KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Transkripsi

1 KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA Jakarta, 19 Maret 1997 : B-116/E.4/Epl/3/1997 Sifat : Biasa Lampiran : 6(enam) lembar Perihal : Keputusan Bersama MENKEU, MENHUT, JAKSA AGUNG RI. DAN KAPOLRI. KEPADA YTH. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI Di SELURUH INDONESIA Disampaikan Keputusan Bersama MENKEU, MENHUT, JAKSA AGUNG RI dan KAPOLRI tanggal 3 Pebruari 1997 tentang Lelang Kayu Temuan, Sitaan dan Rampasan atas jenis Kayu selain Rimba Campuran untuk diteruskan kepada para Kepala Kejaksaan Negeri/Kepala Cabang Kejaksaan di jajaran Kejaksaan Tinggi setempat. Meskipun Keputusan Bersama tersebut telah berlaku tanggal 3 Februari 1997, tetapi untuk melaksanakan Keputusan Bersama yang dimaksud masih memerlukan petunjuk pelaksanaan yang akan ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dan yang pada saat sekarang sedang disusun oleh Tim yang anggotanya terdiri dari Wakil-wakil Departemen Keuangan, Departemen Kehutanan, Kejaksaan Agung RI dan MABES POLRI. Demikianlah agar menjadikan maklum. DIREKTUR TINDAK PIDANA UMUM LAIN, Tembusan: 1. Yth. BAPAK JAM PIDUM (sebagai laporan) 2. Arsip. (R. WIYONO, SH) JAKSA UTAMA MADYA NIP

2 DEPARTEMEN KEHUTANAN RI TO PENGAMANAN HUTAN TERPADU Gedung Ex. Per Perhutani Jl. Villa No (Belakang) Hotel Katrika Chandra Jl. Gatot Subroto) Telp , Fax Telex PRX IA-JAKARTA Jakarta, 13 Februari 1997 : 91/B-5/TPHT/1997 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : SKB Menkeu, Menhut, Jaksa Agung RI dan KAPOLRI. Kepada Yth; Sdr. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum selaku Anggota TPHT Pusat. di Jakarta Bersama ini dengan hormat kami sampaikan naskah asli Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Kehutanan, Jaksa Agung RI dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia tentang Lelang kayu Temuan, sitaan dan rampasan atas jenis kayu selain rimba campuran yang telah dilaksanakan penandatanganan bersama pada tanggal 3 Pebruari Dapat kami sampaikan bahwa Menteri Kehutanan selaku Ketua TPHT Pusat telah memberikan petunjuk kepada Gubernur KDH -TK I seluruh Indonesia selaku Ketua TPHT Daerah agar mempedomani SKB tersebut dalam pelaksanaan Wang atas kayu selain rimba campuran. Berkenaan dengan hal tersebut diatas, dimohon kiranya kesedisan Saudara untuk meneruskan kepada Jajaran Instansi Kejaksaan Agung agar dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan lelang kayu selain rimba campuran di daerah. Demikian kami sampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terimakasih. Direktur Jenderal PHPA selaku Waka III/LAKHAR TPHT Pusat SOEMARSONO NIP, Tembusan 1. Yth. Bp. Menteri Kehutanan selaku Ketua TPHT Pusat 2. Yth. Bp. Jaksa Agung RI selaku Waka II TPHT Pusat

3 KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEHUTANAN, JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA : 51/KMK.01/1997 : 72/KPTS-VI/1997 : Kep.010/JA/2/1997 : Pol : Kep/01/1/1997 TENTANG LELANG KAYU TEMUAN SITAAN DAN RAMPASAN ATAS JENIS KAYU SELAIN RIMBA CAMPURAN MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEHUTANAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa untuk menjaga, hak negara atas hasil hutan,khususnya kayu Temuan, sitaan dan rampasan atas jenis kayu selain rimba campuran tidak lakes rusak, perlu segera dilelang; b. bahwa untuk mendukung kelancaran peredaran kayu dan pemanfaatan kayu dalam masyarakat serta untuk menghindarkan pelelangan kayu oleh oknum atau pengusaha yang diduga terlibat kejahatan/pelanggaran hasil hutan kayu, perlu ditetapkan persyaratan peserta lelang kayu Temuan, sitaan dan rampasan atas jenis kayu selain rimba campuran.hanya kepada peserta lelang dari Baden Usaha Milik Negara Lingkup Departemen Kehutanan dan Perusahaan yang bergerak dibidang perkayuan; c. bahwa berhubungan dengan hal-hal tersebut iatas perlu diatur pelaksanaan lelang kayu Temuan, sitaan dan rampasan atas jenis kayu selain rimba campuran dengan Keputusan Bersama; Mengingat : 1. Ordonansi tentang Barang Temuan, Tahun 1889, Stbl sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Stbl ; 2. Vendu Reglement Stbl dan Vendu Instruksi Stb ; 3. Undang-undang 13 tahun 1961 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepolisian Negara; 4. Undang-undang 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan dan Peraturan Pelaksanaannya; 5. Undang-undang 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan Peraturan Pelaksanaannya 6. Undang-undang 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia; 7. Keputusan Presiden 22 Tahun 1995 tentang Pembentukan Tim Pengamanan Hutan Terpadu : Memperhatikan : 1. Instruksi Prediden 9 Tahun 1970 tentang Pemeindahtanganan Barang-barang yang Dimiliki Dikuasai Negara 2. Keputusan Bersama Menteri Negara Perumahan Rakyat, Mentor! Kehutanan, Mentor! Keuangan, Jaksa Agung RI dan Kepala Kepolisian RI. : 12/KPTS/M/1995; 343/Kpts-II/ O/KMK.01 /1995; Kep-068/JA/7/1995 dan Skep/1 077NII/1995 tentang Pemanfaatan Kayu sitaan Kayu Temuan, dan kayu rampasan yang diduga dari hasil penebangan liar dan atau pencurian dari hutan milik negara untuk pembangunan perumahan sangat sederhana (ASS), dan perumahan sederhana (AS) serta rumah susun sederhana.

4 3. Surat Menteri Kehakiman kepada Menteri Kehutanan : M.UM perihal penyelesaian kayu-kayu hasil hutan yang disita dan temuan 4. Surat Jaksa Agung kepada para Kepala Kejaksaan Tinggi seluruh Indonesia : 552/B/11/1995, dan B-282AE/6/1996, perihal penyelesaian yustisi Hasil OWK II dan OWL II; MEMUTUSKAN MENETAPKAN : KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEHUTANAN, JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG LELANG KAYU TEMUAN, SITAAN DAN RAMPASAN ATAS JENIS KAYU SELAIN RIMBA CAMPURAN. Pasal 1 Dalam Keputusan Bersama ini, yang dimaksud dengan: 1. Jenis kayu selain rimba campuran adalah jenis-jenis kayu yang tidak termasuk kayu yang dimanfaatkan untuk pembangunan rumah sangat sederhana (ASS), rumah sederhana (RS) serta rumah susun sederhana yang berasal dari Temuan, sitaan dan rampasan. 2. Kayu Temuan adalah kayu yang ditemukan di dalam dan di luar kawasan hutan, yang pemiliknya tidak diketahui identitasnya baik nama dan alamatnya. 3. Kayu sitaan adalah kayu yang disita berdasarkan Hukum Acara Pidana sebagai barang bukti dalam perkara pidana. 4. Kayu rampasan adalah kayu yang dinyatakan dirampas untuk negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lingkup Departemen Kehutanan adalah Perum Perhutani dan PT (Persero) Inhutani I s/d V. 6. Perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan adalah perusahaan yang tergabung dan menjadi anggota Asosiasi Masyarakat Perhutanan Indonesia.(MPQ dan Perhimpunan Pengusaha Kilang Kayu Terpadu Indonesia (ISA). Pasal 2 (1) Lelang kayu temuan sitaan dan rampasan atas jenis kayu selain rimba campuran dilaksanakan berdasarkan ketentuan Vendu Reglement Sth.1908 No.189, Vendu lnstruksi Stb No. 190, dan Vendu Salaris Stb 1949 No. 390 dan peraturan pelaksanaannya. (2) Pelaksanaan lelang dapat dilakukan ditempat dimana kayu Temuan, sitaan dan rampasan tersebut berada berdasarkan permohonan pemohon letang. Pasal 3 (1) Peserta lelang terdiri dari BUMN lingkup Departemen Kehutanan dan Perusahaan yang bergerak dibidang perkayuan. (2) Peserta lelang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan oleh pemohon lelang kepada Kantor Lelang Negara setempat. Pasal 4 Pemohon Wang terdiri dari Instansii Kehutanan untuk kayu Temuan, dart kayu sitaan oleh Penyidik yang berkompeten sesuai dengan undang-undang yang pada saat itu menyidik perkara yang bersangkutan serta Kejaksaan untuk kayu rampasan. Pasal 5 Uang hasil lelang dititipkan oleh pemohon lelang di Bank Pemerintah atas nama pemohon lelang. Pasal 6 (1) Terhadap kayu Temuan, dan rampasan yang dilelang ternyata penawaran tertinggi tidak mencapai harga dasar yang ditetapkan pemohon lelang dan telah dilaksanakan Wang ulang sampai tiga kali berturut-turut, maka penawar tertinggi pada lelang ulang ketiga ditetapkan sebagai pemenang lelang.

5 (2) Apabila dalam pelaksanaan leleng sebagaimana tersebut dalam ayat (1) sama sekali tidak ada penawaran atau peminat maka kayu tersebut pemanfaatannya diserahkan oleh Menteri Kehutanan kepada BUMN lingkup Departement Kehutanan atau badan sosial. (3) Dalam hal lelang kayu sitaan, dilaksanakan setelah ada ijin Ketua Pengadilan Negeri setempat dan diberitahukan secara tertulis kepada tersangka, namun tidak harus memperoleh persetujuan dari tersangka. (4) Dalam hal kayu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3). apabila dalam pelaksanaan lelang, penawaran tertinggi tidak mencapai harga dasar setelah dilaksanakan lelang berturut-turut 3 (tiga) kali, maka penawar tertinggi ditetapkan sebagai pemenang lelang. (5) Apabila dalam lelang kayu sitaan tidak ada penawar atau peminat lelang, pemanfaatannya oleh BUMN lingkup Departemen Kehutanan setelah BUMN menyerahkan jaminan uang sebesar yang ditetapkan oleh pemohon lelang bersama Instansi terkait. Pasal 7 Pemenang lelang selain menyerahkan uang hasil pelelangan, wajib membayar Dana Reboisasi (DR), luran Hasil Hutan (IHH) dan biaya pengganti yang meliputi biaya bongkar muat, pengangkutan, pengamanan dan sewa tempat pengumpulan kayu yang besarnya ditetapkan oleh Menteri Kehutanan. Pasal 8 (1) Pengawasan atas Keputusan Bersama ini dilakukan secara terpadu oleh suatu rim Pengawas yang mewakili Departemen Kehutanan, Departemen Keuangan, Jaksa Agung RI, dan Kepala Kepolisian RI. (2) Tim Pengawas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) secara berkala setiap 3 (tiga) bulan menyampaikan laporan pelaksanaannya kepada Menteri Kehutanan, Menteri Keuangan, Jaksa Agung RI dan Kepala Kepolisian RI. (3) Tim Pengawas atas pelaksanaan Keputusan Bersama ini ditunjuk oleh Menteri Kehutanan, Menteri Keuangan, Jaksa Agung 81 dan Kepala Kepolisian RI yang kemudian disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan. Pasal 9 Pelaksanaan lebih lanjut Keputusan Bersama ini diatur dalam petunjuk pelaksanaan yang disusun oleh Tim yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil Departemen Keuangan, Departemen Kehutanan, Kejaksaan Agung, dan Mabes Polri dan ditetapkan oleh Menteri Kehutanan. Pasal 10 Biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Keputusan Bersama ini dibebankan kepada anggaran Departemen Kehutanan. Pasal 11 Keputusan bersama ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. DITETAPKAN DI : J A K A R T A PADA TANGGAL : 3 FEBRUARI 1997 MENTERI KEUANGAN MAR'IE MUHAMMAD JAKSA AGUNG RI SINGGIH. SH MENTERI KEHUTANAN DJAMALUDIN SURYOHADIKUSUMO KEPALA KEPOLISIAN RI. Drs. DIBYO WIDODO LETNAN JENDERAL POLISI