BAB II LANDASAN TEORETIS. didik dengan peserta didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORETIS. didik dengan peserta didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Pengelolaan Kelas 1. Pengertian Pengelolaan Kelas Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur peserta didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan interpersonal yang baik antara guru dan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas.pengelolaan kelas yang efektif merupakan syarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. 1 Maka penting sekali bagi seorang guru memiliki kemampuan menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik dan mencapai tingkat efektivitas yang optimal dalam kegiatan instruksional, kemampuan mengelola kelas merupakan salah satu faktor yang harus dikuasai oleh seorang guru. Kelas adalah tingkatan ruang tempat belajar di sekolah. Kelas merupakan sekolompok peserta didik, pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. 2 Kelas bukanlah sekedar ruangan dengan segala isinya yang bersifat statis dan pasif, namun kelas juga merupakan sarana berinteraksi antara peserta didik dengan peserta didik dan peserta didik dengan guru. Ciri utama kelas adalah pada aktivitasnya. Untuk 1 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h Martinis Yamin, Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran,(Jakarta: Gaung Persada, 2009), h

2 12 dapat menjalankan aktivitas pembelajaran yang dinamis perlu adanya suatu kegiatan pengelolaan kelas yang baik dan terencana. Menurut Iskandar pengelolaan kelas merupakan kegiatan yang terencana dan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal, sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran. 3 Ade Rukmana dan Asep Suryana menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi peserta didik untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. 4 Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. 5 Utsman menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. 6 Menurut Wina Sanjaya, pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan 3 Iskandar, Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru, ( Ciputat: Gaung Persada Press, 2009), h Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas, ( Bandung: UPI Press, 2006). h,29 5 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi, op.cit., h Moh.Uzer Usman, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 122

3 13 mengembalikannya jika terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran. 7 Berdasarkan berbagai definisi pengelolaan kelas di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar. Membangun kondisi kelas yang kondusif, guru harus dapat mengkondisikan kelas dengan baik, sebaliknya pengelolaan kelas akan sulit jika seorang guru kelas kurang peduli dengan kondisi kelasnya. Oleh karena itu, terjadinya kondisi kelas yang mantap dan kondusif bagi pembelajaran yang efektif merupakan langkah awal bagi terlaksananya proses belajar mengajar yang optimal. 2. Tujuan Pengelolaan Kelas Menurut Usman pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. a. Tujuan umum adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar-mengajar agar mencapai hasil yang baik. b. Tujuan khusus adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi bagi peserta didik bekerja dan belajar serta membantu peserta didik untuk memperoleh hasil yang diharapkan. 8 7 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, ( Jakarta: Kencana, 2006), h Moh. Uzer Usman, op. cit., h.10

4 14 Menurut Dirjen Dikdasmen yang menjadi tujuan pengelolaan kelas adalah: a. Mewujudkan situasi dan kondisi belajar, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin. b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran. c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial,emosional dan intelektual peserta didik dalam kelas. d. Membina dan membimbing peserta didik sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,budaya serta sifat-sifat individunya. 9 Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan pendidikan dan secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar peserta didik dalam lingkungan sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal di dalam kelas sehingga peserta didik dapat belajar dan bekerja dengan baik. 3. Komponen-komponen Pengelolaan Kelas Komponen- komponen pengelolaan kelas meliputi yaitu: a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran. kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan ini ialah sebagai berikut: 9 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan,(Bandung: ALFABETA,2010), h.111

5 15 1) Menunjukkan sikap tanggap Komponen ini ditunjukkan oleh tingkah laku guru, bahwa guru hadir bersama peserta didik. Guru mengetahui kegiatan peserta didik, apakah memperhatikan atau tidak dan mengetahui apa yang mereka kerjakan. Sika tanggap ini dapat dilakukan dengan cara: a) Memandang secara saksama Memandang secara saksama dapat mengundang dan melibatkan peserta didik dalam kontak pandang serta interaksi antar pribadi. Hal ini ditampakkan dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerja sama, dan menujukkan rasa persahabatan. b) Gerak mendekati Gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat, dan perhatian guru terhadap tugas serta aktivitas anak didik. Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengacam atau memberi kritikan dan hukuman. c) Memberi pernyataan Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukan oleh anak sangat diperlukan, baik berupa tanggapan komentar ataupun yang lain Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif:Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis,( Jakarta: Rineka Cipta, 2010),h.150

6 16 d) Memberi reaksi terhadap gangguan. Kelas tidak selamanya tenang. Pasti terdapat gangguan. Hal ini perlu disadari guru dan jangan dibiarkan. Teguran perlu dilakukan guru untuk mengembalikan keadaan kelas. Teguran ini merupakan tanda bahwa guru ada bersama peserta didik dan peserta didik sadar akan keberadaan guru. Teguran haruslah diberikan pada saat dan sasaran yang tepat sehingga dapat mencegah meluasnya penyimpangan tingkah laku. 2) Membagi Perhatian Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan cara: a) Visual Guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan satu kegiatan kepada kegiatan lain dengan kontak pandang terhadap kelompok peserta didik atau seseorang peserta didik secara indivisual. b) Verbal Guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya terhadap aktivitas seseorang peserta didik sementara ia memimpin kegiatan peserta didik yang lain Ibid,.h.151

7 17 3) Pemusatan perhatian kelompok Kegiatan peserta didik dalam belajar dapat dipertahankan apabila dari waktu ke waktu guru mampu memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara berikut: a) Menyiagakan peserta didik. Maksudnya ialah memusatkan perhatian peserta didik kepada suatu hal sebelum guru menyampaikan materi pokok. b) Menuntun tanggung jawab peserta didik. Hal ini berhubungan dengan cara guru memegang teguh kewajiban dan tanggung jawab yang dilakukan oleh peserta didik serta keterlibatan peserta didik dalam tugas-tugas. 12 4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas. Hal ini berhubungan dengan cara guru dalam memberikan petunjuk agar jelas dan singkat dalam pelajaran sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri peserta didik. 5) Menegur Apabila terjadi perilaku peserta didik yang mengganggu kelas, hendaklah guru menegurnya secara verbal. Teguran verbal yang efektif ialah yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a) Tegas dan jelas tertuju kepada peserta didik yang mengganggu serta kepada tingkah lakunya yang menyimpang. 12 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif:Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis,( Jakarta: Rineka Cipta, 2010),h.153

8 18 b) Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau menggandung penghinaan. c) Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan. 6) Memberikan Peguatan Dalam hal ini guru dapat menggunakan dua macam cara sebagai berikut: a) Guru dapat memberikan penguatan kepada peserta didik yang menggangu, yaitu dengan jalan menangkap peserta didik tersebut ketika ia sedang melakukan tingkah laku yang tidak wajar, kemudian menegurnya. b) Guru dapat memberikan penguatan kepada peserta didik yang bertingkah laku wajar dan dengan demikian menjadi contoh atau teladan. b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan peserta didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat peserta didik yang menimbulkan gannguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah atau orang tua peserta didik.

9 19 Guru dapat menggunakan separangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku peserta didik yang terus-menerus menimbulkan gangguan dan tidak mau terlibat dalam tugas di kelas. Strategi tersebut adalah: 1) Modifikasi tingkah laku Guru hendaknya menganalisis tingkah laku peserta didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis 2) Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara: a) Mempelancar tugas-tugas: mengusahakan terjadinya kerja sama yang baik dalam melaksanakan tugas. b) Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok: memelihara dan memulihkan semangat peserta didik dan menangani konflik yang timbul. 3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Guru dapat menggunakan cara untuk mengendalikan tingkah laku yang muncul dan mengetahui sebab- sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatuhan tingkah laku serta berusaha untuk menemukan pemecahnnya ), h Moch. Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

10 20 4. Prinsip-prinsip Pengelolan Kelas a. Kehangatan dan keantusiasan Guru yang hangat dan akrab dengan peserta didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas Kehangatan dan keantusiasan guru dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan b. Tantangan Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar sehingga mengurangi munculnya tingkah laku yang menyimpang. c. Bervariasi Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi guru yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. d. Keluwesan Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya ganguan peserta didik serta menciptakan suasana belajar yang efektif. e. Penekanan pada hal-hal positif Penekanan pada hal-hal positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku peserta didik yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negative.

11 21 f. Penanaman disiplin diri Guru sebaiknya selalu mendorong peserta didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab Pengelolaan Kelas yang Efektif Menciptakan suatu kondisi belajar yang kondusif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik maka diperlukan pengelolaan kelas yang efektif. mengelola kelas secara baik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasikan untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh tugas-tugas dan diarahkan oleh guru. b. Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu peserta didik pada waktu tertentu, tetapi untuk semua peserta didik. c. Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku masing-masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya masing-masing dan bagaimana belajar. d. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggotaanggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka dikelas ketika belajar. 14 Ibid, h

12 22 e. Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan peserta didik. f. Struktur kelompok, pola komunukasi dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi mereka yang tidak tertarik. 15 Pengelolaan kelas tidak hanya berfungsi sebagai dasar terciptanya interaksi guru dengan peserta didik, tetapi juga menambah terciptanya efektivitas yaitu interakasi yang bersifat kelompok. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membuat iklim kelas yang sehat dan efektif, sebagai berikut: a. Bila situasi kelas memungkinkan peserta didik belajar secara maksimal, fungsi kelompok harus diminimalkan. b. Pengelolaan kelas harus memberi fasilitas untuk mengembangkan kesatuan dan kerjasama. c. Anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memberi efek kepada hubungan dan kondisi belajar. d. Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan bimbingan, ketegangan dan perasaan tertentu. e. Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar peserta didik Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),h.

13 23 Jadi pengelolaan kelas yang efektif sering melibatkan dan memperhatikan isyarat peserta didik: menfasilitasi transisi yang efektif antara tahapan yang berbeda antar kelas, pengaturan dan memelihara catatan peserta didik yang baik, mengembangkan dan menggunakan strategi pengajaran yang kuat. Pengelolaan kelas yang efektif, dapat membantu peserta didik merasa nyaman, aman, dihormati, menantang, dan mengarahkan ke pemberdayaan peserta didik. 6. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas a. Pendekatan Kekuasaan Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku peserta didik. Peran guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada peserta didik untuk menaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. b. Pendekatan Ancaman Pengelolaan kelas adalah suatu proses untuk mengatur tingkah laku peserta didik dengan cara memberikan ancaman, misalnya melarang, ejekan,sindiran, dan memaksa. c. Pendekatan Kebebasan Pengelolaan diartikan suatu proses untuk membantu peserta didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. 16 Ibid.

14 24 Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan peserta didik. 17 d. Pendekatan Resep Pendekatan ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam semua masalah yang terjadi di kelas. e. Pendekatan Pengajaran Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku peserta didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku peserta didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merespon peserta didik dan mengimplementasikan pelajaran yang baik. f. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku peserta didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku peserta didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku ini bertolak dari sudut pandang Psikologi Behavioral yang mengemukakan asumsi sebagai berikut: 17 Ibid.,h. 180

15 25 1) Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan peserta didik mewujudkan tingkah laku yang baik menurut ukuran norma yang berlaku disekitarnya. 2) Dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguatan positif, hukuman, penghapusan dan penguatan negatif. Asumsi ini mengharuskan seorang guru kelas melakukan usaha-usaha, mengulangi program yang baik bagi terbentuknya tingkah laku tertentu, terutama dikalangan peserta didik. 18 g. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial di dalam kelas sebagai kelompok individu cenderung pada pandangan psikologi klinis dan konseling. Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. h. Pendekatan Proses Kelompok Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, dimana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. Proses 18 Ibid, h. 181

16 26 kelompok adalah usaha guru mengelompokkan peserta didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar Kegiatan Pengelolaan Kelas Kegiatan pengelolaan kelas meliputi dua kegiatan yang secara garis besar terdiri dari: a. Kondisi Fisik Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi: 1) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua peserta didik,bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling menggangu antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. 2) Pengaturan tempat duduk Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku peserta didik. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar. 19 Ibid.,h.182

17 27 3) Ventilasi dan pengaturan cahaya Suhu, ventilasi dan penerangan adalah asset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. 4) Pengaturan penyimpanan barang-barang Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penciptaan lingkungan fisik tempat belajar adalah keberhasilan dan kerapihan 20 b. Kondisi Sosio- Emosional Kondisi sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan peserta didik dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi: 1) Tipe kepemimpinan Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan peserta didik yag apatis dan juga menumbuhkan sikap yang agresif. Tipe kepemimpinan yang cendrung pada laissez-faire biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. 20 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran ( Jakarta: Rineka Cipta,2010), h.150

18 28 Tipe kepemimpinan guru yang demokratis akan melahirkan sikap persahabatan antara pendidik dengan peserta didik. 2) Sikap guru Sikap guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan sekolah hendaknya sabar dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku peserta didik akan dapat diperbaiki. 21 3) Suara guru Suara guru yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau terlalu rendah sehingga tidak terdengar oleh peserta didik akan mengakibatkan suasana gaduh, bisa jadih membosankan sehiggga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara hendaknya relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengaraanya rileks cenderung akan mendorong peserta didik untuk memperhatikan pelajaran dan tekanan suara hendaknya bervariasi agar tidak membosankan. 4) Pembinaan hubungan baik Pembinaan hubungan baik antara guru dan peserta didik dalam masalah pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting. Dalam terciptanya hubungan baik guru-peserta didik, diharapkan peserta didik senatiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap 21 Ibid.,h.152

19 29 optimistic, realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya Pengaturan Posisi Tempat Duduk Pengaturan posisi tempat duduk peserta didik tidaklah netral.pengatu ran sangat berpengaruh bagi peserta didik, interaksi antar mereka dan interaksi dengan guru. Hal ini berarti bahwa pengaturan posisi tempat duduk peserta didik memberi dampak dalam proses pembelajaran. Format posisi tempat duduk peserta didik sebaiknya dibuat luwes sehingga dapat diubah sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan pembelajaran. artinya tempat duduk dibentuk sesuai dengan rancangan pembelajaran dan jenis teknik pengajaran yang dipilih guru. Ragam rancangan format posisi tempat duduk peserta didik dapat membuahkan hasil positif di antaranya: a. Kebosanan dan kondisi sehari-hari dapat diperkecil peluangnya. Dengan demikian kehidupan kelas dapat menjadi lebih dinamis dan bergairah. Kelas dengan cirri kehidupan yang demikian akan mudah membangkitkan kerja sama serta keterbukaan yang dinamis. Selain itu interaksi kelas dapat dimaksimalkan. b. Keakraban antar peserta didik dapat ditumbuh kembangkan. Nilai keakraban tersebut akan memunculkan semangat yang positif tidak saja antara guru dan peserta didik, tetapi juga di antara 2010), h Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI,Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,

20 30 peserta didik. Nilai kepercayaan antara guru dan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik mudah dibangun. c. Guru akan lebih mudah mengenali kelebihan dan kelemahan setiap peserta didik apabila ia sering membagi kelas ke dalam kelompok kecil dan selanjutnya menyatu secara bergilir dengan kelompok kecil tersebut. Pola multi- interaksi antar peserta didik akan lebih mudah terwujud. d. Dinamika dan kehidupan kelas akan lebih mudah terbentuk. Kelas yang dinamis cenderung kooperatif, terbuka, dan lebih mudah membangkitkan penalaran. e. Peran aktif pendidik secara kuantitatif dan kualitatif cenderung meningkatkan, maka daya serap peserta didik menjadi lebih besar. Daya serap peserta didik yang tinggi akan menghasilkan prestasi individual dan prestasi kelas meningkat secara signifikan. f. Penggunaan ragam format tempat duduk peserta didik di kelas mendorong peserta didik saling mengetahui sifat masing-masing, dan dengan demikian proses sosialisasi akan terbentuk secara ilmiah serta sikap saling menghargai antar peserta didik lebih mudah terbentuk. g. Cakrawala pandang peserta didik lebih luas, serta arah pandang peserta didik bersifat ganda dan menyebar. Pola interaksi antar peserta didik akan memiliki peluang yang lebih banyak. Selain itu

21 31 pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dapat lebih hidup, serta tidak tampak formal dan kaku. 23 Pengaturan tempat duduk besar pengaruhnya terhadap peserta didik. Dengan adanya pengaturan tempat duduk akan membuat pembelajaran tidak membosankan, terjalinnya keakraban antara peserta didik, memudahkan guru mengenali kelebihan dan kelemahan peserta didik, terciptanya sikap saling memahami dan menghargai antara peserta didik. B. Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Guru Agama Islam Guru adalah merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru harus berperan aktif dalam menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Guru mengemban beban yang berat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa secara luas, dan melaksanakan proses belajar mengajar secara khusus di lembaga pendidikan tempatnya mengajar. Guru merupakan tenagan profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang dinamis, ( Yogyakarta: KANISIUS, 2007),h.

22 32 pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 24 Guru merupakan orang dewasa yang bertanggung jawab member pertolongan pada anak didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri, dan memenuhi tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan kahlifah Allah SWT. 25 Menurut Zakiah seorang guru adalah pendidik profesional yang merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua peserta didik. 26 Untuk menggantikan posisi orang tua sebagai pembimbing dan pembina, tidak dapat diserahkan seadanya kepada benda ataupun alat-alat tekhnologi, karena hal itu tidak akan pernah dapat dipertanggung jawabkan pemindahan beban tanggung jawab yang dipikul oleh orang tua untuk membina dan mendidik peserta didiknya. Untuk itu, gurulah yang paling tepat mengemban tanggung jawab tersebut. Berdasarkan definisi guru di atas dapat diambil kesimpulan guru agama Islam adalah seorang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pendidikan agama Islam dan pembentukan pribadi peserta didik yang sesuai dengan ajaran Islam dan juga bertanggung jawab terhadap Allah Swt UU No.20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,( Jakarta: Sinar Grafika, 2009),h. 25 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, ( Semarang :Prenada Kencana, 2006), h Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 39

23 33 Jabatan seorang guru agama Islam adalah luas yaitu untuk membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari peserta didik sesuai ajaran Islam. Tujuan dan hasil yang harus dicapai guru adalah membangkitkan gairah belajar peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan berhasil mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih maju dan positif. Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan PAI yang mengandung pengertian bahwa proses PAI yang dilalui dan dialami oleh peserta didik di sekolah di mulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri peserta didik, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini erat kaitannya dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan peserta didik menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap nilai-nilai agama Islam, melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri peserta didik.posisi guru agama dalam proses pembelajaran PAI, sangat berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi peserta didik sehingga proses belajar mengajar akan berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

24 34 2. Tugas Guru Agama Islam Keutamaan seorang guru disebabkan oleh tugas mulia yang diembannya. Tugas yang diemban seorang guru hampir sama dengan tugas seorang rasul. a. Tugas secara umum Sebagai waratsal al-anbiya, yang pada hakikatnya mengemban misi rahmat li al-alamin, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah, guna memperoleh keselamatan dunia akhirat. Kemudian misi ini dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid kreatif beramal saleh dan bermoral tinggi. Tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati manusia untuk ber-taqarrub kepada Allah. b. Tugas secara khusus 1) Sebagai pengajar bertugas merencanakan program pengajaran, dan melaksanakam program yang telah disusun, dan memberikan penilaian setelah program itu dilaksanakan 2) Sebagai pendidik yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian islam, seiring dengan tujuan Allah menciptakan manusia. 3) Sebagai pemimpin yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait. Menyangku upaya

25 35 pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, partisipasi atas program yang dilakukan. 3. Tanggung jawab Guru Agama Islam Tanggung jawab pendidik adalah mendidik individu supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan syariat-nya, mendidik diri supaya beramal sholeh dan mendidik masyarakat untuk saling menasehati dalam melaksanakan kebenaran, saling menasehati agar tabah dalam menghadapi kesusahan beribadah kepada Allah serta menegakkan kebenaran. 27 Guru sebagai seorang pendidik mempunyai tanggung jawab, beberapa tanggung jawab guru sebagai pendidik yaitu: a. Guru harus menuntun peserta didik b. Turut serta merancang kurikulum sekolah c. Melakukan pembinaan terhadap diri peserta didik d. Memberikan bimbingan kepada peserta didik e. Melakukan diagnosis atas kesulitan belajar dan menjadikan penilaian atas kemauan belajar f. Menyelenggarakan penelitian g. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif h. Menghayati dan mengamalkan pancasila 27 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,( Jakarta: Kalam Mulia, 2006),h.111

26 36 i. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia. j. Turut menyukseskan pembangunan k. Tanggung jawab meningkatkan peranan professional guru Syarat Guru Agama Islam Guru agama perlu memenuhi syarat-syarat sebagaimana baik tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan syarat utama untuk menjadi guru selain ijazah dan syarat mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberi pendidikan dan pengajaran dapat di simpulkan sebagai berikut : a. Berijazah b. Sehat jasmani dan rohani c. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa d. Bertanggung jawab e. Berjiwa nasional 29 Zakiah Daradjat mengemukakan syarat menjadi guru yang baik dan dapat memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya yaitu: 28 Sasmi Nelwati, Dasar-Dasar Kependidikan,(Padang: IAIN IB Press,2006),h Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, (Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta : Dirjen Pendidikan Agama Islam, 2006), h. 83

27 37 a. Takwa kepada Allah.Guru tidak mungkin mendidik peserta didik agar bertakwa kepada Allah jika guru sendiri tidak bertakwa kepada Allah b. Berilmu. Ijazah bukan semata-mata secarik kertas tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. c. Sehat jasmani. Kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat kerja, guru yang sakit-sakitan akan absen dan mengakibatkan peserta didiknya merugi. d. Berkelakuan baik. Budi pekerti guru sangat penting dalam pendidikan karakter peserta didik. Guru harus menjadi suri teladan karena peserta didik itu sifatnya meniru apa yang dikerjakan oleh gurunya. 30 Guru agama hendaknya selalu berusaha melakukan evaluasi, menilai segala segi penampilan dirinya agar benar-benar dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan agama Islam. 5. Kompetensi Guru Agama Islam Kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi guru adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Empat kompetensi guru yang harus dimiliki guru agama yaitu: a. Kompetensi Kepribadian yaitu kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian sebagai seorang pendidik. Diantara kompetensi tersebut adalah 30 Zakiah Daradjat, Ilmu pendidikan Islam,(Jakarta:Bumi Aksara, 2000),h. 41

28 38 1) Kemampuan dalam pemahaman dan pengamalan ajaran Islam 2) Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama 3) Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan dan sistem nilai agama dan nilai yang berlaku di dalam masyarakat. 4) Menghilangkan sikap tercela dan menggantinya dengan sikap terpuji 5) Bersikap demokratis dan terbuka dari segala kritikan dan saran yang bersifat positif dan konstruktif. b. Kompetensi paedagogis Kompetensi paedagogis merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Kompetensi tersebut diantaranya: 1) Memahami landasan pendidikan 2) Mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran. 3) Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik 4) Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang 5) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja sebagai pendidik.

29 39 c. Kompetensi sosial Kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan guru sebagai bagian dari anggota masyarakat. Kompetensi ini diantaranya: 1) Kemampuan untuk menjalin kerja sama dengan orang lain baik dengan individu maupun dengan kelompok masyarakat 2) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan. d. Kompetensi profesional Kompetensi professional adalah kompetensi yang berhubungan dengan keahlian yang dimilikinya, diantara kompetensi tersebut adalah: 1) Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya secara mendalam 2) Kemampuan dalam mengausai ilmu-ilmu lain secara generalis yang berhubungan dengan keahliannya. 3) Kemampuan dalam mengembangkan kurikulum mata pelajaran. 31 Guru apabila telah menguasai kompetensi guru maka ia akan mudah menarik simpati dan menanamkan jiwa agama kepada peserta didik bahkan bisa membangkitkan gairah dan semangat peserta didik dalam mengamalkan apa yang telah diajarkan guru agama tersebut. 31 Ramayulis, op.cit., h

30 40 C. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Secara umum, pengertian pendidikan Islam dapat dianalisa dari dua segi, yaitu secara etimologi dan terminologi, penjelasannya sebagai berikut: a. Secara Etimologi Dalam bahasa Arab, pendidikan sering digunakan dengan beberapa istilah, antara lain: al-ta lim,(التعليم) al- tarbiyah,(الترتيه) dan al-ta`dib (التاعدية) (علم) merupakan masdar dari kata allama (التعليم) 1). Kata al-ta lim yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan keterampilan. 32 Berdasarkan pengertian al-ta lim di atas, bahwa pengertian al-ta lim hanya sebatas proses pentransferan seperangkat nilai antar manusia serta untuk menguasai nilai yang ditransfer secara kognitif dan psikomotorik serta memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan kearah pembentukkan kepribadian yang disebabkan pemberian pengetahuan. 2).Kata al- tarbiyah,(الترتيه) merupakan masdar dari kata rabba didik). yang berarti: mendidik dan mengasuh (peserta (رتي) h Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Padang: IAIN Press, 2000),

31 41 Menurut Al-Abrasyi sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis, pengertian tarbiyah adalah: Mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna akhlaknya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan. 33 Berdasarkan pendapat Al-Abrasyi di atas, pengertian tarbiyah mencakup berbagai aspek kehidupan peserta didik, baik dari segi fisik maupun psikisnya untuk mencapai kehidupan yang sempurna dan bahagia di dunia dan akhirat. 3). Kata al-ta`dib (التاعدية) merupakan masdar dari addaba (ادب) yang dapat diartikan dengan proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik. 34 Penggunaan term al-ta`dib lebih tepat digunakan bagi pendidikan Islam karena pengertian yang dikandungnya mencakup semua wawasan ilmu pengetahuan, baik teoritis maupun praktis yang terfomulasi dengan nilai-nilai tanggung jawab dan semangat Ilahiah sebagai bentuk pengabdian manusia kepada khaliqnya. b. Secara Terminologi Secara terminologi, beberapa ahli berbeda pendapat mengenai pengertian pendidikan Islam, diantaranya: 33 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h Samsul Nizar, Op Cit h 66

32 42 1) Omar Al Touny Al-Syaebani, sebagaimana yang dikutip oleh Muzayyin Arifin yang mengatakan bahwa: Pendidikan Islam merupakan usaha pengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan. Perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai Islami. 35 2) Menurut M. Yusuf Al-Qardhawi, sebagaimana yang dikutip oleh Azyumardi Azra, yang mengatakan bahwa Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. 36 3) M Kanal Hasan, sebagaimana yang dikutip Samsul Nizar, mendefenisikan bahwa: Pendidikan Islam adalah suatu proses yang komprehensif dari pengembangan kepribadian manusia secara keseluruhan, yang meliputi intelektual, spritual, emosi, dan fisik. Sehingga seorang muslim disiapkan dengan baik untuk melaksanakan tujuan kehadirannya disisi Tuhan sebagai hamba dan wakilnya di muka bumi 37. Beberapa pengertian pendidikan Islam di atas dapat penulis pahami bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses perubahan tingkah laku dan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani peserta didik menurut ajaran Islam yang tersusun secara sistematis, terencana dan komprehensif dalam upaya menstransfer berbagai ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islami kepada peserta didik, mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik, 35 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) h Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002), h Samsul Nizar, Op Cit, h 74

33 43 sehingga mereka mampu menjalankan tugasnya di muka bumi dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan nilai-nilai Illahiyah pada semua dimensi kehidupan. Pengertian pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur an dan Al-Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. 2. Pentingnya Pendidikan Agama Islam di Sekolah Sekolah adalah lembaga pendidikan yang kegiatan pendidikannya diselenggarakan secara sengaja, terencana, sistematis dalam rangka membantu peserta didik mengembangkan potensi yang dimilikinya agar mampu menjalankan tugasnya sebagai peserta didik. 38 Pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran wajib diseluruh sekolah di Indonesia yang berperan untuk mempercepat proses pencapaian tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Nasional yang bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Allah, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1999), h Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,

34 44 Manusia yang beriman dan bertaqwa sebagaimana tujuan di atas tidak akan terwujud secara tiba-tiba. Hal tersebut akan terwujud apabila manusia telah melakukan proses pendidikan. Di samping itu keimanan dan ketaqwaan tidaklah akan terwujud tanpa agama. Hanya agamalah yang dapat menuntun manusia menjadi manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Iman dan taqwa sebagai penyangga utama dalam struktur bangunan keagamaan dan kehidupan umat Islam. Pertama iman sebagai landasan dalam kehidupan dan taqwa sebagai tujuannya. Kedua hal tersebut mewarnai aktivitas manusia dalam kehidupan, baik aspek beragama maupun aspek lainnya. Oleh karena itu iman dan taqwa bukan saja urusan kepercayaan dan ibadah batin semata-mata yang bersifat pribadi melainkan eksistensi terhadap aspek kehidupan lainnya 39 Manusia yang bertaqwa adalah manusia yang secara optimal menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam masyarakat. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam itu juga dibina dan dituntun sedini mungkin melalui proses pendidikan yang juga di perankan oleh pendidikan agama Islam. Di sinilah letak fungsi yang di jalankan sekolah dalam 39 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h

35 45 membangun manusia seutuhnya sebagaimana tujuan dari pendidikan nasional yang tertera di atas Aspek-Aspek Pendidikan Agama Islam Agama Islam adalah agama yang paling mulia disisi Allah swt, karena kesempurnaan agama Islam mencakup segala aspek kehidupan manusia baik dalam bentuk hubungan manusia dengan Allah swt, manusia dengan manusia maupun manusia dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga Allah memberikan aturan-aturan tertentu dalam melaksanakan hubungan tersebut. Islam pada hakikatnya adalah agama yang membawa ajaran-ajaran yang sempurna, bukan hanya mengenal satu atau dua segi saja melainkan dalam segala aspek. Pendidikan agama Islam merupakan usaha untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik agar manjalankan ajaranajaran Islam, yaitu Akidah, Ibadah dan Akhlak. Hal ini sesuai yang dikatakan M Yunus: Diantara inti sari ajaran Islam yang dibawa Nabi, menerangkan pokok-pokok ajaran Islam seperti Iman Kepada Allah swt dan Rasulnya, pada hari kemudian serta melaksanakan ibadah shalat, memerintahkan manusia berakhlak mulia dan berkelakuan daik dan melarang mengerjakan perbuatan yang buruk. 41 Dari kutipan di atas dapat di pahami bahwa inti sari dari ajaran Islam yaitu yang pertama dilakukan oleh Rasul yang mencakup tiga aspek yaitu: Akidah, Ibadah dan Akhlak 40 Abdul Racman Sholeh, Pendidikan Agama Dan Keagamaan (Visi, Misi dan Aksi), (Jakarta: PT Gemawindu Panca Perkasa, 2000 ), h M. Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Hidakaya Agung, 1990), h. 9

36 46 D. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. 42 Bagan 2.1 Guru Pengelolaan Kelas Kondisi Fisik Kondisi Sosio-Emosional Kondisi Belajar Kondusif Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat diketahui bahwa seorang guru harus mempunyai keterampilan dalam mengelola kelas yaitu pertama pengelolaan terhadap kondisi fisik kelas seperti posisi kursi, meja, lemari dan penempatan peserta didik. Kedua pengelolaan terhadap kondisi sosioemosional seperti tingkah laku peserta didik, perhatian, semangat belajar dan hubungan antara guru dengan peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik, sehingga dengan kedua unsure pengelolaan kelas tersebut melahirkan kondisi belajar yang kondusif. 42 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan Rnd,( Bandung: Alfabeta,2012),h.91

37 47 E. Penelitian Relevan Penulis mengambil beberapa hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan yang penulis rumuskan. Hal ini dilakukan dengan tujuan dapat mengambil informasi dari penelitian sebelumnya sebagai salah satu referensi. Maka diambil 2 penelitian relevan dengan rumusan masalah yang diteliti. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Irsyad (2016) dengan judul Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Hasil Belajar Peserta didik Bidang Studi PAI di SMPN 1 Padang Sago Kota Padang Pariaman. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan pengelolaan kelas dengan hasil belajar peserta didik. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Imran Utama ( 2015) dengan judul Keterampilan Guru Pendidikan Agama Islam yang Sudah Sertifikasi dalam Pengelolaan Kelas di MTsN Tandikat Kecamatan Patamuan Kab. Padang Pariaman. Hasil penelitian adalah keterampilan guru Pendidikan Agama Islam yang sudah sertifikasi dalam pengelolaan kelas termasuk kedalam kategori baik. Dua skripsi di atas yang membedakan antara skripsi penulis dengan skripsi di atas adalah objek penelitiannya.skripsi pertama membahas hubungan pengelolaan kelas terhadap hasil belajar, skrispsi kedua membahas keterampilan guru pendidikan agama Islam yang sudah sertifikasi dalam pengelolaan kelas.penulis membahas tentang Pengelolaan Kelas oleh Guru PAI pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 5 Batipuh Kab. Tanah Datar

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAS 1. Oleh: Delipiter Lase

PENGELOLAAN KELAS 1. Oleh: Delipiter Lase PENGELOLAAN KELAS 1 Oleh: Delipiter Lase Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengemalikannya bila terjadi gangguan dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik yang beriman, bertakwa, kreatif dan inovatif serta berwawasan keilmuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dalam menghadapi perkembangan zaman dengan berbagai perubahan dan persaingan mutu, maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam menghadapi setiap

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012 PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN HUSNI EL HILALI Abstrak Kemampuan mengelola kelas menjadi salah satu ciri guru yang profesional. Pengelolaan kelas diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SMP NEGERI 1 KABILA. Intan Abdul Razak Dosen Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo

KEMAMPUAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SMP NEGERI 1 KABILA. Intan Abdul Razak Dosen Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo KEMAMPUAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SMP NEGERI 1 KABILA Intan Abdul Razak Dosen Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Intan Abdul Razak, 2007 Teacher s Ability In Managing Classroom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha manusia dalam membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini. manajemen dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah penyelenggaraan

BAB II KAJIAN TEORI. untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini. manajemen dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah penyelenggaraan BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis Pada bagian ini akan dikemukakan landasan teori yang dijadikan dasar untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini. 1. Suasana Kelas Berbicara tentang suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah tingkat kedewasaan. Artinya anak dituntut agar dapat berdiri sendiri (mandiri) dalam hidupnya

Lebih terperinci

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi seperangkat ajaran tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah mengembangkan individu sebagai manusia. Sehingga dapat hidup optimal, baik sebagai pribadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember,

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember, BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Terdahulu Dalam melaksanakan penelitian, peneliti tidak mengesampingkan hasil dari penelitian yang lebih dahulu dilakukan oleh peneliti lain. Hal ini dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORETIS

BAB II LANDASAN TEORETIS BAB II LANDASAN TEORETIS A. Kerangka Teori 1. Profesionalisme Guru Guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks nasional, kebijakan perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan, BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Berbicara mengenai pendidikan secara umum kita harus merekonstruksi kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan dan perkembangan siswa sangat memerlukan tuntunan, bimbingan, binaan dan dorongan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar (pendidikan) adalah proses yang dimana seseorang diajarkan untuk bersikap setia dan taat juga pikirannya dibina dan dikembangkan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pendidikan diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Guru merupakan ujung tombak pendidikan, sebab guru secara langsung mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran agar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti untuk menjalankan hidup dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan kebiasaan-kebiasaan dan pengulangan kegiatan secara rutin dari hari ke hari. Di dalam kegiatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dan sekaligus sistem yang bermuara dan berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ialah membelajarkan siswa yang menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses budaya, sehingga dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN KEGIATAN MANAJEMEN KELAS OLEH GURU DI KELAS IV SD NEGERI LAMREUNG KECAMATAN KRUENG BARONA JAYA ACEH BESAR

PENERAPAN KEGIATAN MANAJEMEN KELAS OLEH GURU DI KELAS IV SD NEGERI LAMREUNG KECAMATAN KRUENG BARONA JAYA ACEH BESAR PENERAPAN KEGIATAN MANAJEMEN KELAS OLEH GURU DI KELAS IV SD NEGERI LAMREUNG KECAMATAN KRUENG BARONA JAYA ACEH BESAR Nuzul Wahyu Wulan Dari, M.Husin Affan, Nurmasyitah. NuzulWahyu99@gmail.com ABSTRAK Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah atau sekolah merupakan sebagai salah satu wahana transformasi sosial budaya dalam lingkungan masyarakat yang eksistensinya tak dapat dipungkiri lagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa adalah pendidikan. Pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung pada lingkungan tertentu. 1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelolah pembelajaran peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang diharapkan, harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha pendidik untuk memimpin anak didik secara umum guna mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani maupun rohani. 1 Menurut konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan, baik secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan atau paedagogi berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Allah menciptakan manusia dengan penciptaan yang paling sempurna di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada manusia, salah satunya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Belajar bukanlah suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penulisan Dalam kehidupan yang modern seperti sekarang ini tanggung jawab semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT.

Lebih terperinci

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Kompetensi Guru. E. Mulyasa menjelaskan bahwa kompetensi adalah komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang 1 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan di bahas secara berturut-turut mengenai: (1) latar belakang masalah, (2) pembatasan masalah, (3) perumusan masalah, (4) tujuan masalah, (5)manfaat masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di sekolah merupakan bentuk pemberdayaan potensi peserta didik sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua dan guru sudah barang tentu ingin membina anaknya agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, mental sehat dan akhlak yang terpuji.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Margunani 1 Siti Fatimah 2

Margunani 1 Siti Fatimah 2 Keterampilan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Sma Negeri Se Kabupaten Kebumen Margunani 1 Siti Fatimah 2 Abstrak : Pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi terciptanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an hadits yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam turut memberikan sumbangan tercapainya pendidikan nasional. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pada dasarnya guru merupakan kunci utama dalam pengajaran. Guru secara langsung berupaya mempengaruhi, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan siswa didalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah sebuah agama yang komprehensif, menguraikan tentang kemaslahatan dan kepentingan masyarakat secara integral dan holistik. itulah Islam, agama yang mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara. bangsa dalam rangka terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara. bangsa dalam rangka terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam pembangunan dan kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara. Pendidikan itu pada hakikatnya adalah untuk mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu interaksi manusia dewasa dengan anak didik dalam rangka menyampaikan ilmu pengetahuan serta keterampilan agar dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan figure seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan Bangsa. Salah satu potensi yang dikaruniai Allah kepada manusia yakni potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah guru. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. adalah guru. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komponen penting dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah guru. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar keagamaan kepada anak

BAB I PENDAHULUAN. tugas untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar keagamaan kepada anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar, sebagai salah satu lembaga pendidikan formal mengemban tugas untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar keagamaan kepada anak tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar sistematis, dilakukan orang-orang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas SDM sangat penting, karena kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Pendidikan sama sekali tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik dalam keluarga,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL 71 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL Sekolah merupakan institusi yang bertanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

PENDEKATAN PENGELOLAAN KELAS

PENDEKATAN PENGELOLAAN KELAS PENDEKATAN PENGELOLAAN KELAS OLEH: Nama Kelompok Program Studi Nama Dosen Pembimbing Mata Kuliah : Kelompok I : Pendidikan Fisika : Otang Kurniaman M.Pd : Pengelolaan Pendidikan JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Temuan Penelitian 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran beribadah siswa Perencanaan yang dilakukan guru Pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting bagi semua orang. Karena dengan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting bagi semua orang. Karena dengan pendidikan agama BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan sangat penting bagi anak, bahwa anak itu harus mendapatkan pendidikan yang layak agar bisa menjadi bekal hidupnya di masyarakat nanti. Karena merekalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia seutuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan serangkaian proses yang sangat kompleks dan banyak melibatkan aspek yang saling berkaitan. Pendidikan bertujuan untuk mengubah sikap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien dalam rangka menggali dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran cukup penting untuk mencetak masyarakat yang cerdas dan berwawasan yang luas. Sebagaimana dengan tujuan dan fungsi pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu kegiatan antara peserta didik dengan pendidik, antar peserta didik, ataupun peserta didik dengan berbagai sumber belajar guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Rineka Cipta, 2000), hlm S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi

BAB I PENDAHULUAN. PT Rineka Cipta, 2000), hlm S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah memandang bahwa guru merupakan media yang sangat penting, artinya dalam kerangka pembinaan dan pengembangan bangsa. Guru mengemban tugas-tugas sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, pendidikan memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT. Ciputat

BAB I PENDAHULUAN. Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT. Ciputat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Madrasah atau sekolah merupakan sebagai salah satu wahana transformasi sosial budaya dalam lingkungan masyarakat yang eksistensinya tak dapat dipungkiri. Secara sistematik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu

BAB I PENDAHULUAN. berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berati berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget (1896) pendidikan berarti

Lebih terperinci

Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA

Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA Pengertian dan manfaat Psikologi Agama Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA PENDAHULUAN Psikologi Agama pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) disajikan untuk membantu mahasiswa memahami perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah suatu proses pendewasaan berfikir. Nilai demi nilai

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah suatu proses pendewasaan berfikir. Nilai demi nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu proses pendewasaan berfikir. Nilai demi nilai mewarnai interaksi edukatif yang terjadi antara guru dengan siswa. Interaksi yang bernilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebatas sebagai penyampai ilmu semata, namun lebih dari itu ia bertanggung jawab atas seluruh perkembangan pribadi siswanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai

Lebih terperinci

BAGAIMANAKAH PENGELOLAAN KELAS UNTUK MEMBENTUK LINGKUNGAN BAHASA ARAB (BI AH AROBIYAH)?

BAGAIMANAKAH PENGELOLAAN KELAS UNTUK MEMBENTUK LINGKUNGAN BAHASA ARAB (BI AH AROBIYAH)? BAGAIMANAKAH PENGELOLAAN KELAS UNTUK MEMBENTUK LINGKUNGAN BAHASA ARAB (BI AH AROBIYAH)? UBAIDILLAH QUDSI Program Pascasarjana Keguruan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang ubaidillahqudsi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH Oleh : Pitriani Abstrak: Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, pendidikan

Lebih terperinci