cermin masyarakat. Ketiga, fungsi sosial sastra. Hal yang perlu dipertanyakan adalah sampai seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial dan seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi nilai sosial. Pada hubungan ini, ada tiga hal yang

12 20 harus diperhatikan yaitu sudut pandang ekstrinsik kaum Romantik, sastra bertugas sebagai penghibur adanya kompromi dapat dicapai dengan meninjau slogan klasik bahwa sastra harus menggunakan sesuatu dengan cara menghibur (dalam Damono, 1978:3-4). Dalam penelitian ini digunakan klasifikasi yang kedua dari Rene Welek dan Austin Warren yaitu sosiologi karya sastra. Dalam klasifikasi sosiologi karya sastra ini akan dibahas mengenai masalah-masalah sosial yang ada dalam isi karya sastra itu dan kemudian dikaitkan dengan hal-hal diluar karya sastra tersebut. Jadi, dalam sosiologi karya sastra yang menjadi pokok bahasan adalah karya sastra itu sendiri. Pendekatan sosiologi karya sastra akan mengkaji karya sastra yang isinya bersifat masih umum. Hal ini dikarenakan sastra sebagai buah karya seorang pengarang, tidak bisa lepas dari kehidupan sosial suatu masyarakat. b. Mimetik Abrams (dalam Pradopo, 2005:140) mengemukakan ada empat pendekatan terhadap karya sastra, yaitu pendekatan mimetik, pendekatan pragmatik, pendekatan ekspresif, dan pendekatan objektif. Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang menganggap karya sastra sebagai tiruan alam (kehidupan), pengertian tersebut selaras dengan pendapat Ian Watt (dalam Damono, 1979:4) pengertian cermin disini sangat kabur, dan oleh karenanya disalahtafsirkan dan disalahgunakan. Jika dalam penelitian sastra pendapat bahwa sastra adalah cermin masyarakat, selayaknya seorang peneliti harus menyikapi dengan lebih teliti, sebab telah dikemukakan di atas bahwa cermin pengertiannya masih kabur sehingga dapat

13 21 menimbulkan salah tafsir. Selanjutnya, karya sastra merupakan tanggapan pencipta (pengarang) terhadap dunia (realita sosial) yang dihadapinya. Sastra di dalamnya berisi pengalaman-pengalaman subjektif pengarangnya, pengalaman subjektif seseorang (fakta individual atau libidinal), dan pengalaman sekelompok masyarakat (fakta sosial) (Sangidu, 2004:41). Pendekatan pragmatik menganggap bahwa karya sastra itu adalah alat untuk mencapai tujuan tertentu. Pendekatan ekspresif yakni menganggap bahwa karya sastra sebagai ekspresi perasaan, pikiran, dan pengalaman penyair (sastrawan); dan pendekatan objektif menganggap karya sastra sebagai sesuatu yang otonom, terlepas dari alam sekitarnya baik itu pembaca maupun pengarang. c. Problematika Sosial Problematika sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial (Soekanto, 2002:358). Soerjono Soekanto (2002:358), lebih lanjut menjelaskan permasalahan-permasalahan sosial timbul akibat dari interaksi sosial antar individu, individu dengan kelompok, atau antar kelompok sosial. Interaksi sosial yang terjadi berkisar pada ukuran adat istiadat, tradisi, dan ideologi, yang ditandai dengan suatu proses sosial yang disosiatif. Soerjono Soekanto (2002:365) dalam bukunya menuliskan beberapa persoalan yang dihadapi oleh masyarkat pada umumnya yaitu sebagai berikut: 1. Kemiskinan Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan

14 22 kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial, apabila perbedaan kedudukan ekonomis para warga masyarakat ditentukan secara tegas. Pada masyarakat modern yang rumit, kemiskinan menjadi suatu problematika sosial sebab sikap yang membenci kemiskinan tadi. Kemiskinan dalam masyarakat modern tidak hanya diukur dari kurang makan, pakaian, atau perumahan. Tetapi karena harta milikinya dianggap tidak cukup memenuhi taraf kehidupan yang ada (Soekanto, 2002:366). 2. Kejahatan Sosiologi berpendapat bahwa kejahatan disebabkan karena kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang sama, yang menghasilkan perilaku-perilaku sosial lainnya. Dari pernyataan tersebut menghasilkan dua kesimpulan, pertama hubungan antara variasi kejahatan dengan variasi-variasi organisasi sosial di mana kejahatan itu terjadi. Tinggi rendahnya angka kejahatan berhubungan erat dengan bentuk-bentuk dan organisasi-organisasi sosial di mana kejahatan terjadi. Misalnya, gerak sosial, persaingan serta pertentangan budaya, ideologi politik, agama, ekonomi, dan seterusnya. Kedua, para sosiolog berusaha menentukan proses-proses yang menyebabkan seseorang menjadi penjahat. Beberapa orang ahli menekankan pada beberapa bentuk proses seperti imitasi, pelaksanaan peranan sosial, asosiasi diferensial, kompensasi, identifikasi, konsepsi diri pribadi, dan kekecewaan yang agresif yang menyebabkan terjadinya

15 23 kejahatan. Gejala lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah white-collar crime, suatu gejala yang timbul pada abad modern. Para ahli beranggapan bahwa tipe kejahatan ini merupakan ekses dari perkembangan ekonomi yang terlalu cepat, dan yang menekankan pada aspek material-finansial belaka. White collar crime merupakan kejahatan yang dilakukan oleh pengusaha atau penjabat di dalam peranan menjalankan fungsinya (Soekanto, 2002:368). Keadaan keuangan yang relatif kuat memungkinkan mereka untuk melakukan perbuatan yang oleh hukum dan masyarakat dikelompokkan dalam tindak kejahatan. Golongan ini menganggap dirinya kebal hukum, dan sarana pengendalian sosial lainnya karena kekuasaan dan keuangan yang kuat. 3. Disorganisasi Keluarga Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit, karena anggota-anggotanya gagal dalam memenuhi kewajibankewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya. Secara sosiologis bentuk disorganisasi keluarga antara lain sebagai berikut: a. Unit kelurga tidak lengkap karena hubungan di luar perkawinan b. Putusnya perkawinan (cerai, pisah meja, pisah tidur) c. Kekurangan dalam keluarga (komunikasi) d. Krisis keluarga (karena salah satu yang menjadi kepala keluarga pergi meninggalkan rumah tangga karena meninggal, perang, atau dihukum) e. Krisis kelurga karena faktor intern (gangguan jiwa)

16 24 Pada masyarakat Indonesia yang kebanyakan adalah masyarakat agraris, sistem ekonomi yang berubah menuju industrialisme menjadikan peranan keluarga berubah. Biasanya ayah menjadi pencari nafkah, namun dengan semakin banyaknya kebutuhan yang harus tercukupi, ibu juga turut mencari nafkah tambahan bagi keluarganya. Yang jelas, dari perubahan sistem ekonomi tersebut membuat pola pendidikan anak diserahkan pada pihak luar, dalam hal ini pihak luar adalah sekolah. 4. Masalah Generasi Muda dalam Masyarakat Modern Masalah generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri yang berlawanan. Yakni, keinginan untuk melawan ( radikalisme, delinkuensi dan sebagainya) dan sikap yang apatis ( penyesuaian yang membabi buta dengan ukuran moral generasi tua). Dalam masyarakat modern, terdapat kemungkinan timbul ketidakseimbangan antara kedewasaan sosial dan kedewasaan biologis. Pada masyarakat yang kompleks kemajuan seseorang ditentukan oleh kemampuan, bukan senioritas. Pada masyarakat yang sedang mengalami masa transisi, generasi muda seolah-olah terjepit antara norma-norma lama dengan norma-norma baru. Generasi tua seolah-olah tidah sadar bahwa sekarang ukurannya bukan lagi segi usia akan tetapi kemampuan. Masa remaja bisa dikatakan sebagai suatu keadaan krisis sebab belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Pada masyarakat di kota besar seperti Jakarta seringkali generasi muda mengalami kekosongan karena tidak adanya bimbingan orang tua terhadap anak pada usia remaja. Hal tersebut terjadi karena

17 25 orang tua harus mencari nafkah sehingga tidak bisa dan tidak ada waktu untuk mengasuh anak-anaknya. Soerjono Soekanto (2002:373) memaparkan urutan yang terjadi secara sosiologis masalah-masalah akibat kekosongan yang dialami generasi muda. Pertama, persoalan sense of value yang kurang ditanamkan orang tua, terutama pada lapisan masyarakat kelas atas dalam masyarakat sehingga menimbulkan imitasi anak-anak golongan kelas bawah. Kedua, timbulnya organisasi-organisasi pemuda informal, yang tingkah lakunya tidak disukai masyarakat pada umumnya. Ketiga, timbulnya usaha generasi muda yang bertujuan mengadakan perubahan dalam masyarakat yang disesuaikan dengan nilainilai kaum muda. 5. Peperangan Sosiologi menganggap peperangan sebagai suatu gejala yang disebabkan oleh pelbagai faktor. Peperangan merupakan suatu bentuk pertentangan dan juga suatu lembaga kemasyarakatan. Peperangan merupakan suatu bentuk pertentangan yang diakhiri dengan akomodasi. Pada dewasa ini yang sering disebut dengan perang dingin merupakan suatu bentuk akomodasi. Peperangan mengakibatkan disorganisasi dalam pelbagai aspek masyarakat, baik bagi negara pemenang maupun yang kalah. Apalagi dewasa ini, peperangan tidak hanya terbatas pada perang yang dilakukan oleh negara dan angkatan bersenjata namun juga melibatkan seluruh lapisan masyarakat. 6. Pelanggaran Terhadap Norma-norma Masyarakat

18 26 a. Pelacuran Pelacuran dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan perbuatanperbuatan seksual dengan mendapat upah. Pelacuran mempunyai pengaruh besar terhadap moral. Sebab terjadinya dapat dilihat pada faktor endogen dan eksogen. Faktor-faktor endogen yang utama adalah nafsu kelamin yang besar, sifat malas, dan keinginan yang besar untuk hidup mewah. Faktor eksogen yang mendasari seseorang melakukan pelacuran adalah faktor ekonomis, urbanisasi yang tidak teratur, keadaan perumahan yang tidak memenuhi syarat, dan seterusnya ( Soekanto, 2002:375). b. Delinkuensi Anak-anak Delinkuensi yang terkenal di Indonesia adalah masalah anakanak muda yang tergabung dalam suatu ikatan formal atau semi formal dan yang mempunyai tingkah laku yang kurang disukai masyarakat pada umumnya. Bentuk-bentuk perbuatan yang tidak disukai masyarakat pada umumnya tersebut yaitu mengendarai kendaraan bermotor sewenangwenang, penggunaan obat-obat perangsang, pengedaran pornografi, yang hanya bisa dilakukan oleh golongan mampu. c. Alkoholisme Dalam setiap masyarakat berkembang terdapat pola sikap tertentu terhadap perilaku minum-minum. Secara tradisional minumminum merupakan acara yang mempunyai pelbagai fungsi, antara lain

19 27 untuk memperlancar pergaulan. Sebagai sarana memperlancar pergaulan, pola minum-minum mengandung aspek tertentu, misalnya prestise sosial. Dalam batas-batas tertentu pola minum-minum, terutama di mana minuman yang disajikan mengandung alkohol, mencerminkan pola perilaku kelas sosial tertentu. Pola minum-minum yang mengandung alkohol dalam batasbatas tertentu dianggap biasa. Akan tetapi jika perbuatan tersebut mengakibatkan keadaan mabuk, maka hal itu dianggap penyimpangan yang tidak terlampau berat, jika belum menjadi kebiasaan. d. Homoseksual Secara sosiologis, homoseksual adalah seseorang yang cenderung mengutamakan orang yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksual. Homoseksual merupakan sikap-tindak atau pola perilaku para homoseksual. Pria yang melakukan sikap-tindak yang demikian disebut homoseksual, sedangkan pada wanita yang berbuat demikian disebut lesbian. e. Masalah Kependudukan Penduduk suatu negara, pada hakikatnya merupakan sumber yang sangat penting bagi pembangunan, sebab penduduk merupakan subjek serta objek pembangunan. Terdapat dua masalah yang menjadi masalah di Indonesia. Pertama, bagaimana penyebaran penduduk, sehingga tercipta kepadatan penduduk yang serasi untuk seluruh Indonesia. Kedua, bagaimana mengusahakan penurunan angka

20 28 kelahiran, sehingga perkembangan penduduk dapat diawasi dengan seksama. 7. Masalah Lingkungan Hidup Lingkungan hidup erat kaitannya dengan hal-hal atau apa-apa yang di luar manusia. Lingkungan hidup biasanya dibedakan dalam kategori-kategori sebagai berikut: a. Lingkungan fisik, yakni semua benda mati di sekeliling manusia, b. Lingkungan biologis, yaitu segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang berupa organisme yang hidup (selain manusia), c. Lingkungan sosial, terdiri dari orang-orang baik individual maupun kelompok yang berada di sekitar manusia. 8. Birokrasi Birokrasi merujuk pada suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengerahkan tenaga dengan teratur dan terus-menerus, untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian lain birokrasi adalah organisasi yang bersifat hirarkis, yang diterapkan secara rasional untuk mengkoordinasikan orangorang untuk kepentingan pelaksanaan tugas-tugas administratif. Max Weber (dalam Soekanto, 2002:392) dalam birokrasi sedikitnya mencakup lima unsur, yaitu: a. Organisasi, b. Pengerahan tenaga, c. Sifat yang teratur, d. Bersifat terus-menerus, e. Mempunyai tujuan.

21 29 Organisasi merupakan suatu cara membagi kekuasaan dan wewenang. Pada pembagian berdasarkan kekuasaan dalam suatu organisasi terdapat: a. Penguasa dan mereka yang dikuasai. b. Hirarki, urut-urutan kekuasaan secara vertikal atau bertingkat dari atas ke bawah. c. Ada pembagian tugas horizontal, yaitu pembagian tugas antara beberapa bagian, di mana bagian-bagian tersebut mempunyai kekuasaan dan wewenang yang setingkat atau sederajat. d. Ada suatu kelompok sosial. B. KERANGKA PIKIR Dalam penelitian terhadap novel Sekali Dalam 100 Tahun (1988) menggunakan teori sosiologi sastra dan pendekatan mimetik. Adapun pendekatan mimetik turut digunakan untuk membantu analisis secara umum, kemudian difokuskan dengan analisis sosiologi sastra. Kerangka pikir yang digunakan untuk menganalisis novel Sekali Dalam 100 Tahun (1988) adalah sebagai berikut. 1. Pada tahap awal penulis menentukan objek penilitian, novel Sekali Dalam 100 Tahun (1988) karya Marga T. Lalu dilakukan pemahaman secara mendalam terhadap karya sastra atau objek penelitian tersebut dengan membaca berulang-ulang, sehingga mampu menemukan maksud yang terdapat di dalamnya. 2. Setelah melakukan pemahaman dengan seksama, tahap selanjutnya adalah menemukan permasalahan yang akan diteliti melalui pendekatan mimetik.

22 30 Adapun peneliti menitik beratkan pada problematika sosial yang terdapat dalam novel SD100T. 3. Tahap selanjutnya adalah menentukan teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam objek penelitian. Teori sosiologi sastra dan pendekatan mimetik akan digunakan untuk meneliti dan menganalisis lebih lanjut. 4. Terakhir adalah tahap di mana penulis menyimpulkan hasil penelitian yang terdapat dalam novel SD100T, dengan didasarkan pada analisis dengan teori dan pendekatan diatas. Dari uraian kerangka berpikir di atas diperjelas melalui bagan sebagai berikut: Novel Sekali Dalam 100 Tahun Dilakukan Pendekatan Analisis Sosiologi Sastra Penarikan Kesimpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Terdahulu. mengenai penelitian terhadap Buku kumpulan sajak Aku dan Rantai Karya Ciu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Terdahulu. mengenai penelitian terhadap Buku kumpulan sajak Aku dan Rantai Karya Ciu digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Terdahulu Dalam kajian terdahulu ini penulis belum menemukan penelitian terdahulu mengenai penelitian terhadap Buku kumpulan sajak Aku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang taat hukum. Masyarakat Jepang memiliki sikap

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang taat hukum. Masyarakat Jepang memiliki sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini mengambil masalah yang terjadi pada masyarakat Jepang. Jepang merupakan negara yang taat hukum. Masyarakat Jepang memiliki sikap empati dan loyalitas.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian tentang kumpulan cerpen Lupa Endonesa karya Sujiwo Tejo dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Konsep Perubahan Sosial Masalah sosial di dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kumpulan cerpen Dalang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) A. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan pencerminan masyarakat, melalui karya sastra, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PERTANIAN ( )

