RGS Mitra 1 of 20 KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 89 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ANGGARAN BIAYA PEMILIHAN UMUM 2004

Transkripsi

1 RGS Mitra 1 of 20 KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 89 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ANGGARAN BIAYA PEMILIHAN UMUM 2004 KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : a. bahwa anggaran biaya Pemilihan Umum anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan Kabupaten/Kota bersumber pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); b. bahwa penggunaan anggaran biaya Pemilihan Umum, sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib dipertanggungjawabkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 26, Pasal 29 dan Pasal 32 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003; c. bahwa berdasarkan hal tersebut pada huruf a dan huruf b, untuk kelancaran dan tertib pelaksanaan pembiayaan penyelenggaraan Pemilihan Umum, perlu ditetapkan tata cara pengelolaan anggaran biaya Pemilihan Umum 2004 dengan Keputusan Komisi Pemilihan Umum. Mengingat : 1. Undang-undang Perbendaharaan Negara/Indische Comptabiliteits- wet (ICW) (Stbl No. 448) sebagaimana telah beberapa kali diubah/ditambah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2820); 2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2002 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2003; 3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.; 4. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

2 RGS Mitra 2 of Keputusan Presiden Nomor 67 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum Dan Penetapan Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum Sebagaimana Telah Diubah Dengan Keputusan Presiden Nomor 81 Tahun 2000; 6. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah; 7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep. 330/MK/V/9/1968 tentang Pedoman Penatausahaan Kas Milik Negara, Cara Mengerjakan dan Memeriksanya; 8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep. 331/MK/V/9/1968 tentang Pedoman bagi Pegawai yang Diberi Tugas Melakukan Pemeriksaan Buku Kas pada Bendaharawan/Pemegang Kas; 9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep. 332/MK/V/9/1968 tentang Buku Kas Umum dan Cara Mengerjakannya; Memperhatikan : 1. Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-32/A/2003 Tanggal 20 Februari 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyediaan, Penyaluran, Pertanggungjawaban dan Pelaporan Penggunaan Dana Pemilu Tahun 2004; 2. Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 7 April 2003; M E M U T U S K A N Menetapkan : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ANGGARAN BIAYA PEMILIHAN UMUM 2004 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Undang-undang adalah Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD.

3 RGS Mitra 3 of Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2004 yang selanjutnya disebut Pemilu 2004, adalah penyelenggaraan pemilu Anggota DPR,DPD, Presiden dan Wakil Presiden, serta DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. 3. Komisi Pemilihan Umum selanjutnya disebut KPU adalah penyelenggara Pemilu 2004 yang bersifat nasional, tetap dan mandiri sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang. 4. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota adalah pelaksana pemilihan umum di Propinsi dan Kabupaten/Kota yang merupakan bagian dari KPU, yang dalam menjalankan tugasnya mempunyai Sekretariat. 5. Badan Penyelenggara/Pelaksana Pemilu adalah KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN), Panitia Pemungutan Suara (PPS), Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN), Panitia Pengawas Pemilu (Panwas), Panitia Pengawas Pemilu Provinsi (Panwas Prop), Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota (Panwas Kab/Kota), Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan (Panwas Cam). 6. Biaya Pemilu 2004, adalah Anggaran yang disediakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk pembiayaan penyelenggaraan Pemilu 2004 selama masa operasional yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian administrasi. 7. Masa operasional adalah masa bakti Badan Penyelenggara/Pelaksana Pemilu BAB II ANGGARAN BIAYA PEMILIHAN UMUM 2004 Pasal 2 (1) Keuangan KPU dalam menyelenggarakan pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota bersumber dari APBN dan APBD. (2) Alokasi dari APBN untuk anggaran penyelenggaraan Pemilihan Umum diusulkan oleh KPU kepada Menteri Keuangan untuk penilaian dan persetujuan. Pasal 3 (1) Untuk keperluan kegiatan penyelenggaraan Pemilu 2004 yang dilaksanakan oleh KPU serta Badan-badan Penyelenggara Pemilu di Pusat dan di Daerah disediakan Biaya Pemilu 2004

4 RGS Mitra 4 of 20 dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam 3 (tiga) tahun anggaran : a. Tahun Anggaran 2003 dan 2004 diperuntukkan bagi pembiayaan kegiatan persiapan dan pelaksanaan Pemilu 2004; b. Tahun Anggaran 2005 diperuntukkan bagi pembiayaan kegiatan penyelesaian administrasi dan evaluasi. (2) Biaya Pemilu 2004 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disediakan atas beban Anggaran Pembiayaan Lain-lain. (3) Biaya Pemilu 2004 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digunakan untuk pembiayaan kegiatan KPU selama masa operasional dan kegiatan Badan-badan Penyelenggara /Pelaksana Pemilu bersangkutan dalam tahun anggaran berkenan. (4) Apabila pada akhir tahun anggaran masih terdapat sisa dana pada masing-masing Badan Penyelenggara Pemilu, maka sisa dana tersebut harus disetor ke Rekening Kas Negara. Pasal 4 (1) Biaya Pemilu 2004 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dirinci dalam Jenis Biaya, yaitu : a. Biaya Pegawai b. Biaya Barang; c. Biaya Operasi (terdiri atas Biaya Perjalanan Dinas dan Biaya Lain-lain). (2) Setiap Jenis Biaya dirinci dalam Sub Jenis Biaya, dan Sub Jenis Biaya dirinci dalam Pos Biaya. BAB III TATA CARA PENGELOLAAN ANGGARAN BIAYA PEMILIHAN UMUM Bagian Pertama Biaya Operasional Pasal 5 (1) Pengelolaan Biaya Pemilu 2004 dilakukan : a. Di Pusat : Oleh Sekretaris Jenderal KPU untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KPU, PPLN, KPPSLN dan Panwas.

5 RGS Mitra 5 of 20 b. Di Daerah : 1) Pada Provinsi : Oleh Sekretaris KPU Provinsi untuk pembiayaan kegiatan yang dilaksanakan oleh KPU Provinsi dan Panwas Provinsi; 2) Pada Kabupaten/Kota : Oleh Sekretaris KPU Kabupaten/Kota untuk pembiayaan kegiatan yang dilaksanakan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota, Panwas Kabupaten/Kota dan untuk pembiayaan kegiatan Badan-badan Pelaksana Pemilu Tingkat Bawahannya yaitu PPK, PPS, KPPS dan Panwas Cam; 3) Pada PPK : Oleh Sekretaris PPK untuk pembiayaan kegiatan yang dilaksanakan oleh PPK, Panwas Cam dan Badan-badan Pelaksana Pemilu Tingkat Bawahannya. (2) Dalam pelaksanaan pengelolaan Biaya Pemilu 2004 Pejabat-pejabat pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh Atasan Langsung Bendaharawan dan Bendaharawan dengan ketentuan : a. Pada Badan Penyelenggara Pemilu di Tingkat Pusat diangkat seorang Bendaharawan dan Atasan Langsung Bendaharawan oleh Sekretaris Jenderal KPU; b. Pada PPSLN dan Panwas diangkat seorang Atasan Langsung Bendaharawan dan Bendaharawan Pemegang Uang Muka Cabang (PUMC) oleh pejabat yang berwenang. c. Pada Badan-badan Penyelenggara Pemilu di Daerah diangkat Bendaharawan dan Atasan Langsung Bendaharawan, dengan ketentuan : 1) Atasan Langsung Bendaharawan dan Bendaharawan Sekretariat KPU Provinsi diangkat/ditunjuk oleh Sekretaris KPU Provinsi atas nama Sekretaris Jenderal KPU; 2) Atasan Langsung Bendaharawan dan Bendaharawan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota diangkat/ditunjuk oleh Sekretaris KPU Kabupaten/Kota atas nama Sekretaris Jenderal KPU; 3) Atasan Langsung Bendaharawan dan Bendaharawan Sekretariat PPK diangkat/ditunjuk oleh Sekretaris KPU Kabupaten/Kota atas nama Sekretaris Jenderal KPU; Pasal 6 (1) Biaya Pemilu 2004 disediakan bagi Badan-badan Penyelenggara Pemilu di Pusat dan Daerah dicantumkan dalam dokumen Penyediaan Pembiayaan Kegiatan Operasional (PPKO). (2) PPKO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan atas dasar : a. Jumlah, masa bakti dan formasi di setiap tingkat Badan-badan Penyelenggara Pemilu; b. Jumlah Penduduk/Pemilih;

6 RGS Mitra 6 of 20 c. Volume pengadaan barang dan jasa; d. Frekuensi dan volume kegiatan; e. Indeks biaya; f. Keadaan/kondisi Daerah. (3) PPKO sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal KPU dan untuk : a. Pembiayaan kegiatan yang diselenggarakan oleh KPU dan Badan Penyelenggara Pemilu di Pusat (PPLN, KPPSLN dan Panwas) bagi Sekretariat Jenderal KPU berupa PPKO Pusat; b. Pembiayaan kegiatan yang diselenggarakan oleh KPU Provinsi bersangkutan dan Panwas Provinsi bagi Sekretariat KPU Provinsi berupa PPKO I; c. Pembiayaan kegiatan yang diselenggarakan oleh KPU Kabupaten/Kota bersangkutan dan Badan-badan Penyelenggara Pemilu Tingkat bawahannya (PPK, PPS dan KPPS) Panwas Kab/Kota dan Panwas Cam bagi Sekretariat KPU Kabupaten/Kota berupa PPKO II. (4) Sekretaris KPU Kabupaten/Kota dapat menyesuaikan kembali perubahan anggaran biaya Pemilu bagi PPK dan Badan-badan Pelaksana Pemilu Tingkat Bawahannya sesuai dengan kondisi Daerah masing-masing. (5) PPKO yang telah disahkan berlaku sebagai dasar pelaksanaan pembiayaan kegiatan operasional KPU dan Badan-badan Penyelenggara/Pelaksana Pemilu di Pusat dan Daerah. Pasal 7 PPKO Pusat, PPKO I dan PPKO II berlaku sebagai dasar pelaksanaan pembiayaan kegiatan Badanbadan Penyelenggara/Pelaksana Pemilu di Pusat dan di Daerah bersangkutan. (1) PPKO Pusat disampaikan kepada : a. Bendaharawan Sekretariat Jenderal KPU; b. Biro Keuangan KPU. (2) PPKO I dan PPKO II disampaikan kepada : a. Bendaharawan Sekretariat KPU Provinsi dan Bendaharawan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota bersangkutan; b. Biro Keuangan KPU;. Pasal 8 (1) Perubahan dan Pergeseran anggaran/revisi PPKO dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Sekretaris Jenderal KPU, dalam hal berkenaan dengan :

7 RGS Mitra 7 of 20 a. Perubahan anggaran/revisi PPKO Pusat. b. Perubahan anggaran/revisi PPKO I dan PPKO II antar Provinsi; (2) Perubahan dan Pergeseran anggaran/revisi PPKO ditetapkan oleh Sekretaris KPU Provinsi, dalam hal berkenaan dengan : a. Perubahan dan pergeseran biaya antar PPKO II dalam satu Provinsi; b. Pergeseran biaya antar jenis, sub jenis dan pos biaya dalam PPKO I yang bersangkutan dapat dilakukan secara selektif. (3) Pergeseran anggaran/revisi PPKO II ditetapkan oleh Sekretaris KPU Kabupaten/Kota, dalam hal berkenaan dengan : a. Pergeseran biaya antar jenis, sub jenis dan pos biaya dalam PPKO II yang bersangkutan dapat dilakukan secara selektif; b. Pergeseran biaya antar Badan Penyelenggara dalam PPKO II bersangkutan, kecuali dari PPK, PPS dan KPPS ke Sekretariat KPU Kabupaten/Kota. Bagian Kedua Penyediaan Biaya Pasal 9 Biaya Pemilu 2004 disediakan : a. Dengan penerbitan Surat Keputusan Otorisasi Biaya Pemilu 2004 (SKO-Pemilu 2004) oleh Menteri Keuangan dan disalurkan melalui Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) setempat. b. SKO-Pemilu 2004 memuat alokasi Biaya Pemilu 2004 bagi Badan-badan Penyelenggara/Pelaksana Pemilu Pusat dan Daerah. c. SKO-Pemilu 2004 merupakan dasar untuk penyaluran/pencairan dana Biaya Pemilu 2004 dari KPKN. Pasal 10 Sebagai akibat perubahan dan pergeseran/revisi PPKO pada Pasal 9, pagu SKO-Pemilu 2004 yang telah disahkan harus dilakukan revisi, dengan ketentuan : a. Revisi SKO-Pemilu Tahun 2004 yang berakibat perubahan pagu alokasi dana pada Badan Penyelenggara Pemilu Tingkat Pusat, disahkan oleh Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran atas usul Sekretaris Jenderal KPU;

8 RGS Mitra 8 of 20 b. Revisi SKO-Pemilu Tahun 2004 yang berakibat perubahan alokasi dana per jenis Biaya pada Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota, disahkan oleh Kanwil Direktorat Jenderal Anggaran setempat atas usul Sekretaris KPU Provinsi atau Sekretaris KPU Kabupaten/Kota bersangkutan; c. Revisi SKO-Pemilu Tahun 2004 sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan dengan persyaratan: 1). Pergeseran biaya pegawai menjadi biaya non pegawai atau sebaliknya, dilakukan secara selektif; 2). Tembusan revisi SKO-Pemilu Tahun 2004 tersebut oleh Kanwil Direktorat Jenderal Anggaran disampaikan kepada Direktur Jenderal Anggaran c.q. Direktur Pembinaan Anggaran II dan Sekretaris Jenderal KPU. Bagian Ketiga Penyaluran/Pencairan biaya Pasal 11 (1) Penyaluran dana Biaya Pemilu 2004 sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 dilakukan oleh KPKN setempat kepada : a. Bendaharawan Sekretariat Jenderal KPU : untuk keperluan pembiayaan kegiatan KPU dan Badan-badan Penyelenggara Pemilu di Pusat dan Panwas. Penyaluran dana Biaya Pemilu 2004 kepada PPLN dilakukan dengan transfer Bank. b. Bendaharawan Sekretariat KPU Provinsi : untuk keperluan pembiayaan kegiatan Sekretariat KPU Provinsi dan Panwas Provinsi.; c. Bendaharawan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota : untuk keperluan pembiayaan kegiatan : 1). Sekretariat KPU Kabupaten/Kota dan Panwas Kabupaten/Kota; 2). PPK dan Badan Pelaksana Pemilu Tingkat Bawahannya dan Panwas Cam. (2) Sekretariat KPU Kabupaten/Kota menyalurkan Biaya Pemilu 2004 sekaligus kepada PPK untuk pembiayaan kegiatan PPK, PPS, dan KPPS. (3) Bukti transfer biaya Pemilu 2004 dari Bendaharawan KPU Kabupaten/Kota ke Bendaharawan Pemegang Uang Muka Cabang PPK dan bawahannya merupakan pertanggungjawaban definitif bagi KPU Kabupaten/Kota (4) PPK selanjutnya menyalurkan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada PPS dan KPPS

9 RGS Mitra 9 of 20 bersangkutan. (5) Untuk mempermudah penyaluran dan pertanggungjawaban dana di Kecamatan dan bawahannya ditunjuk/diangkat Bendaharawan Pemegang Uang Muka Cabang (PUMC) pada PPK. Pasal 12 (1) Untuk memperoleh penyaluran/pencairan dana dari KPKN, Bendaharawan harus membuka rekening pada Bank Pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan ketentuan khusus untuk Bendaharawan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota membuka 2 (dua) rekening, yaitu : a. Rekening pertama, untuk menampung dana Sekretariat KPU Kabupaten/Kota; b. Rekening kedua, untuk menampung dana Badan Pelaksana Pemilu Bawahannya PPK, PPS, KPPS dan Panwas Kecamatan). (2) Atas dasar SKO-Pemilu 2004, Bendaharawan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP/SPP-LS) kepada KPKN setempat sebagai berikut : a. Pembayaran pertama, setinggi-tingginya 30 % dari pagu SKO-Pemilu 2004; b. Pembayaran selanjutnya, sebesar kebutuhan satu bulan apabila sisa kas setinggi-tingginya 10 % dari pembayaran sebelumnya. (3) SPP untuk pembayaran pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dengan melampirkan : a. Tanda terima uang (kuitansi) sebesar jumlah uang yang diajukan dalam SPP yang ditandatangani oleh Bendaharawan dan Atasan Langsung Bendaharawan; b. Rincian rencana penggunaan dana. (4) SPP untuk pembayaran kedua dan selanjutnya dengan melampirkan : a. Tanda terima uang (kuitansi) sebesar Jumlah uang yang diajukan dalam SPP; b. Rincian penggunaan uang untuk keperluan satu bulan; c. Rekening Koran Bank yang terakhir. (5) Surat Perintah Membayar (SPM) yang diterima dari KPKN dan Berita transfer/nota kredit yang diterima dari Bank pada saat itu juga oleh Bendaharawan harus dibukukan dalam buku Kas Umum. Pasal 13 (1) Biaya Pemilu 2004 harus disimpan oleh Bendaharawan Badan Penyelenggara Pemilu bersangkutan dalam rekening di Bank Pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2) Untuk keperluan pembayaran tunai sehari-hari Bendaharawan diperkenankan mempunyai persediaan uang tunai hingga setinggi-tingginya Rp ,- (sepuluh juta rupiah).

10 RGS Mitra 10 of 20 (3) Dari batas uang tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan persediaan kas tunai untuk keperluan biaya pegawai dan biaya perjalanan dinas. Bagian Keempat Penggunaan Biaya Pasal 14 (1) Dalam menggunakan dana Biaya Pemilu 2004 tidak diperkenankan melampaui pagu alokasi Biaya Pemilu 2004 yang telah ditetapkan untuk tiap Jenis, Sub-Jenis dan Pos Biaya dalam PPKO bagi Badan Penyelenggara/Pelaksana Pemilu bersangkutan. (2) Penggunaan dana Biaya Pemilu 2004 dilakukan atas dasar prinsip hemat, terarah dan efisien. (3) Perlakuan terhadap sisa dana yang terdapat selama pelaksanaan pembiayaan kegiatan Badan Penyelenggara Pemilu, ditentukan : a. Sisa dana pada akhir Tahun Anggaran harus disetor ke Rekening Kas Negara selambatlambatnya tanggal 10 Januari tahun anggaran berikutnya; b. Sisa dana akhir masa bakti disetor kembali ke Rekening Kas Negara selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah masa bakti berakhir; c. Sisa dana akhir masa bakti bagi PPK dan Badan Pelaksana bawahannya disetor kembali ke Rekening Kas Negara; d. Sisa dana yang terdapat pada KPPSLN pada akhir masa bakti disetor ke Rekening Menteri Keuangan RI pada Bank yang ditunjuk di Luar Negeri selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah masa bakti berakhir. Pasal 15 (1) Penggunaan dana Biaya Pemilu 2004 untuk pembiayaan kegiatan Badan Penyelenggara/Pelaksana Pemilu sedapat mungkin dilakukan dengan penerbitan cek atau giro, kecuali untuk pengeluaran dalam jumlah yang kecil sampai setinggi-tingginya Rp ,- (lima juta rupiah). (2) Setiap penarikan cek atau giro harus ditandatangani oleh Bendaharawan dan Atasan Langsung Bendaharawan atau Pejabat yang ditunjuk yang bukan Bendaharawan. Pasal 16 (1) Penggunaan dana Biaya Pemilu 2004 dapat digunakan untuk keperluan : a. Uang kehormatan, uang lembur, biaya perjalanan dan sebagainya; b. Pembayaran kepada rekanan atau pemborong sehubungan dengan pekerjaan yang telah

11 RGS Mitra 11 of 20 dilaksanakan; c. Penyaluran dana kepada Badan Penyelenggara/Pelaksana Pemilu tingkat bawahannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12. (2) Setiap pembayaran harus didasarkan atas pekerjaan dan prestasi yang telah direalisasikan serta atas bukti-bukti yang sah yang telah dibukukan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dengan ketentuan : a. Pembayaran Biaya Pegawai : 1) Uang kehormatan dan uang jasa kerja Tim/Panitia dibayarkan atas dasar Surat Keputusan Pengangkatan yang ditandatangani Pejabat yang berwenang; 2) Uang lembur atas dasar Surat Perintah Lembur dan Daftar Hadir Lembur. b. 1) Pembayaran biaya barang dan jasa dengan Kontrak/Surat Perintah Kerja (SPK)/Surat Pemesanan Barang (SPB) harus berpedoman dengan ketentuan yang diatur dalam Keppres Nomor 42 Tahun 2002, Keppres Nomor 18 Tahun 2000 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Tanggal 17 September 2002 Nomor SE-157/A/ ) Dalam hal pengadaan barang dan jasa yang dilakukan secara langsung sampai dengan jumlah Rp ,- oleh rekanan golongan ekonomi lemah dapat dilakukan pembayaran tanpa SPK atau SPB, dengan ketentuan : pada halaman belakang bukti pembayaran yang sah untuk pengadaan barang harus dicantumkan pernyataan : Bahwa barang telah diterima dalam keadaan baik dan cukup, sedangkan untuk pengadaan jasa harus dicantumkan pernyataan Pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik dan ditandatangani oleh petugas yang menerima barang/jasa serta disahkan oleh Pejabat yang berwenang lengkap dengan nama terang dan cap dinas. c. Pembayaran biaya perjalanan dinas dapat dilakukan atas dasar : 1) Surat Perintah Tugas (SPT) dari Pejabat yang berwenang; 2) Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) yang ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang; 3) Kwitansi tanda bukti penerimaan uang berikut rinciannya. (3) a. Biaya perjalanan dinas berpedoman pada tarif yang diatur oleh Menteri Keuangan, namun demikian dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan dana yang tersedia. b. SPPD harus mencantumkan tanggal tiba pada kolom tiba di tempat tujuan dan kolom berangkat dari tempat tujuan. c. SPPD yang telah disahkan oleh Pejabat pada instansi yang telah dikunjungi, harus segera diserahkan kepada Bendaharawan sebagai Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)-rampung. (4) Setiap tanda bukti pembayaran, harus diperhatikan adalah : a. Diketahui/disetujui dan dibubuhi tanda tangan oleh Atasan Langsung Bendaharawan atau Pejabat yang ditunjuk yang bukan Bendaharawan;

12 RGS Mitra 12 of 20 b. Dibubuhi tanda lunas serta tanda tangan Bendaharawan bersangkutan; Pasal 17 (1) Bendaharawan sebagai wajib pungut pajak dalam melakukan setiap pembayaran harus memperhatikan dan melaksanakan peraturan perpajakan yang berlaku, yaitu Pajak Penghasilan Pasal 21, Pasal 22 dan Pasal 23) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), sebagai berikut : a. PPh Pasal 21 (15 % dari bruto), pemungutan PPh terhadap uang kehormatan, uang lembur dan lain penghasilan personel Badan Penyelenggara Pemilu; b. PPh Pasal 22 (1,5 % dari netto), pemungutan PPh terhadap pembayaran pengadaan barang kepada pemborong/rekanan dengan nilai sebesar Rp ,- ke atas; c. PPh Pasal 23 : 1) 6 % dari bruto untuk pungutan PPh terhadap pembayaran imbalan jasa seperti sewa penggunaan harta, jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, jasa pembersih dan pembasmi hama dan lain sebagainya dari badan usaha dengan nilai tidak terbatas; 2) 10 % dari bruto pungutan PPh terhadap pembayar imbalan jasa, sewa, penggunaan harta dari orang pribadi. d. PPN (10 % dari netto atau sepersebelas dari bruto), pemungutan PPN terhadap pembayaran pengadaan barang atau imbalan jasa sebagaimana tersebut pada b dan c diatas kepada pemborong/rekanan dengan nilai sebesar Rp ,- keatas; (2) Semua penerimaan pajak yang telah dipungut harus segera disetor ke Rekening Kas Negara selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (3) Untuk melaksanakan pemungutan dan penyetoran pajak tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) Bendaharawan harus mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) wajib pungut. (4) Bea materai yang menurut ketentuan yang berlaku dikenakan pada bukti pembayaran ditanggung oleh yang menerima pembayaran. (5) Bendaharawan juga wajib memungut dan menyetor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terhadap denda atas rekanan yang terlambat menyelesaikan pekerjaan yang dijanjikan dalam kontrak/spk, kelebihan bayar, sisa dana yang berlebih sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bagian Kelima Penatausahaan dan Pembukuan

13 RGS Mitra 13 of 20 Pasal 18 (1) Semua penerimaan dan pengeluaran harus dibukukan. (2) Untuk keperluan pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disediakan Buku Kas Umum (BKU) dan Buku Kas Pembantu (BKP), antara lain : a. BKP Dana Pemilu; b. BKP Tunai; c. BKP Bank; d. BKP Pajak; e. BKP Uang Muka Kerja; f. BKP Penerimaan Lain-lain; g. Buku/Kartu Pengawasan anggaran (untuk Pusat); h. Buku/Kartu Pengawasan Kontrak/SPK. (3) Dalam BKU dibukukan semua transaksi dana baik berupa tunai maupun giral, baik dana Pemilu 2004 maupun pajak serta dana lain-lain seperti denda dan sebagainya. (4) Pembukuan dalam BKP dilakukan sebagai berikut : a. Dalam BKP Dana Pemilu dibukukan dana yang diterima dari Bank Penyalur dan dari KPKN sebagai pelaksanaan PPKO dan SKO-Pemilu 2004; b. Dalam BKP Tunai dibukukan penerimaan dan pengeluaran serta pemungutan dan penyetoran dalam bentuk tunai baik mengenai dana Pemilu, pungutan pajak maupun penerimaan lain-lain; c. Dalam BKP Bank dibukukan penerimaan dan pengeluaran uang kas yang disimpan dalam Rekening Bank Bendaharawan baik mengenai dana Pemilu, pungutan pajak maupun penerimaan lain-lain; d. Dalam BKP Pajak dibukukan pemungutan dan penyetoran pajak; e. Dalam BKP Penerimaan Lain-lain dibukukan penerimaan dan pengeluaran yang tidak termasuk pada huruf a dan d, misalnya pungutan denda, penerimaan kembali karena kesalahan/kelebihan pembayaran; f. Dalam BKP Uang Muka Kerja dibukukan pemberian uang muka kerja kepada petugas menurut ketentuan yang berlaku. (5) Untuk mengetahui pelaksanaan pembayaran kontrak/spk dibuat Buku/Kartu Pengawasan Kontrak yang memuat tanggal dan nomor kontrak, pekerjaan yang dikontrakkan, nilai kontrak dan tahap pembayarannya. Dalam Buku/Kartu Pengawasan tersebut dicatat setiap perubahan sebagai akibat pembayaran, addendum, denda, pajak dan sebagainya, sehingga dapat diketahui nilai yang belum dibayar.

14 RGS Mitra 14 of 20 (6) Untuk mengetahui penerimaan dan penyetoran jasa giro dibuat catatan tersendiri. Pasal 19 (1) Setiap akhir bulan BKU dan sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 segera ditutup dan dibuat Register Penutupan Kas serta saldonya dipindahkan ke bulan berikutnya, dan setiap penutupan BKU/BKP harus ditandatangani oleh Bendaharawan dan diketahui oleh Atasan Langsung Bendaharawan. (2) Khusus untuk pembukuan di dalam BPK Pajak, maka seluruh saldo uang pajak yang masih terdapat pada akhir bulan, pada hari itu juga harus disetor ke Rekening Kas Negara di Kantor Pos/Bank yang ditunjuk sebelum buku yang bersangkutan ditutup. (3) Jumlah dari saldo yang terdapat pada BKP Bank dan BKP Tunai harus sama pula dengan jumlah saldo BKP Dana Pemilu ditambah dengan saldo BKP Pajak dan BKP Penerimaan Lain-lain dikurangi dengan saldo BKP Uang Muka Kerja. Apabila terdapat perbedaan Saldo Buku dengan saldo kas maka harus dijelaskan sebab terjadinya perbedaan tersebut. Saldo Kas yaitu saldo tunai, saldo Bank dan Kertas Berharga. (4) Setelah penutupan BKU dan BKP pada akhir bulan, terdapat bukti pengeluaran biaya pegawai dengan nilai tidak terbatas dan pengadaan barang/jasa yang nilainya kurang dari Rp ,- ditampung dalam Surat Pernyataan Tanggung Jawab Biaya Rutin (SPTBR) sesuai dengan urutan jenis biaya dan ditandatangani oleh Atasan Langsung Bendaharawan. (5) SPTBR tersebut dilampirkan pada LPJ-LPAK Bendaharawan dengan ketentuan semua bukti pembayaran/pengeluaran yang telah dibuatkan SPTBR tersebut tidak dilampirkan pada SPTBR tetapi harus disimpan oleh Bendaharawan dalam keadaan rapi, aman dan sewaktu-waktu harus dapat diperlihatkan bila diperiksa oleh Aparat Pemeriksa. Bagian Keenam Pertanggungjawaban Pasal 20 (1) Setiap akhir bulan Bendaharawan Badan Penyelenggara Pemilu termasuk Panitia Pengawas Pemilu, harus membuat Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dan Laporan Posisi Anggaran dan Kas (LPAK) mengenai penggunaan dana Biaya Pemilu 2004 yang bersumber dari APBN dalam bulan yang dilaporkan selambat-lambatnya pada tanggal 10 bulan berikutnya. (2) LPJ-LPAK disusun berdasarkan BKU dan BKP serta bukti penerimaan/pengeluaran yang sah.

15 RGS Mitra 15 of 20 (3) Bukti pengeluaran yang sah tersebut, ditentukan : a. SPTBR untuk bukti pembayaran berjumlah kurang dari Rp ,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) setiap kuitansi, daftar pembayaran honor/lembur/gaji/upah dan langganan listrik/telepon/air dengan jumlah tidak terbatas. Bukti pembayaran yang dimuat dalam SPTBR yang sesuai ketentuan kena pajaksebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) butir b dan butir d, foto copy surat setoran pajak berkenaan dilampirkan pada SPTBR tersebut b. Kuitansi bernilai Rp ,- (satu juta lima ratus rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima juta rupiah) dengan dilampiri copy SSP yang dipungut Bendaharawan; c. Pengeluaran di atas Rp ,- (lima juta rupiah) disertakan bukti-bukti yang sah terdiri dari : 1). Surat pernyataan pelaksanaan pengadaan barang/jasa; 2). Kontrak/SPK pengadaan barang/jasa; 3). Berita Acara prestasi pekerjaan/penyerahan barang/jasa; 4). Kuitansi ditandatangani Bendaharawan dan atasan langsung Bendaharawan; 5). Faktur pajak; 6). Copy setoran pajak yang telah dilegalisir. Pasal 21 (1) LPJ-LPAK sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 disampaikan kepada Sekretaris Jenderal KPU cq. Biro Keuangan KPU Jl. Imam Bonjol No. 29 Jakarta Pusat dengan melampirkan asli bukti-bukti pengeluaran yang sah, sedangkan tembusan tanpa lampiran bukti-bukti pengeluaran kepada : a. Departemen Keuangan c.q. Badan Akuntansi Keuangan Negara; b. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara setempat. (2) Laporan Pertanggungjawaban sekurang-kurangnya memuat a. Realisasi pencairan dana dan sisa anggaran; b. Realisasi penggunaan dana dan sisa kas; c. Realisasi pemungutan dan penyetoran pajak yang dipungut oleh Bendaharawan. Bagian Ketujuh Penanggungjawab Pasal 22 (1) KPU berkewajiban bertanggungjawab atas pelaksanaan Biaya Pemilu 2004 bagi Badan Penyelenggara Pusat yang bersumber dari APBN.

16 RGS Mitra 16 of 20 (2) KPU Provinsi berkewajiban bertanggungjawab atas pelaksanaan Biaya Pemilu 2004 dari APBN dan APBD yang tersedia bagi Provinsi bersangkutan. (3) KPU Kabupaten/Kota berkewajiban bertanggungjawab atas pelaksanaan Biaya Pemilu 2004 dari APBN dan APBD yang tersedia bagi Kabupaten/Kota bersangkutan. (4) PPK berkewajiban bertanggungjawab atas pelaksanaan Biaya Pemilu 2004 dari APBN dan APBD yang telah disalurkan kepada PPK, PPS dan KPPS bersangkutan. Pasal 23 (1) Sekretaris Jenderal KPU melaporkan perkembangan pelaksanaan anggaran secara berkala kepada Pleno KPU. (2) Sekretaris KPU Provinsi melaporkan perkembangan pelaksanaan anggaran secara berkala kepada Pleno KPU Provinsi (3) Sekretaris KPU Kabupaten/Kota melaporkan perkembangan pelaksanaan anggaran secara berkala kepada Pleno KPU Kabupaten/Kota. (4) Sekretaris PPK melaporkan perkembangan pelaksanaan anggaran secara berkala dalam rapat anggota PPK. Bagian Kedelapan Pengawasan dan Pemeriksaan Pasal 24 (1) Sekretaris Jenderal KPU melaksanakan pengawasan terhadap seluruh pelaksanaan Biaya Pemilu (2) Sekretaris KPU Provinsi, Sekretaris KPU Kabupaten/Kota dan Sekretaris PPK wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan seluruh Biaya Pemilu 2004 yang tersedia bagi Badan Penyelenggara Pemilu yang dipimpinnya dan Badan-badan Pelaksana Pemilu Tingkat Bawahannya. (3) Dalam pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Sekretaris Jenderal KPU, Sekretaris KPU Provinsi dan Sekretaris KPU Kabupaten/Kota dapat dibantu oleh unit pengawasan fungsional Daerah masing-masing. Pasal 25

17 RGS Mitra 17 of 20 (1) Atasan Langsung Bendaharawan mengadakan pemeriksaan kas terhadap Bendaharawan sekurangkurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan yang tidak bertepatan dengan akhir bulan dan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan. (2) Tembusan Berita Acara Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Biro Keuangan KPU dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). (3) Apabila dalam pemeriksaan terdapat hal-hal yang menyimpang atau hal-hal yang menimbulkan dugaan bahwa akan atau telah mengakibatkan kerugian Negara maka harus segera dilakukan langkah-langkah pencegahan, penertiban dan pengamanan. Pasal 26 (1) Sekretariat Jenderal KPU c.q. Biro Keuangan KPU wajib mengadakan verifikasi terhadap LPJ- LPAK dan bukti-bukti penerimaan/pengeluaran yang diterima dari Badan Penyelenggara Pemilu dan selanjutnya Sekretariat Jenderal KPU melakukan penatausahaan dan sekaligus menyusun Rangkuman Penerimaan dan Pengeluaran Biaya Pemilu (2) Dalam hal-hal tertentu Sekretariat Jenderal KPU dapat mendelegasikan kewenangan verifikasi tersebut kepada Sekretariat KPU Propinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota. BAB IV TATA CARA PENGELOLAAN ANGGARAN BIAYA PANITIA PENGAWAS PEMILU Pasal 27 (1) Panitia Pengawas Pemilu mengajukan anggaran kegiatannya kepada KPU (2) Biaya Pemilu 2004 bagi Panitia Pengawas Pemilu, Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota dan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan dicantumkan dalam dokumen Penyediaan Pembiayaan Kegiatan Operasional (PPKO) Pasal 28 Biaya Pemilu 2004 bagi Panitia Pengawas Pemilu Pusat dan Daerah disalurkan/dicairkan melalui : (1) KPU bagi Panitia Pengawas Pemilu; (2) KPU Provinsi bagi Panitia Pengawas Pemilu Provinsi; (3) KPU Kabupaten/Kota bagi Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota dan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan; Pasal 29

18 RGS Mitra 18 of 20 (1) Untuk penyaluran, pertanggungjawaban dan pelaporan biaya Pemilu 2004 pada Panitia Pengawas Pemilu, Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota dan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan diangkat Atasan Langsung Bendaharawan dan Bendaharawan Pemegang Uang Muka Cabang oleh pejabat yang berwenang. (2) Pejabat yang berwenang mengangkat Atasan Langsung Bendaharawan dan Bendaharawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan : a. Sekretaris KPU Provinsi atas nama Sekretaris Jenderal KPU untuk Panitia Pengawas Pemilu Provinsi; b. Sekretaris KPU Kabupaten/Kota atas nama Sekretaris Jenderal KPU untuk Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota dan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan. Pasal 30 Semua penerimaan dan pengeluaran biaya Pemilu 2004 bagi Panitia Pengawas Pemilu Pusat dan Daerah harus dibukukan dalam Buku Kas Umum. Pasal 31 Setiap akhir bulan Bendaharawan Panitia Pengawas Pemilu Pusat dan Daerah harus membuat laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dengan melampirkan semua bukti-bukti pengeluaran yang sah dan Laporan Posisi Anggaran dan Kas (LPAK) mengenai penggunaan biaya yang diterima dalam bulan berkenaan dan disampaikan kepada : a. KPU bagi Panitia Pengawas Pemilu; b. KPU Provinsi bagi Panitia Pengawas Pemilu Provinsi; c. KPU Kabupaten/Kota bagi Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota dan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan. Pasal 32 Tata Cara Pengelolaan Anggaran Biaya Pemilihan Umum 2004 bagi Panitia Pengawas Pemilu Pusat dan Daerah tetap berpedoman pada ketentuan ini. BAB V PENGELOLAAN ANGGARAN BIAYA PEMILIHAN UMUM DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) Pasal 33

19 RGS Mitra 19 of 20 (1) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota mengusulkan anggaran yang tidak atau belum cukup mendapatkan pembiayaan dari APBN kepada Gubernur dan Bupati/Walikota untuk diajukan kepada DPRD-nya masing-masing. (2) Tata cara pengelolaan Anggaran Biaya Pemilu 2004 yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berpedoman pada ketentuan yang berlaku bagi APBD. Pasal 34 Penyediaan dana APBD merupakan pendukung dana yang disediakan APBN atau yang tidak tertampung dalam APBN. Pasal 35 Semua penerimaan dan pengeluaran dana yang bersumber dari APBD dibukukan secara terpisah dalam BKU tersendiri. Pasal 36 Setiap akhir bulan Bendaharawan Badan Pelaksana Pemilu harus membuat laporan Posisi Anggaran dan Kas (LPAK) mengenai penggunaan dana Pemilu 2004 yang bersumber dari APBD. BAB VI KETENTUAN LAIN LAIN DAN PENUTUP Pasal 37 Tatacara pengelolaan anggaran biaya pemilihan umum 2004 sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini, juga berlaku untuk pengelolaan anggaran biaya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Pasal 38 Untuk keseragaman Administrasi Pengelolaan Anggaran Biaya Pemilu 2004 digunakan formulirformulir Model-model Keuangan menurut tingkatan Badan Penyelenggara/Pelaksana sebagaimana contoh terlampir. Pasal 39 Sebelum pola organisasi dan tata kerja KPU sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (4) ) Undangundang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD ditetapkan, kewenangan Sekretaris Jenderal KPU dan Wakil Sekretaris Jenderal KPU dalam keputusan ini dilaksanakan oleh Sekretaris Umum KPU dan Wakil Sekretaris Umum KPU sebagaimana dimaksud Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000.

20 RGS Mitra 20 of 20 Pasal 40 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 April 2003 UMUM KOMISI PEMILIHAN KETUA, Prof. Dr. NAZARUDDIN SJAMSUDDIN