BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA-MENYEWA BERANTAI DI JORONG BIARO KENAGARIAN BIARO GADANG KEC. IV ANGKEK KAB. AGAM
|
|
- Yulia Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA-MENYEWA BERANTAI DI JORONG BIARO KENAGARIAN BIARO GADANG KEC. IV ANGKEK KAB. AGAM 1. Pelaksanaan Sewa- Menyewa Berantai di Jorong Biaro Kenagarian Biaro Gadang Kec. IV Angkek Kab. Agam Sewa- menyewa adalah termasuk salah satu bidang muamalah yang merupakan perwujudan dari tolong-menolong antara sesama manusia. Bidang muamalah itu adalah suatu yang membidangi segala aturan agama yang mengatur hubungan antara sesama manusia baik yang seagama maupun tidak. Pada umumnya dimana manusia berada di atas permukaan bumi ini, pasti akan melakukan muamalah. Cabang dari muamalah itu banyak sekali, diantaranya transaksi sewa-menyewa. Berdasarkan observasi tanggal 7 Mei 2017, pelaksanaa sewamenyewa berantai yang ada di Biaro ini berawal dari perjanjian antara Afwan sebagai pemilik dengan Jonedi sebagai penyewa, yang menjadi objek dari yang disewa adalah berupa sebidang tanah kosong dengan ukuran 300M dengan harga pertahunnya sebesar Rp Jonedi menyewa tanah tersebut selama 6 tahun dengan pembayaran Rp Penyerahan tersebut dilakukan dengan cara lisan dan pembayarannya dengan bukti adanya kuitansi. Setelah tanah tersebut di terima Jonedi, tanah tersebut digunakan untuk membangun sebuah bangunan semi permanen beserta tempat tinggal. Dari sisa pembangunan seluas 100M, Jonedi menyewakan kembali ke pihak penyewa kedua yaitu Delviadi dengan jangka waktu penyewaan selama 3 tahun, dengan harga Rp pertahun, Jonedi melakukan tanpa sepengetahuan pemilik. Hal itu juga dilakukan oleh Delviadi terhadap penyewa ketiga yaitu Elfa Darmila dalam jangka waktu penyewaan 1 tahun dengan harga Rp Masing- masing penyewa ini memiliki tujuan yaitu untuk mendapatkan keutungan dari pihak yang menyewa tanpa sepengetahuan si pemilik. (Jonedi 2017) 59
2 60 Sewa-Menyewa Berantai di Jorong Biaro adalah suatu perjanjian yang terjadi antara si pemilik sewa dengan si penerima sewa yang mengikatkan dirinya untuk memberikan kenikmatan kepada pihak lain dari suatu barang, selama jangka waktu tertentu. Dengan pembayaran yang dilakukan oleh masing-masing pihak penyewa, pihak penerima sewa mendapatkan kenikmatan dari barang serta melakukan pengalihan dengan cara sambung-menyambung antara pihak pertama ke pihak selanjutnya atau istilah orang kampung Tembak Ateh Kudo. (Amniati 2017). Seperti diketahui, mengenai sewa-menyewa yang terjadi di Biaro mulai dari sewa pakaian adat, kendaraan, bangunan dan tanah. Ada yang melakukan sewa secara sambung-menyambung atau disebut sebagai sewa-menyewa berantai. Mengenai sewa-menyewa tanah yang terjadi di Biaro, adanya sewa-menyewa yang dilakukan dengan cara sambung menyambung yaitu dari si pemilik pertama sampai penyewa yang terakhir menyewa. Sewa dilakukan sebanyak 3 kali sewa dengan ukuran, objek dan harga yang disewa berbeda-beda tanpa sepengetahuan si pemilik pertama. (Jonedi 2017). Sebagaimana yang telah penulis wawancarai salah seorang masyarakat Biaro selaku pemilik tanah yang telah melakukan sewamenyewa. Afwan mengatakan bahwa dalam pelaksanaan sewa- menyewa yang dilakukan oleh Afwan dengan Jonedi telah diserahkan sesuai dengan ketentuan ketentuan yang telah disepakati. Penyerahan ini dilakukan dengan cara lisan dan alat bukti kuitansi. Mengenai pemindahan sewa yang dilakukan pihak penyewa pertama awalnya Afwan tidak mengetahui telah terajadinya penyewaan kembali. Dikarenakan dalam perjanjian sewa tidak ada pembicaraan mengenai boleh tidaknya menyewakan kembali ke pihak penyewa selanjutnya. Afwan mengetahui hal itu setelah tanah tersebut disewakan kembali ke pihak penyewa kedua. (Afwan 2017).
3 61 Menurut Jonedi sebagai penyewa pertama, mengatakan ia menyewa kepada si pemilik sewa dengan luas tanah 300M untuk membangun sebuah bangunan semi permanen beserta tempat tinggal. Setelah pembangunan selesai, Jonedi hanya memakai tanah seluas 200M dan sisa tanah 100M hanya dijadikan sebagai tempat parkir. Mengenai sisa tanah tersebut awalnya Jonedi tidak terfikir untuk menyewakan sisa tanahnya kepihak lain. Akan tetapi Delviadi sebagai penyewa kedua meminta kepada Jonedi menyewakan sisa tanah untuk berjualan pecal ayam dan hanya mendirikan sebuah tenda. Dikarena alasan Delviadi untuk mendirikan sebuah tenda, Jonedi merasa tidak perlu memberi tahu pemilik tanah untuk menyewakan tanah yang telah disewa, sebab tanah yang telah Jonedi sewa itu telah menjadi hak Jonedi selama penyewaan berlangsung. (Jonedi 2017) Sedangkan menurut Delviadi sebagai penyewa kedua mengatakan pelaksanaan sewa-menyewa yang dilakukannya tersebut awalnya hanya sekedar menyewa tanah untuk berjualan masakan dengan mendirikan sebuah tenda. Dengan sendirinya Delviadi menukar perjanjian tersebut dengan membangun sebuah bangunan semi permanen. Alasannya karena mengganggap bahwa dalam perjanjian sewa tanah dibolekan mengubah isi perjanjiannya dari menegakkan sebuah tenda menjadi sebuah bangunan semi permanen. Setelah pembangunan semi permanen selesai dengan dua pintu, kemudian Delviadi menyewakan satu pintu ke pihak penyewa selanjutnya dan mendapatkan keuntungan yang lebih dari hasil yang disewakan tanpa sepengetahuan si pemilik. (Delviadi 2017) Menurut Elfa Darmila sebagai penyewa ketiga mengatakan dalam pelaksanaan sewa-menyewa yang dilakukannya, hanya menyewa bangunan semi permanen 1 pintu dari Delviadi selama 1 tahun dengan harga sewa Rp dengan bukti kuitansi tanpa adanya perantaraan. Penyewaan ini dilakukan tanpa sepengetahuan si pemilik. (Elfa Darmila, 2017)
4 62 Mengenai sewa-menyewa berantai yang terjadi di Biaro, penyewaan ini dilakukan sebanyak 4 kali sewa dengan merubah akad, objek, harga serta keuntungan yang diperoleh masing-masingnya berbeda-beda. Penyewa I atas nama Jonedi menyewa tanah dari Afwan seluas 300M dengan harga sewa pertahun, penyewaan ini dilakukan selama 6 tahun. Penyewa II atas nama Delviadi menyewa tanah dari Jonedi seluas 100M dengan harga pertahun, penyewaan ini dilakukan selama 3 tahun. Penyewa III atas nama Elfa Darmila menyewa bangunan semi permanen dengan luas 50M dengan harga pertahun, penyewaan ini dilakukan selama 1 tahun. ( Jonedi, Delviadi 2017) Mengenai sewa, Jonedi menyatakan bahwa sewa ini berlangsung dari tahun 2015 sampai berakhirnya waktu penyewaan pada tahun Sedangkan beralihnya penyewaan ini dimulai pada pertengahan 2016 sampai pada saat ini dengan merubah akad, objek dan harga yang disewakan berbeda-beda. Dimulai dari harga awal penyewaan tanah dengan ukuran 300M senilai Rp pertahun, penyewaan tanah dengan ukuran 100 M senilai Rp pertahun hingga penyewaan 1 bangunan semi permanen, dengan ukuran 50 M senilai Rp pertahunnya. (Jonedi 2017) Menurut sepengetahuan Afwan selama terlaksananya sewa masing-masing pihak penyewa mendapatkan keuntungan yang berbedabeda, serta pengalihan sewa yang dilakukan masing-masingnya dilakukan tanpa sepengetahuan si pemilik.(afwan, 2017). Sedangkan Jonedi menyatakan bahwa Jonedi menyewa tanah dari Afwan dengan ukuran 300M senilai Rp pertahunnya selama 6 tahun dengan total harga Rp Jonedi menyewakan kembali sisa tanah ke Delviadi dengan ukuran 100M senilai Rp pertahun selama 3 tahun dengan total harga Rp Sedangkan Delviadi menyewakan 1 bangunan semi permanen dengan ukurang 50M
5 63 senilai Rp pertahun. Mengenai keuntungan yang didapatkan masing-masing penyewa itu sudah terlihat jelas dari harga dan ukuran yang di sewakan. (Jonedi 2017) Menurut masing-masing penyewa menjelaskan bahwa batas waktu penyewaan sesuai dengan berapa lama perjanjian yang telah disepakati dari awal penyewaan. Jika penyewa ingin memperpanjang waktu sewa setelah waktu penyewaan yang pertama selesai, maka penyewaan tersebut dapat dilakukan kembali ke pihak-pihak penyewa sampai batas waktu penyewaan yang dilakukan Jonedi dan Delviadi habis. Setelah jangka waktu penyewan selesai maka tanah tersebut kembali ke Afwan selaku pemilik tanah. (Jonedi, Afwan 2017) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.1 Pemilik Tanah Alasan pemilik tanah menyewakan, karena pemilik merasa rugi jika tanah yang berlokasi sangat strategis dengan jalan lintas dibiarkan kosong begitu saja, sedangkan ia sangat membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan keluarganya Alasan pemilik tanah menyewakan, karena dengan menyewakan tanah tersebut, keuntungan yang di dapatkan pertahunnya pun sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan keluargannya. 1.2 Penerima Sewa I Alasan menyewakan kembali tanah yang ia sewa dari pemilik tanah tersebut, dikarenakan ingin melunasi utang barang bangunan yang telah dipergunakan selama pembangunan yang belum selesai pembayarannya Alasan menyewakan kembali tanah tersebut, karena ia terpengaruh oleh Delviadi yang meminta supaya ia
6 64 menyewakan sisa tanah sebesar 100M untuk menegakkan tenda berjualan pecal ayam. Pada hal, awalnya tanah tersebut tidak akan disewakannya. 1.3 Penerima Sewa II Alasan menyewakan kembali, karena Delviadi ingin menambah modal usaha jualan hariannya. Sehingga dengan menyewakan 1 bangunan semi permanen dapat membantu memajukan usaha serta dapat membantu kebutuhan keluarga. 1.4 Penerima Sewa III Alasan menerima sewa, karena Elfa hanya mengetahui bahwa ruko tersebut milik Delviadi. Elfa ingin mengembangkan usaha berjualan beras yang awalnya hanya sekedar berjualan di setiap pasar (balai) hingga bertekad ingin menetap dengan menyewa ruko yang terletak di Biaro dan sangat dekat dengan keramaian. Dilihat dari beberapa pendapat warga Biaro ini, penyewaan dilakukan hanya karena ingin mendapatkan keuntungan dari masingmasing yang melakukan sewa-menyewa berantai. Sebab mereka samasama ingin mendapatkan keuntungan guna untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, serta membantu dalam pembayaran sewa. Lokasi tanah tersebut sangatlah strategis dan sangat dekat dengan jalan lintas, serta dekat dengan pasar Biaro yang hari pasarnya setiap hari rabu dan sabtu. Jika diperkirakan dengan jarak tempuh ke pusat kota Bukittinggi kira-kira memakan waktu menit. (Reflianis 2017) 2. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Sewa-Menyewa Berantai di Jorong Biaro Kenagarian Biaro Gadang Kecamatan IV Angkek Kabupaten Agam Islam merupakan agama yang universal dan komprehensif. Dikatakan komprehensif, karena Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia
7 65 baik dalam melaksanakan ibadah ritual seperti shalat, haji, puasa, dan sebagainya, juga dengan bermuamalah. Dikatakan universal karena daya berlakunya tidak terbatas oleh waktu dan tempat, berlaku sepanjang masa sampai akhir zaman. Sebagaimana kaidah-kaidah fiqh mengatakan bahwa: األصل يف املعاملة اإلباحة إال أن يد ل د ليل على حترميها Artinya: Hukum asal muamalah adalah boleh selama tidak ada dalil yang mengharamkannya. (Djazuli 2010, 10). Maksud kaidah ini adalah bahwa dalam setiap muamalah dan transaksi pada dasarnya boleh, seperti jual beli, sewa-menyewa, gadai, kerja sama, (mudharabah atau musyarakah), perwakilan, dan lain-lain, kecuali yang diharamkan seperti yang mengakibatkan kemudaratan, tipuan, judi, dan riba. ( Djazuli 2010, 130). Adapun segala aktifitas seseorang di dunia ini tidak akan bisa lepas dari syari at Islam. Termasuk dalam melakukan segala aktifitas muamalah maka seseorang harus menyelaraskannya dengan prinsip-prinsip muamalah adalah: 1) Mubah Prinsip dasar dalam setiap bentuk muamalah dalam Islam adalah mubah atau boleh. Setiap akad muamalah yang dilakukan manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya adalah boleh selama tidak ada dalil yang menyatakan keharamannya. 2) Sesuai dengan ketentuan syari at dan aturan pemerintah Dengan dasar prinsip ini segala transaksi yang membawa ke arah positif atau kebaikan dapat dibenarkan selama tidak bertentangan dengan ketentuan syari at. Sebaliknya setiap transaksi yang menbawa kearah negatif atau merugikan para pihak dilarang oleh syari at. Begitu juga dengan muamalah yang dilakukan harus dapat merealisasikan tujuan syari at yaitu mewujudkan kemaslahatan dan menghindarkan kemudaratan dalam kehidupan manusia.
8 66 3) Azas manfaat Benda yang akan ditransaksikan harus mempunyai manfaat, baik manfaat yang dapat dirasakan secara langsung seperti memanfaatkan tanah yang disewa dan rumah yang disewa. Muamalah dalam Islam harus mengandung manfaat dan menghindari bentuk kesia-siaan termasuk sikap mubazir dan orang yang melakukan tindakan mubazir termasuk saudara setan. (Linda 2005, 4-8) Dalil yang dapat mengubah hukum muamalah dari boleh (mubah) kepada tidak boleh (haram) tersebut mengacu kepada ushul fiqh sebagai satu disiplin ilmu sebagai kaidah-kaidah yang akan digunakan seorang mujtahid untuk menyimpulkan hukum fikih dari satu persatu dalilnya. (Efendi 2009, 8). Para ulama fiqih mengatakan yang menjadi dasar kebolehan akad ijarah. Sebagaimana yang terdapat dalam Surat Az-Zukhruf ayat 32 : ه م ا ل ي س م و ن ر ح ة ر ب ك ن ن ق س م ن ا ب ي ن ه م م ع يش ه م يف ا ال ند ي ا و ر ف ع ن ا ب ع ض أ ى م ي ق ف و ق ب ع ض د ر ج ات ل ي خ ذ ب ع ض ه م ب ع ض ا س خ ر ي ا و ر ح ة ر ب ك خ ي ر م ا ي م ع و ن لزخوف ۲۳ ( (ا Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (QS. Az-Zukhruf: 32) ( Departemen Agama RI, 2001, 392) Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya Allah meninggikan derajat sebagian manusia atas sebagian lainnya, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Hal ini disebut sebagai ijarah, karena ijarah adalah mengambil manfaat atas benda atau jasa.
9 67 Layaknya sebuah transaksi ijarah dapat dikatakan sah apabila memenuhi sebuah rukun dan syarat. Agar transaksi sewa-menyewa menjadi sah, harus terpenuhi rukun dan syaratnya. Menurut ulama Hanafiyah rukun dari ijarah itu hanya satu ijab dan kabul. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa orang yang berakad, imbalan, manfaat termasuk ke dalam syarat-syarat ijarah. (Haroen, 2000, 231) Sewa-menyewa merupakan salah satu pencapaian kebutuhan manusia dan tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari seperti yang dilakukan masyarakat Jorong Biaro. Adapun yang menjadi syarat dari sewa-menyewa yaitu adanya dua orang yang berakad, kedua belah pihak yang menyatakan kerelaannya untuk melakukan akad ijarah, manfaat yang menjadi objek ijarah harus diketahui secara sempurna, objek ijarah itu boleh diserahkan dan dipergunakan secara langsung, objek ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara, objek ijarah itu merupakan sesuatu yang bisa disewakan, upah atau sewa dalam akad ijarah jelas dan bernilai harta. Menurut Jumhur Ulama rukun ijarah ada empat yaitu : orang yang berakad, adanya upah, manfaat kerja sama, serta adanya sighat (ijab dan kabul). Dalam ajaran Islam ijarah dari segi objeknya ada dua yaitu, Ijarah terhadap manfaat suatu benda dikenal dengan sewa-menyewa misalnya tanah kosong, rumah, kendaraan dan lain-lain, Ijarah terhadap perbuatan atau tenaga manusia yang diistilahkan dengan upah mengupah, seperti buruh bangunan, tani tukang jahit dan lain-lain. Namun di dalam sewa-menyewa tersebut adanya ketidakjujuran antara pihak-pihak penyewa dalam menggunakan objek yang disewa, yaitu masing-masing penyewa melakukan pengalihan sewa secara terusmenerus sampai penyewaan tersebut dilakukan sebayak 3 kali sewa kepada 3 orang yang berbeda-beda, objek dan harga yang disewa pun berbeda. Perjanjian itu dilanggar dengan adanya penambahan penyewa baru dan tanpa sepengetahuan si pemilik. Sebagaimana kaidah fiqh
10 68 mengatakan bahwa Tidak boleh seseorang memanfaatkan milik orang lain tanpa izinnya. Kaedah yang dimaksud di antaranya: ال يو ز الحد ان ي صر ف يف ملك غيه بال ازو Artinya: Tidak seorangpun boleh melakukan tindakan hukum atas milik orang lain tanpa izin si pemilik harta Maksud dari kaedah di atas adalah Izin dimaksud boleh jadi izin secara langsung, dan izin secara tidak langsung (izin dalalah) yaitu secara kebiasaan ( urf), hal seperti ini sudah dimaklumi tanpa ada izin lisan atau sudah diketahui ridhonya si pemilik jika barangnya dimanfaatkan. Atas dasar kaidah ini, maka si penjual haruslah pemilik barang yang dijual atau wakil dari pemilik barang atau yang diberi wasiat atau wakilnya. Tidak ada hak orang lain pada barang yang dijual. (Djazuli 2014, 131) Mengenai persoalan memanfaatkan barang sewaan di antaranya: a. Sewa rumah Jika seseorang menyewa rumah, dibolehkan untuk memanfaatkannya sesuai kemauan orang yang menyewa, baik dimanfaatkan sendiri atau dengan orang lain, bahwa boleh di sewakan kembali atau dipinjamkan pada orang lain. b. Sewa tanah Sewa tanah diharuskan untuk menjelaskan tanaman apa yang akan ditanam atau bangunan apa yang akan didirikan di atasnya. Jika tidak dijelaskan, ijarah dipandang rusak. c. Sewa kendaraan Dalam menyewa kendaraan, baik hewan atau kendaraan lainnya harus dijelaskan salah satu di antara dua hal, yaitu waktu dan tempat. Juga harus dijelaskan barang yang akan dibawa atau benda yang akan diangkut. (Syafei 2001, ). Mengenai pendapat ulama cara pemanfaatan barang sewaan sesuai dengan di atas, masing-masing objek yang disewa berbeda-beda. Seseorang menyewa rumah, maka ulama membolehkan untuk memanfaatkan objek yang disewa. Apabila objek yang disewa berupa tanah, maka haruslah dijelaskan kegunaan dari tanah yang disewa.
11 69 sedangkan sewa kendaraan juga harus dijelaskan barang yang akan di bawa. Mengenai sewa-menyewa, musta jir dibolehkan menyewakan lagi barang sewaan kepada orang lain dengan syarat penggunaan barang itu sesuai dengan penggunaan yang dijanjikan ketika akad, seperti penyewaan seekor kerbau, ketika akad dinyatakan bahwa kerbau itu disewa untuk membajak di sawah, kemudian kerbau tersebut disewakan lagi dan timbul musta jir kedua, maka kerbau itu pun harus digunakan untuk membajak pula. Mengenai harga penyewaan yang kedua ini bebasbebas saja, dalam arti boleh lebih besar, lebih kecil, atau seimbang. (Suhendi 2014, ). Berdasarkan pendapat di atas, para ulama membolehkan melakukan pengalihan sewa, asalkan sesuai dengan akad yag diperjajikan pada awalnya terlaksananya sewa-menyewa. Mengenai harga penyewaan boleh lebih besar, lebih kecil, atau seimbang Adapun mengenai penyewaan tanah dibolehkan asalkan didalamnya disyaratkan penjelasan tentang tujuan penyewaan tanah tersebut. Apakah tanah tersebut untuk pertanian atau pembangunan. Apabila penyewaan tanah tersebut untuk pertanian maka harus dijelaskan apa yang akan ditanam, kecuali apabila pemilik tanah mengizinkan penyewaan untuk menanam apa saja yang dikehendakinnya. Apabila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi maka penyewaan batal karena manfaat tanah berbeda seiring dengan perbedaan penggunaannya untuk pembangunan atau pertanian, sebagaimana umur tanaman juga berbeda satu sama lain. Penyewaan boleh menanami tanah dengan selain tanaman yang telah disepakati, asalkan kerugian yang ditimbulkannya sama dengan kerugian yang ditimbulkan oleh tanaman yang disepakati atau lebih kecil darinya. (Sabiq 2013, 157). Ulama membolehkan dalam penyewaan tanah, asalkan penyewa menjelaskan tujuan dari penyewaan tanah tersebut. Adapun mengenai orang yang menyewa suatu barang boleh memindah tangankan kepada orang lain jika sama harganya atau lebih
12 70 murah, dan tidak dengan harga yang lebih tinggi karena dapat merugikan. Jika pemilik barang mensyaratkan tidak boleh memindahtangankan kepada orang lain saat transaksi, penyewa tidak boleh melakukannya karena orang Islam itu sesuai dengan syarat-syarat yang mereka buat. (Ath-Thayyar, Al-Muthlaq, dkk 2009, 321). Mengenai objek yang disewa boleh mengalihkan sewa ke pihak lain, asalkan harga yang disewa tersebut sama atau lebih murah. Menurut Yurisprudensi dan hukum privat yang berlaku di Indonesia, tanah maupun rumah yang disewa tidak dapat dialih sewakan kepada pihak selanjutnya tanpa seizin pemilik objek sewa, kecuali diatur secara tegas dalam perjanjian sewa-menyewa. Mengenai pemanfaatan milik orang lain harus dengan izin, sesuai dengan aturan dalam Islam sehingga kita tidak seenaknya melanggar hak yang menjadi milik orang lain. Menurut analisis penulis, pelaksanaan sewa-menyewa yang dilakukan oleh masyarakat Jorong Biaro dengan menyewakan kembali objek yang disewa ke pihak penyewa selanjutnya, namun objek dan harga yang berbeda-beda menyalahi ketentuan hukum Islam. Hal ini dengan melihat ketentuan ijarah dalam hukum Islam dan didukung oleh beberapa pendapat di atas. Di antara prinsip muamalah yang dilanggar adalah bahwa pengalihan sewa-menyewa tersebut kepada penyewa selanjutnya, dilakukan tanpa izin pemilik tanah atau bangunan. Tindakan seperti ini jelas menyalahi kaidah fikih dan ketentuan dalam ijarah. Di samping itu, didasarkan kepada beberapa pendapat ulama fikih di atas kebolehan untuk mengalihkan pemanfaatan objek sewa tersebut, juga mesti sesuai dengan kesepakatan awal dan izin pemilik. Sementara yang dilakukan masyarakat Jorong Biaro tidak seizin pemilik dan melakukan perubahan terhadap pemanfaatan objek sewa hanya didasarkan kepada kepentingan pribadi saja. Melihat kepada pendapat ulama yang membolehkan pengalihan objek sewa kepada penyewa selanjutnya, setelah adanya izin dari pemilik
13 71 sewa, namun tetap saja penyewa kedua tidak boleh menyewakan sewaan melebihi dari penyewaan pertama. Sedangkan yang dilakukan oleh masyarakat Jorong Biaro berbeda dengan hal tersebut. Penyewa kedua dan seterusnya, leluasa dan bebas mengalihkan sewa melebihi dari sewa penyewa sebelumnya. Seperti dalam contoh berikut ini: pada awalnya Afwan hanya menyewakan tanah kepada Jonedi dengan ukuran tanah 300M senilai Rp per tahun, kemudian Jonedi menyewakan kembali tanah kepada Delviadi dengan ukuran 100M senilai Rp per tahun. kemudian Delviadi membangun 2 buah ruko di atas tanah yang di sewanya, setelah itu Delviadi menyewakan 1 bangunan semi permanen kepada Elva Darmila senilai Rp per tahun. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan sewa-menyewa berantai yang terjadi di lapangan tidak jelas akad, objek dan harga sewa yang dilakukan antara beberapa pihak yang melakukan sewa-menyewa berantai. Oleh karena itu akad yang dilakukan rusak (fasid) karena tidak se izin pemilik, pemanfaatan sewa tidak sesuai dengan kesepakatan awal dan (kalaupun boleh dipindahtangankan atau disewakan kembali) tidak dengan sewa yang lebih tinggi dari penyewa pertama.
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH A. Analisis Terhadap Klaim Asuransi Dalam Akad Wakalah Bil Ujrah. Klaim adalah aplikasinya oleh peserta untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA
57 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Akad Transaksi Pada PT. TIKI Jalur Nugraha
Lebih terperinciBAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N
BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 18 AYAT 2 UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN OPERASIONALISASI AKAD PERJANJIAN FINANCIAL LEASING DAN REALISASINYA A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri
BAB IV ANALISIS DATA A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri Pertukaran merupakan bagian aktifitas terpenting dalam masyarakat dan merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI
63 BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI A. Analisis Mekanisme Pengupahan Pemolong Cabe Di Desa Bengkak Kecamatan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO A. Analisis Terhadap Sudut Kepemilikan Dari Obyek Sewa Tanah Fasum di Desa
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA A. Tinjauan Terhadap Praktik Perpanjangan Sewa-Menyewa Mobil Secara Sepihak
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM. A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak
BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dalam
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG A. Analisis Praktik Utang Piutang Hewan Ternak Di Desa Ragang Dari data mengenai proses dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA
BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA Sebagaimana penelitian yang dilakukan di lapangan dan yang menjadi obyek penelitian adalah pohon mangga,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP A. Deskripsi akad jasa pengetikan skripsi dengan sistem paket di Rental Biecomp Jemurwonosari Surabaya
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia Dalam praktek kekinian akan banyak dijumpai muamalah yang terkait
Lebih terperinciSolution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam
BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TANAH SEWA OLEH PEMILIKNYA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERTANAHAN PADA BIMBINGAN BELAJAR SMART SOLUTION SURABAYA A. Analisis Pemanfaatan Tanah Sewa Oleh Pemiliknya di Bimbingan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN A. Analisis Praktek Sistem Ngijo di Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN Hutang piutang antara petani tambak dengan tengkulak yang
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG A. Praktek Ganti Rugi Dalam Jual Beli Anak Burung Di Pasar Burung Empunala Mojokerto Jual beli yang terjadi di Pasar Burung Empunala
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG
BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Gadai Sawah di Desa Morbatoh Kecamatan Banyuates Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai the way of life merupakan ajaran yang memberikan petunjuk, arah dan aturan-aturan (syariat) pada semua aspek kehidupan manusia guna memperoleh
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA
BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA A. Analisis Transaksi Jual Beli BBM Dengan Nota Print Berbeda di SPBU Pertamina Surabaya Utara Jual beli
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari
BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari Kecamatan Genteng Surabaya Wadi< ah adalah suatu akad antara dua orang (pihak)
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK TERCANTUM PADA AKAD MUSHArakah di KSPPS BMT Harapan Ummat Sidoarjo
Lebih terperinciwaka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR A. Analisis Terhadap Tradisi Penitipan Beras Di Toko
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO Setelah memberikan gambaran tentang praktik pengupahan kulit
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI
59 BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK Sebagaimana permasalahan yang telah diketahui dalam pembahasan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO Pada bab ini, penulis akan mengulas secara terperinci praktik transaksi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO
50 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO Dalam menjalankan muamalah, manusia tidak terikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jual beli merupakan salah satu cara manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan dan diperbolehkan. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK A. Analisis terhadap Mekanisme Hak Khiya>r pada Jual Beli Ponsel Bersegel Akad merupakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Pemberian Komisi Kepada
Lebih terperinciPada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD MUSHA@RAKAH MUTANA@QIS}AH SEBAGAI SOLUSI AKAD PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SURABAYA Pada hakikatnya pembiayaan
Lebih terperinciBAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA SAWAH NGGANTUNG PARI DI DESA BECIRONGENGOR KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO
BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA SAWAH NGGANTUNG PARI DI DESA BECIRONGENGOR KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Praktek Pelaksanaan Perjanjian Sewa Sawah Nggantung
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Pelaksanaan Penahanan Sawah sebagai Jaminan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Prosedur Performance Bond di Bank Bukopin Syariah Cabang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG A. Analisis Faktor Pendorong Jual Beli Cegatan di Desa Gunungpati Kecamatan Gunungpati
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA A. Analisis Terhadap Proses Jual Beli Motor Melalui Pihak Ke-Tiga Di UD. Rabbani Motor Surabaya Penulis
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU
BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU A. Analisis Terhadap Praktik Penukaran Uang Dengan Jumlah Yang Tidak
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL A. Analisis hukum islam terhadap praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan digital
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH A. Analisis Terhadap Aplikasi Pembiayaan Ekspor Impor Melalui Leter of Credit (L/C) di Bank Mandiri Syari ah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Mekanisme Penggarapan Sawah di Desa Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten
Lebih terperinciKAIDAH FIQH. Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama Suka
KAIDAH FIQH إ ن م ا ال ب ي ع ع ن ت ر اض Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf Publication 1437 H_2016 M Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN
58 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktek Sistem Jual Beli Ikan Dengan Perantara
Lebih terperinciب س م االله الر ح من الر ح ي م
FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL Nomor: 31/DSN-MUI/VI/2002 Tentang PENGALIHAN UTANG ب س م االله الر ح من الر ح ي م Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi
BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi Bisnis database pin konveksi adalah sebuah bisnis dimana objek yang diperjualbelikan
Lebih terperinciBAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA
BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA A. Analisis Pembulatan Harga jual pada transaksi jual beli BBM (Bahan Bakar
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Akad Pembiayaan Mudharabah Dengan Sistem Kelompok di BMT
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK A. Analisis Hukum Islam Terhadap Tradisi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENELITIAN
BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Analisis Terhadap Pola Tajdi>d al- Aqd (akad baru) Rahn di Pegadaian Syariah Kebomas Gresik Praktek gadai yang dilakukan oleh masyarakat disebabkan adanya kebutuhan yang sangat
Lebih terperinciBAB IV. A. Tinjauan terhadap Sewa Jasa Penyiaran Televisi dengan TV Kabel di Desa Sedayulawas
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP SEWA JASA PENYIARAN TELEVISI DENGAN TV KABEL DI DESA SEDAYULAWAS KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN BRONDONG A. Tinjauan
Lebih terperinciA. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM KWINTALAN DALAM AKAD UTANG PIUTANG PADA MASYARAKAT PETANI DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad
Lebih terperinciA. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK ARISAN JAJAN DENGAN AKAD MUDHARABAH DI TAMBAK LUMPANG KELURAHAN SUKOMANUNGGAL KECAMATAN SUKOMANUNGGAL SURABAYA A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak
Lebih terperinciBAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM
50 BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM A. Analisis Utang-Piutang di Acara Remuh Berdasarkan data mengenai proses dan mekanisme
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN 1. Analisis Terhadap Diskripsi Pinjam Meminjam Uang Dengan Beras di Desa Sambong Gede
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
63 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis terhadap Praktik Kerjasama Budidaya Lele
Lebih terperinciBAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Kasus Perkasus Dari hasil penelitian dilapangan yang telah penulis lakukan melalui wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR A. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pulsa Dengan Harga Dibawah Standar Sebagaimana penjelasan yang telah tertulis pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial dalam berbagai aktifitas kehidupannya, guna memenuhi kehidupan sehari-hari terkadang tidak dapat dicukupkan dengan harta benda yang
Lebih terperinciKOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:
AL-RA YU/IJTIHAD KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-ra yu atau Ijtihad dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-ra yu/ijtihad INDIKATOR: Mendeskripsikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Sehingga, hidup mereka dapat berjalan sebagaimana mestinya, dan mesin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah menciptakan manusia dalam keadaan saling membutuhkan. Karena, setiap orang tidak memiliki segala yang diperlukan dan mandiri sepenuhnya. Tetapi, orang memiliki
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA
BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA A. Kedudukan Koperasi Dalam Perspektif Hukum Islam Dalam garis besarnya,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG PEMOTONGAN GAJI KULI KONTRAKTOR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
57 BAB IV ANALISIS TENTANG PEMOTONGAN GAJI KULI KONTRAKTOR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis tentang Praktik Pemotongan Gaji Kuli Kontraktor di Hotel Paradiso jl. Kartika Plaza Kuta Badung Denpasar
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
61 BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Analisis dalam bab ini berupaya untuk menjawab permasalahan bagaimana bentuk penjaminan yang dilaksanakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terhadap Tabungan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA
BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA A. Analisis pelaksanaan jual beli tanpa kesepakatan harga Jual beli seperti yang telah diulas dalam bab sebelumnya yakni jual beli
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Perubahan Harga Jual Beli Sapi Secara Sepihak Di Desa
Lebih terperinciBAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH
90 BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH A. Tinjauan Tentang Jual Beli Sepatu Solid di Kecamatan Sedati Sidoarjo Dengan mengikuti empat mazhab fiqh
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI
BAB IV ANALISIS SADD AL-DHAR@I AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI A. Analisis Praktek Terhadap Jual Beli Kredit Baju Pada Pedagang Perorangan
Lebih terperinciBAB IV. suatu transaksi. Pembiayaan yang terjadi yaitu pembiayaan mura>bah}ah bi alwaka>lah.
BAB IV ANALISIS SADD AZ -Z ARI< AH TERHADAP PEMBIAYAAN MURA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA A. Analisis Aplikasi Right Issue di Bursa Efek Indonesia Surabaya Ada dua jenis perdagangan di Bursa Efek
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Hutang Pupuk dengan Gabah
Lebih terperinciHijab Secara Online Menurut Hukum Islam
BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HAK KHIYA>R KONSUMEN TERHADAP SISTEM RETUR DALAM JUAL BELI FASHION HIJAB SECARA ONLINE MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Hak Khiya>r Konsumen
Lebih terperinciija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERJANJIAN BAGI HASIL PENGOLAHAN TANAH DI DUSUN DARAH DESA SADENGREJO KEC. REJOSO KAB.
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERJANJIAN BAGI HASIL PENGOLAHAN TANAH DI DUSUN DARAH DESA SADENGREJO KEC. REJOSO KAB. PASURUAN A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Perjanjian Bagi Hasil Pengolahan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU A. Analisis Terdahap Praktik Pengembalian Sisa Pembayaran Di Kober Mie Setan Semolowaru Dalam transaksi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA A. Tata Cara Pelaksanaan Akad Pelaksanaan akad deposito di BNI Syari ah dimulai pada waktu pembukaan rekening
Lebih terperinciH. Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Cet. I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h.
BAB IV ANALISIS TINJUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA SEPIHAK OLEH PEMILIK RUMAH (STUDY KASUS SEWA- MENYEWA RUMAH DI DESA PASURUHAN KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG) A. Analisis Terhadap Perubahan
Lebih terperinciBAB 1V ANALISIS DATA. A. Analisis Sistem Pemberian Komisi Penjualan Kepada SPB (Sales Promotion Boy) Di Sumber Rizky Furniture Bandar Lampung
60 BAB 1V ANALISIS DATA A. Analisis Sistem Pemberian Komisi Penjualan Kepada SPB (Sales Promotion Boy) Di Sumber Rizky Furniture Bandar Lampung Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa sistem pemberian
Lebih terperinciMUZA>RA AH BAB II. A. Pengertian Muza>ra ah. Secara etimologis muza>ra ah adalah kerjasama dibidang pertanian
BAB II MUZA>RA AH A. Pengertian Muza>ra ah Secara etimologis muza>ra ah adalah kerjasama dibidang pertanian antara pemilik tanah dengan petani penggarap dan benihnya berasal dari pemilik tanah. 1 Menurut
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA
61 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA A. Rukun dan syarat yang berakad Catonan yang sudah menjadi tradisi di masyarakat sangat berpengaruh dalam
Lebih terperinciMuza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama
BAB IV ANALISIS URF TERHADAP PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Analisis terhadap Praktik Penggarapan Tanah Sawah dengan Sistem Setoran di
Lebih terperinciadalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.
BAB IV PRAKTIK ADOL SAWAH DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis Praktik Adol Sawah di Desa Widang Jual beli sawah yang terjadi di Desa Widang Kec. Widang Kab. Tuban adalah suatu transaksi yang sering
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya
BAB IV ANALISIS A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya Mahar merupakan kewajiban oleh suami terhadap istri yang harus diberikan baik dalam atau setelah dilakukan akad nikah.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PRAKTIK PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI
BAB IV ANALISIS PRAKTIK PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI Islam memberikan peluang bagi manusia untuk melakukan inovasi terhadap
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA Bedasarkan penjelasan yang terdapat pada bab sebelumnya, maka
Lebih terperinciBAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Sewa Jasa Pengeboran Sumur
Lebih terperinciBAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan
66 BAB IV MEKANISME PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DENGAN AKAD JUAL
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBERIAN KOMISI KEPADA SPG KONICARE DI PT. ARINA MULTIKARYA SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBERIAN KOMISI KEPADA SPG KONICARE DI PT. ARINA MULTIKARYA SURABAYA A. Analisis Sistem Pemberian Komisi Penjualan Kepada SPG Konicare di PT. Arina Multikarya
Lebih terperincionline. Mulai dari pencarian campaign hingga transfer uang donasi dapat dilakukan Website Kitabisa menawarkan kepada setiap orang yang ingin melakukan
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SEWA WEBSITE UNTUK PENGHIMPUNAN DONASI ONLINE DI KITABISA A. Analisis Status Hukum Sewa Website Kitabisa Dalam praktek kekinian akan banyak dijumpai muamalah yang terkait
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Rekondisi 1. Proses Jual Beli Praktik jual beli barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan manusia dengan lainnya yang terbatas pada aturan-aturan pokok, dan seluruhnya tidak diatur secara
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA PELUNASAN ANGSURAN MURABAHAH DI BANK RAKYAT INDONESIA KANTOR CABANG PEMBANTU SYARI'AH GRESIK A.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO
BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO A. Akad Perjanjian Kerja antara TKI dengan PJTKI di PT. Amri Margatama Cabang Ponorogo
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT A. Analisis Terhadap Pemberian Wasiat Dengan Kadar Lebih Dari 1/3 Harta Warisan Kepada
Lebih terperinciKAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf
KAIDAH FIQH ا ل ج ت ه اد ل ي ن ق ض ب ل ج ت ه اد Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Publication: 1438 H_2017 M Sebuah Ijtihad
Lebih terperinciBAB IV. pemilik sapi kemudian pelunasan akan dibayar ketika jangka waktu yang
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAPI DENGAN SISTEM PEMBAYARAN BERJANGKA DI DESA TAKERHARJO KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN Berdasarkan praktik jual beli sapi di Desa Takerharjo
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek
BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek Jual beli legen Sebagaimana telah dijelaskan di bab sebelumnya, maka dapat ditemukan
Lebih terperinci