II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit Sistematika Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai abad ke-16 dimana para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit. Hal ini disebabkan pada masa lampau Ilmu Taksonomi maupun ilmu yang berkaitan dengan kelapa sawit belum berkembang seperti sekarang, dan peralatan yang tersedia masih sederhana. Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linaeus (Iyung Pahan, 2008). Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut : Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Spadiciflorae (Arecales) : Palmae (Arecaceae) : Cocoideae : Elaeis : Elaeis gueneensis Jacq Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 berdasarkan pengamatan pohon pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, 5

2 sedangkan kata Guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Iyung Pahan, 2008) Varietas Tanaman Kelapa Sawit Varietas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan tebal cangkang /tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan cangkang/tempurung dan daging buah varietas kelapa sawit dibedakan : a. Dura Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis yaitu % terhadap buah, kernel (daging biji) lebih besar dengan kandungan minyak sedikit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Penampang buah kelapa sawit varietas dura b. Pisifera Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal, lebih tebal dari buah Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2. 6

3 Gambar 2. Penampang buah kelapa sawit varietas pisifera c. Tenera Berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozygote tunggal yaitu Dura bercangkang tebal jika dikawinkan dengan Pisifera bercangkang tipis maka akan menghasilkan varietas baru yaitu Tenera. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 3. Gambar 3. Penampang buah kelapa sawit varietas tenera Berdasarkan warna kulit buahnya kelapa sawit dibedakan atas tiga varietas kelapa sawit yaitu : a. Nigrescens yaitu buah muda bewarna ungu kehitam hitaman dan buah masak berwarna jingga kehitam hitaman. b. Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda dan matang menjadi orange. c. Albescens yaitu buah muda warna keputih putihan dan buah masak kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman (Yan Fauzi, dkk, 2005). 7

4 2.2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari bunga dan buah (Iyung Pahan, 2008) Bagian Vegetatif a. Akar ( Radix ) Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara di dalam tanah dan respirasi tanaman, selain itu juga sebagai penyangga berdirinya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter sampai tanaman berumur 25 tahun. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer umumnya berdiameter 6 10 mm keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horisontal dan menghujam kedalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7-1,2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuarterner (Iyung Pahan, 2008). Secara umum, sistem perakaran kelapa sawit lebih banyak berada dekat dengan permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu akar juga dapat menjelajah lebih dalam. Pada areal tanaman kelapa sawit umur 5 tahun, permukaan absorpsi dari akar tersier dan kuarterner 5 kali lebih besar dari pada akar primer dan akar sekunder yang digolongkan sebagai akar penjelajah (Iyung Pahan, 2008). Untuk lebih jelasnya susunan perakaran sawit dapat di lihat pada Gambar 4. 8

5 (i) Gambar 4. Susunaan perakaran kelapa sawit b. Batang ( Caulis ) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu tanaman yang batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah serta kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan. Batang tanaman berbentuk silinder dengan diameter 20 cm 75 cm. Tanaman kelapa sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Pertambahan batang tanaman kelapa sawit terlihat jelas setelah tanaman berumur empat tahun (Iyung Pahan, 2008). 9

6 Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan pelepah daun (Frond base) menempel membalut batang. Pada tanaman dewasa diameternya dapat mencapai 40 cm 60 cm, bagian bawah batangnya lebih gemuk disebut bongkol bawah (bowl). Kecepatan tumbuh berkisar 35 cm 75 cm/tahun. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah yang belum ditunas. Karena sifatnya yang Phototropi dan Heliotropi (menuju cahaya dan arah matahari) maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih cepat tetapi diameter (tebal) batang lebih kecil (PTPN. III, 2003). Tinggi batang tanaman kelapa sawit bertambah 25 cm 45 cm/tahun. Jika kondisi lingkungan sesuai, pertambahan tinggi batang kelapa sawit dapai mencapai 100 cm/tahun. Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan antara 15 meter 18 meter, sedangkan di alam mencapai 30 meter. Pertumbuhan batang tanaman kelapa sawit tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat. Untuk lebih jelasnya batang kelapa sawit dapat di lihat pada Gambar 5. Gambar 5. Batang kelapa sawit 10

7 c. Daun ( Folium ) Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9 m. Jumlah anak daun disetiap pelepah berkisar antara helai, daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat. Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda (Yan Fauzi, dkk, 2008). Daun pertama yang keluar pada stadia bibit berbentuk lanset (lanceolate), beberapa minggu kemudian terbentuk daun terbelah dua (bifurcate) dan setelah beberapa bulan terbentuk daun seperti bulu (pinnate). Misalnya bibit berumur 12 bulan susunan daun terdiri atas 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate. Pangkal pelepah daun (petiole) adalah tempat duduknya helaian daun (leaf let) dan terdiri dari rachis (basis foli), tangkai daun (petiole) dan duri (spine), helaian anak daun (lamina), ujung daun (apex foli), lidi (nervatio), daun (margo folii) dan daging daun (intervenium) (Yan Fauzi, dkk, 2008 ). Filotaksis adalah pola susunan daun-daun pada batang dan sangat menarik untuk tanaman kelapa sawit, karena polanya sangat jelas dan dapat diamati dari bekas (Rumpang) daun yang dapat bertahan lama di batang. Primordia dalam 11

8 pola spiral mulai dari titik tumbuh (apex). Umumnya spiral genetik tanaman kelapa sawit memutar ke kanan dan hanya sejumlah kecil yang memutar ke kiri (Iyung Pahan, 2008). Daun mempunyai rumus kedudukan dengan rumus 3/8 artinya 8 buah pelepah daun berurutan terdapat pada 3 lingkaran spiral dimana daun kesembilan akan segaris dengan daun pertama. Daun pertama adalah daun termuda dengan kondisi yang telah membuka sempurna. Lingkaran ada yang berputar kekiri dan ada yang berputar kekanan tetapi kebanyakan berputar kekanan. Pengenalan ini penting untuk diketahui agar dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lainlain yang dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan lainnya. Produksi pelepah daun selama setahun dapat mencapai 20 30, kemudian akan berkurang sesuai dengan umur menjadi atau kurang (Yan Fauzi, dkk, 2008). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 6. Gambar 6. Rumus kedudukan daun ( phylotaxis ) kelapa sawit. Panjang cabang daun diukur dari pangkalnya mencapai 9 meter pada tanaman dewasa. Panjang pelepah dapat bervariasi tergantung pada tipe varitas 12

