EMISI FORMALDEHIDA DARI PAPAN LANTAI LAMINA KOMBINASI DENGAN BATANG KELAPA YANG MENGGUNAKAN TANIN RESORSINOL FORMALDEHIDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EMISI FORMALDEHIDA DARI PAPAN LANTAI LAMINA KOMBINASI DENGAN BATANG KELAPA YANG MENGGUNAKAN TANIN RESORSINOL FORMALDEHIDA"

Transkripsi

1 EMISI FORMALDEHIDA DARI PAPAN LANTAI LAMINA KOMBINASI DENGAN BATANG KELAPA YANG MENGGUNAKAN TANIN RESORSINOL FORMALDEHIDA Supriyono Eko Wardoyo 1, Adi Santoso 2 dan Sri Wuryani Sugiarti 1 FMIPA Universitas Nusa Bangsa, 2 Puslitbang Hasil Hutan Bogor 1 Jl. K. H. Sholeh Iskandar, Cimanggu, Tanah Sareal-Bogor supriyono.wardoyo@yahoo.com ABSTRACT Formaldehyde Emissions from Floor Boards Lamina Combination with The Coconut Bar Using Tanin Resorcinol Formaldehyde Trunks of coconut (Cocos nucifera L.) has been widely used as both structural and non structural materials, including home furnishings, furniture, toys, crates, and so on. In the utilization of coconut trunks required special handling to produce a high quality product. How to handle it needs through the process of densification or impregnation by using a copolymer of Tanin Resorcinol Formaldehyde (TRF) in the vacuum press. In the case to reduce the scarcity of the wood, modification between coconut wood with other wood species in laminated floor board products is needed. The research was done by the method of vacuum press in the Laboratory for Products Compound and Wood Preservation, Center Research and Development for Forest Products, Bogor. The tests were performed the physical properties consist of specific gravity and moisture content or the chemical properties of formaldehyde emissions by using Spectrophotometer. The results indicated that by using TRF copolymer (1: 0.5: 2) and viscosity 0.88 centripoise, formaldehyde emissions of the combination of the wood was very well and meet the requirements ( 0.30 to 0.40 mg / L) and were included in the category of very safe. Keywords : Emissions of formaldehyde, Laminated boards, Trunks of coconut, Tanin resorcinol formaldehyde ABSTRAK Batang kelapa (Cocos nucifera L.) telah banyak digunakan baik sebagai bahan struktural maupun non structural, seperti perkakas rumah tangga, mebel, mainan, peti dan lain sebagainya. Dalam pemanfaatannya batang kelapa tersebut diperlakukan penanganan khusus untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas tinggi. Adapun cara penanganannya adalah dapat melalui proses densifikasi ataupun impregnaasi dengan menggunakan suatu kopolimer Tanin Resorsinol Formaldehida menggunakan metode vakum tekan. Dalam hal ini untuk mengurangi kelangkaan dari kayu tersebut maka dilakukan modifikasi antara kayu kelapa dengan jenis kayu lainnya pada produk papan lantai lamina. Untuk itu dilakukan penelitian pengujian dengan metode vakum tekan di Laboratorium Produk Majemuk dan Pengawetan Kayu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor. Adapun pengujian yang dilakukan adalah sifat fisika terdiri atas bobot jenis, kadar air, dan sifat kimia emisi formaldehida yang diuji dengan menggunakan Spectrophotometer. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan menggunakan kopolimer TRF (1 : 0,5 : 2) dengan kekentalan 0,88 centripoise, emisi formaldehida yang dihasilkan dari kombinasi kayu tersebut sangat baik dan memenuhi persyaratan (0,30-0,40 mg/l) dan termasuk dalam kategori sangat aman. Kata kunci : Emisi formaldehida, Papan lamina, Batang kelapa, Tanin resorsinol formaldehida PENDAHULUAN Potensi kayu yang berasal dari hutan tanaman industri (HTI) dan hutan rakyat diperkirakan mencapai lebih dari m 3 per tahun sehingga berpotensi menjadi komoditi ekspor pada masa yang akan datang. Beberapa kayu dari hutan tanaman mempunyai sifat yang

2 ... Emisi Formaldehida dari Papan Lantai Lamina 191 lebih baik dibandingkan kayu` dari hutan alam. Menurut Rachman (1990), dolok dari hutan tanaman industri umumnya kecil, tetapi bentuknya relatif lebih baik dari tanaman umumnya. Sedangkan rendemen kayu gergajian dapat mencapai lebih dari 55% dengan konsumsi tenaga yang diperlukan cukup rendah. Dalam penggunaannya, kayu HTI akan lebih baik dari kayu meranti karena mempunyai sifat mudah dalam hal pengetaman dan pembentukan (moulding). Di lain pihak, Memed (1990) menjelaskan bahwa sifat dari perekatan beberapa jenis kayu dari hutan tanaman dapat dipergunakan untuk mengatasi keterbatasan ukuran kayu utuh (solid) dan mahal dengan menggunakan teknologi perekatan. Sementara sifat keawetannya yang rendah dapat ditingkatkan dengan cara diawetkan (Martawijaya,1990). Informasi tersebut menunjukan bahwa kayu dari hutan tanaman secara teknis memiliki potensi untuk digunakan sebagai kayu pertukangan. Kayu kelapa (Cocos nucifera L.) dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk konstruksi bangunan terutama bagian kerasnya. Hal ini sudah lazim digunakan di pedesaan karena bagian kayu kelapa tersebut dianggap kuat dan awet. Pohon kelapa berakar serabut, tidak beraturan, bentuk batang lancip, tinggi dapat mencapai 5-30 m, dengan diameter batang rata - rata 25 cm (Barly, 2001). Selain kayu dari hutan tanaman, kayu yang berasal dari perkebunan seperti kayu kelapa mempunyai peluang pula sebagai kayu pengganti, karena dalam beberapa hal sifat batang kelapa dapat melebihi sifat kayu. Kekuatan batang kelapa mulai dari bagian pangkal, tengah, ujung serta bagian luar dan dalam dapat berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan kerapatan pada setiap bagiannya, sehingga akibatnya belum semua bagian dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan. Sedangkan sifat lain yang tidak menguntungkan adalah sangat peka terhadap serangan organisme perusak kayu, terutama bila digunakan pada tempat yang berhubungan langsung dengan tanah atau dipasang di tempat terbuka. Pengolahan kayu dengan memanfaatkan teknologi perekatan untuk masa sekarang cenderung meningkat, sejalan dengan meningkatnya keterbatasan ukuran kayu, sehingga industri kayu banyak memodifikasi atau mendiversifikasi kayu berukuran kecil menjadi ukuran besar, salah satunya adalah kayu lamina yang diperuntukan antara lain untuk lantai (laminated parquet flooring, LPF) (Blanchet, et al. 2003). Kayu lamina atau balok majemuk adalah suatu balok yang diperoleh dari perekatan kayu, dapat berbentuk lurus, melengkung atau gabungan dari keduanya dengan arah sejajar antara satu sama lainnya (Anonim, 1974). Dalam penggunaannya, baik sebagai konstruksi atau papan lantai lamina, kayu lamina mempunyai beberapa kelebihan antara lain dapat dibuat untuk membentuk suatu penampang yang sangat kuat atau lebih kuat dari balok tunggal biasa. Pelapisan dapat disusun sedemikian rupa sehingga bagian-bagian yang mendapat tegangan terbesar akan memuat kualitas yang lebih tinggi, selain itu suatu rangka kayu berlapis majemuk umumnya lebih tahan dari kebakaran daripada suatu rangka kayu batang (Yap, 1984). Produk produk perekatan yang menggunakan perekat berbahan dasar formaldehida disinyalir akan mengemisikan formaldehidanya sehingga dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan bila digunakan di dalam ruangan yang relatif tertutup. Namun sampai saat ini belum diketahui sejauh mana tingkat formaldehida yang diemisikan oleh produk perekatan berupa lantai kayu lamina yang menggunakan tanin resorsinol formaldehida. Menurut Petterson (1976), bahwa pencemaran ini dapat berpengaruh sinergik terhadap manusia, yaitu pada selaput lendir, hidung, mata, tenggorokan dan gangguan pernafasan serta menurunkan daya penciuman. Menurut Christensen et al. (1981), kandungan formaldehida bebas dalam perekat akan berpengaruh terhadap emisi formaldehida. Karena semakin besar formaldehida bebas

3 192 Emisi Formaldehida dari Papan Lantai Lamina... dalam perekat, maka akan semakin besar pula emisi formaldehida yang dikeluarkan. Selain jenis perekat, kadar perekat (jumlah perekat) laju pematangan, waktu kempa dan kelembaban juga dapat menyebabkan terlepasnya formaldehida (Pizzi, 1994). Emisi formaldehida adalah peristiwa pengeluaran atau pemancaran gas formaldehida dan berasal dari perekat yang digunakan dalam pembuatan suatu produk, dimana perekat tersebut mengandung formaldehida. Terikatnya formaldehida tersebut akan dibebaskan kembali saat terjadi hidrolisis (SNI, 1998). Menurut Rofflael (1993), besarnya emisi formaldehida tergantung pada faktor internal, seperti kayu, komposisi perekat yang digunakan, zat aditif, pengempaan, kondisi saat pembuatan, serta faktor eksternal, seperti kelembaban, temperatur, ph, pertukaran udara dalam ruangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui emisi formaldehida dari papan lantai lamina dengan kombinasi jenis kayu dan batang kelapa dengan menggunakan perekat tanin resorsinol formaldehida (TRF). Berdasarkan srtukturnya tanin resorsinol formaldehida (TRF) merupakan senyawa polifenol, adalah perekat yang mirip dengan resin fenol resorsinol formaldehida (PRF). (Pizzi, 1994). Mengingat bahwa hingga saat ini belum banyak data mengenai emisi formaldehida dari produk perekatan dengan kombinasi jenis kayu khususnya yang menggunakan kayu dari hutan tanaman dan perkebunan berperekat tanin, maka dilakukan penelitian mengenai emisi formaldehida dari papan lantai lamina yang dibuat dari kombinasi kayu asal hutan tanaman dan perkebunan dengan perekat tanin. Struktur kimia Tanin Resorsinol Formaldehida dapat dilihat pada Gambar 1a. Tanin ditambah dengan sedikit fenol atau urea, resorsinol dan formaldehida akan memberikan kekuatan rekat yang baik, tahan terhadap air dan dapat digunakan untuk perekat kayu lapis, kayu lamina, papan partikel, dan produk lainnya (Tsoumist, 1991). Salah satu sifat produk perekatan yang dibuat dengan perekat yang mengandung formaldehida adalah terjadinya emisi formaldehida, sehingga dikhawatirkan akan mencemari lingkungan yang berupa gangguan terhadap kesehatan bila digunakan pada ruangan yang relatif tertutup. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan yang digunakan adalah resin tanin resorsinol formaldehida (TRF), formaldehida 37%, bagian lunak batang kelapa yang berumur 19 tahun (berasal dari Balai Penelitian Kayu Kelapa, Parung Kuda, Sukabumi, Jawa Barat). Bahan kayu lain adalah Jati (Tectona garndis), dan tiga jenis kayu HTI, yaitu Mangium (Acasia mangium), Tusam (Pinus merkusii) dan Gmelina (Gmelina arborea) berasal dari Sukabumi, Jawa Barat. B. Alat alat Peralatan yang digunakan adalah oven, timbangan, alat pelabur perekat, jangka sorong, desikator, spektrofotometer dan peralatan gelas kimia. C. Metode Penelitian 1. Persiapan bahan baku Dari bagian batang pohon kelapa, diambil pelepah paling bawah dan dijadikan balok dengan ukuran lebih kurang 6,6 m. Kemudian digergaji untuk mengambil bagian tengah serta menjadikan balok dengan ukuran 10 cm x 11 cm x 200 cm, Lalu diracik untuk pembuatan papan dengan ukuran 1,5 cm x 10 cm x 50 cm, kemudian diserut halus sebagai contoh uji. Perlakuan serupa dilakukan juga terhadap kayu jati, mangium, tusam dan gmelina. Sebelum direkat, contoh terlebih dahulu dikeringkan dalam dapur pengering pada suhu 103 ± 2 0 C selama satu minggu hingga kadar air mencapai %. Kemudian perekat TRF dilaburkan pada permukaan arah lebar papan dengan bobot labur 85 g/m 2 permukaan, selanjutnya papan direkatkan satu sama lain dengan tekanan 1,0 MPa selama 8 jam pada suhu

4 ... Emisi Formaldehida dari Papan Lantai Lamina 193 kamar. Perlakuan juga dilakukan terhadap empat kombinasi jenis kayu (jati, mangium, tusam dan gmelina) dengan batang kelapa menjadi lima perlakuan : 1. Kelapa Kelapa (k1) 2. Kelapa Jati (k2) 3. Kelapa Mangium (k3) 4. Kelapa Tusam (k4) 5. Kelapa Gmelina (k5) Cara kerja tersebut diatas dapat dibuatkan diagram alir penelitian seperti pada Gambar Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan ulangan tiga kali untuk masing masing bagian dari kombinasi jenis kayu dengan batang kelapa. Model matematika : Keterangan : Yij = µ + Ti + Є ij Yij = Nilai pengamatan yang memperoleh perlakuan ke - i pada ulangan ke j µ = Rata - rata sebenarnya. Ti = Pengaruh perlakuan. Є ij = Pengaruh galat percobaan yang memperoleh perlakuan ke - i pada ulangan ke - j 3. Parameter yang di uji : a. Bobot Jenis Bobot jenis adalah perbandingan bobot dan volume kayu dalam keadaan kering udara dengan kadar air sekitar %. Nilai bobot jenis yang dicantumkan adalah nilai rata ratanya. b. Kadar Air Masing masing contoh diuji dan dihitung dalam keadaan kering udara kemudian dimasukkan dalam oven ( 103 ± 2 0 C ), timbang hingga bobot konstan. Nilai kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut : ( BKU BKT ) Nilai Kadar Air = X 100 % BKT Keterangan : BKU = Bobot Kering Udara (gram) BKT = Bobot Kering Tanur (gram) HO OH OH CH 2 HO O OH OH Tanin Resorsinol Formaldehida Gambar 1a. Tanin Resorsinol Formaldehida Gambar 1b. Contoh papan lantai lamin

5 194 Emisi Formaldehida dari Papan Lantai Lamina... Preparasi sampel Pembuatan papan lantai lamina Ukuran 1,5 x 10 x 50 cm Pengkondisian sampel selama 1 minggu ( Suhu 103 ± 2 0 C ) Analisis KA BJ Emisi Formaldehida Keterangan : * KA = Kadar Air * BJ = Bobot Jenis Gambar 2. Diagram alir penelitian c. Emisi Formaldehida Prinsip penentuan konsentrasi formaldehida teremisi adalah : Mereaksikan gas formaldehida yang tertangkap oleh suatu cairan (H2O, NaSO3, air suling dan lain lain) dengan menggunakan indikator indikator tertentu yang akan membentuk suatu senyawa komplek berwarna tertentu. Analisa emisi formaldehida adalah pengukuran absorbansi yang terjadi dari larutan contoh serta mempunyai intensitas secara kuantitatif dilakukan menggunakan spektrosfotometer. Dimana senyawa ini akan menghasilkan warna hijau kekuningan yang mempunyai panjang gelombang maksimum 412 nm. (Christian, 1986). 1. Persiapan larutan induk dan larutan pereaksi - Larutan induk formaldehida (larutan standar) : Larutan formaldehida 37 % dipipet 1 ml, lalu masukkan ke dalam, labu ukur 1000 ml, lalu encerkan dengan aqudest hingga tanda batas. Dari larutan induk formladehida dibuat suatu deret standar dengan konsentrasi 0, 5, 10, 20, 50, dan 100 ml ke dalam masing - masing 6 buah labu ukur 100 ml, lalu tambahkan larutan asetilaseton amonium asetat sebanyak 25,0 ml, kemudian encerkan hingga tanda batas. Larutan dipanaskan dalam penangas air pada suhu 60 ± 5 0 C sel;ama 10 menit, angkat dan dinginkan hingga suhu kamar. Lakukan pengukuran dengan

6 ... Emisi Formaldehida dari Papan Lantai Lamina 195 spektrofotometer pada panjang gelombang 412 nm. - Larutan asetilaseton amoniumasetat : Timbang amonium asetat 150 gr, larutkan dengan 300 ml aquadest dalam labu ukur 1000 ml, kemudian tambahkan 3 ml asam asetat glacial dan 2 ml asetil aseton, lalu encerkan hingga tanda batas. Penyimpanan larutan dilakukan dalam botol coklat untuk menghindari terjadinya perubahan warna dari larutan sehingga larutan tidak dapat dipergunakan bila telah berubah warnanya. 2. Penetapan emisi formaldehida - Pengkondisian contoh Masing masing contoh uji diikat dengan benang atau tali, kemudian digantung ( ± 1 cm di atas permukaan air) dalam botol 500 ml yang berisi aqudes sebanyak 50 ml. Kemudian dimasukkan dalam oven pada suhu 40 ± 5 0 C selama 24 jam, lalu didinginkan hingga suhu kamar. Dipipet 25,0 ml masing - masing larutan contoh dan ditambahkan larutan asetilaseton amonium asetat sebanyak 25,0 ml ke dalam labu ukur 100 ml kemudian diencerkan hingga tanda batas. Kemudian dipanaskan dalam penangas air pada suhu 60 ± 5 0 C, selama 10 menit, diangkat dan didinginkan hingga suhu kamar. Kemudian dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 412 nm. Dengan absorbansi yang didapat dari pembacaan spektrofotometer, selanjutnya dilakukan perhitungan konsentrasi formaldehida dengan menggunakan regresi terhadap larutan deret standar. (Tabel 1.) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisika - Kimia Perekat Tanin Resorsinol Formaldehida Perekat Tanin Resorsinol Formaldehida (TRF) yang dibuat dengan nisbah mol tanin : resorsinol : fortmaldehida = 1 : 0,5 : 2, berbentuk cairan, berwarna cokelat tua, berbau khas fenol. Perekat ini termasuk perekat eksterior yang diharapkan dapat menggantikan perekat golongan fenolik dengan proses kempa dingin (cold set) seperti resorsinol formaldehida (RF) dan fenol resorsinol formaldehida (PRF) yang sampai saat ini masih impor. Karakteristik TRF dapat dilihat pada Tabel 2. B. Bobot jenis Bobot jenis rata rata yang dihasilkan dari papan lamina yang terbuat dari kombinasi jenis kayu dengan menggunakan perekat TRF sebagai perekatnya adalah berkisar antara 064-0,85 (Tabel 3). C. Kadar Air Kadar air rata rata papan lamina yang terbuat dari kombinasi jenis kayu batang kelapa dengan menggunakan perekat TRF sebagai perekatnya ini berkisar antara 10,64-11,52 % (Tabel 4), dan seluruhnya memenuhi persyaratan Standar karena nilainya kurang dari 15 % (JAS, 2003). D. Emisi Formaldehida Kayu Lamina Kayu lamina dari kombinasi jenis kayu hutan tanaman dan kayu kelapa yang dibuat dengan perekat tanin resorsinol formaldehida (TRF) dalam penelitian ini menghasilkan emisi formaldehida rata-rata berkisar antara 0,0695-0,1173 mg/l (Tabel 5). Sedangkan Emisi formaldehida yang paling rendah diperoleh dari kayu lamina dengan kombinasi jenis kayu kelapa - mangium adalah 0,0695 mg/l, sementara yang dibuat dari kombinasi kelapa - gmelina 0,1173 mg/l mempunyai nilai emisi formaldehida yang paling tinggi (Tabel 5). Dari Tabel 6, dapat terlihat bahwa emisi formaldehida yang dihasilkan dari papan lantai lamina dengan kombinasi jenis kayu dan batang kelapa cenderung meningkat pada kayu penyusunnya yang berbobot jenis semakin rendah.

7 196 Emisi Formaldehida dari Papan Lantai Lamina... Kenaikan emisi formaldehida dengan turunnya bobot jenis kayu pelapis kayu batang kelapa lebih jelas dengan grafik histogram (Gambar 3). Kayu dengan bobot jenis tinggi menunjukkan bahwa dinding sel kayu tebal dan sebaliknya bobot jenis rendah mengisyaratkan dinding sel kayu tipis. Pada kayu yang berbobot jenis tinggi tingkat kerapatan por- pori kayu lebih rapat daripada kayu yang berbobot jenis rendah. Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Juhendi (1998), yang meneliti tentang emisi formaldehida pada panel kayu Meranti Merah (Shorea. spp, BJ = 0,53) dan Kapur (Drybalanops spp, BJ = 0,59). Dalam penelitian tersebut dikemukakan bahwa emisi formaldehida dari panel kayu Meranti Merah rata-rata lebih rendah daripada kayu Kapur. Dugaan bahwa peranan bobot jenis kayu cukup berpengaruh terhadap emisi formaldehida dari produk kayu yang direkat dengan perekat yang mengandung formaldehida ditunjukan pula oleh Memed (1987) yang meneliti emisi formaldehida papan partikel dari beberapa jenis kayu, antara lain Meranti Merah dan Meranti Kuning (Shorea gibbosa, S. brandis, BJ rata - rata 0,51) dengan menggunakan perekat Urea Formaldehida atau Phenol Formaldehida. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa emisi formaldehida papan partikel dari kayu meranti merah lebih rendah daripada papan partikel kayu meranti kuning. Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa panel kayu yang dibuat dari jenis kayu yang memiliki bobot jenis rendah, tidak selalu memiliki emisi formaldehida yang lebih tinggi daripada panel kayu yang dibuat dari kayu yang berbobot jenis tinggi. Hal tersebut di atas berlaku dalam penelitian yang dilakukan dengan kombinasi kayu dan kelapa menggunakan perekat tanin resorsinol formaldehida. Walaupun hasil uji cenderung menunjukkan bahwa nilai emisi formaldehida kayu lamina semakin meningkat dengan semakin rendahnya jenis kayu penyusun (Tabel 6), menurut sidik ragam bobot jenis kayu penyusun kayu lamina ternyata tidak berpengaruh terhadap kadar emisi formaldehida yang dihasilkan (Tabel 8). Hal ini diduga berkaitan dengan rendahnya kadar formaldehida bebas yang terkandung dalam perekat tanin yang digunakan dan sifat dari perekat tanin tersebut yang tahan terhadap air. Walaupun produk perekatannya diperlakukan dalam kelembaban yang tinggi, tidak terjadi hidrolisis terhadap perekat tanin sehingga tidak terjadi emisi formaldehida dari produk perekatan tersebut. Secara keseluruhan emisi formaldehida kayu lamina yang menggunakan jenis kayu penyusun berbeda dan berperekat tanin resorsinol formaldehida ini memenuhi persyaratan standar Jepang (JAS, 2003) untuk kategori F**** (sangat aman), karena nilai rata ratanya < 0,3 mg/l dan maksimumnya < 0,4 mg/l (Tabel 7). Tabel 1. Larutan Deret Standar. Labu Ukur no. Larutan Standar (ml) H 2 O (ml)

8 ... Emisi Formaldehida dari Papan Lantai Lamina 197 Tabel 2. Karakteristik Perekat Tanin Resorsinol Formaldehida (TRF) Pengujian TRF Jenis perekat Standar (PRF)* Uji visual Bahan Asing Waktu tergelatin (menit) Kadar resin padat (%) Viskositas (25 1 o C), (poise) Keasaman (ph) Bobot jenis Formaldehida bebas (%) * Keterangan : ( + ) ( - ) 100,5 32,72 0,88 10,62 1,14 0,30 ( + ) ( - ) 85 57,03 3,4 8,0 1,15 0,04 (+) Cairan berwarna coklat sampai hitam, berbau khas; (-) Tidak ada - Syarat Formaldehida bebas dalam perekat max 3 % (SNI) Tabel 3. Bobot Jenis Kayu Llamina dari Kombinasi Jenis Kayu Kombinasi Bobot Jenis Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Total Rata rata Kelapa - kelapa 0,88 0,84 0,85 2,57 0,85 Kelapa - jati 0,76 0,75 0,77 2,28 0,76 Kelapa - mangium 0,70 0,75 0,73 2,18 0,73 Kelapa - tusam 0,71 0,68 0,72 2,11 0,70 Kelapa - gmelina 0,65 0,62 0,66 1,93 0,64 Tabel 4. Kadar Air Kayu lamina dari Kombinasi Jenis Kayu Batang Kelapa Kombinasi Kadar Air (%) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Total Rata - rata Kelapa - kelapa 10,56 10,94 11,63 33,13 11,04 Kelapa - jati 11,03 11,62 11,92 34,57 11,52 Kelapa - mangium 10,56 11,35 11,68 33,59 11,20 Kelapa - tusam 10,08 10,63 11,20 31,91 10,64 Kelapa - gmelina 10,12 10,55 11,28 31,95 10,65

9 Emisi Formaldehida 198 Emisi Formaldehida dari Papan Lantai Lamina... Tabel 5. Emisi Formaldehida Kayu Lamina Kombinasi Jenis Kayu dengan Batang Kelapa Berperekat TRF. Kombinasi Emisi formaldehida (mg/l) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Total Rata - rata Kelapa kelapa 0,1840 0,0222 0,0545 0,2607 0,0869 Kelapa jati 0,1656 0,0200 0,0491 0,2347 0,0782 Kelapa mangium 0,1472 0,0178 0,0436 0,2086 0,0695 Kelapa tusam 0,2299 0,0228 0,0682 0,3209 0,1069 Kelapa gmelina 0,2484 0,0300 0, ,1173 Keterangan : Kandungan emisi formaldehida terkecil = 0,0695 mg/l dan terbesar = 0,1173 mg/l. Tabel 6. Emisi Formaldehida Kayu Lamina terhadap Bobot Jenis Kayu Penyusunnya. NO. Kombinasi Kayu BJ Emisi Formaldehida ( mg/l ) 1. Kelapa kelapa 0,85 0, Kelapa jati 0,76 0, Kelapa mangium 0,73 0, Kelapa tusam 0,70 0, Kelapa gmelina 0,64 0,120 Histogram Emisi Formaldehida 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Kelapa-kelapa Kelapa - jati Kelapa-mangium Kelapa-tusam Kelapa-gmelina BJ kayu penyusun Bobot Jenis Emisi Formaldehida Gambar 3. Histogram emisi formaldehida kayu lamina dengan bobot jenis

10 ... Emisi Formaldehida dari Papan Lantai Lamina 199 Tabel 7. Persyaratan Emisi Formaldehida (JAS,2003) Kategori Kelas Nilai rata - rata ( mg/l ) Maximum ( mg/l ) Keterangan F * * * * 0,3 0,4 Sangat aman F * * * 0,5 0,7 Aman F * * 1,5 2,1 Kurang aman F * S 3,0 4,2 Tidak aman Sumber: JIS A 5908:2003 Tabel 8. Sidik ragam emisi formaldehida kayu lamina kombinasi kayu dan kelapa Sumber keragaman db JK RJK F -hitung F - tabel 0,05 0,01 Kombinasi kayu 4 0, , ,28 tn 3,06 4,89 Galat 15 0, ,00576 Jumlah 19 0,09268 Keterangan : tn Tidak berpengaruh nyata. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Perekat tanin resorsinol formaldehida (TRF) dapat diaplikasikan sebagai perekat untuk papan lantai lamina yang terbuat dari kombinasi jenis kayu dengan batang kelapa karena ternyata tidak dipengaruhi oleh jenis kayu penyusunnya maupun bobot jenis kayu itu sendiri dan emisi formaldehida yang dihasilkan tidak berpengaruh nyata. Dari kelima jenis kayu yang digunakan, yang memiliki emisi formaldehida paling rendah adalah kombinasi kayu kelapa mangium (0, mg/l) dan paling tinggi adalah kombinasi kayu kelapa - gmelina (0,1173-0,2484 mg/l. Secara umum emisi formaldehida dari papan lantai lamina yang diperoleh masih termasuk dalam kategori F**** (sangat aman) dan kadar air yang dihasilkan masih memenuhi persyaratan (kurang dari 15%), hasil penelitian tertinggi 11,92% (JAS, 2003) B. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan perekat TRF terhadap umur warna kayu lamina yang dipakai dalam suatu produk sehingga dapat mempengaruhi kestabilan warna dengan menggunakan uji kestabilan. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Wood Hand Book : Wood as an Engineering Material, Forest Product Laboratory, Forest Service Departement of Agricultural, Washington. Barly, Pengolahan dan Pemanfaatan Batang Kelapa. Petunjuk Teknis, Pusat Litbang Teknologi Hasik Hutan, Bogor.

11 200 Emisi Formaldehida dari Papan Lantai Lamina... Blanchet P. R. A., Bearegard, Erb and M Leverbvre, Comparatice study Of Four Adhesive Used as Binder in Engineered Wood Parquet Flooring, Forest Product Juornal, Vol. 53 : Christensen R. P., Robincheck and J. Stone, Formaldehyde Emision from Particleboard. Holz als Roh-und Werkstoff, 39 : JAS (Japanese Agricultur Standard), Japanese Agricultur Standard for Glued Laminated Timber, Notificatoin No. 234 February 27, Juhendi, A. J., Pengaruh Jenis Kayu dan Jumlah Lapisan terhadap keteguhan Rekat dan Emisi Formaldehida Kayu Lapis (Skripsi), Bandung : Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Winaya Mukti. Martawidjaya, A Sifat dasar beberapa jenis kayu yang berasal dari hutan Memed, R.,1990. Pengaruh melamin dalam perekat urea formaldehida terhadap beberapa sifat kayu lapis meranti. Petterson, R., Assesment of Formaldehida as Poteential Air Pollution Problem in an Annoted Bibliographi by FH. Product Laboratory, Madison WIS.47. Pizzi, A., Advanced Wood Adhesive Technology, New York. Marcel Dekker. Roffael, E., Formaldehida Release from Particleboard and Other Wood Based Panels, Kuala Lumpur, Forest Research Institute Malaysia. SNI (Satndar Nasional Indonesia), Kumpulan SNI Perekat. Badan Standarisasi Nasional (BSN), Jakarta. Sutigno, P Perekat dan Perekatan. Badan Litbang Departemen Kehutanan, Bogor. Tsoumist, G Science and Technology of Wood : Structure properties Utilization, Van Notrand Reinhold, New York. Yap, Konstruksi Kayu, Bina Cipta, Bandung.

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.)

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.) 1 Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.) Kartika Tanamal Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Jalan

Lebih terperinci

Peran Resorsinol Sebagai Aditif Dalam Perekat Tanin Urea Formaldehida (TUF) Untuk Kayu Lapis Mahoni

Peran Resorsinol Sebagai Aditif Dalam Perekat Tanin Urea Formaldehida (TUF) Untuk Kayu Lapis Mahoni Peran Resorsinol Sebagai Aditif Dalam Perekat Tanin Urea Formaldehida (TUF) Untuk Kayu Lapis Mahoni Iwan Setiawan Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Jalan

Lebih terperinci

BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L)

BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L) Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol., No., Desember 00 : 7 BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L) LAMINATED BEAMS FROM COCONUT WOOD (Cocos nucifera L) Djoko Purwanto *) *) Peneliti Baristand

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 12 METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian pembuatan papan komposit dari limbah kayu dan karton dilaksanakan di Lab Biokomposit Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Mei 2009, bertempat di Laboratorium Produk Majemuk dan Laboratorium Penggergajian dan Pengerjaan,

Lebih terperinci

PENAMBAHAN TANIN PADA PEREKAT UREA FORMALDEHIDA UNTUK MENURUNKAN EMISI FORMALDEHIDA PAPAN PARTIKEL

PENAMBAHAN TANIN PADA PEREKAT UREA FORMALDEHIDA UNTUK MENURUNKAN EMISI FORMALDEHIDA PAPAN PARTIKEL PENAMBAHAN TANIN PADA PEREKAT UREA FORMALDEHIDA UNTUK MENURUNKAN EMISI FORMALDEHIDA PAPAN PARTIKEL Tannin Addition of Urea Formaldehyde Adhesive for Formaldehyde Emissions Reduce to Particleboard Rendy

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Menurut Hadi (2004), klasifikasi botani kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Familia Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pengaruh Jenis Perekat dan Kombinasi Jenis Kayu terhadap Keteguhan Rekat Kayu Lamina

ABSTRAK. Pengaruh Jenis Perekat dan Kombinasi Jenis Kayu terhadap Keteguhan Rekat Kayu Lamina ABSTRAK Adi Santoso & Jamaludin Malik (Puslitbang Teknologi Hasil Hutan) Pengaruh Jenis Perekat dan Kombinasi Jenis Kayu terhadap Keteguhan Rekat Kayu Lamina Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

PENGARUH PELABURAN AMONIUM HIDROKSIDA TERHADAP EMISI FORMALDEHIDA KAYU LAPIS DAN PAPAN PARTIKEL.

PENGARUH PELABURAN AMONIUM HIDROKSIDA TERHADAP EMISI FORMALDEHIDA KAYU LAPIS DAN PAPAN PARTIKEL. PENGARUH PELABURAN AMONIUM HIDROKSIDA TERHADAP EMISI FORMALDEHIDA KAYU LAPIS DAN PAPAN PARTIKEL Adi Santoso 1*, Adi Yuwono 2, A. R. M. Renwarin 2 dan Paribotro Sutigno 3 1* Puslitbang Hasil Hutan Bogor,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Laboratorium Biokomposit dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pembuatan CLT dengan sambungan perekat yang dilakukan di laboratorium dan bengkel kerja terdiri dari persiapan bahan baku,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 16 TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa sawit Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Plantae

Lebih terperinci

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol., No., Juni 009 : 7 PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL THE INFLUENCE OF NATURAL AND ARTIFICIAL DRYING FOWORD THE

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 204 di Workshop Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara untuk membuat

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN PENDAHULUAN Pasokan kayu sebagai bahan mebel dan bangunan belum mencukupi kebutuhan yang ada Bambu (multiguna, cepat tumbuh, tersebar

Lebih terperinci

Keywords: Laminated bamboo, wood layer, physical and mechanical properties.

Keywords: Laminated bamboo, wood layer, physical and mechanical properties. PENGARUH LAPISAN KAYU TERHADAP SIFAT BAMBU LAMINA Effect of Wood Layer on the Laminated Bamboo Board Properties Oleh/By: I. M. Sulastiningsih, Nurwati dan Adi Santoso ABSTRACT Bamboo as a fast growing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku, pembuatan dan pengujian sifat fisis papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian sifat mekanis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan TINJAUAN PUSTAKA A. Papan Partikel A.1. Definisi papan partikel Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten di Provinsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah terletak antara 110 22' - 110 50' Bujur Timur dan 7 7' - 7 36' Lintang Selatan, dengan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BALOK DAN PAPAN DARI LIMBAH INDUSTRI KAYU BOARD AND WOOD BLOCK MAKING FROM WASTE OF WOOD INDUSTRIES

PEMBUATAN BALOK DAN PAPAN DARI LIMBAH INDUSTRI KAYU BOARD AND WOOD BLOCK MAKING FROM WASTE OF WOOD INDUSTRIES Jurnal Riset Industri Vol. V, No. 1, 2011, Hal. 13-20 PEMBUATAN BALOK DAN PAPAN DARI LIMBAH INDUSTRI KAYU BOARD AND WOOD BLOCK MAKING FROM WASTE OF WOOD INDUSTRIES Djoko Purwanto Balai Riset dan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan bahan-bahan berupa tandan kosong sawit (TKS) yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4.1. Sifat Fisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan laminasi pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat bahan dasar kayu yang digunakan. Sifat fisis yang dibahas dalam penelitian ini diantaranya adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PRODUK BAMBU KOMPOSIT. 1. Dr. Ir. IM Sulastiningsih, M.Sc 2. Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si 3. Dr. Krisdianto, S.Hut., M.

PEMBUATAN PRODUK BAMBU KOMPOSIT. 1. Dr. Ir. IM Sulastiningsih, M.Sc 2. Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si 3. Dr. Krisdianto, S.Hut., M. PEMBUATAN PRODUK BAMBU KOMPOSIT 1. Dr. Ir. IM Sulastiningsih, M.Sc 2. Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si 3. Dr. Krisdianto, S.Hut., M.Sc PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU Ragil Widyorini* Abstrak Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan emisi formaldehida dari produk-produk panel.

Lebih terperinci

PENGARUH FUMIGASI AMONIUM HIDROKSIDA TERHADAP EMISI FORMALDEHIDA KAYU LAPIS DAN PAPAN PARTIKEL

PENGARUH FUMIGASI AMONIUM HIDROKSIDA TERHADAP EMISI FORMALDEHIDA KAYU LAPIS DAN PAPAN PARTIKEL Pengaruh fumigasi amonium... (Adi Santoso dan Paribotro Sutigno) PENGARUH FUMIGASI AMONIUM HIDROKSIDA TERHADAP EMISI FORMALDEHIDA KAYU LAPIS DAN PAPAN PARTIKEL The Effect of Fumigation by Ammonium Hydroxide

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Papan Partikel 4.1.1 Kerapatan Kerapatan merupakan perbandingan antara massa per volume yang berhubungan dengan distribusi partikel dan perekat dalam contoh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit dan pengujian sifat fisis dan mekanis dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa dan Desain

Lebih terperinci

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp) Papan partikel dari campuran limbah rotan dan penyulingan PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp) Particle Board from Mixture of Rattan Waste and Gemor

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokompsit Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kekuatan Bahan dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2008 sampai bulan Februari 2009. Tempat pembuatan dan pengujian glulam I-joist yaitu di Laboratorium Produk

Lebih terperinci

Karakteristik Papan Bambu Lamina Direkat dengan Tanin Resorsinol Formaldehida Ignasia M Sulastiningsih, Adi Santoso, Barly, Mohamad I Iskandar

Karakteristik Papan Bambu Lamina Direkat dengan Tanin Resorsinol Formaldehida Ignasia M Sulastiningsih, Adi Santoso, Barly, Mohamad I Iskandar Karakteristik Papan Bambu Lamina Direkat dengan Tanin Resorsinol Formaldehida (Characteristics of Laminated Bamboo Lumber Glued with Tannin Resorcinol Formaldehyde) Pusat Penelitian dan Pengambangan Keteknikan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian 23 MATERI DAN METODE Materi Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di aboratorium Biokomposit, aboratorium Keteknikan Kayu dan aboratorium Kayu Solid, Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas Standar Nasional Indonesia Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas ICS 79.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BAMBU LAMINA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI KAYU

TEKNOLOGI PEMBUATAN BAMBU LAMINA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI KAYU TEKNOLOGI PEMBUATAN BAMBU LAMINA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI KAYU PENDAHULUAN Pasokan kayu sebagai bahan mebel dan bangunan belum mencukupi kebutuhan yang ada Bambu (multiguna, cepat tumbuh, tersebar di seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Venir Bambu Lamina Venir lamina (Laminated Veneer Lumber atau LVL) adalah suatu produk yang diperoleh dengan cara menyusun sejajar serat lembaran venir yang diikat dengan perekat.

Lebih terperinci

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 48 4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 4.1 Pendahuluan Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, kekuatan papan yang dihasilkan masih rendah utamanya nilai MOR

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai Juli 2008. Pembuatan OSB dilakukan di Laboratorium Biokomposit, pembuatan contoh uji di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai Juli 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel CLT, dan pengujian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 % TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel, dan pengujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Sawit Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 21.958.120 ton dan pada tahun 2011 mencapai

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2011 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Laboratorium Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2011 di Laboratorium Biomaterial dan Biodeteriorasi Kayu Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan. 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Papan Komposit Anyaman Pandan 4.1.1 Kerapatan Sifat papan yang dihasilkan akan dipengaruhi oleh kerapatan. Dari pengujian didapat nilai kerapatan papan berkisar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

Bambu lamina penggunaan umum

Bambu lamina penggunaan umum Standar Nasional Indonesia Bambu lamina penggunaan umum ICS 79.060.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 77 6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 6.1 Pendahuluan Pengempaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas papan yang dihasilkan (USDA, 1972). Salah satu hal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Juli

Lebih terperinci

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN Peningkatan daya tahan bambu dengan proses pengasapan untuk bahan baku kerajinan....effendi Arsad PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN Improved Durability of

Lebih terperinci

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL MENGGUNAKAN PEREKAT POLIVINIL ACETAT (PVAc) DENGAN BAHAN PENGAWET BORAKS DAN IMPRALIT COPPER KHROM BORON (CKB)

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL MENGGUNAKAN PEREKAT POLIVINIL ACETAT (PVAc) DENGAN BAHAN PENGAWET BORAKS DAN IMPRALIT COPPER KHROM BORON (CKB) Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.1, No.2, Desember 2009 : 7 12 PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL MENGGUNAKAN PEREKAT POLIVINIL ACETAT (PVAc) DENGAN BAHAN PENGAWET BORAKS DAN IMPRALIT COPPER KHROM BORON (CKB)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2015. Pembuatan papan dan pengujian sifat fisis dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SERAT KELAPA (COCONUT FIBER) Serat kelapa yang diperoleh dari bagian terluar buah kelapa dari pohon kelapa (cocus nucifera) termasuk kedalam anggota keluarga Arecaceae (family

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BUNGKIL BIJI KARET SEBAGAI EKSTENDER PEREKAT PADA KAYU LAPIS PULAI (Alstonia angustiloba Miq.)

PEMANFAATAN BUNGKIL BIJI KARET SEBAGAI EKSTENDER PEREKAT PADA KAYU LAPIS PULAI (Alstonia angustiloba Miq.) .Pemanfaatan Bungkil Biji Karet Sebagai Ekstender 85 PEMANFAATAN BUNGKIL BIJI KARET SEBAGAI EKSTENDER PEREKAT PADA KAYU LAPIS PULAI (Alstonia angustiloba Miq.) M. I. Iskandar dan Achmad Supriadi* Pusat

Lebih terperinci

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu SNI 01-7207-2006 Standar Nasional Indonesia Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu ICS 79.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1

Lebih terperinci

Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Lamina Campuran Kayu Mangium dan Sengon (Physical and mechanical properties of the mangium-sengon glulam)

Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Lamina Campuran Kayu Mangium dan Sengon (Physical and mechanical properties of the mangium-sengon glulam) Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Lamina Campuran Kayu Mangium dan Sengon (Physical and mechanical properties of the mangium-sengon glulam) Oleh/By : Abdurachman 1) dan Nurwati Hadjib 1) 1) Pusat Litbang Hasil

Lebih terperinci

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal KAPAL 1829-8370 (p) 2301-9069 (e) JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN Pengaruh Suhu Kempa Terhadap Kualitas Balok Laminasi Kombinasi Bambu Petung Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2010. Tempat yang dipergunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut : untuk pembuatan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN PARTIKEL

PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN PARTIKEL PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN PARTIKEL Rudianda Sulaeman, dan Evi Sribudiani Dosen Prodi Kehutanan Fakultas Pertanian UNRI. Email: sribudiani_unri@yahoo.co.id ABSTRACT Each

Lebih terperinci

C11. SIFAT PEREKATAN KAYU AKASIA FORMIS (Acacia auriculiformis) DARI HUTAN RAKYAT PADA VARIASI ARAH AKSIAL, RADIAL DAN UMUR

C11. SIFAT PEREKATAN KAYU AKASIA FORMIS (Acacia auriculiformis) DARI HUTAN RAKYAT PADA VARIASI ARAH AKSIAL, RADIAL DAN UMUR C11 SIFAT PEREKATAN KAYU AKASIA FORMIS (Acacia auriculiformis) DARI HUTAN RAKYAT PADA VARIASI ARAH AKSIAL, RADIAL DAN UMUR Oleh : T.A. Prayitno 1), M. Navis Rofii 1) dan Upit Farida 2) 1) Staf Pengajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Laminated Timber (CLT) 1) Definisi 2) Manfaat dan Keunggulan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Laminated Timber (CLT) 1) Definisi 2) Manfaat dan Keunggulan 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Laminated Timber (CLT) 1) Definisi Cross laminated timber (CLT) merupakan salah satu produk kayu rekayasa yang dibentuk dengan cara menyusun sejumlah lapisan kayu yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan, [ TINJAUAN PUSTAKA Batang Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 24 m sedangkan diameternya

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG Oleh Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Iwan Risnasari : Kajian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL NATURE OF FISIS MECHANICAL PARTICLE BOARD FROM RIPSAW WASTE OF PURSUANT TO SIZE MEASURE PARTICLE Saibatul Hamdi

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Kayu dan Jumlah Lapisan Terhadap Sifat Venir Lamina

Pengaruh Jenis Kayu dan Jumlah Lapisan Terhadap Sifat Venir Lamina Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), April 2017 ISSN 0853-4217 EISSN 2443-3462 Vol. 22 (1): 34 40 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jipi DOI: 10.18343/jipi.22.1.34 Pengaruh Jenis Kayu dan Jumlah Lapisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juli 2011 Januari 2012 dan dilaksanakan di Bagian Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Bagian Kimia Hasil Hutan, Bagian Biokomposit

Lebih terperinci

METODOLOGI. Kehutanan dan pengujian sifat mekanis dilaksanakan di UPT Biomaterial

METODOLOGI. Kehutanan dan pengujian sifat mekanis dilaksanakan di UPT Biomaterial METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2013. Persiapan bahan baku dan pembuatan papan laminasi dilakukan di Workshop Kehutanan dan pengujian sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bahan baku industri terus meningkat jumlahnya, akan tetapi rata-rata pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bahan baku industri terus meningkat jumlahnya, akan tetapi rata-rata pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai salah satu sumber daya alam penghasil kayu menjadi modal dasar bagi pertumbuhan industri sektor pengolahan kayu. Penggunaan kayu sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, 22 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil Pertanian

Lebih terperinci

APLIKASI KOPOLIMER TANIN RESORSINOL FORMALDEHIDA UNTUK MENINGKATKAN SIFAT FISIS-MEKANIS BAGIAN LUNAK KAYU KELAPA

APLIKASI KOPOLIMER TANIN RESORSINOL FORMALDEHIDA UNTUK MENINGKATKAN SIFAT FISIS-MEKANIS BAGIAN LUNAK KAYU KELAPA APLIKASI KOPOLIMER TANIN RESORSINOL FORMALDEHIDA UNTUK MENINGKATKAN SIFAT FISIS-MEKANIS BAGIAN LUNAK KAYU KELAPA (Application of Tannin Resorcinol Formaldehyde Copolymer for Physicalmechanical Improvement

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIGNIN DARI LINDI HITAM SEBAGAI PEREKAT KAYU KOMPOSIT

PEMANFAATAN LIGNIN DARI LINDI HITAM SEBAGAI PEREKAT KAYU KOMPOSIT PEMANFAATAN LIGNIN DARI LINDI HITAM SEBAGAI PEREKAT KAYU KOMPOSIT (Utilization of Lignin From Black Liquor as Composite Wood Adhesive) M I Iskandar 1, Adi Santoso 2, & Nina Wiyantina 3 1 Puslitbang Hasil

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PAPAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DARI BAMBU, FINIR DAN LOG CORE KAYU KARET (Hevea brasiliensis (Willd.Ex A.Juss.) Mull. Arg.

PENGEMBANGAN PAPAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DARI BAMBU, FINIR DAN LOG CORE KAYU KARET (Hevea brasiliensis (Willd.Ex A.Juss.) Mull. Arg. PENGEMBANGAN PAPAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DARI BAMBU, FINIR DAN LOG CORE KAYU KARET (Hevea brasiliensis (Willd.Ex A.Juss.) Mull. Arg.) SUKMA SURYA KUSUMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin berkurang pasokan kayunya dari hutan alam, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia melaksanakan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN STRUKTUR BALOK LAMINASI KAYU SENGON DAN KAYU KELAPA

ANALISIS PENGUJIAN STRUKTUR BALOK LAMINASI KAYU SENGON DAN KAYU KELAPA ANALISIS PENGUJIAN STRUKTUR BALOK LAMINASI KAYU SENGON DAN KAYU KELAPA Sri Handayani 1 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan November 2011 di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT BAMBU LAMINA YANG TERBUAT DARI TIGA JENIS BAMBU. (Some Properties of Laminated Bamboo Board made from Three Bamboo Species)

BEBERAPA SIFAT BAMBU LAMINA YANG TERBUAT DARI TIGA JENIS BAMBU. (Some Properties of Laminated Bamboo Board made from Three Bamboo Species) BEBERAPA SIFAT BAMBU LAMINA YANG TERBUAT DARI TIGA JENIS BAMBU (Some Properties of Laminated Bamboo Board made from Three Bamboo Species) Oleh/By: I.M. Sulastiningsih ABSTRACT This study investigated the

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI RADIAL KAYU BAWANG (Dysoxylum sp.), JENIS FILLER DAN DERAJAT KELEMBUTANNYA TERHADAP KETEGUHAN REKAT

PENGARUH POSISI RADIAL KAYU BAWANG (Dysoxylum sp.), JENIS FILLER DAN DERAJAT KELEMBUTANNYA TERHADAP KETEGUHAN REKAT PENGARUH POSISI RADIAL KAYU BAWANG (Dysoxylum sp.), JENIS FILLER DAN DERAJAT KELEMBUTANNYA TERHADAP KETEGUHAN REKAT Mery Loiwatu, S.Hut., MP, Dr. Ir. E. Manuhua,M.Sc dan Ir. J. Titarsole, MP Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN DAN PENYUSUNAN KONSEP STANDAR PRODUK OLAHAN KAYU. 1. Ir. M. I. Iskandar, MM. 2. Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. 3. Drs. Achmad Supriadi, MM.

KAJIAN DAN PENYUSUNAN KONSEP STANDAR PRODUK OLAHAN KAYU. 1. Ir. M. I. Iskandar, MM. 2. Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. 3. Drs. Achmad Supriadi, MM. KAJIAN DAN PENYUSUNAN KONSEP STANDAR PRODUK OLAHAN KAYU 1. Ir. M. I. Iskandar, MM. 2. Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. 3. Drs. Achmad Supriadi, MM. PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAMBU DENGAN STABILISASI DIMENSI. The Increasing of Bamboo Quality Using Dimensional Stabilization

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAMBU DENGAN STABILISASI DIMENSI. The Increasing of Bamboo Quality Using Dimensional Stabilization UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAMBU DENGAN STABILISASI DIMENSI The Increasing of Bamboo Quality Using Dimensional Stabilization Karti Rahayu Kusumaningsih Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Stiper Yogyakarta

Lebih terperinci

Kulit masohi SNI 7941:2013

Kulit masohi SNI 7941:2013 Standar Nasional Indonesia ICS 65.020.99 Kulit masohi Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat 25 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Juli 2011. Pengambilan sampel dilakukan di kawasan restorasi resort Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

Oleh/By: Adi Santoso, Osly Rachman & Jamaludin Malik ABSTRACT

Oleh/By: Adi Santoso, Osly Rachman & Jamaludin Malik ABSTRACT KUALIAS REKAAN BILAH SAMBUNG JARI PADA LIMA JENIS KAYU DENGAN PEREKA LIGNIN DAN ANIN (Bonding quality of finger jointed board on five wood species using lignin and tannin based adhesives) Oleh/By: Adi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat 21 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium UPT BPP Biomaterial LIPI Cibinong dan Laboratorium Laboratorium Bahan, Pusat Litbang Permukiman, Badan Litbang PU, Bandung.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang Analisis Pati dan Karbohidrat), Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan

Lebih terperinci