BAB II LANDASAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORITIS"

Transkripsi

1 12 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Keterampilan Menyimak a. Pengertian Keterampilan Menyimak Keterampilan menyimak adalah suatu bentuk keterampilan barbahasa dan bersifar reseptif. Pada waktu proses pembelajaran, keterampilan ini jelas mendominasi aktivitas siswa di banding dengan ativitas lainnya. 1 Keterampilan menyimak adalah aktivitas atau kegiatan yang paling awal dilakukan oleh anak manusia bila dilihat dari proses pemerolehan dari keterampilan berbahasa. Sebelum anak dapat melakukan berbicara, membaca, apalagi menulis, kegiatan atau aktivitas menyimaklah yang pertama dilakukan. Secara berturut- turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya di mulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan terakhir menulis. 2 Menyimak dalam kehidupan sehari- hari sangatlah penting karena dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga di sekolah menyimak mempunyai peranan penting karena menyimak siswa dapat menambah ilmu, menerima, dan menghargai pendapat orang lain. 1 Iskandarwassid, Dadang Sunendar, 2008, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal Slamet, 2008, Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia, Surakarta: LPP UNS dan UNS Press, hal 2-3

2 13 Kegiatan menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sasarannya, sedangkan mendengarkan sasarannya dapat berupa bunyi apa saja. Itulah salah satu ciri khas yang ada dalam kegiatan menyimak. Selain itu, kegiatan menyimak dilakukan dengan sengaja, atau terencana, dan ada usaha untuk memahami atau menikmati apa yang disimaknya. Oleh sebab itu, menurut teori di atas bahwa keterampilan menyimak merupakan kegiatan awal yang dilakukan oleh anak manusia sebelum anak pandai berbicara,membaca, dan apalagi menulis. Jadi sebelum berbicara, membaca, menulis aktivitas menyimaklah yang paling utama dilakukan. Keterampilan menyimak adalah suatu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif, pada waktu proses pembelajaran keterampilan ini jelas mendominasi aktivitas siswa atau mahasiswa dibanding dengan keterampilan lainnya termasuk keterampilan berbicara. Namun keterampilan ini baru diakui sebagai komponen utama dalam pembelajaran berbahasa pada tahun 1970-an yang ditandai oleh munculnya teori total physical response (TPS) dari james Asher, the natural Approach, dan silent period nya. Ketiga teori ini menyatakan bahwa menyimak bukanlah suatu kegiatan satu arah. Keterampilan menyimak ialah proses psikomotorik untuk menerima gelombang suara melalui telinga dan mengirimkan implus-implus tersebut ke otak. Namun, proses tadi hanyalah suatu permulaan dari suatu proses interaktif

3 14 ketika otak bereaksi terhadap impuls-impuls tadi untuk mengirimkan sejumlah mekanisme kognitif dan afektif yang berbeda. Kurikulum yang di pakai di kelas V pada pembelajaran Bahasa Indonesia adalah kurikulum KTSP, pada tahun ajaran 2016/2017 SDN 07 Pasar Salido pernah memakai kurikulum 2013 tapi pembelajaran kurang efektif, guru tidak bisa menerapkan kurikulum 2013 ini, dan begitu juga dengan peserta didik banyak yang tidak paham dalam belajar. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN 07 pasar salido sekarang mereka memakai kurikulum KTSP dan pembelajaran jauh lebih maksimal, dalam penelitian yang saya lakukan saya tertarik menggunanakan model Kooperatif Skript, yang mana peserta didik disuruh berpasangan di depan kelas dalam membacakan teks yang telah di bagikan oleh guru. Dan siswa kelas V kelihatan semangat dalam belajar dan tidak satu orang pun yang keluar masuk kelas. 3 b. Jenis-Jenis Menyimak Aktivitas menyimak tidak selalu menyimak pembicaraan orang lain. Adakalanya seseorang menyimak apa yang dikatakan oleh dirinya sendiri atas dasar yang di simaknya. Cara atau taraf aktivitas menyimak akan mempengaruhi kedalaman dan keluasan hasil simakan. Atas dasar cara penyimakan ini, ada penyimakan bertaraf rendah dan bertaraf tinggi. Menyimak bertaraf rendah, penyimak baru sampai pada taraf memberikan dorongan, perhatian yang bersifat nonverbal, misalnya 3 Op. Cit, Iskandarwassid, Sunendar Dadang, Hal 227

