Kata kunci : infeksi nosokkomial, hand washing, cairan cuci tangan

Transkripsi

1 BREATHALYZER FOR THE HAND WASHING (Reminding for Hand Washing) BAGI PERAWAT DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT Disusun oleh : RATIH BAYUNINGSIH NPM (Mahasiswa Program Magister Keperawatan kekhususan Keperawatan Anak FIK-UI) Abstrak Infeksi nosokomial adalah penyakit yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Dari hasil studi deskriptif Suwarni, A di semua rumah sakit di Yogyakarta tahun 1999 menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0% hingga 12,06%, dengan rata-rata keseluruhan 4,26%. Kejadian infeksi nosokomial dapat dicegah dengan satu tindakan yaitu cuci tangan. Namun kita sadari bahwa kesadaran untuk mencuci tangan pada petugas kesehatan masih sangat kurang, karenanya para ahli mengembangkan suatu alat untuk mampu meningkatkan perilaku ini, salah satu perusahaan terkenal yaitu hygreen mengembangkan breathanalyzer hand washing berupa detector cuci tangan. Alat ini terdiri atas 2 unit, yaitu badge yang digunakan untuk perawat/tenaga kesehatan, sensor yang terdapat pada tempat tidur pasien, wastafel dan monitor yang akan menampilkan data-data berapa banyak tenaga kesehatan yang melakukan cuci tangan. Kata kunci : infeksi nosokkomial, hand washing, cairan cuci tangan I. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat antara satu pasien dengan pasien lainnya. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun non medis. Penyakit yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit itulah yang disebut dengan infeksi nosokomial. 1

2 Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya. Terjadinya infeksi nosokomial akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain : lama hari perawatan bertambah panjang, penderitaan bertambah, biaya meningkat. Dari hasil studi deskriptif Suwarni, A di semua rumah sakit di Yogyakarta tahun 1999 menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0% hingga 12,06%, dengan rata-rata keseluruhan 4,26%. Untuk rerata lama perawatan berkisar antara 4,3 11,2 hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari. Setelah diteliti lebih lanjut maka didapatkan bahwa angka kuman lantai ruang perawatan mempunyai hubungan bermakna dengan infeksi nosokomial. Pierce Gardner MD menyatakan dalam jurnalnya : Hospital Isolation & Precaution Guidelines bahwa infeksi yang didapat di rumah sakit dapat secara signifikan menyebabkan kecacatan dan kematian. WHO dan CDC (Centre For Disease Control & Prevention) menyatakan bahwa perawatan yang dilakukan oleh tim kesehatan sangat berhubungan erat dengan infeksi yang didapat di rumah sakit. Berdasarkan data yang didapatkan oleh Centre For Disease Control & Prevention bahwa lebih dari 2 juta rumah sakit di Amerika mendapatkan infeksi dalam 1 tahunnnya dan lebih dari 250 rumah sakit tersebut kasus infeksi menyebabkan kematian. Suatu penelitian lainnya yang yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0%. Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat kita simpulkan bahwa infeksi nosokomial akan sangat merugikan pasien, karenanya perlu dilakukan penatalaksaan yang tepat agar infeksi nosokomial ini dapat minimal atau bahkan tidak ada. Banyak jenis kuman yang 2