9 dan kesuburan tanahnya. Jumlah anak daun pada setiap sisinya dapat mencapai Anak daun pada tengah pelepah dapat mencapai 1,2 meter. Berat satu pelepah mencapai 4,5 kg berat kering. Pada satu pohon dijumpai pelepah. Luas permukaan daun sering dipakai untuk tujuan pengamatan pertumbuhan dengan rumus : Keterangan : L = Luas permukaan daun k = Faktor koreksi d = Jumlah anak daun pada satu sisi p = Panjang anak daun rata - rata sample. Luas permukaan daun dapat mencapai m 2 pada tanaman dewasa yang berumur 10 tahun atau lebih. Luas permukaan daun yang optimal adalah 11 m 2 bergantung kepada persilangannya. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 7. L = 2 k ( d x lp ) Keterangan : Gambar 7. Bentuk dan susunan daun kelapa sawit 13

10 Sp Pe Vl Ra Tl Hs = Duri = Pangkal pelepah = Pangkal pelepah dengan duri yang tidak tumbuh normal = Bagian tengah pelepah dengan daun daun normal = Sepasang daun terakhir yang bentuknya oval = Bagian tengah daun dilihat dari atas menunjukkan letak daun yang tidak teratur Bagian generatif a. Bunga ( Flos ) Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Setiap rangkian bunga muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi seludang, bunga dapat dibedakan antara bunga jantan dan bunga betina dengan melihat bentuknya (Yan Fauzi, dkk, 2008). Tanaman kelapa sawit akan berbunga pada umur ± bulan. Pada mulanya keluar bunga jantan kemudian secara bertahap akan muncul bunga betina. Terkadang ditemui bunga banci yaitu bunga jantan dan bunga betina ada pada satu rangkain (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2000). Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang yang akan pecah hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki spikelet dan setiap spikelet bunga betina dan yang akan diserbuki tepung sari. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh buah tergantung pada besarnya 14

11 tandan dan setiap pokok dapat menghasilkan tandan/pokok/tahun (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2000 ). Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil. Letak bunga jantan yang satu dengan yang lainnya sangat rapat dan membentuk cabang bunga yang panjangnya antara cm. Pada tanaman dewasa satu tandan mempunyai ± 200 cabang bunga. Setiap cabang bunga mengandung bunga jantan. Bunga jantan terdiri dari 6 helai benang sari dan 6 perhiasan bunga. Hari pertama kelopak terbuka dan mengeluarkan tepung sari dari ujung tandan bunga, pada hari kedua bagian tengah dan hari ketiga di bagian bawah tandan yang akan keluar serbuk sari. Serbuk sari berwarna kuning pucat dan berbau spesifik. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan gram tepung sari. Setiap bunga akan dibuahi dengan serbuk sari yang menghasilkan buah tersusun pada tandan (S, Syukur, 2003). Untuk lebih jelasnya perbedaan bunga jantan dan bunga betina dapat di lihat pada Gambar 8. 15

12 Gambar 8. Bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit b. Buah ( Fructus ) Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, beratnya gram. Bagian-bagian buah terdiri atas kulit buah (exocarp), sabut dan biji (mesocarp). Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp (pericarp). Biji terdiri atas cangkang (endocarp) dan inti (kernel), sedangkan inti sendiri terdiri atas endosperm atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), bakal akar (radicula) dan haustorium ( Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005 ). Buah yang ditanam umumnya adalah varietas nigrescens dengan warna buah ungu kehitaman saat mentah dan buah akan matang 5-6 bulan setelah penyerbukan. Buah yang matang dibedakan atas matang morfologis yaitu buah telah sempurna bentuknya serta kandungan minyaknya sudah optimal sedangkan matang fisiologis adalah buah yang sudah matang sempurna yaitu telah siap untuk tumbuh dan berkembang (PTPN. III, 2003). Untuk lebih dapat di lihat pada Gambar 9. 16

13 Gambar 9. Bentuk penampang melintang dan membujur buah kelapa sawit 2.3. Manfaat Tanaman Kelapa Sawit Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non pangan seperti kosmetik, farmasi, serta minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar (Yan Fauzi dkk, 2008) Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Menurut Iyung Pahan (2008) minyak kelapa sawit mempunyai beberapa keunggulan, antara lain : a. Tingkat efisiensi minyak sawit tinggi sehingga mampu menempatkan CPO menjadi sumber minyak nabati termurah. b. Produktivitas minyak sawit tinggi yaitu 3,2 ton/ha, sedangkan minyak kedelai 0,34, lobak 0,51, kopra 0,57, dan minyak bunga matahari 0,53 ton/ha. c. Sifat interchangeable nya cukup menonjol dibanding dengan minyak nabati lainnya, karena memiliki keluwesan dan keluasan dalam ragam kegunaan baik di bidang pangan maupun non pangan. d. Sekitar 80 % dari penduduk dunia, khususnya di negara berkembang masih berpeluang meningkatkan konsumsi per kapita dari minyak dan lemak terutama minyak sawit yang harganya murah. e. Terjadinya pergeseran dalam industri yang menggunakan bahan baku minyak bumi ke bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu oleokimia 17