4 15 mengangguk, tersenyum, ucapan- ucapan pendek ya, setuju, dan sebagainya. Pada penyimak taraf tinggi, penyimak tidak hanya sekedar memberikan dorongan, anggukan, dan sebagainya, tetapi yang bersangkutan kembali mengulang isi bahan simakan. 4 Berdasarkan taraf hasil simakan tersebut dikenal Sembilan jenis menyimak. Kesembilan jenis menyimak tersebut adalah: 1) Menyimak tanpa mereaksi, penyimak mendengar sesuatu berupa suara atau teriakan, namun yang bersangkutan tidak memberikan reaksi apa- apa. Suara masuk ke telinga kiri keluar dari telinga kanan. 2) Menyimak terputus-putus. Penyimak sebentar menyimak, sebentar tidak menyimak. Kemudian meneruskan menyimak lagi dan seterusnya. Pikiran penyimak bercabang tidak terpusat kepada bahan simakan. 3) Menyimak terpusat. Pikiran penyimak terpusat pada sesuatu, misalnya pada aba-aba, untuk mengetahui bila saatnya mengerjakan sesuatu. 4) Menyimak pasif. Menyimak hampir sama dengan menyimak tanpa mereaksi. Dalam menyimak pasif sudah ada reaksi walaupun sedikit. 5) Menyimak dangkal. Penyimak hanya menangkap sebagian isi simakan. Bagian-bagian yang tidak penting tidak disimak, mungkin karena sudah tahu, menyetujui atau menerima. 4 Henry Guuntur Tarigan, 1986, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, hal 5

5 16 6) Menyimak untuk membandingkan. Penyimak, menyimak sesuatu pesan, kemudian membandingkan isi pesan itu dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang relevan. 7) Menyimak organisasi materi. Penyimak berusaha mengetahui organisasi materi yang di sampaikan pembicara, ide pokoknya beserta detail penunjangnya. 8) Menyimak kritis. Penyimak menganalisis secara kritis terhadap materi yang di sampaikan pembicara, bila diperlukan, penyimak mendata atau keterangan terhadap pernyataan yang disampaikan pembicara. 9) Menyimak kreatif dan aspiratif. Penyimak memberikan response mental dan fisik yang asli terhadap bahan simakan yang akan diterima. Menyimak dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting karena dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga di sekolah menyimak mempunyai peranan penting karena menyimak peserta didik dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Setiap guru harus menyadari serta benar-benar memahami bahwa, menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya merupakan sarana untuk menerima informasi dalam kegiatan komunikasi, perbedaannya terletak dalam jenis komunikasi, menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan membaca berhubungan dengan komunikasi

6 17 tulis. Dalam hal tujuan keduanya mengandung persamaan yaitu memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, dan memahami makna komunikasi. Kegiatan berbahasa manusia yang paling mudah dikenali adalah bahasa lisannya, komunikasi verbal, dan berbicara merupakan komunikasinya yang paling efektif dan efisien. Walaupun begitu, seseorang baru dikatakan sebagai pembicara kalau ada pendengarnya, dan sebaliknya seseorang bisa menjadi pendengar jika ada pembicaranya. 5 c. Tujuan Menyimak antara lain: Memang tujuan orang menyimak sesuatu itu beraneka ragam, 1) Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara, dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar. 2) Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni), pendeknya, dia menyimak untuk menikmati keindahan audial. 3) Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai sesuatu yang dia simak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain): singkatnya, dia menyimak untuk mengevaluasi. 4) Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang disimaknya itu (misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan): pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan. 5) Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak contoh dan ide yang diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan penting dan sangat menunjang dalam mengkomunikasikan ide-idenya sendiri. UNS Press, h Slamet, 2008, Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia, Surakarta: LPP UNS

7 18 6) Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, mana bunyi yang membedakan arti, mana bunyi yang tidak membedakan arti, biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli. 7) Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicara, dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga. 8) Selanjutnya ada lagi orang yang tekun menyimak pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif. 6 Delapan tujuan menyimak: 1) Menyimak untuk meyakinkan 2) Menyimak untuk belajar 3) Menyimak untuk menikmati 4) Menyimak untuk mengevaluasi 5) Menyimak untuk mengapresiasi 6) Menyimak untuk mengomunikasikan ide-ide 7) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi 8) Menyimak untuk memecahkan masalah 7 Tujuan menyimak adalah menangkap, memahami atau menghayati pesan, ide atau gagasan yang tersirat dalam bahan simakan. tujuan yang bersifat umum dapat dibagi menjadi beberapa aspek yang ditekankan perbedaan penekanan pada aktivitas menyimak menyebabkan tujuan yang berbeda pula. 8 Gary T. Hunt menyatakan bahwa tujuan menyimak sebagai berikut: 1) Untuk memperoleh informasi yang bersangkut paut dengan pekerjaan/ profesi. 2) Agar menjadi lebih efektif dalam hubungan antar pribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat bekerja, dan di dalam kehidupan mayarakat. 6 Op. Cit,Iskandarwassid, Dadang Sunendar, hal Op, Cit, Henry Guntur Tarigan, hal Zubad Nurul Yaqin, 2012, Bahasa Indonesia Keilmuan, Hal 17

8 19 2. Menyimak 3) Untuk mengumpulkan data agar dapat membuat kesimpulankesimpulan yang masuk akal, dan 4) Agar dapat memberikan respons yang tepat terhadap segala sesuatu yang di dengar. 9 a. Pengertian Menyimak Menyimak adalah keterampilan yang pertama kali dipelajari dan dikuasai manusia. Sejak manusia bayi, bahkan sejak dalam kandungan sang ibu, kita sudah mulai belajar manyimak. Dilanjutkan ketika terlahir ke muka bumi, proses-belajar menyimak atau mendengarkan itu terusmenerus kita lakukan dengan mendengarkan-merekam terus menerus setiap kata-kata merdu dari ayah bunda kita. 10 Empat fungsi utama menyimak, antara lain: 1) Agar dapat memberikan respon yang tepat. 2) Memperoleh informasi yang berkaitan dengan profesi. 3) Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk akal. 4) Membuat hubungan antar pribadi lebih efektif. antara lain: Memang, tujuan orang menyimak sesuatu itu beraneka ragam, 1) Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar. 9 Op, Cit, Slamet, Hal Daeng Nurjamal dkk, 2011, Terampil Berbahasa, Bandung: Alfabeta, hal 2-3

9 20 2) Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni), pendeknya, dia menyimak untuk menikmati keindahan audial. 3) Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai sesuatu yang dia simak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain): singkatnya, dia menyimak untuk mengevaluasi. 4) Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang disimaknya itu (misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan): pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan. 5) Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun perasaanperasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. banyak contoh dan ide yang diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan penting dan sangat menunjang dalam mengkomunikasikan ide-idenya sendiri. 6) Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, mana bunyi yang membedakan arti, mana bunyi yang tidak membedakan arti, biasanya

10 21 ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli. 7) Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicara, dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga. 8) Selanjutnya ada lagi orang yang tekun menyimak pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif. Delapan tujuan menyimak: 1) Menyimak untuk meyakinkan 2) Menyimak untuk belajar 3) Menyimak untuk menikmati 4) Menyimak untuk mengevaluasi 5) Menyimak untuk mengapresiasi 6) Menyimak untuk mengomunikasikan ide-ide 7) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi 8) Menyimak untuk memecahkan masalah 11 Tujuan menyimak adalah menangkap, memahami atau menghayati pesan, idea tau gagasan yang tersirat dalam bahan simakan. tujuan yang bersifat umum dapat dibagi menjadi beberapa aspek yang ditekankan 11 Op. Cit, Henry Guntur Tarigan, hal 31-34

11 22 perbedaan penekanan pada aktivitas menyimak menyebabkan tujuan yang berbeda pula. Gary T. Hunt menyatakan bahwa tujuan menyimak sebagai berikut: 1) Untuk memperoleh informasi yang bersangkut paut dengan pekerjaan/ profesi. 2) Agar menjadi lebih efektif dalam hubungan antar pribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat bekerja, dan di dalam kehidupan mesyarakat. 3) Untuk mengumpulkan data agar dapat membuat kesimpulankesimpulan yang masuk akal, dan 4) Agar dapat memberikan respons yang tepat terhadap segala sesuatu yang di dengar. 12 Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan menyimak pada para siswa sekolah dasar, Ruth G. Strickland menyimpulkan adanya sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan sebagai berikut: 1) Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya. 2) Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan- selingan perhatian kepada hal-hal diluar pembicaraan. 3) Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekpresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak. 12 Op. Cit, Slamet. Hal 2-7

12 23 4) Menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya. 5) Menyimak sekali- kali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak: perhatian secara seksama berganti dengan keasyikan lain: hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja. 6) Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benarbenar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara. 7) Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan. 8) Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara. 9) Menyimak secara aktif untu mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara. Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain: 1) tahap mendengar: dalam tahap ini kita baru mendengarkan segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya. Jadi, kita masih berada dalam tahap hearing. 2) Tahap memahami: setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kia untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara. Kemudian, sampailah kita dalam tahap understanding.

13 24 3) Tahap menginterpretasi: penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau ingin menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu: dengan demikian, sang penyimak telah tiba pada tahap interpreting. 4) Tahap mengevaluasi: setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimakpun mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara, dengan demikian, sudah sampai pada tahap evaluating. 5) Tahap menanggapi: tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Lalu penyimakpun sampailah pada tahap menanggapi. (responding) 13 Jadi, menyimak adalah kegiatan mendengarkan, memahami bunyi bahasa, menginterprestasikan, mengevaluasi, mengidentifikasi, di dalam bahan simakan. 14 b. Menyimak Menurut Surat Al- A raf 204 Artinya : Dan apabila dibacakan Al Qur`an, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. 15 Berdasarkan penjelasan ayat di atas dapat di simpulkan bahwa apabila seseorang membaca Al-Qu ran atau ayat-ayat Allah maka kita wajib untuk mendengar dan menyimaknya, sama halnya apabila seseorang berbicara atau membaca baik itu pendidik atau teman kita juga 13 Op. Cit, Henry Guntur Tarigan, hal Husni Rahim, 1998, Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra di Kelas Rendah, Jakarta:Departemen Agama RI, hal Quraish Shihab, Tafsir Al- Mishbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002, Hal 438

14 25 harus menyimak apa yang disampaikannya agar kita paham dan mengerti, dan untuk memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran seseorang. Dapat juga dikatakan bahwa ayat yang lalu berbicara tentang fungsi dan keistimewaan Al-Quran serta rahmad yang dikandungnya.karena itu sangat wajar jika ayat ini memerintahkan agar percaya dan mengagungkan wahyu ilahi dan karena itu apabila dibacakan Al-Quran oleh siapapun, maka bersopan santunlah terhadapnya kaena ia merupakan firman-firrman Allah serta petunjuk untuk kamu semua dan karena itu pula dengarkanlah ia dengan tekun lagi bersungguh-sungguh, dan perhatikanlah dengan tenang tuntutan-tuntutannya agar kamu mendapat rahmad. Kata anshitu/ dipahami oleh pakar-pakar bahasa dalam arti mendengar sambil tidak berbicara. Karena itu, diterjemahkan dengan perhatikan dengan tenang perintah ini, setelah sebelumnya ada perintah mendengar dengan tekun. Ini menunjukkan betapa mendengar dan memperhatikan Al-Quran merupakan sesuatu yang sangat penting. Namun demikian, para ulama sepakat memahami perintah tersebut bukan dalam arti mengharuskan setiap yang mendengar Al-Quran harus benarbenar tekun mendengarnya. c. Manfaat Menyimak Menurut Setiawan manfaat menyimak sebagai berikut: 1) Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai

15 26 informatif yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih berpengalaman. 2) Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khazanah ilmu kita. 3) Memperkaya kosakata kita, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan lebih variatif. 4) Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan objektif. 5) Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial. 6) Meningkatkan citra artistik jika yang kita simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya. Banyak menyimak dapat menumbuh suburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau pendapat orang lain dan kehidupan ini serta meningkatkan selera estetis kita. 7) Menggugah kreativitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide ide yang cemerlang dan segar, pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong kita untuk giat berkarya dan kreatif. 8) Semua manfaat tersebut diharapkan diperoleh dalam kegiatan menyimak. Namun manfaat utama yang diperoleh adalah menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan serta meningkatkan dan menumbuhkan sikap apresiatif. Hal ini dikarenakan menyimak yang dilaksanakan adalah menyimak cerita. Cerita merupakan salah satu karya sastra yang perlu diapresiasi dan diambil nilai-nilainya Pengertian Model Kooperatif Skript Menurut Lambiotte, dkk Kooperatif skript adalah salah satu strategi pembelajaran dimana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan dalam mengihtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari. 17 Kooperatif skript merupakan model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian 16 Op,Cit, Henry Guntur Tarigan, hal 3 17 Miftahul Huda, 2013, Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis Dan Pradigmatis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal 213

16 27 dari materi yang dipelajari. Jadi, model pembelajaran Kooperatif skript merupakan penyampaian materi ajar yang di awali dengan pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan memberikan/ memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru ke dalam materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dalam materi yang ada secara bergantian sesama pasangannya masing-masing. 18 Model pembelajaran Kooperatif skript adalah penyampaian materi ajari yang diawali dengan pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan memberikan/ masukan ide-ide atau gagasangagasan baru ke dalam meteri ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dalam materi yang ada secara bergantian sesama pasangannya masing-masing. 19 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif skript adalah model dimana anak disuruh maju ke depan kelas secara berpasangan masing-masing 2 orang untuk mengikhtisarkan materi-materi yang telah dipelajari. a. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Skript Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif Skript adalah sebagai berikut: 18 Istarani, 2011, 58 Model Pembelajaran Inovatif, Medan: Media Persada, hal Ibid,hal 15

17 28 1) Pendidik membagi peserta didik ke dalam kelompokkelompok berpasangan 2) Pendidik membagi wacana/materi untuk dibaca dan dibuat ringkasannya. 3) Pendidik dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok ke dalam ringkasannya. Selama proses pembacaan, siswa-siswa lain harus menyimak/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat dan menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkannya dengan materi sebelumnya atau dengan meteri lainnya. 5) Peserta didik bertukar peran, yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. 6) pendidik dan peserta didik melakukan kembali kegiatan seperti di atas. 7) pendidik dan peserta didik bersama-sama membuat kesimpulan materi pelajaran. 8) Penutup. 20 Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas yakni interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Dapat mendorong siswa untuk mengungkapkan ide-idenya secara verbal. b. Kelebihan Model Kooperatif skript Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihanya dalam pembelajaran. Dan keunggulan inilah yang membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Kelebihan model Kooperatif skript, sebagai berikut: 1) Dengan model pembelajaran ini, dengan sendirinya peserta didik dilatih untuk lebih teliti, tekun dan rajin, karena mereka sendirilah yang akan menyimpulkan materi yang diberikan. 20 Op.Cit, Miftahul Huda, Hal

18 29 2) Setiap peserta didik mendapat bagian dalam pembelajaran. 3) Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. 21 c. Kelemahan Model Kooperatif skript 1) Hanya bisa dipraktekkan pada mata pelajaran dan materi tertentu saja. 2) Hanya dilakukan dua orang, tidak melibatkan seluruh kelas sehingga interaksi hanya sebatas pada dua orang tersebut. Oleh sebab itu menyimak dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat mempelajari materi yang lebih banyak dari siswa yang belajar sendiri. Dan siswa memperoleh sesuatu yang lebih dari aktivitas Kooperatif lain yang diberikan penjelasan secara rinci, siswa juga mendapatkan kesempatan mempelajari bagian lain dari materi yang yang tidak dipelajarinya 21 Op, Cit, Imas Kurniasih, Berlin Sani, hal 120

19 30 B. Kerangka Konseptual Pembelajaran Menyimak Kooperatif Skript Pramenyimak 1. Menjelaskan kepada siswa tentang model pembelajaran yang akan kita ajarkan. 2. Menentukan materi yang akan diajarkan,dan membagi siswa dalamber kelompok yang terdiri dari 2 orang. 3. Menetapkan siapa yang berperan sebagai pendengar atau penyimak. 4. Memberikan materi tentang cerita pada anggota kelompok Saat menyimak Siswa membaca cerita dan membuat ringkasan, kemudian pembicara pertama membacakan ringkasannya selengkap mungkin dan memasukkan ideide pokok, sementara pendengar menyimak atau mengoreksi ideide pokok yang belum lengkap. Pascamenyimak Siswa tukar peran, semula sebagai pembicara di tukar menjadi penyimak, kemudian menyimpulkan isi bacaan dan mengikhtisarkan secara lisan didepan kelas. Menyimak cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak 22 Upaya Peningkatan Hasil Belajar keterampilan Meyimak Siswa Kelas V SDN 07 Pasar Salido Pesisir Selatan 22 Op, Cit,Henry Guntur Tarigan, Hal 5-6

20 31 Dalam pembelajaran menyimak dengan model Kooperatif skript ada tiga tahap yaitu: Tahap pramenyimak siswa diberi penjelasan tentang model pembelajaran yang akan dilakukan dan aturan yang terdapat dalam pembelajaran dan menentukan materi yang akan diajarkan. Setelah itu siswa mengerti, guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yaitu terdiri dari 2 orang, dan menetapkan siapa yang berperan sebagai pendengar atau penyimak. Pada saat menyimak guru memberikan materi tentang cerita pada seorang siswa atau kepada anggota kelompok. Kemudian siswa atau kelompok tersebut membaca cerita dan membuat ringkasan, sebagai pembicara pertama membaca ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar menyimak atau mengoreksi ide pokok yang belum lengkap. Pascamenyimak siswa bertukar peran semula sebagai pembicara di tukar menjadi pendengar atau penyimak dan yang terakhir salah seorang siswa di suruh kedepan untuk membacakan ringkasan dan menentukan ide pokok ringkasan tersebut selengkap mungkin, siswa menyimpulkan isi bacaan atau ringkasannya dan guru menyempurnakan hasil ringkasan atau simakan. 23 C. Hasil Penelitian relevan Ada beberapa penelitan relevan yang telah dilakukan dengan model Kooperatif skript yaitu: 23 Ibid, Hal 10

21 32 Penelitan yang dilakukan oleh Meli Amelia dengan judul peningkatan keterampilan berbicara melalui pembelajaran Kooperatif Skript pada peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 05 Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Penelitian yang dilakukan oleh Vani Oktaviyani dengan judul Keefektifan metode Kooperatif Skript dalam pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 1 Manisrenggo penelitian yang dilakukan oleh Vani Oktaviyani juga mengalami peningkatan pada hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Manisrenggo. Nilai rata-rata semester 1 nya 65,62 setelah menggunakan model Kooperatif Skript nilai meningkat menjadi 70,32. Penelitian yang dilakukan oleh Titin Masturoh (2012) dengan judul Efektifitas penggunaan metode pembelajaran Kooperatif Skript terhadap hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012 penelitian yang dilakukan oleh Titin Masturoh juga mengalami peningkatan pada hasil belajar peserta didik kelas IV SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga. Nilai rata-rata semester 1 nya 68,67 setelah menggunakan model Kooperatif Skript nilai meningkat menjadi 73,33. Penelitian yang dilakukan oleh Sohifatul Hayati pada tahun 2015 dengan judul Penerapan metode Kooperatif Skript untuk meningkatkan hasil belajar membaca intensif pada siswa kelas III SDN Lebakgowah 03 kabupaten tegal. Hasil penelitian dari Sohifatul Hayati antara lain :

22 33 1. Terdapat pengaruh kemampuan siswa dengan menerapkan Model Kooperatif Skript terhadap aktivitas lisan (oral) yaitu dalam menyimak teman yang membacakan wacana siswa dari pertemuan I sebanyak 56,67% dan pertemuan II sebanyak 76,67%. 2. Terdapat Kooperatif Skript pengaruh kemampuan siswa dengan menerapkan Model terhadap menyimak materi yang dibacakan dari pertemuan I sebanyak 66,67% dan pertemuan II 83,33%. Berdasarkan penelitian relevan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan antara penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wira Novia dan Sri Wahyuni. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada Mata pelajaran dan kelas. Peneliti menggunakan model Kooperatif Skript pada pembelajaran Bahasa Indonesia SD, dengan judul Peningkatan keterampilan menyimak peserta didik dengan menggunakan model Kooperatif Skript di kelas V SDN 07 Pasar Salido Pesisir Selatan. D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori yang telah disampaikan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Keterampilan menyimak peserta didik kelas V dalam aspek mendengarkan dapat ditingkatkan melalui model Kooperatif Skript di SDN 07 Pasar Salido Pesisir Selatan.

23 34 2. Keterampilan menyimak peserta didik kelas V dalam aspek memahami dapat ditingkatkan melalui model Kooperatif Skript di SDN 07 Pasar Salido Pesisir Selatan.

1. PENDAHULUAN. memiliki kemampuan berbahasa secara optimal akan sangat mudah untuk. mengakibatkan tujuan komunikasi tidak tercapai.

1. PENDAHULUAN. memiliki kemampuan berbahasa secara optimal akan sangat mudah untuk. mengakibatkan tujuan komunikasi tidak tercapai. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa diperlukan dalam berkomunikasi. Seseorang yang memiliki kemampuan berbahasa secara optimal akan sangat mudah untuk mencapai tujuan komunikasinya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berkaitan dengan pembahasan usulan skripsi yang berjudul Meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Berkaitan dengan pembahasan usulan skripsi yang berjudul Meningkatkan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori Berkaitan dengan pembahasan usulan skripsi yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Menyimak Cerita melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN METODE DRILLPADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1KALIBAWANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN METODE DRILLPADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1KALIBAWANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN METODE DRILLPADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1KALIBAWANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh: Rizky Adhya Herfianto Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA 4-5 TAHUNDI TK

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA 4-5 TAHUNDI TK PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA 4-5 TAHUNDI TK. NEGERI PEMBINA KI HADJAR DEWANTORO KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO ERTIWI MAMONTO Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB III KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP Heru Susanto, Eti Sunarsih Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Singkawang,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENYIMAL BERITA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 15 KABUPATEN TEBO. Rasdawita dan Musanif. FKIP Universitas Jambi

KEMAMPUAN MENYIMAL BERITA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 15 KABUPATEN TEBO. Rasdawita dan Musanif. FKIP Universitas Jambi KEMAMPUAN MENYIMAL BERITA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 15 KABUPATEN TEBO Rasdawita dan Musanif FKIP Universitas Jambi ABSTRACT Artikel ini memberikan hasil penelitian dari Kemampuan

Lebih terperinci

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF Oleh Dosen Tetap Yayasan FKIP Universitas PGRI Palembang Abstrak Pembelajaran bahasa Indonesia yang diberikan kepada para siswa meliputi empat aspek,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan yang dilakukan seseorang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan yang dilakukan seseorang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Semi (1987:1) menyatakan Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeyen Yeni Aminah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa perkembangan bahasa dan bicara anak yang paling intensif terletak pada lima tahun pertama dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan

BAB II LANDASAN TEORI. Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Menyimak Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apersepsi serta interpretasi untuk memperoleh informasi,

Lebih terperinci

Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut

Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut ISSN: 1907-932X PENGARUH PENGGUNAAN METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA (Deskriptif Analisis

Lebih terperinci

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SLAMET TRIYADI slamet.triyadi87@gmail.com PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK PIDATO DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MERINGKAS PADA SISWA KELAS VI SDN PANYILEUKAN 3 KOTA BANDUNG TAHUN PELAJARAN

MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK PIDATO DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MERINGKAS PADA SISWA KELAS VI SDN PANYILEUKAN 3 KOTA BANDUNG TAHUN PELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK PIDATO DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MERINGKAS PADA SISWA KELAS VI KOTA BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2011 2012 N Sumarni 10210718 ABSTRAK Skripsi yang berjudul Model Pembelajaran Menyimak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Keterampilan Berbicara Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10 Menurut pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. Keterampilan menyimak merupakan dasar keterampilan dalam komunikasi lisan. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN MEDIA AUDIO. Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian menyimak, tujuan

BAB 2 PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN MEDIA AUDIO. Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian menyimak, tujuan BAB 2 PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN MEDIA AUDIO 2.1 Keterampilan Menyimak Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian menyimak, tujuan menyimak, manfaat menyimak, ragam menyimak, faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa memperoleh keahlian praktis untuk berkomunikasi, yakni membaca, menulis,

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa memperoleh keahlian praktis untuk berkomunikasi, yakni membaca, menulis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum mengamanatkan agar pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Hal ini tercermin dalam undang-undang nomor 20

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah. nilai dari hasil pekerjaan tersebut. 1

BAB II KAJIAN TEORI. membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah. nilai dari hasil pekerjaan tersebut. 1 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Menyimak 1. Pengertian Keterampilan Menyimak Keterampilan merupakan kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide, dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, akhirnya bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, dan menjadi bahasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa pertama yang dikuasai oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa pertama yang dikuasai oleh 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Menyimak Cerpen 1. Pengertian Menyimak Menyimak merupakan keterampilan berbahasa pertama yang dikuasai oleh manusia dan merupakan dasar bagi keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan erat satu sama lain. Artinya, antara aspek yang satu dengan aspek yang lain

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan erat satu sama lain. Artinya, antara aspek yang satu dengan aspek yang lain 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Menyimak 1. Pengertian Menyimak Keterampilan dalam berbahasa pada hakekatnya terdiri dari empat aspek yakni keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan menyimak,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1 PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN Cerianing Putri Pratiwi 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional siswa. Di samping itu, bahasa merupakan penunjang

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional siswa. Di samping itu, bahasa merupakan penunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan kecerdasan, sosial, dan emosional siswa. Di samping itu, bahasa merupakan penunjang keberhasilan siswa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi. Dalam komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya diperlukan adanya bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peranan penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Lebih terperinci

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN TEKNIK THINK PAIR SHARE SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah banyak dilakukan salah satunya, penelitian pengajaran sastra dapat peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi bangsa. Dalam aktifitas berkomunikasi kita menggunakan kemampuan berbahasa yang telah kita miliki untuk mendapatkan informasi yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI PENERAPAN MODEL PERMAINAN SISWA KELAS VIII

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI PENERAPAN MODEL PERMAINAN SISWA KELAS VIII PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI PENERAPAN MODEL PERMAINAN SISWA KELAS VIII Betnawati Edi Suyanto Siti Samhati Email: betnawati@yahoo.com Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Menyimak Informasi

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Menyimak Informasi 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Keterampilan menyimak merupakan aspek yang paling dominan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan keterampilan lainnya seperti membaca,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Menyimak Wawancara. sebagai sebuah kegiatan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Menyimak Wawancara. sebagai sebuah kegiatan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak Wawancara 1. Pengertian Kemampuan Menyimak Wawancara Salah satu kemampuan berbahasa adalah kemampuan menyimak. Setiap orang dapat melakukan kegiatan menyimak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memungkinkan manusia untuk berkomunikasi, berhubungan, berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN MENYIMAK BERITA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LINGKARAN KECIL LINGKARAN BESAR

BAB II PEMBELAJARAN MENYIMAK BERITA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LINGKARAN KECIL LINGKARAN BESAR BAB II PEMBELAJARAN MENYIMAK BERITA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LINGKARAN KECIL LINGKARAN BESAR A. Menyimak 1) Pengertian Menyimak Istilah menyimak dan mendengarkan sering dijumpai dalam kehidupan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sarana interaksi sosial karena memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sarana interaksi sosial karena memiliki peran sentral dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahasa adalah sarana interaksi sosial karena memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual dan emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan yang penting dalam dunia pendidikan dan merupakan penunjang dalam semua bidang studi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa indonesia adalah alat komunikasi paling penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa indonesia adalah alat komunikasi paling penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan seluruh bangsa. Oleh sebab itu, merupakan alat mengungkapkan diri baik secara lisan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), standar kompetensi bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin baik kualitas pendidikan disuatu negara akan menghasilkan bangsa yang cerdas. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa pada dasarnya merupakan alat komunikasi yang akurat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa pada dasarnya merupakan alat komunikasi yang akurat bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada dasarnya merupakan alat komunikasi yang akurat bagi kehidupan manusia. Baik yang dirasakan, dipikirkan, dialami maupun diangankan oleh seseorang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan produktif. Ketrampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan produktif. Ketrampilan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dasar pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran ketrampilan berbahasa yaitu ketrampilan-ketrampilan yang ditekankan pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN DLTA ( DIRECTED LISTENING THINKING ACTIVITY)

PENERAPAN PENDEKATAN DLTA ( DIRECTED LISTENING THINKING ACTIVITY) BAB II PENERAPAN PENDEKATAN DLTA (DIRECTED LISTENING THINKING ACTIVITY) DAN MINDMAP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DALAM MENYAMPAIKAN KEMBALI ISI PENGUMUMAN A. Hakikat Bahasa Indonesia 1. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tersebut kita mampu berkomunikasi dengan orang-orang Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tersebut kita mampu berkomunikasi dengan orang-orang Indonesia di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional di negara kita. Dengan bahasa tersebut kita mampu berkomunikasi dengan orang-orang Indonesia di berbagai daerah. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbicara dalam hal ini menyampaikan pesan merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang utama dan yang pertama kali dipelajari oleh manusia dalam hidupnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan menulis

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketrampilan berbahasa ada empat macam yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat ketrampilan tersebut memiliki hubungan yang saling berkaitan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu cirri pembeda antara manusia dengan mahluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu upaya yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dimiliki setiap individu dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

Lebih terperinci

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang dilaksanakan seumur hidup. Pendidikan ini harus terus dilaksanakan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang telah disempurnakan lagi. Kurikulum Nasional disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inti dari pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Inti dari pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inti dari pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar menentukan keberhasilan guru di sekolah dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus terus dibina untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa sekarang ini. Kita mengenal ada berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kualitas berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahap-tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hal itu karena bahasa Indonesia merupakan bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat Indonesia pada dasarnya berwajah ganda, yaitu sebagai alat pendidikan nasional di satu pihak dan sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu gagasan atau informasi dari pihak pembicara atau penulis kepada pihak pendengar

Lebih terperinci

2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAH

2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAH 1 2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 OLEH Hasnia Lundeto Fatma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh Media Pembelajaran Film Dokumenter terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa pada dasarnya kegiatan berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis sebagai suatu kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran. Produktif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hubungannya dengan tiga kemampuan lainnya, yaitu berbicara, membaca, dan

BAB II KAJIAN TEORI. hubungannya dengan tiga kemampuan lainnya, yaitu berbicara, membaca, dan 1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Menulis Henry Guntur Tarigan menjelaskan kemampuan menulis sangat erat hubungannya dengan tiga kemampuan lainnya, yaitu berbicara, membaca, dan menyimak. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minat membaca karya sastra sama halnya dengan minat membaca, namun minat membaca karya sastra lebih diarahkan dan difokuskan dalam bidang sastra baik itu puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pembaca dan hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pembaca dan hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Membaca merupakan salah satu keterampilan setelah menulis, berbicara dan menyimak. Bentuk aktualisasi membaca adalah proses yang ingin dicapai dengan baik oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan membaca memegang peranan yang sangat penting untuk pemerolehan pengetahuan. Nurgiyantoro mengungkapkan (2001:247), dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah mendukung kepemilikan kompetensi tamatan Sekolah Dasar yang memiliki pengetahuan, nilai,

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoretis saja, tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dialog di keluarga, baik antara anak dan orang tua, antara orang tua, antar

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CD AUDIO PADA ANAK KELOMPOK B2 TK ABA KARANGKAJEN YOGYAKARTA SKRIPSI

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CD AUDIO PADA ANAK KELOMPOK B2 TK ABA KARANGKAJEN YOGYAKARTA SKRIPSI MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CD AUDIO PADA ANAK KELOMPOK B2 TK ABA KARANGKAJEN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci