BAB III MONOGRAFI DAN KONDISI PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Transkripsi

1 BAB III MONOGRAFI DAN KONDISI PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA BARAT 1.1. Perekonomian Sumatera Barat Perkembangan Ekonomi Sumatera Barat Perkembangan kinerja perekonomian Provinsi Sumatera Barat semakin membaik, hal ini ditunjukan dengan meningkatnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dari 146,89 Triliun Rupiah pada tahun 2013 menjadi 16,04 Triliun Rupiah (2014), namun kenaikan tersebut belum mencerminkan perbaikan perekonomian secara rill. Perekonomian Sumatera Barat pada tahun 2014 mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB Sumatera Barat tahun 2014 sebesr 5,85 persen, sedangkan tahun mencapai 6,02 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha pengadaan listrik dan gas sebesar 8, 68 persen, dan lapangan usaha ekonomi yang ada mencatat pertumbuhan yang positif. (BPS Sumbar, 2014:10) Selanjutnya lapangan usaha Infomasi dan Komunikasi tumbuh sebesar 8,37 persen, Jasa Kesehatan dan kegiatan Sosial sebesar 7,97 persen, Transportasi dan Pergudangan sebesar 7,51 persen, Jasa Perusahaan sebesar 6,97 persen, Konstruksi sebesar 6,58 persen, Jasa lainnya sebesar 6,52 pesen. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 6,44 persen, Jasa Pendidikan sebesar 6,18 persen, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 5,86 persen, Real Estet 5,56 persen, Industri pengalahan sebesar 5,40 persen, Perdagangan besar dan eceran ; Reparsi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 5,30 persen, Pertambangan dan Penggalian sebesar 4,34 persen, Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 43

2 3,89 persen dan Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 1,95 persen. Sampai tahun 2014, struktur ekonomi menurut lapngan usaha Sumatera Barat masih didominasi oleh lapangan usaha Pertanian, kehutanan dan Perikanan. Hal ini terlihat dari besarnya peranan lapangan usaha ini terhadap pembentukan PDRB Sumatera Barat, kemudian diikuti lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor, lapangan usaha Trasportasi dan Pergudangan, lapangan usaha Industri pengolahan, lapangan uaha Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang. Sementara peranan lapangan usaha lain dibawah 8 persen. Selain dua lapangan usaha tersebut di atas lapangan usaha transprotasi dan pergudangan tercatat sebagai penyumbang terbesar ketiga dalam perekonomian Sumatera Barat. Meskipun pertumbuhan usaha ini melemah dari 8,47 persen (2013) menjadi 7,751 persen pada tahun Berbeda dengan usaha tranportasi dan pergudangan, lapangan usaha industri pengolahan yang merupakan peyumbang keempat dalam perekonomian Sumatera Barat, justru mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya, yakni dari 5,14 persen pada tahun 2013menjadi 5,40 persen pada tahun Lapangan usaha konstruksi tercatat sebagai penyumbang terbesar kelima dalam perekonomian Sumatera Barat 2014 dengan pertumbuhan sebesar 6,58 persen, melambat dibanding tahun 2013 sebesar 10,30 persen (BPS Sumbar, 2014:15). Lapangan usaha Administrasi Pemerintahan yang merupakan penyumbang ke enam dalam pembentukan perekonomian Sumatera Barat pada tahun 2014 ini mengalami pertumbuhan dari 1,75 persen pada tahun 2013 menjadi 1,95 persen pada tahun Pertumbuhan lapangan usaha Informasi dan Komunikasi melemah jika dibanding dengan tahun sebelumnya yakni dari 9,11

3 persen pada tahun 2013 menjadi 8,37 persen pada tahun Sementara jika dilihat dari konstibusinya lapangan usaha ini tetap menjadi penyumbang ketujuh 5,26 persen pada tahun 2013 dan 5,20 persen pada tahun 2014 Perkembangan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak pembangunan yang dilaksanakan.perkembangan tersebut merupakan laju perkembangan yang dibentuk dari berbagai macam lapangan usaha ekonomi, yang secara tak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara ril dari tehun ke tahun yang tergambar melalui penyajian PDRB atas dasar harga konstan secara berkala.pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negative menunjukan terjadinya penurunan Struktur Ekonomi Sumatera Barat Struktur perekonomian Sumatera Barat menurut lapangan usaha tahun 2014 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu ; Pertanian, Perhutanan dan Perikanan (25,0 persen); Perdagangan Besar - Eceran dan Reparasi Mobil - sepeda Motor (14,3 persen) dan Transportasi dan Pergudangan (11,7 persen). Peranan tiga lapangan usha utama tersebut secara total mencapai 51 persen. Peranan lapangan usaha Pertanian, Kehutana dan Perikanan dari tahun ke tahun menunjukan kecenderungan penurunan. Pada tahun peranan lapangan usaha ini secara berturut-turut sebesar 25, 97 persen, 25,74 persen, 25,02 persen, 24,67 persen dan 25,04 persen. Kontribusi tersbesar pada tahun 2014 diberikan oleh sub lapangan usaha Pertanian, Pertenakan, Perburuan dan Jasa Pertanian yaitu sebesar 20,26 persen terutama padi yang merupakan komoditi pertanian Suamtera Barat.

4 Lapangan usaha Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor merupakan penyumbang kedua terbesar dalam pembentukan PDRB Sumatera Barat. Pada tahun 2010 kontibusinya sebesar 13,14 persen, mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 15,05 persen, pada tahun 2012 mengalami percepatan pertumbuhan menjadi sebesar 15,11 perse, pada tahun 2013 mengalami pelemahan, dimana lapangan usaha ini tumbuh sebesar 14,77 persen dan melemah lagi menjadi 14,29 persen pada tahun Konstribusi terbesar pada tahun 2014 dibeikan oleh sub lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, bukan Mobil dan Sepeda motor yaitu sebesar 12,25 persen. Sementara itu, lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan menjadi penyumbang ketiga terbesar dalam pembentukan PDRB Sumatera Barat menunjukan fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 lapangan usaha ini menyumbang sebesar 10,42 persen, pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi sebesar 10,62 persen, pada tahun 2012 sedikit melemah menjadi 10,58 persen, pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi 11,22 persen dan terus meningkat menjadi 11,71 persen Selama lima tahun terakhir PDRB perkapita Sumatera Barat memeperlihatkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh cukup tingginya peningkatan nilai nominal PDRB dan relatife rendahnya pertumbuhan penduduk Sumatera Barat. Namun cukup tingginya PDRB perkapita pada lima tahun terkhir bukanlah suatu hal yang menggembirakan, karena tidak di dukung oleh peningkatan daya beli masyarakat. Angka yang cukup tinggi tersebut lebih disebabkan oleh inflasi yang terjadi di Indonesia, khususnya Sumatera Barat(BPS Sumbar, 2014:24) Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat

5 Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan tersebut merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam lapangan usaha ekonomi, yang secara tak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara rilldari tahun ke tahun tergambar melalui penyajian PDRB atas dasr harga konstn secara berkala. Pertumbuhan yang positif menunjukan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukan terjadinya penurunan. Selama lima tahun terakhir, PDRB Perkapita Sumatera Barat memperlihatkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Halini disebabkan oleh cukup tingginya peningkatan nilai nominal PDRB dan relatif rendahnya pertumbuhan penduduk Sumatera Barat. Secara konsepsional PDRB Perkapita merupakan hasil bagi antara nilai nominal PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun Sumatera Barat pada tahun yang sama. Cukup tingginya PDRB Perkapita pada lima tahun terakhir bukanlah suatu hal yang menggembirakan, karena tidak didukung oleh peningkatan daya beli masyarakat. Angka yang cukup tinggi tersebut lebih disebabkan oleh inflasi yang terjadi di Indonesia, khususnya Sumatera Barat (BPS Sumbar, 2014:26). Kota Padang Panjang merupakan daerah yang paling tinggi PDRB Perkapitanya yaitu mencapai 47,09 juta rupiah, selanjutnya disusul kota Bukittinggi sebesar 46,83 juta rupiah. Sementara itu dari 9 kabupaten lainnya yang PDRB Perkapitanya berada dibawah Provinsi Sumatera Barat, terlihat bahwa PDRB Perkapita tertinggi dicatat oleh kabupaten Sijunjung, yaitu dengan nilai mencapai29,97 juta rupiah. Sedangkan yang terendah dicatat Kabupaten Pesisir Selatan, dimana PDRB

6 Perkapitanya hanya tercatat sebesar 20,58 juta rupiah pada tahun Dari 19 Kabupaten yang ada di Probinsi Sumatera Barat, laju pertumbuhan PDRB teringgi pada tahun 2014 diperoleh Kota Padang yakni sebesar 6,56 persen, urutan kedua oleh Kota Payakumbuh sebesar 6,47 persen dan urutan ketiga dicatat Kabupaten Dhamasraya yakni sebesar 6,24 persen. Sementara itu, laju pertumbuhan yang terendah di catat Kabupaten Kepulauan Mentawai yakni sebesar 5,49 persen. Bila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan PDRB perkapita. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Dari tabel 3 di bawah ini terlibat bahwa PDRB perkapita provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 mengalami kenaikan 12,27 persen, sementara pada tahun 2013 mengalami kenaikan 10,29 persen, secara nominal menjadi 32,55 juta rupiah pada tahun 2014, naik dari 28,99 juta rupiah pada tahun Tabel 3 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Sumatera Barat

7 Uraian Tahun Rupiah Kenaikan (%) (1) (2) (3) (4) PDRB Perkapita ,58 11, ,98 11, ,78 9, * ,27 10, ** ,17 12,27 Sumber : BPS Sumatera Barat Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Tabel 2.3 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Sumatera Barat Uraian Tahun Nilai Nominal Kenaikan (Rupiah) (%) (1) (2) (3) (4) PDRB Perkapita ,58 11, ,98 11, ,78 9, * ,27 10, ** ,17 12,27 Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Kabupaten Agam dan Padang Pariaman selama Periode nampaknya terus membayangi diurutan kedua sebagai kontributor perekonomian Sumatera Barat. Berdasarkan hasil

8 perhitungan sementara, PDRB kabupaten Padang Pariaman pada 2014 tercata sekitar 14,41 triliun rupiah dan PDRB Kabupaten Agam pada 2014 tercatat sekitar 14,17 triliun rupiah. Sementara itu, Kota Padang Panjang tampaknya masih belum sanggup beranjak dari urutan ke 19 dalam pembentukan PDRB Sumater Barat, yakni hanya mampu memberikan konstribusinya sebesar 1,42 persen atau sekitar 2,36 triliun rupiah pada tahun 2014 ini Tinjauan Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Barat Nilai tambah yang terbentuk dalam PDRB suatu daerah (kabupaten/kota) biasanya dijadikan bahan untuk mengukur tingkat perekonomian daerah tersebut. Pembentukan PDRB di setiap kabupaten/kota merupakan penjumlahan dari nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap aktivitas ekonomi yang terjadi di daerah tersebut. Dalam publikasi ini, dapat dimonitor perkembangan perekonomian setiap kabupaten/kota dari waktu ke waktu. Dengan demikian, para konsumen data dapat mengetahui posisi dan kondisi perekonomian kabupaten/kota se Sumatera Barat sebagai bahan evaluasi hasil pembangunan, sekaligus sebagai bahan masukan guna merancng rencanapembangunan selanjutnya. Sebagai ibukota Provindi dan pusat perdagangan di Sumatera Barat, kota Padang tampaknya tetap menunjukan dominasinya terhadap perekonomian Sumatera Barat secara keseluruhan. Hal ini dapat ditunjukan dengan lebih mendominasinya nilai PDRB daerah ini dibandingkan 18 Kabupaten/kota lainya di Sumatera Barat. (BPS Kota Padang, 2013:7) Terwujudnya nilai PDRB Kota Padangyang tinggi tersebut, tidak lepas dari dukungan sumber ekonomi dan fasilitas faktor produksi yang memadai. Sehingga wajar jika perekonomian Kota

9 Padang pada tahun 2013 berhasil menyumbangkan sekitar 29,21 persen terhadap perekonomian Sumatera Barat. PDRB menurut harga berlaku yang terbentuk di Kota Padang pada tahun 2014 tercatat sekitar 41,65 triliun ruoiah (angka sangat sementara). Dibandingkan dengan kondidi tahun sebelumnya, terjadi peningkatan nilai tambah sekitar 13,70 persen, tepatnya dari 36,63 triliun rupian tahun 2013 (BPS Kota Padang, 2013:8) Jika diamati besarnya peranan PDRB masing-masing Kabupaten/kota terhadap PDRB Sumatera Barat pada tahun 2014, ternyata ada 2 daerah Kabupaten/Kota yang peranannya mengalami peningkatan. Kedua daerah tersebut adalah kab Lima Puluh Kota dan Kab.Padang Pariaman. Sedangkan peningkatan yang cukup signifikan di catat oleh Kab. Padang Pariaman dari 8, 36 persen tahun 2013 menjadi 8,63 persen tahun 2014 atau terjadi peningkatan sebesar 0,27 persen diikuti oleh Kab Lima Puluh Kota mengalami peningkatan konstribusi sebesar 0,01 persen, yakni dari 6,48 persen tahun 2013 menjadi 6,49 persen tahun Sementara itu, diantara daerah yang kontribusinya terhadap PDRB Sumatera Barat mengalami penurunan, Kabupaten Pasaman Barat mencatat penurunan yang tertinggi yakni 0,11 persen. Sedangkan penurunan terkecil dicatat oleh Kab. Kepulauan Mentawai, Kab. Solok Selatan dan Kota Padang Panjang yakni 0,01 persen. Tabel 4.1 Peringkat Peranan PDRB Kabupaten/Kota Menurut Harga Berlaku,

10 Peringkat Kab/Kota Peringkat Kab/Kota (%) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Kota Padang 24,94 1 ota Padang 24,94 2 Kab. Agam 8,53 2 ab. Padang Pariaman 8,63 3 Kab. Padang Pariaman 8,36 3 ab. Agam 8,48 4 Kab. Pasaman Barat 6,55 4 ab. Lima Puluh Kota 6,49 5 Kab. Lima Puluh Kota 6,48 5 ab. Pasaman Barat 6,44 6 Kab. Solok 5,75 6 ab. Solok 5,72 7 Kab. Pesisir Selatan 5,59 7 ab. Pesisir Selatan 5,50 8 Kab. Tanah Datar 5,56 8 ab. Tanah Datar 5,50 9 Kab. Dharmasra 4,38 9 ab. Dharmasraya 4,29 ya 10 Kab. Sijunjung 3,92 10 ab. Sijunjung 3,92 11 Kab. Pasaman 3,60 11 ab. Pasaman 3,60 12 Kota Bukittinggi 3,42 12 ota Bukittinggi 3,38 13 Kota Payakumbu 2,52 13 ota Payakumbuh 2,50 h 14 Kab. Solok Selatan 2,34 14 ab. Solok Selatan 2,33 15 Kota Pariaman 2,06 15 ota Pariaman 2,04

11 16 Kab. Kepulauan ab. Kepulauan 1,80 16 Mentawai Mentawai 1,79 17 Kota Solok 1,65 17 ota Solok 1,63 18 Kota Sawahlunto 1,58 18 ota Sawahlunto 1,56 19 Kota Padang Panjang 1,43 19 ota Padang Panjang 1,42 Catatan : Angka % menunjukkan sumbangannya terhadap PDRB Provinsi Sumatera Barat Kabupaten Agam dan Padang Pariaman selama periode nampaknya terus membayangi diurutan kedua sebagai kontributor perekonomian Sumatera Barat. Berdasarkan hasil perhitungan sementara, PDRB kabupaten Padang Pariaman tahun 2014 tercatat sekitar 14,41 triliun rupiah dan PDRB kabupaten Agam pada tahun 2014 tercatat sekitar 14,17 triliun rupiah. Tingkat pertumbuhn yang tercatat pada suatu daerah akan sangat tergantung pada keberhasilan Kabupaten/Kota bersangkutan meningkatkan produksi Palangan Usahanya. Hal ini disebabkan karena tingkat harga untuk menghitung nilai tambah lapangan usaha digunakan tingkat harga yang berlaku pada tahun dasar. Sehingga tidaklah heran jika para pakar ekonomi perpendapat bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan kinerja pembangunan daerah itu sendiri. Sudang barang tent, faktor produksi dalam hal ini sangat menentukan peningkatan output Lapangan Usaha. Disamping itu kebijakan yang berlaku pada tahun berjalan juga tidak kalah pentingnya dalam menetukan peningkatan produksi tersebut. Selain berguna untuk mengukur kinerja pembangunan, pertumbuhan ekonomi jug dijadikan suatu indikator guna penyusunan rencana pembangunan pada masa yang akan datang.

12 Dari tabel 4.2 terlihat bahwa tidak ada lagi daerah yang berada pada kelompok pertumbuhan lebih kecil dari 0 persen, yang berarti tidak ada lagi daerah yang mengalami kontraksi.(bps Kota Padang, 2013:12)