14 yang berbahan baku CPO, terutama di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa Barat Minyak Sawit Untuk Industri Pangan Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenesis. Produksi CPO Indonesia sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi strein padat. Fraksi olein tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai pelengkap minyak goreng dari minyak kelapa (Yan Fauzi, dkk, 2008). Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortenig dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E (Yan Fauzi, dkk, 2008). Disamping itu, kandungan asam linoleat dan lenolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor (Heat stebility) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh kerena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng menggunakan minyak sawit tidak mudah tengik (Yan Fauzi, 2008) Minyak Sawit untuk Industri Non Pangan a. Bahan baku untuk industri farmasi Kandungan minor dalam minyak sawit berjumlah kurang lebih 1 %, antara lain terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, fosfolipida. 18

15 Kandungan minor menjadikan minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi. Diantara kandungan minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten dan tokoferol yang dapat mencegah kebutaan (Defisiensi vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis dan memperlambat proses penuaan. Karoten Karoten dikenal sebagai pigmen warna jingga. Kandungan dalam minyak sawit mencapai 0,005-0,18 %. Setiap satu ton minyak mengandung kurang lebih 240 garam karoten. Berdasarkan hasil penelitian, karoten dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker paru - paru dan payudara. Selain sebagai obat anti kanker, karoten juga merupakan sumber vitamin A yang cukup potensial. Karoten terdiri dari 36 % alfakaroten dan 54 % betakaroten dan tersimpan dalam daging buah kelapa sawit (Yan Fauzi dkk, 2008). Tokoferol Tokofenol dikenal sebagai antioksidan alam dan sebagai sumber vitamin E. Kandungan tokoferol dalam CPO berkisar ppm, dalam olein ppm dan stearin ppm. Minyak sawit yang bermutu baik mengandung tokoferol berkisar antara ppm (Yan Fauzi dkk, 2008). 19

16 b. Bahan baku oleokimia Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk diantaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama yang digolongkan oleokemikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amino, metil ester, dan gliserin. Bahan-bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunaan sebagai bahan baku industri termasuk industri kosmetik dan aspal. Oleokimia juga digunakan sebagai bahan pembuatan detergen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10. Penghasil Oleokemikal dasar Asam lemak Lemak alkohol Metil ester Gliserin Penghasil derivatif Industri : - Tekstil - Kertas - Kulit - Kosmetik - Pelengkap bangunan - Pestisida - Insektisida - Detergen - Sabun - Bahan pembersih - Minyak mineral - Polimerisasi - Cat - Lilin - Bahan pemadam api -Vernis Gambar 10. Pengolahan oleokimia untuk berbagai industri Asam lemak Asam lemak kelapa sawit dihasilkan dari proses hidrolisasi, baik secara kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari jamur Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung 20

17 pada suhu C. Asam lemak digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener (pelunak) untuk produksi makanan, tinta, tekstil, aspal, dan perekat (Yan Fauzi dkk, 2008). Lemak alkohol Lemak alkohol merupakan hasil lanjut dari pengolahan asam lemak. Lemak alkohol adalah bahan dasar pembuatan detergen, yang umumnya berasal dari metil ester asam laurat. Minyak inti sawit yang kaya asam laurat merupakan bahan dasar pembuatan lemak alkohol (Yan Fauzi dkk, 2008). Lemak amina Lemak amina digunakan sebagai bahan dalam industri plastik, sebagai pelumas dan pemantap. Selain itu, digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam industri tekstil, surfaktan dan lain lain (Yan Fauzi dkk, 2008). Metil ester Metil ester dihasilkan melalui proses waterfiksasi pada lemak yang diberi metanol atau etanol, dengan katalisator nametoksi. Unsur ini merupakan hasil dari asam lemak pada pembuatan lemak alkohol. Metilester dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun (Yan Fauzi dkk, 2008). Gliserin Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak. Gliserin terutama digunakan dalam industri kosmetik yaitu sebagai bahan pelarut dan pengatur kekentalan shampo, pomade, obat kumur serta pasta gigi. Selain itu, gliserin berfungsi sebagai hemaktan pada industri rokok, permen karet, minyak pelincir, cat, adesif, plester dan sabun (Yan Fauzi dkk, 2008) Minyak Sawit Sebagai Bahan Bakar Alternatif ( Palm Biodiesel ) 21

18 Palm biodiesel dibuat dengan menggunakan bahan baku minyak sawit (CPO) maupun minyak inti sawit (PKO). Produksi palm biodiesel dapat dilakukan melalui transesterifikasi minyak sawit dengan metanol. Proses ini dianggap lebih efisien dan ekonomis bila dibandingkan dengan cara esterifikasi hidrolisis dengan metanol (Yan Fauzi dkk, 2008). Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi (patroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Namun, palm biodiesel memiliki keunggulan lain yaitu mengandung oksigen sehingga flash oint-nya lebih tinggi dan tidak mudah terbakar. Selain itu, palm biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan mudah ditangani karena tidak mengandung sulfur atau senyawa benzene yang karsinogenik (Yan Fauzi dkk, 2008). Pengembangan palm biodiesel yang berbahan baku minyak sawit terus dilakukan karena selain untuk mengantisipasi cadangan minyak bumi yang semakin terbatas, produk biodiesel termasuk produk yang bahan bakunya dapat diperbaharui dan ramah limgkungan. Di samping itu, produksi gas karbondioksida (CO2) dari hasil pembakarannya dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman. Penggunaan palm biodiesel juga dapat mereduksi efek rumah kaca, polusi tanah, serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum (Yan Fauzi dkk, 2008) Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit a. Hasil Olahan TBS (Tandan buah segar) Tandan buah segar yang diolah tidak hanya menghasilkan minyak sawit dan minyak inti sawit saja, tetapi ada beberapa hasil ikutan dari limbah yang 22

19 masih dapat dimanfaatkan. Misalnya makanan ternak, sebagai pupuk sampai pemanfaatan sebagai bahan bakar. Sebagai makanan ternak Menurut Penebar Swadaya, (1994) hasil ikutan dari pengolahan TBS selain minyak sawit yang dapat digunakan sebagai makanan ternak antara lain minyak sawit kasar, bungkil inti sawit, serat perasan buah sawit dan lumpur minyak sawit. Bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak, karena di dalamnya masih terkandung zat-zat makanan yang berguna. Komposisi beberapa hasil ikutan minyak sawit yang dapat diperoleh antara lain protein kasar, lemak kasar, beta-n, mineral, kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), mangan (Mn), tembaga (Cu), besi (Fe), dan seng (Zn). Sebagai pupuk Menurut buku pedoman standar manajemen kebun kelapa sawit Incasi Raya Group, (2005) bahwa limbah pabrik adalah produk sampingan yang dihasilkan pabrik CPO dan PKO dari proses pengolahan TBS. Terdapat dua macam limbah pabrik yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat adalah tandan kosong, fiber. cangkang, sampah loading ramp, dan solid decanter. Sementara limbah cair adalah limbah cair dari kolam limbah. Kedua jenis limbah pabrik tersebut dapat diaplikasikan ke tanaman dengan tujuan adalah : 1. Dari sisi pabrik adalah untuk mengurangi biaya pengolahan limbah. 2. Dari sisi kebun adalah untuk mengganti sebagian atau seluruh hara yang biasanya diberikan melalui pupuk anorganik dengan tujuan menghemat biaya pemupukan, mendaur-ulang limbah pabrik ke kebun dengan tujuan menghindari pencemaran lingkungan, memperbaiki sifat fisik, kimia dan 23

20 biologis serta menambah bahan organik di dalam tanah sehingga perkembangan akar dapat meningkat. Sebagai bahan bakar dan energi Cangkang tempurung kelapa sawit dan tandan kosong dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Pemanfaatan tempurung sebagai bahan bakar dapat langsung digunakan atau dibuat arang. Tandan kosong, cangkang dan serat dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Dari TBS sebanyak ton mampu menghasilkan listrik sebesar KW. Skema kerjanya adalah limbah tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menguapkan air, kemudian dialirkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik (Penebar Swadaya, 1994). b. Tempurung buah sawit untuk arang aktif Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar yaitu mencapai 60 % dari produksi minyak. Tempurung buah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif dimanfaatkan oleh berbagai macam industri antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi. Selama ini diperkebunan, tempurung kelapa sawit digunakan hanya sebagai bahan bakar pembangkit tenaga uap dan bahan pengeras jalan (Yan Fauzi dkk, 2008). c. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari import. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan sebagai bahan pulp kertas dan papan serat. Di 24

21 Indonesia sudah mulai banyak industri kertas memanfaatkan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif bahan baku. Proses pembuatan pulp kertas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proses dengan NaOH dan proses dengan sulfat (sulfat tissue). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan dengan sulfat tissue memenuhi Standart Industri Indonesia (SII ) (Yan Fauzi dkk, 2008). d. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan partikel Batang kelapa sawit yang sudah tua dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture atau sebagai papan partikel. Setiap batang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0,34 m 3. Sifat-sifat yang dimiliki kayu kelapa sawit tidak berbeda jauh dengan kayu-kayu yang biasa digunakan untuk perabot rumah tangga sehingga berpeluang untuk dimanfaatkan secara luas (Yan Fauzi dkk, 2008). e. Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat 3 cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak yaitu pengolahan menjadi silase, perlakuan NaOH dan pengolahan dengan menggunakan uap. Untuk pelepah sawit, pengolahan yang paling efisien adalah dengan membuat silase. Pengalaman peternak sapi di Malaysia pada usaha penggemukan sapi dengan skala ekor, menggunakan komposisi makanan campuran dengan perbandingan 50 % pelepah kelapa sawit dan 50 % konsentrat (Yan Fauzi dkk, 2008). 25

22 2.4. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Iklim Faktor - faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur), intensitas penyinaran dan angin. Faktor-faktor ini tampak berbeda jelas satu sama lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005) Curah hujan Curah hujan merupakan komponen iklim terpenting terhadap kriteria kesesuaian iklim. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar 12 o C Lintang Utara-Selatan pada ketinggian m di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Hal ini bukan berarti kurang dari mm tidak baik, karena kebutuhan efektifnya hanya mm (MAKSI, 2007) Temperatur 26

23 Suhu optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30º C, terendah 18 0 C dan tertinggi 32º C serta kelembaban rata-rata 32º C. Kelembaban optimum yang ideal sekitar %. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari. Jika penyinaran matahari kurang dari 5 jam/hari dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit, dan rusaknya jalan karena lambat kering dan lain lain (MAKSI. 2007). Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian dari permukaan laut yang optimal adalah meter. Pada ketinggian yang lebih dari 400 meter akan terhambat dan produksi lebih rendah (PTPN. III, 2003) Intensitas penyinaran Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan salah satu syarat mutlak bagi proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam penyinaran per hari sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa bulan terdapat 7 jam penyinaran per hari, tetapi statistik menunjukkan bahwa di berbagai wilayah kelapa sawit yang lama penyinarannya diluar batas-batas tersebut dapat diperoleh produktivitas yang juga memadai. Di samping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah intensitasnya (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005) Angin Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman akan doyong atau miring (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). 27

24 Tanah Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Regosol, Andosol, Organosol dan Aluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah : Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga penyerapan hara tanaman akan lebih baik. Tekstur ringan, memiliki pasir %, debu %, liat %. Perkembangan struktur baik, kosistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. ph tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada ph 4,0-6,0 namun yang terbaik adalah ph 5-6. Tanah yang mempunyai ph rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah ph rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (MAKSI. 2007) Tinggi Tempat dan Topografi Kelapa sawit akan tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian meter dari permukaan laut, tetapi yang terbaik pada ketinggian meter dengan kemiringan 0-12º (13 %). Sedangkan pada kemiringan 13-15º (14,5 %) kurang baik dan pada kemiringan lebih dari 25º tidak dianjurkan (PTPN. III, 2003) Budidaya Kelapa Sawit Teknik budidaya perlu diperhatikan untuk mengahasilkan buah kelapa sawit dengan mutu yang baik, yang meliputi pembukaan lahan, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan tanaman yang benar (Yan Fauzi, dkk, 2005). 28

25 Pembukaan lahan Pembukaan lahan merupakan kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan tata ruang dan tata letak lahan sampai dengan pembukaan lahan secara fisik. Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan didaerah bekas hutan dan alang alang. Daerah tersebut memiliki topografi yang berbeda beda dan hal yang perlu diperhatikan dalam pembukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan lapisan olah (Iyung Pahan, 2008) Imas Pengimasan adalah pekerjaan memotong dan menebas semua jenis kayu maupun semak belukar yang berdiameter kurang dari 10 cm. Pemotongan kayu dilakukan serapat mungkin dengan permukaan tanah, pengimasan dilakukan secara manual menggunakan parang dan kapak. Pengimasan bertujuan untuk memudahkan penumbangan (Wahono, S dan Amir, S. 2005) Tumbang Penumbangan adalah suatu pekerjaan menumbang kayu yang berdiameter lebih dari 10 cm menggunakan gergaji mesin (chain sow) dengan arah yang sejajar artinya jika penumbangan awal dilakukan dari arah Utara Selatan maka penumbangan selanjutnya juga dilakukan dengan arah yang sama agar kayu hasil tebangan tidak tumpang tindih. Setelah penumbangan selesai dilakukan perumpukan kayu oleh alat berat, sebelum perumpukan dilakukan sebaiknya batang batang yang terlalu panjang dan besar dipotong potong hingga rata rata menjadi 6 8 meter. Sedangkan batang batang yang kecil dan pendek tidak perlu di potong lagi (Wahono, S dan Amir, S. 2005). 29

26 Menurut RISPA (2008) pembukaan lahan secara mekanis pada areal bukaan baru dan konversi terdiri dari beberapa pekerjaan yaitu : Menumbang yaitu memotong pohon besar dan kecil dengan mengusahakan agar akar terlepas dari tanah. Merumpuk yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran. Merencek dan membakar yaitu memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat disusun sepadat mungkin, setelah kering lalu dibakar. Pembakaran dilakukan berulang sampai batang dan ranting menjadi abu. berikut Pembukaan lahan replanting secara mekanis terdiri dari pekerjaan sebagai Penggolahan tanah secara mekanis dengan traktor. Meracun batang pohon kelapa sawit dengan cara membuat lubang sedalam 20 cm pada ketinggian 1 meter untuk pohon kelapa sawit tua. Lubang diisi Natrium arsenit sebanyak 20 cc per pohon, kemudian ditutup dengan bekas galian lubang. Membongkar, memotong dan membakar. Dua minggu setelah peracunan, batang pohon kelapa sawit dibongkar sampai akarnya dan setelah kering lalu dibakar. Pada bukaan ulangan pembersihan bekas bekas batang harus diperhatikan dengan serius karena sisa batang, akar dan pelepah daun dapat menjadi tempat berkembangnya hama (misalnya kumbang Orytes) atau penyakit (misalnya cendawan Ganoderma). 30

27 Pembuatan Jalan Jalan merupakan sarana yang sangat penting dalam suatu kebun sebagai urat nadi transportasi. Jalan yang baik akan mampu mendukung semua kegiatan kebun. Menurut Wahono dan Amir, 2005 pembuatan jalan di wilayah pengembangan tanaman kelapa sawit pada umumnya dibedakan dalam beberapa kelas : 1. Jalan utama (Main Road) adalah jalan yang menghubungkan kantor kebun dengan afdeling, antar afdeling, emplasemen ke luar dengan ukuran 8 meter (5 meter isi jalan, 2 meter bahu jalan dan 1 meter parit). 2. Jalan produksi (Production Road) adalah jalan yang dibuat anatara blok yang mengarah Timur Barat sebagai sarana transportasi buah dengan ukuran 7 meter (4 meter isi jalan, 2 meter bahu jalan dan 1 meter parit). 3. Jalan koleksi (Collection Road) adalah jalan produksi atau jalan blok yang digunakan sebagai tempat pemungutan hasil dengan ukuran 6 meter (3 meter isi jalan, 2 meter bahu jalan dan 1 meter parit). 4. Jalan peringgan (Pinggir Kebun) adalah jalan yang dibuat dipinggir afdeling atau kebun sebagai sarana untuk pengawasan dan batas wilayah. 5. Jalan pikul adalah jalan kecil yang sejajar dengan barisan tanaman untuk mengangkut buah ke TPH dan pupuk. Ukuran jalan pikul ini adalah 0,7-1 meter (Wahono, S dan Amir, S. 2005) Pembuatan Saluran Draenase Pembuatan saluran draenase dapat dibedakan dalam beberapa jenis yang dapat dibuat di kebun yaitu, (Wahono, S dan Amir, S. 2005). Areal dengan tofografi datar dan teratur : 31

28 a. Out let yaitu saluran draenase sebagai pembuangan air berlebih ke luar kebun yang alami maupun buatan. b. Parit primer yaitu saluran draenase penampung air dari parit sekunder. c. Parit sekunder yaitu saluran draenase penampung air parit tertier. d. Parit tertier yaitu salauran draenase yang sering disebut parit tulang ikan yang dibuat mengarah parit sekunder. Out let yaitu saluran draenase sebagai pembuangan air berlebih ke luar kebun yang alami maupun buatan. Parit pengumpul (Collector Ditch) yaitu saluran draenase yang di buat sepanjang kaki bukit atau di tengah areal dengan ukuran 1,5-2 meter. Parit pengering (Field Drain) yaitu saluran draenase yang sering juga disebut parit tulang ikan yang digunakan sebagai pengering blok antar gawangan. Parit pringan (jalan pinggir kebun) yaitu saluran draenase yang digunakan sebagai parit pembatas dengan areal lain yang dibuat dipinggir kebun dengan ukuran 4 5 meter Pengajiran (memancang) Pengajiran adalah untuk menentukan tempat tempat yang kelak akan ditanami kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam. Sistem jarak tanam yang digunakan adalah segitiga sama sisi dengan jarak tanam sesuai dengan kesuburan tanah. Bila keadaan tanah subur maka jarak tanam yang digunakan semakin lebar dan sebaliknya. Pada umumnya jarak tanam yang sering digunakan adalah 9 x 9 x 9 meter dengan jumlah populasi 143 pohon/ha (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005) Pembuatan Lubang Tanam 32

29 Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 meter dari sisi lering (Prabowo, 2007) Persiapan Bahan Tanam Pada umumnya tanaman kelapa sawit di Indonesia berasal dari bibit yang dikembangbiakan dengan cara generatif yaitu dengan biji. Namun sejalan dengan teknologi, pengadaan bibit kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan kultur jaringan (Yan Fauzi, dkk, 2005). Penyedian bibit dilakukan oleh balai balai penelitian kelapa sawit, terutama oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebuna Medan. Dalam penyedian benih ini balai-balai penelitian tersebut mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin dengan pohon induk tipe Deli dura dan pohon bapak tipe Pisifera (RISPA, 2008). Menurut RISPA (2008) syarat syarat pohon induk yang baik adalah : Pertumbuhan vegetatifnya lambat dan produksi tinggi. Persentase buah per tandan sekitar %. Kadar minyak dalam daging buah ± 60 % dan kadar minyak per tahun sekitar 27 %. Bentuk pohonnya baik dan sudut pelepahnya tidak sempit. Tumbuh subur dan bebas dari gangguan hama dan penyakit. Syarat syarat pohon bapak yang baik adalah : Daya gabung sifat genetisnya baik, sehingga dapat berkombinasi dengan sifat sifat genetis yang baik dari pohon induknya. 33

30 Kadar minyak dalam daging buah (mesocarp) > 24 %. Tumbuh subur dan bebas dari gangguan hama dan penyakit. Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan satu tahap (Single stage Nursery) dan sistem pembibitan dua tahap (Double stage Nursery). Pada penerapan sistem tahap ganda pananaman bibit dilakukan sebanyak dua kali yaitu tahap pertama kecambah ditanam dikantong polybag kecil berisi 1,5 2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm dan tanah di polybag harus selalu lembab serta dipelihara selama 3 bulan. Tahap kedua ditanam pada polybag besar dan dipelihara selama 9 10 bulan setelah bibit berdaun 4 5 helai. Pada prinsipnya, sistem pembibitan ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menghasilkan bibit yang berkualitas dengan daya tahan tinggi dan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan lebih baik sehingga faktor kematian bibit di pembibitan dan di lapangan dapat ditekan sekecil mungkin (Prabowo, 2007). Adapun kegiatan pelaksanaan pembibitan sebagai berikut : 1. Syarat Tempat Pembibitan yaitu : Areal pembibitan harus datar dan rata. Dekat dengan sumber air. Letaknya ditengah tengah areal yang akan ditanami dan mudah diawasi. Dekat dengan sumber tanah sebagai pengisian kantong plastik. 2. Pengolahan Lahan Pembibitan Lahan pembibitan harus diratakan dan dibersihkan dari segala macam gulma dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman (Springkle Irrigation) serta 34

31 dilengkapi dengan jalan jalan dan parit parit draenase. Luas kompleks pembibitan harus sesuai dengan kebutuhan (RISPA, 2008). 3. Pemeliharaan Pembibitan Bibit yang telah ditanam di Pre-nursery atau Main-nursery pelu dipelihara dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapangan sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat. Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengawasan dan seleksi (RISPA, 2008). Penyiraman Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali bila jatuh hujan lebih dari 7 8 mm per hari yang bersangkutan. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara penyiramannya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tombuhnya tidak padat. Kebutuhan air ± 2 liter per polybag per hari, disesuaikan dengan umur bibit (RISPA, 2008). Penyiangan Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antar polybag harus dibersihkan, dikoret atau dengan herbisida. Penyiangan gulma harus dilakukan 2 3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma (RISPA, 2008). Pemupukan Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan subur. Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk. Dosis dan jenis pupuk yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1. 35

32 Tabel 1. Dosis dan Jenis Pupuk Untuk Bibit Kelapa Sawit. Umur bibit (minggu ke) Jenis pupuk Dosis Rotasi 4 5 Larutan Urea 0,2 % 3 4 ltr larutan / 100 bibit 1 minggu 6 7 Larutan Urea 0,2 % 4 5 ltr larutan / 100 bibit 1 minggu 6 16 Rustika (N,P,K,Mg) gram / bibit 1 minggu Rustika (N,P,K,Mg) gram / bibit 2 minggu Rustika (N,P,K,Mg) gram / bibit 2 minggu Rustika (N,P,K,Mg) gram / bibit 2 minggu Rustika (N,P,K,Mg) gram / bibit 2 minggu Sumber : RISPA, Pengawasan dan Seleksi Pengawasan bibit ditujukan terhadap petumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama dan penyakit. Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Pembuangan bibit (Thinning Out) dilakukan pada saat pemindahan ke Main-nursery yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan berumur 12 bulan pada saat pemindahan biit ke lapangan Penanaman Penutup Tanah ( Leguminosa cover crop ) Tanaman penutup tanah (leguminosa cover crop atau LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat sifat fisik, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Penanaman tanaman kacangan sebaiknya dilaksanakan segera mungkin setelah persiapan lahan selesai. Adapun jenis tanaman kacang kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah : Pueraria javanica (LP) yaitu pertumbuhannya semula agak lambat akan tetapi dapat bertahan lama dan lebih tahan terhadap naungan dari pada CM dan CP. 36

33 Colopogonium mucunoides (CM) yaitu cepat tumbuh tetapi tidak dapat bertahan lama ddan tidak tahan terhadap naungan. Centrocema pubescent (CP) sama dengan CM Pesophocarpus palustris (PP) yaitu hampir sama dengan PJ tetapi lebih tahan terhadap air / rendaman hanya bibitnya tidak tahan lama disimpan. Mucuna chocinesis (MC) yaitu cepat tumbuh tetapi umurnya pendek ± 3 bulan dan MC memiliki bau spesifik yang tidak disukai oryctes sp. Colopogonium caerolium (CC) yaitu pertumbuhan awalnya agak lama tetapi tahan terhadap naungan dan umurnya panjang ( RISPA, 2008 ) Syarat syarat tanaman penutup tanah yaitu, (PTPN. III, 2003 ) : Tidak menjadi saingan terhadap tanaman pokok dalam penyerapan unsur hara dan sinar matahari. Tanaman penutup tanah tersebut mudah diperbanyak. Tidak merupakan inang hama dan penyakit tanaman utama. Pertumbuhan cepat, tahan kekeringan dan dapat menekan pertumbuhan gulma. Dapat menghasikan bahan organik yang tinggi Penanaman di Lapangan Penanaman dilakukan sebaiknya pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polybag. Lepaskan plastik polybag secara hati hati dan masukkan bibit kedalam lubang. Taburkan Rock Phosfat yang dicampur denga pupuk kandang disekitar perakaran tanaman. Segerah ditimbun dengan galian tanah di atas (Prabowo, 2007) Pemeliharaan Tanaman di Lapangan Penyulaman 37

34 Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik. Saat menyulam yang baik adalah pada musim hujan. Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman yang disulam yaitu bibit berumur bulan. Banyaknya sulaman biasanya sekitar 3-5 % setiap hektarnya. Cara melaksanakan penyulaman sama dengan menanam bibit (RISPA, 2008) Pembuatan Piringan Piringan di sekitar pohon kelapa sawit harus tetap bersih. Oleh karena itu tanah di sekitar pohon kelapa sawit dengan jari jari 1 2 meter dari pohon kelapa sawit harus bersih dari gulma yang tumbuh dengan jalan dibabat/disemprot dengan herbisida Pemupukan Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk N, P, K, Mg dan B (Urea, TSP, KCl, Kiserit dan Borax). Pemupukan ekstra dengan pupuk Borax pada tanaman muda sangat penting, karena kekurangan Borax (Boron deficiency) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa sawit. Dosis pupuk yang digunakan untuk TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) disesuaikan dengan anjuran Balai Penelitian. Sedangkan untuk tanaman menghasilkan dosis yang digunakan berdasarkan analisis daun dan analisis tanah. Contoh dosis pemupukan pada tanaman yang sudah menghasilkan adalah : Urea KCl Kiserit TSP Borax : 2,0 2,5 kg/pohon/tahun diberikan 2 x aplikasi. : 2,5 3,0 kg/pohon/tahun diberikan 2 x aplikasi. : 1,0 1,5 kg/pohon/tahun diberikan 2 x aplikasi. : 0,75 1,0 kg/pohon/tahun diberikan 2 x aplikasi. : 0,05 1,0 kg/pohon/tahun diberikan 2 x aplikasi. 38

35 Untuk tanaman belum menghasilkan yang berumur 0 3 tahun dosis pemupukan per pohon per tahunnya adalah sebagai berikut : Urea KCl Kiserit TSP Borax : 0,40 0,60 kg/pohon/tahun : 0,20 0,50 kg/pohon/tahun : 0,10 0,20 kg/pohon/tahun : 0,25 0,30 kg/pohon/tahun : 0,02 0,05 kg/pohon/tahun Pada tanaman belum menghasilkan pupuk N, P, K, Mg dan B ditaburkan merata dalam piringan mulai jarak 20 cm dari pokok sampai ujung tajuk daun. Sedangkan tanaman yang sudah menghasilkan pupuk N ditaburkan merata mulai jarak 50 cm dari pokok sampai di pinggir luar piringan. Pupuk P, K dan Mg harus ditaburkan merata pada jarak 1 3 meter dari pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada jarak cm dari pokok. Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan awal musim hujan (September Oktober), pemupukan yang pertama dan akhir musim hujan (Maret April) untuk pemupukan yang kedua (RISPA, 2008) Pemangkasan Daun Maksud pemangkasan daun adalah untuk memperoleh pokok yang bersih, karena jumlah daun yang optimal dalam satu pokok akan memudahkan pemanenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur atau tingkat pertumbuhan tanaman. Macam macam pemangkasan yaitu : a. Pemangkasan buah pasir yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman yang berumur bulan dengan maksud untuk membuang daun daun kering dan buah buah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos. 39

36 b. Pemangkasan produksi yaitu pemangkasan yang dilakukan pada umur bulan dengan memotong daun daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain) juga buah bua1h yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan buah pasir (RISPA, 2008). Pemangkasan pemeliharaan adalah pemangkasan yang dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun daun songgo dua sehingga setiap saat hanya terdapat daun sejumlah helai per pohon. Sisa daun pada pemangkasan ini harus sependek mungkin (mepet), agar tidak menggangu dalam pelaksanaan panen (RISPA, 2008) Kastrasi Bunga Kastrasi adalah pemotongan atau pembuangan secara menyeluruh bunga jantan dan bunga betina. Tujuan dari kastrasi ini selain dari sanitasi juga konsentrasi penyerapan zat zat hara bagi pertumbuhan vegetatif tanaman. Kastrasi dilakukan sejak tanaman mengeluarkan bunga yang pertama (12 20 bulan setelah tanam) sampai tanaman berumur 33 bulan atau selambat lambatnya 6 bulan sebelum panen pertama. Kastrasi dilakukan 1 bulan sekali atau sebanyak kali selama masa TBM dengan menggunakan alat dodos (Prabowo, 2007) Pengendalian Hama dan Penyakit Hama yang biasa menyerang pada tanaman belum menghasilkan dan tanaman yang sudah mengahasilkan tidak selalu sama. Ada hama yang bersifat permanen seperti ulat api dan ulat kantong serta ada pula yang bersifat sementara seperti gangguan jenis mamalia misalnya gajah, babi dan lain lain. Dalam hal ini 40

37 sistem pengendaliannya tentu jelas berbeda (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Apabila penyakit tanaman sudah meledak sangat sulit untuk dikendalikan. Berdasarkan hal tersebut maka yang lebih ditekankan adalah tindakan pencegahan. Beberapa penyakit yang harus diamati baik pada TBM maupun TM antara lain, (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005) : 1. Busuk pangkal batang disebabkan oleh jamur Ganoderma sp. 2. Penyakit tajuk (Crown deseases) yang disebakan oleh jamur yang belum diketahui dan kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik. 3. Busuk tandan yang disebabkan oleh jamur Marasmius palmivorus Panen Panen adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari memotong tandan matang panen yang sesuai dengan kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan dan brondolan di tempat pemungutan hasil (TPH) (PTPN. III, 2003). Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat memabantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kegiatan pemanenan dapat dilakukan bila tanaman telah berumur 2,5 tahun dari mulai ditanam dilapangan dan buah yang akan dipanen telah masak atau telah berumur 5,5 bulan setelah penyerbukan. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan ALB (asam lemak bebas) minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan segar yang terdapat pada piringan, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun jumlah brondolan kurang dari 4-10 butir dan umur lebih dari 10 tahun jumlah 41

38 brondolan sekitar butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 10 kg terdapat 2 brondol (Prabowo, 2007). Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan untuk panen terakhir sampai panen berikutnya. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya memakai rotasi 7 hari, artinya satu areal panen harus dimasuki oleh pemetik tiap 7 hari sekali (Yan Fauzi, dkk, 2005). Menurut Yan Fauzi, dkk, (2005), ada 2 sistem ancak panen yaitu : a. Sistem Ancak Giring Sistem ancak giring yaitu apabila suatu ancak telah dipanen maka pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, sistem ini memudahkan dalam pengawasan pekerjaan dan hasil panen lebih cepat sampai ke TPH dan pabrik. Namun pemanen cenderung memanen buah yang mudah dipanen sehingga ada tandan buah dan brondol yang tertinggal dilapangan. b. Sistem Ancak Tetap Sistem ancak tetap yaitu pemanen diberi ancak dengan luasan tertentu dan tidak berpindah pindah. Hal ini menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimum namun kelemahan sistem ini adalah buah lambat keluar sehingga lambat sampai ke pabrik Pengolahan Hasil Panen Pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan 42

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai abad ke-16 dimana para ahli berbeda

I. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai abad ke-16 dimana para ahli berbeda I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1. SistematikaTanaman Kelapa Sawit Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai abad ke-16 dimana para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Akar Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya di Brazil. Spesies E. oleifera dan E. odora berasal dari kawasan Amerika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas Angiospermae, subkelas Monocotyledonae, ordo Palmales, famili Palmae, genus Elaeis,

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Monocotyledoneane

Lebih terperinci

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 2 Pembibitan merupakan kegiatan teknis budidaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang berkualitas. Kegiatan pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembibitan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki. susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap.

TINJAUAN PUSTAKA. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki. susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manfaat Tanaman Kelapa Sawit Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis adalah buah. Buah tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis adalah buah. Buah tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manfaat Kelapa Sawit Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis adalah buah. Buah tersusun dalam sebuah tandan dan disebut TBS (Tandan Buah Segar). Buah diambil minyaknya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar, batang, daun,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis) bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit di Afrika diklasifikasikan oleh Jacquin pada tahun 1763 sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang 5 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut, yang terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Akar primer umumnya 6-10 mm, keluar dari pangkal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013).

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013). TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut; divisi Spermatophyta, dengan subdivisi Pteropsida. Kelapa sawit tergolong kelas Angiospermae dengan subkelas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kelapa Sawit 2.1.1 Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya dari Brasilia. Di Brasilia tanaman ini tumbuh secara liar atau setengah liar

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Dalam dunia botani, setiap tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil perennial dengan periode regenerasi yang panjang sekitar 20 tahun

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Penanaman dilakukan dengan menanam di Kebun Raya Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah:

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah: TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Elaesis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika), Jacq berasal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai 15-20 m. Tanaman ini berumah satu atau monoeclous dimana bunga jantan dan bunga betina terdapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit merupakan sub keluarga cocoideae yang paling besar habitusnya. Klasifikasi tanaman

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata Legum yang berasal dari india ini termasuk tanaman jenis baru yang masuk ke Indonesia untuk digunakan sebagai tanaman penutup tanah di areal perkebunan. Karena Mucuna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 1. Akar (Radix) Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam, ordo Palmales; Famili Palmae; Sub-famili Cocoidae; Genus Elaeis; Spesies:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, II. TINJUAN PUSTAKA 2.1.Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, tetapi dapat dikembangkan diluar daerah asalnya termasuk Indonesia. Pada tahun 1848

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) Kingdom Divisi Subdivisi Klas Ordo Famili Subfamily Genus Species : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan TINJAUAN PUSTAKA Bahan Tanaman (Bibit ) Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan pada 3 4 tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya lurus atau sedikit miring ke atas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama

TINJAUAN PUSTAKA. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Elaesis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama Botanist Amerika Jacquin.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Varietas Kelapa Sawit 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietasvarietas itu

Lebih terperinci