BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sarmi, Papua, yang berlangsung Oktober 2013 sampai dengan Januari Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara melalui wakil kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan, dan sekunder diperoleh dari pihak manajemen sekolah Deskripsi SMA Negeri 1 Sarmi SMA Negeri 1 Sarmi berdiri pada Tahun 1989, di kelurahan Mararena, Distrik Sarmi, Kabupaten Sarmi, Propinsi Papua. Saat ini memiliki 29 orang tenaga pengajar, dengan dua orang tenaga kependidikan, 419 peserta didik. Tabel 4.1 Profil Tenaga Pendidik Jumlah Jenjang pendidikan Sertifikasi Lama mengajar Guru D3 S1 10 tahun Sumber: data primer SMA Negeri 1 Sarmi Dari data di atas diketahui bahwa jumlah guru di SMA Negeri 1 Sarmi, Papua yang sudah disertifikasi sebanyak 61% Pengembangan Strategi Workshop Selanjutnya untuk dapat memahami tiap langkah dalam research and development dari Borg and Gall (Sugiyono) dijelaskan sebagai berikut: Langkah 1. Potensi dan Masalah

2 Penelitian berawal dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Sebagai contoh dalam bidang pendidikan di SMA Negeri 1 Sarmi dimana potensi yang dimiliki antara lain, guru-guru berstatus PNS, latar belakang pendidikan guru sebagian besar adalah sarjana strata satu, sebagian besar memiliki pengalaman mengajar rata-rata di atas 10 tahun, dan sudah disertifikasi. Selain itu saat ini Pemerintah sangat memperhatikan kesehjahteraan guru dalam bentuk pemberian insentif, seperti adanya tunjangan-tunjangan sertifikasi, tunjangan profesi, dan pengembangan keprofesionalisme berkelanjutan, penilaian kinerja guru, pemberlakuan otonomi khusus di wilayah Papua sehingga guru-guru mendapat perhatian lebih. Sementara masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan realita yang terjadi. Masalah juga dapat dijadikan potensi apabila dapat mendayagunakannya, (Sukardi, 2011). Misalnya, bahan ajar yang tidak memadai, waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang dikurangi karena kondisi geografis yang sangat luas, terbatasnya alat transportasi, persiapan mengajar guru kurang, serta penambahan jumlah sekolah, adanya peraturan tentang penilaian kinerja guru, jika kinerjanya menurun ada kompensasi yang diterima setelah sertifikasi, perubahan kurikulum, pemekaran wilayah, dan beban jam mengajar yang banyak (24-44 jam per minggu, belum termasuk tugas guru menangani administrasi kelas (khusus guru sertifikasi). Langkah 2. Pengumpulan data Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan up to date, selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Data yang dibutuhkan dalam kegiatan workshop yang akan dilaksanakan adalah peserta yang terdiri dari bapak ibu guru yang berdasarkan hasil evaluasi kinerja belum dapat melaksanakan butir-butir dalam instrumen penilaian yang berkaitan dengan penguasaan konten materi

3 pembelajaran. Selain itu berkaitan dengan materi yang dibutuhkan dalam kegiatan workshop sebaiknya diinventarisir lebih awal melalui need assesment sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dan tepat sasaran. Langkah 3. Desain Produk Pengembangan strategi peningkatan penguasaan konten materi pembelajaran melalui pelaksanaan worksop menggunakan langkah-langkah dari Otto dan Glaser (1970) antara lain: 1. Analisis masalah Dalam strategi pembelajaran terkandung tiga hal pokok yakni, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan program berfungsi untuk memberikan arah pelaksanaan pembelajaran sehingga menjadi terarah dan efisien. Salah satu bagian dari perencanaan pembelajaran yang sangat penting dibuat oleh guru sebagai pengarah pembelajaran adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Namun pada kenyataannya di SMA Negeri 1 Sarmi belum maksimal, hal tersebut dapat diketahui melalui data-data yang dikumpulkan di bawah ini: Rendahnya kompetensi guru dalam menyusun rencana pembelajaran khususnya silabus dan rencana pembelajaran. Jumlah guru yang menyusun silabus dan RPP sebelum mengajar masih belum maksimal, hanya 60%. Secara kualitas, silabus dan RPP yang dibuat tersebut sebagian besar belum sesuai dengan standar proses. Sebagian besar guru belum mampu mengembangkan bahan ajar 2. Tujuan Guru mampu menyusun silabus dan rencana pembelajaran.

4 Guru mampu menyusun bahan ajar sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran Guru mampu mengembangkan bahan ajar 3.1. Bahan/materi Struktur kurikulum setiap mata pelajaran 3.2. Metode: Guru-guru diberi pengertian tentang konten materi pembelajaran Guru-guru diajarkan cara-cara menyusun program/perencanaan pengajaran (program tahunan, program semester, pemetaan SK-KD, silabus dan RPP) Guru-guru diajarkan cara-cara membuat indikator pelajaran sesuai dengan setiap mata pelajaran yang diampu. Guru-guru dibagi dalam kelompok mata pelajaran dan diberikan contoh silabus dan RPP. Guru-guru diberikan tugas secara mandiri untuk dapat menyusun silabus dan RPP sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. 4. Kurikulum Pembahasan materi Penyusunan RPP Penyusunan Panduan ini bertujuan : 1. Menjelaskan pengertian RPP; 2. Arti penting proses perencanaan pembelajaran dalam proses pencapaian kompetensi siswa. 3. Menjelaskan komponen RPP 4. Menjelaskan prinsip-prinsip penyusunan RPP 5. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan RPP. Pengembangan materi ajar meliputi: 1. Analisis kebutuhan bahan ajar, 2. Penyusunan peta bahan ajar, dan

5 3. Penyusunan/pengembangan bahan ajar Perangkat mengajar yang tersedia 1. Program Tahunan (Prota) KUMPULAN PERAAT 2. Program Semester (Promes) PERANGKAT 3. Analisis Minggu Efektif Ganjil/Genap KUM 4. Penenentuan Kriteria Ketuntasan Minimal 5. Silabus KUMPULAN PERRAN SMA/MA 6. RPP KUMPULAN PERANGAN SMA/MA 7. Analisis Semester KUMP UL 5. Evaluasi Evaluasi dilakukan setelah workshop adalah dengan membandingkan antara kemampuan guru dalam penguasaan konten materi pembelajaran sebelum workshop dengan setelah dilakukannya workshop adalah tersedianya perangkat mengajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Hasil pembuatan RPP setelah workshop (terlampir) Langkah 4. Validasi Desain Validasi desain merupakan prosees kegiatan untuk menilai apakah produk, dalam hal ini system kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama. Dikatakan secara rasional karena validasi disini masih bersifat penilaian masih bersifat rasional, belum merupakan fakta di lapangan. Validasi desain produk yang telah dilakukan dalam penelitian ini, telah mendapat penilaian dari para pakar pendidikan. Dengan demikian, desain produk tersebut yang telah divalidasi dan dapat dijadikan strategi dalam rangka peningkatan penguasaan konten materi pembelajaran di SMA Negeri 1 Sarmi. Sehingga keputusan yang diambil sesuai dengan hal tersebut adalah melaksanan workshop.

6 Langkah 5.Revisi Desain Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan para pakar, selanjutnya dapat diketahuii kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang hendak menghasilkan produk tersebut. Dalam penelitian ini, desain produk berupa workshop dengan tema peningkatan penguasaan konten materi pembelajaran bagi guru-guru SMA Negeri 1 Sarmi telah disetujui untuk dilaksanakan. Hasil Revisi Desain seperti pada lampiran Pembahasan Hasil Penelitian Salah satu tujuan dalam penelitian dan pengembangan adalah ditemukannya sebuah strategi atau desain produk yang dapat digunakan untuk memperbaiki permasalahan praktis berkaitan dengan proses belajar mengajar disekolah.dalam penelitian ini telah dikembangkan sebuah strategi atau desain produk untuk meningkatkan penguasaan konten materi pembelajaran bagi guru-guru di SMA Negeri 1 Sarmi berupa workshop. Langkah berikutnya setelah mendesain produk adalah perlu dilakukannya validasi produk dengan tujuan mengetahui desain produk tersebut efektif atau tidak. Dalam penelitian ini desain produk berupa workshop telah divalidasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa desain produk yang telah dihasilkan dalam penelitian ini dapat dikatakan efektif. Desain produk berupa panduan workshop(terlampir) dikatakan efektif karena dilandasi oleh kurikulum, pendekatan dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta dan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi di tingkat sekolah. Selain itu dikatakan efektif karena program yang dikembangkan dalam workshop bersumber dari kebutuhan peserta yang

7 telah diidentifikasi melalui need assesment sebelum pelaksanaan workshop. Tahap-tahap pelaksanaan workshop yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah tahapan model Training and Development Personel dari Otto dan Glasser. Untuk mengetahui bahwa strategi atau produk yang dihasilkan memberikan perubahan atau tidak sebaiknya langkah berikut berupa ujicoba produk sampai pada produksi massal dapat dilakukan. Dalam penelitian ini hanya dibatasi sampai pada langkah validasi desain.di harapkan kedepan penelitian-penelitian berikut dapat mengembangkan langkah-langkah berikutnya sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak pihak terutama dapat membawa perubahan bagi dunia pendidikan kita.