Legalisasi perusahaan sawit melalui Holding Zone dalam Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau (RTRWP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Legalisasi perusahaan sawit melalui Holding Zone dalam Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau (RTRWP)"

Transkripsi

1 Legalisasi perusahaan sawit melalui Holding Zone dalam Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau (RTRWP) Area tak dibebankan izin di 17 kebun sawit bukanlah lahan peruntukan rakyat Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan Maret 2018 Eyes on The Forest (EoF) merupakan koalisi LSM di Riau, Sumatra: WALHI Riau, Jikalahari Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau dan WWF-Indonesia Program Sumatra Tengah. EoF juga membentuk jaringan kelompok anggota di Sumatra (KKI Warsi) dan Kalimantan : Environmental Law Clinic, Lembaga Gemawan, JARI Indonesia Borneo Barat, Kontak Rakyat Borneo, POINT, Swandiri Institute, Yayasan Titian, Gapeta Borneo dan WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat. EoF memonitor deforestasi dan status dari hutan alam yang tersisa di Sumatra dan Kalimantan dan mendiseminasi informasi secara luas. Untuk lebih banyak informasi tentang Eyes on the Forest, sila kunjungi: Website EoF: EoF website: editor(at)eyesontheforest.or.id

2 Sampul depan Peta hasil investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest pada usulan Holding Zone pada Ranperda RTRWP Riau , ditemukan kebun sawit yang berumur lebih kurang 20 tahun milik PT Torganda kebun Rantau Kasai. Ini hasil analisis citra landsat 2015 dan pemantauan di lapangan diperkirakan luasnya mencapai ha, dimana ha termasuk Holding Zone (kawasan belum dibebankan izin) yang diusulkan melalui Ranperda RTRWP Riau sebagai peruntukan perkebunan rakyat di Desa Desa Rantau Kasai Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu. 2

3 RINGKASAN EKSEKUTIF Koalisi Eyes on the Forest dan Jikalahari melakukan analisa terhadap lahan yang dipertanyakan legalitasnya seluas hektar dari total hektar yang diusulkan sebagai Holding Zone berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/ /PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Penyelesaian Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dari hektar, DPRD Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan kawasan perkebunan rakyat seluas ha. Tim Jikalahari dan Eyes on the Forest (EoF) melakukan kajian dan pemantauan lapangan di 17 lokasi Holding Zone yang diusulkan sebagai perkebunan rakyat, dengan mengumpulkan data dan bukti apakah pada areal usulan Holding Zone tersebut telah dikuasai oleh masyarakat atau pihak perusahaan / cukong sawit. Holding Zone merupakan kawasan dalam tata ruang wilayah yang belum dibebankan izin. Indikasi adanya motif di balik sikap pansus yang bersikukuh mengusulkan Holding Zone seluas ha sebagai alternatif penyelesaian RTRWP Riau kemudian terjawab. Hasil investigasi EoF dan Jikalahari menunjukkan bahwa dari ha Holding Zone yang diinvestigasi seharusnya diperuntukkan bagi perkebunan rakyat, ternyata dimiliki oleh 4 perusahaan, 10 pemodal dan 3 kerjasama perusahaan kebun kelapa sawit dengan KUD dalam bentuk Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA). Atas berbagai kejanggalan dan ilegalitas di lapangan, maka Jikalahari dan EoF meminta Mendagri menolak Ranperda RTRWP Riau dan memerintahkan Gubernur Riau membahas ulang proses penyusunan, pembahasan, pengesahan dan penetapan RTRWP Riau dengan melibatkan publik. EoF juga meminta Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan secara substansial tidak menyetujui Holding Zone seluas ha karena bertentangan dengan PP 104/2015 Tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan. 3

4 PENDAHULUAN Pada September 2017, Gubernur Riau menyerahkan laporan Hasil Kerja Panitia Khusus Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Riau Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Riau Dalam dokumen tersebut disampaikan bahwa salah satu permasalahan besar yang dialami oleh Pansus terkait RANPERDA RTRWP adalah tidak diakomodirnya rekomendasi dari Tim Terpadu RTRWP untuk perubahan menjadi Kawasan Bukan Hutan seluas 2,7 juta hektar. Sementara berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 903/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2016, 07 Desember 2016 tentang Kawasan Hutan di Propinsi Riau hanya mengakomodir perubahan peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan sekitar 1,7 juta hektar. Tim Kerja Panitia Khusus Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Riau Tentang RTRWP Riau kemudian merumuskan tiga opsi penyelesaian RTRWP Riau, antara lain; 1. Status kawasan dituntaskan terlebih dahulu baru Rancangan Peraturan Daerah (RANPERDA) RTRWP Riau dibahas, kalau jalur penyelesaian ini yang ditempuh, Panitia Khusus (Pansus) menilai membutuhkan waktu panjang dalam penyelesaian RTRWP Riau, karena harus menunggu keputusan MenLHK terkait dengan perubahan peruntukan kawasan hutan, mengingat hal tersebut merupakan kewenangan Menteri LHK, bersumber dari ketentuan Pasal 1 Ayat 3 UU 41/ 1999 yang menyatakan: Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap, frasa pemerintah dalam norma pasal 1 ayat 3 UU 41/1999 tersebut diatribusikan pada Menteri Kehutanan melalui instrumen keputusan (beschikking). 2. Berdasarkan hasil pertemuan yang dilakukan Pansus bersama Pemerintah Daerah Riau dengan Menteri Agraria/ATR, Kepala BPN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Komisi Ombudsman RI, disimpulkan bahwa persoalan RTRWP Riau akan dibahas dalam rapat kabinet Pemerintahan Joko Widodo. Namun Pansus menilai upaya tersebut juga akan memerlukan waktu yang cukup panjang. 3. Penyelesaian RTRWP Riau dilakukan berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/ /PBP-41/II/2016 tentang Permasalahan Pelayanan Publik di Provinsi Riau pasca terbitnya Keputusan MenLHK SK.673/Menhut-II/2014 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.878/Menhut-II/2014. Rekomendasi Ombudsman RI adalah meminta MenLHK, dan Pemerintah Prov Riau agar melakukan percepatan pembentukan RTRWP Riau, dengan menetapkan selisih/gap luas areal antara luas yang direkomendasikan Tim Terpadu dengan jumlah luas yang ditetapkan dalam Keputusan SK.673/Menhut-II/2014 dan Keputusan 878/2014 sebagai HOLDING ZONE dalam Perda RTRWP Riau, sebelum terbitnya keputusan pengganti kawasan hutan Prov Riau. Dalam laporan tersebut juga dijelaskan bahwa rekomendasi Ombudsman ini sejalan dengan poin ke empat Instruksi Presiden Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Penyelesaian Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota, dimana MenLHK memberikan fasilitasi dalam pengintegrasian dan pengharmonisasian kawasan hutan pada rencana tata ruang wilayah provinsi ke dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang belum ditetapkan peruntukan ruangnya (Holding Zone) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan alternatif penyelesaian sebagaimana yang diuraikan di atas, maka Tim Kerja Panitia Khusus Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Riau Tentang RTRWP Riau

5 menilai alternatif penyelesaian yang dapat ditempuh adalah rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/ /PBP-41/II/2016. Menjadi pertanyaan besar ketika pansus bersikukuh untuk memilih Holding Zone sebagai alternatif penyelesaian RTRWP Riau. Apa indikasi motif Pansus RANPERDA RTRWP Riau tetap ngotot mengusulkan areal sisa atau selisih (gap) luas areal antara luas hasil kajian dan rekomendasi Tim Terpadu (2,7 juta hektar) dengan jumlah luas yang ditetapkan dalam Keputusan SK.673/Menhut- II/2014 dan Keputusan 878/2014 (± 1.6 juta hektar) sebagai Holding Zone? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Jikalahari dan Eyes on the Forest melakukan investigasi dan menelusuri fakta apa yang terjadi di balik usulan Holding Zone pada areal sisa/gap seluas lebih kurang hektar dalam RANPERDA RTRWP Riau. 5

6 Temuan Hasil Investigasi Pada Oktober-Desember 2017, Jikalahari dan Eyes on the Forest secara terpisah melakukan pengamatan di lapangan pada areal Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat sekitar total hektar. Dari pengamatan lapangan, Jikalahari dan Eyes on the Forest menemukan fakta bahwa kebun sawit tersebut berada di dalam kawasan hutan. Ironisnya lagi, kebun sawit dalam Holding Zone yang seharusnya diperuntukan bagi perkebunan rakyat malah bukan dimiliki oleh rakyat atau masyarakat pada umumnya melainkan dimiliki oleh perusahaan, pemodal dan kerjasama perusahaan kebun kelapa sawit dengan KUD dalam bentuk Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA). Tim Jikalahari dan Eyes on the Forest (EoF) melakukan kajian dan pemantauan lapangan di 17 lokasi Holding Zone yang diusulkan sebagai perkebunan rakyat, mengumpulkan data dan bukti apakah pada areal usulan Holding Zone tersebut telah dikuasai oleh masyarakat atau pihak perusahaan atau cukong sawit. Peta 1. Target lokasi investigasi EoF dan Jikalahari pada Holding Zone usulan Ranperda RTRWP Riau peruntukan perkebunan rakyat sekitar hektar. Temuan ini mengindikasikan bahwa DPRD dan Pemerintah Provinsi Riau memberikan kesempatan dan ruang melegalkan sawit yang sudah dikembangkan dalam kawasan hutan melalui Holding Zone. Hal ini jelas melanggar beberapa peraturan di Indonesia yang melarang pengembangan kebun sawit di dalam kawasan hutan, yakni : Undang-undang No. 18/2013 Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan Pasal 17, (2) Setiap orang dilarang: b. melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di dalam kawasan hutan; 6

7 Undang-undang No 41/1999 Kehutanan Pasal 50, (3) Setiap orang dilarang: a. mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah; dimana yang dimaksud dengan mengerjakan kawasan hutan adalah mengolah tanah dalam kawasan hutan tanpa mendapat izin dari pejabat yang berwenang, antara lain untuk perladangan, untuk pertanian, atau untuk usaha lainnya. Diperkirakan total areal Holding Zone yang teridentifikasi hasil investigasi EoF dan Jikalahari adalah hektar yang secara keseluruhan telah ditanami sawit. Fungsi kawasan hutan pada areal yang diusulkan Holding Zone adalah HPT (Hutan Produksi Terbatas), HP (Hutan Produksi Tetap) dan HPK (Hutan Produksi dapat dikonversi). Dari ha Holding Zone yang diinvestigasi EoF dan Jikalahari, ditemukan ada 4 perusahaan, 10 pemodal dan 3 koperasi kerjasama perusahaan kebun kelapa sawit dengan KUD dalam bentuk Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA). Tabel 1. Temuan Jikalahari dan Eyes on the Forest terhadap kepemilikan lahan Holding Zone pada Ranperda RTRWP Riau No Luas Holding Zone Tumpang susun Kawasan Hutan SK 903/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2017 pada usulan Holding Zone Ranperda RTRWP Riau HP HPT HPK HL Pemilikan Luas kebun HP HPT HPK HL 1 9,868 9,868 PT Andika Pratama Sawit Lestari 6,455 6,455 KA ,979 9,979 PT Torganda - Rantau Kasai 12, , ,903 1,903 PT Pedasa Enam Utama 11, , PT Bina Fitri Jaya 3, ,353 2,353 PT Tasma Puja 1, , ,940 2,940 MK ,564 2,564 ANG 1,856 1, YD , KUD Sahabat Lestari 1, Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri ,546 3,546 TM 1,461 1, HB ,537 1, HA 1,537 1, HS AB DP AR ,109 16,280 6,507 17,322-45,071 11,639 4,353 21, Luas berdasarkan analisis citra, wawancara, & pengamatan di lapangan Dari tabel diatas menjelaskan bahwa Eyes on the Forest dan Jikalajari telah melakukan pemantauan terhadap ha Holding Zone yang diusulkan dalam Ranperda RTRWP Riau , dimana Holding Zone jika dioverlay (tumpang susun) dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, berada pada Hutan Produksi Tetap (HP) sekitar ha, Hutan Produksi Terbatas ha dan sekitar ha pada Hutan Produksi dapat dikonversi (HPK). Dari ha Holding Zone yang disurvey, hasil analisis citra 2015, wawancara dan pengamatan di lapangan, luas kebun yang teridentifikasi pada Holding Zone yang diusulkan dalam Ranperda RTRWP Riau maupun di luar Holding Zone mencapai ha. Artinya ditemukan kebun sawit melebihi areal Holding Zone yang diusulkan. Misalnya PT Torganda Kebun Rantau Kasai, Holding Zone yang diusulkan hanya ha, namun berdasarkan hasil analisis citra 2015, wawancara dan pengamatan di lapangan luas PT Torganda kebun Rantau Kasai mencapai ha. Jika ditumpang susun (overlay) kebun sawit dalam Holding Zone maupun di luar Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, maka kebun sawit yang teridentifikasi berada pada Hutan Produksi Tetap (HP) sekitar ha, Hutan Produksi Temuan Tumpang susun kebun sawit pada usulan Holding Zone Ranperda RTRWP Riau dengan Kawasan Hutan SK 903/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2017 7

8 Terbatas ha dan sekitar ha pada Hutan Produksi dapat dikonversi (HPK) dan Hutan Lindung 549 ha. Berikut penjelasan masing-masing perusahaan dan pengusaha kebun sawit yang arealnya berada dalam usulan Holding Zone pada Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau PT ANDIKA PRATAMA SAWIT LESTARI DAN LAHAN Inisial Milik KA Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Riau , Pemerintah Provinsi Riau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas ha, dimana ha diantaranya berada di wilayah administratif Desa Bonai Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu. Hasil investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada kawasan usulan Holding Zone tersebut, ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 7 tahun milik KA seluas 614 ha dan PT Andika Pratama Sawit Lestari seluas ha (total ha). Beberapa titik koordinat lokasi kebun sawit milik KA dan PT Andika Pratama Sawit Lestari adalah; 1 19'47.82" N '24.39" E, 1 18'46.22" N '56.85"E, 1 17'19.30"N '35.74"E. Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, jika ditumpangsusun dengan usulan Holding Zone RTRWP Riau dan perkebunan milik KA serta PT Andika Pratama Sawit Lestari menunjukkan bahwa Holding Zone dan kebun sawit milik KA serta kebun PT Andika Pratama Sawit Lestari berada pada Kawasan Hutan Produksi yang berfungsi sebagai Hutan Produksi Tetap. Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan indikasi bahwa usulan Holding Zone oleh Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau dalam Ranperda RTRWP Riau , Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat ternyata diindikasikan untuk kepentingan atau peruntukan bagi perusahaan sawit PT Andika Pratama Sawit Lestari dan pemodal KA yang telah mengembangkan sawit dalam kawasan hutan. 8

9 Peta 2. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-5) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 7 tahun milik KA seluas 614 ha dan PT Andika Pratama Sawit Lestari seluas ha (total ha) dari ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Bonai Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu. 2. PT TORGANDA - RANTAU KASAI Berdasarkan Ranperda RTRWP Riau , PT Torganda kebun Rantau Kasai seluas hektar di wilayah administrasi Desa Rantau Kasai, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu diindikasikan kuat merupakan bagian usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas hektar. Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone di wilayah administrasi Desa Rantau Kasai, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang 20 tahun milik PT Torganda Rantau Kasai dan memiliki luas berdasarkan analisis citra landsat seluas ha. Dari total kebun PT Torganda kebun Rantau Kasai terdapat hektar merupakan usulan Holding Zone. Beberapa titik koordinat lokasi PT Torganda kebun Rantau Kasai yang teridentifikasi adalah; 1 15'32.91"N '34.18"E, 1 15'34.45"N '8.01"E, 1 16'6.22"N '46.18"E, 1 16'41.80"N '59.30"E, 1 19'16.55"N '18.01"E, 1 14'35.45"N '33.93"E. Analisis tumpang susun kebun sawit PT Torganda kebun Rantau Kasai dan usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau dan perkebunan PT Torganda Rantau Kasai berada pada HPK seluas ha dan HPT 916 ha. 9

10 Hasil investigasi dan pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa Holding Zone yang dialokasikan sebagai perkebunan rakyat ternyata diindikasikan untuk kepentingan bagi perusahaan PT Torganda kebun Rantau Kasai yang telah mengembangkan kebun sawit dalam kawasan hutan. Peta 3. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 20 tahun milik PT Torganda Rantau Kasai seluas ha dari ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Desa Rantau Kasai Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu. 3. PT PEDASA ENAM UTAMA Data BPN yang diterima EoF tahun 2016 PT Pedasa Enam Utama memiliki HGU seluas hektar. Berdasarkan analisa citra landsat 2015 diperkirakan total areal PT Pedasa Enam Utama seluas hektar. Terdapat tanaman sawit di luar HGU seluas ha yang kemudian melalui Ranperda RTRWP Riau , Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas ha yang berada pada areal kebun PT Pedasa Enam Utama di wilayah administrasi Desa Bandur Picak, Gunung Malelo dan Gunung Bungsu Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar. Berdasarkan investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone tersebut, ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang 18 tahun milik PT Pedasa Enam Utama (KOKAR) seluas ha. Beberapa titik koordinat lokasi ke PT Pedasa Enam Utama yang berasa pada usulan Hodling Zone antara lain; 0 30'50.04"N '25.38"E, 0 30'14.54"N '25.02"E, 0 28'46.27"N '56.99"E, 0 28'55.67"N '31.98"E, 0 28'20.28"N '30.14"E, 0 28'23.27"N '34.66"E. Analisis tumpang susun usulan Holding Zone dan kebun sawit PT Pedasa Enam Utama yang berada pada usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 10

11 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau dan perkebunan PT Pedasa Enam Utama (KOKAR) pada Holding Zone berada pada HPK. Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat diindikasikan bukan untuk rakyat namun proses legitimasi bagi PT Pedasa Enam Utama yang telah mengembangkan sawit dalam kawasan hutan. Peta 4. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-6) menunjukkan terdapat kebun sawit yang berumur lebih kurang 18 tahun milik PT Pedasa Enam Utama (KOKAR) seluas ha, diantaranya ha termasuk yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat. 4. PT BINA FITRI JAYA PT Bina Fitri Jaya memiliki HGU seluas ha, jika berdasarkan analisis citra landsat 2015, keseluruhan luas kebun PT Bina Fitri Jaya mencapai hektar. Berdasarkan Ranperda RTRWP Riau , kebun di luar HGU PT Bina Fitri Jaya termasuk sebagai usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas 575 ha. Kebun PT Bina Fitri Jaya berada di wilayah administratif Desa Koto Garo, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar. Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone tersebut, ditemukan kebun sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang tahun milik PT Bina Fitri Jaya. Temuan PT Bina Fitri Jaya berada titik koordinat antara lain 0 46'38.18"N '25.14"E, 0 46'10.71"N '59.19"E, 0 45'58.81"N '2.65"E, 0 45'41.63"N '14.69E, 0 45'41.72"N '15.02"E dan 0 45'19.08"N '42.42"E. Analisis tumpang susun usulan Holding Zone dan kebun sawit PT Bina Fitri Jaya yang berada pada usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau

12 2037 dan perkebunan PT Bina Fitri Jaya pada Holding Zone berada pada Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone diindikasikan bukan untuk perkebunan rakyat tetapi untuk proses legitimasi perusahaan PT Bina Fitri Jaya yang telah telanjur mengembangkan sawit dalam kawasan hutan. Peta 5. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-5) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang tahun milik PT Bina Fitri Jaya yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat. 5. PT TASMA PUJA Berdasarkan Ranperda RTRWP Riau , Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat diantaranya ha berada di wilayah administratif Desa Anak Talang, Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu. Hasil investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Hoding Zone tersebut, ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 8 tahun milik PT. Tasma Puja seluas ha. Hal ini menunjukkan dari hektar usulan Holding Zone sekitar hektar dikuasai atau telah merupakan kebun sawit PT Tasma Puja. Beberapa titik koordinat lokasi Holding Zone yang merupakan kebun sawit PT Tasma Puja; 0 48'44.57"S 102 8'24.14"E, 0 48'34.57"S 102 8'35.35"E, 0 48'55.09"S 102 9'11.56"E, 0 49'6.08"S '31.59"E dan 0 48'52.02"S '57.19"E. Jika ditumpangsusun (overlay) usulan Holding Zone yang telah dikuasai atau ditanami sawit oleh PT Tasma Puja dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau dan perkebunan PT. Tasma Puja merupakan HPK seluas ha dan HPT lebih kurang 91 ha. 12

13 Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat diindikasikan bukan untuk perkebunan rakyat Desa Anak Talang, Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu, akan tetapi untuk proses legitimasi PT Tasma Puja yang telah telanjur menanam kelapa sawit pada kawasan hutan. Peta 6. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-5) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 8 tahun milik PT. Tasma Puja seluas ha dari ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Anak Talang Kecamatan Batang Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu. 6. MEROKE Pada Ranperda RTRWP Riau , Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas ha berada di wilayah administratif Desa Serosah, Kecamatan Hulu Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi. Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone tersebut, pada usulan Holding Zone ditemukan kebun kelapa sawit milik PT Meroke seluas 481 ha yang diperkirakan berumur kurang 1 tahun. Beberapa titik koordinat usulan Holding Zone yang telah ditanami kelapa sawit oleh PT Meroke; 0 33'29.10"S '48.97"E, 0 33'33.55"S '12.77"E, 0 34'49.92"S '19.26"E dan 0 34'42.04"S '7.13"E. Analisis tumpang susun usulan Holding Zone yang telah ditanami oleh PT Meroke dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau yang telah ditanami kebun sawit oleh PT Maroke merupakan kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT). 13

14 Investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat ternyata diindikasikan untuk pemodal atau perusahaan yang salah satunya PT Meroke yang telah menanami kebun sawit seluas 481 ha pada kawasan hutan dan bukan untuk perkebunan rakyat sebagaimana didalam Ranperda RTRWP Riau Peta 7. Temuan EoF (foto 1-4) menunjukkan kebun sawit yang berumur kurang 1 tahun milik PT Maroke seluas 481 ha dari ha yang diusulkan sebagai Holding Zone Peruntukan perkebunan rakyat di Desa Serosah Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. Berdasarkan hasil analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone merupakan Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT). 7. ANG Di wilayah administratif Desa Giri Sako, Kecamatan Logas Tanah Darat, Kabupaten Kuantan Singingi merupakan salah satu lokasi usulan Holding Zone berdasarkan Ranperda RTRWP Riau seluas ha. Pada Oktober 2017, Eyes on the Forest melakukan investigasi pada usulan Holding Zone tersebut dan menemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang 15 tahun milik pemodal atau cukong berinisial ANG seluas ha. Beberapa lokasi kebun sawit milik ANG pada usulan Holding Zone yang teridentifikasi; 0 7'34.34"S '0.26"E, 0 7'15.36"S '51.79"E, 0 7'42.35"S '14.15"E, 0 7'44.60"S '0.71"E, 0 8'27.59"S '47.63"E, 0 9'6.74"S '11.94"E, 0 9'47.42"S '31.29"E dan 0 10'31.52"S '10.48"E. Tumpang susun usulan Holding Zone dan kebun sawit milik ANG di usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa 14

15 usulan Holding Zone RTRWP Riau dan kebun sawit milik ANG berada pada kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF pada usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di wilayah administratif Desa Giri Sako, Kecamatan Logas Tanah Darat, Kabupaten Kuantan Singingi, menunjukkan bahwa ternyata Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat bukan untuk rakyat, akan tetapi peruntukan proses legitimasi kebun sawit pemodal ANG yang telanjur ditanam dalam kawasan hutan. Peta 8. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-8) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 15 tahun milik ANG seluas ha dari ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Giri Sako Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi. Berdasarkan hasil analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone dan kebun sawit milik ANG berada dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT). 8. PT YONDRA Usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat pada Ranperda RTRWP Riau salah satunya areal seluas 428 ha yang terletak di wilayah administrasi Desa Ulo Mudik, Kecamatan Hulu Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi. Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Hoding Zone tersebut, ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur antara 3-10 tahun milik PT Yondra seluas 428 ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun sawit pada usulan Holding Zone yang teridentifikasi adalah; 0 36'0.10"S '12.81"E, 0 35'29.48"S '54.60"E, 0 35'59.60"S, '1.85"E 0 36'16.62"S, '3.33"E dan 0 36'17.87"S, '14.03"E. Jika ditumpangsusun (overlay) usulan Holding Zone dan kebun sawit milik PT Yondra pada usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/

16 menunjukkan bahwa kebun sawit temuan investigasi pada usulan Holding Zone RTRWP Riau berada kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Kuat dugaan dari hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF bahwa usulan Holding Zone pada Ranperda RTRWP Riau hanya proses legitimasi kebun sawit yang telanjur ditanam pada kawasan hutan oleh PT Yondra. Hasil investigasi Jikalahari dan EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di wilayah administrasi Desa Ulo Mudik, Kecamatan Hulu Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi bukan untuk rakyat, namun bagi perusahaan PT Yondra. Peta 9. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-5) menunjukkan kebun sawit yang berumur antara 3-10 tahun milik PT Yondra seluas 428 ha dari 428 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Ulo Mudik Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. Berdasarkan hasil analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone merupakan kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT). 9. KUD SAHABAT LESTARI Di wilayah administrasi Desa Koto Garo, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar merupakan salah satu usulan Holding Zone berdasarkan Ranperda RTRWP Riau seluas ha. Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat. Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone tersebut, ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 15 tahun milik KUD Sahabat Lestari seluas ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun sawit yang teridentifikasi pada usulan Holding Zone; 0 43'22.00"N '39.89"E, 0 42'34.26"N '11.42"E, 0 41'40.44"N '11.20"E, 0 41'18.77"N '11.29"E, 0 43'4.47"N '15.55"E, 0 42'15.84"N '16.17"E, 0 41'44.84"N '16.61"E, 0 41'16.87"N '28.75"E. 16

17 Hasil overlay atau tumpang susun kebun sawit milik KUD Sahabat Lestari di usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau dan perkebunan KUD Sahabat Lestari berada pada Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 677 ha dan Kawasan Hutan Produksi dapat dikonversi (HPK) seluas 902 ha. Kuat dugaan dari hasil investigasi dan hasil pemetaan oleh EoF, usulan Holding Zone merupakan proses legitimasi kebun sawit KUD Sahabat Lestari yang telanjur menanam di kawasan hutan. Peta 10. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-8) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 15 tahun milik KUD Sahabat Lestari seluas ha dari ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Koto Garo, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar. 10. KOPERASI SENTRAL TANI MAKMUR MANDIRI Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri adalah koperasi yang bekerjasama perusahaan kelapa sawit PT Agro Mandiri dalam program pola KKPA. Berdasarkan Ranperda RTRWP Riau , Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas 485 hektar di areal KKPA PT Agro Mandiri dan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri atau sekitar 686 ha di wilayah administrasi Desa Kepau Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone tersebut, ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang 8 tahun milik PT Agro Abadi yang bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri. Berdasarkan analisis citra landsat 17

18 2015 luas areal PT Agro Abadi yang bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri adalah 686 ha. Dimana 485 ha berada pada usulan Holding Zone. Beberapa titik koordinat lokasi kebun yang teridentifikasi berasa pada usulan Holding Zone; 0 15'49.69"N '29.34"E, 0 16'24.19"N '22.89"E dan 0 16'8.11"N '2.19"E. Analisis tumpang susun usulan Holding Zone dan kebun sawit PT Agro Abadi yang bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau dan PT Agro Abadi yang bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri berada pada kawasan hutan Produksi Tetap (HP). Dari hasil investigasi analisis pemetaan oleh EoF mengindikasikan bahwa Holding Zone di dalam Ranperda RTRWP Riau peruntukan perkebunan rakyat di wilayah administrasi Desa Kepau Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar untuk proses legitimasi PT Agro Abadi yang bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri. Peta 11. Temuan EoF (foto 1-3) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 8 tahun milik PT Agro Abadi yang bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri seluas 686 ha dari 485 yang diusulkan sebagai Holding Zone Peruntukan Perkebunan Rakyat di Desa Kepau Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Berdasarkan hasil analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone merupakan kawasan hutan Produksi Tetap (HP). 11. TM Di wilayah administrasi Desa/Kelurahan Basillam Baru, Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai terdapat usulan Holding Zone seluas ha berdasarkan Ranperda RTRWP Riau Hasil investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada kawasan yang diusulkan sebagai Holding Zone tersebut ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 20 tahun, milik pengusaha atau cukong berinisial TM seluas ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun sawit tersebut adalah 1 48'47.65"N '48.52"E, 1 48'48.22"N '0.20"E, 18

19 1 48'14.26"N '58.51"E, 1 48'48.84"N '29.56"E, 1 48'45.27"N '13.24"E dan 1 48'19.43"N '23.99"E. Jika ditumpang susun (overlay) kebun sawit milik TM di usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone pada RTRWP Riau dan kebun kelapa sawit milik TM berada di kawasan Hutan Produksi Tetap (HP). Kebun sawit milik TM sekitar 841 ha berada pada usulan Holding Zone dan 620 ha berada di luar Holding Zone. Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone bukanlah peruntukan perkebunan rakyat namun indikasi kuat untuk kepentingan pemodal atau cukong yang telah telanjur mengembangkan kebun sawit dalam kawasan hutan. Peta 12. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 20 tahun milik TM seluas ha, dimana 841 hektar bagian dari usulan Holding Zone seluas ha peruntukan perkebunan rakyat di Desa /Kelurahan Basillam Baru, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai HB Investigasi Jikalahari dan EoF Oktober 2017, teridentifikasi indikasi pemodal atau cukong berinisial HB yang memiliki atau mengembangkan kebun sawit seluas 882 hektar dan umur kelapa sawit diperkirakan sekitar 6-15 tahun. Kebun milik HB berada di wilayah administrasi Desa Mumugo, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir. Hasil tumpang susun areal kebun milik HB dengan usulan Holding Zone berdasarkan Ranperda RTRWP Riau , kebun milik HB termasuk bagian Holding Zone yang diusulkan Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau sebagai Holding Zone 19

20 peruntukan perkebunan rakyat seluas 990 ha, yang berada di wilayah administrasi Desa Mumugo, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir. Beberapa titik koordinat lokasi kebun milik HB yang berada pada usulan Holding Zone adalah 1 33'21.09"N 101 8'0.89"E, 1 32'30.31"N 101 8'17.52"E, 1 33'1.23"N 101 9'2.09"E, 1 32'47.37"N 101 9'14.55"E, 1 32'18.17"N 101 9'2.99"E, 1 32'37.54"N 101 9'46.55"E dan 1 32'45.09"N 101 9'54.18"E. Jika Kawasan Hutan Riau sesuai dengan SK No 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 tumpang susun dengan usulan Holding Zone RTRWP Riau dan kebun kelapa sawit milik HB menunjukkan bahwa kebun sawit milik HB dan Holding Zone berada pada kawasan Hutan Produksi dapat dikonversi. Analisi pemetaan dan investigasi Jikalahari dan EoF ini menunjukkan bahwa usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat sebagaimana Ranperda RTRWP Riau bukanlah untuk rakyat, namun mengakomodir kepemilikan kebun sawit oleh pemilik modal atau cukong yang telanjur mengembangkan kelapa sawit dalam kawasan hutan. Peta 13. Temuan EoF (foto 1-7) menunjukkan bahwa kebun sawit milik HB berumur lebih kurang 6-15 tahun seluas 882 ha dari 990 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Mumugo Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir. 13. HA Sebagaimana Ranperda RTRWP Riau , Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas ha di wilayah administrasi Desa Tanjung Jati Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai. Pada Oktober 2017, tim Jikalahari dan EoF melakukan investigasi dan menemukan pada areal usulan Holding Zone tersebut ada kebun 20

21 kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 5 tahun milik HA seluas ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun milik HA yang teridentifikasi pada usulan Holding Zone adalah 1 35'55.97"N '30.06"E, 1 35'35.07"N '30.06"E, 1 34'48.16"N '30.74"E, 1 34'26.99"N '31.03"E, 1 34'15.26"N '27.65"E dan 1 34'14.75"N '55.99"E. Hasil tumpang susun kebun milik HA pada usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau dan kebun kelapa sawit milik HA berada di kawasan HP seluas hektar dan HPK seluas 395 hektar. Hal ini mengindikasikan bahwa usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat bukanlah untuk rakyat namun untuk pemodal atau cukong HA yang telah telanjur mengembangkan kebun sawit di dalam kawasan hutan. Peta 14. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 5 tahun milik HA seluas hektar, dimana lokasi kebun sawit milik HA ini termasuk sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Tanjung Jati Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai. 14. HS Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan kawasan hutan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat pada Ranperda RTRWP Riau seluas 562 ha di wilayah administrasi Desa Rantau Bais Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir. Investigasi Jikalahari dan EoF pada Oktober 2017 di areal tersebut menemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 10 tahun milik HA seluas 254 ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun HA pada usulan Holding Zone adalah; 1 37'9.53"N '14.34"E, 1 37'21.90"N '16.00"E, 1 37'22.17"N '26.03"E, 1 37'21.89"N '33.07"E, 1 37'21.90"N '38.38"E dan 1 35'22.01"N '49.23"E. 21

22 Tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 dengan kebun milik HS pada usulan Holding Zone menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau dan kebun kelapa sawit milik HS berada pada kawasan Hutan Produksi Tetap (HP). Dari 562 hektar yang diusulkan Holding Zone, seluas 254 hektar merupakan kebun sawit milik pemodal atau cukong HS. Dari hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat bukanlah untuk rakyat namun untuk kepentingan pemodal atau cukong yang mengembangkan sawit luas skala besar yang telanjur pada kawasan hutan. Peta 15. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 10 tahun milik HS seluas 254 ha dari 562 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Rantau Bais Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir. Berdasarkan hasil analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone dan kebun milik HS merupakan kawasan. 15. AB Dalam Ranperda RTRWP Riau , Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan kawasan perkebunan rakyat seluas 206 ha di wilayah administrasi Desa Sintong Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir. Pada Oktober 2017, tim Jikalahari dan EoF melakukan investigasi lapangan pada lokasi yang diusulkan sebagai Holding Zone di Desa Sintong. Hasil investigasi menemukan pada usulan Holding Zone ada kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 25 tahun milik AB seluas 206 ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun milik AB antara lain; 1 31'30.42"N '36.36"E, 1 31'37.47"N '48.97"E, 1 31'47.35"N '1.67"E, 1 31'40.54"N '8.22"E, 1 31'38.30"N '16.46"E dan 1 31'45.65"N '25.75"E. 22

23 Jika ditumpangsusun (overlay) areal kebun milik AB di dalam usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa kebun sawit milik AB dan usulan Holding Zone RTRWP Riau berada pada kawasan Hutan Produksi dapat dikonversi (HPK). Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF jelas menunjukkan indikasi bahwa Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat hanya demi kepentingan pemodal atau cukong AB yang telanjur mengembangkan sawit dalam kawasan hutan dan bukan untuk rakyat. Peta 16. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 25 tahun milik AB seluas 206 ha dari 206 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Sintong Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir. 16. DP Pada Oktober 2017, Jikalahari dan EoF melakukan investigasi pada lokasi atau areal yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat sebagaimana dalam Ranperda RTRWP Riau Jikalahari dan EoF menginvestigasi pada salah satu usulan Holding Zone di wilayah administrasi Desa Sintong, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir dengan luas 194 ha. Tim Jikalahari dan EoF menemukan pada usulan Holding Zone ini terdapat kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur sekitar 25 tahun milik DP dan berdasarkan analisis citra landsat 2015 kebun sawit milik DP mencapai 322 ha. Artinya kebun sawit milik DP ada sebagian di dalam usulan Holding Zone dan sebagian lainnya ada di luar usulan Holding Zone. Beberapa titik koordinat lokasi kebun DP antara lain; 1 32'50.64"N '14.13"E, 1 32'48.46"N '15.91"E, 1 32'41.09"N '17.30"E, 1 32'36.44"N '18.23"E, 1 32'33.30"N '23.85"E dan 1 32'34.63"N '26.02"E. 23

24 Analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau dan kebun kelapa sawit milik DP merupakan kawasan hutan. Berdasarkan analisis Citra Landsat 2015 dan pemantauan lapangan, luas kebun milik DP seluas 322 hektar dan 194 hektar berada pada usulan Holding Zone. Hasil investigasi dan analisis pemetaan Jikalahari dan EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone peruntukan rakyat ternyata di lapangan ditemukan peruntukan untuk lahan kebun sawit cukong DP yang telanjur mengembangkan sawit di dalam kawasan hutan. Peta 17. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 25 tahun milik DP seluas 322 ha dari 194 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Sintong Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir. 17. AR Investigasi Jikalahari dan EoF pada Oktober 2017 di wilayah administrasi Desa Tanah Putih, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir adalah untuk mendapat data dan informasi terkait usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas 400 hektar. Usulan Holding Zone ini sesuai dengan Ranperda RTRWP Riau seluas ha, dimana 400 ha di antaranya berada di wilayah administratif Desa Tanah Putih, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir. Hasil investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest menemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 3,5 tahun dan ada yang berumur sekitar 20 tahun. Luasnya diperkirakan sekitar 50 ha dan teridentifikasi pemilik berinisial AR. Beberapa titik koordinat lokasi kebun milik AR, yakni 1 40'44.14"N 101 1'2.46"E, 1 40'45.79"N 101 1'4.64"E, 1 40'48.70"N 101 1'8.24"E, 1 40'49.80"N 101 1'9.88"E, 1 40'52.03"N 101 1'13.05"E dan 1 40'59.70"N 101 1'23.09"E. 24

25 Jika ditumpangsusun (overlay) kebun sawit milik AR dan usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa kebun sawit milik AR dan usulan Holding Zone RTRWP Riau berada pada kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK). Hasil investigasi dan analisis pemetaan mengindikasikan usulan Holding Zone memberikan peluang melegalkan sawit oleh pemodal atau cukong AR pada kawasan hutan dan bukan untuk perkebunan rakyat. Peta 18. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 3,5 tahun milik AR seluas 50 ha dari 194 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Tanah Putih Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir. 25

26 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Eyes on the Forest Dari ha Holding Zone yang diinvestigasi oleh Jikalahari dan EoF menemukan bahwa Holding Zone yang seharusnya diperuntukan bagi perkebunan rakyat, ternyata bisa dimiliki oleh 4 perusahaan, 10 pemodal dan 3 kerjasama perusahaan kebun kelapa sawit dengan KUD dalam bentuk Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA). Diindikasikan bahwa usulan Holding Zone hanya untuk MELEGALKAN kebun sawit milik perusahaan ataupun cukong yang telanjur ditanam dalam kawasan hutan dengan mengatasnamakan perkebunan rakyat. Mekanisme Holding Zone menjadi modus operandi untuk melegalkan sawit dalam kawasan hutan dengan indikasi adanya permainan sejumlah pihak untuk menguntungkan pemilik kebun sawit. Rekomendasi Eyes on the Forest Meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan penyelidikan, penyidikan dan penindakan terhadap perusahaan sawit ataupun cukong yang telah mengembangkan kebun sawit pada kawasan hutan terutama pada usulan Holding Zone Ranperda RTRWP Riau Meminta Menteri Dalam Negeri untuk mengkaji ulang dan menolak Ranperda RTRWP Riau dan memerintahkan Gubernur Riau membahas ulang proses penyusunan, pembahasan, pengesahan dan penetapan RTRWP Riau dengan melibatkan publik. Meminta Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan tidak menyetujui Holding Zone seluas ha karena secara substansial bertentangan dengan PP 104/2015 Tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan. Meminta Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengusut aliran dana (follow the money) dan dugaan pencucian uang oleh perusahaan, pemodal atau cukong sawit dan aparat Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau yang disebutkan dalam laporan EoF ini. Meminta Komisi Pemberantasan Korupsi untuk melakukan penyelidikan terhadap Aparatur Negara dan Korporasi atas dugaan terjadinya tindak pidana korupsi dalam proses RTRWP Riau terutama terkait usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat. SELESAI editor@eyesontheforest.or.id 26

Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Diterbitkan Maret 2018

Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Diterbitkan Maret 2018 Legalisasi perusahaan sawit melalui perubahan peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau (2) Menelisik ilegalitas bertahun-tahun kebun sawit di 29 lokasi Laporan Investigatif

Lebih terperinci

Kebun sawit beroperasi dalam kawasan hutan di Provinsi Riau tanpa izin maupun pelanggaran lainnya

Kebun sawit beroperasi dalam kawasan hutan di Provinsi Riau tanpa izin maupun pelanggaran lainnya Kebun sawit beroperasi dalam kawasan hutan di Provinsi Riau tanpa izin maupun pelanggaran lainnya Analisis penggunaan Kawasan hutan berdasarkan SK Nomor 903/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2016, 07 Desember 2016,

Lebih terperinci

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Januari 2016 Eyes on the Forest (EoF) adalah koalisi

Lebih terperinci

ber Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 29 konsesi HTI Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan April 2018

ber Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 29 konsesi HTI Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan April 2018 ber Perusahaan HTI beroperasi dalam kawasan hutan melalui legalisasi perubahan fungsi kawasan hutan Mengkaji dampak Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan

Lebih terperinci

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015 Penebangan hutan alam gambut oleh PT. Muara Sungai Landak mengancam ekosistem dan habitat Orangutan Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015 Eyes on the Forest (EoF) adalah koalisi LSM Lingkungan

Lebih terperinci

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan Desember 2016

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan Desember 2016 Legalisasi perusahaan sawit melalui perubahan peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 26 kebun sawit Laporan Investigatif

Lebih terperinci

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PEMDA RIAU HARUS MELIBATKAN PUBLIK DALAM GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (GNPSDA) KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PENGANTAR Hasil kajian Jikalahari menunjukkan

Lebih terperinci

KAWASAN PESISIR KAWASAN DARATAN. KAB. ROKAN HILIR 30 Pulau, 16 KEC, 183 KEL, Pddk, ,93 Ha

KAWASAN PESISIR KAWASAN DARATAN. KAB. ROKAN HILIR 30 Pulau, 16 KEC, 183 KEL, Pddk, ,93 Ha LUAS WILAYAH : 107.932,71 Km2 LUAS DARATAN 86.411,90 Km2 LAUTAN 21.478,81 Km2 GARIS PANTAI 2.078,15 Km2 KAWASAN DARATAN KAB. ROKAN HULU 16 KEC,153 KEL, 543.857 Pddk, 722.977,68 Ha KAB. KAMPAR 21 KEC,245

Lebih terperinci

MENTEIU KRIIUTANAN REPUJJLIK INDONESIA

MENTEIU KRIIUTANAN REPUJJLIK INDONESIA MENTEIU KRIIUTANAN REPUJJLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTER! KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: SK.733/Menhut-II/2014 TENTANG KAWASAN HUTAN DAN KONSERVASI PERAIRAN PROVINSI KALIMANTAN BARA T MENTER! KEHUTANAN

Lebih terperinci

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan? 9/1/2014 Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan? Satu Pelanggaran yang dirancang sebelum Forest Conservation Policy APP/SMG diluncurkan ke Publik SENARAI Pada 5 Februari 2013, Sinar Mas

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Jakarta, Juni 2012 KATA PENGANTAR Buku ini merupakan penerbitan lanjutan dari Buku Statistik Bidang Planologi Kehutanan tahun sebelumnya yang

Lebih terperinci

Perkembangan Perubahan Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan Dalam Proses Review RTRWP Per 31 Desember 2015

Perkembangan Perubahan Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan Dalam Proses Review RTRWP Per 31 Desember 2015 Perkembangan Perubahan Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan Dalam Proses Review RTRWP Per 31 Desember 2015 Luas Usulan Perubahan Persetujuan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan (ha) Kawasan Hutan (ha) No Provinsi

Lebih terperinci

Propinsi RIAU. Total Kabupaten/Kota Total Kecamatan

Propinsi RIAU. Total Kabupaten/Kota Total Kecamatan Propinsi RIAU Total Kabupaten/Kota Total Kecamatan Total APBN (juta) Total APBD (juta) Total (juta) : 12 : 126 : Rp. 98,653 : Rp. 10,498 : Rp. 109,150 45 of 342 PERDESAAN ALOKASI ALOKASI ALOKASI ALOKASI

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI OKTOBER 2014 1. Latar Belakang Pada tanggal 1 Februari 2013, APP, melalui Kebijakan Konservasi Hutannya

Lebih terperinci

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN SENGKARUT TAMBANG MENDULANG MALANG Disusun oleh Koalisi Anti Mafia Hutan dan Tambang. Untuk wilayah Bengkulu, Lampung, Banten. Jakarta, 22 April 2015 MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN No Daerah Hutan Konservasi

Lebih terperinci

APRIL menebangi hutan bernilai konservasi tinggi di Semenanjung Kampar, melanggar komitmennya sendiri

APRIL menebangi hutan bernilai konservasi tinggi di Semenanjung Kampar, melanggar komitmennya sendiri www.eyesontheforest.or.id APRIL menebangi hutan bernilai konservasi tinggi di Semenanjung Kampar, melanggar komitmennya sendiri Laporan Investigatif Eyes on the Forest April 2014 Eyes on the Forest (EoF)

Lebih terperinci

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Runggu Prima Jaya Oktober 2015

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Runggu Prima Jaya Oktober 2015 Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Runggu Prima Jaya Oktober 2015 A. Penjelasan Izin Perkebunan PT Runggu Prima Jaya Kabupaten/Provinsi; Indragiri Hulu/Riau Izin (luas); Berada pada

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22

Lebih terperinci

Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Investigasi 2010 Dipublikasikan Maret 2011

Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Investigasi 2010 Dipublikasikan Maret 2011 Laporan lacak balak dari PT Artelindo Wiratama, perusahaan pengembang HTI, terafiliasi dengan Asia Pulp And Paper (APP), ke pabrik pulp PT Indah Kiat Pulp and Paper (PT IKPP) Perawang, Siak Laporan Investigatif

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Konflik di Provinsi Riau meningkat seiring dengan keluarnya beberapa izin perkebunan, dan diduga disebabkan oleh lima faktor yang saling terkait, yakni pertumbuhan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PROGRES IMPLEMENTASI SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PROGRES IMPLEMENTASI SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PROGRES IMPLEMENTASI SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kehutanan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Tata Ruang, Kehutanan, Perizinan Diterbitkan dalam Wacana Edisi 26 : Penataan Ruang dan Pengelolaan Sumberdaya

ABSTRAK. Kata Kunci: Tata Ruang, Kehutanan, Perizinan Diterbitkan dalam Wacana Edisi 26 : Penataan Ruang dan Pengelolaan Sumberdaya MENYERAHKAN HUTAN KE PANGKUAN MODAL: STUDI KASUS PROVINSI RIAU RAFLIS Local Unit Manager Riau Transparency International Indonesia, Peneliti Yayasan Kabut Riau, anggota Koalisi Masyarakat Sipil Sumatra

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PELALAWAN, KABUPATEN ROKAN HULU, KABUPATEN

Lebih terperinci

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Bertuah Aneka Yasa Oktober 2015

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Bertuah Aneka Yasa Oktober 2015 Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Bertuah Aneka Yasa Oktober 2015 A. Penjelasan Izin PT Bertuah Aneka Yasa Kabupaten/Provinsi; Indragiri Hulu/Riau. Izin (luas); SK Bupati Indragiri

Lebih terperinci

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015 Oleh : Ketua Tim GNPSDA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pontianak, 9 September 2015 Data dan Informasi Kawasan Hutan 2 KAWASAN HUTAN KALIMANTAN BARAT, KALIMANTAN TENGAH, KALIMANTAN SELATAN,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN SOLUSI PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN UNTUK KEGIATAN NON KEHUTANAN Disampaikan oleh : Kementerian

Lebih terperinci

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PAPARAN USULAN REVISI KA WASAN H UTAN P ROVINSI SUMATERA UTARA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA JA NUARI 2010 KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA No Fungsi Hutan TGHK (1982) RTRWP (2003) 1 2 3 4 5

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.28/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.28/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.28/Menhut-II/2014 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 33/MENHUT-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN

Lebih terperinci

KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA (Bahan Kata Sambutan Gubernur Sumatera Utara pada Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. No.377, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN

Lebih terperinci

LUAS KAWASAN (ha)

LUAS KAWASAN (ha) 1 2 3 Berdasarkan Revisi Pola Ruang Substansi Kehutanan sesuai amanat UU No 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang mengalami perubahan yang telah disetujui Menteri Kehutanan melalui Keputusan No. 936/Kpts-II/2013

Lebih terperinci

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu

Lebih terperinci

Proses Permohonan Izin Usaha HTI (Berdasarkan Permenhut No. P.19/Menhut-II/2007 jo. P.11/Menhut-II/2008)

Proses Permohonan Izin Usaha HTI (Berdasarkan Permenhut No. P.19/Menhut-II/2007 jo. P.11/Menhut-II/2008) Oleh: Raflis Proses Permohonan Izin Usaha HTI (Berdasarkan Permenhut No. P.19/Menhut-II/2007 jo. P.11/Menhut-II/2008) Permohonan Persyaratan Admin&Teknis (Proptek) SK IUPHHK dibatalkan apabila tdk membayar

Lebih terperinci

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT I. PENDAHULUAN Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT Empat bulan lebih pasca Nazir Foead, Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) dihadang dan diusir

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.51/Menhut-II/2014. TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN ALAM PADA HUTAN PRODUKSI DENGAN

Lebih terperinci

Berlindung di balik selimut CnC

Berlindung di balik selimut CnC Berlindung di balik selimut CnC Monitoring Izin Usaha Pertambangan Minerba di Kalbar ` 1 Laporan Investigatif Eyes on the Forest Jaringan Kalimantan Barat Juni 2016 Swandiri Institute Titian Kontak Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah pengelolaan hutan oleh masyarakat lokal Indonesia di beberapa tempat telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena

Lebih terperinci

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN (UKP4) 1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan

Lebih terperinci

MATERI 1. TANTANGAN SAAT INI 2. MENJALANKAN VISI KEADILAN 3. PERATURAN-PERUNDANGAN 4. MASALAH IMPLEMENTASI 5. PILIHAN STRATEGIS DAN TAKTIS

MATERI 1. TANTANGAN SAAT INI 2. MENJALANKAN VISI KEADILAN 3. PERATURAN-PERUNDANGAN 4. MASALAH IMPLEMENTASI 5. PILIHAN STRATEGIS DAN TAKTIS Pengelolaan Hutan Lestari Berbasis Masyarakat Gerakan Sertifikasi i bagi Keadilan Distribusi ib i Manfaat Pengelolaan l Hutan Opsi dan Pilihan Kebijakan Hariadi Kartodihardjo KETUA MPA LEI Pengajar pada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 TENTANG PENEGASAN STATUS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 TENTANG PENEGASAN STATUS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 TENTANG PENEGASAN STATUS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Perkembangan Penelitian Terpadu Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP

Perkembangan Penelitian Terpadu Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP SEJAK BERLAKUNYA UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya pasal 78, hampir semua provinsi di luar Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mengajukan usulan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan

Lebih terperinci

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di areal perkebunan PT Panca Surya Agrindo Oktober 2015

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di areal perkebunan PT Panca Surya Agrindo Oktober 2015 Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di areal perkebunan PT Panca Surya Agrindo Oktober 2015 A. Penjelasan Izin PT Panca Surya Agrindo Kabupaten/Provinsi; Pelalawan/Riau. Izin (luas); Berdasarkan data

Lebih terperinci

Lampiran I.14 : PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 PROVINSI :

Lampiran I.14 : PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 PROVINSI : Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 96/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU RIAU

PEMERINTAH DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU RIAU 1. Semangat pembangunan kehutanan adalah memperbaiki kondisi tapak hutan menjadi lebih baik. Masalah di tingkat tapak, perlu diberikan intervensi (regulasi dan anggaran) sehingga perbaikan kinerja senantiasa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN. Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN. Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN Disampaikan pada Acara Sosialisasi PP Nomor 10 Tahun 2010 Di Kantor Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

Penerimaan Riau Dari DBH Sektor Kehutanan

Penerimaan Riau Dari DBH Sektor Kehutanan Penerimaan Riau Dari DBH Sektor Kehutanan Dengan diberlakukannya desentralisasi sejak era reformasi, maka terdapat beberapa penerimaan Negara yang dibagihasilkan ke daerah sesuai dengan Undang-undang No

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PELALAWAN, KABUPATEN ROKAN HULU, KABUPATEN

Lebih terperinci

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA LBH Pekanbaru Yayasan Mitra Insani HaKI FWI ICW Yayasan Auriga PWYP Indonesia Yayasan HAkA MaTA YCMM Perkumpulan

Lebih terperinci

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra - Analisa titik deforestasi Riau, Sumatra- 16 Maret 2011 oleh Eyes on the Forest Diserahkan kepada : Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, Kepala Unit

Lebih terperinci

Luas Baku Sawah (Ha) Bera Penggenangan

Luas Baku Sawah (Ha) Bera Penggenangan 1 Riau 33.449 6.651 6.085 5.360 3.551 6.783 6.316 2.836 13.714 30.931 85.768 2 Bengkalis 638 52 108 281 87 214 209 77 81 976 1.751 3 Bantan 399 30 63 166 51 108 154 56 31 598 1.059 4 Bengkalis - - - -

Lebih terperinci

KEJAHATAN KEHUTANAN KONTEMPORER (Studi kasus Riau) 1

KEJAHATAN KEHUTANAN KONTEMPORER (Studi kasus Riau) 1 KEJAHATAN KEHUTANAN KONTEMPORER (Studi kasus Riau) 1 Latar Belakang Penangganan tindak pidana kehutanan khususnya kasus penebangan pohon secara tidak sah atau yang secara popular dikenal dengan istilah

Lebih terperinci

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN oleh: Ruhyat Hardansyah (Kasubbid Hutan dan Hasil Hutan pada Bidang Inventarisasi DDDT SDA dan LH) Kawasan Hutan Hutan setidaknya memiliki

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN REALITA PERKEBUNAN DAN INDUSTRI KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU

KEBIJAKAN DAN REALITA PERKEBUNAN DAN INDUSTRI KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU KEBIJAKAN DAN REALITA PERKEBUNAN DAN INDUSTRI KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU Oleh : Ir. SRI AMBAR KUSUMAWATI, MSi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Disampaikan pada Acara Focus

Lebih terperinci

KONDISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH ACEH TAHUN 2013 DISAMPAIKAN GUBERNUR ACEH PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR NORWEGIA/SCANDINAVIA 22 MEI 2013

KONDISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH ACEH TAHUN 2013 DISAMPAIKAN GUBERNUR ACEH PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR NORWEGIA/SCANDINAVIA 22 MEI 2013 KONDISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH ACEH 2012 2032 TAHUN 2013 DISAMPAIKAN GUBERNUR ACEH PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR NORWEGIA/SCANDINAVIA 22 MEI 2013 PENDAHULUAN PEMERINTAH ACEH Rencana umum tata ruang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian yang

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT PANJA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DENGAN DPRD RIAU, ICEL, WALHI DAN JIKALAHARI ------------------------------------------------------------ (BIDANG HUKUM,

Lebih terperinci

KONTESTASI TENURE, KAWASAN GAMBUT & KEBAKARAN HUTAN- LAHAN

KONTESTASI TENURE, KAWASAN GAMBUT & KEBAKARAN HUTAN- LAHAN KONTESTASI TENURE, KAWASAN GAMBUT & KEBAKARAN HUTAN- LAHAN Andiko, SH. MH SARASEHAN KONGRES MASYARAKAT ADAT NUSANTARA KELIMA /KMAN V Tema: Hak Kelola Masyarakat Adat untuk Pemulihan dan Perlindungan Ekosistem

Lebih terperinci

INISIATIF PROVINSI RIAU DALAM REDD+

INISIATIF PROVINSI RIAU DALAM REDD+ INISIATIF PROVINSI RIAU DALAM REDD+ oleh SATUAN TUGAS REDD+ PROVINSI RIAU Disampaikan pada Workshop Pencehagan Korupsi Melalui Penilaian Resiko dalam REDD+ Pekanbaru, 22 Mei 2012 Sekali Layar Terkembang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG Jl. WR. Monginsidi No. 69 Fax (0721) 482166 TELUKBETUNG 35215 KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 29 TAHUN 2001 TENTANG PERSETUJUAN

Lebih terperinci

EVALUASI DAN CAPAIAN ATAS KOORDINASI DAN SUPERVISI SEKTOR KEHUTANAN DAN REFORMASI KEBIJAKAN

EVALUASI DAN CAPAIAN ATAS KOORDINASI DAN SUPERVISI SEKTOR KEHUTANAN DAN REFORMASI KEBIJAKAN EVALUASI DAN CAPAIAN ATAS KOORDINASI DAN SUPERVISI SEKTOR KEHUTANAN DAN REFORMASI KEBIJAKAN Oleh : Ketua TIM GNPSDA Kemen LHK Disampaikan Pada : Indonesia Anti Corruption Forum (IACF) V dan Konferansi

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : KAMPAR 14.01 KAMPAR 415.166 384.88 99.954 1 14.01.01 BANGKINANG 18.61 18.064 36.825 2 14.01.02 KAMPAR 26.00 25.246 51.316 3 14.01.03 TAMBANG 32.141 29.613 61.54 4 14.01.04 XIII KOTO

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

Laksanakan Penataan Kehutanan Menyeluruh, dan Batalkan Rencana Pengesahan RUU tentang Pemberantasan Perusakan Hutan

Laksanakan Penataan Kehutanan Menyeluruh, dan Batalkan Rencana Pengesahan RUU tentang Pemberantasan Perusakan Hutan Pandangan dan Sikap Dewan Kehutanan Nasional (DKN) Atas Rancangan Undang-Undang Pemberantasan Perusakan Hutan Laksanakan Penataan Kehutanan Menyeluruh, dan Batalkan Rencana Pengesahan RUU tentang Pemberantasan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hutan dan hasil hutan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya

I. PENDAHULUAN. hutan dan hasil hutan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penguasaan hutan oleh negara memberi wewenang kepada Pemerintah untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan dengan

Lebih terperinci

Catatan Konflik Sumberdaya Alam di Riau Sepanjang Tahun 2011 Oleh : Romes Ip

Catatan Konflik Sumberdaya Alam di Riau Sepanjang Tahun 2011 Oleh : Romes Ip Catatan Konflik Sumberdaya Alam di Riau Sepanjang Tahun 2 Oleh : Romes Ip I. Pendahuluan Setelah kebijakan berupa izin yang dikeluarkan pemerintah melalui Menteri Kehutanan terhadap perusahaan, Aspirasi

Lebih terperinci

Resiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert

Resiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert Resiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert Kenapa Kita Bicara Korupsi dalam REDD? Good Governance Lestari Hutan Dikelola Korupsi Rusak REDD Insentif Lestari Korupsi Rusak Akar Masalah Deforestasi Dan

Lebih terperinci

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Kajian sistem pengelolaan dan rehabilitasi IUPHHK restorasi ekosistem Kajian Sistem Pengelolaan dan Rehabilitasi IUPHHK Restorasi Ekosistem Strategi Rehabilitasi

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

Analisis Kebijakan Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut Analisis Kebijakan Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Tim Analisis: Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, MAgr. (IPB, Bogor) Nur Hidayati (Walhi Nasional) Zenzi Suhadi (Walhi

Lebih terperinci

PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR. Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG

PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR. Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Jakarta, 12 Nopember 2013

Lebih terperinci

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara Menghadirkan Negara Agenda prioritas Nawacita yang kelima mengamanatkan negara untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mendorong reforma agraria (landreform) dan program kepemilikan tanah 9 juta hektar.

Lebih terperinci

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN NATUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPATKERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI ---------------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN PELALAWAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN PELALAWAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN PELALAWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Tata Ruang dan Korupsi. Raflis

Tata Ruang dan Korupsi. Raflis Tata Ruang dan Korupsi 100% 77.48% 89.50% 74.90% 75% Raflis 58.91% 50% 40.59% 21.32% 21.10% 25% 10.02% 0% Draft RTRWP RTRWN RTRWP 1994 TGHK Transparency International Indonesia Kawasan Budidaya Kawasan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG PENATAAN BATAS AREAL PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG PENATAAN BATAS AREAL PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG PENATAAN BATAS AREAL PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga keseimbangan antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Urgensi Rencana Makro Pemantapan Kawasan Hutan.

I. PENDAHULUAN A. Urgensi Rencana Makro Pemantapan Kawasan Hutan. 7 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 32/Menhut-II/2013 TENTANG RENCANA MAKRO PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN I. PENDAHULUAN A. Urgensi Rencana Makro Pemantapan Kawasan Hutan. Hutan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.282, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Barang Milik Negara. Perkebunan. Kelapa Sawit. Bangunan. Pemanfaatan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 12/Menhut-II/2014

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 62 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. SUMUR PANDANWANGI LUAS AREAL

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN RANTAU BAIS KABUPATEN ROKAN HILIR

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN RANTAU BAIS KABUPATEN ROKAN HILIR BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN RANTAU BAIS KABUPATEN ROKAN HILIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HILIR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RAPAT KOORDINASI PENANGANAN KONFLIK POLITIK DAN BATAS DAERAH ADMINISTRASI DI PROVINSI RIAU

RAPAT KOORDINASI PENANGANAN KONFLIK POLITIK DAN BATAS DAERAH ADMINISTRASI DI PROVINSI RIAU KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN KONFLIK POLITIK DAN BATAS DAERAH ADMINISTRASI DI PROVINSI RIAU RIAU, 12 SEPTEMBER 2017 DASAR 1

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 50 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 50 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 50 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU KEPADA PEMERINTAH DESA DAN KELURAHAN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

2014, No menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Tata Cara Penetapan Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi Yang Tidak

2014, No menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Tata Cara Penetapan Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi Yang Tidak BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2014 KEMENHUT. Peta Indikatif. Hutan Produksi. Pemanfaatan Hutan Kayu. Penetapan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.19/Menhut-II/2014

Lebih terperinci

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : SK.635/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG PENETAPAN LOKASI FASILITASI PADA

Lebih terperinci

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2017 KEMEN-LHK. Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran. Perusakan Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan Hutan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN

Lebih terperinci

INDIKASI KERUGIAN NEGARA AKIBAT DEFORESTASI HUTAN. Tim Penulis: Egi Primayogha Firdaus Ilyas Siti Juliantari Rachman

INDIKASI KERUGIAN NEGARA AKIBAT DEFORESTASI HUTAN. Tim Penulis: Egi Primayogha Firdaus Ilyas Siti Juliantari Rachman INDIKASI KERUGIAN NEGARA AKIBAT DEFORESTASI HUTAN Tim Penulis: Egi Primayogha Firdaus Ilyas Siti Juliantari Rachman INDIKASI KERUGIAN NEGARA AKIBAT DEFORESTASI HUTAN Hasil Pemantauan di Sektor Kehutanan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN Disampaikan pada Acara Monev Gerakan Nasioanal Penyelamatan SDA sektor Kehutanan dan Perkebunan Tanggal 10 Juni 2015 di Gorontalo DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN JENIS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 1 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Komisi Penyiaran Indonesia atau disingkat KPI merupakan sebuah lembaga di Indonesia yang berfungsi sebagai regulator

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa sungai

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR : 62 TAHUN 2012

WALIKOTA BATAM PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR : 62 TAHUN 2012 WALIKOTA BATAM PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR : 62 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BUPATI PELALAWAN NOMOR : 522.21/IUPHHKHT/XII/2003/015 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN KEPADA CV. ALAM LESTARI SELUAS

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut Ditjen. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut Ditjen. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut Ditjen. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Jakarta, Maret 2016 No. Nama KHG Provinsi Kabupaten Luas (Ha)

Lebih terperinci