BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan adalah keadaan patologis penimbunan lemak berlebihan pada jaringan tubuh akibat ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi (Brown et al., 2011). Penyebab obesitas bersifat multifaktor, meliputi faktor genetik, lingkungan, dan perilaku. Obesitas tidak akan terjadi hanya karena faktor genetik tanpa kontribusi perubahan lingkungan makanan (Spiegelman & Flier, 2001). Obesitas merupakan respons normal tubuh terhadap lingkungan yang obesogenik (Dufour, 1997; Egger & Swinburn, 1997). Teori ekologi sosial menunjuk home food environment (lingkungan makanan rumah) menjadi salah satu lingkungan yang paling berpengaruh terhadap asupan makan terkait kejadian obesitas pada anak (Flynn et al., 2006; Campbell et al., 2007; Rosenkranz & Dzewaltowski, 2008). Sebagian besar (dua per tiga) makanan dalam sehari yang dikonsumsi anak berasal dari rumah (Adair & Popkin, 2005; Poti & Popkin, 2011). Bagi anak, lingkungan rumah dan keluarga merupakan tempat yang paling penting dalam menyediakan makanan (Kumanyika, 2008) serta membentuk kebiasaan dan kesukaan makanan (Golan & Weizman, 1998; Birch & Davidson, 2001). Salah satu aspek fisik dari home food environment yang berkaitan erat dengan status berat badan anak prasekolah (Lindsay et al., 2006) adalah ketersediaan makanan di rumah (Gattshall et al., 2008). Anak prasekolah yang obesitas cenderung memiliki ketersediaan sayuran dan buah segar dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan anak prasekolah dengan status gizi normal (Boles et al., 2013). Asupan makan anak berhubungan positif dengan ketersediaan makanan sehat (sayuran dan buah) atau pun makanan tidak sehat di rumah (makanan tinggi energi minuman manis, soft drink) (Cullen et al., 2003; Grimm et al., 2004; Campbell et al., 2007; Spurrier et al., 2008; Ding et

2 al. 2012). Sementara itu, ketersediaan makanan tidak sehat dapat meningkatkan asupan energi serta mengurangi konsumsi sayuran dan buahbuahan (Vereecken et al., 2010). Pergeseran kondisi sosial dan ekonomi turut mengubah kondisi lingkungan rumah, seperti frekuensi makan bersama keluarga dan role model orangtua dalam berperilaku makan sehat (Lystle et al., 2011). Keduanya merupakan penyusun aspek sosial-budaya home food environment (Brown & Ogden, 2004; Golan et al., 2006) yang sangat terkait dengan asupan makan (Granner et al., 2004) dan sangat penting sebagai usaha pencegahan obesitas pada anak (Rosenkranz & Dzewaltowski, 2008; Berge et al., 2014). Pasalnya, anak usia prasekolah cenderung melihat perilaku makan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh orangtuanya (Oliveria et al., 1992). Aspek fisik dan sosial-budaya penyusun home food environment akan berinteraksi satu sama lain membentuk kebiasaan makan (Patrick & Nicklas, 2005) kemudian memengaruhi status gizi anak (Couch et al., 2014). Prevalensi overweight dan obesitas anak (usia kurang dari 5 tahun) di dunia meningkat pada tahun 2010 dan tren peningkatan diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2020 (Onis et al., 2010). Kecenderungan peningkatan prevalensi kegemukan pada anak sudah menjangkit negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar RI menyatakan prevalensi kasus kegemukan pada anak secara nasional mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2013 (Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan, 2014). Sementara itu, Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memiliki prevalensi kegemukan pada anak cukup tinggi, yaitu sebesar 8,98% (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2014). Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, semakin banyak ditemui anak prasekolah yang mengalami kegemukan khususnya di Kota Yogyakarta. Masalah kegemukan pada anak harus segera ditangani karena menjadi prediktor kuat (Brisbois et al., 2012) dan penyebab potensial kejadian obesitas di usia dewasa (Biro & Wien, 2010), meningkatkan risiko kejadian sindrom metabolik, diabetes melitus tipe 2 (Biro & Wien, 2010), hipertensi, disregulasi

3 endokrin (Saha et al., 2011), dislipidemia, disfungsi endotelial, asma, beberapa jenis kanker, kematian lebih awal, serta penurunan kualitas hidup (Ebbeling et al., 2002). Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin mengungkap keterkaitan home food environment sebagai faktor risiko kejadian kegemukan pada anak prasekolah di Kota Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, perumusan masalah pada penelitian ini antara lain: 1. Apakah anak prasekolah yang gemuk lebih banyak tinggal di rumah yang memiliki status ketersediaan makanan kategori tidak sehat? 2. Apakah anak prasekolah yang gemuk lebih jarang makan bersama di rumah? 3. Apakah anak prasekolah yang gemuk lebih banyak tinggal bersama ibu yang berperilaku makan tidak sehat? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui home food environment sebagai faktor risiko terjadinya kegemukan pada anak prasekolah di Kota Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui apakah status ketersediaan makanan tidak sehat merupakan faktor risiko terjadinya kegemukan pada anak prasekolah di Kota Yogyakarta. b. Mengetahui apakah frekuensi makan bersama yang jarang merupakan faktor risiko terjadinya kegemukan pada anak prasekolah di Kota Yogyakarta. c. Mengetahui apakah perilaku makan ibu yang tidak sehat merupakan faktor risiko terjadinya kegemukan pada anak prasekolah di Kota Yogyakarta.

4 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Daerah a. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan program untuk menciptakan home food environment yang sehat bagi masyarakat. b. Sebagai masukan terhadap pengelolaan program gizi agar melibatkan peran keluarga dalam usaha penanggulangan kasus kegemukan pada anak prasekolah. c. Sebagai bahan pertimbangan evaluasi pelaksanaan program gizi masyarakat terkait penanggulangan kegemukan pada anak prasekolah. 2. Bagi Institusi Pendidikan Menambah referensi tentang pengaruh home food environment (status ketersediaan makanan, frekuensi makan bersama, perilaku makan ibu) terhadap kejadian kegemukan pada anak prasekolah. 3. Bagi Institusi Penentu Kebijakan Sebagai dasar penentuan kebijakan penanggulangan kegemukan pada anak prasekolah melalui pendekatan keluarga dan menciptakan home food environment yang sehat. 4. Bagi Orangtua (Subjek Penelitian) a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran orangtua dalam menciptakan home food environment yang sehat bagi anak prasekolah. b. Sebagai bahan referensi agar orangtua mampu menjadi role model penerapan pola hidup sehat di rumah. 5. Bagi Peneliti Menambah pengalaman penelitian di lapangan dan menambah wawasan tentang home food environment dengan kejadian kegemukan pada anak prasekolah.

5

6