BAB I PENDAHULUAN. mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tata kelola yang baik (good governance) merupakan isu yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama penyelenggaraan pemerintah tidak sesuai lagi dengan tatanan masyarakat saat ini, di masa lalu negara ataupun pemerintah sangat dominan, menjadikan masyarakat menjadi pihak yang sangat diabaikan dalam setiap proses pembangunan (Diana Sari, 2013). Konsep governance melihat kegiatan, proses atau kualitas memerintah, bukan tentang struktur pemerintahan, tetapi kebijakan yang dibuat dan efektivitas penerapan kebijakan itu. Kebijakan bukan dibuat oleh seorang pemimpin atau satu kelompok tertentu melainkan muncul dari proses konsultasi antara berbagai pihak yang terkena oleh kebijakan itu (Oyugi, 2000 dalam Hermini Susiatiningsih, 2010). Penerapan good governance dihadapkan pada berbagai kendala seperti masih banyaknya praktik penyelenggaraan birokrasi pemerintahan yang diliputi oleh berbagai tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh oknum pejabat teras pemerintah. Ditambah lagi perilaku para penyelenggara negara di daerah ini (baik itu penyelenggara pemerintah maupun legislatif) yang seringkali tidak sesuai dengan nilai-nilai etis (etika pemerintahan) dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai pemerintah (Tomuka, 2013). Tuntutan 1

2 2 masyarakat terhadap pemerintah dalam menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik merupakan hal yang wajar dan harus direspon pemerintah dengan melakukan perubahan-perubahan yang mengarah pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang baik (Diana Sari, 2013). Menurut Sofian Efendi (2005) Konsep governance mengandung makna bagaimana cara suatu bangsa mendistribusikan kekuasaan dan mengelola sumberdaya dan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. Good governance merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan dalam menyediakan barang dan jasa publik. Dengan kata lain, dalam konsep governance terkandung unsur demokratis, adil, transparan, rule of law, partisipatif dan kemitraan. Secara umum, Ketiga prinsip governance yaitu transparansi, partisipasi dan akuntabilitas tercermin secara jelas dalam proses penganggaran, pelaporan keuangan, dan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Sehingga Pemerintah sudah seharusnya meningkatkan laporan keuangan, salah satunya dengan cara mengoptimalkan aparat pengawas pemerintah, yaitu Inspektorat. Dengan peran Inspektorat yang sudah berjalan secara optimal akan membuat praktik-praktik kecurangan akan berkurang. Dengan demikian pemerintah sebagai pelaku utama pelaksanaan good governance ini dituntut untuk memberikan pertanggungjawaban yang lebih transparan dan lebih akurat. Pada Peraturan Pemerintah (PP) 65 Tahun 2010 tentang perubahan atas peraturan pemerintah (PP) 56 Tahun 2005 tentang sistem informasi keuangan daerah dimana pemerintah telah menerapkan sistem tersebut diharapkan dapat membantu kepala daerah dalam mewujudkan akuntabilitas pemerintah daerah menuju pemerintahan yang baik atau Good Government Governance. Karena apabila dihubungkan dengan kedua pemahaman tersebut, seharusnya Informasi

3 3 keuangan daerah dapat memberikan solusi bagi pemerintah dalam mempertanggungjawabkan aktivasinya terhadap masyarakat serta dapat memberikan informasi secara transparan terhadap masyarakat. Sebagai langkah awal yang bisa dilakukan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good government governance) adalah implementasi sistem akuntansi pemerintahan yang adil, transparan dan akuntabel. Akuntansi pemerintahan dalam hal ini dipakai sebagai alat untuk melakukan upaya elaborasi good governance ke tataran yang lebih riil. Artikulasi dan elaborasi yang dimaksudkan dapat melalui akuntansi manajemen, akuntansi keuangan, dan audit ataupemeriksaan sektor pemerintah. Ketiga alat ini sangat memperhatikan pilarpilar good governance dalam body of knowledge yang telah dibangunnya. Dengan menerapkan ketiganya pada proses ekonomi atau operasi sektor pemerintah maka di lapangan akan tercipta atmosfer check and balance (Hendrik Manosoh,2015) Dengan diterapkannya karakteristik Good Government Governance diharapkan dapat memberbaiki kinerja pemerintah daerah. Salah satu fungsi dari pemerintah adalah fungsi pelayanan terhadap masyarakat. Menurut Hendrik Manosoh (2015) Good Government Governance merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh sektor pemerintah. Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat ditampilkan dalam pencapaian kinerja sebagaimana komitmen yang telah ditetapkan. Melalui perbaikan kinerja, pemerintah dapat melakukan komunikasi dua arah dengan rakyatnya dalam rangka mencari titik temu pemecahan masalah-masalah yang terjadi. Salah satu indikator masih buruknya tata kelola pemerintahan (poor governance) dalam suatu negara adalah tingginya kecurangan korupsi. Eksistensi korupsi menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara terkorup di dunia. Hasil

4 4 dari Indeks Persepsi Korupsi menyebutkan bahwa tahun 2015, skor Indonesia adalah 36, dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Peringkat dan Skor Indeks Persepsi Korupsi 2015 Peringkat Peringkat Negara Skor Regional Global 2 8 Singapore Malaysia Thailand Indonesia Philippines Vietnam Myanmar 22 Sumber : Corruption Perception Index 2015 Skor 36 menunjukan bahwa Indonesia masih belum dapat keluar dari situasi korupsi yang sudah mengakar. Hal ini menunjukan betapa lemahnya peranan Good Government Governance di Indonesia. Pelaksanaan pengendalian intern diharapkan dapat menghilangkan praktik-praktik korupsi karena proses pemerintah akan dilakukan secara transparan dan dipertanggung jawabkan secara berkala sehingga penerapan pengendalian intern pemerintah merupakan komitmen pemerintah untuk membangun tata kelola pemerintahan yang baik (Diana Sari,2013) Penerapan pengendalian intern pemerintah ternyata masih belum berjalan optimal karena ditemukannya beberapa kasus mengenai lemahnya sistem pengendalian intern pemerintahan Kabupaten Bandung yang diperoleh dari Ihktisar Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Tahun 2015 diperoleh informasi sebagai berikut :

5 5 Tabel 1.2 Daftar Kelompok Temuan Kelemahan Sistem Pengendalian Intern di Kabupaten Bandung 2015 Kelemahan Sistem Pengendalian Intern No. Entitas No. Objek Pemeriksaan Provinsi/ Entitas Objek pemeriksaan Total SPI Jml. Permas alahan Penyim pangan Terhada p peratura n tentang belanja Jml. Permasa lahan SOP tidak ditaati Jml. Permasal ahan SOP belum disusun Jml. Permas alahan Lainlain Kelema han sistem Pengen dalian Intern Jml. Permas alahan Pemkab Bandung Pengelolaan dan pertanggungjawaban Tunjangan Profesi, Tunjangan Fungsional dan Dana Tambahan Penghasilan Guru Tahun Anggaran 2013 dan Semester 1 Tahun anggaran 2014 Pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Seta Instansi terkait lainnya Di Kabupaten Bandung (Sumber : IHPS II- BPK RI 2015 ) Berdasarkan informasi pada tabel 1.2 dari hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Tahun 2015 pada Kabupaten Bandung menunjukan jumlah kasus yang masih tinggi mengenai kelemahan sistem pengendalian intern yang belum berjalan optimal. Dari Ihktisar Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Tahun 2015 menunjukan bahwa kualitas audit kinerja sektor publik yang dilakukan oleh Inspektorat daerah Kabupaten Bandung belum berjalan optimal, hal tersebut terlihat dari sistem pengendalian intern yang masih banyak kelemahan. Dengan adanya beberapa jumlah kasus yang masih terjadi terkait audit kinerja sektor publik mengenai sistem pengendalian intern, menunjukan juga

6 6 bahwa penerapan good goverment governance di pemerintahan daerah Kabupaten Bandung masih belum optimal. Menurut Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Adnan Topan Husodo, mengatakan Kabupaten Bandung memiliki tingkat kemiskinan, korupsi dan pembangunan wilayah yang tinggi. Permasalahan itu lahir akibat tata kelola Pemerintah Kabupaten Bandung yang belum optimal (ICW, 2015) Pada Pemerintahan Kabupaten Bandung terjadi pungutan liar pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang memperlihatkan pengawasan internal lumpuh. Menurut Direktur Center For Budget Analysis, Uchok Sky Khadafi Inspektorat tidak berfungsi dalam melakukan pengawasan terhadap PNS. Selain itu pungutan liar juga terjadi di lingkungan Pemkab Bandung yang berurusan dengan perijinan. Salah satunya di Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kab. Bandung. Bahkan, disinyalir orang orang disekeliling Bupati juga terlibat didalamnya sehingga, menurut Uchok pengawasan internal harus pro aktif dan jangan menunggu adanya laporan dari rakyat. Kemudian, kecenderungan koruptif ini disebabkan anggota dewan juga fungsi pengawasannya lumpuh (Bung Wir, 2016) Fenomena selanjutnya pada DPRD Kabupaten Bandung menurut Anang Susanto, Ketua DPRD Kabupaten Bandung (2016), Pemkab Bandung mendapatkan kembali status Wajar Dengan Pengecualian (WDP) seperti tahun sebelumnya. Seperti tidak ada perkembangan karena sudah bertahun-tahun belum juga bisa meraih WTP. Lebih banyak masalah administrasi dan teknis. Seperti

7 7 soal dana reses karena adanya aturan baru yang mengharuskan setiap pengeluaran uang harus ada faktur bukan sebatas kuitansi. Laporan pertanggungjawaban dari DPRD masih memakai aturan lama yakni sebatas kuitansi (Sarnapi, 2016). Opini yang diberikan atas suatu laporan keuangan merupakan cermin bagi kualitas pengelolaan dan penyajian atas suatu laporan keuangan. Opini yang di berikan oleh BPK tersebut menunjukkan masih terdapat kelemahan sistem pengendalian intern pemerintah. Auditor terhadap pemerintah daerah adalah inspektorat. Inspektorat adalah lembaga perangkat daerah yang mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pengawasan dalam wilayah dan jajaran pemerintah, yang secara organisatoris dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bertanggung jawab kepada kepala daerah (Bupati) (Dedy Sutaryono, 2013). Menurut Rahayu (2011);(Devie, 2014) menyebutkan bahwa pada pemerintah daerah terdapat aparat pengawasan fungsional intern pemerintah kabupaten atau kota yang membantu pimpinan pemerintah dalam melakukan pengawasan apakah kegiatan yang dilakukan oleh aparatnya sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan program yang ditentukan. Pengawasan fungsional dapat dilakukan melalui pemeriksaan, pengujian, penilaian dan pengusutan berbagai aspek penyelenggaraan pemerintah (PP No. 20 Tahun 2001). Aparat pengawasan fungsional dapat menggunakan berbagai tipe audit pemerintahan dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut. Aparat pengawasan

8 8 fungsional intern pemerintah terdiri dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal, Unit Pengawasan LPND, dan Inspektorat Wilayah. Peran aparat pengawasan fungsional pemerintah benar-benar dapat mendukung dan mendorong proses terwujudnya good governance dalam pelaksanaan pemerintah dan pembangunan. Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Menurut Ritonga (2013) Audit Pemerintah, khususnya Audit Kinerja merupakan kunci utama untuk memenuhi kewajiban pemerintah dalam pertanggungjawaban kepada rakyat. Audit kinerja adalah suatu proses sistematis dalam mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara objektif atas kinerja suatu organisasi, program, fungsi atau kegiatan. Evaluasi dilakukan berdasarkan aspek ekonomi dan fisiensi operasi, efektivitas dalam mencapai hasil yang diinginkan, serta kepatuhan terhadap peraturan, hukum, dan kebijakan terkait. Pengalaman kerja sebagai Audit Sektor Publik sangat diperlukan agar kualitas audit terjaga. Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik pemerintah sangat tergantung pada kualitas audit sektor publik. Tanpa kualitas audit yang baik, maka akan timbul permasalahan, seperti munculnya kecurangan, korupsi, kolusi dan berbagai ketidakberesan di pemerintahan. Kualitas audit sektor publik dipengaruhi oleh kapabilitas teknikal auditor serta independensi auditor baik secara pribadi maupun kelembagaan. Untuk meningkatkan sikap independensi auditor sektor publik, maka kedudukan auditor sektor publik harus terbebas dari pengaruh dan campur tangan serta terpisah dari pemerintah, baik secara pribadi maupun kelembagaan.

9 9 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eko Suyono dan Hariyanto (2012) mengungkapkan bahwa peran auditor internal berpengaruh positif signifikan terhadap penerapan good governance. Hasil penelitian Dien Novianty Rahmatika (2014) menemukan bahwa peran auditor internal berpengaruh signifikan terhadap penerapan good government governance. Namun penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Habibie (2013) yang menemukan bahwa peran auditor internal tidak berpengaruh terhadap good government governance. Berdasarkan permasalahan dan pro kontra hasil penelitian yang telah diuraikan, maka penulis perlu untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik Terhadap Penerapan Good Government Governance 1.2 Identifikasi Masalah Masalah dalam penelitian ini masih ditemukannya kasus korupsi dimana Indonesia menempati skor ke 36 dan adanya pungutan liar yang terjadi di Kabupaten Bandung hal ini disebabkan masih lemahnya penerapan Good Government Governance. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu : 1. Bagaimana pelaksanaan Audit Kinerja Sektor Publik di Inspektorat Kabupaten Bandung. 2. Apakah penerapan Good Government Governance Sudah dilaksanakan secara memadai di Inspektorat Kabupaten Bandung.

10 10 3. Apakah terdapat pengaruh dari Audit Kinerja Sektor Publik terhadap Penerapan Good Government Governance di Inspektorat Kabupaten Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari, mengumpulkan, mengolah dan mendapatkan data yang dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai peranan Audit Kinerja Sektor Publik terhadap penerapan Good Government Governance. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Audit Kinerja Sektor Publik di Inspektorat Kabupaten Bandung. 2. Untuk mengetahui penerapan Good Government Governance di Inspektorat Kabupaten Bandung. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik terhadap Good Government Governance di Inspektorat Kabupaten Bandung 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian tersebut adalah : 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan tentang teori-teori dan konsep-konsep Akuntansi Sektor Publik terutama pada Audit kinerja sektor publik dan Good Government Governance yang diperoleh selama perkuliahan serta memperoleh gambaran nyata

11 11 2. Bagi Masyarakat Sebagai sarana informasi mengenai Good Government Governance dengan memberikan bukti tentang peranan audit kinerja sektor publik terhadap Good Government Governance. 3. Bagi Pemerintah Penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa dalam mewujudkan Good Government Governance memerlukan penguatan peran audit kinerja sektor publik. 4. Bagi Pembaca Sebagai bahan informasi dan dapat dijadikan referensi bagi penelitianpenelitian selanjutnya tentang pengaruh audit kinerja sektor publik terhadap penerapan Good Government Governance. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian. Untuk memperoleh data dalam melakukan penelitian ini maka penulis akan melakukan penelitian di Inspektorat daerah yang berada di Komplek Pemda Kab. Bandung Jl. Raya Soreang Km 17 Soreang. Kab. Bandung sebagai responden di dalamnya. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September 2016 sampai dengan selesai.