PENGEMBANGAN KAPAS NONTRANSGENIK DI SULAWESI SELATAN. M. Basir Nappu, Syafruddin Kadir, M.Z. Kanro, dan Djafar Baco

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN KAPAS NONTRANSGENIK DI SULAWESI SELATAN. M. Basir Nappu, Syafruddin Kadir, M.Z. Kanro, dan Djafar Baco"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN KAPAS NONTRANSGENIK DI SULAWESI SELATAN M. Basir Nappu, Syafruddin Kadir, M.Z. Kanro, dan Djafar Baco Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Jalan Perintis Kemerdekaan km 17,5, Kotak Pos 1234 Makassar ABSTRAK Pengembangan kapas di Sulawesi Selatan sudah berlangsung lebih dari 20 tahun. Pengembangannya dilakukan melalui berbagai pola dengan menggunakan varietas konvensional atau kapas nontransgenik (Reba BTK 12, Deltapine 55, Tak Fa-1, Kanesia-2, dan Kanesia-3), kapas hibrida, dan kapas transgenik. Berbagai varietas kapas tersebut telah memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan kapas di Sulawesi Selatan. -varietas tersebut mempunyai potensi hasil tinggi, namun di tingkat petani potensi produktivitas tersebut belum tercapai karena adanya berbagai faktor penghambat. Dalam upaya mendukung pengembangan kapas di Sulawesi Selatan, sejak dekade 1980-an dilakukan berbagai penelitian dan pengkajian untuk menghasilkan teknologi baik berupa komponen maupun paket teknologi. Namun, komponen atau paket teknologi tersebut belum sepenuhnya diterapkan oleh petani sehingga masih terdapat kesenjangan produktivitas yang cukup besar antara di tingkat penelitian dan di tingkat petani. kapas yang dikembangkan seperti Kanesia-2 dan Kanesia-3 secara genetik mempunyai daya hasil cukup tinggi dan berpotensi dikembangkan pada lahan kering dan lahan sawah sesudah padi, baik dalam pola monokultur maupun tumpang sari dengan kacang hijau atau kedelai. Produktivitas kg/ha dapat tercapai dengan menerapkan teknologi budi daya kapas anjuran. Teknologi budi daya yang kritis di tingkat petani adalah mutu benih, penyiangan tepat waktu, dan pemupukan yang tepat. Mutu genetik benih kapas yang dikembangkan umumnya sudah menurun. Untuk menjamin kelangsungan pengembangan kapas varietas konvensional di Sulawesi Selatan, usaha perbenihan perlu ditangani secara khusus oleh kelembagaan yang khusus pula. Kata kunci: Kapas, tanaman nontransgenik, produktivitas, Sulawesi Selatan ABSTRACT Development of non-transgenic cotton in South Sulawesi Cotton development in South Sulawesi has been undergoing more than 20 years through various developing patterns, using conventional or non-transgenic cotton varieties (Reba BTK 12, Deltapine 55, Tak Fa-1, Kanesia- 2, Kanesia-3), hybrid, and transgenic cottons. These varieties give significant contribution to the cotton development in South Sulawesi. These varieties have high yield potential, however on farmer level, its potential productivity has not achieved yet because of many obstacles. To support cotton development in South Sulawesi, researches and assessments have been conducted since 1980 to create various technologies suitable for cotton farmers. However, the technologies are not applied completely yet by the farmers, so gap between the cotton productivity in its research level and farmer level is wide. Cotton varieties that had been developed so far, i.e. Kanesia-2 and Kanesia- 3, genetically have high yield and can be developed on dryland and paddy field that had been laid fallow, both monoculture and intercrop with mungbean or soybean. High productivity of 1,500 2,000 kg/ha was achieved by applying recommended technology. The critical cultivation technologies on farmer level are seed quality, on time weeding, and proper fertilizer application. The genetic quality of cotton seed that had been developed have dropped. To assure continuity of developing conventional cotton variety in South Sulawesi, the seed production effort needs to be handled specifically by special institution. Keywords: Cotton, non-transgenic plants, productivity, South Sulawesi Pengembangan kapas di Sulawesi Selatan sudah berjalan lebih dari 20 tahun. Pengembangannya dilakukan melalui berbagai pola dengan menggunakan varietas konvensional atau kapas nontransgenik. Pada tahap awal pengembangan kapas melalui program intensifikasi kapas rakyat (IKR), luas pertanaman hanya ha dengan produksi ton atau produktivitas 996 kg/ha. Pada tahun 1984/1985, luas pertanaman meningkat menjadi ha, tetapi produksi yang dicapai hanya ton atau produktivitas menurun hingga 602 kg/ha. Selanjutnya, pada musim tanam 1994/1995, realisasi tanam mencapai ha dengan produksi ton atau produktivitas hanya 387 kg/ha (Direktorat Jenderal Perkebunan 1998). Akibat penurunan produksi tersebut maka permintaan bahan baku serat dalam negeri tidak terpenuhi sehingga Indonesia menjadi negara pengimpor kapas terbesar di dunia (Ali 1998). Pada tahun 1995, produksi kapas dalam negeri masih di bawah 1% dari kebutuhan nasional. Kondisi ini menyu- Jurnal Litbang Pertanian, 23(1),

2 litkan posisi industri tekstil, apalagi diperburuk dengan terjadinya penurunan nilai rupiah. Berbagai varietas kapas telah dikembangkan dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pengembangan kapas di Sulawesi Selatan. varietas kapas yang dikembangkan di Sulawesi Selatan adalah Reba BTK 12, Deltapine 55, Tak Fa-1, Kanesia-2, Kanesia-3, kapas hibrida, dan kapas transgenik. -varietas tersebut mempunyai potensi hasil tinggi, namun potensi hasil tersebut belum dapat dicapai di tingkat petani karena belum didukung oleh penerapan teknologi budi daya yang sesuai. Selain oleh varietas, keberhasilan pengembangan suatu tanaman juga ditentukan oleh penerapan teknologi budi daya yang tepat. Dalam upaya mendukung pengembangan kapas di Sulawesi Selatan, sejak tahun 1980-an telah dilakukan berbagai penelitian dan pengkajian untuk mendapatkan teknologi yang sesuai, baik berupa komponen maupun paket teknologi. Namun, komponen atau paket teknologi tersebut belum sepenuhnya diterapkan oleh petani sehingga senjang produktivitas antara di tingkat penelitian dan di tingkat petani masih cukup besar. Makalah ini menyajikan keragaan pengembangan kapas di Sulawesi Selatan, varietas-varietas unggul kapas yang dapat dikembangkan dan tingkat produktivitasnya, serta teknologi budi daya anjuran. Informasi yang disajikan diharapkan dapat menjadi masukan dalam upaya perbaikan produktivitas kapas di tingkat petani. KERAGAAN PENGEMBANG- AN KAPAS DI SULAWESI SELATAN Luas Area, Produksi, dan Produktivitas Di Sulawesi Selatan, pelaksanaan program IKR dimulai tahun 1978 pada area ha dengan produktivitas kg/ ha. Area terluas (25.961) ha dicapai pada tahun 1985 dengan produktivitas hanya 477 kg/ha. Setelah itu, luas pertanaman kapas hingga tahun 2000 terus menurun menjadi ha dengan produktivitas 492 kg/ha (Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan 1998) (Tabel 1). Data tersebut Tabel 1. Musim tanam Area tanam dan realisasi area panen kapas di Sulawesi Selatan, Area (ha) Produksi Produktivitas Tanam Panen (t) (kg/ha) Sumber: Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan (2001). menunjukkan bahwa tingkat produktivitas yang rendah merupakan masalah utama dalam pengembangan kapas. Agaknya terdapat korelasi negatif antara luas daerah pengembangan dengan produktivitas. Pada tahun 1978, misalnya, luas daerah pengembangan hanya ha, tetapi produktivitasnya mencapai kg/ha, sementara pada tahun 1985 luas daerah pengembangan mencapai ha tetapi produktivitasnya hanya 477 kg/ha. Kenyataan ini menunjukkan bahwa makin luas daerah pengembangan, manajemen usaha tani makin rumit dan makin tidak dikuasai oleh pengelola. Riwayat Pengembangan Kapas di Sulawesi Selatan Sejak awal pengembangan IKR tahun 1978 hingga tahun 1983, varietas Reba BTK 12 mendominasi pertanaman kapas di Sulawesi Selatan. Namun pada tahun 1984/1985, varietas tersebut mulai digantikan oleh Deltapine 55 ( DP-55 ). Pada tahun 1986 sampai awal 1990-an dikembangkan varietas yang didatangkan dari Thailand yaitu Tak Fa-1. Pergantian varietas kapas terus dilakukan dan pada tahun dikembangkan varietas Kanesia-2, Kanesia-3, dan kapas hibrida eks India. Perkembangan penggunaan varietas dan produktivitas kapas di Sulawesi Selatan disajikan pada Tabel 2. Pergantian varietas ternyata belum berhasil meningkatkan produktivitas kapas, bahkan produktivitasnya cenderung menurun. Hal ini membuktikan bahwa varietas bukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilan pengembangan kapas. Perbaikan varietas tanaman perlu diikuti oleh penerapan teknologi budi daya seperti penyiangan, pemupukan yang tepat, dan pengendalian hama. Pada musim tanam 1995/1996, varietas Kanesia-2 mendominasi daerah pengembangan kapas di Sulawesi Selatan. Hanya beberapa daerah saja yang menggunakan varietas lain seperti Tak Fa-1 dan hibrida. Daerah penyebaran varietas kapas 30 Jurnal Litbang Pertanian, 23(1), 2004

3 dan tingkat produktivitasnya pada tahun 1996 diperlihatkan pada Tabel 3. -varietas kapas yang dikembangkan di Sulawesi Selatan pada umumnya sudah lama bergulir di daerah pengembangan tanpa ada upaya pemurnian. Akibatnya mutu genetiknya menurun sehingga produktivitasnya juga rendah. Kemurnian varietas berdasarkan kriteria keragaman jumlah buah telah diobservasi pada tiga petak lahan petani. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa variabilitas jumlah buah sudah sangat besar, interval jumlah buah antara 9 20 Tabel 2. Periode Produktivitas beberapa varietas kapas di Sulawesi Selatan, Produktivitas rata-rata di tingkat petani (kg/ha) 1978/ /1984 Reba BTK / /1987 Deltapine / /1993 Tak Fa / Kanesia-2, Kanesia dan kapas hibrida Sumber: Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan (2001). Tabel 3. Tabel 4. Keragaan produktivitas varietas kapas di beberapa daerah pengembangan IKR di Sulawesi Selatan, MT 1995/1996. Keragaman jumlah buah kapas varietas Kanesia-2 pada lahan petani di Bulukumba, Sulawesi Selatan, Contoh Jumlah Rata-rata Selang jumlah Standar Koefisien tanaman jumlah buah buah baku keragaman I 20 17, ,19 24,09 II 20 16, ,38 20,27 III 20 16, ,30 18,95 Sumber: Kanro et al. (1998). Lokasi Produktivitas (kg/ha) Kanesia-2 Bajeng, Gowa 210 Bonto Nompo, Gowa 654 Kelara, Jeneponto 487 Pa jukukang, Bantaeng 838 Tompobulu, Bantaeng 609 Bisappu, Bantaeng 777 Hibrida Parangloe, Gowa 131 Bungaya, Gowa 139 Batang, Jeneponto 192 Tak Fa-1 Tompobulu, Gowa 289 Binamu, Jeneponto 409 Tamalatea, Jeneponto 285 Bangkala, Jeneponto 250 Sumber: Kanro dan Nappu (1998). dan buah/pohon dengan koefisien keragaman 18,95 24,09 (Tabel 4). Untuk mempertahankan tingkat produktivitas yang menguntungkan, pemurnian varietas sudah dilakukan sejak tahun Eksistensi Teknologi Budi Daya Kapas di Tingkat Petani Teknologi budi daya yang eksis di tingkat petani telah diobservasi, meliputi penggunaan benih, varietas, pengolahan tanah, pengaturan jarak tanam, pe- mupukan, penyiangan, dan teknik pengendalian hama. Eksistensi paket teknologi di tingkat petani disajikan dalam Tabel 5. Penggunaan benih bermutu tanpa kabu-kabu belum menjadi pilihan petani karena belum disediakan oleh perusahaan pengelola. Benih yang digunakan masih berupa benih berkabu-kabu yang mutu fisiknya kurang terjamin. Biji yang rusak atau biji yang tidak berkembang sempurna tidak diseleksi sehingga ikut digunakan sebagai bahan tanam. Bila proporsi biji yang rusak tinggi maka daya tumbuh benih di lapangan rendah. Benih dengan mutu fisik yang rendah akan merugikan petani karena menurunkan jumlah tegakan. Pendapatan juga menurun sebagai akibat meningkatnya penggunaan tenaga kerja untuk penyulaman. Pengolahan tanah secara intensif jarang dipraktekkan, umumnya petani melakukan pengolahan tanah secara sederhana (minimum tillage). Kapas ditanam setelah panen jagung dengan Tabel 5. Komponen teknologi Eksistensi teknologi budi daya kapas di Bulukumba, Sulawesi Selatan. % petani Benih Berkabu-kabu 100 1) Tanpa kabu-kabu (delinted) 0 Tak Fa-1/111 (Kanesia-2) 100 Pengolahan tanah Intensif 0 Minimum 100 Jarak tanam Sesuai anjuran 0 Alur bajak 100 2) Penyiangan Intensif 0 Herbisida 100 Pemupukan Waktu pemberian Pupuk I bersamaan tanam HST 87,50 Tidak menentu 12,50 Takaran Sesuai paket 85 Melebihi paket 15 Cara Alur bajak ditutup 10 Tidak ditutup 90 Cara pengendalian hama Pestisida 37,50 Tanaman perangkap jagung 62,50 1) Disiapkan oleh perusahaan pengelola. 2) Kekurangan tenaga kerja. Sumber: Kanro et al. (1997). Jurnal Litbang Pertanian, 23(1),

4 cara menebar benih pada alur bajak sehingga jarak tanamnya tidak teratur. Cara tanam seperti ini dilakukan petani untuk menanggulangi kekurangan tenaga kerja. Untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi pada budi daya dengan pengolahan tanah minimum, penyiangan harus segera dilakukan setelah tanaman tumbuh (Young 1982). Takaran pupuk yang digunakan umumnya sudah sesuai dengan paket, namun cara pemberiannya belum sempurna. Kebanyakan petani meletakkan pupuk di atas permukaan tanah tanpa ditutup sehingga kurang dapat meningkatkan produktivitas, serta menimbulkan pemborosan penggunaan pupuk. Tabel 6. Keragaan varietas atau galur unggul kapas di lahan kering Sulawesi Selatan, 1993/ /1995. Produktivitas (kg/ha) Pasirian Genteng Bone 1993/ / /1994 Kanesia Kanesia Kanesia Kanesia LRA /1/ /14/ Sumber: Kasryno et al. (1998). HASIL-HASIL PENELITIAN VARIETAS DAN TEKNO- LOGI BUDI DAYA KAPAS Unggul Kapas Perbaikan varietas kapas diprioritaskan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangga hama yang merupakan kendala produksi utama di Indonesia. Hingga tahun 1993 telah dilepas tujuh varietas unggul kapas yaitu Kanesia-1, Kanesia-2, dan LRA 5166 yang dilepas tahun 1990 serta Kanesia-3, Kanesia-4, Kanesia-5, dan Kanesia-6 yang dilepas tahun 1993, serta dua galur baru yang sedang disiapkan untuk dilepas (Hasnam dan Sumartini 1994). -varietas baru tersebut lebih tahan terhadap Sundapteryx biguttula (dahulu Empoasca) sehingga lebih sedikit membutuhkan insektisida dan memberikan kesempatan kepada agensia hayati untuk berperan lebih aktif. Produktivitas rata-rata varietas baru tersebut dengan 3 4 kali aplikasi pestisida (3 l/ha) mencapai 2,20 t/ha, yang berarti menghemat biaya proteksi 50% (dari rata-rata 6 l/ha), meningkatkan produktivitas 300%, serta memperbaiki mutu serat. Produktivitas varietas unggul dan galur baru kapas diperlihatkan pada Tabel 6. Mutu serat varietas baru tersebut cukup baik untuk memproduksi benang 30 dan 40 S. Selain tahan terhadap hama S. biguttula, Kanesia-3, Kanesia-4, dan 88004/1/2 juga toleran untuk ditumpangsarikan dengan palawija. Potensi produktivitas kapas pada lahan sawah bera cukup tinggi, yaitu rata- rata kg/ha (Tabel 7). Tandisau et al. (1990) melaporkan hasil penelitian delapan varietas kapas pada lahan sawah bera di Takalar, Sulawesi Selatan. Semua varietas yang diuji memperlihatkan hasil yang cukup tinggi, berkisar antara kg/ha (Tabel 7). Hasil kapas berbiji Reba BTK 12/28 cenderung lebih tinggi dibanding varietas lainnya, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Agaknya potensi hasil Reba BTK 12/28 secara genetik memang lebih tinggi dari varietas lainnya. Pengujian di Lombok dan Jawa Timur juga memperlihatkan bahwa hasil kapas berbiji Reba BTK 12/28 cenderung lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya (Hasnam dan Isdijoso 1989). Penelitian tumpang sari kapas dengan kacang hijau juga telah dilaksanakan pada lahan sawah bera. Nappu et al. (1990) mengombinasikan empat varietas kapas dan kacang hijau. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil kapas berbiji dalam pola monokultur berkisar antara kg/ha, sedangkan hasil Tabel 7. Hasil rata-rata delapan varietas kapas di Takalar, Sulawesi Selatan. Hasil kapas berbiji (kg/ha) Tak Fa-I/III LRA Reba BTK 12/ Quebracho ISA 204 A Tak Fa DPL Reba P Sumber: Tandisau et al. (1990). kacang hijau dalam pola tumpang sari berkisar antara kg/ha (Tabel 8). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa lahan sawah bera selain berpotensi untuk pengembangan kapas, juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kacang hijau dalam bentuk tumpang sari dengan kapas. Sebagai upaya mendukung pengembangan kedelai di Sulawesi Selatan dan untuk menghindari kompetisi penggunaan lahan, dilakukan pula penelitian tumpang sari kapas dengan kedelai di lahan sawah sesudah padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas semua varietas kapas yang ditanam secara tumpang sari menurun dibandingkan bila ditanam secara monokultur, tetapi dari segi diversifikasi usaha tani cukup menguntungkan (Tabel 9). Hasil kedelai dalam pola tumpang sari dengan kapas berkisar antara kg/ha. Hasil tertinggi diperoleh pada tumpang sari kapas Tak Fa-1 dengan kedelai Wilis, masing-masing dan 973 kg/ha (Nappu et al. 1991). Hasil-hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa varietas kapas dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari dengan potensi hasil yang cukup tinggi. Pola tumpang sari dapat dikembangkan pada lahan kering atau lahan sawah sesudah padi. Paket Teknologi Budi Daya Anjuran Penerapan satu komponen teknologi saja pada budi daya kapas belum mampu meningkatkan produktivitas karena komponen lain menjadi faktor pembatas. 32 Jurnal Litbang Pertanian, 23(1), 2004

5 Tabel 8. Pola tanam/varietas Rata-rata hasil kapas berbiji dan kacang hijau pada pola tanam tumpang sari dan monokultur di lahan sawah bera di Gowa, Sulawesi Selatan, Kapas Hasil (kg/ha) Kacang hijau Reba BTK 12/28, monokultur Lokal No Tak Fa-1, monokultur Lokal No LRA 5166, monokultur Lokal No Tak Fa-1/111, monokultur Lokal No Sumber: Nappu et al. (1990). Tabel 9. Pola tanam/varietas Hasil kapas berbiji dan kedelai dalam pola monokultur dan tumpang sari kapas dan kedelai di Gowa, Sulawesi Selatan, Penggunaan benih bermutu menjadi kurang berarti dalam peningkatan produktivitas kapas tanpa didukung teknik budi daya lainnya seperti pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama. Makin banyak komponen teknologi yang mampu diterapkan petani, makin tinggi produktivitas yang dicapai. Hasil on farm research (OFR) di Jeneponto menunjukkan bahwa penerapan satu komponen teknologi yang tidak diikuti oleh komponen-komponen teknologi yang lain tidak berhasil mencapai produktivitas yang tinggi. Beberapa komponen teknologi usaha tani Kapas Hasil (kg/ha) Kedelai Tak Fa-1, monokultur Wilis Tidar Tambora Kanesia-1, monokultur Wilis Tidar Tambora Kanesia-2, monokultur Wilis Tidar Tambora LRA 5166, monokultur Wilis Tidar Tambora Sumber: Nappu et al. (1991). kapas di lahan kering yang dapat menjadi penyebab hilangnya hasil yaitu waktu tanam terlambat, penyiangan tertunda, serta pengendalian hama dan pemupukan tidak tepat waktu. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Kanro et al. (1992) di Kabupaten Jeneponto (Tabel 10). Penerapan satu komponen teknologi yaitu benih bermutu, tanpa diikuti penerapan komponen teknologi yang lain secara tepat, hanya mampu mencapai produktivitas kg/ha. Sebaliknya, penerapan komponen teknologi secara utuh yang meliputi tanam tepat waktu, pemupukan tepat waktu baik cara maupun takarannya, penyiangan tepat waktu dan intensif, penerapan PHT, dan menggunakan benih bermutu mampu mencapai hasil kg/ha. Jumlah petani yang mampu dan mau melaksanakan komponen teknologi tersebut secara lengkap hanya sekitar 4% dari petani kooperator OFR di Jeneponto tahun Jadi, dengan teknologi yang tersedia serta bimbingan yang intensif, produktivitas kapas rakyat bisa ditingkatkan 4 5 kali dari produktivitas yang ada. Penelitian serupa juga dilakukan di Desa Balong, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba pada musim tanam 1996/1997 (Kanro et al. 1997). Teknologi yang dikaji meliputi benih bermutu, varietas unggul Kanesia-2 dan Kanesia-3, tumpang sari kapas dengan kedelai, serta pengendalian hama terpadu. Selain itu, dikaji pula teknik budi daya yang diterapkan petani, yaitu pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pemupukan, panen, dan pascapanen. Tanggapan petani terhadap teknologi yang diintroduksi dan teknik budi daya anjuran disajikan pada Tabel 11. Sekitar 70% petani kooperator telah menggunakan benih tanpa kabu-kabu dan 30% masih menggunakan benih berkabukabu. Penggunaan benih tanpa kabukabu dapat menjamin kualitas fisik benih yang baik karena disiapkan melalui proses sortasi beberapa kali. Untuk menjamin kelangsungan usaha tani kapas, masalah perbenihan perlu ditangani secara khusus. Kepercayaan petani terhadap Kanesia-2 cukup tinggi, yakni 75% petani memilih menanam Kanesia-2, sisanya 25% menanam Kanesia-3. Hal ini karena Kanesia-2 lebih dulu dikenal petani daripada Kanesia-3 walaupun daya hasil kedua varietas ini di tingkat petani relatif seimbang (Tabel 12). Tingkat produktivitas tersebut dicapai pada kondisi pertanaman terawat dengan baik, benih bermutu baik, bebas gulma, dan pengendalian hama sesuai dengan panduan. Tanaman jagung yang semula ditanam sebagai perangkap hama berkembang menjadi tanaman produksi. Populasi tanaman jagung lebih banyak dalam pola strip cropping, yaitu tiap empat, baris kapas disisipkan satu baris jagung. Produktivitas jagung cukup tinggi, mencapai 1,50 t/ha. Untuk mengefektifkan pengendalian hama, Jurnal Litbang Pertanian, 23(1),

6 Tabel 10. Hubungan antara penerapan komponen teknologi dengan produktivitas kapas di Jeneponto, Sulawesi Selatan, Tabel 11. Tanggapan petani terhadap teknologi anjuran penanaman kapas di Bulukumba, Sulawesi Selatan, Komponen teknologi yang diterapkan Jumlah Produktivitas petani (%) kapas (kg/ha) Benih bermutu tanpa kabu-kabu Tanam tepat waktu; benih bermutu Pemupukan tepat waktu; benih bermutu Penyiangan intensif; benih bermutu PHT: penyemprotan insektisida berdasar kan panduan; benih bermutu Tanam tepat waktu; pemupukan tepat waktu; benih bermutu Tanam tepat waktu; pemupukan tepat waktu; penyiangan intensif; benih bermutu Tanam tepat waktu; pemupukan tepat waktu; penyiangan intensif; penerapan PHT; benih bermutu Sumber: Kanro et al. (1992). Tabel 12. Produktivitas kapas Kanesia-2 dan Kanesia-3 di Bulukumba, Sulawesi Selatan, Luas Produksi Produktivitas (ha) (kg) (kg/ha) Kanesia-2 2, , ,68 Kanesia-3 4, , ,34 Sumber: Kanro et al. (1997). rambut jagung perlu dibuang untuk memusnahkan telur-telur Helicoverpa armigera yang terdapat pada rambut tersebut. Untuk meningkatkan pendapatan petani dari jagung, populasi tanaman dapat diperbanyak dengan kombinasi dalam tiap tiga baris kapas ditanam satu baris jagung. Pengolahan tanah secara sederhana sudah dapat dipraktekkan petani. Pengolahan tanah diawali dengan penyemprotan herbisida untuk mematikan gulma. Selanjutnya dilakukan pembajakan tanah satu alur tiap 100 cm. Alur mata bajak ini digunakan sebagai barisan penanaman kapas. Cara pengolahan tanah dan penanaman seperti ini dapat menghemat penggunaan tenaga kerja HOK/ha. Penyiangan pertama dilakukan dengan mencabut rumput yang terdapat di sekitar tanaman. Penyiangan kedua umumnya menggunakan herbisida untuk menekan gulma yang tumbuh di antara barisan tanaman, sedangkan gulma yang tumbuh dalam barisan tanaman dicabut seperti cara penyiangan pertama. Cara penyiangan seperti ini dapat menjamin tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Pemupukan masih menjadi masalah bagi petani terutama cara pemberiannya. Dengan bimbingan intensif, baru 40% petani yang mengikuti anjuran untuk membenamkan pupuk ke dalam tanah, 60% sisanya masih belum mengikuti anjuran dengan alasan kekurangan tenaga kerja dan desakan kegiatan usaha tani lain yang bersamaan dengan kapas. Oleh karena itu, diperlukan cara pemberian pupuk yang lebih efisien sehingga mudah diikuti oleh petani. Pencampuran pupuk dengan tanah atau pasir sebelum diaplikasikan di lapangan perlu dipelajari efektivitasnya. Pencampuran pupuk dengan tanah bertujuan untuk menghindari kehilangan unsur melalui penguapan. Cara ini relatif mudah diikuti oleh petani. Dari berbagai hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai produktivitas kapas yang menguntungkan maka paket teknologi budi daya anjuran perlu diterapkan secara utuh. Paket teknologi dimaksud meliputi: Komponen teknologi % petani Benih Berkabu-kabu 30 1) Tanpa kabu-kabu (delinted) 70 Kanesia-2 75 Kanesia-3 25 Tumpang sari dengan kedelai 90 2) PHT Penanaman jagung sebagai 100 3) perangkap Scouting 80 Tanpa scouting 20 Pengolahan tanah Sederhana 100 Intensif Penyiangan Intensif Herbisida 100 4) Pemupukan Tepat waktu 30 Tidak menentu 70 Cara pemupukan Ditutup 40 Tidak ditutup 60 1) Kekeringan setelah tanam menyebabkan daya kecambah benih turun drastis. 2) Kedelai sempat dipanen, tetapi kekeringan pada kegiatan pascapanen menyebabkan biji kedelai rusak. 3) Tanaman perangkap dikembangkan pula untuk produksi. 4) Keterbatasan tenaga kerja. Sumber: Kanro et al. (1997). 1) unggul Kanesia-2 dan Kanesia-3. 2) Benih bermutu tanpa kabu-kabu dengan daya tumbuh minimum 85%. 3) Pemupukan tepat waktu dan tepat takaran dengan waktu aplikasi dua kali. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanam dengan takaran 25 kg ZA kg SP kg KCl/ha. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 4 minggu setelah tanam (MST) dengan takaran 100 kg urea/ha. 4) Pengendalian hama secara terpadu yang meliputi penggunaan tanaman perangkap jagung, penggunaan pestisida berdasarkan scouting system; ambang kendali H. armigera = 4 temuan/25 tanaman contoh. 5) Penyiangan tepat waktu pada umur 3 dan 6 MST. Kapas umumnya ditanam pada lahan kering setelah panen jagung sehingga waktu tanam merupakan hal yang kritis dalam budi daya kapas. Kesalahan dalam 34 Jurnal Litbang Pertanian, 23(1), 2004

7 menentukan waktu tanam akan berakibat pada gagalnya pertanaman karena kekeringan. Waktu tanam paling lambat untuk daerah pengembangan kapas di Sulawesi Selatan sudah ditetapkan dan berbeda-beda menurut lokasi. Minggu tanam paling lambat (MPL) masing-masing lokasi pengembangan kapas di Sulawesi Selatan dirinci pada Tabel 13. Tabel 13. Minggu tanam paling lambat (MPL) untuk masingmasing daerah pengembangan kapas di Sulawesi Selatan. Lokasi MPL Gowa Takalar Jeneponto Bantaeng Bulukumba Bone Minggu I Desember Minggu III Desember Minggu I Februari Minggu I April Minggu IV Maret Minggu I April Gambar 1. Pertanaman tumpang sari kapas Kanesia-3 dengan pola empat baris diselingi satu baris jagung Arjuna, di antara kapas ditanami dua baris kedelai varietas Wilis (Kanro et al. 1997). Sumber: Hasnam dan Isdijoso (1989). Pendapatan Usaha Tani Kapas Analisis pendapatan usaha tani kapas dalam pola tumpang sari dengan kedelai dan jagung telah dilakukan melalui kegiatan pengkajian sistem usaha pertanian berbasis kapas di Bulukumba pada musim tanam 1996/1997. Pendapatan merupakan fungsi dari produktivitas tanaman dan biaya yang dikeluarkan. Produktivitas kapas dan jagung masingmasing adalah kg/ha dan kg/ha. Perbedaan produktivitas terutama disebabkan oleh perbedaan tingkat pemeliharaan kapas dan perbedaan populasi tanaman kedelai dan jagung (Gambar 1 dan 2). Produktivitas dan pendapatan dibagi dalam tiga kelompok seperti terlihat pada Tabel 14. Data pada Tabel 14 menunjukkan bahwa sudah terdapat 20,30% petani yang mampu menghasilkan kapas berbiji kg/ha. Petani yang tergolong dalam kelompok ini mempunyai kemampuan menerapkan teknologi anjuran yang meliputi pengendalian gulma dan pemupukan secara tepat waktu, tepat takaran, dan tepat cara. Produktivitas tersebut sudah cukup tinggi, tetapi masih di bawah produktivitas optimum. Hal ini terutama disebabkan oleh cekaman air pada awal pertumbuhan dan fase Gambar 2. Keragaan pertanaman kapas Kanesia-3 dan jagung Arjuna tanpa tumpang sari dengan kedelai (Kanro et al. 1997). pembuahan. Pada kondisi curah hujan yang cukup, penerapan teknik budi daya seperti ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan sekitar Rp Rp /ha. Tingkat produktivitas kg/ha atau setara pendapatan kapas Rp Rp /ha dicapai oleh 33,30% petani peserta. Produktivitas ini merupakan produktivitas rata-rata yang dicapai oleh petani setiap musim tanam kapas. Sekitar 44,40% petani hanya mampu mencapai produktivitas kurang dari 750 kg/ha. Petani yang tergolong dalam kelompok ini umumnya menanam kapas dua kali karena adanya kerusakan benih atau cekaman air saat penanaman. Sekitar 2% petani melakukan modifikasi dalam penanaman kapas, kedelai, dan jagung dalam pola tumpang sari. Modifikasi dilakukan dengan mengurangi populasi kapas hingga 50% dan meningkatkan populasi jagung sampai 100% dari anjuran. Produktivitas kapas, kedelai, dan jagung relatif seimbang masingmasing 632, 676, dan kg/ha dengan pendapatan Rp /ha. Pola tanam ini dapat menjadi pola tanam alternatif Jurnal Litbang Pertanian, 23(1),

8 Tabel 14. Produktivitas tanaman dan pendapatan sistem usaha tani berbasis kapas, di Bulukumba, Sulawesi Selatan, Produktivitas (kg/ha) Petani Penerimaan Biaya Pendapatan Kapas Kedelai Jagung (%) (Rp/ha) (Rp/ha) (Rp/ha) , , < , Sumber: Kanro et al. (1997). dalam upaya meningkatkan pendapatan petani. KESIMPULAN DAN SARAN Pengembangan kapas di Sulawesi Selatan sudah berlangsung lebih dari 20 tahun dengan produksi dan produktivitas yang berfluktuasi. Penerapan teknologi anjuran hingga 100% mampu memberi pendapatan Rp Oleh karena itu, pengembangan kapas di Sulawesi Selatan perlu mendapat perhatian. kapas yang dikembangkan seperti Kanesia-2 dan Kanesia-3 secara genetik mempunyai daya hasil yang cukup tinggi. -varietas tersebut berpotensi untuk dikembangkan pada lahan kering dan lahan sawah sesudah padi, baik dalam pola monokultur maupun tumpang sari dengan kacang hijau atau kedelai. Produktivitas kg dapat tercapai bila diikuti dengan penerapan teknologi budi daya kapas anjuran. Selain varietas unggul, paket teknologi anjuran yang perlu diterapkan di tingkat petani adalah penggunaan benih bermutu tanpa kabu-kabu dengan daya tumbuh minimum 85%, pemupukan tepat waktu dan tepat takaran, pengendalian hama secara terpadu, dan penyiangan tepat waktu. Mutu genetik benih kapas yang dikembangkan selama ini umumnya sudah menurun. Untuk menjamin kelangsungan pengembangan kapas varietas konvensional di Sulawesi Selatan, perbenihan perlu ditangani secara khusus oleh kelembagaan yang khusus pula. Selain itu, guna menjamin keberhasilan usaha pengembangan kapas perlu ditemukan model pengembangan yang sesuai. DAFTAR PUSTAKA Ali, F Kebutuhan produksi tekstil nasional terhadap bahan baku kapas. Prosiding Diskusi Kapas Nasional. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang. hlm Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan Program pengembangan intensifikasi kapas rakyat Propinsi Sulawesi Selatan. Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan, Makassar. 21 hlm. Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan Keragaan pengembangan kapas di Sulawesi Selatan tahun Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan, Makassar. Direktorat Jenderal Perkebunan Peluang dan program pengembangan kapas di Indonesia. Prosiding Diskusi Kapas Nasional. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang. hlm Hasnam dan S.H. Isdijoso Hasil-hasil penelitian kapas tahun di NTT, NTB, dan Jatim. Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Nusa Tenggara (Nusa Tenggara Agriculture Support Project). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. 28 hlm. Hasnam dan S. Sumartini Deskripsi varietas unggul kapas (Gossypium hirsutum L.). Seri Edisi Khusus: 6/VIII/1994. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang. 10 hlm. Kanro, M.Z., M. Sahid, M.B. Nappu, dan M. Sjafaruddin On farm research pola usaha tani kapas di lahan beririgasi setengah teknis. Laporan Hasil Penelitian 1990/ /1992. Sub Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Bajeng. 29 hlm. Kanro, M.Z., M.A. Bilang, M.B. Nappu, dan S. Kadir Pengkajian sistem usaha pertanian berbasis kapas berwawasan agribisnis. Laporan Hasil Penelitian, Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa. 27 hlm. Kanro, M.Z. dan M.B. Nappu Penerapan teknologi pada beberapa daerah pengembangan kapas di Sulawesi Selatan. Prosiding Diskusi Kapas Nasional. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang. hlm Kanro, M.Z., M.B. Nappu, S. Kadir, M. Azis, G. Aidar, dan H. Juddawi Pengkajian paket teknologi budi daya kapas di Sulawesi Selatan. Makalah Temu Informasi Teknologi Pertanian, Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Ujung Pandang, Februari hlm. Kasryno, F., T. Sudaryanto, dan Hasnam Peranan penelitian dalam mendukung peningkatan produksi kapas nasional. Prosiding Diskusi Kapas Nasional. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang. hlm Nappu, M.B., C. Lopulisa, J. Limbongan, dan Asmin Pengujian beberapa varietas kapas dengan kacang hijau dalam pola tumpang sari di lahan sawah bera. Prosiding Seminar Budi Daya Kapas di Lahan Sawah. Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi Sulawesi Selatan, Makassar. hlm Nappu, M.B., A. Sulle, dan S. Kadir Pola tanam kapas dengan kedelai di lahan sawah bera setelah padi. Laporan Hasil Penelitian Kapas 1989/ /1991. Sub Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Bajeng. hlm Tandisau, P., Hasnam, dan C. Lopulisa Adaptasi beberapa varietas kapas di lahan sawah sesudah padi. Prosiding Seminar Budi Daya Kapas di Lahan Sawah. Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi Sulawesi Selatan, Makassar. hlm Young, H.M No-Till Farming. No-Till Farmer Inc. Wisconsin, p Jurnal Litbang Pertanian, 23(1), 2004

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Usaha Tani dan Persepsi Petani terhadap Penggunaan Varietas Unggul Kapas

Analisis Kelayakan Usaha Tani dan Persepsi Petani terhadap Penggunaan Varietas Unggul Kapas Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 1(2), Oktober 2009 ISSN: 2085-6717 Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 1(2), Oktober 2009 Analisis Kelayakan Usaha Tani dan Persepsi Petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kapas merupakan salah satu bahan baku industri yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional karena kapas merupakan komoditas utama penghasil serat alam untuk

Lebih terperinci

VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul)

VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul) VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul) Retno Utami H. dan Eko Srihartanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (IPPTP)

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING Margaretha SL dan Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian keragaan usahatani jagung komposit

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Dalam budi daya jagung perlu memperhatikan cara aplikasi pupuk urea yang efisien sehingga pupuk yang diberikan

Lebih terperinci

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 Balai Penelitian Tanaman Serealia 2 Balai Pengkajian teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG Resmayeti Purba dan Zuraida Yursak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Abstrak. Sukmaraga salah satu varietas jagung bersari bebas yang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK Pengembangan pertanaman jagung akan lebih produktif dan berorientasi pendapatan/agribisnis, selain

Lebih terperinci

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUTIFITAS DAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PENGGUNAAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADA PRODUKSI BENIH KAPAS ((Gossypium spp)

PENINGKATAN PRODUTIFITAS DAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PENGGUNAAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADA PRODUKSI BENIH KAPAS ((Gossypium spp) PENINGKATAN PRODUTIFITAS DAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PENGGUNAAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADA PRODUKSI BENIH KAPAS ((Gossypium spp) Oleh Diana Kustantini, AMd.(PBT Ahli Pertama) Balai Besar Perbenihan

Lebih terperinci

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO Oleh : Sugeng Prayogo BP3K Srengat Penanaman merupakan proses pemindahan benih kedalam tanah dengan tujuan agar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk memperoleh

Lebih terperinci

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING Seminar Nasional Serealia, 2013 KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING Syuryawati Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Dewi Rumbaina Mustikawati dan Nina Mulyanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung ABSTRAK Badan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini merupakan penelitian jangka panjang yang telah berlangsung sejak tahun 1987. Pola tanam yang diterapkan adalah serealia (jagung dan

Lebih terperinci

Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu untuk Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Usahatani Kapas di Sulawesi Selatan

Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu untuk Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Usahatani Kapas di Sulawesi Selatan Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu untuk Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Usahatani Kapas di Sulawesi Selatan SUPRIYADI TIRTOSUPROBO dan SUKO ADI WAHYUNI Balai Penelitian Tanaman Tembakau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (Split-Plot Design) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (Split-Plot Design) yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (Split-Plot Design) yang terdiri dari 10 petak utama dan 4 anak petak, dengan 3 kali ulangan. Petak utama

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Areal pertanaman jagung di Kalimantan Selatan cukup luas terutama

Lebih terperinci

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau Yunizar dan Jakoni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Fax. (0761) 674206; E-mail bptpriau@yahoo.com Abstrak Peningkatan produksi jagung

Lebih terperinci

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI Fitri Handayani 1, Nurbani 1, dan Ita Yustina 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur; 2 Balai Pengkajian

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA Endang Iriani, Munir Eti Wulanjari dan Joko Handoyo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah Abstrak.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk

Lebih terperinci

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT Helena da Silva* dan Bambang Murdolelono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT *Helena_dasilva73@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk akan terus menuntut pemenuhan kebutuhan dasar terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada krisis

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Kedelai

Teknologi Budidaya Kedelai Teknologi Budidaya Kedelai Dikirim oleh admin 22/02/2010 Versi cetak Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG 8 Highlight Balitsereal 2008 INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG PTT Jagung pada Lahan Sawah Sub Optimal Untuk peningkatan produksi jagung, komponen-komponen teknologi yang telah dihasilkan dari penelitian

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI Amir dan Baso Aliem Lologau Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Sulawesi Selatan salah satu sentra pengembangan

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN BULUKUMBA PENDAMPINGAN SLPTT JAGUNG DI KABUPATEN BULUKUMBA Ir. Andi Darmawida A., dkk I. PENDAHULUAN.. Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, kualitas

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Pengembangan usahatani jagung yang lebih

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KACANG HIJAU VARIETAS VIMA-1 SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF DALAM PENGELOLAAN SISTEM USAHATANI YANG PRODUKTIF DI LUAR MUSIM

PENGGUNAAN KACANG HIJAU VARIETAS VIMA-1 SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF DALAM PENGELOLAAN SISTEM USAHATANI YANG PRODUKTIF DI LUAR MUSIM PENGGUNAAN KACANG HIJAU VARIETAS VIMA-1 SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF DALAM PENGELOLAAN SISTEM USAHATANI YANG PRODUKTIF DI LUAR MUSIM Yohanes Leki Seran, Medo Kote, dan Helena da Silva Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Studi Komposit Potensi Jagung pada Lahan Sawah Tadah Hujan Setelah Pertanaman Padi. Composite Study of Potential Corn The Land After Rice Rainfed

Studi Komposit Potensi Jagung pada Lahan Sawah Tadah Hujan Setelah Pertanaman Padi. Composite Study of Potential Corn The Land After Rice Rainfed Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (2): 103-107 ISSN 1410-5020 Studi Komposit Potensi Jagung pada Lahan Sawah Tadah Hujan Setelah Pertanaman Padi Composite Study of Potential Corn The Land After

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN Bunyamin Z. dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung sebagian besar dihasilkan pada lahan kering dan lahan

Lebih terperinci

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

PENGATURAN POPULASI TANAMAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGATURAN POPULASI TANAMAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PENGATURAN POPULASI

Lebih terperinci

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian TAKAR-1 dan TAKAR-2, Varietas Unggul Kacang Tanah Terbaru Dua varietas unggul baru kacang tanah yaitu TAKAR-1 dan TAKAR-2 telah dilepas berdasarkan SK Kementan No. 3253/Kpts/SR.120/9/2012 dan No 3255/Kpts/SR.120/9/2012.

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KAPAS MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KAPAS MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) Jurnal Littri 12(2), Juni 2006. Hlm 52-57 ISSN 0853-8212 JURNAL LITTRI VOL. 12 NO. 2, JUNI 2006 : 52-57 PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KAPAS MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA

Lebih terperinci

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.) PENGARUH PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) PADA SISTEM OLAH TANAH THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine

Lebih terperinci

Kata kunci: pendapatan, usahatani, jagung, hibrida Keywords: income, farm, maize, hybrid

Kata kunci: pendapatan, usahatani, jagung, hibrida Keywords: income, farm, maize, hybrid 56 KOMPARASI PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BISI 16 DAN BISI 2 DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT FARM INCOME COMPARISON OF THE HYBRID MAIZE BISI 16 AND BISI 2 IN GERUNG, WEST LOMBOK Idrus

Lebih terperinci

Peluang dan Kendala Pengembangan Pola Tanam Jagung Tiga Kali Setelah Padi (IP 400)

Peluang dan Kendala Pengembangan Pola Tanam Jagung Tiga Kali Setelah Padi (IP 400) Peluang dan Kendala Pengembangan Pola Tanam Jagung Tiga Kali Setelah Padi (IP 400) Margaretha SL, dan A.F. Fadhly Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan Abstrak

Lebih terperinci

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau   Abstrak. Profil Pengembangan Tanaman Palawija dan Kelembagaan Penunjang di Lokasi Eks Primatani Agroekosistem Lahan Pasang Surut Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap komoditas beras sebagai bahan pangan utama cenderung terus meningkat setiap

Lebih terperinci

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Water Resource Management to Increase Sustainably of Rice Production in Tidal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA KAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA Zainal Abidin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara ABSTRAK Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir data

Lebih terperinci

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu) Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan

Lebih terperinci

INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA

INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA Amin Nur 1), Karlina Syahruddin 1), dan Muhammad Azrai 1) 1) Peneliti Pemuliaan pada Balai

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT Baiq Tri Ratna Erawati 1), Awaludin Hipi 1) dan Andi Takdir M. 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

DEJA 1 DAN DEJA 2 : VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI TOLERAN JENUH AIR

DEJA 1 DAN DEJA 2 : VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI TOLERAN JENUH AIR DEJA 1 DAN DEJA 2 : VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI TOLERAN JENUH AIR Suhartina, Purwantoro, dan Novita Nugrahaeni Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8, Kotak Pos 66 Malang

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pranan terhadap

Lebih terperinci

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Budidaya jagung yang efisien untuk produksi biji harus memperhatikan cara

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Teknologi produksi biomas jagung melalui peningkatan populasi tanaman.tujuan pengkajian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus meningkat,

Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus meningkat, Robi'in: Pengujian daya hasil jagung bersari bebas di lokasi Prima Tani Kabupaten Probolinggo 45 Buletin Teknik Pertanian Vol. 14, No. 2, 2009: 45-49 TEKNIK PENGUJIAN DAYA HASIL JAGUNG BERSARI BEBAS (KOMPOSIT)

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH Oleh : Chairunas, Basri AB, Tamrin, M.. Nasir Ali dan T.M. Fakhrizal PENDAHULUAN Kelebihan pemakaian dan atau tidak tepatnya

Lebih terperinci

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN Sumarni T., S. Fajriani, dan O. W. Effendi Fakultas Pertanian Universitas BrawijayaJalan Veteran Malang Email: sifa_03@yahoo.com

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro Utara, Kota Metro dan Laboratorium Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter. (cm) (hari) 1 6 0, , , Jumlah = 27 0, Rata-rata = 9 0,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter. (cm) (hari) 1 6 0, , , Jumlah = 27 0, Rata-rata = 9 0, 4.1 Hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang dilakukan pada kedua galur murni G.180 dan menunjukkan hasil yang optimal pada berbagai pertumbuhan tanaman, dengan parameter pengamtan seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Asmarhansyah 1) dan N. Yuliani 2)

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH Abdul Choliq, Sri Rustini, dan Yulianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegal Lepek, Sidomulyo,

Lebih terperinci

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi V. KACANG HIJAU 5.1. Perbaikan Genetik Kacang hijau banyak diusahakan pada musim kemarau baik di lahan sawah irigasi maupun tadah hujan. Pada musim kemarau ketersediaan air biasanya sangat terbatas dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada bulan Maret Mei 2014. Jenis tanah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH Oleh : Chairunas, Adli Yusuf, Azman B, Burlis Han, Silman Hamidi, Assuan, Yufniati ZA,

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

I. Pendahuluan. II. Permasalahan A. PENJELASAN UMUM I. Pendahuluan (1) Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga terkait

Lebih terperinci

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian Penyunting: Undang Konversi Kurnia, F. Lahan Agus, dan D. Produksi Setyorini, Pangan dan A. Setiyanto Nasional KONVERSI LAHAN DAN PRODUKSI

Lebih terperinci

POTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE

POTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE POTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE Arifuddin Kasim dan Syafruddin Kadir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua (BPTP) Jalan Yahim No. 49

Lebih terperinci

Analisis Input-Output Pemupukan Beberapa Varietas Jagung di Lahan Kering. Muh. Taufik dan Muhammad Thamrin

Analisis Input-Output Pemupukan Beberapa Varietas Jagung di Lahan Kering. Muh. Taufik dan Muhammad Thamrin Analisis Input-Output Pemupukan Beberapa Varietas Jagung di Lahan Kering Muh. Taufik dan Muhammad Thamrin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Makassar,

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi

Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi Syafri Edi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Abstrak Budidaya tanaman jagung di Provinsi Jambi dilaksanakan pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan 12 METODE PERCOBAAN Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan petani di Dusun Jepang, Krawangsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Lokasi berada pada ketinggian 90 m di

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN SAWAH DAN TEGALAN DI KECAMATAN ULAWENG, KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN SAWAH DAN TEGALAN DI KECAMATAN ULAWENG, KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN Jurnal Galung Tropika, 6 (1) April 2017, hlmn. 1-11 ISSN Online 2407-6279 ISSN Cetak 2302-4178 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN SAWAH DAN TEGALAN DI KECAMATAN ULAWENG, KABUPATEN BONE SULAWESI

Lebih terperinci