3 dapat ditularkan melalui jalan masuk infeksi (dapat melalui tangan, droplet atau yang lainnya) yang menjadi penyebab terjadinya infeksi nosokomial. Suatu studi menjelaskan bahwa ada 6 jenis pathogen yang salah satunya adalah MRSA dan VRE berjumlah lebih dari 2/3 dari total keseluruhan infeksi yang didapat di rumah sakit yang dapat ditransmisikan melalui tangan. Studi lainnya menunjukkan bahwa lebih dari ½ infeksi rumah sakit yang didapat dapat dicegah jika tim kesehatan mencuci tangan sesuai dengan guidelines yang telah ditetapkan oleh CDC. Menurut dr Semmelweis dalam jurnalnya yang berjudul Prevention & Control of health Care associated Infection Through Improved Hand Hygiene melakukan observasi bahwa kematian rata-rata ibu meningkat saat proses persalinan disebabkan karena dokter dan mahasiswa yang sering datang ke ruang bersalin dimana sebelumnya mempersiapkan autopsy dan meninggalkan cairan pada tangannya, selain cairan sabun saat mencuci tangan. Hipotesis beliau mengatakan bahwa Cadaverous partikel yang ditransmisikan oleh dokter dan mahasiswa dapat menyebabkan demam dan dia merekomendasikan cairan antisepsis dengan chlorinated lime solution khususnya jika dokter meninggalkan ruang autopsy. Hasil evidence base menetapkan bahwa hand rubbing yang berasal dari alcohol lebih efektif untuk menurunkan perkembangan bakteri ditangan dan crosstransmisi yang disebabkan oleh tim kesehatan dibandingkan dengan cairan sabun anti mikrobakterial. Hal ini disebabkan karena cuci tangan dengan alcohol hanya membutuhkan waktu untuk mengeringkannya, sedangkan jika menggunakan sabun membutuhkan waktu 60-90, sementara tangan yang basah dapat menumbuhkan dan menyebarkan mikroorganisma dibandingkan dengan tangan yang kering. Dari uraian diatas jelaslah bahwa perkembangan infeksi dapat diminimalisir dengan satu tindakan pencegahan yaitu dengan cuci tangan. Namun kita sadari bahwa kesadaran untuk cuci tangan belum sepenuhnya dilakukan oleh tenaga kesehatan ataupun keluarga yang berada di rumah sakit, perlu kiranya peningkatan perilaku ini dengan peringatan lisan dan motivasi tentang manfaat tindakan cuci tangan ini. Upaya untuk meningkatkan perilaku ini telah memicu beberapa tenaga ahli untuk mengembangkan suatu alat yang bertujuan untuk mengingatkan tentang perilaku ini yaitu berupa alat detector cuci tangan. Tujuan dari tulisan ini adalah memberikan gambaran tentang teknologi baru tentang alat detector cuci tangan yang diterapkan di ruang ICU RS Shands at University of Florida Medical Center in Gainesville. 3

4 II. KAJIAN LITERATUR II.1 Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah : infeksi yang didapat selama seseorang di rawat di rumah sakit. Infeksi ini dapat berasal dari diri sendiri atau berasal dari orang lain baik pasien ataupun orang yang berada di rumah sakit. Infeksi yang didapat penderita ketika penderita tersebut dirawat di rumah sakit yang bercirikan : o Tanda-tanda klinis infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan. o Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang masa inkubasi dari infeksi tersebut. o Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tandatanda klinis dari infeksi tersebut o Infeksi tersebut bukan sisa dari infeksi sebelumnya o Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial. Perkecualian : o Bila tanda-tanda infeksi sudah timbul pada masa kurang dari 3 x 24 jam sejak mulai perawatan, tergantung masa inkubasi dari masing-masing jenis infeksi. o Untuk penderita yang setelah keluar dari rumah sakit kemudian timbul tandatanda infeksi, baru dapat digolongkan sebagai infeksi nososkomial apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit. o Tidak termasuk infeksi nosokomial yaitu keracunan makanan yang tidak disebabkan oleh produk bakteri. II.2 Standar kewaspadaan terhadap infeksi Standar kewaspadaan terhadap infeksi : Antara lain : Cuci Tangan 4

5 o Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi o Segera setelah melepas sarung tangan o Di antara sentuhan dengan pasien Sarung Tangan o Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang terkontaminasi o Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka Masker, Kaca Mata, Masker Muka o Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut saat kontak dengan darah dan cairan tubuh Baju Pelindung o Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh o Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak langsung dengan darah atau cairan tubuh Kain o Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir o Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien Peralatan Perawatan Pasien o Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian dan lingkungan o Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali Pembersihan Lingkungan o Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang perawatan pasien Instrumen Tajam o Hindari memasang kembali penutup jarum bekas o Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai o Hindari membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum bekas dengan tangan o Masukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan 5

6 Resusitasi Pasien o Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk menghindari kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut o ke mulut Penempatan Pasien o Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribadi / isolasi II.3 Tatalaksana Cuci tangan di Rumah Sakit Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga hiegene dari tangan. Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar, karena banyaknya alasan seperti kurangnya peralatan, alergi produk pencuci tangan, sedikitnya pengetahuan mengenai pentingnya hal ini, dan waktu mencuci tangan yang lama. Selain itu, penggunaan sarung tangan sangat dianjurkan bila akan melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan penyakit-penyakit infeksi. Hal yang perlu diingat adalah: Memakai sarung tangan ketika akan mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin, membran mukosa dan bahan yang kita anggap telah terkontaminasi, dan segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan. Menurut E. Matthew, B.allegranzi, C.kil Patrick dalam jurnalnya yang berjudul Prevention & Control of Health care associated infections through improved hand hygiene metode cuci tangan yang benar adalah sebagi berikut : 6

7 Waktu yang digunakan dalam tindakan ini adalah mengingat masa kering cairan alcohol adalah 20-30, setelah kering maka tidak akan membuat kuman berkembang biak. Oguz Karabay, etc dalam jurnal Compliance Efficancy of Hand Rubbing during in hospital Praktice mengatakan bahwa cairan alkoloh lebih efektive penggunaannya dalam mencuci tangan. Oguz Karabay, etc dalam jurnal Compliance Efficancy of Hand Rubbing during in hospital Praktice mengatakan bahwa cairan alkohol lebih efektive penggunaannya dalam mencuci tangan. Oguz karabay juga mengemukakan 5 alasan utama bagi tenaga kesehatan untuk melakukan cuci tangan : 1. Sebelum menyentuh pasien 2. Sebelum membersihkan dengann antiseptic pada klien 3. Sesudah terxpose dengan cairan tubuh yang beresiko 4. Setelah menyentuh pasien 5. Setelah menyentuh alat-alat sekitar pasien II.4 Penggunaan Hygreen Breathalyzer sebagai detector cuci tangan Alat detector cuci tangan yang dibuat oleh system terkenal, Hygreen adalah suatu produk alat yang dapat memberikan gambaran tentang database cuci tangan dan bagaimana kontak dengan pasien sehingga supervisor dapat mengetahui database dengan cepat. Hygreen ini telah diujicoba di R. ICU neurologi di RS Shands (UF medical center). Mekanisme kerjanya adalah sebagai berikut : Tenaga kesehatan (dokter, perawat, ahli gizi, radioterapis, dll) yang akan masuk ke ruang pasien di ICU membasahi tangannya dengan sabun atau sanitizer jeli sebelum masuk ke ruang pasien dimana pada dinding dekat pasien telah dipasang sensor. Tenaga kesehatan menggunakan badge yang terdapat signal wireless yang akan berwarna hijau saat melewati sensor cuci tangan. Saat tenaga kesehatan memasuki ruangan pasien, monitor yang terpasang pada tempat tidur akan mendeteksi status badge dan akan memberikan warna hijau jika tenaga kesehatan sudah cuci tangan, jika tenaga kesehatan belum cuci tangan atau jarak waktu yang panjang setelah cuci tangan antara cuci tangan dengan keberadaan tenaga kesehatan di dekat pasien, maka badge yang digunakan pada tenaga kesehata, maka akan menimbulkan getaran (tanpa menimbulkan bunyi). 7

8 Ini adalah gambar alat hygreen hand washing detector : Pada gambar dapat terlihat 4 bagian alat dari breathalyzer hand washing dari hygreen, yang pertama adalah alat cuci tangan, tempat tenaga kesehatan cuci tangan dengan mennggunakan cairan pembersih. Cairan pembersih ini ada beberapa macam. Menurut E. Matthew, B.allegranzi, C.kil Patrick dalam jurnalnya yang berjudul Prevention & Control of Health care associated infections through improved hand hygiene dikatakan dalam jurnalnya bahwa cairan yang digunakan dalam mencuci tangan ada tiga jenis : o Menggunakan sabun detergen, cairan ini mempunyai aktivitas yang minimal dalam membunuh mikroba dan sulit menghilangkan kuman-kuman pathogen dari tangan. Selain itu juga sabun menimbulkan iritasi pada kulit dan kering yang akan memudahkan terkontaminasi dengan bakteri. o Sabun dengan formulasi antiseptic seperti chlorhexidine glukonat dan triclosan, cairan ini lebih baik disbanding dengan sabun detergen dalam menghilangkan mikroba, tetapi sangat bergantung pada cairan kimia, konsentrasi yang digunakan, waktu terexpose, suhu dan adanya bahan-bahan organic. Masa mongering cairan ini lebih lama (60-90 ) sehingga memungkinkan pertumbuhan kuman pada kondisi lembab. o Cairan dengan alcohol (etanol, isopropanolol, dll) yang mempunyai aktivitas membunuh mikroba, jamur dan beberapa virus. Alcohol yang paling efektif adalah dengan konsentrasi 75-85%, namun kurang efektif kerjanya dalam melawan beberapa virus. Sebuah studi menggunakan virus influenza A H1N1 menunjukkan bahwa penggunaan cairan alcohol sangat efektif untuk mengeliminasi virus. 8

9 Cairan alcohol ini sangat tepat jika digunakan dalam k\masa kritis (cepat). Masa kering alcohol peling cepat yaitu 20-30, sehingga tidak memberi kesempatan pada bakteri untuk berkembang biak. Menurut Ronald B turner, etc dalam jurnalnya yang berjudul Effectiveness of Hand sanitizer with or without organic acid for removal of rhinovirus menyimpulkan bahwa penggunaan alcohol akan memberikan dampak 85% dalam rangka mematikan kuman. Alat yang kedua adalah bed monitor yaitu alat untuk mengontrol apakah tenaga kesehatan sudah melakukan cuci tangan dengan baik, jika yam aka alat akan memberikan warna hijau, namun jika tenaga kesehatan tidak melakukan sesuai dengan ketentuan warna hijau tidak ada. Alat ketiga adalah hospital badge yang akan bergetar manakala perawat tidak melakukan cuci tangan dengan baik sebagai pengingat. Alat ini tidak menimbulkan bunyi karena khawatir akan mengganggu pasien yanh dirawat di rumah sakit. Alat yang keempat adalah reporting yang segera akan mendokumentasikan hasil perilaku cuci tangan yang benar. Hal-hal yang dapat didokumentasikan adlah seperti pada gambar berikut : 9

10 III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Infeksi nosokomial kerap banyak terjadi di rumah sakit, ketika daya than tubuh pasien menurun sementara kondisi lingkungan rumah sakit menjadi contributor dalam menjadi penyebab terjadinya infeksi. Infeksi ini dapat disebabkan karena kuman yang ada pada individu yang sakit ataupun orang lain yang berada di ruang rawat. Ruang ICU adalah ruang dimana kondisi pasien sangat menghawatirkan sehingga apabila tidak dijaga lingkungannya, maka dapat menyebabkan infeksi nosokonial. Pencegahan infeksi ini sangat efektive dengan melakukan cuci tangan. Sikap dan perilaku tenaga kesehatan yang kadang kadang lupa ataupun sengaja tidak melakukan cuci tangan menjadi perhatian hygreen untuk mengembangkan alat agar tindakan cuci tangan ini diberlakukan seefektif mungkin, maka alat yang dikembangkan adalah : breathalyzer reminding hand washing (alat detector cuci tangan). Alat ini dapat mengingatkan tenaga kesehatan untu melakukan cuci tangan. Alat ini juga dapat merekam data-data yang diperlukan seperti tercantum pada table diatas. Alat ini sangat efektif untuk meningkatkan perilaku cuci tangan pada tenaga kesehatan khususnya perawat sehingga akan menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial. Keuntungan alat ini juga dapa merekam beberapa data seperti : berapa banyak tenaga kesehatan yang melakukan cuci tangan, laporan ini dapat direkam berupa laporan harian, mingguan ataupun bulanan, kemudian informasi yang lain adalah berapa banyak yang melakukan cuci tangan. Kemungkinan penerapan alat ini di Indonesia sangat memungkinkan walau memang dari segi biaya operasional sangat tinggi. Tentunya tenaga yang ada perlu dipersiapkan cara pengopersionalkan alat ini dan terutama sekali maintenance alat ini harus serius dalam artian setiap individu bertanggung jawab terhadap penggunaan alat ini sehingga tidak terjadi kerusakan tanpa jelas siapa yang barus bertanggung jawab. 10

11 IV. DAFTAR PUSTAKA E. Mathai, B. Allegranzi, Kilpatrick, *D Pittet., (2010)., Prevention and Control of helath care associated infection through improved hand hygiene., Indiana Journal of Medical Microbiology.,vol28(2):100 6., diunduh pada tanggal 3 Nopember 2010 pukul Hygreen., (Juni 2009)., Real Time Monitoring of When you Washed your Hands don t Touch that Patient Until You Have Washed Your Hand. Diunduh dari pada tanggal 2 Nopember 2010 pukul Oguz Karabay, Irfan Sencan, Idris Sahra, Hacer Alpteker, Arzo Ozcan, Sukru Oksux (May, 2004). Compliance and Efficacy of Hand rubbing during in Hospital Practice. Medical Priciples and Practice diunduh dari pada tanggak 1 Nopembar Laine. M, R.N. (March, 2010) Are hand Sanitizer Better Than Handwashing Against the Common Cold?. Scince Daily., diunduh dari diunduh pada tanggal nop 2010 pukul Pierce Gardness, MD; Sylvia Breton, R.N and Diana G. Carles, R.N.,Hospital Isolation and Precaution Guidelines.,Departemen of Pediatric and Medicine Children s Hospital Medical Centre and the Departement of Pediatric and Medicine Children s Hospital. Harvard Medical School, Boston. Pediatric Official Journal of the pediatrics. Vo.53/5, march 2000 diunduh dari pada tanggal 4 Nopember 2010 pukul Ronald B Turner., Janice L Fuls., Nancy D Roger., (March, 2010)., Effectiveness of hand sanitizer with & without organic acid for removal of rhinovirus., American Society For Microbiology VOL 12. NO 9. Diunduh tanggal 1 Nopember 2010 dari ehost/ resultsadvanced? vid=4&hid=113&sid Roy B jay., et.al., (June, 2009)., Soap-Sniffing Technology Encorages Hand Washing to reduce Hospital-Acquires Infections, Save Infection, Save Money., Science Daily., diunduh dari diunduh pada tanggal nop 2010 pukul

12 Tarwoto, Watona;(2006) Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan., Jakarta, Salemba Medika Victor Rhee, MHS;Luke C. Mullany Phd; Subama K. Khatny MBBS., et.all., (Juli, 2008) Maternal and Birth attendant Hand Washing and Neonatal Mortality in Southern Nepal., achieves of Pediatrics and adolescent median., vol. 162 no. 7. Diunduh dari pada tanggal 1 Nopember 2010 pukul Wayne, R.N. (Oct, 2009). Is The Person Next to you washing their hands with soap??., Science Daily., diunduh dari diunduh pada tanggal nop 2010 pukul