PENGARUH CARA BUDIDAYA BAWANG DAUN TERHADAP SERANGAN ULAT GRAYAK Spodoptera exigua DAN PARASITOIDNYA MARTUA FRANSISKO SILITONGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH CARA BUDIDAYA BAWANG DAUN TERHADAP SERANGAN ULAT GRAYAK Spodoptera exigua DAN PARASITOIDNYA MARTUA FRANSISKO SILITONGA"

Transkripsi

1 1 PENGARUH CARA BUDIDAYA BAWANG DAUN TERHADAP SERANGAN ULAT GRAYAK Spodoptera exigua DAN PARASITOIDNYA MARTUA FRANSISKO SILITONGA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

2

3 3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Cara Budidaya Bawang Daun terhadap Serangan Ulat Grayak Spodoptera exigua dan Parasitoidnya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan mauupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Istitut Pertanian Bogor. April 2017 Martua Fransisko Silitonga NIM A

4 4

5 5 ABSTRAK MARTUA F SILITONGA. Pengaruh Cara Budidaya Bawang Daun terhadap Serangan Ulat Grayak Spodoptera exigua dan Parasitoidnya. Dibimbing oleh PUDJIANTO. Pengendalian hama yang dinilai paling efektif adalah dengan memanfaatkan musuh alami. Dengan pola tanam tumpang sari dapat dilakukan untuk memanipulasi habitat yang sesuai bagi parasitoid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pertanaman wortel yang menjadi tanaman tumpang sari bawang daun serta perlakuan ekstrak duan wortel pada pertanaman monokultur bawang daun terhadap tingkat serangan ulat grayak S. exigua yang menjadi hama penting bagi tanaman bawang daun dan kelimpahan parasitoid pada hama tersebut. Percobaan terdiri atas tiga perlakuan dan empat ulangan yang disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan tersebut yaitu 1) bawang daun yang ditanam monokultur (P1); 2) bawang daun yang disemprot ekstrak daun wortel (P2); dan 3) bawang daun yang ditanam tumpang sari dengan wortel (P3). Populasi ulat grayak diamati setiap minggu dengan cara melakukan pengamatan langsung. Tumpang sari wortel dengan bawang daun dan penerapan ekstrak daun wortel tidak berpengaruh nyata terhadap infestasi ulat grayak. Infestasi pada perlakuan bawang daun yang ditanam monokultur lebih tinggi dibandingkan dengan pada dua perlakuan yang lain. Parasitoid yang terdapat di lapangan adalah famili Braconidae dan famili Diapriidae. Kata kunci : S. exigua., bawang daun, parasitoid, tumpang sari, wortel

6 6

7 7 ABSTRACT MARTUA F SILITONGA. The Impact of Green Onion Cultivation on Infestasion of Armyworm and Its Parasitoids. Surverpised by PUDJIANTO. The natural enemies is considered as an effective way for controling pests. Intercropping cultivation can be done to manipulate a suitable habitat for parasitoids. The aim of this research was to study the influence of intercropping of green onions and carrots and carrot leaf extract spraying on leaf onion armyworm, Spodotera exigua, (an important pest in green onion) and parasitoid abundance in a green onion monoculture. The experiment consisted of three treatments and four replications arranged in a randomized complete block design. The treatments were 1) green onions in monoculture system (P1), 2) green onion cultivated in monoculture system and sprayed with carrot leaf extract (P2), and 3) green onion in intercropping system with carrot (P3). Leaf onion arrmyworm population were observed weekly by direct observation. The results showed that intercropping of green onion and carrot and application of carrot leaf extract on green onion did not give significant effect on leaf onion armyworm infestation. Green onion cultivated in a monoculture system had higher level of armyworm infestation than the other treatments. Parasitoids found in field were from Braconidae adn Diapriidae families. Keywords: S. exigua, green onion, biological control, intercropping, carrot

8 8

9 9 Hak Cipta milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

10 10

11 PENGARUH CARA BUDIDAYA BAWANG DAUN TERHADAP SERANGAN ULAT GRAYAK Spodoptera exigua DAN PARASITOIDNYA 11 MARTUA FRANSISKO SILITONGA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

12 12

13

14 14

15 15 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Cara Budidaya Bawang Daun terhadap Serangan Ulat Grayak Spodoptera exigua dan Parasitoidnya. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Instititut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Proteksi Tanaman. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Pudjianto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembingbing akademik atas bantuan, bimbingan, masukan serta dukungannya dalam pelaksanaan tugas akhir, kepada Prof. Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan arahan dan saran yang bermanfaat. Petani bawang daun dan wortel di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, serta kepada seluruh dosen dan tenaga kependidikan Departemen Proteksi Tanaman, rekan-rekan di Laboratorium Pengendalian Hayati, rekan-rekan Proteksi Tanaman 47. Himpunan Paduansuara Kemaki IPB Puella Domini Choir, Keluarga Cemara, sahabat penulis Azru Azhar, Hagia Sophia Khairani, Rizky Marcheria Ardiyanti, Afrini Florentin Sihombing, Rahayu Aisah Prayitno SE, Puspasari Aisah Prayitno SE dan rekan-rekan lain yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta semangat selama perkuliahan hingga menyelesaikan tugas akhir. Dan terima kasih kepada Ayahanda Samsudin Silitonga dan Ibu Rugun Florida Simanjuntak S.Pd dan Mamatua Theresia Simanjuntak serta saudari penulis Yasinta Reolina Silitonga, S.hut, Veronika Margaretta, S.Amd yang tak henti-hentinya memberikan perhatian dan bantuan moril maupun doa, yang mana setiap langkah, gerak, dan ucapnya merupakan do a bagi penulis. Penulis menyadari masih ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga penulis berharap mendapatkan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan. April 2017 Martua Fransisko Silitonga

16 2 DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Manfaat Penelitian 2 Tujuan Penelitian 2 BAHAN DAN METODE 3 Waktu dan Tempat 3 Metode Penelitian 3 Penyiapan Lahan 3 Pengamatan Tingkat Serangan dan Tingkat Kerusakan 4 Pengamatan Kelimpahan S. exigua 5 Tingkat Parasitisasi 5 Identifiaksi Parasitoid pada S. exigua 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Tingkat Serangan S. exigua 7 Tingkat Kerusakan Tanaman 8 Kelimpahan Larva S. exigua 10 Tingkat Parasitisasi 11 Produksi Bawang Daun 13 SIMPULAN DAN SARAN 14 Simpulan 14 Saran 14 DAFTAR PUSTAKA 15 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 25

17 3 DAFTAR TABEL 1. Penentuan nilai numerik berdasarkan perkiraan kerusakan tanaman bawang daun oleh ulat grayak 5 2. Tingkat serangan S. exigua pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpang sari dengan wortel 8 3. Rata-rata jumlah larva S. exigua pada 5 daun contoh bawang daun setiap minggu pengamatan pada tiga perlakuan percobaan Bobot bawang daun yang diperoleh pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpang sari dengan wortel (P3) 12 DAFTAR GAMBAR 1. Lahan percoban yang terdiri atas pertanaman bawang daun yang ditanaman secara monokultur (A), bawang daun monokultur disemprot ekstrak daun wortel (B), dan bawang daun tumpang sari dengan wortel (C) 4 2. Petak contoh lahan pengamatan 4 3. S. exigua pada bawang daun: (a) gejala serangan, (b) larva S. exigua dalam daun pada perbesaran 2.25x 7 4. Gejala kerusakan yang disebabkan oleh S. exigua pada perbesaran 1.96x 9 5. Tingkat kerusakan akibat serangan S. exigua pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpang sari dengan wortel (P3) Tingkat parasitisasi S. exigua pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpang sari dengan wortel (P3) Parasitoid yang ditemukan pada percobaan: (a) Braconidae; (b) Diapriidae 13

18 4 DAFTAR LAMPIRAN 1. Tabel analisis ragam terhadap data tingkat seranga S. exigua pada petak bawang duan monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpeng sari dengan wortel Tabel analisis ragam terhadap rata-rata jumlah larva S. exigua pada 5 daun contoh bawang daun setiap minggu pengamatan pada tiga perlakuan percobaan Tabel analisis ragam terhadap data jumlah anakan tanaman bawang daun Tabel analisis ragam terhadap data bobot segar tanaman bawang daun Tabel analisis ragam terhadap data tingkat parasitisasi S. exigua pada petak bawang duan monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpeng sari dengan wortel 23

19 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bawang daun (Allium fistulosum L.) merupakan tanaman sayuran daun semusim serta mempunyai nilai ekonomi tinggi yang banyak ditanam oleh petani di dataran tinggi (Saidah 2012). Tanaman ini berbentuk rumpun dengan tinggi tanaman kurang lebih mencapai 50 cm. Bawang daun berakar serabut pendek yang tumbuh dan berkembang ke semua arah disekitar permukaan tanah serta tidak mempunyai akar tunggang (Cahyono 2012). Bagian batang bawang daun berwarna putih dengan bentuk daun bulat, memanjang, berlubang menyerupai pipa, dan bagian ujungnya meruncing (Wibowo 2010). Produksi bawang daun dari tahun mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan produksi bawang daun di Indonesia terjadi karena luas areal pertanaman bawang daun setiap tahun terus meningkat (BPS 2015). Usaha peningkatan produksi bawang daun tidak lepas dari berbagai kendala yang dihadapi, seperti serangan hama ulat grayak Spodoptera exigua Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) yang dapat menurunkan produksi bawang daun baik dari segi kualitas dan kuantitasnya (Pracaya 2007). Di Indonesia S. exigua merupakan salah satu hama klasik yang sering menyebabkan kegagalan panen pada pertanaman bawang daun di dataran tinggi di Pulau Jawa (Hartono et al. 2015). Di lapangan, petani mengalami kesulitan lebih besar dalam mengendalikan ulat daun dibandingkan dengan kutu daun. Kerusakan yang disebabkan oleh ulat daun ini adalah rusaknya sel-sel jaringan daun tanaman (Pracaya 2007). Daun merupakan bagian yang menjadi sasaran ulat ini, terutama daun yang masih muda. Larva yang baru keluar dari telur, langsung aktif memakan daun dengan menggerek ujung daun kemudian memakan bagian dalam daun dan hanya meninggalkan epidermis daun sehingga pada daun terdapat bercak putih seperti selaput (Meidalima 2014). Daun yang diserang menjadi layu, berlubang dan di sekitar lubang gerekan terdapat kotoran larva. Pada serangan berat daun tampak terpotong-potong sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen bawang daun (Fatimah 2010). Dalam mengendalikan hama ulat grayak ini, para petani umumnya masih menggunakan insektisida. Menurut Hasibuan (2012), penggunaan insektisida tersebut belum dapat mengatasi serangan dari hama ini karena larva S. exigua berada di dalam jaringan daun sehingga sulit dijangkau oleh insektisida. Hama ini resisten terhadap beberapa jenis insektisida (Negara 2005). Selain itu, pengendalian kimiawi yang diterapkan oleh petani bukanlah strategi pengendalian yang bersifat berkelanjutan sehingga diperlukan pengendalian yang lebih efektif, ekonomis, dan ramah lingkungan (Indiati 2012). Pengendalian dengan memanfaatkan insektisida selain menekan populasi hama juga menekan populasi musuh alaminya (Nusyirwan 2013). Kondisi ini dapat memicu terjadinya ledakan hama (outbreak). Salah satu penyebab terjadinya ledakan hama adalah tidak seimbangnya antara populasi hama dengan musuh alaminya sehingga populasi hama meningkat dengan cepat dan menyebabkan kerusakan pada lahan-lahan pertanian (Tarumingkeng 2012). Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasitoid merupakan salah satu pengendalian hama yang ramah terhadap lingkungan (DPHKP 2013). Terdapat beberapa parasitoid yang dapat dimanfaatkan untuk

20 2 menurunkan populasi hama ulat grayak. Sejumlah spesies parasitoid yang berasosiasi dengan ulat daun tergolong dalam ordo Hymenoptera famili Ichneumonidae, Chalcididae dan Braconidae (He J at al. 2011). Pemanfaatan parasitoid sebagai musuh alami dapat dilakukan dengan cara memanipulasi habitat agar sesuai untuk perkembangan populasi parasitoid tersebut. Sistem tanam tumpang sari merupakan salah satu tindakan penambahan keanekaragaman tanaman. Agroekosistem dengan keragaman tanaman yang tinggi mempunyai peluang adanya interaksi antarspesies yang tinggi. Tingginya interaksi antarspesies menciptakan agroekosistem yang stabil yang akan berakibat pada stabilitas produktivitas lahan dan rendahnya fluktuasi populasi spesies yang tidak diinginkan (Nurindah 2012). Pola tanam secara tumpang sari dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan populasi parasitoid (Paryo 2014). Selain itu tanaman tumpang sari dapat bermanfaat dalam meningkatkan fungsi musuh alami dan pemanfaatan lahan secara optimal, sehingga akan membawa keuntungan bagi petani (Hidayat 2013). Berdasarkan hasil pengamatan Maesyaroh (2012), diketahui bahwa populasi hama pada pertanaman wortel tidak mencapai ambang ekonomi yang dapat menyebabkan kerusakan pada pertanaman wortel. Hal ini disebabkan populasi musuh alami dapat menekan populasi hama pada areal pertanaman tersebut. Pemanfaatan tanaman wortel sebagai pemicu perkembangan parasitoid masih belum mendapat perhatian, sehingga diperlukan kajian khusus tentang pengaruh tanaman wortel terhadap tingkat parasitisasi parasitoid terhadap hama yang ada pada bawang daun. Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh dari pertanaman wortel yang menjadi tanaman tumpang sari bawang daun serta perlakuan ekstrak daun wortel pada pertanaman monokultur bawang daun terhadap tingkat serangan ulat grayak S. exigua. dan tingkat parasitasi parasitoid hama tersebut. Manfaat Penelitian Memberikan informasi tentang pengaruh wortel terhadap tingkat parasitisasi parasitoid dan menjadi salah satu alternatif pengendalian hayati dalam mengendalikan hama S. exigua terhadap bawang daun.

21 3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan lapangan untuk pengamatan gejala dan pengambilan daun tanaman yang terserang ulat daun dilaksanakan di Desa Padajaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur pada ketinggian tempat 1350 m di atas permukaan laut (dpl). Pemeliharaan dan pengamatan populasi ulat grayak serta pengamatan parasitoidnya dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari Mei sampai Juli Metode Penelitian Penyiapan Lahan Percobaan diatur dalam rancangan acak kelompok pada empat lahan dalam satu hamparan yang masing-masing digunakan sebagai ulangan/blok. Masingmasing blok memiliki ukuran luas 300 m 2 (total: 1200 m 2 ). Pada setiap blok dibuat tiga plot percobaan yang masing-masing berukuran 50 m 2 dan ketiga petak tersebut digunakan untuk ketiga perlakuan yaitu: 1) petak bawang daun yang ditanam monokultur (P1); 2) petak bawang daun yang ditanam monokultur dengan disemprot ekstrak daun wortel (P2); dan 3) petak bawang daun yang ditanam tumpang sari dengan wortel (P3) (Gambar 1). Jarak antar petak 2 m yang ditanami dengan tanaman pakcoy sebagai tanaman pembatas. Setiap petak perlakuan dibuat bedengan yang berukuran 1 m x 5 m, tinggi 20 cm dan jarak antara setiap bedengan adalah 30 cm. Jarak tanam bawang daun untuk monokultur adalah 15 cm x 15 cm, sedangkan untuk tumpang sari 20 cm x 20 cm (Gambar 2). Pemberian pupuk kandang dilakukan setelah menentukan petak percobaan secara acak dengan dosis 12 ton/ha. Waktu pemberian pupuk kandang adalah tiga hari sebelum tanam. Bawang daun ditanam secara tegak lurus sebanyak tiga anakan dalam satu lubang, dengan jarak tanam satu dengan lainnya sekitar 15 cm. Bibit yang digunakan berumur 2 bulan dengan varietas Lokal RP. Wortel pada perlakuan tumpang sari ditanam dengan menyebar bibit sehari setelah penanaman bawang daun dengan menggunakan varietas Lokal Cipanas. Ekstrak daun wortel untuk P2 diperoleh dengan cara menghaluskan daun wortel sebanyak 0.5 kg kemudian dicampur dengan 17 liter air dan diaplikasikan setiap 2 minggu sekali selama 11 minggu sejak tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST).

22 4 Gambar 1 Lahan percoban yang terdiri atas pertanaman bawang daun yang ditanam secara monokultur (A), bawang daun monokultur disemprot ekstrak daun wortel (B), dan bawang daun tumpang sari dengan wortel (C) Gambar 2 Petak contoh lahan pengamatan Pengamatan Tingkat Serangan dan Tingkat Kerusakan Pengamatan dilakukan pada tanaman bawang daun yang mengalami kerusakan akibat serangan S. exigua. Tanaman contoh yang diamati sebanyak 30 tanaman untuk setiap petak dengan pola pengambilan tanaman contoh secara

23 5 diagonal. Pengamatan ini dilakukan setiap minggu, sejak tanaman berumur 2 MST hingga 12 MST. Tingkat serangan ulat grayak dihitung dengan rumus sebagai berikut: Tingkat serangan= n N x 100 % Keterangan : n = jumlah tanaman yang terserang N = jumlah seluruh tanaman contoh yang diamati Tingkat kerusakan bawang daun akibat serangan ulat grayak dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Tingkat kerusakan = Keterangan : n i = jumlah tanaman terserang pada kategori serangan ke-i v i = nilai numerik pada kategori serangan ke-i N = jumlah tanaman contoh yang diamati Z = nilai numerik kategori serangan tertinggi Nilai numerik ditentukan berdasarkan pada perkiraan kerusakan tanaman dan dikategorikan mengikuti kriteria berikut (Tabel 1). Tabel 1 Penentuan nilai numerik berdasarkan perkiraan kerusakan tanaman bawang daun oleh ulat grayak (Lologau 2010) Kategori Nilai numerik (v i ) Perkiraan kerusakan tanaman (%) serangan (i) (tidak ada gejala serangan) 2 1 > > > > Pengamatan Kelimpahan S. exigua Kelimpahan S. exigua diamati dengan cara mengambil seacara acak 5 helai bawang daun contoh yang terserang S. exigua untuk setiap petak. Pengambilan daun contoh ini dilakukan setiap minggu. Di laboratorium daun-daun tersebut dimasukkan ke dalam wadah plastik (diameter 20 cm dan tinggi 10 cm) yang dialasi 5 lembar kertas tisu. Banyaknya larva S. exigua dalam daun bawang dihitung. Imago parasitoid yang muncul dari larva yang dipelihara dihitung dan dicatat kemudian dimasukkan ke dalam botol yang berisi alkohol 70% untuk diidentifikasi. Tingkat Parasitisasi Tingkat parasitisasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai brikut: 5 n i. v i N. Z i=1 X 100% Tingkat parasitisasi = Jumlah larva yang terparasit Jumlah total larva di kumpulkan X 100%

24 6 Identifiaksi Parasitoid pada S. exigua Identifiakasi parasitoid dilakukan dengan menggunakan buku Hymenoptera of the world: An identification guide to families (Goulet dan Huber 1993) Analisis Data Analisis ragam dilakukan untuk menentukan pengaruh perlakuan dan waktu selama kurun waktu pengamatan terhadap rataan kelimpahan ulat, kerusakan tanaman, banyaknya parasitoid yang muncul, dan tingkat parasitisasi. Bila terdapat perbedaan yang nyata dari analisis ragam dilakukan uji lanjut dengan Uji Tukey dengan taraf 5% dengan perangkat lunak MINITAB 17.

25 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan S. exigua Larva S. exigua menyerang tanaman pada bagian dalam bawang daun dan menggerek ujung pinggiran daun (Gambar 3). Perkembangan jumlah gerekan berkaitan dengan jumlah larva. Semakin banyak jumlah larva yang menginfestasi daun, maka semakin banyak jumlah gerekan yang terbentuk. Bagian daun yang di serang oleh ulat grayak tersebut mulai daun muda sampai daun tua, namun tingkat serangan yang paling tinggi terjadi pada daun muda atau daun lunak, karena daun muda memiliki nutrisi yang dibutuhkan oleh S. exigua (Azmi dan Krestini 2012). Larva hidup secara bergerombol di sekitar tempat menetasnya telur kemudian menyebar ke bagian pucuk-pucuk tanaman dan menyerang, sehingga ujung-ujung daun nampak terpotong-potong, kemudian larva juga menyebar ke sekitar daun, kemudian larva masuk dan berada dalam kapiler daun sehingga larva dapat menyerang bagian dalam daun. Semakin besar larva tersebut maka semakin besar juga kerusakan yang dihasilkannya. Larva bersembunyi di dalam tanah atau tempat yang lembap dan menyerang tanaman pada malam hari atau pada intensitas cahaya matahari yang rendah (Ardiansyah 2012). 1 cm a b Gambar 3 S. exigua pada bawang daun: (a) tanda panah menunjukkan gejala serangan, (b) larva S. exigua Tingkat serangan S. exigua pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpang sari dengan wortel pada pengamatan setiap minggunya terlihat mengalami peningkatan serangan yang tinggi. Sehingga hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infestasi ulat daun sebesar 44%-94% (Tabel 2). Hasil pengamatan pada perlakuan monokultur minggu ke-3 sampai minggu ke-11 terlihat tingkat serangan S. exigua meningkat dan sangat tinggi dan menurun di minggu ke-12. Hal ini terjadi karena salah satu faktor alam di lapangan yaitu curah hujan yang terjadi pada minggu tersebut. Curah hujan yang tinggi dapat memengaruhi serangan larva tersebut sehingga menjadi berkurang (Sakinah 2013). Pada perlakuan penyemperotan dengan ekstrak daun wortel, tingkat serangan S. exigua terlihat konstan walau lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan monokultur. Untuk perlakuan tumpang sari, serangan S. exigua mengalami

26 8 penurunan pada minggu ke-8 hingga minggu ke-12, yang menunjukkan tanaman wortel diduga dapat menghambat serangan S. exigua tersebut sehingga serangan menurun dan lebih kecil dari perlakuan lainnya pada penelitian (Tabel 2). Tingkat serangan S. exigua dihitung berdasarkan perbandingan antara tanaman yang terserang dengan total tanaman contoh yang diamati pada setiap plot perlakuan. Tingkat serangan ulat daun dapat mencapai 90% sehingga dapat mengakibatkan kegagalan panen pada pertanaman bawang daun (Pracaya 2007). Hasil analisis ragam menunjukkan tingkat serangan pada umur tanaman tersebut tidak dipengaruhi oleh perlakuan maupun umur tanaman (Lampiran 1). Tabel 2 Tingkat serangan S. exigua pada petak bawang daun monokultur, disemprot dengan ekstrak daun wortel, dan tumpang sari dengan wortel Perlakuan 1) Tingkat serangan S.exigua. (%) pada setiap pengamatan MST P P P ) P1= bawang daun yang ditanam secara monokultur, P2=bawang daun yang disemprot dengan ekstrak daun wortel, P3= bawang daun yang ditumpang sarikan dengan wortel. Tingkat Kerusakan Tanaman Kerusakan yang disebabkan oleh ulat grayak pada tanaman bawang daun menyebabkan gejala bercak putih atau transparan menembus cahaya pada daun, dan kerusakan lain yang disebabkan oleh larva ini adanya bekas gigitan pada daun. Kerusakan ini terjadi hanya pada bagian tengah dan bawah tanaman tidak secara menyeluruh (Gambar 4). Semakin besar tingkat serangan larva S. exigua maka semakin besar tingkat kerusakan yang disebabkannya. Kerusakan sedang maupun kerusakan tinggi dapat menurunkan nilai jual dari tanaman bawang daun karena daun merupakan bagian utama yang dipanen. Petani akan memilah tanaman yang terserang dan dipisahkan dari tanaman yang tidak terserang ulat grayak. Pasar tradisional masih memberikan toleransi terhadap gejala bercak pada daun, namun untuk pasar supermarket kerusakan pada tanaman harus nol sehingga pemilahan pada bawang daun akan mengurangi kuantitas produksi tanaman (Darwati 2010).

27 Gambar 4 Gejala kerusakan yang disebabkan oleh S. exigua pada perbesaran 1.96 Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kerusakan tanaman yang paling tinggi terjadi pada perlakuan monokultur dibandingkan dengan perlakuan lainnya yang tertera pada (Gambar 5). Hal ini dikarenakan serangan ulat grayak pada monokultur mengalami peningkatan ketika tanaman bawang daun berusia 3-9 MST, karena pada usia tanam tersebut serangan larva S. exigua besar dan menimbulkan kerusakan pada tanaman bawang daun. Ketika tanaman memasuki minggu ke MST terjadi penurunan tingkat kerusakan, hal ini terjadi karena pada minggu tersebut terjadi curah hujan yang tinggi sehingga serangan S. exigua menurun dikarenakan lingkungan yang lembab sehingga menghambat ketahanan hidup S. exigua. Kerusakan pada perlakuan bawang daun yang ditanam secara tumpang sari dengan wortel menunjukkan pada minggu ke-3 sampai dengan minggu ke-7 signifikan meningkat. Hal ini karena pada rentang waktu tersebut tanaman wortel belum tumbuh maksimal sehingga fungsinya sebagai tanaman penarik musuh alami (parasitoid) belum dapat terlihat. Namun, mulai minggu ke-9 sampai dengan minggu ke-12 terlihat penurunan kerusakan pada tanaman bawang daun. Hal ini disebabkan tanaman wortel sudah mulai rimbun sehingga menarik parasitoid yang berada di sekitar petak pengamatan. Suatu agroekosistem dengan keragaman tanaman yang tinggi akan mempunyai peluang adanya interaksi antar spesies yang tinggi sehingga menciptakan agroekosistem yang stabil dan akan berakibat pada stabilitas produktivitas lahan dan rendahnya fluktuasi populasi spesies-spesies yang tidak diinginkan (Nurindah 2012). Pada perlakuan penyemprotan ekstrak daun wortel, dilihat dari grafik bahwa tidak terjadi pengurangan kerusakan yang ekstrim. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan tersebut tidak dapat mengurangi serangan dari larva S. exigua, yang semula diduga terdapat zat kimia yang mampu menghambat tingkat serangan dari larva tersebut. Hasil penelitan serupa menyimpulkan hasil yang sama bahwa semprotan daun wortel tidak terlalu berpengaruh terhadap serangan pengorok daun, tingkat kerusakan yang disebabkan oleh Liriomyza spp. pada bawang daun yang disemprot ekstrak daun wortel terlihat stabil (Maharatih 2015). 9

28 10 Tingkat kerusakan tanaman (%) P1 P2 P3 Umur tanaman (MST) Gambar 5 Tingkat kerusakan akibat serangan S. exigua pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpang sari dengan wortel (P3) Kelimpahan Larva S. exigua Secara umum kepadatan larva S. exigua yang ditemui pada pemeliharaan daun contoh di laboratorium cukup tinggi. Pada setiap perlakuan di minggu ke 3-7 MST tidak berbeda nyata bila dilihat secara statistik (Tabel 3). Hal ini diduga karena masa awal penanaman bawang daun dan curah hujan yang tinggi pada minggu tersebut menyebabkan pengurangan populasi larva di daun contoh tersebut. Hasil penelitian menunjukkan tingginya kerusakan tanaman disebabkan oleh meningkatnya populasi S. exigua. Perbedaan persentase kerusakan yang ditimbulkan dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor dalam salah satunya adalah sifat genetika dari varietas tersebut. Sebaliknya faktor luar adalah iklim, suhu, kelembapan, curah hujan, ketersediaan hara dan intensitas sinar matahari (Sakinah 2013). Analisis statistika di minggu ke7-12 terlihat berbeda nyata dan kepadatan larva pada monokultur lebih tinggi, hal ini diduga karena tanaman bawang daun yang ditanam secara monokultur, berbeda dengan perlakuan tumpang sari dengan wortel yang kepadatan larvanya lebih rendah karena ditanam secara tumpang sari sehingga tidak menarik larva S. exigua. Sedangkan pada perlakuan penyemprotan ekstrak daun wortel terlihat berbeda nyata walau tidak terlalu rendah dibandingkan dengan perlakuan tumpang sari dengan wortel. Seekor serangga betina dapat menghasilkan telur dalam satu kelompok bahkan dapat mencapai 350 telur (Hariani et al. 2012).

29 11 Tabel 3 Rata-rata jumlah larva S. exigua pada 5 daun contoh bawang daun setiap minggu pengamatan pada tiga perlakuan percobaan Pengamatan (MST) Perlakuan 1) P1 P2 P ± a ± a ± a ± a ± a ± a ± a ± a ± a ± a ± a ± a ± a ± b ± c ± a ± b ± c ± a ± b ± c ± a ± b ± c ± a ± b ± c ± a ± b ± c 1) 1= bawang daun yang ditanam secara monokultur, P2=bawang daun yang disemprot dengan ekstrak daun wortel, P3= bawang daun yang ditumpang sarikan dengan wortel 2) Huruf sebaris yang diikuti oleh huruf yang sama tidakberbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5% Pada perlakuan penanaman bawang daun secara monokultur terjadi kerusakan yang tinggi, hal ini dikarenakan tersedianya makanan yang mencukupi untuk perkembangan dari larva S. exigua sehingga terdapat kelimpahan larva tersebut. sedangkan pada perlakuan penanaman bawang daun secara tumpang sari menunjukkan hal yang berbeda. Yakni, tingkat kerusakan mengalami penurunan pada minggu ke-9 hingga minggu ke-12 karena pada rentang waktu tersebut tanaman wortel yang berfungsi sebagai penarik musuh alami sudah mencapai titik tumbuh optimal. Daun-daun wortel mulai rimbun sehingga menarik larva S. exigua. Sedangkan pada perlakuan penyemprotan ekstrak daun wortel pada bawang daun menunjukkan kelimpahan larva S. exigua yang stabil konstan dan tidak berbeda jauh dengan hasil perlakuan penanaman bawang daun secara monokultur. Tingkat kelimpahan larva S. exigua berbanding lurus dengan tingkat kerusakan tanaman bawang daun. Semakin tinggi kelimpahan larva S. exigua maka semakin tinggi pula tingkat kerusakan dari tanaman dan berlaku sebaliknya. Tingkat Parasitisasi Perbedaan perlakuan antara penanaman tanaman bawang daun secara monokultur, penanaman tumpang sari dan penyemprotan ekstrak daun wortel pada tanaman bawang daun menunjukkan perbedaan hasil tingkat parasitisasi. Tingkat parasitisasi parasitoid pada perlakuan penyemprotan ekstrak daun wortel terlihat pada (Gambar 6) cenderung konstan. Hal ini dikarenakan kelimpahan larva S. exigua selaku parasitoid di penelitian ini cenderung stabil. Peran parasitoid dapat meningkat dengan dilakukannya peningkatan populasinya melalui penambahan keanekaragaman vegetasi atau dengan cara penyemprotan atraktan (Nurindah 2012).

30 12 Namun, pada perlakuan penanaman tanaman bawang daun secara tumpang sari dengan wortel terlihat bahwa tingkat parasitisasi pada minggu ke-3 hingga minggu ke-8 cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan pada rentang waktu tersebut tanaman wortel selaku tanaman tumpang sari belum tumbuh secara optimal sehingga belum berperan aktif. Namun, pada minggu ke-9 tanaman wortel berada di titik tumbuh maksimalnya yakni daunnya yang mulai rimbun sehingga peran wortel mulai terlihat yaitu sebagai penarik musuh alami dari larva S exigua. Penurunan tingkat parasitisasi parasitoid larva S. exigua disebabkan oleh berpindahnya sebagian larva tersebut ke tanaman wortel yang berdaun rimbun. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh perlakuan penanaman tanaman bawang daun secara monokultur, dari minggu ke-3 hingga minggu ke-9 tingkat parasitisasi parasitoid terus meningkat stabil. Hal ini disebabkan oleh ketersediaannya cadangan makanan untuk larva S. exigua yang diberikan oleh tanaman bawang daun yang masih muda. Namun, pada minggu ke-10 terjadi penurunan tingkat parasitisasi yang disebabkan oleh faktor luar yakni cuaca. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya parasitisasi, selain faktor cuaca dan keberadaan inangnya (Nusyirwan 2013). Tingkat parasitisasi % P1 P2 P3 Umur tanaman (MST) Gambar 6 Tingkat parasitisasi S. exigua pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpang sari dengan wortel (P3) Dari 12 kali pengamatan parasitoid, parasitoid larva yang lebih banyak berhasil dikoleksi adalah famili Braconidae, sedangkan parasitoid yang lebih sedikit di dapat adalah parasitoid dari famili Diapriidae (Gambar 7). Populasi Braconidae lebih berlimpah di beberapa perlakuan, karena Braconidae lebih dominan dibandingkan dengan parasitoid Diapriidae yang berjumlah lebih sedikit. Populasi Braconidae ditemukan berlimpah pada dataran tinggi yang terdapat di bawang daun. Budiarti (2014) melaporkan bahwa populasi Braconidae ditemukan lebih berlimpah pada dataran tinggi. Sedangkan Famili Diapriidae memiliki kemampuan bertahan hidup yang baik pada agroekosistem monokultur dan polikultur namun populasinya masih lebih rendah dibandingkan Braconidae.

31 13 Gambar 7 Parasitoid yang ditemukan pada percobaan: (a) Braconidae; (b) Diapriidae Produksi Bawang Daun Hasil perolehan bobot bawang daun pada tiga perlakuan menunjukkan bahwa bobot bawang daun yang tertinggi pada perlakuan penyemprotan ekstrak daun wortel pada bawang daun dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya (Tabel 4). Tingginya bobot tanaman pada perlakuan penyemprotan ekstrak daun wortel pada bawang daun berhubungan dengan jumlah anakan bawang daun yang lebih banyak dihasilkan dibandingkan pada perlakuan tanaman bawang daun secara tumpang sari dengan wortel. Namun jumlah anakan dan bobot tanaman bawang daun pada ketiga perlakuan secara statistik tidak berbeda nyata. Menurunnya bobot tanaman pada perlakuan tanaman bawang daun secara tumpeng sari dengan wortel dipengaruhi oleh faktor pengaruh tanaman tumpang sari yaitu tanaman wortel. Umbi pada wortel tersebut menghambat pertumbuhan bawang daun karena perakaran bawang daun terhimpit oleh perakaran wortel. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat pada perlakuan tanaman bawang daun secara tumpang sari dengan wortel anakan daunnya lebih kecil dan berjumlah sedikit karena adanya persaingan memperoleh nutrisi antar wotel dan bawang daun. Tabel 4 Bobot bawang daun yang diperoleh pada petak bawang daun monokultur (P1), disemprot dengan ekstrak daun wortel (P2), dan tumpang sari dengan wortel (P3) Perlakuan¹ ) Jumlah anakan per Bobot tanaman ± rumpun² ) sd ² ³ (kg/15 rumpun) P ± 0.58 P ± 0.49 P ± ) P1= bawang daun yang ditanam secara monokultur, P2=bawang daun yang disemprot dengan ekstrak daun wortel, P3= bawang daun yang ditumpang sarikan dengan wortel 2) Angka selajur tidak berbeda nyata berdasarkan analisis ragam pada taraf 5% 3) Sd = simpang baku

32 14 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tanaman bawang daun yang ditanam secara tumpang sari dengan tanaman wortel serta perlakuan penyemprotan ekstrak daun wortel tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat serangan ulat daun S. exigua dan tingkat parasitisasi parasitoid. Perlakuan tumpeng sari dan ekstrak daun wortel mampu menurunkan kelimpahan larva S. exigua. Tingkat kerusakan pada petak tumpang sari cenderung lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang ditanam secara monokultur sedangkan pada petak perlakuan yang disemprotkan ekstrak daun wortel memiliki tingkat serangan S. exigua yang cenderung stabil. Parasitoid yang berasosiasi dengan ulat grayak tersebut adalah Braconidae dan Diapriidae. Jumlah parasitoid tertinggi terdapat pada petak yang monokulultur. Saran Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk mengetahui hubungan antara jumlah grayakan yang disebabkan S. exigua terhadap penyusutan bobot bawang daun. Tanaman wortel yang digunakan sebagai tanaman tumpang sari sebaiknya ditanam lebih awal dibandingkan tanaman utama agar terlihat pengaruh dari tanaman tumpang sari tersebut

33 15 DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah Hama Ulat Grayak Spodoptera litura Mengganas. interaktif.com/hg/nusa/sumatera/2012/04/29. Diakses tanggal 17 februari 2017 Azmi C, Krestini EH Intensitas Serangan Hama Spodoptera exigua (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) pada Beberapa Genotipe Bawang Daun (Allium fistulosum L.) di Dataran Tinggi Lembang. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. [BPS] Biro Pusat Statistik Statistik bawang daun Indonesia 2015 [internet] [diunduh 2017 Jun 17]. Tersedia pada tab_sub view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=61. Budiarti D Survei parasitoid Spodoptera exigua pada tanaman sayuran di berbagai lokasi di Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor. Cahyono B Bawang Daun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Darwati Siklus Hidup Spodoptera exigua pada Pakan Buatan Daun Bawang Merah dan Daun Bawang Prey. [Tesis]. Semarang. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Diponegoro. Direktorat Perlindungan Hortikultura Kementrian Pertanian hortikultura. deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id= 73&Itemid=195. Diakses 08 oktober 2013 Fatimah R Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian. Kanisius, Jogjakarta. Goulet H, Huber JT Hymenoptera of the world: An identification guide to families. Ottawa (CA): Centre for Land and Biological Resources Research. Hariani N, Ahmad, dan Resti R Efisiensi Makan Spodoptera exigua (Lepidoptera : Noctuidae) pada Bawang Daun, Sawi Hijau dan Seledri di Laboratorium. Jurnal Natur Indonesia 14(1): Hartono R, Nelly R dan Reflinaldon Ambang Kendali Hama Spodoptera exigua (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Bawang Daun Di Dataran Tinggi. [Artikel]. Program Studi Hama Dan Penyakit Tumbuhan Pascasarjana Universitas Andalas. Hasibuan R Pestisida dan Teknik Aplikasi: Pemahaman Insektisida. Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 102 hlm He J, Shi Z, Liu Y List of hymenopterous parasitoid of Spodoptera exigua (Hüber) from China. Journal of Zhejiang University (Agriculture & Life Science) 28: Hidayat P Pola Tanam Polikultur. /pola tanam-polikultur.html Indiati SW Mimba Pestisida Nabati Ramah Lingkungan. litbang.deptan.go.id/ Maesyaroh Peran predator serta musuh alami lain pada agroekosistem wortel di wilayah Cikajang Kabupaten Garut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Maharatih A Pengaruh cara budidaya bawang daun terhadap serangan pengorok daun Liriomyza spp. dan parasitoidnya. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

34 16 Meidalima D Perkembangan populasi ulat grayak (Spodoptera exigua) pada kedelai di laboratorium. Jurnal Ilmiah AgrIBA (2) Edisi Maret Tahun Negara A Resistensi Populasi Hama Bawang Merah Spodoptera exigua (Lepidoptera: Noctuidae) terhadap Klorfluazuron. J. Entomologi Indonesia 2 (2) : 1-7. Nurindah Peranan parasitoid dan predator dalam mengendalikan wereng kapas Amrasca biguttula (Ishida) (Heteroptera: Ciccadellidae). Perspektif. 11(1): Nusyirwan Studi Musuh Alami (Spodoptera exigua Hbn) pada Agroekosistem Tanaman Bawang Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol 13(1): Paryo Pertanian Tumpang Sari. Pelosok Pedesaan: Indonesia. Pracaya Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. Saidah Teknik Budidaya Sayuran Dataran Tinggi. Jawa Barat. Sakinah F Analisis Faktor Cuaca Untuk Prediksi Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Pada Tanaman Bawang Merah. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Tarumingkeng RC Dinamika Populasi: Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka Sinar Harapan dan Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta. 284 hlm. Wibowo S Budi Daya Bawang Merah, Bawang Daun dan Bawang Bombay. Depok : Penebar Swadaya. Jakarta.

35 LAMPIRAN 17

36 18 Lampiran 1 Tabel Analisis Ragam Terhadap Data Tingkat Serangan S. exigua pada Petak Bawang Daun yang Ditanam Monokultur (P1), Disemprot Ekstrak Daun Wortel (P2), dan Tumpang sari dengan wortel (P3) Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F- hitung P-value Pengamatan 2 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.756 (Adjusted R Squared =.701) Pengamatan 3 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.825 (Adjusted R Squared =.786) Pengamatan 4 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.442 (Adjusted R Squared =.318) Pengamatan 5 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.522 (Adjusted R Squared =.416) Pengamatan 6 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.087 (Adjusted R Squared = -.116) Pengamatan 7 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.107 (Adjusted R Squared = -.091)

37 19 Lampiran 1 (Lanjutan) Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F- hitung P-value Pengamatan 8 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.122 (Adjusted R Squared = -.073) Pengamatan 9 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.085 (Adjusted R Squared = -.119) Pengamatan 10 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.452 (Adjusted R Squared =.330) Pengamatan 11 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.004 (Adjusted R Squared = -.217) Pengamatan 12 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.052 (Adjusted R Squared = -.159)

38 20 Lampiran 2 Rata-rata jumlah larva S. exigua pada 5 daun contoh bawang daun setiap minggu pengamatan pada tiga perlakuan percobaan Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F- hitung P- value Pengamatan 3MST Perlakuan Galat Total R Squared =.157 (Adjusted R Squared =.000) Pengamatan 4 MST Perlakuan Galat Total R Squared =.397 (Adjusted R Squared =.263) Pengamatan 5 MST Perlakuan Galat Total R Squared =.18,61 (Adjusted R Squared =.530) Pengamatan 6 MST Perlakuan Galat Total R Squared =.263 (Adjusted R Squared =.990) Pengamatan 7 MST Perlakuan Galat Total R Squared =.908 (Adjusted R Squared =.887) Pengamatan 8MST Perlakuan Galat Total R Squared =.956(Adjusted R Squared =.946)

39 21 Lampiran 2 (Lanjutan) Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F- hitung P- value Pengamatan 9 MST Perlakuan Galat Total R Squared =.985 (Adjusted R Squared =.982) Pengamatan 10 MST Perlakuan Galat ,06 Total R Squared =.987 (Adjusted R Squared =.985) Pengamatan 11 MST Perlakuan Galat Total R Squared =.977 (Adjusted R Squared =.972) Pengamatan 12 MST Perlakuan Galat Total R Squared =.981 (Adjusted R Squared =.977)

40 22 Lampiran 3 Tabel Analisis Ragam Terhadap Data Jumlah Anakan Tanaman Bawang Daun Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat F- P- Bebas Tengah hitung value Pengamatan 2 mst Perlakuan Galat Total R Squared = 1.37 (Adjusted R Squared =.000) Lampiran 4 Tabel Analisis Ragam Terhadap Data Bobot Segar Tanaman Bawang Daun Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F- hitung Pengamatan 3 mst Perlakuan Galat Total R Squared = 3.62 (Adjusted R Squared = 2.57) P- value 0.107

41 23 Lampiran 5 Tabel Analisis Ragam Terhadap Tingkat Parasitisasi S. exigua Pada Petak Bawang Daun Monokultur (P1), Disemprot Dengan Ekstrak Daun Wortel (P2), dan Tumpang sari Dengan Wortel (P3) Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Bebas Tengah Pengamatan 3 mst F-hitung P- value Perlakuan Galat Total R Squared =.026 (Adjusted R Squared = -.190) Pengamatan 4 mst Perlakuan Galat ,944 Total R Squared =.054 (Adjusted R Squared = -.157) Pengamatan 5 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.207 (Adjusted R Squared =.031) Pengamatan 6 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.392 (Adjusted R Squared =.257) Pengamatan 7 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.353 (Adjusted R Squared =.209) Pengamatan 8 mst Perlakuan Galat ,083 Total R Squared =.107 (Adjusted R Squared = -.092)

42 24 Lampiran 5 (Lampiran) Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F-hitung P- value Pengamatan 9 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.175 (Adjusted R Squared = -.008) Pengamatan 10 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.182 (Adjusted R Squared =.000) Pengamatan 11 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.063 (Adjusted R Squared = -.146) Pengamatan 12 mst Perlakuan Galat Total R Squared =.135 (Adjusted R Squared = -.058)

43 25 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tebing Tinggi, Sumatra Utara pada tanggal 20 Juli 1992 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Samsudin Silitonga dan Ibu Rugun Florida Simanjuntak S.pd. Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 3 Tebing Tinggi pada tahun 2010 dan penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI Undangan pada tahun yang sama. Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan diantaranya sebagai Manager Himpunan Paduan Suara Katolik IPB (Puella Domini), Anggota Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman IPB ( ), Anggota Agriaswara IPB. Selain itu juga penulis aktif mengikuti kepanitiaan dalam beberapa acara di IPB yaitu Olimpiade Mahasiswa IPB dan IPB Art Contest (2011), National Plant Protection Event (2012), Pekan Olahraga dan Seni HIMASITA (2012). Penulis juga pernah aktif diacara Nasional yaitu Natal Nasional (2012). Ada juga acara kampus Faperta yang pernah diikuti penulis MAHAKARYA Faperta (2013), selain itu penulis juga pernah mengikuti kegiatan IPB yang bekerja sama antara IPB dengan daerah-daerah IPB Goes to Field Bali (2014).

PENGARUH CARA BUDIDAYA BAWANG DAUN TERHADAP SERANGAN PENGOROK DAUN Liriomyza spp. DAN PARASITOIDNYA ARLINA MAHARATIH

PENGARUH CARA BUDIDAYA BAWANG DAUN TERHADAP SERANGAN PENGOROK DAUN Liriomyza spp. DAN PARASITOIDNYA ARLINA MAHARATIH PENGARUH CARA BUDIDAYA BAWANG DAUN TERHADAP SERANGAN PENGOROK DAUN Liriomyza spp. DAN PARASITOIDNYA ARLINA MAHARATIH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik lokasi Penelitian dilakukan di Desa Padajaya Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Lokasi penelitian termasuk dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1300 meter di atas

Lebih terperinci

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN 1 KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN R. PANJI FERDY SURYA PUTRA A44101063 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI

TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI Oleh : Mia Nuratni Yanti Rachman A44101051 PROGRAM STUDI HAMA

Lebih terperinci

(LEPIDOPTERA; NOCTUIDE) PADA TANAMAN BAWANG MERAH

(LEPIDOPTERA; NOCTUIDE) PADA TANAMAN BAWANG MERAH KEPADATAN POPULASI Spodoptera exigua (LEPIDOPTERA; NOCTUIDE) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) DI SELAYO TANANG BUKIK SILEH KECAMATAN LEMBANG JAYA KABUPATEN SOLOK ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lahan Pertanaman Bawang Merah Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Secara

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) BAWANG MERAH

PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) BAWANG MERAH PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) BAWANG MERAH (Allium ascolonicum Linn.) DI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT YOKI DAIKHWA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK LAELA NUR RAHMAH. Inventarisasi

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG Maruca vitrata (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) SERTA HASIL PANEN PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG MOHAMAD AFIAT PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI BIOMASSA TANAMAN TERHADAP SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG KEDELAI Agromyza sojae Zehntn

PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI BIOMASSA TANAMAN TERHADAP SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG KEDELAI Agromyza sojae Zehntn 31 Buana Sains Vol 12 No 1: 31-36, 2012 PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI BIOMASSA TANAMAN TERHADAP SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG KEDELAI Agromyza sojae Zehntn I. Baidowi, J. Tethool dan H S. Pribadi PS.

Lebih terperinci

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 343 meter

Lebih terperinci

Studi Musuh Alami (Spodoptera Exigua Hbn) pada Agroekosistem Tanaman Bawang Merah. Study of Natural Enemy Spodoptera Exigua on Onion Agroecosystem

Studi Musuh Alami (Spodoptera Exigua Hbn) pada Agroekosistem Tanaman Bawang Merah. Study of Natural Enemy Spodoptera Exigua on Onion Agroecosystem Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (1): 33-37 ISSN 1410-5020 Studi Musuh Alami (Spodoptera Exigua Hbn) pada Agroekosistem Tanaman Bawang Merah Study of Natural Enemy Spodoptera Exigua on Onion

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI Oleh Swastyastu Slandri Iswara NIM. 021510401060 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK DAUN

LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK DAUN LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK DAUN Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R.

KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R. KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R. DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI Oleh: CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl SKRIPSI OLEH: DEWI MARSELA/ 070301040 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS KULIT BUAH KOPI SKRIPSI OLEH:

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS KULIT BUAH KOPI SKRIPSI OLEH: RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS KULIT BUAH KOPI SKRIPSI OLEH: AFRIADI SIMANJUNTAK 080301052 BDP-AGRONOMI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) Oleh: Ani Nihayah 1), Asep Ginanjar 2), Taufik Sopyan 3) 1) Alumni Prodi.Pend.Biologi

Lebih terperinci

PREFERENSI PETANI SAYURAN DAN JAGUNG DALAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DI WILAYAH BOGOR DAN CIANJUR DAN ANALISIS EKONOMINYA

PREFERENSI PETANI SAYURAN DAN JAGUNG DALAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DI WILAYAH BOGOR DAN CIANJUR DAN ANALISIS EKONOMINYA PREFERENSI PETANI SAYURAN DAN JAGUNG DALAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DI WILAYAH BOGOR DAN CIANJUR DAN ANALISIS EKONOMINYA ANDES HERYANSYAH PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Pendahuluan Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi Oleh : Ika Ratmawati, SP,

Lebih terperinci

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalam tiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan Indonesia yang pernah menjadi

Lebih terperinci

PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI RSA1 PADA TIGA SPESIES SERANGGA HAMA SAYURAN NUR ASYIYAH

PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI RSA1 PADA TIGA SPESIES SERANGGA HAMA SAYURAN NUR ASYIYAH PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI RSA1 PADA TIGA SPESIES SERANGGA HAMA SAYURAN NUR ASYIYAH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 ABSTRAK NUR

Lebih terperinci

M. Syarief, Aplikasi Pestisida Berdasarkan Monitoring Dan Penggunaan Kelambu Kasa Plastik Pada Budidaya Bawang Merah

M. Syarief, Aplikasi Pestisida Berdasarkan Monitoring Dan Penggunaan Kelambu Kasa Plastik Pada Budidaya Bawang Merah M. Syarief, Aplikasi Pestisida Berdasarkan Monitoring Dan Penggunaan Kelambu Kasa Plastik Pada Budidaya APLIKASI PESTISIDA BERDASARKAN MONITORING DAN PENGGUNAAN KELAMBU KASA PLASTIK PADA BUDIDAYA BAWANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) PADA TUMPANGSARI TERHADAP INTENSITAS SERANGAN HAMA SKRIPSI OLEH:

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) PADA TUMPANGSARI TERHADAP INTENSITAS SERANGAN HAMA SKRIPSI OLEH: PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) PADA TUMPANGSARI TERHADAP INTENSITAS SERANGAN HAMA SKRIPSI OLEH: FEBRIYANTI SARI DEWI 110301239 AGROEKOTEKNOLOGI / HPT PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan Pertanian (SPP) Fakultas Pertanian Universitas Riau, Laboratorium Hama Tumbuhan selama tiga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

PEMBERIAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL WORTEL (Daucus carota) DAN BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) DENGAN BUDIDAYA TUMPANG SARI

PEMBERIAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL WORTEL (Daucus carota) DAN BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) DENGAN BUDIDAYA TUMPANG SARI PEMBERIAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL WORTEL (Daucus carota) DAN BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) DENGAN BUDIDAYA TUMPANG SARI THE GOAT DUNG APPLICATION ON GROWTH AND YIELD OF INTERCROPPING

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM. i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. ii ABSTRACT.... iii ABSTRAK..... iv RINGKASAN. v HALAMAN PERSETUJUAN viii TIM PENGUJI. ix RIWAYAT HIDUP. x KATA PENGANTAR. xi DAFTAR ISI

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian 4. HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data pengamatan, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas

Lebih terperinci

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Bawang putih (allium sativum) termasuk genus afflum dan termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya tanaman monokultur dapat mendorong ekosistem pertanian rentan terhadap serangan hama karena ketersediaan makanan yang terus-menerus bagi serangga hama. Selain

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: JOGI HENDRO SIAHAAN/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

SKRIPSI. Oleh: JOGI HENDRO SIAHAAN/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP PENGARUH MEDIA TANAM TOP SOIL, DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG DAN KOMPOS JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabacum L.) SKRIPSI Oleh: JOGI HENDRO SIAHAAN/ 100301068 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN Yeni Nuraeni, Illa Anggraeni dan Wida Darwiati Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Kampus Balitbang Kehutanan, Jl.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SKRIPSI OLEH :

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SKRIPSI OLEH : PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SKRIPSI OLEH : RIAN EKO PRADANA / 110301061 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS PADA TIGA SISTEM BUDI DAYA A. MUBARRAK

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS PADA TIGA SISTEM BUDI DAYA A. MUBARRAK PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS PADA TIGA SISTEM BUDI DAYA A. MUBARRAK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK A. MUBARRAK. Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK FEBRIANI BANGUN 060307025 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST 38 Lampiran 1. Data Tinggi Tanaman (cm) 2 MST Jumlah Rataan V1 20.21 18.41 25.05 63.68 21.23 V2 22.19 22.80 19.40 64.39 21.46 V3 24.56 23.08 21.39 69.03 23.01 V4 24.95 26.75 23.08 74.78 24.93 V5 20.44

Lebih terperinci

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 April 2014 ISSN : 2338-4336 POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman 8 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Januari hingga April

Lebih terperinci

Endang Sulismini A

Endang Sulismini A Fluktuasi Asimetri Sayap Parasitoid Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) Asal Pertanaman Kubis di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Cianjur dan Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI

PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI Triyani Dumaria DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) yang lebih dikenal dengan ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) (Natawigena,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sawah organik dan non-organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida kimia dan hasil rekayasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA SKRIPSI OLEH : SARWITA LESTARI PANJAITAN 110301064/BUDIDAYA

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI Oleh: NURFITRI YULIANAH A44103045 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK NURFITRI YULIANAH. Tungau pada Tanaman

Lebih terperinci

STUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU

STUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU STUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU J. Audrey Leatemia dan Ria Y. Rumthe Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian Terpadu Universitas Muhammadiyah Malang yang terletak pada ketinggian 550

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem Peran Varietas Tahan dalam PHT Dr. Akhmad Rizali Stabilitas Agroekosistem Berbeda dengan ekosistem alami, kebanyakan sistem produksi tanaman secara ekologis tidak stabil, tidak berkelanjutan, dan bergantung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN URIN DOMBA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN URIN DOMBA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN URIN DOMBA SKRIPSI Oleh: MARIANA PUTRI 080301015 / BDP-AGRONOMI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Permasalahan OPT di Agroekosistem

Permasalahan OPT di Agroekosistem Permasalahan OPT di Agroekosistem Dr. Akhmad Rizali Materi: http://rizali.staff.ub.ac.id Konsekuensi Penyederhaan Lingkungan Proses penyederhanaan lingkungan menjadi monokultur pertanian memberi dampak

Lebih terperinci

MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA.

MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA. MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA. OLEH: I PUTU DHARMA PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR. 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman,

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman, jumlah

Lebih terperinci

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. B) DI PERSEMAIAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Kendala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Helicoverpa armigera (Hubner) merupakan hama yang umum menyerang tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa armigera (Hubner) merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI OLEH : NORI ANDRIAN / 110301190 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING Oleh:Heri Suyitno THL-TBPP BP3K Wonotirto 1. Pendahuluan Bawang Merah (Allium Ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah termasuk dalam faimili Liliaceae yang termasuk tanaman herba, tanaman semusim yang tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spodoptera exigua (Lepidoptera: Noctuidae) dikenal dengan nama ulat bawang di Indonesia. Kerusakan pada tanaman bawang yaitu daun yang berlubang dan layu. Larva S. exigua

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA GROWTH AND YIELD OF SPRING ONION (Allium fistulosum L.) LINDA VARIETY DUE TO CHICKEN

Lebih terperinci

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 3, No. 1, Januari 2014

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 3, No. 1, Januari 2014 Keragaman dan Kepadatan Populasi Parasitoid yang Berasosiasi dengan Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) pada Tanaman Kubis Tanpa Aplikasi dan Aplikasi Insektisida NI PUTU ESA YANTI SUPARTHA

Lebih terperinci

PERBAIKAN TEKNOLOGI PRODUKSI TSS (TRUE SHALLOT SEED) UNTUK MENINGKATKAN PEMBUNGAAN DAN PEMBIJIAN BAWANG MERAH

PERBAIKAN TEKNOLOGI PRODUKSI TSS (TRUE SHALLOT SEED) UNTUK MENINGKATKAN PEMBUNGAAN DAN PEMBIJIAN BAWANG MERAH PERBAIKAN TEKNOLOGI PRODUKSI TSS (TRUE SHALLOT SEED) UNTUK MENINGKATKAN PEMBUNGAAN DAN PEMBIJIAN BAWANG MERAH NANI SUMARNI SUWANDI NENI GUNAENI SARTONO PUTRASAMEJA PENDAHULUAN. Selain dengan umbi bibit,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman pangan terpenting kedua setelah padi. Tanaman ini berasal dari Amerika. Sekitar abad ke-16,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT PENDAHULUAN Eli Korlina Salah satu masalah dalam usahatani bawang putih adalah gangguan hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit dalam usahatani mendorong petani untuk menggu-nakan pestisida pada

Lebih terperinci

PERAN AGENS ANTAGONIS DAN TEKNIK BUDIDAYA DALAM PENGENDALIAN TERPADU PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA PISANG LANDES BRONSON SIBARANI

PERAN AGENS ANTAGONIS DAN TEKNIK BUDIDAYA DALAM PENGENDALIAN TERPADU PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA PISANG LANDES BRONSON SIBARANI PERAN AGENS ANTAGONIS DAN TEKNIK BUDIDAYA DALAM PENGENDALIAN TERPADU PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA PISANG LANDES BRONSON SIBARANI PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI 19 RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PEMBERIAN MULSA DAN BERBAGAI METODE OLAH TANAH SKRIPSI Oleh: KHAIRUNNISA 100301046 / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Berlangsung mulai bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan

Lebih terperinci