Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor"

Transkripsi

1 DILEMA PEMBERANTASAN MINUMAN KERAS TERHADAP PELESTARIAN BUDAYA MASYARAKAT BATAK TOBA (STUDI KASUS DI DESA RIA-RIA KECAMATAN POLLUNG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN) Oleh : Nelly Lumban Gaol Suady Husin ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dilema Pemberantasan Minuman Keras Terhadap Pelestarian Budaya masyarakat Batak Toba Di Desa Ria-Ria Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Ria-Ria yang berjumlah 142 KK dan Sampel dalam penelitian ini adalah 71 KK. Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan adalah Angket dan wawancara. Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini adalah makna tuak dalam pesta etnis masyarakat Batak Toba dianggap sebagai minuman kehormatan. Dimana tuak yang dipakai pada upacara adat adalah tuak tangkasan yang tidak bercampur dengan raru. Tuak aslinya manis karena manisnya disebut dengan tuak na tonggi dalam bahasa Batak Toba. Tuak tangkasan adalah tuak asli yang diambil dari langsung dari pohon enau pada pagi hari tanpa bercampur dengan ramuan lain. Keduanya tuak tangkasan dan tuak natonggi disajikan dalam suatu prosesi adat. Ikatan solidaritas masyarakat Batak Toba yang kuat disebabkan oleh adanya proses interaksi diantara sesama anggota masyarakat dan adanya tuak sebagai media atau sarana penghubung yang terjadi di lapo tuak. Pada pesta adat keakraban yang terjalin di antara dalihan na tolu semakin erat. Rasa keakraban di sini hampir sama dengan penghormatan terhadap pihak hula-hula, dongan tubu, dan boru. Karena telah kita ketahui bahwa mengkonsumsi tuak sudah merupakan budaya yang sangat melekat pada diri masyarakat Batak Toba. Tuak lumrah dikonsumsi semua kalangan pada saat pesta adat sehingga menciptakan hubungan yang akrab, minum tuak juga dapat diartikan sebuah isyarat untuk memudahkan komunikasi secara terbuka di antara sesama anggota masyarakat. Tuak adalah minuman penting pada masyarakat batak Toba, yang diminum waktu santai, pesta, kelahiran anak, kematian, musyawarah dan juga sebagai obat. Dalam upacara adat, orang yang minum tuak akan lebih lancar dalam berbicara dan orang tersebut akan dapat mengungkapkan apapun yang ada dalam perasaannya. Tuak mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat Batak Toba karena tuak dapat digunakan sebagai sarana keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasih dan juga sebagai minuman persahabatan. Masyarakat tidak setuju dengan adanya pemberantasan tuak. Kata Kunci: Dilema, Minuman Keras, Pelestarian Budaya Nelly Lumban Gaol adalah Mahasiswa jurusan PP-Kn FIS Universitas Negeri Medan Suady Husin, SH M.Si adalah Dosen jurusan PP-Kn FIS Universitas Negeri Medan Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

2 A. Pendahuluan Akhir - akhir ini masalah narkoba, minuman keras, perjudian hampir tidak pernah absen dari halaman surat kabar. Menurut berita-berita di surat kabar, sasaran narkoba, minuman keras dan perjudian ini bukan saja anak-anak muda tapi juga orang dewasa dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk pula pegawai negri dan polisi. Masalah ini bukan saja beredar di kota-kota, tapi juga di desa-desa. Masalah ini akan menghancurkan generasi yang akan datang dengan cara membodohkan mereka. Pada pokoknya, minuman adalah setiap cairan yang dapat diminum kecuali obat-obatan. Secara garis besarnya, minuman dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu: minuman tak beralkohol dan minuman beralkohol. Minuman beralkohol adalah minuman yang digunakan sebagai sarana untuk menghangatkan tubuh, tapi selain itu dapat juga di pakai sebagai minuman kebersamaan dan banyak fungsi lainnya. Minum- minuman beralkohol bagi beberapa bangsa sudah menjadi kebiasaan dan kebudayaan, contohnya Jepang dengan sakenya dan Indonesia pada suku Batak dengan tuaknya. Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (Siti, 2001:116), sehubungan dengan itu, E.B.Taylor (dalam Ahmadi 1997:57) mengatakan bahwa kebudayaan merupakan jalinan secara keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, keseniaan, moral, keagamaan, hukum, adat-istiadat serta kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. ( 12 Maret 2011). Budaya suatu bangsa sangat menentukan dalam hal pembentukan karakter dan perilaku hidup suatu bangsa yang bersangkutan. Suatu bangsa yang memiliki budaya yang bernilai tinggi tentu saja memiliki budaya yang tinggi dan tentu juga memiliki tingkat kemajuan dalam kehidupannya sehari hari, tentunya dengan cara dan kemampuan berpikir yang pasti lebih baik, lebih maju dan beradab. Minuman keras atau minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu. Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan efek samping ganggguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

3 dan berprilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya lama-kelamaan tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk. Mereka yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan perilaku, seperti misalnya ingin berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu menilai realitas, terganggu fungsi sosialnya, dan terganggu pekerjaannya. Perubahan fisiologis juga terjadi, seperti cara berjalan yang tidak mantap, muka merah, atau mata juling. Perubahan psikologis yang dialami oleh konsumen misalnya mudah tersinggung, bicara ngawur, atau kehilangan konsentrasi. Mereka yang sudah ketagihan biasanya mengalami suatu gejala yang disebut sindrom putus alkohol, yaitu rasa takut diberhentikan minum alkohol. Mereka akan sering gemetar dan jantung berdebar-debar, cemas, gelisah, murung, dan banyak berhalusinasi. Minuman keras adalah salah satu penyebab utama dari segala macam perbuatan yang melampaui batas-batas kemanusiaan, oleh karena itu minuman keras dapat menyebabkan seseorang untuk melakukan perbuatan sebagaimana tersebut diatas. Minuman keras memang ada manfaatnya, namun bahaya yang ditimbulkan jauh lebih besar dari pada manfaat yang diperoleh, hal ini terlihat dengan timbulnya keresahan masyarakat hampir diseluruh Indonesia karena ulah para peminum minuman keras. Demi terciptanya keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat serta untuk membentengi generasi muda dari kehancuran akhlak, maka dipandang perlu adanya larangan memproduksi, oplos, memperjual-belikan, mengedarkan dan mengkonsumsi minuman keras. Perlu adanya upaya untuk memberantas minuman keras tersebut. Memang tak bisa dipungkiri bahwa salah satu akibat dari seseorang mengkonsumsi minuman keras adalah kemiskinan. Keadaan ekonomi yang tidak memadai dan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari yang menghimpit seseorang seperti pada saat sekarang ini menyebabkan seseorang menghadapi masalah yang mungkin dapat menimbulkan stres, sehingga pelariannya adalah minuman keras, karena dengan minuman keras seseorang bisa meluapkan emosinya dengan cara mabukmabukan. Sehingga lama-kelamaan seseorang akan bergantung pada minuman keras, kemudian dia tidak akan lagi mampu melakukan pekerjaannya sehari - hari. Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

4 Salah satu faktor terjadinya tindakan kriminalitas yang terjadi hampir setiap saat adalah karena minuman keras. Sehingga oleh pemerintah mengambil suatu kebijakan untuk memberantas minuman keras ini demi terciptanya keamanan, ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat. Tetapi di sisi lain budaya minum ini merupakan kebudayaan khas masyarakat batak Toba, dalam hal ini terdapat suatu dilema atau masalah yang sangat sulit untuk dipecahkan. Karena kebudayaan pada hakikatnya harus dilestarikan. Tetapi banyaknya tindakan kriminalitas yang terjadi mebuat pemerintah harus memberantas minuman keras tersebut. Sebenarnya dari awal Undang-undang minuman keras telah dibuat oleh pemerintah, misalnya saja Undang-Undang No.29 tahun 1947 oleh presiden Soekarno. Miras dengan berbagai merk seperti : brendi, mension, wiski, bir, anggur, arak, baram, tuak, topi miring, bahkan cap tikus dan lain-lain juga beredar kemana-mana hingga ke desa-desa untuk mencari sasarannya. Masalah miras ini sangat sulit untuk diberantas karena banyak invisible hands yang menjalin mata rantai pemasaran dan pengamanannya. Akibat yang ditimbulkan oleh miras ini adalah ketergantungan terhadap minuman keras, perkelahian dan pembunuhan, penganiayaan, pembodohan, malas dan tidak kreatif, apatis, asosial. Hingga saat ini memang sering kita baca di Koran dan lihat di televisi pemusnahan terhadap sejumlah minuman keras hasil sitaan pihak berwajib, namun tampaknya tidak menyurutkan peredaran minuman keras, malah semakin merajalela di mana-mana. Hal ini disebabkan karena yang dilakukan oleh aparat hanyalah menyita sebagian saja dari beberapa stook tertentu yang tidak memiliki izin dan penyelundupan miras, tapi tidak memangkas mata rantainya dan menegakkan aturan yang berhibungan dengan miras. Sebenarnya peraturan hukum tentang miras ini sudah cukup memadai dalam KUHP, misalnya pasal 536,538,539 semuanya telah mengatur tentang miras, hanya saja seharusnya perlu direvisi dan dipertegas lagi agar benar-benar mengenai sasarannya. Berdasarkan informasi dari salah seorang ahli hukum, keraguan menindak orang yang berhubungan dengan miras ini, salah satunya adalah karena pasal-pasal yang mengatur tentang miras itu masih rancu dan kurang jelas dan banyak tidak mengenai sasarannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa narkoba, miras, judi adalah perbuatan melanggar hukum dan membawa dampak negatif yang sangat besar dibanding positifnya. Apalagi bila dilihat dari sisi agama, lebih banyak kerugian daripada Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

5 manfaatnya, dan semua agama dengan tegas melarang umatnya untuk mengkomsumsi narkoba dan miras, serta bermain judi. Oleh sebab itu harus dicari upaya penanggulangannya agar berbagai dampak negatif dari narkoba, miras dan judi dapat dikurangi atau kalau memungkinkan dapat dimusnahkan sama sekali. Tetapi masyrakat Batak Toba mempunyai budaya minum minuman keras tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Dilema Pemberantasan Minuman Keras Terhadap Pelestarian Budaya Masyarakat Batak Toba (Studi Kasus di Desa Ria-ria Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan). B. Metode Penelitian Lokasi penelitian di Desa Ria-ria Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatra Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Desa Ria-ria Kecamatan Pollung yang bersuku Batak Toba yang terdiri dari 142 Kepala Keluarga. Pengambilan sampel yakni jumlah sampelnya 50 %, dalam penelitian ini populasi 142 orang maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu 50 % dari 142 KK yaitu sebanyak 71 Kepala Keluarga. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yakni dilema Pemberantasan Minuman Keras terhadap Pelestarian Budaya Masyarakat Batak Toba. Defenisi operasional variabel adalah dilema pemberantasan minuman keras terhadap pelestarian budaya masyarakat Batak Toba adalah masalah atau dilema yang dihadapi oleh pemerintah di dalam pemberantasan minuman keras oleh karena budaya minum itu merupakan kebiasaan atau kebudayaan masyarakat Batak Toba yang dugunakan dalam upacara-upacara adat, dari dulu sampai saat ini. Karena pada hakikatnya budaya itu harus dilestarikan, karena merupakan ciri khas tersendiri dari orang Batak Toba. C. Teknik Pengumpulan Data Data merupakan unsur yang terpenting dari suatu penelitian.sebagai alat pengumpul data, penulis menggunakan langkah langkah : a. Observasi langsung ke lapangan Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan dan peninjauan langsung oleh peneliti ke lokasi penelitian untuk melihat secara langsung situasi dan keadaan yang sebenarnya dengan masalah yang akan diteliti, pengamatan dari penulis Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

6 tentang dilema pemberantasan minuman keras terhadap pelestarian budaya masyarakat batak toba di desa ria-ria kecamatan pollung kabupaten humbang hasundutan. b. Angket Yaitu daftar pertanyaan tertulis yang dipergunakan penulis untuk memperoleh informasi dari responden. Angket ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. c. Wawancara Yaitu teknik pengumpulan data secara lisan dengan bertanya langsung kepada responden, tokoh masyarakat, dan aparat pemerintah dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi dan guna mendukung data yang diperoleh melalui observasi dan angket. d. Studi Dokumentasi Yaitu teknik pengumpulan data dan keterangan dari bahan dan tulisan seperti buku-buku bacaan yang ada hubungannya dengan pembahasan yang dilakukan. Teknik analisis data yang digunakan teknik analisis, melakukan perhitungan persentase dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek yang diteliti. Dengan menganalisis data yang diperoleh penulis menggunakan data deskriptif kuantitatif dengan menggunakan tabel frekuensi dengan rumus : Keterangan: P = Persentasi pertanyaan yang dijawab f = Frekuensi jawaban N = Jumlah Responden % = Persentse Jawaban Analisis data dalam penelitian ini, penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut: a. Analisis data tentang tuak sebagai bagian dari adat Batak b. Analisis data tentang mamfaat dari minuman tuak c. Analisis data tentang dilema tuak sebagai minuman keras Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

7 Tujuan analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipersentase. Untuk lebih jelasnya pengolahan data dari setiap pertanyaan mempunyai masing - masing satu tabel yakni sebagai berikut : 1. Tuak merupakan Budaya Masyarakat Batak Toba Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 71 KK, 51 orang (71,83%) memberikan jawaban sangat setuju, 20 orang memberikan jawaban setuju. Sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju adalah 0%. Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa tuak merupakan salah satu bagian dari budaya masyarakat Batak Toba yang sudah ada dari dulu dan masih dilestarikan sampai sekarang, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai upacara perayaan adat. Tuak tersebut sudah menjadi minuman sehari-hari bagi masyarakat Batak Toba khususnya bagi para kaum laki-laki. Tuak merupakan sarana perwujudan silaturahmi di antara bagian-bagian Dalihan Na Tolu (DNT) yaitu pihak hula-hula adalah keluarga dari pihak istri yang menempati posisi yang paling dihormati, sehingga dipesankan agar hormat kepada hula-hula (somba marhula-hula), kemudian unsur Dongan Tubu yang sering disebut dengan Dongan Sabutuha yaitu saudara laki-laki satu marga, kemudian unsur yang ketiga yaitu pihak Boru adalah keluarga yang mengambil istri dari suatu marga. 2. Tuak Bukan Bagian Dari Minuman Keras Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 2 di atas menunjukkan bahwa dari 71 KK, 43 orang (60,56%) memberikan jawaban sangat setuju, 28 orang (39,44%) menyatakan setuju, sementara yang memberikan jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju adalah sebanyak 0%. Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut para responden, tuak bukanlah merupakan minuman keras seperti yang dikatakan dan dilarang oleh pemerintah sehingga perlu diberantas, karena menurut mereka tuak mempunyai dampak yang positif terhadap kesehatan. Tuak juga sebagai media atau sarana pergaulan bagi masyarakat, khususnya para pengkonsumsi tuak, karena mereka akan berinteraksi dan bersosialisasi dan berkumpul di lapo tuak. Dengan adanya aktifitas minum tuak di lapo tuak terseburt, masyarakat akan merasa dekat dan menjadi bagian dari kelompok tersebut. Menurut para responden tuak dapat berdampak positif bagi kesehatan, apabila Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

8 dikonsumsi secukupnya sesuai dengan kebutuhan, dan akan berdampak negatif apabila dikonsumsi secara berlebihan. 3. Mabuk-mabukan merupakan salah satu budaya masyarakat Batak Toba yang sangat melekat bagi kehidupan masyarakat Berdasarkan frekuensi jawaban tabel III di atas menunjukkan bahwa dari 71 KK, 2 orang (2,82%) memberikan jawaban sangat setuju, 11 orang (15,49%) memberikan jawaban setuju,26 orang (36,62%) memberikan jawaban tidak setuju, dan 32orang (45,07%) memberikan jawaban sangat tidak setuju. Secara umum responden memiliki persepsi bahwa mabuk-mabukan bukan merupakan salah satu budaya yang melekat dalam kehidupan masyarakat Batak Toba. Hal ini memang sering terjadi tetapi bisa dikatakan bukan merupakan suatu budaya. Hal ini bisa saja terjadi oleh karena para pengkonsumsi tuak minum tidak sesuai dengan kebutuhan, dan mungkin saja mereka lagi mengalami suatu masalah dalam keluarga maupun dalam kehidupan sehari-hari, seperti masalah keuangan dan masalah anak-anak mereka. Bagi para kaum muda mungkin saja terjadi karena gagal mendapatkan seorang perempuan, mungkin saja ditolak oleh perempuan tersebut, dan bisa saja karena gagal menikah. 4. Mabuk-mabukan dapat menimbulkan perkelahian antar sesama masyarakat yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap hukum. Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari 71 KK, 20 orang(28,17%) menjawab sangat setuju, 15 orqng (21,13%) menjawab setuju, dan 18 orang (25,36%) menjawab tidak setuju, dan 17(23,94%) orang menjawab sangat tidak setuju. Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa setiap responden memiliki jawaban yang berbeda-beda dan persepsi yang berbeda pula tentang kebiasaan masyarakat Batak Toba yang sering kali mabuk-mabukan hingga menimbulkan keonaran dan berbagai permasalahan yang mengakibatkan adanya pelanggaran terhadap hukum. Setengah dari jumlah responden menyatakan setuju bahwa mabuk-mabukan menimbulkan pelanggaran terhadap hukum dan setengah dari responden menyatakan tidak setuju. 5. Lapo tuak mempunyai fungsi sosial sebagai tempat bagi masyarakat untuk berkumpul dan mengkonsumsi tuak. Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

9 Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 5 menunjukkan bahwa dari 71 KK, 48 orang (67,61%) menyatakan sangat setuju, 23 (32,39%)orang menyatakan setuju, sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju adalah 0%. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba, lapo tuak merupakan tempat untuk berkumpul dan berinteraksi antara orang yang satu dengan yang lain. Di lapo tuak jugalah para laki-laki sering membicarakan masalah-masalah yang terjadi di dalam desa tersebut dan memecahkan masalah secara bersama-sama. Lapo tuak dianggap sebagai tempat hiburan bagi masyarakat Batak Toba, karena sebagaimana umumnya masyarakat Batak Toba suka bermain catur, kartu, membaca surat kabar sambil meneguk tuak ataupun kopi, dan ada juga yang bermain gitar sambil menyanyikan lagu-lagu daerah. Kebiasaan ini sudah mendarah daging bagi masyarakat, sehingga lapo tuak merupakan tempat pertemuan dan menjadi arena pergaulan sosial. 6. Kebiasaan mengkonsumsi tuak tidak berhubungan dengan status sosial ekonomi masyarakat. Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 6 menunjukkan bahwa dari 71 KK, 62 orang (87,32%) memberi jawaban sangat setuju, 9 orang (12,68%) memberi jawaban setuju, sementara yang memberi jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju adalah 0%. Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap orang bebas untuk mengkonsumsi tuak tanpa dipengaruhi oleh status sosial ekonomi dari masyarakat. Tidak ada larangan untuk minum tuak bagi siapa pun yang ingin mengkonsumsinya, termasuk anak-anak dan para kaum wanita. Bagi masyarakat Batak Toba tidak pernah dipermasalahkan adanya perbedaan status sosial maupun ekonomi masyarakat atau dengan kata lain tidak ada perbedaan kasta, antara yang satu dengan yang lain hidup saling berdampingan dengan rukun karena rasa persaudaraan yang sangat tinggi yang diikat oleh Dalihan Na Tolu. 7. Mengkonsumsi tuak bagi wanita yang baru melahirkan adalah baik untuk kesehatan. Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 7 di atas menunjukkan bahwa dari 71 KK, 7 orang (9,86%) menyatakan sangat setuju, 29 orang (40,84%) menyatakan setuju, 24 orang (33,81%) menyatakan tidak setuju, dan 11 orang (15,49%) menyatakan sangat tidak setuju. Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

10 Hampir setengah dari jumlah responden menyatakan setuju dengan wanita yang baru melahirkan sangat baik untuk mengkonsumsi tuak, dan setengahnya lagi menyatakan tidak setuju dengan hal tersebut. Berdasarkan apa yang penulis lihat, kebanyakan dari orang yang masih muda dan sudah berumahtangga sudah tidak memberikan kepada istrinya untuk minum tuak, mereka menganggap itu kurang baik, lain halnya dengan anggota rumah tangga yang sudah tua, mereka melakukan kebiasaan tersebut ketika istri mereka melahirkan. Perbedaan persepsi ini terjadi mungkin karena perkembangan zaman yang semakin lama semakin pesat, juga modernisasi yang merubah pola tingkah laku dan pola pikir dari masyarakat Batak Toba. Tuak juga menjadi semacam ramuan untuk kaum perempuan saat melahirkan, dimana menurut tradisi masyarakat Batak Toba, wanita yang baru melahirkan anak minum tuak agar memperlancar air susunya dan berkeringt banyak guna mengeluarkan kotoran-kotoran dari dalam tubuhnya serta dianggap sebagai penambah darah dan menghangtakan si ibu. Tuak sebagai pengganti air minum selama paling sedikit satu minggu setelah melahirkan. 8. Tuak tidak hanya sebagai minuman khas tetapi dipergunakan juga untuk menyiram tanaman di atas tambak atau kuburan. Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 8 menyatakan bahwa dari 71 KK, 4 orang (5,64%) memberikan jawaban sangat setuju, 10 orang (14,08%) memberikan jawaban setuju, 42 orang (59,15%) menyatakan tidak setuju, dan 15 orang menyatakan sangat tidak setuju. Secara umum masyarakat menganggap bahwa menyiram tanaman di atas kuburan orang yang sudah meninggal adalah kebiasaan orang pada zaman dahulu, ketika mereka belum mengenal agama. 9. Dalam acara adat tuak dan air adalah sajian bagi orang tua. Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 9 menunjukkan bahwa dari 71 KK, 9 orang (12,68%) memberikan jawaban sangat setuju, 45 orang (63,38%) memberikan jawaban setuju, 10 orang (14,08%) memberikan jawaban tidak setuju, dan 7 orang (9,85%) memberikan jawaban sangat tidak setuju. Dalam upacara dan perayaan-perayaan adat, makna tuak dalam pesta etnis masyarakat Batak Toba dianggap sebagai minuman kehormatan. Dimana tuak yang dipakai dalam upacara adat adalah tuak tangkasan yang tidak bercampur dengan raru. Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

11 Tuak aslinya manis karena manisnya disebut dengan tuak na tonggi dalam bahasa Batak Toba. Tuak tangkasan adalah tuak asli yang diambil dari langsung dari pohon enau pada pagi hari tanpa bercampur dengan ramuan lain. Keduanya tuak tangkasan dan tuak natonggi disajikan dalam suatu prosesi adat. Bagi yang ingin meminumnya, harus terlebih dahulu memberikan atau menuangkan minuman kepada orang yang lebih tua. Dan apabila langsung meminum dan menuangkannya untuk diri sendiri akan dianggap titak ber adat. 10. Bagi generasi muda, tuak bukan bagian dari adat saja melainkan sebagai minuman sehari-hari. Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 10 menunjukkan bahwa dari 71 orang, 11 orang (15,49%) memberikan jawaban sangat setuju, 45 orang (63,38%) memberikan jawaban setuju, 10 orang (14,08%) memberikan jawaban tidak setuju, dan 5 orang (7,04%) memberikan jawaban sangat tidak setuju. Tuak adalah minuman penting pada masyarakat batak Toba, yang diminum waktu santai, pesta, kelahiran anak, kematian, musyawarah dan juga sebagai obat. Dalam upacara adat, orang yang minum tuak akan lebih lancar dalam berbicara dan orang tersebut akan dapat mengungkapkan apapun yang ada dalam perasaannya. Tuak mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat Batak Toba karena tuak dapat digunakan sebagai sarana keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasih dan juga sebagai minuman persahabatan. 11. Tuak yang digunakan dalam upacara adat adalah tuak manis yang tidak bercampur dengan raru. Berdasarkan frekuensi jawaban tabel XI di atas menunjukkan bahwa dari 71 KK, 14 orang (19,71%) menjawab sangat setuju, 48 orang (67,60%) menjawab setuju, 4 orang (5,63%) menjawab tidak setuju, 5 orang (7,04%) menjawab sangat tidak setuju. Makna tuak dalam pesta etnis masyarakat Batak Toba dianggap sebagai minuman kehormatan. Dimana tuak yang dipakai dalam pada upacara adat adalah tuak tangkasan yang tidak bercampur dengan raru. Tuak aslinya manis karena manisnya disebut dengan tuak na tonggi dalam bahasa Batak Toba. Tuak tangkasan adalah tuak asli yang diambil dari langsung dari pohon enau pada pagi hari tanpa bercampur Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

12 dengan ramuan lain. Keduanya tuak tangkasan dan tuak na tonggi disajikan dalam suatu prosesi adat. 12. Pemerintah berupaya untuk memberantas tuak yang sangat bertentangan dengan budaya masyarakat Batak Toba Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa dari 71 KK, 30 orang(42,25%) memberikan jawaban sangat setuju, 36 orang (50,70%) memberikan jawaban setuju, 5 orang (7,04%) memberikan jawaban tidak setuju, dan yang memberikan jawaban sangat tidak setuju adalah 0%. Tuak mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat Batak Toba karena tuak dapat digunakan sebagai sarana keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasik dan juga sebagai minuman persahabatan. Sehingga apabila tuak tersebut diberantas akan menimbulkan konflik antara masyarakat Batak Toba dengan aparat penegak hukum, karena tuak adalah bagian dari budaya masyarakat Batak Toba. 13. Tuak sebagai bagian dari budaya masyarakat Batak Toba merupakan permasalahan bagi aparat penegak hukum dalam pemberantasan minuman keras. Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 12 menunjukkan bahwa dari 71 orang, 22 orang (30,99%) memberikan jawaban sangat setuju, 39 orang (54,92%) memberikan jawaban setuju, 8 orang (11,27%) memberikan jawaban tidak setuju, dan 2 orang (2,82%) memberikan jawaban sangat tidak setuju. Kebudayaan pada hakikatnya harus dilestarikan, dijaga, dipertahankan dan diturunkan kepada anak cucu dari suatu suku tertentu. Dalam hal ini, aparat mengalami kesulitan dalam pemberantasan minuman tuak tersebut, oleh karena tuak merupakan salah satu bagian dari budaya masyarakat Batak Toba, dan merupakan minuman penting dalam berbagai upacara-upacara adat, dan merupakan minuman sehari-hari khususnya bagi kaum laki-laki. Tuak dalam masyarakat Batak Toba dianggap sebagai minuman kehormatan bagi orang yang sudah tua. 14. Bagi aparat penegak hukum pemberantasan tuak adalah tantangan yang sulit untuk dilakukan. Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 14 menunjukkan bahwa dari 71 KK, 60 orang (84,50%) memberikan jawaban sangat setuju, 9 orang (12,67%) memberikan Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

13 jawaban setuju, 2 orang (2,87%) memberikan jawaban tidak setuju, dan yang memberikan jawaban sangat tidak setuju adalah 0%. Seperti yang telah diuraikan di atas, tuak merupakan salah satu bagian dari budaya masyarakat Batak Toba, dan merupakan minuman penting yang diminum waktu bersantai, pesta adat, musyawarah dan berbagai perkumpulan yang dilakukan oleh masyarakat. Jadi dari hal ini, para aparat penegak hukum pasti akan mengalami kesulitan dalam memberantas minuman tuak tersebut. Dari berbagai jawaban yang telah diberikan oleh responden, dapat dikatakan bahwa masyarakat tidak setuju apabila minuman tuak tersebut diberantas, karena merupakan suatu budaya yang sangat melekat dan merupakan ciri khas tersendiri dari masyarakat Batak Toba yang sudah diwariskan secara turun-temurun sebagai warisan dari nenek moyang. 15. Sampai saat ini pemberantasan tuak sangat sulit untuk dilakukan. Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 15 menunjukkan bahwa dari 71 orang, 55 orang (77,46%) memberikan jawaban sangat setuju, 16 orang (22,545) memberikan jawaban setuju, dan yang memberikan jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju adalah 0 %. Sampai saat ini, pemberantasan tuak sangat sulit untuk dilakukan oleh aparat karena masyarakat tidak setuju jika tuak diberantas karena para aparat jelas sudah mengetahui tentang tuak sebagai bagian dari budaya masyarakat Batak Toba, khususnya para aparat yang bertempat tinggal di daerah permukiman Batak, tanpa terkecuali mereka juga mengkonsumsi tuak tersebut. 16. Aparat penegak hukum juga mengkonsumsi tuak. Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 16 menunjukkan bahwa dari 71 KK, 30 orang (42,25%) memberikan jawaban sangat setuju, 35 orang (49,29%) memberikan jawaban setuju, 4 orang (5,63%) memberikan jawaban tidak setuju, dan 2 orang (2,82%) memberikan jawaban sangat tidak setuju. Dari pengamatan penulis di daerah tempat tinggal, para aparat penegak hukum juga mengkonsumsi tuak di saat mereka sedang melaksanakan tugas. Mereka terkadang singgah di lapo tuak untuk minum. Hal ini sudah menjadi hal yang biasa dan tidak menjadi rahasia lagi bagi mereka. Masyarakat juga sudah dengan jelas mengetahui hal tersebut. 17. Tuak mempunyai dampak positif dan negatif bagi kesehatan. Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

14 Berdasarkan frekuensi jawaban tabel XVII di atas menunjukkan bahwa dari 71 KK, 29 orang (40,84%) memberikan jawaban sangat setuju, 38 orang (53,52%) memberikan jawaban setuju, 2 orang (2,82%) memberikan jawaban tidak setuju, dan 2 orang (2,82%) memberikan jawaban sangat tidak setuju. Ada anggapan bahwa seseorang yang menderita penyakit gula atau diabetes dianjurkan untuk minum tuak, karena kadar gula darah dapat terlarut oleh mineral yang terdapat pada tuak dan dikeluarkan melalui respirasi kencing. Tuak juga sangat baik untuk mencegah penyakit ginjal dan kencing batu. Kandungan mineral yang cukup komplit dari tuak sangat berguna sekali bagi tubuh apabila dikonsumsi secukupnya sesuai dengan kebutuhan. 18. Tuak dapat meningkatkan keakraban/solidaritas diantara anggota masyarakat. Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 18 menunjukkan bahwa dari 71 KK, 50 orang (70,42%) memberikan jawaban sangat setuju, 21 orang (29,58%) memberikan jawaban setuju, dan yang memberikan jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju adalah 0%. Orang yang meminum tuak jarang sekali sendirian, para peminum tuak selalu berkumpul di lapo tuak, dan mengidentifikasi dan mendiskusikan berbagai bentuk permasalahan sosial. Sejalan berkumpul sehingga membentuk arena diskusi. Dimana saat berkumpul tersebut mereka selalu membahas masalah kehidupan sosial, politik maupun ekonomi yang terjadi di negara ini. Sambil meminum tuak dan berkumpul bersama mereka secara bebas mengidentifikasi dan mendiskusikan berbagai bentuk permasalahan sosial. Sejalan dengan meningkatnya intensitas diskusi dan berjalannya waktu, proses-proses yang terjadi di dalam pembicaraan nantinya akan diselingi dengan tawa canda bersama dengan humor-humor dari para peminum tuak. Ikatan solidaritas masyarakat batak toba yang kuat disebabkan karena adanya proses interaksi dan tuak sebagai media atau sarana penghubungnya, dengan tidak menyampingkan interaksi mereka di lingkungan maupun pada aktivitas kehidupan lainnya. 19. Anak-anak juga minum tuak tanpa dilarang oleh orang tua. Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 19 menunjukkan bahwa dari 71 KK, 4 orang (5,63%) memberikan jawaban sangat setuju, 27 orang (38,02%) memberikan Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

15 jawaban setuju, 30 orang (42,25%) memberikan jawaban tidak setuju, dan 10 orang (14,08%) memberikan jawaban sangat tidak setuju. Dari tabel, dapat disimpulkan bahwa tidak ada larangan bagi siapa pun untuk mengkonsumsi tuak, baik anak-anak, remaja, orang tua maupun wanita sekalipun. Karena tuak baik untuk kesehatan apabila dikonsumsi secukupnya sesuai dengan kebutuhan. Mengkonsumsi tuak bagi masyarakat Batak Toba adalah hal yang lumrah. Tidak ada larangan untuk mengkonsumsinya. 20. Tuak harus diberantas agar masyarakat tidak terbiasa untuk mengkonsumsi tuak, karena hal itumerupakan kebiasaan buruk. Berdasarkan frekuensi jawaban tabel 20 menunjukkan bahwa dari 71 KK, 2 orang (2,82%) memberikan jawaban sangat setuju, 7 orang (9,86%) memberikan jawaban setuju, 25 orang (35,21%) memberikan jawaban tidak setuju, dan 37 (52,11%) memberikan jawaban sangat tidak setuju. Dari tabel di atas, setengah dari responden sangat tidak apabila diberantas, dan menyatakan mengkonsumsi tuak adalah kebiasaan buruk. Hal ini sangat bertentangan dengan kebudayaan masyarakat Batak Toba, karena tuak adalah minuman yang sangat penting dan sebagai sarana pergaulan yang dapat meningkatkan solidaritas diantara sesama anggota masyarakat. Tuak juga baik di konsumsi untuk kesehatan apabila dikonsumsi secukupnya dan sesuai dengan kebutuhan. D. Pembahasan Terjadi dilema dalam pemberantasan minuman keras yang dalam hal ini adalah minuman tuak, karena tuak tersebut adalah bagian dari budaya masyarakat Batak Toba yang sudah ada sejak dahulu sampai dengan sekarang. Ikatan solidaritas masyarakat batak toba yang kuat disebabkan karena adanya proses interaksi dan tuak sebagai media atau sarana penghubungnya, dengan tidak menyampingkan interaksi mereka di lingkungan maupun pada aktivitas kehidupan lainnya. Makna tuak dalam pesta etnis masyarakat Batak Toba dianggap sebagai minuman kehormatan. Dimana tuak yang dipakai pada upacara adat adalah tuak tangkasan yang tidak bercampur dengan raru. Tuak aslinya manis karena manisnya disebut dengan tuak na tonggi dalam bahasa Batak Toba. Tuak tangkasan adalah tuak asli yang diambil dari langsung dari pohon enau pada pagi hari tanpa bercampur Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

16 dengan ramuan lain. Keduanya tuak tangkasan dan tuak natonggi disajikan dalam suatu prosesi adat. Tuak juga menjadi semacam ramuan untuk kaum perempuan saat melahirkan, dimana menurut tradisi masyarakat Batak Toba, wanita yang baru melahirkan anak minum tuak agar memperlancar air susunya dan berkeringat banyak guna mengeluarkan kotoran-kotoran dari dalam tubuhnya serta dianggap sebagai penambah darah dan menghangatkan si ibu. Tuak sebagai pengganti air minum selama paling sedikit satu minggu setelah melahirkan. Ikatan solidaritas masyarakat Batak Toba yang kuat disebabkan oleh adanya proses interaksi diantara sesama anggota masyarakat dan adanya tuak sebagai media atau sarana penghubung yang terjadi di lapo tuak. Pada pesta adat keakraban yang terjalin di antara dalihan na tolu semakin erat. Rasa keakraban di sini hampir sama dengan penghormatan terhadap pihak hula-hula, dongan tubu, dan boru. Selain penghormatan akan terjalin juga rasa keakraban di semua unsur Dalihan Na Tolu (DNT). Karena telah kita ketahui bahwa mengkonsumsi tuak sudah merupakan budaya yang sangat melekat pada diri masyarakat Batak Toba. Tuak lumrah dikonsumsi semua kalangan pada saat pesta adat sehingga menciptakan hubungan yang akrab, minum tuak juga dapat diartikan sebuah isyarat untuk memudahkan komunikasi secara terbuka di antara sesama anggota masyarakat. Umumnya acara pesta adat pada saat meminum tuak, setiap orang yang hendak minum harus menuangkannnya terlebih dahulu kepada pihak hula-hula, pantang menuangkannya untuk diri sendiri.hal ini menunjukkan bahwa rasa hormat, seiring dengan itu keakraban pun terjalin. Orang yang meminum tuak jarang sekali sendirian, para peminum tuak selalu berkumpul di lapo tuak, dan mengidentifikasi dan mendiskusikan berbagai bentuk permasalahan sosial. Sejalan berkumpul sehingga membentuk arena diskusi. Dimana saat berkumpul tersebut mereka selalu membahas masalah kehidupan sosial, politik maupun ekonomi yang terjadi di negara ini. Sambil meminum tuak dan berkumpul bersama mereka secara bebas mengidentifikasi dan mendiskusikan berbagai bentuk permasalahan sosial. Sejalan dengan meningkatnya intensitas diskusi dan berjalannya Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

17 waktu, proses-proses yang terjadi di dalam pembicaraan nantinya akan diselingi dengan tawa canda bersama dengan humor-humor dari para peminum tuak. Ada anggapan bahwa seseorang yang menderita penyakit gula atau diabetes dianjurkan untuk minum tuak, karena kadar gula darah dapat terlarut oleh mineral yang terdapat pada tuak dan dikeluarkan melalui respirasi kencing. Tuak juga sangat baik untuk mencegah penyakit ginjal dan kencing batu. Kandungan mineral yang cukup komplit dari tuak sangat berguna sekali bagi tubuh apabila dikonsumsi secukupnya sesuai dengan kebutuhan. Tuak adalah minuman penting pada masyarakat batak Toba, yang diminum waktu santai, pesta, kelahiran anak, kematian, musyawarah dan juga sebagai obat. Dalam upacara adat, orang yang minum tuak akan lebih lancar dalam berbicara dan orang tersebut akan dapat mengungkapkan apapun yang ada dalam perasaannya. Tuak mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat Batak Toba karena tuak dapat digunakan sebagai sarana keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasik dan juga sebagai minuman persahabatan. Jawaban dari wawancara nomor 1 yang ditujukan kepada masyarakat yang bersuku Batak Toba mengenai apakah menjadi rutinitas masyarakat untuk mengkonsumsi tuak dan jawabannya adalah ya, dalam berbagai kesempatan saya selalu minum tuak, dan berbagai pesta atau upacara adat yang ada dalam setiap perayaan selalu disajikan minuman tuak, dan dapat dikatakan hampir setiap hari setiap orang khususnya kaum laki-laki yang sudah dewasa mengkonsumsi tuak. Jawaban wawancara nomor 2 mengenai kapan saja masyarakat minum tuak dan dimana saja yaitu pada setiap kesempatan, misalnya pada saat santai, pada sore hari setelah pulang dari ladang, pada saat pesta auat upacara adat, dan pada setiap perkumpulan di lapo tuak, ketika bermain catur dan bernyanyi sambil memetik gitar di lapo tuak, di rumah juga sering minum tuak dengan menyuruk anak-anak untuk membelinya ke lapo tuak. Jawaban wawancara nomor 3 mengenai apa saja yang saudara lakukan ketika meminum tuak bersama dengan warga yang sedang minum tuak yaitu: Orang yang meminum tuak jarang sekali sendirian, para peminum tuak selalu berkumpul di lapo Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

18 tuak, dan mengidentifikasi dan mendiskusikan berbagai bentuk permasalahan sosial. Sejalan berkumpul sehingga membentuk arena diskusi. Dimana saat berkumpul tersebut mereka selalu membahas masalah kehidupan sosial, politik maupun ekonomi yang terjadi di negara ini. Sambil meminum tuak dan berkumpul bersama mereka secara bebas mengidentifikasi dan mendiskusikan berbagai bentuk permasalahan sosial. Sejalan dengan meningkatnya intensitas diskusi dan berjalannya waktu, proses-proses yang terjadi di dalam pembicaraan nantinya akan diselingi dengan tawa canda bersama dengan humor-humor dari para peminum tuak. Sering terjadi perselisihan, oleh karena adu pendapat dari para peminum tuak, tetapi yang pada akhirnya akan mendapatkan kesepakatan bersama. Jawaban wawancara nomor 4 yaitu tentang bagaimana pandangan saudara tentang tuak yaitu: Tuak adalah minuman penting pada masyarakat batak Toba, yang diminum waktu santai, pesta, kelahiran anak, kematian, musyawarah dan juga sebagai obat. Dalam upacara adat, orang yang minum tuak akan lebih lancar dalam berbicara dan orang tersebut akan dapat mengungkapkan apapun yang ada dalam perasaannya. Tuak mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat Batak Toba karena tuak dapat digunakan sebagai sarana keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasih dan juga sebagai minuman persahabatan. Tuak juga sudah menjadi minuman sehari-hari bagi masyarakat, dan mengkonsumsi tuak adalah hal yang lumrah. Jawaban wawancara nomor 5 mengenai dalam upacara adat apa saja tuak disuguhkan yaitu: tuak dalam perayaan adat apa saja selalu disuguhkan apabila orang yang mengadakan pesta termasuk orang yang ber adat, misalnya dalam pesta pernikahan, kematian, mangompoi (memasuki rumah baru), martonggo raja (mengumpulkan raja adat), martonggo parhobas (mengumpulkan para pelayan dalam pesta), acara manulangi (memberikan/ menyuapi raja ni hula-hula oleh pihak borunya), dan masih banyak perayaaan yang lain. Jawaban dari wawancara nomor 6 mengenai apa makna penyediaan tuak pada pesta adat yaitu: Makna tuak dalam pesta etnis masyarakat Batak Toba dianggap sebagai minuman kehormatan. Dimana tuak yang dipakai dalam pada upacara adat adalah tuak tangkasan yang tidak bercampur dengan raru. Tuak aslinya manis karena manisnya disebut dengan tuak na tonggi dalam bahasa Batak Toba. Tuak tangkasan Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

19 adalah tuak asli yang diambil dari langsung dari pohon enau pada pagi hari tanpa bercampur dengan ramuan lain. Keduanya tuak tangkasan dan tuak natonggi disajikan dalam suatu prosesi adat. Dan orang yang ingin meminumnya dalam pesta umumnya acara pesta adat pada saat meminum tuak, setiap orang yang hendak minum harus menuangkannnya terlebih dahulu kepada pihak hula-hula, pantang menuangkannya untuk diri sendiri.hal ini menunjukkan bahwa rasa hormat, seiring dengan itu keakraban pun terjalin. Jawaban dari wawancara nomor 7 mengenai bagaiman pendapat anda tentang kebijakan pemerintah untuk memberantas minuman keras yaitu: kalau ditanya soal hal itu, masyarakat pasti sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut, karena tuak adalah salah satu bagian dari budaya masyarakat batak Toba yang sudah sangat melekat. Budaya harus dilestarikan, bukan untuk diberantas. Tuak juga tidak menimbulkan dampak yang negatif apabila dikonsumsi secukupnya sesuai dengan kebutuhan. Tuak juga dapat dijadikan sebagai obat bagi berbagai penyakit, misalnya diabetes (penyakit gula). Tuak adalah minuman penting pada masyarakat batak Toba, yang diminum waktu santai, pesta, kelahiran anak, kematian, musyawarah dan juga sebagai obat. Dalam upacara adat, orang yang minum tuak akan lebih lancar dalam berbicara dan orang tersebut akan dapat mengungkapkan apapun yang ada dalam perasaannya. Tuak mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat Batak Toba karena tuak dapat digunakan sebagai sarana keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasih dan juga sebagai minuman persahabatan. E. Penutup Tuak merupakan salah satu bagian dari budaya masyarakat Batak Toba yang harus dilestarikan karena pada hakikatnya kebudayaan harus senantiasa dilestarikan karena merupakan ciri tersendiri dari suku Batak Toba. Tuak adalah minuman penting pada masyarakat batak Toba, yang diminum waktu santai, pesta, kelahiran anak, kematian, musyawarah dan juga sebagai obat. Dalam upacara adat, orang yang minum tuak akan lebih lancar dalam berbicara dan orang tersebut akan dapat mengungkapkan apapun yang ada dalam perasaannya. Tuak mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat Batak Toba karena tuak dapat digunakan Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

20 sebagai sarana keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasih dan juga sebagai minuman persahabatan. Ikatan solidaritas masyarakat Batak Toba yang kuat disebabkan karena adanya proses interaksi dan tuak sebagai media atau sarana penghubungnya, tanpa memperhatikan status sosial masyarakat. Pemberantasan minuman keras (tuak) sangat sulit dilakukan oleh karena tuak sebagai bagian dari budaya masyarakat Batak Toba yang harus dilestarikan sebagai ciri khas tersendiri, dan para aparat juga mengkonsumsi tuak. Masyarakat Desa Ria-Ria Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan tidak setuju dengan adanya pemberantasan tuak. Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

21 DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad Penelitian Pendidikan, Prosedur dan Strategi. Bandung: PT Bina Aksara. Ali, Muhammad Kamus Besar Bahasa Indonesia. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta Dirdjosisworo, Soedjono Alkoholisme Paparan Hukum & Kriminologi. Bandung: Remadja Karya CV Durkheim Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Pustaka Utama Karsono, Edy Narkoba Dan Minuman Keras. Jakarta: Gramedia Kartono, Kartini Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar Maju Linton Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Maran, Rafael Raga Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : PT Rineka Cipta Salomo, Batara Tuak Sebagai Solidaritas masyarakat Batak Toba. Medan: Unimed. Sukardi Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : PT Bumi Aksara Tambunan, E. H Sekelumit Mengenai masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya sebagai Sarana Pembangunan. Bandung: Tarsito Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1947 Tentang Cukai, Cukai Minuman Keras Kepres No.3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol. Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan PPKn Unimed Medan: UNIMED Diakses 11 Februari On line Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN Kesimpulan. Setelah dilakukan pengolahan data dari data terdahulu serta analisis yang

BAB V KESIMPULAN Kesimpulan. Setelah dilakukan pengolahan data dari data terdahulu serta analisis yang BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Setelah dilakukan pengolahan data dari data terdahulu serta analisis yang mendalam terhadap data yang diperoleh di lapangan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

LARANGAN MINUMAN KERAS

LARANGAN MINUMAN KERAS LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 7 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG LARANGAN MINUMAN KERAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia

Lebih terperinci

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi: Saat ini, berbagai macam dan bentuk perjudian sudah meluas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sebagian masyarakat memandang bahwa perjudian sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data dari WHO tercatat 91 juta orang yang terjejas karena penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya kecelakaan dan tindak kriminal di dunia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Persepsi Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (1997) adalah proses penerimaan informasi menggunakan pengindraan (penglihatan, pendengaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tubuh seseorang, sehingga dapat terjadi kurang gizi dan gizi lebih,

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tubuh seseorang, sehingga dapat terjadi kurang gizi dan gizi lebih, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Status gizi yang diartikan sebagai keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuranukuran gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu mengalami perubahan diri masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 21 tahun (Potter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. melainkan hanya bisa dikurangi atau sedikit dicegah. Antisipasi atas kejahatan dan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. melainkan hanya bisa dikurangi atau sedikit dicegah. Antisipasi atas kejahatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman dan teknologi serta semakin meningkatnya kreatifitas maupun pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Seiring dengan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial di tengah-tengah masyarakat selalu mengalami perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri. Tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELARANGAN MINUMAN BERALKOHOL, PENYALAHGUNAAN ALKOHOL, MINUMAN DAN OBAT OPLOSAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan bahkan sudah menjadi masalah nasional dan internasional. Hal ini menjadi sulit, karena berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO MINUMAN KERAS

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO MINUMAN KERAS PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG MINUMAN KERAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : 1 Mengingat : a. bahwa pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan A. Latar Belakang Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. menjadi kurang optimal dilakukan dan bahkan gagal dalam mencapai tujuan

BAB VII PENUTUP. menjadi kurang optimal dilakukan dan bahkan gagal dalam mencapai tujuan BAB VII PENUTUP 7.1 KESIMPULAN Berbagai hambatan ditemui saat proses implementasi kebijakan miras dilakukan. Hambatan tersebut berimplikasi kepada implementasi kebijakan miras menjadi kurang optimal dilakukan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGATURAN MINUMAN BERALKOHOL, PENYALAHGUNAAN ALKOHOL, OBAT- OBATAN DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas selama manusia itu ada dalam berbagai interaksi sosialnya, baik itu konflik perorangan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM MEDIA UNTUK SOSIALISASI PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG MINUMAN KERAS DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR 2009

RENCANA PROGRAM MEDIA UNTUK SOSIALISASI PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG MINUMAN KERAS DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR 2009 RENCANA PROGRAM MEDIA UNTUK SOSIALISASI PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG MINUMAN KERAS DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR 2009 1. Latar Belakang Terjadinya berbagai macam tindakan kriminal yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak Toba merupakan salah satu suku besar di Indonesia. Suku Batak merupakan bagian dari enam ( 6) sub suku yakni: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten yang terlatak di Provinsi Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak fenomena sosial yang terjadi di masyarakat kita. Salah satu masalah yang ramai dibincangkan adalah masalah alkohol. Ini merupakan masalah sosial yang sangat

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DAN PENYALAHGUNAAN OBAT OPLOSAN SERTA ZAT ADIKTIF LAINNYA

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi 75 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Veny C Pelamonia NIM : 462012021 Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan Universitas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 4 SERI E TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELARANGAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DI KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN KUNINGAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN KUNINGAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian pustaka.kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua manusia yang ada di dunia ini pasti memiliki kebudayaan tersendiri. Keduanya tidak mungkin dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses perkembangan dalam hidupnya, baik secara fisik maupun psikologis. Mulai dari masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara KUESIONER PENENTUAN STRES PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP RSJD PROP. SUMATERA UTARA 2010 Berilah tanda X pada nilai yang saudara pilih!! Nilai 0 : Tidak pernah sama sekali 1 : Kadang-kadang 2 : Cukup sering

Lebih terperinci

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PELARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DAN PENYALAHGUNAAN OBAT OPLOSAN SERTA ZAT ADIKTIF LAINNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minuman keras akhir-akhir ini telah menimbulkan masalah yang menganggu kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari akan bahaya pengaruh

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN MINUMAN KERAS DAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN MINUMAN KERAS DAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN MINUMAN KERAS DAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa minuman keras dan

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Pada bab IV ini penulis akan menguraikan tentang refleksi teologis yang didapat setelah penulis memaparkan teori-teori mengenai makna hidup yang dipakai dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PERILAKU MINUM MINUMAN BERALKOHOL DAN GANGGUAN KONDISI KESEHATAN PADA PEMUDA DI DESA KIRINGAN BOYOLALI

TINJAUAN PERILAKU MINUM MINUMAN BERALKOHOL DAN GANGGUAN KONDISI KESEHATAN PADA PEMUDA DI DESA KIRINGAN BOYOLALI TINJAUAN PERILAKU MINUM MINUMAN BERALKOHOL DAN GANGGUAN KONDISI KESEHATAN PADA PEMUDA DI DESA KIRINGAN BOYOLALI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu. 1 Tingkah laku seseorang yang menggambarkan baik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin berkembangnya kemajuan zaman, banyak

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin berkembangnya kemajuan zaman, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin berkembangnya kemajuan zaman, banyak diantaranya yang menimbulkan pengaruh negatif terhadap perkembangan generasi muda saat ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alkohol dalam masyarakat sangat mengkhawatirkan dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada penggunaan alkohol dilingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan rakyat. Peran dan partisipasi rakyat sangat besar peranannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah menyatu cukup lama, bahkan minuman keras seperti arak dan berem termasuk tuak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang ada pada dirinya. Tuhan telah memberikan kekurangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang ada pada dirinya. Tuhan telah memberikan kekurangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna dengan segala sesuatu yang ada pada dirinya. Tuhan telah memberikan kekurangan dan kelebihan. Berdasarkan fitrahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Suku Batak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan salah satu asset devisa Negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Periode ini merupakan

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa Jadi masa remaja disebut masa bertumbuh dan berkembang, baik bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu. kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu. kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Maluku, yang diapit oleh Laut Seram di sebelah utara, sebelah selatan dibatasi oleh Laut Banda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pergaulan dengan sesamanya (gregoriousness). Individu yang terhimpun dalam masyarakat (society) merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pergaulan dengan sesamanya (gregoriousness). Individu yang terhimpun dalam masyarakat (society) merupakan sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain, hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan. Adanya keterbatasan

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia hiburan musik di Indonesia sekarang ini menyediakan berbagai macam jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya terdapat berbagai macam keragaman budaya, budaya merupakan satu cara hidup yang berkembang

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN KABUPATEN SOLOK TERHADAP NARKOBA

PERSEPSI SISWA SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN KABUPATEN SOLOK TERHADAP NARKOBA PERSEPSI SISWA SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN KABUPATEN SOLOK TERHADAP NARKOBA Oleh: Dra. Helendra, M.S. Disampaikan pada Seminar dan Rapat Tahunan (SEMIRATA) Badan Kerjasama PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kesimpulan dihasilkan berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebagai berikut: 1.1.1 Hubungan antar kaum muda di Kecamatan Padang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA, SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meluasnya peredaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus (DM). Permasalahan obesitas sekarang ini semakin banyak begitu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang yang memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Buruh TKBM di Pelabuhan Belawan didominasi oleh suku Toba. penggunaan marga, penggunaan bahasa, berkumpul di Lapo Tuak,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Buruh TKBM di Pelabuhan Belawan didominasi oleh suku Toba. penggunaan marga, penggunaan bahasa, berkumpul di Lapo Tuak, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Buruh TKBM di Pelabuhan Belawan didominasi oleh suku Toba karena semangat migran yang mereka jiwai. Mereka bekerja keras di daerah perantauannya yaitu Medan,

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci