Hingga saat ini produksi kedelai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hingga saat ini produksi kedelai"

Transkripsi

1 Pekan Kedelai Nasional Menggelar Teknologi, Memacu Produksi Pekan Kedelai Nasional (PKN) yang diselenggarakan di Malang Jawa Timur baru-baru ini merupakan komitmen Badan Litbang Pertanian dalam memacu produksi kedelai melalui pengembangan inovasi teknologi. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi kedelai, di antaranya varietas unggul berumur sangat genjah (73 hari) dengan potensi hasil tinggi. Kedelai sangat genjah diperlukan dalam meningkatkan intensitas tanam dan mengantisipasi perubahan iklim. Kepala Badan Litbang Pertanian Dr Gatot Irianto dalam pembukaan PKN di Balitkabi, 28 Juni 2010, menekankan pentingnya pengembangan inovasi teknologi dalam memacu produksi kedelai nasional. Hingga saat ini produksi kedelai dalam negeri baru mampu memenuhi 35-40% kebutuhan nasional, sehingga kekurangannya harus diimpor. Untuk menekan volume impor kedelai yang telah menjadi menu sebagian besar masyarakat di Indonesia, pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi, bahkan berkeinginan pula mewujudkan swasembada kedelai. Akankah keinginan ini dapat diwujudkan? Ditinjau dari ketersediaan inovasi teknologi dan sumber daya lahan, peluang peningkatan produksi kedelai tampaknya terbuka lebar, baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam. Dari segi peningkatan produktivitas, misalnya, hasil kedelai di tingkat nasional baru mencapai rata-rata 1,3 ton dengan Berita Puslitbangtan 45 November

2 GELAR TEKNOLOGI Dari Redaksi Pekan Kedelai Nasional (PKN) yang berlangsung pada Juni 2010 di Kompleks Balitkabi di Malang dibuka oleh Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Gatot Irianto, mewakili Menteri Pertanian. Kegiatan diseminasi ini menjadi berita utama Berita Puslitbangtan No. 45. Artikel tentang hama wereng coklat yang akhir-akhir ini mengancam sebagian pertanaman padi di pantai utara Jawa juga menjadi pilihan redaksi untuk dimuat di Berita Puslitbangtan, termasuk varietas unggul Inpari 13 yang tahan terhadap hama utama padi itu. Daftar Isi Redaksi Pekan Kedelai Nasional, Menggelar Teknologi, Memacu Produksi... 1 Seminar Nasional Kedelai... 3 Sarasehan dan Workshop SL-PTT Kedelai... 5 Kedelai Super Genjah... 6 Mutu Kedelai Nasional Lebih Baik dari Kedelai Impor... 7 Penyediaan Benih Sumber Kedelai... 8 Kerja Sama Penelitian Ubikayu untuk Bioenergi... 9 Hama Wereng Coklat Kembali Mengganas Inpari 13 Padi Tahan Wereng Coklat.. 11 kisaran 0,6-2,0 t/ha, sementara di tingkat penelitian sudah mencapai 1,7-2,0 t/ha. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan inovasi teknologi memegang peranan penting dalam meningkatkan produksi kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) melalui Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian (Balitkabi) telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi kedelai yang siap diimplementasikan untuk mendukung upaya peningkatan produksi, di antaranya berupa varietas unggul, penyediaan benih sumber, serta teknologi budi daya dan penanganan pascapanen. Agar inovasi teknologi tersebut dapat berkembang luas dan dimanfaatkan petani, Badan Litbang Pertanian menyelenggarakan Pekan Kedelai Nasional (PKN) di Malang, Jawa Timur, pada Juni Dihadiri oleh 2.000an Orang PKN yang dibuka oleh Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr Gatot Irianto, atas nama Menteri Pertanian, dihadiri oleh 2.000an orang dari berbagai lapisan, termasuk petani dan kelompok tani. Setelah panen varietas unggul kedelai rakitan Balitkabi, Kepala Badan optimistis produksi nasional dapat ditingkatkan dengan beberapa persyaratan, antara lain harga kedelai harus menguntungkan petani. Selain itu, penerapan teknologi mutlak diperlukan sebagaimana telah terbukti dari peningkatkan produktivitas dari tahun ke tahun. Gelar Teknologi Inovasi teknologi kedelai yang di gelar pada PKN adalah (1) perbanyakan benih sumber yang bertujuan untuk menunjukkan proses produksi benih kedelai, mulai dari tanam hingga panen dan pengelolaan hasil; (2) koleksi plasma nutfah kedelai dari dalam dan luar negeri dengan berbagai sifat penting, antara lain potensi hasil tinggi, umur gejah, toleran terhadap kekeringan, genangan, nauangan, salinitas, kemasaman tanah, dan tahan hama penyakit utama; (3) kedelai toleran naungan yang dapat dikembangkan pada areal perkebunan kelapa sawit, karet, dan hutan rakyat; (4) kedelai toleran jenuh air yang dapat mengatasi kelebihan air pada lahan sawah pada musim kemarau; (5) galur harapan kedelai SHR/W-60, berumur genjah 73 hari, biji berukuran sedang 10,7 g/100 biji, dan potensi hasil 2,74 t/ ha; (6) beberapa varietas unggul kedelai yang dapat dipilih petani sesuai dengan keinginan mereka. Selain itu digelar pula (1) pupuk organik kaya hara yang mampu meningkatkan kesuburan tanah dan produksi kedelai; (2) insektisida nabati serbuk nimba yang mampu menekan intensitas serangan dan populasi hama daun; dan (3) Sistem Integrasi Ternak- Tanaman-Ikan (SITTI). ISSN Penanggungjawab: Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Prof Dr Ir Suyamto Dewan Redaksi: Hermanto, Husni Kasim, Unang Gunara Kartasasmita, Dedik Sadikin Tata Letak: Edi Hikmat Alamat: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Jalan Merdeka 147, Bogor, Telp. (0251) , , Faks. (0251) ; crifc3@indo.net.id 2 Berita Puslitbangtan 45 November 2010

3 SEMINAR NASIONAL Bantuan Benih Sumber Dalam acara pembukaan PKN, Kepala Badan Litbang Pertanian memberikan bantuan benih kedelai (benih sumber) kepada perwakilan dari sembilan provinsi sentra produksi kedelai (NAD, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur). Menteri Pertanian dalam laporan tertulisnya mengharapkan swasembada kedelai dapat terwujud pada tahun Oleh karena itu, produksi nasional harus ditingkatkan rata-rata 20 persen setiap tahun, dari sekitar 1 juta ton pada tahun 2009 menjadi 2,7 juta ton pada tahun Pada tahun 2010 produksi kedelai ditargetkan 1,3 juta ton. Strategi yang dikemukakan untuk mencapai swasembada kedelai adalah 1) meningkatkan produktivitas, 2) meningkatkan luas areal tanam melalui upaya khusus (Upsus), 3) pengamanan produksi, dan 4) penguatan kelembagaan dan pembiayaan. Kebijakan insentif dan subsidi harus terus ditingkatkan, seperti subsidi pupuk, subsidi dan bantuan langsung benih unggul, kredit permodalan, kebijakan harga dan tataniaga kedelai. Analisis ekonomi menunjukkan, harga kedelai yang menguntungkan petani dan mendorong mereka untuk meningkatkan produksi berkisar antara Rp /kg. (MWT/HMT) Seminar Nasional Kedelai Menyemarakkan Pekan Kedelai Nasional, Balitkabi menyelenggarakan Seminar Nasional Kedelai di akhir Juni Seminar nasional ini diharapkan dapat memberikan jalan menuju swasembada kedelai Tujuan Seminar Nasional Kedelai yang diselenggarakan di Malang beberapa waktu yang lalu adalah mensosialisasikan inovasi teknologi kedelai dan menghimpun umpan balik dari berbagai pihak guna mempertajam penelitian dan diseminasi hasil penelitian kedelai mendukung upaya peningkatan produksi nasional. Materi utama seminar adalah (a) kebijakan pengembangan kedelai mendukung swasembada (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan); (b) kesiapan inovasi teknologi untuk mendukung upaya peningkatan produksi kedelai (Badan Litbang Pertanian); (c) dukungan swasta dalam pengadaan benih kedelai di Indonesia (Dewan Kedelai Nasional); (d) strategi pengembangan kedelai menuju swasembada berkelanjutan (Puslitbang Tanaman Pangan). Pembukaan Seminar Nasional Kedelai oleh Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Prof Dr Suyamto (tengah). Berita Puslitbangtan 45 November

4 SEMINAR NASIONAL Selain itu, seminar juga membahas 80 makalah hasil penelitian kedelai dan kacang-kacangan lainnya. Seminar dihadiri oleh 250an peserta dari penentu kebijakan, peneliti, penyuluh, dosen, mahasiswa, pengusaha agribisnis, dan instansi terkait. Beberapa catatan penting dari seminar nasional tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pada tahun 2014 produksi kedelai nasional menuju swasembada diproyeksikan 2,7 juta ton, akan dicapai secara bertahap melalui perluasan areal panen dan peningkatan produktivitas nasional, masing-masing dari 0,8 juta hektar pada tahun 2009 menjadi 1,7 juta ha pada tahun 2014, dan dari 1,3 t/ ha pada tahun 2009 menjadi1,5 t/ ha pada tahun Inovasi teknologi untuk mendukung pencapaian produktivitas kedelai sebesar 1,5 t/ha sudah tersedia, meliputi varietas unggul, teknologi budi daya, pengendalian hama penyakit, dan pascapanen. Untuk sampai ke lahan petani, inovasi teknologi perlu segera didiseminasikan melalui berbagai media, antara lain penyuluhan secara intensif. 3. Perluasan areal tanam/panen kedelai dapat diupayakan melalui pemanfaatkan lahan bukaan baru atau lahan terlantar, lahan perkebunan, lahan perhutani, pengaturan pola tanam, dan peningkatan indeks pertanaman. Pemerintah perlu berupaya menetapkan wilayah, khususnya di luar Jawa, yang diprioritaskan penggunaannya untuk pengembangan kedelai, dengan luas garapan 5-8 ha/kk petani. 4. Harga yang menguntungkan adalah faktor kunci bagi petani untuk mengusahakan kedelai. Harga kedelai yang dinilai dapat merangsang petani adalah 1,5 kali harga beras atau 2,5 kali harga jagung, atau sekitar Rp / kg. 5. Penetapan wilayah/lahan yang sesuai atau yang dapat digunakan untuk pengembangan kedelai, berikut permasalahan dan kebutuhan teknologi, sarana produksi, dan infrastrukur pendukung. 6. Dari segi penerapan teknologi, hal penting yang perlu mendapat perhatian khusus adalah penyediaan benih bermutu dari varietas unggul dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu sesuai kebutuhan petani. Dalam kaitan ini perlu pembinaan dan dukungan terhadap penangkaran benih kedelai di daerah. Misalnya, benih yang dihasilkan oleh penangkar di daerah harus mendapat prioritas pertama untuk dibeli dan digunakan dalam program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU), dengan harga minimal dua kali harga kedelai konsumsi. 7. Agar usahatani kedelai dapat dikembangkan pada berbagai lingkungan dan kompetitif terhadap komoditas pangan lainnya telah dihasilkan berbagai inovasi teknologi yang diharapkan mampu memberikan hasil tinggi, tahan terhadap cekaman biotik dann abiotik dengan biaya produksi yang efisien, antara lain: (a) genotipe berpotensi hasil tinggi, berumur sangat genjah (73 hari), toleran kekeringan, toleran lahan/tanah masam dan pasang surut, toleran naungan (50%), dan hama penyakit utama; (b) teknologi budi daya yang meliputi pengolahan tanah, pengendalian gulma, pengelolaan hara/pupuk dan lengas tanah, serta pola tanam; (c) agens hayati dan pestisida nabati yang efektif mengendalikan hama pengisap polong, penyakit karat, dan rebah semai; (d) alat dan mesin pertanian untuk peng-olahan, penanaman, penyiangan, posesing dan pengolahan hasil untuk meningkatkan efisiensi dan nilai tambah. 8. Secara lebih khusus, pada kesempatan ini diusulkan beberapa hal yang perlu digarisbawahi: (a) perlu adanya komitmen yang kuat dari pemerintah untuk pengembangan kedelai menuju swasembada 2014, di antaranya memperbaiki harga kedelai di dalam negeri, misalnya melalui penerapan tarif impor dan/atau memberikan subsidi harga kepada petani; (b) impor dan tata niaga kedelai perlu dibenahi kembali, disarankan untuk ditangani oleh Bulog; (c) pengembangan kemitraan antara petani dengan swasta dan BUMN dalam berproduksi dengan pemberian insentif dari pemerintah kepada pihak yang terlibat; dan (d) para konsumen termasuk pengrajin dan industri pangan berbasis kedelai didorong untuk lebih mengutamakan produksi kedelai dalam negeri. (MWT/HMT) 4 Berita Puslitbangtan 45 November 2010

5 SARASEHAN Sarasehan dan Workshop SL-PTT Kedelai Terkait dengan Pekan Kedelai Nasional, Balitkabi menyelenggarakan sarasehan tentang produksi benih sumber, pelatihan pembuatan produk pangan berbasis kedelai, dan workshop SL-PTT kedelai. Sarasehan penangkaran benih bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan produsen benih sumber kedelai. Pelatihan diikuti oleh sejumlah pihak terkait, antara lain penangkar benih, petugas dari Balai Benih Induk (BBI), Unit Produksi Benih Sumber (UPBS), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), penyuluh pertanian lapangan (PPL), dan petugas dari PT Sang Hyang Seri (SHS). Materi pelatihan meliputi program perbenihan kedelai nasional (Direktorat Perbenihan, Jakarta); regulasi perbenihan nasional (BPSB Jawa Timur), dan kunjungan ke lapangan. Narasumber berasal dari Direktorat Perbenihan, BPSB, dan Balitkabi. Akan halnya pelatihan pembuatan produk olahan pangan dari kedelai bertujuan untuk memperkenalkan varietas kedelai dalam negeri sebagai bahan baku produk olahan, yang tidak kalah dan bahkan lebih baik dari kedelai impor. Sebagai narasumber dalam pelatihan ini adalah Balitkabi dengan materi pengenalan varietas unggul nasional sebagai bahan baku industri tahu, tempe, dan susu kedelai; b) PT Aneka Food Probolinggo dengan materi proses pembuatan kecap; c) PT Nusantara Gizindo Alami Pare dengan materi pembuatan susu kedelai; d) CV Bangkit Usaha Sanan Malang dengan materi pembuatan tempe; dan e) pengrajin tahu dari Malang. Sarasehan ini dihadiri oleh berbagai kalangan, antara lain pengrajin produk olahan kedelai, peneliti, penyuluh, BPTP Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, dan Kalimanatan Timur, dan Dinas Ketahanan Pangan Malang, Jombang, Kediri, Blitar, Pasuruan, Grobogan, Ngawi, Semarang. Workshop Pendampingan SL-PTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) dan upaya peningkatan produksi kedelai diikuti oleh 100an peserta dari berbagai institusi, antara lain Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian, BBP2TP, Puslitbangtan, Balitkabi, BPTP dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan di sentra produksi kedelai. Rumusan dari workshop ini adalah sebagai berikut: Dalam upaya peningkatan produksi kedelai pada tahun 2010 (1,3 juta ton) dan swasembada kedelai pada tahun 2014 (2,7 juta ton) terdapat dua agenda penting: (1) reformasi tata niaga (kebijakan HPP dan tarif impor), (2) perluasan areal melalui roadshow ke institusi kehutanan dan perkebunan (BUMN), dan 3) peningkatan produktivitas. Peneliti diminta untuk mendampingi penerapan PTT, termasuk di areal kehutanan dan perkebunan agar produktivias meningkat sesuai target. Berdasarkan ARAM II BPS tahun 2010, produksi kedelai mengalami penurunan 4,84% dibandingkan dengan ATAP 2009 yang mencapai ton. Produktivitas kedelai juga menurun (lebih rendah dari rata-rata produktivitas nasional tahun 2009 pada 24 provinsi dengan rincian 18 provinsi hanya mencapai produktivitas 1,1-1,35 t/ha dan 6 provinsi dengan produktivitas < 1,1 t/ha. Penyebab penurunan produktivitas perlu dikaji dan dicari cara untuk menutup gap sasaran produktivitas oleh BPTP, sehingga dalam kurun waktu 6 bulan ke depan pada ARAM III sasaran produksi dan produktivitas tercapai. Peningkatan produktivitas melalui SL-PTT dipengaruhi oleh ketersediaan input produksi yang tepat jumlah, kualitas dan waktu. Pelaksanaan SL-PTT ditentukan oleh kemampuan analisis pemecahan masalah oleh pemandu, disamping itu ketersediaan sarana penunjang (publikasi dan alat bantu SL-PTT). Rencana tindak lanjut akan dilakukan evaluasi produktivitas komoditas padi, jagung, kedelai pada 60% unit SL-PTT yang didampingi (LL, SL-PTT), 40% unit SL-PTT yang tidak didampingi dan di lahan petani di luar SL-PTT. Berdasarkan hasil evaluasi disusun skenario menutup gap produktivitas tersebut. Penyediaan benih untuk uji adaptasi pada LL, untuk benih padi dan kedelai telah mencukupi. Sedangkan untuk benih jagung hibrida produksi dan kwalitas benihnya kurang. Dari uji adaptasi diharapkan kesesuaian lokasi dan musimnya, dipetakan dengan overlay pada peta AEZ. Dari uji adaptasi VUB kedelai di BPTP Jawa Timur, apabila dijadikan benih, akan dapat menyumbang untuk pengembangan kedelai 8,89% dari luas tanam kedelai ha. (NW/HK) Berita Puslitbangtan 45 November

6 KEDELAI SUPER GENJAH Kedelai Super Genjah Dengan umur panen 73 hari, galur kedelai SHR/W-C-60 mampu berproduksi hingga 3 t/ha. Galur harapan ini diusulkan untuk dilepas dengan nama Gema Sejak 1918 hingga kini pemerintah telah melepas 71 varietas kedelai dengan karakteristik berbeda. Dalam periode , produktivitas varietas kedelai rata-rata hanya 0,5 ton per hektar, dalam periode meningkat menjadi 0,7 ton per hektar, pada tahun 1990an 1,2 ton per hektar, dan dewasa ini 1,3 ton per hektar. Dari segi umur, varietas kedelai yang sudah dilepas sampai saat ini dapat dibedakan menjadi genjah (kurang 80 hari), sedang (80-90 hari), dan dalam (lebih 90 hari). Kedelai super gejah yang ditandai oleh umur panen di bawah 75 hari berperan penting dalam meningkatkan intensitas tanam dan menghindarkan tanaman dari ancaman kekeringan pada musim kemarau, terutama di daerah yang bercurah hujan terbatas. Melalui persilangan dan penelitian di lapangan, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) telah menghasilkan sejumlah galur harapan kedelai, satu di antaranya berumur super genjah yang dalam penelitian ditandai dengan kode Shr/W- C-60. Pengujian di beberapa lokasi di Indonesia menunjukkan pula bahwa galur harapan tersebut mampu berproduksi hingga 3 ton, rata-rata 2,47 ton per hektar, biji berukuran sedang Kedelai galur SHR/W-C-60 mampu berproduksi 3 t/ha dengan umur panen 73 hari merupakan hasil rakitan peneliti Balitkabi. dengan bobot 11,9 gram per 100 biji, dan umur panen 73 hari. Galur harapan kedelai super genjah ini direncanakan untuk segera diusulkan pelepasannya oleh Menteri Pertanian. Nantinya, kedelai super genjah ini diberi nama varietas Gema, singkatan dari genjah asal Malang, sebagaimana yang diusulkan oleh Balitkabi. Setelah dilepas sebagai kedelai unggul super genjah, varietas Gema dapat dipilih untuk dikembangkan, terutama di daerah bercurah hujan terbatas. (MMA) 6 Berita Puslitbangtan 45 November 2010

7 MUTU KEDELAI Mutu Kedelai Nasional Lebih Baik dari Kedelai Impor Sebagian besar (60-65 persen) kebutuhan kedelai di dalam negeri dipenuhi dari impor karena produksi nasional belum mampu memenuhi semua kebutuhan. Ciri utama kedelai impor adalah ukuran bijinya yang lebih besar dan disukai oleh umumnya industri tempe. Sebenarnya Badan Litbang Pertanian juga telah melepas beberapa varietas kedelai berbiji besar, seperti Burangrang, Bromo, Argomulyo, Anjasmoro, Agropuro, dan Gumitir. Bobot biji keenam varietas kedelai ini berkisar antara gram per 100 biji, serupa dengan bobot biji kedelai impor yang berkisar antara gram per 100 biji. Produk tempe yang dibuat dari varietas kedelai berbiji besar yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) tersebut sama mutunya dengan kedelai impor, bahkan kandungan protein dan rendemennya lebih tinggi. Kedelai Lokal Ponorogo, varietas unggul Wilis dan Bromo cocok untuk bahan baku susu kedelai, rasanya enak dan disukai oleh banyak konsumen dan memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan kadar protein minimal 2%. Pengolahan kering (pengupasan kulit secara mekanis) menghasilkan susu kedelai dengan kadar protein 1,5-2 kali lebih tinggi dibanding cara basah (perendaman), namun rendemennya turun 17,6 persen. Kedelai Lokal Ponorogo yang dilepas pada tahun 2008 dengan nama varietas Gepak Kuning menghasilkan susu kedelai dengan mutu yang baik, demikian juga varietas Anjasmoro, Kaba, dan galur harapan Shr/W-C-60. Kadar protein susu kedelai varietas Detam-1 cukup tinggi (2,1 persen), namun warnanya agak gelap sehingga kurang disukai. Kedelai hitam seperti varietas Detam-1 dan Detam-2 memiliki zat antosianin yang penting artinya sebagai antioksidan. Kedua varietas kedelai berbiji hitam ini juga cocok dikembangan sebagai bahan baku kecap. Kedelai varietas Merapi dan Cikuray juga berbiji hitam dan memiliki kadar Kualitas tempe yang dibuat dari kedelai nasional dan kedelai impor. Parameter Kedelai nasional Burangrang Bromo Kedelai impor Bobot 100 biji (g) 16,2 15,8 16,0 Kadar protein biji (% bk) 39,2 37,8 35,0 Kadar protein tempe (% bb) 26,7 24,3 22,1 Rendemen (%) 152,5 148,4 138,4 bk = basis kering; bb = basis basah protein tinggi (42 persen), cocok pula untuk bahan baku kecap, namun bijinya relatif kecil. Mallika, varietas kedelai berbiji hitam yang dilepas pada tahun 2007 juga berbiji kecil dengan kadar protein yang lebih rendah (37 persen). Varietas Detam-1 dan Detam-2 dilepas pada tahun 2008, kadar proteinnya lebih tinggi (43-44,6 persen) dan bobot biji lebih besar (14 gram per 100 biji). Detam-1 dan Detam-2 mampu berproduksi hingga 3-3,5 ton per hektar, lebih tinggi dari varietas kedelai berbiji hitam Merapi, Cikuray, dan Mallika. (Erliana G) Tahu dan tempe yang dibuat dari kedelai varietas Anjasmoro rakitan peneliti Balitkabi. Berita Puslitbangtan 45 November

8 BENIH SUMBER Penyediaan Benih Sumber Kedelai melalui sistem manajemen mutu. Benih dasar digunakan untuk perbanyakan benih pokok. Benih pokok adalah benih sumber yang produksinya dilakukan oleh produsen atau penangkar benih di daerah dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi benih oleh BPSB atau melalui sistem manajemen mutu. Benih pokok biasanya digunakan sebagai benih sumber untuk menghasilkan benih sebar (ES/BR). Pada tahun 2008, Balitkabi telah mendistribusikan lebih dari 15 ton benih kedelai kepada penangkar di daerah. Keberhasilan budi daya kedelai antara lain ditentukan oleh mutu benih yang digunakan. Mutu benih terkait pula dengan sumber benih yang terdiri atas benih penjenis (BS), benih dasar (BD), dan benih pokok (BP). Benih penjenis (BS) adalah benih sumber yang proses produksinya dikendalikan langsung oleh pemulia yang menemukan varietas atau yang diberi kewenangan mengembangkan varietas tersebut. Benih penjenis digunakan sebagai benih sumber untuk produksi atau perbanyakan benih dasar. Benih dasar adalah benih sumber yang produksi benihnya ditangani oleh produsen benih, misalya Balai Benih Induk (BBI), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), dan perusahaan benih milik BUMN/swasta yang profesional. Pengendalian mutu dalam proses produksi benih dasar adalah melalui sertifikasi benih oleh BPSB atau Sistem perbenihan formal untuk kedelai belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Indikasinya, penggunaan benih bersertifikat untuk komoditas kacang-kacangan, termasuk kedelai, kurang dari 10%. Dalam upaya penyediaan benih bermutu, Badan Litbang Pertanian terus berupaya menyediakan benih sumber untuk dikembangkan lebih lanjut oleh Balai Benih dan para penangkar benih. Pada tahun 2008 saja Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian telah mendistribusikan 15,54 ton benih sumber kedelai kepada para penangkar melalui BPTP, Dinas Pertanian, dan Balai Benih Induk, terutama di propinsi penghasil kedelai untuk dikembangkan lebih lanjut. Benih kedelai paling banyak diminati adalah dari varietas Sinabung, Ijen, Kaba, Burangrang, Anjasmoro, Argomulyo, Wilis, dan Tanggamus. (MWT) 8 Berita Puslitbangtan 45 November 2010

9 KERJA SAMA Kerja Sama Penelitian Ubikayu untuk Bioenergi Menipisnya ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) di perut bumi mengundang perhatian berbagai pihak untuk menjadikan ubikayu sebagai bahan baku bioenergi, dengan harapan produksi ubikayu untuk pangan tidak terabaikan. Penelitian membuktikan ubikayu dapat diolah menjadi bioetanol. Pencampuran bioetanol dengan premium secara proporsional (10% bioetanol dan 90% premium) tidak merusak mesin kendaraan bermotor. Hal ini menggelitik para investor untuk mengembangkan ubikayu sebagai bahan baku bioenergi yang diketahui tidak mencemari lingkungan. PT Medco Ethanol, salah satu perusahaan yang berminat mengembangkan ubikayu untuk dijadikan bioetanol, memang tertarik bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) di bawah naungan Puslitbang Tanaman Pangan dari Badan Litbang Pertanian. Ruang lingkup kerja sama meliputi penelitian dan pengembangan varietas ubikayu, penelitian dan pengembangan budi daya ubikayu, dan penelitian dan pengembangan ubikayu sebagai bahan baku bioenergi. Kerja sama dituangkan dalam bentuk penandatangan nota kesepahaman (MoU) kerja sama penelitian dan pengembangan ubikayu oleh Dr I Made Jana Mejaya sebagai Kepala Balitkabi dan Iman Santoso sebagai Direktur Utama PT Medco Ethanol. Penandatangan MoU berlangsung di Balitkabi, Malang, pada 10 Maret Nota Kesepahaman itu berlaku dalam jangka waktu lima tahun, Acara ini dihadiri oleh segenap staf peneliti Balitkabi dan staf PT. Medco Ethanol Lampung. PT Medco Ethanol merupakan bagian dari PT Medco Energy Downstream yang memfokuskan usaha pada industri ethanol. Perusahaan ini Penandatanganan naskah kerjasama penelitian ubikayu oleh Kepala Balitkabi, Dr I Made Jana Mejaya, dan Direktur Utama PT Medco Ethanol, Iman Santoso. telah mendirikan industri ethanol di Kotabumi Utara, Lampung Utara, dengan kapasitas terpasang 150 Kl ethanol per hari dengan bahan baku ubikayu ton per hari. Namun hingga saat ini produksi ethanol baru sekitar 60 Kl per hari dengan kebutuhan ubikayu 400 ton per hari, yang berasal dari Kebun Inti (kemitraan dengan petani) 40% dan dari masyarakat sekitar pabrik 60%. Permasalahan yang dihadapi adalah belum terjaminnya pasokan dan harga ubikayu yang fluktuatif. Aspek yang menjadi fokus kerja sama adalah: a. Pengembangan teknologi budi daya maju yang tidak mengubah sosial ekonomi masyarakat sehingga langsung dapat diadopsi petani b. Pengembangan teknologi maju dengan input tinggi yang mampu memaksimalisasi produksi ubikayu di lahan kering masam yang akan diterapkan di kebun milik perusahaan. c. Penelitian teknologi produksi berwawasan lingkungan (misalnya pemakaian biofertilizer) yang dapat menjamin kelestarian usahatani ubikayu di lahan kering masam. d. Pelatihan dan pembinaan kelompok tani yang menjalin kemitraan dengan perusahaan, sebagai salah bentuk social responsibility perusahaan kepada masyarakat sekitar. Setelah penandatanganan nota kesepahaman, Direktur Utama PT Medco Ethanol, Iman Santoso, berkesempatan melihat pameran mini varietas unggul dan klon harapan ubikayu berproduktivitas tinggi dan sesuai sebagai bahan baku ethanol, dilanjutkan meninjau laboratorium dan fasilitas penelitian di Balitkabi. (NS/MWT) Berita Puslitbangtan 45 November

10 HAMA WERENG Hama Wereng Coklat Kembali Mengganas Hama wereng coklat kembali mengganas, kali ini di Jalur Pantura Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kerugian yang ditimbulkan cukup besar. Di Sukamandi Jawa Barat saja, misalnya, lebih dari 350 ha pertanaman padi berumur hari harus dieradikasi ditanam ulang dengan nilai kerugian 1,5 milyar rupiah. Wereng coklat Nilaparvata lugens (Stal.) menjadi salah satu hama yang menakutkan sejak pertengahan 1970-an. Munculnya hama wereng coklat pada saat itu merupakan konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi (varietas unggul, pemupukan N dosis tinggi, IP >200, penggunaan insektisida yang tidak tepat jenis, dosis, dan waktu aplikasi). Hama ini memiliki kemampuan berkembang biak yang sangat tinggi. Selama hidupnya seekor wereng betina mampu memproduksi 900 butir telur. Siklus hidup wereng coklat pendek, sekitar 28 hari, sehingga laju perkembangannya pada varietas peka pada kondisi lingkungan yang optimum dapat mencapai kali dalam satu musim. Penanaman varietas peka dalam pola tanam tidak teratur merupakan pemicu perkembangan dan penyebaran hama wereng coklat. Tanaman padi yang terserang hama wereng coklat menyebabkan warna daun dan batang menjadi menguning, kemudian berubah menjadi coklat, dan akhirnya seluruh tanaman mengering seakan tersiram air panas (hopperburn). Wereng coklat juga merupakan serangga penular (vektor) penyakit virus kerdil hampa dan kerdil rumput yang dapat menginfeksi tanaman padi hingga 100%. Tanaman yang tertular virus kerdil hampa pertumbuhannya kerdil, daun terpuntir atau melilit, bergerigi dan memendek, anakan bercabang, malai tidak keluar sempurna, dan gabah hampa. Tanaman padi yang tertular virus kerdil rumput juga tumbuh kerdil, anakan banyak, daun memendek, dan tidak bermalai. Kembali Mengganas Akhir-akhir ini di Jalur Pantura Jawa Barat dan Jawa Tengah telah terjadi serangan hama wereng coklat yang cukup mengkhawatirkan, bahkan sudah termasuk kejadian luar biasa (KLB). Intensitas serangan yang tinggi terjadi di Kabupaten Subang, Karawang, Purwakarta (Jawa Barat) dan Kabupaten Pati, Kudus, Demak, dan Jepara (Jawa Tengah). Terjadinya ledakan hama wereng coklat di jalur Pantura Jawa Barat pada MT 2010 disebabkan oleh waktu tanam yang tidak serempak, penanaman varietas rentan, dan banyak petani yang menggunakan insektisida yang tidak direkomendasikan. Hal ini menyebabkan resurgensi hama wereng coklat. Dalam keadaan panik, petani mencampur insektisida dengan berbagai bahan lain seperti solar, oli, dan racun semprot nyamuk komersial. Identifikasi di lapangan menunjukkan bahwa petani tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang teknik pengendalian hama wereng coklat. Hal ini tercermin dari ditemukannya petani yang mencampur 2-3 macam insektisida, waktu penyemprotan yang tidak tepat, dan insektisida disemprotkan di atas kanopi tanaman padi pada pagi hari di mana terdapat cukup banyak embun sehingga efikasi insektisida rendah. Nilai Kerugian dan Saran Pengendalian Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh ledakan wereng coklat cukup besar. Di Kebun Percobaan Sukamandi Jawa Barat dan sekitarnya, sekitar 350 ha pertanaman padi berumur hari setelah tanam harus dieradikasi dan ditanam ulang. Akibatnya, kerugian yang diderita petani penggarap dan kebun percobaan mencapai 1,5 milyar rupiah untuk penggarapan lahan dan sarana produksi. Kerugian yang lebih besar lagi adalah punahnya sebagian plasma nutfah yang diperlukan sebagai materi dalam penelitian dan perakitan varietas unggul. 10 Berita Puslitbangtan 45 November 2010

11 VARIETAS BARU Untuk mengatasi dan mencegah meluasnya serangan hama wereng coklat, Pemerintah Daerah dan instansi terkait hendaknya mengambil langkah tindak lanjut sebagai berikut: 1. Menghimbau petani untuk sementara tidak menanam varietas padi rentan seperti ketan, Cilamaya Muncul, IR42, dan IR64. Varietas padi yang disarankan untuk ditanam adalah Inpari 1 hingga Inpari 10, khususnya Inpari 2, Inpari 3, dan Inpari Padi hibrida disarankan ditanam pada daerah yang bukan endemik hama wereng coklat. Penanaman padi hibrida perlu mendapat pengawasan yang ekstra ketat agar wereng coklat dapat dikendalikan sedini mungkin. Sampai saat ini tidak satu pun varietas padi hibrida yang tahan terhadap hama wereng coklat biotipe Perlu dilakukan monitoring terhadap keberadaan hama wereng coklat, seminggu sekali atau paling lambat dua minggu sekali. Khusus di daerah yang sudah terserang wereng coklat, monitoring harus lebih intensif. Pengendalian segera dilakukan jika populasi wereng telah mencapai ambang ekonomi (empat ekor per rumpun pada fase vegetatif dan tujuh ekor per rumpun pada fase generatif). 4. Meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit virus kerdil hampa dan penyakit virus kerdil rumput yang ditularkan oleh wereng coklat. Satu ekor wereng coklat yang mengandung virus dapat menulari satu atau lebih tanaman padi di pembibitan atau tanaman padi di lapangan yang berumur kurang dari satu bulan setelah tanam. Kalau sudah ada gejala serangan maka tanaman perlu dieradikasi karena tidak ada racun yang dapat mengendalikan penyakit virus. 5. Untuk menghindari resurgensi dan resistensi dilarang keras menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif cypermethrin untuk mengendalikan hama wereng coklat. (IPW) Inpari 13, Padi Tahan Wereng Coklat Balai Besar Penelitian Tanaman Padi telah merakit padi tahan hama wereng coklat, dilepas dengan nama Inpari 13. Selain tahan wereng coklat, varietas unggul baru ini berumur sangat genjah, hasil tinggi, dan rasa nasinya enak. Varietas Unggul Baru Padi Varietas Inpari 13 di Kebun Percobaan Sukamandi, MT II Kebutuhan beras di Indonesia terus meningkat, sementara kendala yang dihadapi petani dalam berproduksi semakin beragam, seperti konversi lahan sawah yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Akhirakhir ini, hama wereng coklat yang menjadi musuh petani pun telah merusak pertanaman padi di beberapa lokasi di sentra produksi. Untuk melanggengkan ketahanan pangan nasional, hama penting ini tentu perlu dikendalikan dengan seksama. Salah satu alternatif dalam mengendalikan hama wereng coklat adalah menanam varietas tahan dan berumur genjah. Berita Puslitbangtan 45 November

12 VARIETAS BARU Varietas unggul padi sawah yang telah berkembang di petani hingga saat ini rata-rata berumur genjah sampai sedang ( hari). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi telah melakukan suatu terobosan dalam perakitan varietas unggul baru, dengan merakit varietas padi sangat genjah dan tahan terhadap wereng coklat. Varietas unggul tersebut dilepas pada akhir tahun 2009 dengan nama Inpari 13 (Inpari: Inbrida Padi Irigasi). Varietas unggul baru ini dapat dipanen pada umur 103 hari. Selain sangat genjah dan tahan hama wereng coklat, Inpari 13 juga berdaya hasil tinggi. Selama pengujian di beberapa lokasi, varietas unggul baru ini mampu berproduksi 8,0 t/ha dengan rata-rata 6,59 t/ha. Penampilan Agronomis Inpari 13 yang dihasilkan dari persilangan antara galur OM606 dan IR memiliki postur tanaman yang pendek, rata-rata 103 cm, lebih pendek dibandingkan dengan IR64 dan Ciherang masing-masing dengan tinggi tanaman cm dan cm. Jumlah anakan produktifnya cukup banyak, rata-rata 17 batang per rumpun, setara dengan varietas Ciherang (14-17 batang). Sama dengan IR64 dan Ciherang, Inpari 13 juga memiliki pertumbuhan daun tegak yang relatif dapat menghambat burung saat memakan gabah di malai. Mutu Beras Sebagian besar penduduk di Indonesia menyukai tektur nasi yang pulen, seperti tekstur nasi Ciherang dan IR64 yang memang disukai oleh banyak konsumen. Tekstur nasi varietas Inpari 13 juga pulen dengan kadar amilosa 22,4%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kadar amilosa varietas IR64 dan Ciherang (23%). Sama dengan IR64 dan Ciherang, bentuk beras Inpari 13 juga panjang dan ramping. Warna gabah kuning bersih dengan tingkat kerontokan sedang, sehingga relatif memudahkan petani dalam proses perontokan gabah. Bobot butir gabah Inpari 13 adalah 25,2 g, sesuai dengan potensi hasilnya. Tahan Wereng Coklat dan Blas Wereng coklat merupakan hama tanaman padi yang merugikan petani. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi hama ini. Kelompok peneliti pemuliaan tanaman bekerjasama dengan kelompok peneliti hama dan penyakit tanaman padi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi yang bermarkas di Sukamandi, Jawa Barat, berupaya merakit varietas yang tahan terhadap hama wereng coklat. Selama pengujian, Inpari 13 terbukti tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 1, 2, dan 3, lebih baik dari varietas IR64 dan Ciherang yang hanya tahan terhadap biotipe 1 dan atau biotipe 2. Selain tahan hama wereng coklat, Inpari 13 juga tahan terhadap penyakit blas yang juga dapat menyebabkan turunnya produksi padi. Varietas unggul baru yang berumur sangat genjah ini cocok ditanam di lahan sawah irigasi hingga ketinggian 600 m dpl. (ROZA) Perbandingan sifat varietas unggul Inpari 13 dengan IR64 dan Ciherang. Deskripsi Inpari 13 IR64 Ciherang Bentuk beras Panjang, ramping Panjang, ramping Panjang, ramping Bentuk tanaman Tegak Tegak Tegak Tektur nasi Pulen Pulen Pulen Kadar amilosa 22,4% 23% 23% Rata-rata hasil 6,6 t/ha 5,0 t/ha 6,0 t/ha Potensi hasil 8,0 t/ha 6,0 t/ha 8,5 t/ha Umur tanaman hari hari hari Tinggi tanaman 103 cm cm cm Jumlah anakan produktif 17 batang batang batang Ketahanan terhadap hama Tahan wereng Tahan wereng Tahan wereng coklat biotipe coklat biotipe 1 coklat biotipe 2 1,2, dan 3 dan 2 Tahun dilepas Sumber: BB Padi (2010). 12 Berita Puslitbangtan 45 November 2010

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013. REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013 Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1 PENDAHULUAN 8ebagai sarana produksi yang membawa sifat-sifat varietas tanaman, benih berperan penting dalam menentukan tingkat hasil yang akan diperoleh. Varietas unggul kedelai umumnya dirakit untuk memiliki

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih

Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih AgroinovasI Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI Julistia Bobihoe, Endrizal dan Didiek Agung Budianto 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi 2)

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah Suparman BPTP Kalimantan Tengah Jl. G. Obos Km. 5 Palangka Raya E-mail : arman.litbang@gmail.com Abstrak Ketersediaan benih dengan prinsip

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus mampu mengantisipasi persaingan ekonomi yang semakin ketat di segala bidang dengan menggali sektor-sektor yang

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Kedelai

Teknologi Budidaya Kedelai Teknologi Budidaya Kedelai Dikirim oleh admin 22/02/2010 Versi cetak Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN Fakhrina dan Agus Hasbianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P.

Lebih terperinci

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2008 Nama Varietas Tahun Tetua Rataan Hasil Pemulia Golongan Umur tanaman

Lebih terperinci

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada P0V1 60.90 60.33 59.33 180.57 60.19 P0V2 53.33 59.00 58.33 170.67 56.89 P0V3 62.97 61.33 60.97 185.27 61.76 P1V1 61.57 60.03 59.33

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH MENDUKUNG PROGRAM KEMANDIRIAN BENIH KEDELAI DI DAERAH SENTRA PRODUKSI

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH MENDUKUNG PROGRAM KEMANDIRIAN BENIH KEDELAI DI DAERAH SENTRA PRODUKSI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH MENDUKUNG PROGRAM KEMANDIRIAN BENIH KEDELAI DI DAERAH SENTRA PRODUKSI Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru berupa keunggulan yang dimiliki varietas

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Yartiwi dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015 PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015 Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan kepada ketahanan pangan serta pembangunan sistem dan usaha agribisnis

Lebih terperinci

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU Andi Ishak, Dedi Sugandi, dan Miswarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Dewi Rumbaina Mustikawati dan Nina Mulyanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung ABSTRAK Badan

Lebih terperinci

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merill.), merupakan salah satu sumber protein penting di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman kedelai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Policy Brief PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Pendahuluan 1. Produksi benih tanaman pangan saat ini, termasuk benih padi dan benih kedelai, merupakan

Lebih terperinci

Pedoman Umum. PTT Kedelai

Pedoman Umum. PTT Kedelai Pedoman Umum PTT Kedelai Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2016 Pedoman Umum PTT Kedelai ISBN: 978-979-1159-30-2 Cetakan pertama: Mei 2009 Cetakan kedua: November 2009 Cetakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA Endang Iriani, Munir Eti Wulanjari dan Joko Handoyo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah Abstrak.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung dan kaya protein nabati yang diperlukan untuk meningkatkan gizi masyarakat, aman dikonsumsi, serta

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH Oleh : Ir. Hj. Fauziah Ali A. Pendahuluan Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi atau beras merupakan komoditas strategis dan sumber pangan utama untuk rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1960 sampai sekarang selalu berupaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI

UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI Made J. Mejaya dan L. Hakim Puslitbang Tanaman Pangan Ringkasan Pada tahun 2017, sasaran produksi padi sebesar 80,76 juta ton GKG dengan produktivitas

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA Tota Suhendrata dan Setyo Budiyanto Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2) 64 Lampiran 1. Lay Out Penelitian V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V2A1(3) V4A1(2) V1A1(3) V3A1(3) V2A2(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V4A1(1) V5A1(2) V4A2(1) V2A2(1) V1A2(3) V3A2(2) V4A2(2) V2A1(1)

Lebih terperinci

: Kasar pada sebelah bawah daun

: Kasar pada sebelah bawah daun Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi V. KACANG HIJAU 5.1. Perbaikan Genetik Kacang hijau banyak diusahakan pada musim kemarau baik di lahan sawah irigasi maupun tadah hujan. Pada musim kemarau ketersediaan air biasanya sangat terbatas dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemandirian pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak dan aman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN Suwarno Asisten Direktur Perum Perhutani Unit 2 PENDAHULUAN Perusahaan Umum (Perum) Perhutani Unit 2 berdasar Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2010 mendapat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih 2.1.1. Pengertian Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis atau merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan

Lebih terperinci

6 Hasil Utama Penelitian Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016

6 Hasil Utama Penelitian Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 Uji Adaptasi Galur Harapan Kedelai Tahan Pecah Polong dan Toleran Hama Pengisap Polong Uji adaptasi galur harapan kedelai tahan pecah polong dan toleran hama pengisap polong dilaksanakan di 10 sentra produksi

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Asmarhansyah 1) dan N. Yuliani 2)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat.

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. AgroinovasI Varietas Padi Unggulan Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. Padi..semua sudah tak asing lagi dengan jenis tanaman pangan yang satu ini. Bila sudah diubah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Peningkatan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian TAKAR-1 dan TAKAR-2, Varietas Unggul Kacang Tanah Terbaru Dua varietas unggul baru kacang tanah yaitu TAKAR-1 dan TAKAR-2 telah dilepas berdasarkan SK Kementan No. 3253/Kpts/SR.120/9/2012 dan No 3255/Kpts/SR.120/9/2012.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH Abdul Choliq, Sri Rustini, dan Yulianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegal Lepek, Sidomulyo,

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG Rr. Ernawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. Z.A. Pagar Alam No. 1ª Bandar lampung E-mail: ernawati

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERBENIHAN (UPBS) PADI DI SUMATERA UTARA. Tim UPBS BPTP Sumatera Utara

PENGEMBANGAN PERBENIHAN (UPBS) PADI DI SUMATERA UTARA. Tim UPBS BPTP Sumatera Utara PENGEMBANGAN PERBENIHAN (UPBS) PADI DI SUMATERA UTARA Tim UPBS BPTP Sumatera Utara LATAR BELAKANG Pencapaian swasembada beras berkelanjutan dapat terwujud melalui peningkatan produksi padi nasional. Secara

Lebih terperinci

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Zubachtirodin, M.S. Pabbage, dan Subandi Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat

Lebih terperinci

Uji Adaptasi Galur Harapan Kedelai Tahan Pecah Polong dan Toleran Hama Pengisap Polong

Uji Adaptasi Galur Harapan Kedelai Tahan Pecah Polong dan Toleran Hama Pengisap Polong 5 III. VARIETAS UNGGUL BARU/UNG UNGGULGUL HARAPAN KEDELAI Uji Adaptasi Galur Harapan Kedelai Tahan Pecah Polong dan Toleran Hama Pengisap Polong Uji adaptasi galur harapan kedelai tahan pecah polong dan

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber protein nabati, kedelai berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber protein nabati, kedelai berperan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sumber protein nabati, kedelai berperan penting dalam meningkatkan gizi masyarakat. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri pangan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian PENDAHULUAN POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN Dr. Adang Agustian 1) Salah satu peran strategis sektor pertanian dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SL - 11H SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS SL 11 SHS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Pedoman Umum. PTT Kedelai. Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Pedoman Umum. PTT Kedelai. Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pedoman Umum PTT Kedelai Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011 Pedoman Umum PTT Kedelai ISBN: 978-979-1159-30-2 Cetakan pertama: Mei 2009 Cetakan kedua: November 2009 Cetakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Ngawi Jawa Timur

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Ngawi Jawa Timur Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Ngawi Jawa Timur E. Fidiyawati 1), L. Fauziah 2), dan Suwono 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB Jalan Raya

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT DI SULAWESI SELATAN. Ir. Abdul Fattah, MP, dkk. Ringkasan

UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT DI SULAWESI SELATAN. Ir. Abdul Fattah, MP, dkk. Ringkasan UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT DI SULAWESI SELATAN Ir. Abdul Fattah, MP, dkk Ringkasan Sulawesi Selatan mempunyai potensi pengembangan kedelai yang cukup luas

Lebih terperinci

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu Telp. (0736) 23030 e-mail :

Lebih terperinci

HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI DI PROVINSI ACEH

HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI DI PROVINSI ACEH HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI DI PROVINSI ACEH BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH 36 Muhammad Saleh KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Jl. Kebon Karet Loktabat,

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian Blok I Blok II Blok III TS 1 K TS 2 J TS 3 K TS 2 TS 1 J K J TS 3 TS 3 TS 2 TS 1 Keterangan : J : Jagung monokultur K : Kacang tanah monokultur TS 1 :

Lebih terperinci

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Ali Imran dan Suriany Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRACT Study of SL-8-SHS hybrid rice

Lebih terperinci

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Idris Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara Bptp-sultra@litbang.deptan.go.id Abstrak Penyebaran

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi POLICY BRIEF VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi Tim Peneliti: Ening Ariningsih Pantjar Simatupang Putu Wardana M. Suryadi Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 125-130 Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak Morphological Characterization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci