BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. pertumbuhan seseorang secara alamiah. Dari definisi tersebut memuat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. pertumbuhan seseorang secara alamiah. Dari definisi tersebut memuat"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1.Hakikat Belajar Secara sederhana Gagne mendefinisikan belajar sebagai perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Dari definisi tersebut memuat beberapa prinsip belajar, yaitu pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perilaku sebagai hasil belajar memiliki cirri-ciri sebagai berikut: (1) sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari (2) kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya (3) fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup (4) positif atau berakumulasi (5) aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan (6) permanen atau tetap (7) bertujuan dan terarah (8) mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong keburuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya 9

2 adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya (Agus Suprijono, 2009: 4) Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Oleh sebab itu belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu (Nana Sudjana, 1988: 28) Kesimpulannya, belajar diartikan sebagai perubahan yang terjadi pada diri individu melalui perubahan tingkah laku individu melalui pengalaman, bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Jadi belajar adalah proses perubahan individu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil 10

3 menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang lebih baik, serta bermanfaat bagi individu itu sendiri dan lingkungan. 2. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang memberikan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap dan perubahan itu bersifat reality (Winkel, 1991:36). Dipertegas dalam Hilgard dan Bower (1975) mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situaisi tersebut. Dimana perubahan tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang. Tulus Tu u (2004:75) mengungkapkan bahwa prestasi merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi dalam bidang akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasaanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi belajar adalah penguasaan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hal tersebut, prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai berikut: 11

4 1. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. 2. Prestasi belajar tersebut terutama di nilai dari aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemapuan siswa dalam pengetahua atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi. 3. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa atau ulangan-ulangan dan ujian yang ditempuhnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah suatu kekecakapan atau hasil yang telah diperoleh dalam proses pembelajaran dengan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang ditunjukkan dengan nilai. Prestasi adalah segala keberhasilan yang telah diperoleh dalam mengerjakan segala pekerjaan untuk dipertanggungjawabkan. Prestasi ini ditandai dengan adanya nilai tambah dari sebelumnya. 3. Hakekat Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai optimal, maka diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah diterapkan. Sedangkan model-model pembelajaran itu sendiri biasanya 12

5 disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip atau teori pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung (Joyce & Weil: 1980). Menurut Joyce dan Weil, berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman, 2010: ) Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Sehingga model-model pembelajaran yang bersifat inovatif dapat membantu memberikan solusi cara belajar yang menyenangkan bagi para peserta didik, sehingga materi-materi pembelajaran yang membutuhkan pemahaman dan ketelitian dapat dengan mudah dipelajari tanpa mengurangi nilai-nilai yang hendak diajarkan dalam materi tersebut. 4. Model PAKEM (Partisipatif Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan) PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan 13

6 pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, dan menyenangkan. Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari kurikulum yang sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Brooks bahwa pembaharuan dalam pendidikan harus dimulai dari bagaimana anak belajar dan bagaimana guru mengajar bukan dari ketentuan-ketentuan hasil (Rusman, 2010: 232). Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks. Artinya, pembelajaran tersebut harus menunjukkan kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan dan guru pun harus mengerti siswa-siswa pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda-beda, ada yang bisa menguasai materi lebih cepat dengan keterampilan motorik (kinestetik), ada yang menguasai materi lebih cepat dengan mendengar (auditif), dan ada yang lebih cepat menguasai materi dengan melihat atau membaca (visual). Pembelajaran menunjuk pada proses belajar yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran ( students-centered learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan ( learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut. 14

7 Partisipatif, yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembelajaran ini menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajaran (child center/students center) bukan pada dominasi guru dalam penyampaian materi pelajaran (teacher center). Jadi pembelajaran akan lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sementara guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas. Aktif, merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Pembelajaran aktif memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar ( to facilitate of learning) kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, 15

8 sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran. Kreatif, merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi. Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk merangsang kreativitas siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai dari berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu. Siswa dapat dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru. Efektif, merupakan proses pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta menghantarkan mereka ketujuan yang ingin dicapai secara optimal. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar suasana pembelajaran kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa. Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Pembelajaran yang efektif perlu 16

9 didukung oleh suasana dan lingkungan belajar yang memadai/kondusif. Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan evektifitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Menyenangkan, pembelajaran menyenangkan ( joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan ( not under pressure) (Mulyasa, 2006:194). Pembelajaran menyenangkan adalah pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapt melibatkan siswa secara optimal. Pembelajaran PAKEM adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan cara membantu siswa membangun keterkaitan antara pengetahuan baru dengan pengalaman yang telah dimilikinya. Siswa diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan mengaplikasikan konsep tersebut di luar kelas. Dalam pembelajaran PAKEM siswa diperkenankan bekerja secara kooperatif. Pada praktiknya, pembelajaran PAKEM membutuhkan kemampuan teritik dan praktik. Kemampuan teoritik meliputi arti belajar, dukungan 17

10 teoritik, model pembelajaran, dan pembelajaran kontekstual. Sedangkan kemampuan praktik adalah mampu mempraktikkan metode-metode pembelajaran PAKEM. Dalam pembelajaran PAKEM terdapat berbagai model-model pembelajaran seperti model Talking Stick. 5. Pembelajaran Kooperatif Model Talking Stick 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaran kooperatif ( cooperative learning) dan pembelajaran kolaboratif. Panitz membedakan kedua hal tersebut. Pembelajaran kolaboratiof didefenisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok kearah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-bentik assesment oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya. Sedangkan Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan 18

11 bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikanb masalah yang dimaksud. Guru biasaya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas(suprijono 2009: 54). Pembelajaran Kooperatif ( cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002:14). Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung 19

12 dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal. 2. Model Talking Stick Model pembelajaran Talking Stick berkembang dari penelitian belajar kooperatif oleh Slavin Pada tahun Model ini merupakan suatu cara yang efektif untuk melaksanakan pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut mandiri sehingga tidak bergantung pada siswa yang lainnya. Sehingga siswa harus mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan siswa juga harus percaya diri dan yakin dalam menyelesaikan masalah. Model pembelajaran Talking Stick adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, 20

13 persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas. Menurut (Suprijono,2009:90) mengemukakan bahwa talking stick merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Talking stick merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran dengan memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Talking stick, yaitu sebagai berikut: 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/kd. 2. Guru menyiapkan sebuah tongkat. 3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi lebih lanjut. 21

14 4. Setelah siswa selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya dan mepersiapkan diri menjawab pertanyaan guru. 5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, jika siswa sudah dapat menjawabnya maka tongkat diserahkan kepada siswa lain. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 6. Guru memberikan kesimpulan. 3. Kelebihan dan Kekurangan Model Talking Stick Kelebihan dari penggunaan metode pembelajaran Talking Stick menguji kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran, membuat siswa membaca dan memahami pelajaran dengan cepat dan membuat siswa belajar lebih giat, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa (Suprijono, 2009). Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Talking Stick. Kelebihan dari model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut: 1. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar 2. Terdapat interaksi antara guru dan siswa 3. Siswa menjadi lebih mandiri 22

15 4. Kegiatan belajar lebih menyenangkan Adapun kekurangan dari model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut: 1. Siswa cenderung individu 2. Materi yang diserap kurang 3. Siswa yang pandai lebih mudah menerima materi sedangkan siswa yang kurang pandai kesulitan menerima materi 4. Guru kesulitan melakukan pengawasan 5. Ketenangan kelas kurang terjaga 6. Mata Pelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP mata pelajaran IPS mempelajari materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 23

16 a. Mengenal konsep-konsepyang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (Sa dun Akbar, 2010: 84) B. Penelitian yang Relevan Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meingkatkan kualitas dalam pembelajaran diantaranya, yaitu: Hasil penelitian dari Putu Mariyanto, Maskun dan Syaiful M, FKIP Unila pada tahun Dengan judul Pengaruh Talking Stick Terhadap Aktifitas dan Hasil Belajar IPS SMP Negeri 1 Pekurun. Hasilnya ada pengaruh yang signifikan menggunakan model pembelajaran talking stick terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Abung Pekurun yaitu nilai rata-rata pada kelas eksperimen yang diberikan model pembelajaran talking stick lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggumakan model konvensional, dapat dilhat dari hasil 24

17 rata-rata kelas eksperimen adalah dan nilai rata-rata pada kelas control adalah Hasil yang sama pula ditunjukkan pada jurnal Syamsuddin, Agus Sastrawan, dan Suryadi Sowinangun Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Untan, pada tahun Dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Hasilnya Persentase hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3 Sukadana yang mempunyai nilai KKM. Pada mata pelajaran IPS Ekonomi sebelum menerapkan model pembelajaran Talking Stick masih rendah. Dimana siswa yang tuntas hanya 6 orang atau 38,10%, 2 Penerapan model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-B pada mata pelajaran IPS Ekonomi di SMP Negeri 3 Sukadana. Hal ini dapat dilihat adanya peningkatan persentase ketuntasan pada siklus I dimana siswa yang mencapai tuntas menccapai 15 orang atau 71,43%, 3. Setelah penerapan model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran IPS Ekonomi di SMP Negeri 3 Sukadana hasil belajar siswa dapat meningkat. Peningkatan hasil belajar tersebut terlihat pada siklus pertama persentase siswa yang tuntas 71,43% menungkat sebanyak 23,81% menjadi 95,24% pada siklus kedua. Jumlah siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 15 orang siswa meningkat sebanyak 5 orang siswa pada siklus II dan menjadi 20 orang, 1 orang yang tidak tuntas 25

18 disebabkan faktor anak itu sendiri memang tidak semangat dalam mengikuti belajar dan siswa yang pandai bisa berbagi pengetahuannya dengan siswa yang kurang pandai. Di kedua penelitian tersebut, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dan pengolahan data yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Syamsuddin, dkk. serta dalam menulis latar belakang dan mengolah data menggunakan metode yang sama. C. Kerangka Berfikir Model Pembelajaran Awal Guru menggunakan metode ceramah, belum ada kegiatan diskusi kelompok. Siswa banyak yang tidak memperhatiakan di kelas, ada yang tidur saat guru menjelaskan materi di depan kelas, dan siswa asyik bermain dengan teman sebangkunya. Dari 24 siswa 14 siswa masih belum mencapai nilai KKM. Model Talking Stick 26

19 Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/kd. ss 2. Guru menyiapkan sebuah tongkat. 3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi lebih lanjut. 4. Setelah siswa selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya dan mepersiapkan diri menjawab pertanyaan guru. 5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, jika siswa sudah dapat menjawabnya maka tongkat diserahkan kepada siswa lain. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 6. Guru memberikan kesimpulan. Bagian Kegiatan Pembelajaran 1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2. Menyiapkan materi pembelajaran dan media pembelajaran yang diperlukan (lembar soal dan stick dari bambu). 3. Merancang pembelajaran dengan membentuk 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa yang dipilih melalui pengambilan permen secara acak secara bergantian. Pengelompokan disesuaikan dengan jenis permen yang didapatkan oleh masing-masing siswa. 4. Siswa diberi penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran Talking Stick. 5. Guru memutarkan musik, beriringan dengan berputarnya stick/tongkat. 6. Saat musik berhenti, bagi siswa yang memegang stick/tongkat akan diberikan pertanyaan oleh guru. Bagi siswa yang tidak bisa menjawab soal akan dibantu oleh teman kelompoknya. Begitu seterusnya hingga sebagian besar siswa mendapatkan pertannyan dari guru. 7. Siswa dengan bimbingan Gambar guru 1. Kerangka membuat kesimpulan Berfikir hasil belajar pada materi tersebut. 27

20 Dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran IPS siswa SMP Negeri 7 Salatiga mengalami peningkatan. Berdasarkan kerangka berfikir dapat dijelaskan bahwa ketika guru melakukan proses belajar mengajar belum menggunakan model pembelajaran Talking Stick, tetapi masih menggunakan model ceramah dan diskusi. Pada kondisi tersebut siswa belum berpartisipasi aktif di dalam proses pembelajaran, banyak siswa yang asyik bercerita dengan teman sebangkunya, ada juga siswa yang tidur di kelas, dan ada siswa yang tidak memperhatikan guru saat mengajar. Rata-rata klasikal pada pra siklus yaitu 69, siswa yang belum tuntas ada 14 siswa dari 24 siswa. Melihat kondisi tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran Talking Stick dalam penelitian ini, agar meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus menjadikan siswa lebih aktif dan berpartisipasi selama proses belajar mengajar berlangsung. Dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran IPS, siswa SMP Negeri 7 Salatiga mengalami peningkatan khususnya kelas VIII H. D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka peneliti menyusun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pembelajaran Talking Stick diduga dapat 28

21 meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga Semester I Tahun 2015/2016 pada mata pelajaran IPS. 29

22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga, pada bulan Oktober sampai November Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun ajaran 2015/2016. B. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Salatiga yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 9 perempuan. C. Prosedur Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini, merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri dari empat langkah, yaitu: 1. Perencanaan (Planning) 2. Aksi atau tindakan (Acting) 3. Observasi (Observing) 4. Refleksi (Reflecting) SIKLUS I 1. Perencanaan (Planning) meliputi: a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 30

23 b. Menyiapkan instrument (lembar pengamatan siswa) c. Merancang format evakuasi (post test) dan kunci jawaban d. Menyiapkan materipembelajaran dan media pembelajaran yang diperlukan (kumpulan soal, aneka rasa permen(untuk pembagian kelompok), dan stick/tongkat) e. Merancang pembelajaran dengan membentuk 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa yang telah dibagi secara acak melalui pengambilan undian permen di dalam sebuah kotak. 2. Tahap Tindakan (Action) meliputi: Kegiatan awal a. Menyiapkan laptop, sound, kumpulan soal, aneka permen untuk undian anggota kelompok, stick/tongkat yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. b. Mengadakan tanya jawab yang megarah pada materi pembelajaran c. Siswa diberi petunjuk mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran Talking stick Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan materi Keunggulan Lokasi Terhadap Kolonialisme melalui LCD, menunjukkan peta pelayaran bangsabangsa Eropa dalam mencari rempah-rempah, memutarkan video, menunjukkan berbagai foto tokoh-tokoh pelaut Eropa dan foto berbagai jenis rempah-rempah. 31

24 b. Guru melakukan tanya jawab, dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. c. Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa yang dibagi dengan cara mengambil undian permen di dalam sebuah kotak. d. Guru mengatur tempat duduk menjadi melingkar, dan memulai memutarkan stick/tongkat. e. Guru memberikan soal dan siswa menjawab f. Guru membimbing dan memberikan penjelasan serta pengarahan terhadap siswa yang belum memahami pembelajaran. g. Guru memberikan aplaus bagi siswa yang dapat menjawab soal dengan benar h. Stick terus berputar samapi sebagian besar siswa mendapatkan soal dan menjawab i. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar pada materi tersebut Kegiatan akhir Siswa secara individu mengerjakan post test di akhir pembelajaran 3. Tahap Observasi (observation) meliputi: a. Observer mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran dan aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran IPS. 32

25 b. Observer mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada saat penerapan model pembelajaran Talking Stick pada lembar pengamatan siswa dan guru. 4. Tahap Refleksi (Reflection) a. Siswa belum memanfaatkan waktu dengan tepat b. Beberapa siswa tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik c. Beberapa siswa masih kurang percaya diri mengutarakan jawabannya di depan kelas d. Melakukan diskusi dengan observer untuk membahas tentang kekurangan pembelajaran, untuk merencanakan perbaikan tindakan pembelajaran pada siklus berikutnya. Setelah mengetahui kekurangan pada siklus I, maka peneliti mencoba mengubah strategi pada siklus II agar pelaksanaan lebih efektif. SIKLUS II 1. Tahap perencanaan (Planning) meliputi: a. Identifikasi masalah berdasarkan refleksi pada siklus I b. Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) c. Menyiapkan kembali instrument (lembar pengamatan siswa) d. Merancang kembali format evaluasi e. Menyiapkan kembali media pembelajaran yang diperlukan dalam proses pembelajaran 33

26 f. Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar siswa yang terdiri dari 4 siswa. 2. Tahap tindakan (acting) meliputi: Kegiatan awal a. Menyiapkan laptop, sound, kumpulan soal, aneka permen untuk undian anggota kelompok, stick/tongkat yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. b. Mengadakan tanya jawab yang megarah pada materi pembelajaran c. Siswa diberi petunjuk mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran Talking stick Kegiatan inti a. Guru memberikan materi lanjutan b. Guru menunjuk 6 siswa sebagai ketua, masing-masing ketua bebas memilih anggota kelompoknya secara bergiliran. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. c. Guru memberikan kesempatan siswa membaca ulang materi dalam waktu 15 menit d. Guru berkeliling, membimbing dan memberikan penjelasan kepada siswa yang belum memahami pembelajaran. e. Guru kembali mengatur kelas menjadi sebuah lingkaran dan memainkan stick berjalan 34

27 f. Guru memberikan reward berupa cokelat bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar g. Permainan berlanjut hingga sebagian besar siswa mendapatkan pertanyaan dan dapat menjawab h. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar pada materi tersebut. Kegiatan akhir Siswa secara individu mengerjakan post test diakhir pembelajaran. 3. Tahap observasi (Observing) a. Observer mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran dan aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran IPS. b. Observer mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada saat penerapan model pembelajaran Talking Stick pada lembar pengamatan siswa dan guru. 4. Tahap refleksi (Reflection) a. Siswa sudah mengerti penerapan model Talking Stick, maka pada siklus II ini siswa lebih aktif dan berpartisipasi di dalam proses pembelajaran b. Siswa lebih tertarik dan dapat memahami materi Keunggulan Lokasi Terhadap Kolonialisme dengan baik c. Siswa menggunakan waktu dengan cukup baik 35

28 d. Sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar, dan hanya beberapa siswa kurang tepat dalam menjawab, tetapi temannya dapat membantu menjawab. D. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dan dokumentasi. 1. Tes Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur belajar siswa (Slameto, 1986: 34). Bentuk tes yang dipilih untuk pengumpulan data adalah tes tertulis bentuk pilihan ganda dan uraian. 2. Observasi Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap interprektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasaan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diamati adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran, sedangkan peneliti sebagai pelaksana PTK dan guru pamong atau mata pelajaran sebagai observer. 3. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh dalam observasi dengan mencatat atau mengabadikan dengan 36

29 menggunakan camera yang berupa foto pada saat proses pembelajaran. Dokumen-dokumen tersebut berupa arsip perencanaan pelaksanaan pembelajaran dan hasil pekerjaan siswa yang dapat memberikan informasi data serta dokumen berupa foto yang menggambarkan situasi pembelajaran IPS. E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data tes belajar siswa dianalisis menggunakan cara deskriptif komparatif. Klasifikasi hasil observasi siswa diambil secara deskriptif kualitatif. Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif, yaitu mengolah data yang terkumpul mulai pra siklus, siklus I. siklus II, kemudian membandingkannya, sehingga tampak peningkatan atau keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. F. Indikator Keberhasilan Adapun yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata kalsikal mencapai tujuh puluh delapan (78 dan minimal 90% dari jumlah siswa mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM=71)). Tingkat keberhasilan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Talking Stick dikatakan berhasil. Untuk menghitung presentase peningkatan hasil belajar dengan rumus : Keterangan : % =

30 % = Presentase peningkatan hasil belajar n = Jumlah siswa tuntas N = Jumlah siswa keseluruhan (Muh. Ali, 1993: 186) 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga, pada bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga, pada bulan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga, pada bulan Oktober sampai November 2015. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua siklus.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penetian ini dilakukan pada semester 1 tahun ajaran 2016/2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penetian ini dilakukan pada semester 1 tahun ajaran 2016/2017. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini di lakukan di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga, pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2016. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Elliot (Zainal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Elliot (Zainal BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI. 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM

BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI. 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI A. Model Pembelajaran PAKEM 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM Model pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai pengajar dan sekaligus sebagai manajer. Sebagai pengajar, guru dituntut untuk menciptakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENEREPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII-4 SMP NEGERI 1 PANGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Gagatan Karanggede Semester Gasal Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua

Lebih terperinci

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek 24 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM DAN KEGIATAN EKONOMI MELALUI METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG Farraz Putri Febriani, Suminah PP3 Jalan Ir. Soekarno No. 1 Blitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Setting penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah setting kelas, dimana data diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti dibantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu negara. Dengan pendidikan dibentuk SDM yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan pendidik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI BANYUANYAR II SURAKARTA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di SMP N 2 SURUH pada kelas VIII D semester II, tahun pelajaran 2015-2016. Penelitian akan diadakan dalam dua siklus,

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA. Nourina Kartika Sakti, Sihkabuden, Susilaningsih

TEKNIK PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA. Nourina Kartika Sakti, Sihkabuden, Susilaningsih TEKNIK PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA Nourina Kartika Sakti, Sihkabuden, Susilaningsih Universitas Negeri Malang Email: nourina_kartika@yahoo.com, sihkabuden@tep.ac.id,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPS Menurut Romiszowski (Abdurrahman, 2003) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) suatu siswa pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti

Lebih terperinci

E046. M. Agung Fatkhurrokhim 1, Budhi Utami 2 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2

E046. M. Agung Fatkhurrokhim 1, Budhi Utami 2 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2 E046 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA SISWA KELAS VIII-A DI MTs. MIFTAHUL HUDA JATISARI 2011/2012 M. Agung

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA 12 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA Ponco Budi Raharjo Indri

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Kualitas Pembelajaran IPS, Model Kooperatif Tipe Jigsaw, Media Visual.

ABSTRAK. Kata Kunci: Kualitas Pembelajaran IPS, Model Kooperatif Tipe Jigsaw, Media Visual. PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBASIS MEDIA VISUAL DI KELAS IV SDN 02 TEMULUS Oleh: Yulina Ismiyanti PGSD FKIP Universitas Islam Sultan Agung ABSTRAK

Lebih terperinci

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar   1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Question Student Have (QSH) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran pada Siswa Kelas IV Aminudin 1 1 SDN Sukorejo 01, Kota Blitar Email:

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN SD Negeri 02 Kebonsari, Karangdadap, Kabupaten

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK Oleh: Winarsih, Supriyono, Mujiyem Sapti Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION Indayani, Peningkatan Prestasi Belajar pada Bidang Studi IPS... 67 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VI SDN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 93 A. Hasil Penelitian 1. Refleksi Awal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VA SDN 25 Kota Bengkulu. Subyek penelitian ini yaitu guru dan seluruh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan pemerintah negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK. Sri Suwarni

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK. Sri Suwarni PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK Sri Suwarni Guru SDN Mlirip1 Kec. Jetis Kabupaten Mojokerto ssuwarni.13@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung 100 Sulastri, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS... PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI DISKUSI DAN EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS V SDN 02 SEMBON KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2008)

Lebih terperinci

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung PENERAPAN MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN KENDALREJO 01 KECAMATAN TALUN KABUPATEN BLITAR Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI

Lebih terperinci

JEMBER TAHUN PELAJARAN

JEMBER TAHUN PELAJARAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING MODEL PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MATERI MENGIDENTIFIKASIKAN CIRI- CIRI NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU BAGI

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMANFAATAN SATUAN PANJANG DAN BERAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK. Sri Handayani

PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMANFAATAN SATUAN PANJANG DAN BERAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK. Sri Handayani Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMANFAATAN SATUAN PANJANG DAN BERAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn SISWA PADA MATERI POKOK HAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM Tri Sari Wijayanti Guru IPA SMAN 7 Mataram E-mail:- ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peradapan manusia yang terus berkembang menyebabkan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga terus mengalami kemajuan yang pesat. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam. pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam. pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat dihasilkan generasi-generasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian Penggunaan metode penelitian ini termasuk kedalam kelompok Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan gabungan antara data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPS sejarah dengan menerapkan model pembelajarankartu Domino. Siswa kelas X-B berjumlah 37 siswa terdiri dari :

BAB III METODE PENELITIAN. IPS sejarah dengan menerapkan model pembelajarankartu Domino. Siswa kelas X-B berjumlah 37 siswa terdiri dari : BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK PGRI 2 Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat reflektif 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pelaksanaan penelitian ini mempergunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar menurut Teori Konstruktivisme

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar menurut Teori Konstruktivisme 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar menurut Teori Konstruktivisme Salah satu pendekatan konstruktivistik dalam belajar dan pembelajaran adalah upaya untuk membangun pengetahuan. Dasar dari pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu suatu penelitian yang di lakukan oleh guru di kelas secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK BERBANTUAN TEKA-TEKI SILANG UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII C SMP N 6 PURWOREJO Anggun Kurnia Wakhidah Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing (model bermain peran) a Pengertian Role playing atau bermain peran menurut Zaini, dkk (2008:98) adalah suatu aktivitas pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 22 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), yang dilakukan dalam upaya memperbaiki pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian dilakukan di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga, karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah swasta terbaik yang ada

Lebih terperinci

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 BRECONG TAHUN AJARAN 2015/2016 Nurul Hidayati¹, Suripto²,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Dhanu Brata Hermawan, Yulianti, Noer Hidayah PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason & 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research).

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP SD Negeri

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA PADA SISWA KELAS V SDN 005 BUKIT TIMAH DUMAI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA PADA SISWA KELAS V SDN 005 BUKIT TIMAH DUMAI 577 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA PADA SISWA KELAS V SDN 005 BUKIT TIMAH DUMAI 0813 6568 9301 SDN 005 Bukit Timah Dumai ABSTRACT This study aims to describe learning

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR), BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVII/Nopember 2013

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVII/Nopember 2013 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK MARRY GO ROUND PADA SISWA KELAS IV B SD NEGERI KLEGUNG I Kiki Engga Dewi SD Negeri Jaban Sleman Abstrak Tujuan penelitian tindakan

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI POKOK NORMA DALAM PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DEBAT DI KELAS VII-B SMP NEGERI 3 SATU

Lebih terperinci

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH Siti Halimatus Sakdiyah dan Kurnia Tri Yuli Prodi PGSD-FIP Universitas Kanjuruhan Malang E-mail: halimatus@unikama.ac.id

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS IV SD

PENGGUNAAN METODE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS IV SD PENGGUNAAN METODE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS IV SD Oleh: Rominah Afriatun 1, Suhartono 2, Joharman 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret 1 Mahasiswa S1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN Kumpulrejo 03 kecamatan Argomulyo kota Salatiga. Waktu penelitian dilakukan pada awal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa

I. PENDAHULUAN. Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah keilmuan yang sangat dekat dengan mereka karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang diperlukan oleh penulis. Subjek penelitiannya yaitu siswa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang diperlukan oleh penulis. Subjek penelitiannya yaitu siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga, karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah terbaik yang ada di kota Salatiga.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPS DI SDN 28 PAINAN TIMUR KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Mardalinda 1, Muhammad Sahnan 1, Khairul 2.

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROUND TABLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROUND TABLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROUND TABLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA YUSTATI Guru SMP Negeri 3 Dumai yustatiy@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini membahas hasil

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN Noorhafizah

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE) INTEGRATED READING AND COMPOSITION)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE) INTEGRATED READING AND COMPOSITION) UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE) INTEGRATED READING AND COMPOSITION) Oleh : Dr.Iin Nurbudiyani, M.Pd* dan Bertiana ** ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MASRI MANSYUR Guru SMP Negeri YASFII Dumai masrimansyur449@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengalaman merupakan hal yang penting bagi generasi muda, bukan hanya sekedar diingat tetapi juga sebagai cara bagi anak-anak untuk berkenalan dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus satu dan siklus dua masing masing siklus tiga kali pertemuan.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS IIIA SDN SEMBORO 01 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Kasmiati 10 Abstrak. Tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang Bambang Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Situraja yang terletak di Jalan. Kaum No. 14 Situraja Kabupaten Sumedang. Sekolah ini memiliki 27 ruangan kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, (5) metode pengumpulan data, (6) analisis data, dan (7) indikator

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, (5) metode pengumpulan data, (6) analisis data, dan (7) indikator 23 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas beberapa hal antara lain: (1) rancangan penelitian, (2) setting penelitian, (3) subjek dan objek penelitian, (4) prosedur penelitian, (5) metode pengumpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tujuan tertentu yang hendak dicapai. Proses itu merupakan tindakan konkrit

I. PENDAHULUAN. tujuan tertentu yang hendak dicapai. Proses itu merupakan tindakan konkrit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat tercipta kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktifitas belajar. Peran guru sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Ressearch) model Hopkins (1993). Metode

Lebih terperinci