SOSIOLOGI PERTANIAN ( ) SOSIOLOGI PERTANIAN (130121112) PEMBANGUNAN & PERUBAHAN MASYARAKAT (2) Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu Menemukan perbedaan proses pembangunan dan perubahan dalam

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL. Dosen Pembimbing: Drs. Suwito Hadi

MASALAH SOSIAL. Dosen Pembimbing: Drs. Suwito Hadi MASALAH SOSIAL Dosen Pembimbing: Drs. Suwito Hadi Nama Anggota: Devi Nilam Sari ( 1004103 ) Dia Ayu Perwita Sari ( 1004104 ) Eka Rochmawati ( 1004105 ) Ery Makrosatul Azizah ( 1004106 ) Feni Puspa Aprilia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT DEFINISI SOSIOLOGI: Studi sistematis tentang: Perilaku social individu-individu Cara kerja kelompok social,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra dari berbagai macam karya sastra yang ada. Dalam perkembangannya, puisi mengalami pasang surut sesuai pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah hasil cerminan dari sebuah budaya kelompok masyarakat yang menceritakan tentang interaksi manusia dengan lingkungannya dan merupakan hasil kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan wujud gagasan pengarang dalam memandang lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Terdahulu Penulis menemukan penelitian terdahulu mengenai kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya Wiji Thukul, sebagai berikut. Pertama, penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian Pustaka di dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Untuk membahas sebuah karya sastra ada dua macam pendekatan, yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik bertolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebuah imitasi. Karya sastra merupakan bentuk dari hasil sebuah kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebuah imitasi. Karya sastra merupakan bentuk dari hasil sebuah kreativitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi. Karya sastra merupakan bentuk dari hasil sebuah kreativitas imajinatif, pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pelajaran tentang pengalaman hidup yang dapat menginspirasi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pelajaran tentang pengalaman hidup yang dapat menginspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak pelajaran tentang pengalaman hidup yang dapat menginspirasi lahirnya sebuah karya sastra yang akhirnya dijadikan sebagai media untuk menyampaikan aspirasi, gagasan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 53 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil

BAB I PENDAHULUAN. pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra terbentuk dari hasil cipta rasa, dan karsa manusia atau pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil pemikirannya mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang merupakan bagian dari masyarakat, dan hidup dalam masyarakat dengan beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Refleksi Kehidupan Masyarakat Palestina dalam novel Sognando Palestina belum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Refleksi Kehidupan Masyarakat Palestina dalam novel Sognando Palestina belum BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.2 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Berdasarkan peninjauan terhadap penelitian sebelumnya, penelitian tentang Refleksi Kehidupan Masyarakat Palestina dalam novel Sognando Palestina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modernisasi dikatakan sebagai tonggak awal kemajuan zaman telah memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini juga membawa dampak perubahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca karya sastra sama dengan mencermati permasalahan atau problem-problem sosial yang sering terjadi di dalam masyarakat. Permasalahan yang terdapat dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkaji karya sastra dengan cara menghubungkannya dengan aspek-aspek sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkaji karya sastra dengan cara menghubungkannya dengan aspek-aspek sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan sosiologi adalah dua bidang ilmu yang berbeda, tetapi mampu menjadi bidang ilmu baru yaitu sosiologi sastra. Sosiologi sastra berarti mengkaji karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

Pendekatan-Pendekatan dalam Karya Sastra

Pendekatan-Pendekatan dalam Karya Sastra Pendekatan-Pendekatan dalam Karya Sastra Mimetik Ekspresif Pragmatik Objektif 10/4/2014 Menurut Abrams 2 Pendekatan Mimetik Realitas: sosial, budaya, politik. ekonomi, dan lain-lain. Karya Sastra 10/4/2014

Lebih terperinci

BEBERAPA PENDEKATAN PENGKAJIAN SASTRA. Hartono, M. Hum. PBSI FBS UNY

BEBERAPA PENDEKATAN PENGKAJIAN SASTRA. Hartono, M. Hum. PBSI FBS UNY BEBERAPA PENDEKATAN PENGKAJIAN SASTRA Hartono, M. Hum. PBSI FBS UNY Mengapa Pendekatan Pengkajian Sastra selalu Berkembang? 2 1. Ragam sastra sangat banyak dan berkembang secara dinamis. Kondisikondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan seni cipta antara perpaduan imajinasi pengarang dan pengalaman kehidupan yang ada disekitarnya, mungkin pernah ia alami sendiri. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

di zaman Heian. Inilah yang ditunjukkan dalam novel THE DRAGON SCROLL lewat sebuah cerita fiksi. Begitu juga dengan novel THE DRAGON SCROLL yang

di zaman Heian. Inilah yang ditunjukkan dalam novel THE DRAGON SCROLL lewat sebuah cerita fiksi. Begitu juga dengan novel THE DRAGON SCROLL yang seperti itulah hidup yang harus dijalani ketika ditakdirkan menjadi wanita miskin di zaman Heian. Inilah yang ditunjukkan dalam novel THE DRAGON SCROLL secara umum. Ketika di dalam sejarah adanya permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius) setelah mendapat bentuk yang jelas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kajian Pustaka 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 1. Kajian Pustaka A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang gayut dengan penelitian ini adalah skripsi Agung Dwi Prasetyo (2006) dari Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia, yang berupa pengalaman, perasaan, pemikiran, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari imajinasi pengarang. Imajinasi yang dituangkan dalam karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari imajinasi pengarang. Imajinasi yang dituangkan dalam karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah hasil ciptaan manusia yang memiliki nilai keindahan yang sangat tinggi. Keindahan yang terdapat dalam sebuah karya sastra, merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sarana bagi seorang pengarang untuk menyampaikan suatu pemikiran atau gagasan berdasarkan problem-problem sosial yang terjadi di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1 (hlm. 6), kehidupan masyarakat dapat mengilhami sastrawan dalam melahirkan sebuah karya. Dengan demikian, karya sastra dapat menampilkan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat bahwa Sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penulis melakukan telaah kepustakaan yang berhubungan dengan PDH dengan menelusuri penelitian sebelumnya. Telaah pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu karya sastra prosa yang menggambarkan tentang permasalahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: 12), novel merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep A. Sosiologi Sastra Ratna (2004:339) mengatakan, Sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan manusia. Jadi, sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu karya yang sifatnya estetik. Karya sastra merupakan suatu karya atau ciptaan yang disampaikan secara komunikatif oleh penulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan. Standar bahasa kesusastraan yang dimaksudkan adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu metode yang menggambarkan hasil penelitian apa adanya.

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu metode yang menggambarkan hasil penelitian apa adanya. 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu metode yang menggambarkan hasil penelitian apa adanya. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA SOSIAL DALAM NOVEL SEKALI DALAM 100 TAHUN KARYA MARGA T.

PROBLEMATIKA SOSIAL DALAM NOVEL SEKALI DALAM 100 TAHUN KARYA MARGA T. PROBLEMATIKA SOSIAL DALAM NOVEL SEKALI DALAM 100 TAHUN KARYA MARGA T. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup kepemilikan manusia atas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisi penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan preposisi-preposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah sekaligus ujian untuk orangtuanya. Dalam perkembangannya pendidikan terhadap anak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik, seseorang dengan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa. Karya sastra merupakan pengungkapan baku dari apa telah disaksikan,

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan Instruksional Khusus Sosiologi Tujuan Instruksional Khusus Agar mahasiswa mengenal, mengerti, dan dapat menerapkan konsep-konsep sosiologi dalam hubungannya dengan psikologi SUMBER ACUAN : Soekanto, S. Pengantar Sosiologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil perpaduan estetis antara keadaan lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya kreativitas yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya sastra berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara nyata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan juga pengalaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Keindahan

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah wadah bagi pengarang untuk menyampaikan gagasan, ide, pemikiran yang berdasarkan pengalaman dan kenyataan sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Panuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sastra berhubungan erat dengan masyarakatnya. Pernyataan tersebut sejalan dengan munculnya berbagai hasil karya sastra yang mengangkat tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media bahasa merupakan salah satu media yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk menyampaikan karya seni yaitu sebuah karya sastra untuk para pembaca. Keindahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai keindahan. Sebuah karya sastra bukan ada begitu saja atau seperti agak dibuat-buat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci