BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN LAPUNG PADI PEMILIK SAWAH DI KENAGARIAN PADANG MENTINGGI KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN LAPUNG PADI PEMILIK SAWAH DI KENAGARIAN PADANG MENTINGGI KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN"

Transkripsi

1 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN LAPUNG PADI PEMILIK SAWAH DI KENAGARIAN PADANG MENTINGGI KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN 1. Penyebab Terjadinya Pengambilan Lapung Padi Pemilik Sawah Tanpa Izin di Kenagarian Padang Mentinggi Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman Pengambilan lapung dilaksanakan apabila ada sawah di Kenagarian tersebut yang akan panen pada musim itu. Para pengambil lapung akan bergegas untuk mengambil lapung dan dimulai dari sawah yang sudah selesai dipanen terlebih dahulu dan begitulah seterusnya kepada sawahsawah yang lainnya sampai semua sawah di Kenagarian Padang Mentinggi selesai di panen. Lapung tersebut yang nantinya akan diperjualbelikan dan dimanfaatkan untuk makanan ternak. Dalam pengambilan lapung padi tersebut ada yang meminta izin pada pemiliknya dan ada juga yang tidak, pada dasarnya pengambilan lapung ini haruslah meminta izin pada pemiliknya. Karena ini merupakan hal yang sudah biasa dilakukan setiap musim panen, para pengambil lapung merasa tidak perlu lagi meminta izin kepada pemilik sawah tersebut. Penulis telah melakukan wawancara dengan M. Natin selaku Kepala Jorong tentang lapung padi pada tanggal 15 November 2016 ada tiga pembagian lapung yaitu lapung (padi hampa/ tidak berisi), lapung dok-dok (berisi setengah) padi utuh yang tercampur ke dalam lapung. Berdasarkan pembagian lapung bahwa lapung yang diambil oleh pemungut lapung padi di Kenagarian Padang Mentinggi adalah lapung dok-dok (padi yang berisi setengah) dan padi yang masih utuh yang tercampur ke dalam lapung (Natin 2016). Ada beberapa faktor penyebab pengambilan lapung padi di Kenagarian Padang Mentinggi sebagai berikut: 57

2 Faktor Kebiasaan Faktor kebiasaan merupakan hal yang disebabkan oleh manusia karena manusia berperan besar dalam soaial masyarakat. Berdasarkan pernyataan Bapak Kholidi selaku yang dituakan bahwa pengambilan lapung di Kenagarian Padang Mentinggi sangat berpengaruh dengan kehidupan masyarakat sekitarnya. Hal ini disebabkan pada waktu itu hanya beberapa masyarakat yang melakukan pengambilan lapung tanpa izin dari pemiliknya sehingga hal tersebut sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat setempat. Mereka beranggapan tidak diperlukan lagi izin dari pemilik lapung, sehingga pada musim panen pengambilan lapung padi banyak dilakukan tanpa harus meminta izin kepada pemilik sawah yang telah selesai panen (Kholidi 2016). Begitu juga pernyataan dari Juddin selaku ketua pemuda pada tanggal 1 Desember 2016 sebagai berikut: Menurut saya penyebab masyarakat mengambil lapung padi tanpa izin adalah hal tersebut telah menjadi kebiasaan sejak dahulu sampai sekarang dan pengambilan lapung ini sudah hal yang biasa dan wajar dilakukan sewaktu musim panen di Kenagarian Padang Mentinggi ini. Menurut saya pengambilan lapung padi sudah menjadi tradisi masyarakat dan tidak diperlukan lagi izin dari pemilik sawah (Juddin 2016) Faktor Ekonomi Faktor ekonomi merupakan faktor yang sangat besar peranannya dalam kebutuhan hidup, (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Ekonomi 2014, 13). Ekonomi yang semakin meningkat dapat mempengaruhi terjadinya pengambilan lapung padi seperti yang di alami beberapa masyarakat. Mardiah seorang buruh yang tidak memiliki sawah dan saat musim panen ibu Mardiah selalu mengambil lapung padi pemilik sawah untuk dijual dan hasilnya sebagai tambahan kebutuhan sehari-hari (Mardiah 2016).

3 59 Di samping itu Penulis juga melakukan beberapa wawancara dengan tokoh masyarakat / hatobangon (yang dituakan) pada tanggal 1 Desember 2016 adalah: Penyebab terjadinya pengambilan lapung tanpa izin dari pemiliknya adalah karena dahulu setiap selesai panen, lapung padi akan dibiarkan begitu saja oleh pemilik sawah dan tidak merasa keberatan kepada masyarakat yang ingin mengambil lapung tersebut sehingga menjadi kebiasaan bagi masyarakat. Akan tetapi sekarang saya banyak menerima keluhan dari beberapa masyarakat yang merasa keberatan dengan pengambilan lapung tanpa izin karna mereka memerlukan lapung tersebut. Saya sebagai hatobangon hanya bisa memberi saran kepada masyarakat agar sebaiknya mereka meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik lapung agar nantinya tidak menimbulkan masalah. Saya juga memberikan penjelasan kepada masyarakat yang merasa keberatan dengan tradisi ini agar mereka memahami bahwa tradisi pengambilan lapung sangat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan masyarakat secara turun temurun (Duon 2016) Begitu pula faktor ekonomi yang sangat sulit yang dialami oleh Martalena salah seorang pengambil lapung sebagai berikut: Saya adalah salah seorang yang mengambil Lapung padi pada musim panen tiba, dalam sehari saya bisa dapat ± 20 kg. Saya mengambil lapung padi karena faktor ekonomi yang kurang mendukung, itulah sebabnya setelah selesai panen saya juga bekerja memungut lapung padi ke sawah orang lain. Pada lapung yang dihasilkan masih ada padi yang utuh di dalamnya. Pertama yang saya lakukan yaitu: saya turun ke sawah dengan menyediakan terlebih dahulu ember dan karung untuk di bawa kelokasi pengambilan lapung. Sawah yang diambil lapungnya adalah sawah yang telah selesai dipanen. Saya mengambil lapung padi tersebut lalu memasukkannya ke dalam ember yang telah berisi air. Setelah lapung tersebut dimasukkan ke dalam ember maka padi utuh akan turun ke bawah dan lapung padi akan naik ke atas atau dipermukaan air. Lapung yang berada di permukaan air dibuang lalu dapatlah padi utuh yang berada di dasar air. Setelah itu dimasukkan ke dalam karung, begitu selanjutnya sampai semua lapung selesai terendam ke dalam air dan dilanjutkan ke sawah berikutnya. Setelah selesai memungut

4 60 lapung dan padi utuh telah didapatkan, lalu padi tersebut dijemur sampai kering dan kemudian dijual dan tidak ada ketentuan untuk bagi hasil sedikitpun dengan pemilik sawah. Hasil itulah saya gunakan sebagai tambahan kebutuhan keluarga. Dalam pengambilan lapung tersebut saya tidak pernah minta izin kepada pemilik sawah karena pengambilan lapung padi sudah merupakan suatu tradisi yang sudah biasa dilakukan masyarakat (Lena 2016). Wawancara di atas menjelaskan hatobangon (yang dituakan) dan ketua pemuda menyatakan bahwa penyebab terjadinya pengambilan lapung padi tanpa izin adalah karna sudah menjadi kebiasaan masyarakat sejak dahulu. Begitu juga wawancara yang dilakukan kepada pengambil lapung bahwa hasil dari pengambilan lapung padi yang dilakukan masih bisa diolah menjadi padi utuh dan membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup. Tradisi pengambilan lapung yang terjadi di Kenagarian Padang Mentinggi Kecamatan Rao merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat di saat musim panen terjadi. Berdasarkan faktor-faktor penyebab pengambilan lapung padi seperti yang penulis paparkan di atas dapat dipahami bahwa salah satu dasar diadakannya tradisi pengambilan Lapung padi oleh orang terdahulu karena melihat dari kondisi sosial, ekonomi dan agraris masyarakat Kenagarian Padang Mentinggi pada masa itu masih sangat mendukung dan perekonomian masih baik-baik saja. Namun melihat kondisi masa sekarang, luas sawah yang semakin minim tentunya membuat penghasilan petani semakin menurun di Kenagarian Padang Mentinggi. Hal inilah yang membuat para pemilik merasa seharusnya para pengambil lapung padi meminta izin terlebih dahulu sebelum mengambil lapung padi di sawah mereka.

5 61 2. Tanggapan Pemilik Lapung Padi terhadap Pengambilan Lapung Padinya tanpa Izin Kenagarian Padang Mentinggi sangat kental dengan adat dan tradisinya, salah satu tradisi yang masih dilakukan sampai sekarang adalah tradisi pengambilan lapung padi. Pelaksanaan tradisi pengambilan lapung memang telah diketahui oleh banyak orang pada saat tradisi tersebut dimunculkan. Awal mula dilaksanakan tradisi pengambilan lapung padi, para pengambil lapung meminta izin terlebih dahulu pada pemiliknya. Seiring berjalannya waktu dan tradisi ini terus berlangsung. Para pengambil lapung merasa hal ini sudah biasa dilakukan setiap musim panen yang membuat para pengambil lapung beranggapan tidak perlu lagi untuk meminta izin kepada pemiliknya. Semua itu disebabkan pengambilan lapung padi ini sudah menjadi tradisi di Kenagarian Padang Mentinggi setiap musim panen. 2.1 Masyarakat yang merasa keberatan dengan pengambilan lapung padi tanpa izin kepada pemilik. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 20 November 2016 dengan beberapa pemilik lapung padi mengenai tanggapan mereka terhadap pengambilan lapung padinya tanpa izin. Wawancara penulis lakukan terhadap pemilik lapung padi, adapun hasil wawancaranya adalah sebagai berikut : Saya bekerja sebagai petani yang memiliki sawah seluas 3 lungguk / (½ H), pada saat ini saya hanya memiliki sawah, namun dulunya saya masih mempunyai sebidang kebun karet dan kebun karet tersebut sudah dijual untuk dapat memperluas sawah. Sawah yang saya miliki sebelumnya sebanyak (2 lungguk). Setelah kebun karet dijual saya menggunakan uangnya untuk memperluas sawah sehingga sekarang menjadi ½ H, sekarang hanya itu satu-satunya mata pencaharian saya. Tanggapan saya terhadap pengambilan lapung tanpa izin pada saat sekarang ini, saya mulai merasa keberatan jika tradisi itu tetap berjalan. Saya pribadi juga butuh lapung padi tersebut untuk dijadikan makanan itik, dan sebahagian lapung yang masih berisi utuh bisa dicampurkan kembali ke padi yang dipanen setelah dikipas beberapa kali. Dalam kondisi inilah saya merasa keberatan jika para pengambil lapung tidak minta izin terlebih dahulu dan mengambil seenaknya saja. Kadang-kadang hasil yang mereka dapatkan dalam satu hari

6 62 mencapai ± 20 kg/ hari. Hasil tersebut tidak ada partisipasi sedikitpun kepada kami pemilik sawah. Kalau dulu saya masih terima dengan tradisi pengambilan lapung. Selain bertujuan membantu keluarga yang kurang mampu, saya pun sebagai pemilik sawah yang tidak membutuhkan lapung padi juga merasa terbantu apabila lapung padi di sawah saya diambil karena memang sudah tidak diperlukan lagi (Lubis 2016). Sependapat dengan Lubis yaitu bapak Asrul bahwa Saya seorang petani yang memiliki sawah sewaan seluas 2 lungguk atau sekitar 1/3 H selain itu saya juga bekerja sebagai buruh. Tanggapan saya terhadap pengambilan lapung padi tanpa izin adalah saya sangat keberatan dengan tradisi tersebut karena saya juga membutuhkan lapung padi setelah padi di panen (Asrul 2016). Selanjutnya penulis juga mewawancarai petani yang merasa keberatan terhadap pengambilan lapung padi tanpa izin yaitu Nurliana, berikut hasil wawancaranya yaitu : Saya dan suami bekerja sebagai petani, selain itu kami juga menjual sayur. Kami memiliki tanah 6 lungguk atau sekitar 1 hektar yang mana 3 lungguk ditanami padi dan 3 lungguk lagi di tanami sayuran. tanggapan saya terhadap tradisi pengambilan lapung tanpa izin adalah sedikit keberatan karena tidak ada basa basi dari mereka. Apabila mereka minta izin pasti saya memperbolehkan mereka mengambil lapung padi, karena saya tidak memerlukan lapung padi tersebut (Nurliana 2016). Sependapat dengan Nurliana yaitu Samik Sihombing, berikut hasil wawancaranya : Umur saya 49 tahun, saya bekerja sebagai petani dan menjual sate keliling di sekitar jorong lubuk aro. Terhadap tradisi pengambilan lapung padi ini, saya sangat merasa risih dengan perbuatan yang dilakukan oleh pengambil lapung padi di sawah saya, karena di dalam Islam saja Allah melarang mengambil harta oranglain. Sekiranya mereka minta izin pasti saya ikhlas untuk memberikannya, tapi dengan cara begini menurut saya sama dengan mencuri (Sihombing 2016). Selanjutnya Arisman yang berhasil penulis wawancarai, juga merasa keberatan dengan tradisi tersebut. Berikut hasil wawancaranya yaitu:

7 63 Saya tinggal di Lubuk Aro tapi saya memiliki sawah di Jorong Polongan dua ini. Tanggapan saya terhadap pengambilan lapung tanpa izin adalah, saya merasa tidak dihargai karena mereka mengambil lapung di sawah saya seenaknya saja dan mengambil tanpa permisi atau minta izin (Arisman 2016). 2.2 Masyarakat yang merasa tidak Keberatan terhadap pengambilan lapung padi tanpa izin dari pemilik. Penulis melakukan wawancara terhadap Rosmila yang tidak merasa keberatan dengan tradisi pengambilan lapung tanpa izin dari pemilk lapung. Berikut hasil wawancaranya: Saya bekerja sebagai guru dan juga memiki sawah di padang Mentinggi seluas 9 lungguk atau 1,5 hektar. Tanggapan saya terhadap pengambilan lapung padi tanpa izin dari pemilik sawah adalah sudah lumrah atau sudah biasa dilakukan. Saya tidak masalah ataupun merasa keberatan dengan tradisi pengambilan lapung karena setelah panen saya tidak memerlukan lapung padi tersebut. Saya ikhlas kalau lapung padi saya diambil karena sedikit banyaknya dari hasil pengambilan lapung sudah bisa menambah kebutuhan sehari-hari mereka (Rosmila 2016). Tidak jauh beda dengan tanggapan Mahmud yang juga tidak keberatan terhadap pengambilan lapung tanpa izin. Berikut hasil wawancaranya yaitu: Saya salah seorang pemilik sawah di Jorong Lubuk Aro seluas 1 H / (6 lungguk). Tanggapan saya tentang tradisi pengambilan lapung sudah biasa karena memang tradisi itu sudah ada dari dulu. Saya tidak keberatan apabila lapung yang ada di sawah saya diambil tanpa izin. Lagi pula lapung tersebut tidak begitu saya pergunakan lagi (Mahmud 2016). Setelah penulis melakukan wawancara dengan tujuh orang responden. Bahwa ada lima responden merasa keberatan karena masyarakat mengambil lapung padi tanpa meminta izin kepada pemilik lapung padi tersebut. Ada dua responden tidak merasa keberatan dengan pengambilan lapung padi tanpa izin. Mereka beranggapan bahwa hal tersebut sudah menjadi tradisi sejak dahulu.

8 64 3. Tinjauan Hukum Islam terhadap Pengambilan Lapung Padi tanpa Izin Pemilik Lapung di Kenagarian Padang Metinggi Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman Berdasarkan tanggapan pemilik lapung terhadap pengambilan lapung tanpa izin, yang telah penulis paparkan di atas. Sekitar 71% masyarakat merasa keberatan dengan pengambilan lapung padi tanpa izin karena mereka juga membutuhkan lapung padi tersebut. Padahal Hukum Islam telah mengatur bagaimana seseorang memperoleh kebutuhan yang dibutuhkan. Islam telah memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk mengembangkan potensinya dalam memenuhi kebutuhan hidup, asal tidak bertentangan dengan anjuran yang telah disyariatkan islam. Manusia mempunyai kebebasan dalam membuat suatu keputusan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya (Afzalurrahman 1995, 8). Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk berusaha dengan cara yang halal yang sesuai dengan syariat Islam. Sejalan dengan hal ini Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 188 (Departemen Agama RI 1992, 46) : Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui (QS. Al-Baqarah: 188). Hal ini juga di jelaskan Allah SWT dalam surat an-nisa ayat 29 (Departemen Agama RI 1992, 83):

9 65 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka samasuka di antara kamu (QS. An-Nisaa: 29). Dari kedua ayat di atas terkandung makna bahwa manusia dituntut untuk mencari rezki dengan cara yang halal. Islam sangat melarang manusia mengumpulkan harta dengan menggunakan cara yang bathil. Ketentuan ini juga berlaku pada pemanfaatan hak milik atas lapung padi yang terjadi di Kenagarian Padang Mentinggi karena mengambil harta dengan cara ini tidak sesuai dengan ketentuan syara. Dengan kata lain mengambil harta orang lain dengan jalan ini pada dasarnya haram. Mengambil pemanfaatan atas sesuatu yang dimiliki orang lain sama saja dengan mencuri harta orang lain. Sama halnya lapung padi yang diambil oleh pengambil lapung padi itu adalah mutlak hak pemiliknya. Di samping ayat di atas terdapat pula dalam kaidah fiqh yaitu : ال يجوزألحد ان يأخذ مال أحدبالسبب شرعي Artinya: Tidak boleh bagi seseorang mengambil harta orang lain tanpa sebab yang dibenarkan oleh syara (Rahman 1976, 104). Dari ketentuan-ketentuan di atas dapat dilihat bahwa mengambil harta benda dengan cara yang bathil tidak dibolehkan dalam Islam. Dalam hukum Islam juga dapat dilihat beberapa hak milik yaitu: hak milik pribadi merupakan hak yang dimiliki seseorang, ia bebas untuk melakukan tindakan apapun terhadap hak miliknya. Hak milik umum dan hak milik negara.

10 66 Sesuai dengan hak milik di atas bahwa pengambilan lapung yang terjadi di Kenagarian Padang Mentinggi, pemilik sawah yang sudah panen atau pemilik lapung termasuk kepada hak milik pribadi. Di mana pemilik sawah atau pemilik lapung bebas melakukan apapun terhadap lapung padi yang diperoleh. Ada beberapa hal yang dikemukakan para ulama fiqh terhadap milik pribadi di antaranya adalah tidak memberi mudarat kepada orang lain. Semestinya dalam pemanfaatan itu orang lain pun ikut menikmati manfaatnya. Untuk kepentingan masyarakat dan kepentingan pemerintah, seperti zakat, sumbangan untuk negara, pajak dan biaya lainnya yang diperlukan negara dalam situasi tertentu. Seperti hak milik terhadap lapung padi yang terjadi di Kenagarian Padang Mentinggi. Untuk mempergunakan dan memafaatkan hak milik seseorang maka harus dapat izin dari pemiliknya. Sehubungan dengan hal ini Rasulullah SAW bersabda: عن أنس ابن مالك أن رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم قال: ال يحل مال امرئ مسلم إال بطيب نفسو ( رواه الدارقطنى( Artinya: Dari anas bin malik ra bahwa Rasulullah SAW bersabda tidak halal harta seorang muslim dipergunakan muslim lainnya, tanpa kerelaan hati pemiliknya (Umar 2008, 66). Hadits ini menjelaskan bahwa untuk dapat memanfaatkan hak milik orang lain, harus ada izin dari pemiliknya yang sah. Begitu pula dengan pemanfaat hak milik yang atas lapung padi ini baru dapat diambil oleh para pengambil lapung apabila sudah mendapat izin dari pemilik. Namun apabila orang yang berkuasa atas benda itu tidak mengizinkan maka tidak boleh melakukan tasarruf apapun terhadap benda tersebut, sesuai dengan kaidah ushul fiqh sebagi berikut: ال يجوز ألحد أن يتصرف في المك الغير بال إذنو

11 67 Artinya: Seseorang tidak boleh melakukan tindakan apapun terhadap milik orang lain tanpa izin dari pemiliknya (Halimy 2004, 48). Dari pembahasan di atas dapat dilihat bahwa mengambil harta orang lain harus dibolehkan dalam Islam dan undang-undang yang berlaku. Namun sebagian pengambil lapung tetap bertahan dengan anggapannya bahwa pengambilan lapung ini adalah adat yang sudah biasa dilakukan dan tidak perlu lagi meminta izin terlebih dahulu kepada pemiliknya. Dalam hukum Islam dijelaskan bahwa untuk mengelola dan memanfaatkan harta milik orang lain harus mendapat izin dari penguasanya. Sama halnya dengan pengambilan lapung padi harus mendapat izin dari pemilik sawah atau pemilik lapung. Hal ini dijelaskan surat an-nisa ayat 29 (Departemen Agama RI 1992, 83): : Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka samasuka di antara kamu (QS. An-Nisaa: 29). Selanjutnya juga terdapat dalam hadits Rasulullah SAW yaitu : عن عمرو بن يثربي رضي اهلل عنو قال, قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم ال يحل مال امرئ مسلم إال بطيب نفس منو )رواه أبو داود(

12 68 Artinya: Dari Amru bin Yatsribi ra ia berkata, Rasulullah SAW bersabda Tidak halal mengambil harta seorang msulim kecuali dengan kerelaan dari dririnya. Hadits di atas menjelaskan, apabila seseorang melakukan tasarruf terhadap sesuatu tanpa izin dari pemiliknya atau ada kekuasaan dari padanya, maka dianggap sebagai perbuatan melawan hukum. Sehingga kepadanya diwajibkan mengganti kerugian atau menanggung akibat dari perbuatannya itu. Hal tersebut juga berlaku terhadap pengambilan lapung padi tanpa izin dari pemiliknya yang terjadi di Kenagarian Padang Mentinggi. Pengambilan lapung padi tanpa izin dari pemilik lapung dilakukan masyarakat karena pengambilan lapung tersebut sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat setempat. Dalam kitab ushul fiqih dinamakan dengan Urf (kebiasaan), kata Urf berasal dari kata arafa, ya rifu sering di artikan dengan al- ma ruf dengan arti sesuatu yang dikenal (Syarifuddin 2008, 363). Urf (kebiasaan masyarakat) adalah sesuatu yang berulang-ulang dilakukan oleh masyarakat daerah tertentu, terus-menerus dijalani oleh mereka baik yang terjadi sepanjang masa atau pada masa tertentu saja. Kata sesuatu mencakup sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk. Selain itu mencakup pula hal yang bersifat perkataan (qauliy) dan hal yang bersifat perbuatan (fi liy) (Asmawi 2011, 161). Dalam kitab ushul fiqih bahwa para ulama membagi urf dari segi penilaian baik dan buruk, urf terbagi menjadi dua yaitu : 3.1. Urf shahih ialah suatu hal yang sudah dikenal oleh khalayak ramai yang pelaksanaannya tidak bertentangan dengan nash, tidak melupakan maslahat dan tidak menimbulkan mafsadah. Contohnya ialah kebiasaan masyarakat menyerahkan sebahagian mahar secara kontra dan menangguhkan sebagian yang lainnya. Contoh lain yaitu kebiasaan seseorang memberikan hadiah kepada calon pengantin putri berupa kue, pakaian dan lainnya. Hadiah tersebut tidak bisa disebut sebagai

13 69 mahar tetapi merupakan hadiah biasa. Adapun Urf shahih maka harus dipelihara dalam pembentukan hukum dan pengambilan. Bagi seorang mujtahid harus memeliharanya dalam waktu membentuk hukum Urf fasid ialah kebiasaan yang sudah dikenal orang banyak, tetapi bertentangan dengan syari at Islam atau keadaannya memang dapat mengundang mudharat atau melupakan maslahat. Misalnya, berjudi untuk merayakan suatu peristiwa, pesta dengan menghidangkan minuman haram, membunuh anak perempuan yang baru lahir, melewatkan kewajiban shalat dalam pesta perkawinan atau yang sebangsanya, mengambil keuntungan riba dalam usaha jasa keuangan (Syafe i 2010, 112). Berdasarkan dari beberapa pembagian Urf (kebiasaan) yang telah penulis jelaskan di atas bahwa pengambilan lapung padi di Kenagarian Padang Mentinggi Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman termasuk kepada Urf fasid yang merupakan kebiasaan yang sudah dikenal orang banyak. Tetapi bertentangan dengan syari at Islam atau keadaannya memang dapat mengundang madharat atau melupakan maslahat. Seperti pengambilan lapung padi yang terjadi di Kenagarian Padang Mentinggi mengambil lapung padi tanpa izin dari pemilik lapung padi padahal pemilik lapung membutuhkan lapung padi tersebut. Hal ini menyebabkan pemilik lapung padi merasa keberatan dengan pengambilan lapung tanpa izin dan mendatangkan kemudharatan bagi pemilik lapung padi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengambilan lapung padi yang terjadi di Kenagarian Padang Mentinggi, Kecamatan Rao, Kabupaten Pasaman tanpa izin dari pemilik lapung padi menurut hukum Islam adalah tidak boleh atau disebut juga dengan ( Urf fasid), Sedangkan para hatobangan (yang dituakan) serta para Pemangku adat harus lebih memperhatikan pelaksanaan tradisi mengambil lapung padi yang terjadi pada masa sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pemenuhan kebutuhan manusia tidak terlepas dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pemenuhan kebutuhan manusia tidak terlepas dari adanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pemenuhan kebutuhan manusia tidak terlepas dari adanya sebuah interaksi. Maka tepatlah sebuah dogma yang mengatakan bahwa manusia adalah zoon politicon yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama islam adalah agama yang penuh kemudahan dan menyeluruh meliputi segenap aspek kehidupan, selalu memperhatikan berbagai maslahat dan keadaan, mengangkat

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Mekanisme Penggarapan Sawah di Desa Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA Sebagaimana penelitian yang dilakukan di lapangan dan yang menjadi obyek penelitian adalah pohon mangga,

Lebih terperinci

BAB IV PENUNDAAN PEMBAYARAN UPAH PANEN JAGUNG DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

BAB IV PENUNDAAN PEMBAYARAN UPAH PANEN JAGUNG DITINJAU DARI HUKUM ISLAM BAB IV PENUNDAAN PEMBAYARAN UPAH PANEN JAGUNG DITINJAU DARI HUKUM ISLAM 1. Alasan-Alasan Pemilik Jagung Melakukan Penundaan Pembayaran Upah Panen Jagung Upah mengupah termasuk salah satu bidang muamalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan mu'amalah yang paling banyak dilakukan orang adalah kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan mu'amalah yang paling banyak dilakukan orang adalah kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan mu'amalah yang paling banyak dilakukan orang adalah kegiatan jual beli dan jual beli itu sendiri merupakan kegiatan transaksi yang dibolehkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan hasil penelitian ini. Maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila dalam melakukan transaksi dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktik Tukar-Menukar Rambut di Desa Sendangrejo Lamongan Dari uraian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat melangsungkan hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama BAB IV ANALISIS URF TERHADAP PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Analisis terhadap Praktik Penggarapan Tanah Sawah dengan Sistem Setoran di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL A. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Handphone Black Market di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor Sebelum menganalisa praktek makelar yang ada di lapangan, terlebih dahulu akan menjelaskan makelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Semakin berkembangnya zaman di era modern ini banyak perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai perkembangan masyarakat muslim, di antara perubahan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh masyarakat Ende Nusa Tenggara Timur adalah suatu pemberian dari pihak calon mempelai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO A. Analisis Terhadap Sudut Kepemilikan Dari Obyek Sewa Tanah Fasum di Desa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 1 BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Gadai Pohon Cengkeh di Desa Sumberjaya Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data lapangan yaitu hasil dari wawancara dan dokumentasi, beserta data kepustakaan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK 60 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK Salah satu asas kewarisan Islam adalah asas bilateral yang merupakan perpaduan dari dua

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN A. Analisis tentang Pelaksanaan Utang Piutang Padi pada Lumbung Desa Tenggiring Utang piutang

Lebih terperinci

MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU

MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI NAFKAH MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA A. Tinjuan Hukum Islam Terhadap Penarikan Kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka 1 IBNU KHOLDUN (10220052) PENDAPAT TOKOH AGAMA TERHADAP UTANG PIUTANG PANENAN KOPI (Studi Kasus Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Pada akhir-akhir ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar pada kelompok-kelompok pembeli menurut jenis-jenis produk tertentu dan

BAB I PENDAHULUAN. pasar pada kelompok-kelompok pembeli menurut jenis-jenis produk tertentu dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis, para pedagang umumnya berusaha menguasai segmen pasar untuk memperoleh keuntungan. Segmen pasar adalah usaha pemisahan pasar pada kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA 59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA Lembaga-lembaga keuangan muncul karena tuntutan obyek yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA A. Tata Cara Pelaksanaan Akad Pelaksanaan akad deposito di BNI Syari ah dimulai pada waktu pembukaan rekening

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 13 Tahun 2011 Tentang HUKUM ZAKAT ATAS HARTA HARAM

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 13 Tahun 2011 Tentang HUKUM ZAKAT ATAS HARTA HARAM FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 13 Tahun 2011 Tentang HUKUM ZAKAT ATAS HARTA HARAM Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa seiring dengan pesatnya sosialisasi kewajiban

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG Pengembangan Bisnis Melalui Model Waralaba Syari ah di Laundry Polaris Semarang Di dalam konteks fiqh klasik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA A. Tata Cara Pelaksanaan Sulam Alis di Salon kecantikan Evi Beauty Galery Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS DATA A. Tata Cara Pelaksanaan Sulam Alis di Salon kecantikan Evi Beauty Galery Bandar Lampung BAB IV ANALISIS DATA A. Tata Cara Pelaksanaan Sulam Alis di Salon kecantikan Evi Beauty Galery Bandar Lampung Prosedur yang dilakukan untuk mengerjakan sulam alis di Salon Kecantikan Evy Beauty Galery

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan berinteraksi, mereka dapat mengambil dan memberikan manfaat. Salah satu praktik yang merupakan hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN 63 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN A. Analisis Tentang Latarbelakang Tradisi Melarang Istri Menjual Mahar Di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA A. Pandangan Ulama LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) Terhadap Poligami Tanpa Meminta Persetujuan Istri Poligami

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS

BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS 56 BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS A. Analisis Terhadap Sebab-sebab Janda Tidak Mendapat Waris Sebagaimana hasil wawancara dengan warga desa Kemiren, bahwa Janda dalam suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala bentuk praktek perdagangan atau jual beli pada suatu pasar saat ini telah membentuk karakter manusia yang saling ketergantungan sama lain untuk saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jual beli merupakan salah satu cara manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan dan diperbolehkan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Samlawi selaku sesepuh desa Tanjung Anom, dan masyarakat setempat lainnya. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI 63 BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI A. Analisis Mekanisme Pengupahan Pemolong Cabe Di Desa Bengkak Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pauh adalah sebuah Desa di Kecamatan Limpasu di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan Indonesia. Persentase luas Desa Pauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas dasar suka sama suka atau bisa juga memindahkan hak milik kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. atas dasar suka sama suka atau bisa juga memindahkan hak milik kepada orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli adalah saling tukar menukar suatu barang dengan barang lainnya atas dasar suka sama suka atau bisa juga memindahkan hak milik kepada orang lain dengan

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA A. Analisis Tradisi Pelaksanaan Kewarisan Tunggu Tubang Adat Semende di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi Bisnis database pin konveksi adalah sebuah bisnis dimana objek yang diperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

Lebih terperinci

Perdagangan Perantara

Perdagangan Perantara Perdagangan Perantara Diriwayatkan dari Hakim bin Hazzam dari ayahnya, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Biarkan Allah memberi rizki kepada sebagian manusia dari sebagian yang lain. Maka, jika seorang

Lebih terperinci

Kaidah Fiqh. Keadaan Darurat Tidak Menggugurkan Hak Orang Lain. Publication: 1435 H_2014 M DARURAT TIDAK MENGGUGURKAN HAK ORANG LAIN

Kaidah Fiqh. Keadaan Darurat Tidak Menggugurkan Hak Orang Lain. Publication: 1435 H_2014 M DARURAT TIDAK MENGGUGURKAN HAK ORANG LAIN Kaidah Fiqh اال ض ط ر ار ال ي ب ط ل ح ق الغ ي Keadaan Darurat Tidak Menggugurkan Hak Orang Lain Publication: 1435 H_2014 M DARURAT TIDAK MENGGUGURKAN HAK ORANG LAIN Disalin dari Majalah al-sunnah, Ed.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Perubahan Harga Jual Beli Sapi Secara Sepihak Di Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencari kemaslahatan pribadi, keluarga maupun umum. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencari kemaslahatan pribadi, keluarga maupun umum. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli merupakan salah satu sarana yang baik dan efektif bagi manusia untuk mencari kemaslahatan pribadi, keluarga maupun umum. Hal ini karena jual beli

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA DI COUNTER KAAFI CELL DAN ANUGRAH CELL SIDOARJO A. Analisis Praktek Jual Beli Handphone Servis yang

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM FLAT KE EFEKTIF PADA BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA PELUNASAN ANGSURAN MURABAHAH DI BANK RAKYAT INDONESIA KANTOR CABANG PEMBANTU SYARI'AH GRESIK A.

Lebih terperinci

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN 1 TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN (Studi Komparatif Pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi i dalam Kajian Hermeneutika dan Lintas Perspektif) Pendahuluan

Lebih terperinci

LAPORAN AGAMA K-07. Hukum dan HAM dalam Islam. Kelompok 3.a. Anngota kelompok: Kartika Trianita Zihnil Adha Islamy Mazrad

LAPORAN AGAMA K-07. Hukum dan HAM dalam Islam. Kelompok 3.a. Anngota kelompok: Kartika Trianita Zihnil Adha Islamy Mazrad LAPORAN AGAMA K-07 Hukum dan HAM dalam Islam Kelompok 3.a Anngota kelompok: Kartika Trianita 10510007 Zihnil Adha Islamy Mazrad 10510011 Widya Tania Artha 10510026 Dewi Ratna Sari 10510028 Nilam Wahyu

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP JUAL BELI TANAH SEGORO DI DESA BANYUURIP KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK

BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP JUAL BELI TANAH SEGORO DI DESA BANYUURIP KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK 88 BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP JUAL BELI TANAH SEGORO DI DESA BANYUURIP KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Tinjauan Tentang Mekanisme Pengalihan Hak Atas Tanah Dalam Sistem Hukum Agraria Sehubungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP A. Deskripsi akad jasa pengetikan skripsi dengan sistem paket di Rental Biecomp Jemurwonosari Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP 1. Akad Awal dalam Transaksi Jual Beli Hasil Perkebunan tembakau a.

Lebih terperinci

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR A. Analisis Terhadap Tradisi Penitipan Beras Di Toko

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Upah Sistem Tandon Di Toko

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI A. Analisis Persepsi Masyarakat Muslim Mengenai Bunga dalam Kegiatan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Jual Beli Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Kandang di PT. Juang Jaya Abdi Alam Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulunya, bahwa jual beli yang terjadi di PT. Juang Jaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya, manusia melakukan usaha sesuai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya, manusia melakukan usaha sesuai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya, manusia melakukan usaha sesuai bidang keahlian yang dapat mendatangkan penghasilan. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain tugasnya hanya ibadah kepadanya. Dalam ekosistemnya, Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli merupakan salah satu aktivitas bisnis yang sudah berlangsung cukup lama dalam masyarakat. Namun demikian, tidak ada catatan yang pasti kapan awal mulanya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA A. Kedudukan Koperasi Dalam Perspektif Hukum Islam Dalam garis besarnya,

Lebih terperinci

dalam ibadah maupun muamalah. Namun nas-nas syarak tidak secara rinci memberikan solusi terhadap berbagai macam problematika kehidupan manusia.

dalam ibadah maupun muamalah. Namun nas-nas syarak tidak secara rinci memberikan solusi terhadap berbagai macam problematika kehidupan manusia. BAB IV ANALISIS URF TERHADAP TRADISI HUTANG-PIUTANG JASA (IRUTAN) DI DUSUN WONOSARI DESA JOGODALU Islam datang untuk mengatur berbagai segi kehidupan manusia baik dalam ibadah maupun muamalah. Namun nas-nas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taklik talak adalah suatu ucapan talak yang digantungkan pada suatu syarat yang syarat tersebut terjadi pada waktu yang akan datang. Syarat tersebut diucapkan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Adatu Muhakkamat maka akan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam Tinjauan Hukum Pernikahan Islam

BAB IV PENUTUP. Adatu Muhakkamat maka akan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam Tinjauan Hukum Pernikahan Islam 1 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan dan analisis di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan jika dianalisis dengan Hukum Pernikahan Islam dan Kaidah Al- Adatu Muhakkamat maka akan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL A. Analisis Terhadap Pembagian Waris Secara Perdamaian Di Desa Tamanrejo Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan umat manusia, dan usaha juga sangat menentukan pola hidup, corak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan umat manusia, dan usaha juga sangat menentukan pola hidup, corak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia, dan usaha juga sangat menentukan pola hidup, corak dan karakter suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia semenjak dari mereka berada di muka bumi ini merasa perlu akan bantuan orang lain dan tidak sanggup berdiri sendiri untuk memenuhi maksud-maksudnya

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), setelah: Menimbang : a. bahwa salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN 69 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN A. Analisis Sistem Penetapan Harga {Pada Jual Beli Air Sumur di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA 51 BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA A. Aplikasi Pemberian Upah Tanpa Kontrak Di UD. Samudera Pratama Surabaya. Perjanjian (kontrak) adalah suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG A. Analisis Faktor Pendorong Jual Beli Cegatan di Desa Gunungpati Kecamatan Gunungpati

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN Hutang piutang antara petani tambak dengan tengkulak yang

Lebih terperinci

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad) PENGANTAR Sumber hukum tertinggi dalam Islam adalah Al- Quran dan Sunnah. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, banyak permasalahan baru yang dihadapi umat Islam, yang tidak terjadi pada masa Rasulullah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Aplikasi Penarikan dan Penyaluran Uang Kembalian Untuk Program Donasi Pada Alfamart Prasanti II Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS DATA. A. Aplikasi Penarikan dan Penyaluran Uang Kembalian Untuk Program Donasi Pada Alfamart Prasanti II Bandar Lampung BAB IV ANALISIS DATA Setelah mengumpulkan data kemudian dituangkan dalam penulisan pada bab-bab terdahulu, sebagai langkah selanjutnya akan dilakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan. A. Aplikasi

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle L/C Impor Syariah Kontribusi dari Administrator Sunday, 16 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

FATWA FIQIH JINAYAH : BOM BUNUH DIRI Oleh: Nasruddin Yusuf ABSTRAK

FATWA FIQIH JINAYAH : BOM BUNUH DIRI Oleh: Nasruddin Yusuf ABSTRAK FATWA FIQIH JINAYAH : BOM BUNUH DIRI Oleh: Nasruddin Yusuf ABSTRAK Bom bunuh diri yang dilakukan muslim Palestina sejak sekitar satu sasawarsa terakhir yang sekarang mulai merebak kebeberapa negara seprti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang riwayat yang sampai kepada kita bahwa qiyas itu diberikan kepada Nabi saw, dan disamping itu ada pula beberapa riwayat yang sampai kepada kita, bahwa qiyas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor Muamalah ialah semua hukum syariat yang bersangkutan dengan urusan duniawi, dengan memandang kelanjutan hidup seseorang, seperti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL 1. Analisis Praktek Jual Beli Hasil Bumi Dengan Sistem Panjar Di Desa Jenarsari Gemuh Kendal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA 65 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Bursa Efek Indonesia Surabaya Ada dua jenis perdagangan di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Alasan-Alasan Izin Poligami Di Pengadilan Agama Pasuruan Fitrah yang diciptakan Allah atas manusia mengharuskan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA-MENYEWA BERANTAI DI JORONG BIARO KENAGARIAN BIARO GADANG KEC. IV ANGKEK KAB. AGAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA-MENYEWA BERANTAI DI JORONG BIARO KENAGARIAN BIARO GADANG KEC. IV ANGKEK KAB. AGAM BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA-MENYEWA BERANTAI DI JORONG BIARO KENAGARIAN BIARO GADANG KEC. IV ANGKEK KAB. AGAM 1. Pelaksanaan Sewa- Menyewa Berantai di Jorong Biaro Kenagarian Biaro

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier.

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier. BAB V ANALISIS Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa terdapat perbedaan pendapat di membolehkan keluar rumah dan berhias bagi wanita karier dan ada yang melarang keluar rumah dan berhias

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang BAB II DASAR TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Bank Syariah Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang operasional dan

Lebih terperinci

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH 90 BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH A. Tinjauan Tentang Jual Beli Sepatu Solid di Kecamatan Sedati Sidoarjo Dengan mengikuti empat mazhab fiqh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. taufiq dan hidayah-nya, skripsi ini telah dapat dirampungkan. Selanjutnya

KATA PENGANTAR. taufiq dan hidayah-nya, skripsi ini telah dapat dirampungkan. Selanjutnya KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa dengan taufiq dan hidayah-nya, skripsi ini telah dapat dirampungkan. Selanjutnya shalawat beserta salam penulis sampaikan kepangkuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA A. Analisis Pelaksanaan Transaksi Jual Beli Tanah Milik Anak yang Dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan

Lebih terperinci

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY Ya Allah, cukupkanlah diriku dengan rizki-mu yang halal dari rizki-mu yang haram dan cukupkanlah diriku dengan keutamaan-mu dari selain-mu. (HR. At-Tirmidzi dalam Kitabud

Lebih terperinci

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD MURA>BAH{AH DENGAN TAMBAHAN DENDA PADA KELOMPOK UKM BINAAN DI BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL (BTPN) SYARIAH SURABAYA A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah{ah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pesanan Makanan Dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG A. Analisis Praktik Utang Piutang Hewan Ternak Di Desa Ragang Dari data mengenai proses dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak Dalam Jual Beli

Lebih terperinci

5 Oktober 2011 AAEI ITB K-07

5 Oktober 2011 AAEI ITB K-07 1 2 ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH... 3 Gina Maulia (10510064) Dewi Ratna Sari (10510028) KELOMPOK 3 Nilam Wahyu Nur Sarwendah (10510051) Widya Tania Artha (10510026) Kartika Trianita (10510007)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 280. h Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru algensindo, 2013), h.

BAB I PENDAHULUAN 280. h Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru algensindo, 2013), h. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia yang masingmasing saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan dalam masyarakat, penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan dalam masyarakat, penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya adalah hasil cipta rasa dan karya manusia. Tradisi menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan dalam

Lebih terperinci

بعد الصلاة فهي صدقة من الصدقات.

بعد الصلاة فهي صدقة من الصدقات. BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN ZAKAT FITRAH KEPADA MASYARAKAT SECARA MERATA DI MASJID DARUL MUTTAQIN DESA WANAR KECAMATAN TERSONO KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Zakat Fitrah di

Lebih terperinci