BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 10 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi merupakan cara yang terorganisir dalam mengumpulkan, memproses, mengelola dan melaporkan informasi sehingga organisasi dapat mencapai tujuannya (Romney dan Steinbart, 2006). Sistem informasi pada jaman modern telah melibatkan teknologi dalam prosesnya sehingga bisa dikatakan sistem informasi merupakan kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas manusia menggunakan teknologi tersebut. Menurut Laudon dan Laudon (2008), terdapat tiga aktivitas di dalam sistem informasi yang akan memproduksi informasi, yaitu input, pemrosesan, dan output. Umpan balik merupakan output yang dikembalikan kepada anggota ataupun kegiatan dalam organisasi untuk mengevaluasi dan memperbaiki input. Pelaku di lingkungan seperti pelanggan, pemasok, pesaing, pemegang saham, dan badan pembuat peraturan akan berinteraksi dengan organisasi dan sistem informasinya. Penerapan sistem informasi pada sebuah organisasi diharapkan dapat berhasil sehingga dapat memberikan manfaat terhadap individu dan organisasi itu sendiri. Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengukuran keberhasilan penerapan sistem informasi menurut Laudon dan Laudon (2000) adalah: 1. Tingkat penggunaan sistem yang relatif tinggi.

2 11 2. Kepuasan para pengguna terhadap sistem. 3. Sikap yang menguntungkan para pengguna terhadap sistem informasi dari staf sistem informasi. 4. Tujuan yang dicapai. 5. Imbal balik keuangan untuk organisasi, baik melalui pengurangan biaya atau peningkatan penjualan profit. 2.2 Pengadaan Barang atau Jasa secara Elektronik Pengadaan barang/jasa secara elektronik atau yang biasa disebut dengan e-procurement adalah penggunaan teknologi berbasis web untuk mendukung kegiatan pengadaan barang dan jasa. Menurut Turban et al. (2010), e-procurement terdiri dari tujuh macam tipe, yaitu e-sourcing, e-tendering, e-reverse auctioning, e-informing, web-based ERP, e-marketsites, dan e-mro. Pengadaan secara elektronik menggantikan kegiatan pengadaan secara tradisional yang cukup rumit dan memakan waktu. Pada proses tradisional, personil pengadaan barang harus melakukan proses seperti mengkualifikasi suplier, menegosiasi harga, dan membuat laporan secara manual. Tranparansi yang dihasilkan dari implementasi e-procurement membuat pihak yang mengadakan pengadaan barang/jasa terhindar dari kasus penyelewengan dana ataupun korupsi. Di Indonesia, pada tahun 2006, kasus korupsi terkait pengadaan barang dan jasa pemerintah mencapai 77 persen dari seluruh korupsi yang ditangani KPK (Jasin dkk., 2007). Saat ini e-procurement menjadi alat untuk mencegah terjadinya korupsi di lingkungan pemerintah. Sistem e-procurement juga membuat semua pengguna layanan pemerintah memiliki hak

3 12 aksesibilitas dan hak atas informasi yang sama. Penyerahan dokumen fisik dan proses administrasi yang menambahkan beban dan memakan waktu serta biaya operasional telah berkurang secara signifikan. Selain itu, masyarakat umum juga dapat mengetahui kegiatan pemerintah dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa sehingga menghindari kecurigaan publik terhadap pemerintah. Subramaniam, Qualls, dan Shaw (2003) menyatakan bahwa e-procurement memberikan dampak yang positif terhadap pengukuran kinerja pengadaan pada banyak organisasi. Berdasarkan pengukuran operasional, pengurangan kesalahan dan pembelian dapat dipengaruhi secara signifikan dengan e-procurement. Pengukuran strategis yang paling berpengaruh dengan e-procurement adalah kepuasan pengguna yang akan memberikan kemudahan dalam proses pembelian atau pengadaan barang/jasa. Pada penelitian Sofian dkk. (2013) disebutkan keuntungan menggunakan e-procurement sebagai berikut: a. Menyederhanakan proses procurement. b. Meningkatkan komunikasi. c. Mempererat hubungan dengan pihak supplier. d. Mengurangi biaya transaksi karena mengurangi penggunaan telepon atau fax atau dokumen-dokumen yang menggunakan kertas. e. Mengurangi waktu pemesanan barang. f. Menyediakan laporan untuk evaluasi. g. Meningkatkan kepuasan user.

4 Perkembangan E-procurement di Organisasi Sektor Publik di Indonesia Perkembangan e-procurement di organisasi sektor publik di Indonesia dimulai tahun 2003 dengan terbitnya Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Walaupun sudah dimungkinkan dari segi regulasi, perkembangan penggunaan sistem pengadaan secara elektronik di organisasi sektor publik belum menunjukkan kemajuan yang berarti dan hanya di beberapa instansi pemerintahan yang mulai menerapkan sistem tersebut. Selain permasalahan rendahnya pelayanan publik pada organisasi sektor publik, kegiatan pengadaan barang/jasa pada sektor publik masih mempunyai banyak masalah baik itu prosedur ataupun hasilnya. E-procurement dapat menjadi salah satu solusi untuk mencegah kasus korupsi guna menciptakan pengadaan barang/jasa yang efisien, efektif, terbuka, bersaing, transparan, adil dan akuntabel sesuai dengan prinsip dasar Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Tahun Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia mulai mempersiapkan lembaga pengadaan barang/jasa secara elektronik sehingga terbentuk susunan mulai dari ketua, sekretaris, serta pengelola sistem di tahun Pada bulan Januari tahun 2010, sistem pengadaan barang dan jasa mulai diimplementasikan. Pada tahun 2010, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No 54 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah. Pada pasal 7 dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tersebut dijelaskan pihak-pihak yang

5 14 terlibat dalam kegiatan pengadaan barang/jasa di Indonesia yang antara lain adalah: 1. Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya (K/L/D/I) adalah instansi/institusi yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 2. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) adalah lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa. 3. Pengguna Anggaran (PA) adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi lain Pengguna APBN/APBD. 4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD. 5. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. 6. Unit Layanan Pengadaan (ULP) adalah unit organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri, atau melekat pada unit yang sudah ada. 7. Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa yang melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa

6 15 8. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. 9. Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) atau pengawas intern pada institusi lain adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi. 10. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya. Pada tahun 2013, terdapat 573 K/L/D/I (kementerian/lembaga/daerah/ instansi) yang memiliki LPSE. LKPP merupakan lembaga yang ditunjuk di Indonesia untuk mengembangkan sistem pengadaan secara elektronik. Sistem ini dioperasionalkan oleh sebuah unit organisasi pemerintahan bernama Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). 2.4 Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Layanan Pengadaan Secara Elektronik atau LPSE adalah penyelenggara sistem elektronik pengadaan barang/jasa pemerintah. LPSE sendiri mengoperasikan sistem e-procurement bernama SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik) yang dikembangkan oleh LKPP. Implementasi e-procurement di Indonesia ditugaskan kepada Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. LKPP mengembangkan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) berbasis free license untuk diterapkan seluruh instansi pemerintah di Indonesia.

7 16 Pada awalnya, LPSE hanya sebagai tim ad hoc yang dibentuk oleh kepala instansi (gubernur/walikota/menteri). Pada perkembangan selanjutnya, sebagian instansi telah mendirikan LPSE secara struktural seperti di Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Sumatera Barat. Pada kegiatan pengadaan, LPSE hanya sebagai fasilitator yang tidak ikut dalam kegiatan pengadaan. Pelaksanaan kegiatan pengadaan sepenuhnya dilakukan oleh panitia pengadaan atau Unit Layanan Pengadaan (ULP). Setiap LPSE tidak hanya melayani pengadaan dari instansi tempat LPSE tersebut berada. Seperti LPSE Pemerintah Kota Yogyakarta yang memfasilitasi pengadaan di RSUP Dr. Sardjito, Universitas Negeri Yogyakarta, Institut Seni Indonesia, PTAPB BATAN, dan lain sebagainya. Instansi-instansi yang tergabung dengan LPSE Pemerintah Kota Yogyakarta tersebut menggunakan satu domain website, yaitu dalam kegiatan pengadaan barang/jasa. 2.5 Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) Sistem Pengadaan Secara Elektronik atau SPSE merupakan aplikasi pengadaan barang/jasa secara elektronik yang dikembangkan oleh LKPP untuk diterapkan pada instansi-instansi pemerintah di seluruh Indonesia. Instansi pemerintah di Indonesia sangat beraneka ragam, begitu pula dengan anggaran yang mereka miliki. Ada instansi daerah yang memiliki anggaran lebih dari 7 trilyun dan ada pula yang hanya puluhan hingga ratusan miliar saja per tahun. Kondisi ini menjadi pertimbangan LKPP dalam mengembangkan sistem e- procurement SPSE.

8 17 SPSE dikembangkan dengan semangat free license. Instansi dengan anggaran yang terbatas tetap dapat menerapkan SPSE karena tidak diperlukan biaya lisensi kecuali pembelian server dan sewa akses internet. SPSE dikembangkan menggunakan Java dan database PostgreSQL sehingga dapat berjalan di Platform Linux. SPSE dikembangkan sejak tahun 2006 dengan mengacu business process yang tertuang pada Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah. Dalam mengembangan SPSE, LKPP melibatkan instansi-instansi terkait, yaitu Lembaga Sandi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Lembaga Sandi Negara mengembangkan Aplikasi Pengaman Dokumen (APENDO). Dokumen penawaran dari peserta lelang dienkripsi dan di-dekripsi menggunakan Aplikasi Pengaman Dokumen (APENDO). Subsistem e-audit dikembangkan bekerja sama dengan BPKP yang memungkinkan SPSE mengeluarkan informasi detail tentang proses lelang untuk keperluan audit. Pengguna SPSE adalah Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di seluruh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/lnstitusi Lainnya (K/L/D/I). LPSE merupakan unit kerja yang menyelenggarakan sistem pelayanan pengadaan barang/jasa secara elektronik serta memfasilitasi Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik melalui website yang bisa diakses oleh publik.

9 Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean (1992) menemukan kesuksesan dari sistem informasi dapat diwakili oleh karakteristik kualitas sistem informasi itu sendiri (kualitas sistem), kualitas output dari sistem informasi (kualitas informasi), konsumsi output dari sistem informasi (penggunaan), respon pengguna sistem informasi terhadap sistem informasi (kepuasan pengguna), efek dari sistem informasi pada perilaku pengguna (dampak individual), dan efek dari sistem informasi pada kinerja organisasi (dampak organisasi). Model ini dianggap cukup persimoni (lengkap dan sederhana) sehingga banyak dipakai menjadi acuan dalam menguji kesuksesan sistem informasi. Gambar 2.1. Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean (1992) Pada tahun 1997, Seddon membantah model penelitian DeLone dan McLean (1992) karena dianggap rumit. Menurut Seddon (1997), penggunaan sistem informasi adalah suatu perilaku, bukan ukuran kesuksesan, sehingga dalam penelitiannya, variabel penggunaan sistem informasi (system use) dalam model DeLone dan McLean (1992) diganti menjadi persepsi kegunaan (perceived usefulness).

10 19 DeLone dan McLean (2003) tidak sependapat dengan kritik ini, mereka berargumentasi bahwa pemakaian sistem harus mendahului dampak dan manfaat, tetapi tidak menyebabkan dampak dan manfaat. Beberapa usulan untuk perbaikan terhadap model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean juga muncul karena ketidakjelasan antara apa yang termasuk variabel indepeden dan apa yang merupakan bagian dari variabel dependen dalam mengukur kesuksesan sistem informasi. Menanggapi berbagai kritikan tersebut, DeLone dan McLean (2003) memperbaiki modelnya dengan menambahkan kualitas pelayanan (service quality) sebagai alat ukur baru dalam kesuksesan sistem informasi, menambah konstruk niatan untuk menggunakan (intention to use) sebagai alternatif dari konstruk penggunaan sistem (use), dan mengelompokkan dampak individual serta dampak organisasi menjadi manfaat bersih (net benefit). Gambar 2.2. Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean Diperbarui (2003) Kualitas Informasi Kualitas Niatan Memakai Pemakaian Manfaat- Sistem manfaat bersih Kualitas Pelayanan Kepuasan Pengguna

11 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pengguna Kepuasan pengguna adalah sikap afektif terhadap suatu aplikasi komputer tertentu oleh seseorang yang berinteraksi dengan aplikasi tersebut secara langsung (Doll dan Torkzadeh, 1988). Menurut Guimares, Staples, dan McKeen (2003) kepuasan pengguna terhadap sistem informasi adalah bagaimana cara pengguna memandang suatu sistem informasi secara nyata, tapi tidak pada kualitas sistem secara teknik. Kepuasan pengguna merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena pentingnya pengaruh kepuasan terhadap manfaat yang akan diperoleh dalam pengimplementasian sistem informasi. Faktor kepuasan sering dipakai sebagai proksi untuk kesuksesan sebuah sistem informasi dibandingkan dengan proksi lain seperti tingkat pemakaian (usage) dan persepsi mengenai manfaat (Koeswoyo, 2006). Menurut DeLone & McLean (1992), kepuasan pengguna merupakan ukuran tunggal yang paling banyak digunakan dalam penelitian kesuksesan sistem informasi karena: 1. Kepuasan memiliki tingkat validitas yang tinggi dimana kesuksesan sistem adalah saat pengguna mengatakan bahwa mereka menyukai sistem tersebut. 2. Pengembangan dari instrumen Bailey dan Pearson (1983) yang memberikan alat yang handal untuk mengukur kepuasan dan menciptakan perbandingan antar studi.

12 21 3. Saran untuk kontruk kepuasan sebagai ukuran kesuksesan adalah yang paling banyak dalam penelitian sistem informasi dibandingkan konstruk yang lain. Kepuasan pengguna sistem informasi dalam model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean diperbarui (2003) dipengaruhi oleh tiga macam variabel kualitas, yaitu kualitas sistem (system quality), kualitas informasi (information quality), dan kualitas pelayanan (service quality) Kualitas Sistem Kualitas sistem berkaitan dengan apakah tidak ada bug (kesalahan dalam sistem yang disebabkan oleh software atau hardware), konsistensi antarmuka pengguna, kemudahan penggunaan, tingkat respons dalam sistem interaktif, dan kadang-kadang, kualitas dan pemeliharaan dari program aplikasi (Seddon dan Kiew, 1996). Kualitas sistem menjelaskan pengukuran website sebagai sistem pengolahan informasi. Sebagai desain website dalam kerangka sistem informasi, kualitas sistem masih merupakan ukuran penting dalam konteks kualitas sistem sebuah website. Beberapa contohnya adalah desain, penampilan dan kecukupan teknis, kelambatan dalam mengunduh, navigasi, kemananan dan privasi, serta hypermedia presentation. Ukuran kualitas sistem ini memungkinkan untuk menyediakan kenyamanan yang lebih bagi penggunanya, meningkatkan privasi, dan mengurangi waktu untuk mencari informasi (Ahn et al., 2004). Kualitas sistem dalam lingkungan internet mengukur karakteristik yang diinginkan dari sistem e-commerce. Ketergunaan, ketersediaan, keandalan,

13 22 kemampuan beradaptasi, dan waktu respon (misalnya waktu untuk mengunduh), adalah contoh dari kualitas yang dihargai oleh para pengguna sistem e-commerce (DeLone dan Mclean, 2003). Kualitas sistem yang lebih tinggi diharapkan dapat memberikan tingkat kepuasan pengguna dan penggunaan yang tinggi, mengarahkan ke dampak positif terhadap produktivitas individu yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas organisasi. Menurut Landrum et al. (2008), kualitas sistem diukur dengan item seperti mudah digunakan, mudah dipelajari, mudah untuk menjadi terampil dalam menggunakan, dan dapat berinteraksi dengan cara yang jelas serta mudah dipahami. Sedangkan menurut DeLone dan McLean (1992), kualitas sistem meliputi langkah-langkah dari sistem pengolahan informasi itu sendiri, seperti waktu respon, keandalan, fleksibilitas sistem, dan kelengkapan Kualitas Informasi Kualitas informasi menurut DeLone dan McLean (1992) diartikan sebagai persepsi pengguna suatu website terhadap kegunaan dan kualitas konten website tersebut. Kualitas informasi meliputi ukuran keluaran (output) sistem informasi, yaitu kualitas informasi yang dihasilkan suatu sistem, terutama dalam bentuk laporan. Menurut Landrum et al. (2008), kualitas Informasi mengacu akurasi (accuracy), relevansi (relevance), ketepatan (accuracy), keandalan (reliability), kelengkapan (completeness), dan terkini (currency). Menurut Seddon (1996), kualitas informasi berkaitan dengan isu-isu, seperti ketepatan waktu, akurasi, relevansi, dan format informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi.

14 23 Secara tradisional, kualitas informasi adalah kualitas laporan yang dihasilkan suatu sistem. Dalam lingkungan web, informasi yang berkaitan tidak hanya laporan atau keluarannya (output), tetapi juga kehadiran dari pengguna sistem itu sendiri dalam menggunakan sistem (Ahn et al., 2004). Menurut Ahn et al. (2004), item yang paling umum digunakan untuk mengukur kualitas informasi dalam beberapa penelitian adalah akurasi, terkini, kelengkapan, ketepatan waktu, dan dapat dimengerti Kualitas Pelayanan Kualitas pelayanan adalah perbandingan antara harapan konsumen dan persepsi mereka atas kualitas pelayanan yang diberikan (Pasuraman et al., 1988). Kualitas pelayanan pada bidang teknologi memiliki definisi yang berbeda dengan kualitas pelayanan secara tradisional. Kualitas pelayanan secara tradisional lebih dimaksukan pada pelayanan yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumennya. Indikator yang digunakan dalam mengukur kualitas pelayanan secara tradisional didasarkan pada penelitian Parasuraman et al. (1988) yang terdiri dari tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Indikator ini digunakan oleh banyak penelitian yang mengadopsi model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean (2003) dalam variabel kualitas pelayanan. Gefen (2002) adalah peneliti yang mengembangkan kualitas pelayanan tradisional tersebut dalam konteks elektronik dan mengelompokkan lima dimensi kualitas pelayanan menjadi tiga dimensi, yaitu 1) tangibles, 2) kombinasi dari responsiveness, reliability, dan assurance; dan 3) emphaty. Dalam penelitian tersebut, tangibles merupakan dimensi paling penting dalam meningkatkan

15 24 kesetiaan konsumen. Item-item dalam penelitian tersebut telah disesuaikan dengan konteks elektronik, seperti dimensi tangible mewakili tampilan website, tetapi menurut Parasuraman (2005) skala tersebut menjadi tidak sesuai dengan konteks awal dari penelitian tersebut. Kualitas pelayanan mendapatkan perhatian lebih pada dunia e-commerce dimana konsumen menggunakan website sebagai media dalam bertransaksi. Kualitas dari website itu sendiri dianggap sebagai bentuk pelayanan, misalnya kemudahan dalam mengoperasikan website tersebut. Parasuraman et al. (2005) kemudian mempertimbangkan kualitas dari sebuah website (WebQual) sebagai bentuk pelayanan. Pada penelitian tersebut, kualitas pelayanan secara elektronik yang kemudian disingkat menjadi E-S-Qual, terdiri dari 22 item yang dimasukkan ke dalam empat dimensi, yaitu: 1. Efisiensi (efficiency): kemudahan dan kecepatan dalam mengakses dan menggunakan website. 2. Pemenuhan (fulfillment): sejauh mana website menjanjikan pengiriman pesanan dan ketersediaan barang terpenuhi. 3. Ketersediaan sistem (system availability): 4. Kerahasiaan pribadi (privacy): keamanan dan perlindungan terhadap informasi pribadi konsumen. Pengukuran terhadap kualitas pelayanan secara elektronik tidak hanya mengacu pada dimensi tertentu. Terdapat berbagai macam modifikasi yang disesuaikan dalam mengukur kualitas website secara lebih spesifik sesuai dengan

16 25 jasa yang ditawarkan oleh setiap penyedia jasa, seperti penelitian pada bidang perbankan, kesehatan, keperawatan, atau situs yang digunakan dalam pendidikan. 2.8 Efektivitas Sistem Informasi Efektivitas adalah hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran yang harus dicapai (Supriyono, 2000). Suatu unit organisasi dapat dikatakan efektif apabila pencapaian lebih besar dibandingkan usaha untuk mendapatkannya. Simatupang dan Akib (2007) menyatakan bahwa efektivitas sistem informasi merupakan upaya organisasi untuk memanfaatkan kemampuan dan potensi sistem informasi yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian Gupta et al. (2007), efektivitas teknologi informasi dinilai berdasarkan peningkatan efektivitas, peningkatan komunikasi, pengambilan keputusan yang lebih baik, peningkatan respon organisasi, dan sistem informasi secara keseluruhan. 2.9 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan penulis mengacu pada beberapa penelitian terdahulu untuk mendukung model penelitiannya. Penelitian ini menguji hubungan variabel yang berasal dari model penelitian DeLone dan Mclean (2003), yaitu hubungan kualitas sistem, kualitas informasi, dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pengguna. Penelitian yang dilakukan oleh Istianingsih dan Utami (2009) mendukung model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean (2003). Hasil penelitian

17 26 pada 204 responden pengguna software akuntansi, seperti SAP, Oracle, Myob Accounting, maupun software buatan sendiri pada berbagai perusahaan di Indonesia menunjukkan hasil yang signifikan pada hubungan antara kualitas sistem, kualitas informasi, dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pengguna sistem tersebut. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ramdan et al. (2014) memiliki hasil yang signifikan antara kualitas sistem, kualitas informasi, dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pengguna. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 119 responden untuk menguji model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean pada tiga sistem informasi berbasis website milik pemerintah di Malaysia dari perspketif masyarakat umum. Pada penelitian ini, penulis juga menguji variabel kepuasan pengguna terhadap efektivitas sistem informasi. Penelitian Gupta et al. (2007) yang dilakukan pada pengguna teknologi informasi di pemerintahan India menunjukkan bahwa kepuasan pengguna merupakan indikator yang paling baik untuk menilai efektivitas sistem informasi. Penelitian tersebut membuktikan secara empiris bahwa kepuasan pengguna memiliki hasil yang positif signifikan terhadap efektivitas sistem informasi. Handayani (2010) melakukan penelitian berdasarkan model penelitian yang diajukan oleh Gupta et al. (2007) untuk menganalisis faktor-faktor yang menentukan efektivitas system informasi pada organisasi sektor publik di Surakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepuasan pengguna dan budaya organisasi tidak berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem informasi

18 27 sementara, manajemen puncak, manajemen sistem informasi, dan sistem informasi secara statistik berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem Pengembangan Hipotesis Kualitas Sistem dan Kepuasan Pengguna Sistem Informasi Kualitas sistem mengukur sistem dalam memproses informasi. Menurut Ives dan Olson (1984), kualitas sistem merupakan representasi beberapa aspek suatu sistem yang memberikan keuntungan untuk organisasi dilihat dari perspektif pengguna sistem informasi. Kualitas sistem dinilai berdasarkan kemampuan dari sistem informasi untuk memproses dan mengirimkan informasi sehingga memberikan manfaat bagi penggunanya. Dalam penelitian yang dilakukan beberapa peneliti seperti Istianingsih dan Utami (2009) serta Ramdan et al. (2014) membuktikan bahwa kualitas sistem memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pengguna. Semakin tinggi kualitas sistem yang dimiliki maka kepuasan pengguna sistem tersebut akan semakin meningkat menurut persepsinya. Dari uraian di atas maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis yang pertama sebagai berikut: H1: Kualitas sistem memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kepuasan pengguna akhir Kualitas Informasi dan Kepuasan Pengguna Sistem Informasi Kualitas informasi berhubungan dengan kualitas dari keluaran sistem informasi. Dalam literatur sistem informasi, kualitas informasi dari keluaran

19 28 sistem informasi sering digunakan sebagai salah satu kriteria penting dalam menilai kepuasan pengguna akhir yang dapat mempengaruhi kinerja dan keberhasilan sistem informasi. Menurut Tjakrawala dan Cahyo (2010), penekanan atas aspek kualitas informasi di dalam pengimplementasian sistem informasi akan meningkatkan kepuasan penggunanya sehingga pada akhirnya memberikan kontribusi terhadap keberhasilan implementasi sistem informasi. Pendapat ini didukung hasil penelitian Wu dan Wang (2006), Livari (2005), serta Seddon dan Kiew (1996) yang membuktikan bahwa kualitas informasi mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap kepuasan pengguna akhir. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, penelitian ini mengajukan hipotesis kedua, yaitu: H2: Kualitas informasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kepuasan pengguna akhir Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pengguna Sistem Informasi Kualitas pelayanan merupakan variabel yang perlu ditambahkan dalam mengukur kesuksesan sistem informasi selain variabel kualitas sistem dan kualitas informasi. Kualitas sistem dan kualitas informasi merupakan komponen kualitas yang diperlukan untuk mengukur keberhasilan suatu sistem, tetapi kepuasan pelayanan merupakan komponen yang penting untuk mengukur keberhasilan departemen sistem informasi secara keseluruhan. Pada penelitian yang dilakukan oleh DeLone dan McLean (2003), direkomendasikan penambahan kualitas pelayanan sebagai dimensi penting dalam

20 29 kesuksesan sistem informasi terutama pada lingkungan jual beli barang dan jasa secara elektronik karena dalam lingkungan tersebut, pelayanan kepada pelanggan merupakan hal yang sangat krusial dalam meningkatkan kepuasan pelanggan. Hasil penelitian yang dilakukan Istianingsih dan Wiwiek (2009) membuktikan bahwa kualitas pelayanan terbukti secara signifikan berpengaruh positif terhadap kepuasan penggunanya. Semakin tinggi tingkat kualitas pelayan maka akan meningkatkan kepuasan pengguna sistem informasi tersebut. Dari uraian di atas maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis yang ketiga sebagai berikut: H3: Kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kepuasan pengguna akhir Kepuasan Pengguna dan Efektivitas Sistem Informasi Harapan pemakai sistem informasi menentukan kepuasan pengguna sistem informasi. Oleh karena itu, penting bagi pengembang sistem informasi untuk mengetahui harapan para pemakai sistem informasi sehingga pada akhirnya mereka akan mencapai kepuasan dalam menggunakan sistem informasi. Untuk itu, para pengguna hendaknya dilibatkan dalam pengembanagan sistem. Kepuasan pengguna terhadap sistem informasi diharapkan dapat meningkatkan efektivitas sistem informasi (Handayani, 2010). Hasil dari penelitian Gupta et al. (2007) menunjukkan bahwa kepuasan pengguna mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap efektivitas sistem informasi. Kepuasan pengguna merupakan suatu ukuran dalam keefektivitasan sistem informasi dalam sebuah organisasi. Efektivitas sistem informasi juga memberikan

21 30 manfaat bagi peningkatan kinerja penggunanya. Atas dasar uraian tersebut maka penelitian ini mengajukan hipotesis keempat sebagai berikut: H4: Kepuasan pengguna memiliki pengaruh positif signifikan terhadap efektiviras sistem informasi Model Penelitian Penelitian ini menggabungkan variabel-variabel kualitas dalam penelitian DeLone dan McLean (2003) untuk mengukur kepuasan pengguna. Hubungan antara kepuasan pengguna terhadap efektivitas sistem dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan model penelitian Gupta et al. (2007). Gambar model penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3. Model Penelitian KUALITAS SISTEM H1 (+) KUALITAS INFORMASI H2 (+) KEPUASAN PENGGUNA H4 (+) EFEKTIVITAS SISTEM INFORMASI KUALITAS PELAYANAN H3 (+)

PENCEGAHAN FRAUD DENGAN E-PROCUREMENT

PENCEGAHAN FRAUD DENGAN E-PROCUREMENT PENCEGAHAN FRAUD DENGAN E-PROCUREMENT Dekar Urumsah Namida Valoni Faishal Asmu i Penerbit EKONISIA Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta PENCEGAHAN FRAUD DENGAN E-PROCUREMENT Oleh: Dekar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan teknologi informasi memiliki peran yang penting tidak hanya dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang dari kesuksesan

Lebih terperinci

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA LAYANAN

Lebih terperinci

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014 BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR : 14 TAHUN 2015 TENTANG E-PURCHASING DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengadaan Barang/ Jasa (Perpres 70; 2012) Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengawasan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengawasan dalam 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi Sistem informasi merupakan seperangkat komponen yang saling berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.58, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LKPP. Pengguna Anggaran. Kuasa Pengguna Anggaran. Barang/Jasa. Pengadaan. Pelimpahan Kewenangan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1226, 2014 LKPP. Barang/Jasa. Pengadaan. Pemerintah. Daftar Hitam. PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG DAFTAR

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MELALUI PENGADAAN LANGSUNG DI KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. Bab ini merupakan hasil analisis data dan pembahasan penelitian

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. Bab ini merupakan hasil analisis data dan pembahasan penelitian 45 BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN Bab ini merupakan hasil analisis data dan pembahasan penelitian mengenai Pengaruh Kepuasan Pengguna terhadap Efektivitas Sistem Informasi E-procurement di Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pebisnis. Saat ini, teknologi informasi yang sedang berkembang pesat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pebisnis. Saat ini, teknologi informasi yang sedang berkembang pesat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di jaman modern ini, teknologi informasi bukanlah hal yang aneh untuk diketahui oleh berbagai kalangan. Di mulai dari masyarakat sampai dengan para pebisnis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dan Istilah dalam proses pengadaan barang/jasa Pemerintah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dan Istilah dalam proses pengadaan barang/jasa Pemerintah, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Istilah Pengertian dan Istilah dalam proses pengadaan barang/jasa Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang dimaksud dengan : 1. Pengadaan Barang/Jasa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 36 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 36 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 36 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DANA ANGGARAN

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA TENTANG SALINAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 45 TAHUN 20120//.88... TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ /JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG DALAM PENGADAAN BARANG/ /JASA PEMERINTAH

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ /JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG DALAM PENGADAAN BARANG/ /JASA PEMERINTAH LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ /JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGAA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG DAFTAR HITAM DALAM PENGADAAN BARANG/

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1239, 2012 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. E-Purchasing. Pengadaan Elektronik

BERITA NEGARA. No.1239, 2012 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. E-Purchasing. Pengadaan Elektronik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1239, 2012 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. E-Purchasing. Pengadaan Elektronik PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNIT LAYANAN PENGADAAN

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNIT LAYANAN PENGADAAN BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH, -1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DI DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BANJAR

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BANJAR WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR: 12 TAHUN 2011

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR: 12 TAHUN 2011 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR: 12 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM P RENCANAAN PENGADAAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2014

PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2014 SALINAN PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

2011, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah

2011, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.801, 2011 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA.Pengadaan Barang/Jasa. Elektronik. Ketentuan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 135 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MATERI 7 PENGANTAR E-PROCUREMENT

MATERI 7 PENGANTAR E-PROCUREMENT MATERI 7 PENGANTAR E-PROCUREMENT PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya 1 DAFTAR ISI TUJUAN PELATIHAN PENDAHULUAN e-tendering e-purchasing 2 TUJUAN PELATIHAN SETELAH MATERI INI

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1130 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi,

Lebih terperinci

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA, PERATURAN PRESIDEN NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem teknologi dan informasi, termasuk di dalamnya sistem teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. sistem teknologi dan informasi, termasuk di dalamnya sistem teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepuasan pengguna akhir dalam banyak penelitian adalah merupakan variabel yang telah banyak mendapatkan perhatian. Tidak terkecuali pada bidang sistem teknologi dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Sistem merupakan kelompok elemen-elemen yang berintegrasi untuk

BAB II KERANGKA TEORITIS. Sistem merupakan kelompok elemen-elemen yang berintegrasi untuk BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Sistem, Informasi, dan Basis Data Sistem merupakan kelompok elemen-elemen yang berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan informasi adalah data yang telah diolah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan,

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan, No.1734, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERA. Barang/Jasa. Pengadaan. Unit Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN

Lebih terperinci

E:\PERBUP ULP_2013\PerbupULP2013.doc

E:\PERBUP ULP_2013\PerbupULP2013.doc 2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 129 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 129 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 129 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 129 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENETAPAN PENGENAAN SANKSI PENCANTUMAN DALAM DAFTAR

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG 9 5 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER

Lebih terperinci

MANUAL PROCEDURE. Pelaksanaan Daftar Hitam (Blacklist)

MANUAL PROCEDURE. Pelaksanaan Daftar Hitam (Blacklist) MANUAL PROCEDURE Pelaksanaan Daftar Hitam (Blacklist) UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 M Manual Procedure Pelaksanaan Daftar Hitam (Blacklist) Unit Layanan Pengadaan (ULP)

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR.

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR. PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan merupakan salah satu fungsi penting pada organisasi pemerintah, namun hingga saat ini kurang mendapatkan perhatian yang memadai. Fungsi pengadaan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi dalam rangka menciptakan generasi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi dalam rangka menciptakan generasi yang berkualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perguruan tinggi sebagai salah satu tempat yang berperan dalam pembinaan dan peningkatan keterampilan sekaligus pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Pengantar E-Procurement. Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah TUJUAN PELATIHAN PENDAHULUAN. e-tendering. e-purchasing 10/19/2016

DAFTAR ISI. Pengantar E-Procurement. Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah TUJUAN PELATIHAN PENDAHULUAN. e-tendering. e-purchasing 10/19/2016 Pengantar E-Procurement Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kementerian Keuangan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan DAFTAR ISI TUJUAN PELATIHAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi dewasa ini berpengaruh pada transformasi pelayanan masyarakat di pemerintahan. Pelayanan informasi dari pemerintah untuk masyarakat juga

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Lebih terperinci

-1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

-1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH -1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.177, 2015 LKPP. Barang/Jasa Pemerintah. ULP. Pengadaan. Perubahan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR KALI DENGAN TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH jdih.bpk.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi kuantitatif dalam bentuk laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi kuantitatif dalam bentuk laporan keuangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu sistem yang melaksanakan berbagai operasi dalam rangka menghasilkan informasi yang relevan, diantaranya mencatat data

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN PENGADAAN SECARA

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PURCHASING

SYARAT DAN KETENTUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PURCHASING SYARAT DAN KETENTUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PURCHASING A. KETENTUAN UMUM I. Definisi 1. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang selanjutnya disebut LKPP, adalah Lembaga Pemerintah yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Pengertian Sistem Informasi Penelitian ini dilakukan terhadap sebuah sistem informasi. Definisi dari sistem informasi sendiri tidak bisa lepas dari dua kata pembangunnya, yaitu

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

- 1 - B U P A T I K A R O PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 292 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - B U P A T I K A R O PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 292 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - B U P A T I K A R O PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 292 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Henry Prat Fairchild dan Eric Kohler (2014: 31) Sistem. ikut merasakan ketergangguan tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Henry Prat Fairchild dan Eric Kohler (2014: 31) Sistem. ikut merasakan ketergangguan tersebut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Sistem Menurut Henry Prat Fairchild dan Eric Kohler (2014: 31) Sistem adalah sebuah rangkaian yang saling terkait antara beberapa bagian dari

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI PONOROGO TENTANG LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KABUPATEN PONOROGO.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI PONOROGO TENTANG LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KABUPATEN PONOROGO. 1 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang

Lebih terperinci

Tata Kerja Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Cilacap;

Tata Kerja Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Cilacap; BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 111 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pemerintah dalam menjalankan roda Pemerintahan dengan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pemerintah dalam menjalankan roda Pemerintahan dengan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan proyek konstruksi semakin pesat. Proyek konstruksi merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam waktu yang telah ditetapkan, untuk memenuhi

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 61 TAHUN 2015 45 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.924, 2012 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. Whistleblowing System. Pengaduan Internal. PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan sistem informasi terutama pada penggunaan software akuntansi membawa perubahan yang signifikan terhadap cara pemakai dalam mengerjakan tugas-tugas

Lebih terperinci

PENGANTAR E-PROCUREMENT

PENGANTAR E-PROCUREMENT PENGANTAR E-PROCUREMENT Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 Beserta Perubahannya VERSI 9.2 1 DAFTAR ISI: e-procurement e-tendering e-purchasing 2 TUJUAN PELATIHAN Setelah Materi Ini Disampaikan,

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR DAN TATA HUBUNGAN KERJA PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 52 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu badan pelayanan yang tidak berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu badan pelayanan yang tidak berorientasi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rumah sakit merupakan suatu badan pelayanan yang tidak berorientasi pada laba, namun rumah sakit mempunyai konsekuensi pada akuntabilitas dan auditabel dalam pelaporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi sebagai sumber yang memfasilitasi pengumpulan dan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. informasi sebagai sumber yang memfasilitasi pengumpulan dan penggunaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi khususnya teknologi sistem informasi menjadi semakin pesat karena dianggap penting bagi keberlangsungan hidup perusahaan ataupun perbankkan.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 1 Tahun : 2012 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LAYANAN PENGADAAN

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya Walikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 68 Tahun 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

2012, No Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik;

2012, No Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik; BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.936, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pengadaan Barang/Jasa. Secara Elektronik. TNI. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG LAYANAN

Lebih terperinci

NOMOR: PM. 58 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGAOAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) 01 L1NGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN OENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR: PM. 58 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGAOAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) 01 L1NGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN OENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM. 58 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGAOAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) 01 L1NGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN OENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG 1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, 1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan kualitas

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

MANUAL PROCEDURE. Proses Pelaksanaan Pelelangan Barang dan Jasa

MANUAL PROCEDURE. Proses Pelaksanaan Pelelangan Barang dan Jasa MANUAL PROCEDURE Proses Pelaksanaan Pelelangan Barang dan Jasa UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 M Manual Procedure Proses Pelaksanaan Pelelangan Barang dan Jasa Unit Layanan

Lebih terperinci

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI MANDAILING NATAL BUPATI MANDAILING NATAL PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL Nomor : 11 Tahun 2011 T E N T A N G PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS TENTANG BUPATI BANYUMAS " PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 2)2. TAHUN2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah mengalami pergeseran paradigma baru dalam pelaksanaannya, terutama setelah kegiatan pengadaan dilakukan melalui sistem elektronik

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH DISTRIBUTOR/PELAKSANA PEKERJAAN

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH DISTRIBUTOR/PELAKSANA PEKERJAAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH DISTRIBUTOR/PELAKSANA PEKERJAAN Update 21 Januari 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Produk Barang/Jasa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN TATA NASKAH DINAS PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MELALUI METODE PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA SECARA

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2014

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2014 GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA LEMBAGA LAIN SEBAGAI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 130 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 130 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 130 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG /JASA SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent No.794, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. ULP. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 43 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN

Lebih terperinci