BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1 PERMASALAHAft PEMBAftGUftAft Analisa Indikator Makro Pembangunan manusia yang dikedepankan secara luas oleh United Nation Development Programme (UNDP) merupakan model pembangunan yang menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam semua proses dan kegiatan pembangunan (people centered development). Pembangunan harus ditujukan untuk memperluas pilihan bagi penduduk (a process of enlarging people s choice) melalui upaya-upaya pemberdayaan yang mengutamakan peningkatan kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya berpartisipasi dalam bidang ekonomi, politik dan sosial budaya sehingga dalam pembangunan akan menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Pendekatan Pembangunan manusia menggabungkan aspek produksi dan distribusi komoditas serta peningkatan dan pemanfaatan kemampuan 119

2 manusia sehingga pembangunan manusia mempunyai empat paradigma, yaitu : a. Produktifitas, manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dalam proses pembangunan b. Pemerataan, Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. c. Keberlanjutan, Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk genrasi sekarang tapi juga untuk generasi yang akan datang. d. Pemberdayaan, Semua orang harus ikut berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan mereka. Peningkatan kualitas hidup akan menjadi lebih luas dan terjamin jika kemampuan dasar yang mencakup hidup panjang dan sehat, berpengetahuan (serta menguasai IPTEK) dan mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak (berdaya beli) yang dimiliki oleh 120

3 penduduk, sehingga pada akhirnya, tujuan atau sasaran diprioritaskan kedalam tiga tujuan sasaran dasar, yaitu : 1. Usia hidup (longevity) 2. Pengetahuan (knowledge) 3. Standar hidup layak (decent living) Dari ketiga tujuan sasaran dasar yang berkualitas tersebut, sangat terkait erat dengan ketiga parameter dalam penyusunan IPM. Laporan IPM pertama (1990) disusun dari perpaduan pendapatan nasional (sebagai pendekatan dari standar hidup layak) dan dua indikator sosial yaitu angka harapan hidup (ukuran dari lamanya hidup) dan angka melek huruf (ukuran dari pengetahuan). Pada tahun kedua (1991) ditambahkan satu indikator baru yaitu rata-rata lama sekolah kedalam komponen pengetahuan. Perbaikan lain yang dilakukan adalah pada komponen standar hidup layak. Akan tetapi tahun 2010 UNDP menyempurnakan metode IPM baru dengan dimensi kesehatan berupa Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), dimensi pendidikan dengan indikator Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah serta dimensi standar hidup dengan indikator Pengeluaran Perkapita yang disesuaikan. Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga dimensi tersebut IPM Kabupaten Tangerang dengan nilai 69,57 berada pada kategori sedang dan menempati posisi kelima di Provinsi Banten setelah Kota Tangerang Selatan 79,17, Kota tangeramg 75,87, Kota Cilegon 71,57 dan Kota Serang 70,2 dan nilai IPM terendah masih berada di Kabupaten Lebak 61,64 dan untuk nilai IPM Provinsi Banten mencapai 69,8 berada pada peringkat 8 nasional. Capaian IPM diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, Kabupaten Tangerang masuk dalam kategori sedang dengan nilai IPM antara Secara lengkap IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Banten dapat dilihat pada tabel

4 Kode Tabel 4.1 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Kabupaten Tahun IPM Pandelang 59,08 59,92 60,48 61,35 62, Lebak 58,83 59,82 60,22 61,13 61, Tangerang 68,01 68,45 68,83 69,28 69, Serang 60,96 61,97 62,97 63,57 63, Kota Tangerang 73,69 74,15 74,57 75,04 75, Kota Cilegon 68,80 69,26 70,07 70,99 71, Kota Serang 68,25 68,69 69,43 69,69 70, Kota Tangerang Selatan 76,99 77,68 78,65 79, BANTEN 67,54 68,22 68,92 69,47 69,89 Membaiknya nilai IPM secara makro menunjukkan keberhasilan program-program yang dijalankan pemerintah namun secara mikro bisa kita lihat, indikator-indikator mana yang menunjukkan tingkat kemajuan lebih dan sangat mempengaruhi naiknya nilai IPM ini dibanding indikator yang lain. Jika dilihat pada tabel 4.1, dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, walaupun tiap tahun angka IPM senantiasa cenderung mengalami kenaikan namun posisi peringkat tidak berubah. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Tangerang serta kabupaten/kota se Provinsi Banten senantiasa berusaha untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakatnya sehingga programprogram yang dicanangkan harus senantiasa ditingkatkan setiap tahunnya agar bisa mengejar ketertinggalan dengan daerah yang lebih dulu maju namun pembangunan dan kualitas manusia tidak ditangani secara serius bisa jadi akan mengalami ketertinggalan dibanding daerah-daerah lain. 122

5 Tabel 4.2 IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Banten dan Komponennya Tahun 2014 Kode Kabupaten AHH HLS RLS Pengeluaran IPM Kategori Pertumbuhan (%) 3601 Pandelang 62,91 13,38 6, ,06 Sedang 1, Lebak 65,88 11,88 5, ,64 Sedang 0, Tangerang 68,98 11,65 8, ,57 Sedang 0, Serang 63,09 12,35 6, ,97 Sedang 0, Kota Tangerang 71,09 12,86 10, ,87 Tinggi 1, Kota Cilegon 65,85 13,07 9, ,57 Tinggi 0, Kota Serang 67,23 12,34 8, ,26 Tinggi 0, Kota Tangerang Selatan 72,11 13,58 11, ,17 Tinggi 0, BANTEN 69,13 12,31 8, ,89 Sedang 0, Indikator Kesehatan Angka Harapan Hidup dapat menggambarkan tingkat kesehatan yang dicapai masyarakat dimana semakin tinggi usia harapan hidup masyarakat maka derajat kesehatan semakin baik. Angka harapan hidup berbanding terbalik dengan tingkat kematian bayi, artinya semakin tinggi angka kematian bayi maka angka harapan hidup semakin rendah demikian pula sebaliknya. 123

6 Indikator harapan hidup juga dapat digunakan untuk mengukur pembangunan di bidang kesehatan. Meningkatnya angka harapan hidup dapat berarti adanya keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan yang biasanya ditandai membaiknya kondisi social ekonomi penduduk, membaiknya kesehatan, lingkungan dan sebagainya. Berdasarkan Teori HL Blum, derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku kesehatan dan faktor keturunan. Sehingga faktor terbesar yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang adalah lingkungan diantaranya terpenuhinya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak. Faktor lain yang dominan adalah perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat. Pelayanan kesehatan diupayakan dengan meningkatkan ketersediaan fasilitas kesehatan, berdasarkan data survey Potensi Desa (Podes)hampir semua desa telah memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan dasar yaitu Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan jaringannya Indikator Pendidikan Indikator pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk menilai kemajuan dan kualitas suatu bangsa karena masyarakat yang berpendidikan akan lebih mudah menyerap informasi pembangunan, sehingga dapat meningkatkan kualitas penduduk daerah tersebut. Angka Harapan Sekolah merupakan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu dimasa mendatang. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan diberbagai jenjang. HLS 124

7 dihitung pada usia 7 tahun keatas seiring dengan kebijakan Pemerintah yaitu Program Wajib Belajar. Capaian AHS dari tahun mengalami peningkatan akan tetapi bila dibandingkan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Banten, AHS di Kabupaten Tangerang menduduki peringkat terendah. Hal tersebut harus menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Tangerang. Indikator lain yaitu Rat-rata Lama Sekolah (RLS) merupakan jumlah tahun yang digunkan oelh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. RLS dihitung untuk usia 25 tahun keatas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir. RLS merupakan indikator output pendidikan sementara HLS merupakan indikator proses. HLS merupakan pendorong (booster) untuk meningkatkan RLS. Sehingga intervensi Pemerintah harus diarahkan pada peningkatan partisipasi sekolah untuk meningkatkan HLS yang pada akhirnya akan berpengaruh pula pada peningkatan RLS. Kabupaten Tangerang menempati peringkat kelima dalam pencapaian RLS pada tahun Indikator Ekonomi Pengeluaran perkapita disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran perkapita dan paritas daya beli. Capain indikator pengeluaran perkapita dari tahun terus mengalami kenaikan. Akan tetapi menduduki peringkat kelima bila dibandingkan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Banten. Pengeluaran Perkapita sangat dipengaruhi oleh indikator makro lainnya antara lain Persentase Penduduk Miskin, Tingkat Pengangguran Terbuka, Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi. Pada Tahun 2014 diperkirakan prosentase penduduk dibawah Garis Kemiskinan menurun dari 7,82 persen menjadi 7,36 persen pada tahun Tingkat Pengangguran Terbuka juga mengalami penurunan dari 11,94 persen menjadi 8,45 persen. Laju Pertumbuhan Ekonomi mengalami perlambatan dari 6,89 persen persen menjadi 6,12 persen. Hal-hal tersebut yang mendukung kenaikan Pengeluaran Perkapita pada tahun Upaya untuk meningkatkan daya beli masyarakat memberikan indikasi Pemerintah Daerah harus jeli dan tanggap dalam 125

8 melaksanakan program - program pembangunan di daerahnya sehingga akan dapat menurunkan tingkat kemiskinan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya beli masyarakat agar dapat menjalani hidup yang sejahtera Permasalahan Daerah Identifikasi permasalahan pembangunan digunakan untuk menetukan program pembangunan daerah yang tepat sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi, oleh karenanya dibutuhkan ketetapan dalam melakukan identifikasi dengan menggunakan kriteria tertentu sehingga menghasilkan daftar permasalahan yang secara factual dihadapi dalam pembangunan Urusan Pendidikan Pada urusan pendidikan terdapat beberapa permasalahan pembangunan diantaranya yaitu: 1. Masih rendahnya layanan Pendidikan Anak Usia Dini 2. Masih terdapat sekolah yang belum terpenuhi sarana dan prasarana 3. Rata-rata lama sekolah yang masih rendah 4. Rasio ruang kelas dengan jumlah murid masih terdapat kesenjangan 5. Belum terpenuhinya akses dan pemerataan pendidikan 6. Belum maksimalnya kualitas pendidik Urusan Kesehatan Permasalahan pembangunan pada urusan kesehatan secara umum yaitu masih kurangnya layanan kesehatan yang harus ditunjang dengan sarana prasarana yang memadai dan SDM yang kompeten pada tiap tingkat layanan, permasalahan tersebut diantaranya yaitu: 1. Belum optimalnya aksesibilitas masyarakat dan mutu kesehatan dasar dan rujukan. 2. Masih terdapatya desa resiko tinggi sanitasi 126

9 3. Belum optimalnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin 4. Masih tingginya jumlah Kematian Ibu 5. Masih Tingginya jumlah Kematian Bayi 6. Masih ditemukannya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular 7. Masih ditemukannya kasus Balita gizi buruk dan gizi kurang 8. Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan terutama dalam perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) 9. Masih belum optimalnya sarana prasarana dan kualitas pelayanan di RSU Daerah 10. Belum terpenuhinya ketersediaan tenaga kesehatan sesuai kompetensi Urusan Pekerjaan Umum Pada urusan pekerjaan umum terdapat beberapa pokok permasalahan pembangunan seperti infrastruktur jalan, jaringan drainase dan irigasi seperti yang dijabarkan berikut ini: 1. Masih tingginya tingkat kemacetan pada koridor utama 2. Masih rendahnya kualitas jalan poros desa terutama antar pusat-pusat kegiatan perdesaan seperti pasar tradisional dan tempat pengolahan hasil pertanian. 3. Masih tingginya tingkat bencana banjir dan genangan air terutama diwilayah perkotaan akibat kurangnya pemeliharaan jaringan drainase dan saluran pembuang 4. Masih terdapat jaringan irigasi yang tidak berfungsi dengan baik Urusan Perumahan Permukiman kumuh masih menjadi permasalahan menahun pada urusan perumahan di Kabupaten Tangerang. Selain permukiman kumuh saat ini berkembang juga permasalahan lain diantaranya yaitu: 1. Masih terdapatnya wilayah rawan bahaya kebakaran 127

10 2. Masih terdapatnya permukiman kumuh dengan PSU yang tidak memadai 3. Masih terdapatnya bangunan di Kabupaten Tangerang yang tidak berimb 4. Belum maksimalnya akses masyarakat terhadap pelayanan air bersih dan sanitasi yang layak 5. Masih rendahnya proporsi TPU terhadap jumlah penduduk 6. Belum adanya database rumah tidak BerIMB se-kabupaten Tangerang 7. Belum optimalnya Insfratruktur bangunan kantor Kelurahan yang representatif 8. Belum optimalnya bangunan sarana dan prasarana sanitasi yang memadai mengakibatkan lingkungan permukiman menjadi kumuh 9. Cakupan pelayanan air minum/bersih perpipaan masih kecil yaitu PDAM TKR sekitar 16 %, swasta sekitar 12 %. Sehingga target MDGS belum terpenuhi Penataan Ruang Permasalahan utama penataan ruang adalah terkait pengendalian pemanfaatan ruang yang belum optimal. Beberapa permasalahan terkait penataan ruang diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Masih tingginya ketidaktaatan masyarakat dan swasta dalam memanfaatkan ruang di wilayah Kab Tangerang 2. Belum tercukupinya ketersediaan peta analog 3. Belum optimalnya forum konsultasi publik. 4. Masih adanya permohonan pengurusan Ijin Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai dengan peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten Tangerang. 5. Cukup banyaknya pengaduan masyarakat tentang pelanggaran di bidang penataan ruang. 6. Belum maksimalnya pemanfaatan lahan Ruang Terbuka Hijau di kabupaten Tangerang 128

11 Perencanaan Pembangunan Inkonsistensi perencanaan pembangunan dengan pelaksanaan pembangunan menjadi permasalahan tersendiri dalam urusan perencanaan pembangunan. Dibawah ini adalah permasalahan pembangunan terkait perencanaan pembangunan di Kabupaten Tangerang : 1. Belum Konsistennya perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan pembangunan daerah 2. Belum maksimalnya keterpaduan antara berbagai dokumen perencanaan pembangunan Perhubungan Permasalahan pembangunan pada urusan perhubungan adalah sebagai berikut: 1. Masih tingginya tingkat kemacetan di beberapa titik lokasi di Kabupaten Tangerang. 2. Belum adanya Terminal Tipe C yang refresentatif di Kabupaten Tangerang, karena hanya memiliki 1 Terminal di Balaraja yang belum optimal fungsinya. 3. Belum adanya Terminal Tipe A dan Terminal Tipe B di Kabupaten Tangerang. 4. Terbatasnya palang pintu perlintasan kereta api dan SDM untuk penjaga palang pintu perlintasan kereta api yang melintasi wilayah Kabupaten Tangerang. 5. Belum adanya dermaga penyebrangan dibeberapa titik lokasi di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang yang memiliki potensi aktifitas penyebrangan orang dan angkutan antar pulau. 6. Belum maksimalnya kualitas dan kuantitas sarana perlengkapan jalan seperti rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, APILL, pagar pengaman jalan (guardrail), paku jalan dan sarana pendukung keselamatan lalu lintas lainnya. 7. Belum optimalnya pelayanan pengujian kendaraan bermotor. 129

12 Lingkungan Hidup Permasalahan pembangunan pada urusan lingkungan hidup adalah sebagai berikut: 1. Belum optimalnya pengawasan dan pengendalian sumber pencemar lingkungan baik bergerak maupun tidak bergerak yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan baik sungai, udara maupun tanah 2. Belum optimalnya pengelolaan sampah baik oleh Pemerintah maupun swasta 3. Belum optimalnya proporsi RTH di wilayah perkotaan 4. Tingginya deforestasi hutan mangrove untuk mencegah abrasi dan intrusi air laut 5. Terjadinya penurunan muka air tanah akibat dari banyaknya pemanfaatan/ penggunaan air sebagai bahan baku industri. 6. Tingginya tingkat abrasi di wilayah pantai utara 7. Masih banyaknya pelaku industri yang tidak mentaati dan melaksanakan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku tentang pengelolaan lingkungan hidup 8. Rendahnya tingkat penegetahuan dan kesadaran pelaku usaha dan/atau kegiatan dalam melakukan pengelolaan lingkungan khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan dan implementasi dokumen-dokumen lingkungan berupa AMDAL, UKL dan UPL; 9. Masih banyaknya perusahaan/pelaku usaha yang belum memiliki dokumen lingkungan dan yang sudah memiliki dokumen lingkungan belum membuat laporan semesterannya 10. Kurangnya Informasi tentang pentingnya pengelolaan lingkungan hidup oleh pihak industri 130

13 Pertanahan Permasalahan pembangunan pada urusan pertanahan adalah kurangnya koordinasi para pihak yang terkait dengan pengadaan tanah. Disamping itu harga tanah yang akan dilakukan pengadaan, harga pasarnya sering tidak diterima oleh pemilik tanah Kependudukan dan Catatan Sipil Permasalahan pembangunan pada urusan Kependudukan dan Catatan Sipil adalah sebagai berikut: 1. Tingginya arus urbanisasi ke wilayah Kabupaten Tangerang 2. Belum optimalnya tertib administrasi kependudukan di Kabupaten Tangerang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Permasalahan pembangunan pada urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak adalah sebagai berikut: 1. Belum optimalnya partisipasi perempuan dalam pembangunan 2. Belum semua kecamatan efektif melaksanakan kegiatan GSI 3. Belum optimalnya pelaporan kasus KDRT 4. Belum optimalnya Pengetahuan masyarakat tentang gender dan kepedulian masyarakat dan dinas/instansi terkait terhadap kekerasan Perempuan dan Anak 5. Masih tingginya jumlah keluarga Pra KS dan KS I Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Permasalahan pembangunan pada urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera adalah sebagai berikut: 1. Tingginya angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Tangerang 2. Masih tingginya tingkat DO Peserta KB 131

14 3. Belum optimalnya pembinaan terhadap DBS, Klinik dan RS Swasta 4. Masih terdapatnya Perkawinan di bawah usia 20 tahun 5. Belum optimalnya pembinaan terhadap kelompok Tri Bina dan UPPKS 6. Belum optimalnya KIE KB Terhadap kelompok Tri Bina dan UPPKS Sosial Permasalahan pembangunan pada urusan sosial adalah sebagai berikut: 1. Tingginya angka kemiskinan, pengangguran dan penyandang masalah kesejahteraan sosial 2. Belum optimalnya fasilitasi bidang Keagamaan 3. Masih banyaknya PMKS Dan keluarga miskin yang belum terakses pelayanan kebutuhan dasar 4. Rendahnya Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui KUBE 5. Kurangnya Penyediaan Layanan Rehabilitasi Sosial bagi PMKS Ketenagakerjaan Permasalahan pembangunan pada urusan ketenagakerjaan adalah sebagai berikut: 1. Belum maksimalnya kebutuhan pasar kerja dengan kompetensi tenaga kerja 2. Belum maksimalnya kesadaran dalam kepesertaan BPJS ketenagakerjaan 3. Tidak adanya data base jumlah peralatan K3 yang terdaftar dan tidak seimbangnya jumlah tenaga pengawas ketenagakerjaan dengan jumlah obyek pemeriksaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Permasalahan pembangunan pada urusan koperasi dan kecil menengah adalah sebagai berikut: usaha 132

15 1. Kurangnya akses permodalan dan kemitraan untuk para penggiat UMKM 2. Rendahnya kualitas pelayanan Pasar Tradisional 3. Keberpihakan Perbankan dalam memberikan fasilitas Sumber Dana pembiayaan permodalan bagi Usaha Mikro Kecil dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Non Bank maupun Koperasi yang menjadi Lembaga intermediari bagi UMKM masih belum optimal 4. Belum optimalnya koordinasi lintas sektor yang memiliki kewenangan dalam kemitraan UMKM 5. Belum optimalnya pembinaan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dalam peningkatan kualitas produk maupun manajemen usaha Penanaman Modal Permasalahan pembangunan pada urusan penanaman modal adalah sebagai berikut: 1. Belum optimalnya kerjasama daerah dalam meningkatkan investasi 2. Belum maksimalnya penyediaaan informasi dan profil Investasi 3. Belum maksimalnya Sistem dan jaringan informasi data 4. Belum maksimalnya sarana dan Prasarana Promosi Investasi. 5. Belum maksimalnya data dan informasi investasi perusahaan swasta 6. Belum maksimalnya informasi tentang peraturan perijinan penanaman modal 7. Belum maksimalnya data& informasi peluang investasi Unggulan Daerah Kebudayaan Permasalahan pembangunan pada urusan kebudayaan adalah masih rendahnya pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap kesenian tradisional dan belum tersedianya fasilitas penunjang pementasan kesenian dan kebudayaan yang representatif 133

16 Kepemudaan dan Olah Raga Permasalahan pembangunan pada urusan kepemudaan dan olahraga adalah sebagai berikut: 1. Belum optimalnya sarana dan prasarana keolahragaan dan kepemudaan 2. Belum maksimalnya wirausaha muda mandiri di Kabupaten Tangerang 3. Masih terdapat penyalahgunaan narkoba 4. Belum maksimalnya sarana dan prasarana olahraga di Kabupaten Tangerang 5. Belum optimalnya atlet yang mengikuti pertandingan di tingkat nasional Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Permasalahan pembangunan pada urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri adalah sebagai berikut: 1. Belum optimalnya pembinaan masyarakat tentang kerukunan antar umat beragama, pembauran kebangsaan, wawasan kebangsaan, empat pilar kebangsaan dan bela negara 2. Belum optimalnya pembinaan politik daerah 3. Berkembangnya frekuensi gangguan Kantrantibmas tiap tahun 4. Belum optimalnya penanganan gangguan ketertiban umum Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Persandian Permasalahan pembangunan pada urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adminstrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Persandian adalah sebagai berikut: 1. Belum optimalnya peningkatan pendapatan asli daerah 134

17 2. Belum optimalnya pendayagunaan potensi pajak dalam meningkatkan pajak daerah 3. Belum optimalnya layanan perijinan ditandai dengan lamanya proses perijinan 4. Belum optimalnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan aparatur di Kabupaten Tangerang 5. Belum optimalnya pemenuhan akan kebutuhan diklat pegawai baik teknis, peningkatan ketrampilan dan profesionalisme, prajabatan, struktural dan fungsional 6. Belum maksimalnya audit/pemeriksaan terhadap kegiatan-kegiatan yang bersumber dari APBD 7. Belum optimalnya SKPD menindaklanjuti temuan Ketahanan Pangan Permasalahan pembangunan pada urusan ketahanan pangan adalah sebagai berikut: 1. Belum maksimalnya kemandirian pangan dengan menekankan pada pengembangan 5 komoditas strategis (padi, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi) 2. Belum optimalnya data Neraca bahan Makanan 3. Belum meningkatnya cadangan pangan pemerintah dan masyarakat 4. Masih tingginya angka kemiskinan 5. Masih kurangnya informasi stok dan harga pangan 6. Belum optimalnya data stabilitas harga dan pasokan pangan 7. Belum meningkatnya kualitas keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat Pemberdayaan Masyarakat Desa Permasalahan pembangunan pada urusan pemberdayaan masyarakat desa adalah sebagai berikut: 135

18 1. Belum optimalnya tingkat partisipasi masyarakat dan lembaga desa dalam membangun perekonomian desa 2. Belum optimalnya data organisasi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat desa 3. Belum meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan 4. Belum meningkatnya usaha ekonomi keluarga dan usaha simpan pinjam yang dikelola masyarakat pedesaan 5. Belum optimalnya pemanfaatan Teknologi Tepat Guna Pedesaan 6. Belum optimalnya Kelembagaan Penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan 7. Belum tersedianya pos penyuluhan desa Kearsipan Permasalahan pembangunan pada urusan kearsipan adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Sistem Informasi Kearsipan 2. Pengembangan database kearsipan 3. Belum maksimalnya tertib administrasi kearsipan Komunikasi dan Informatika Permasalahan pembangunan pada urusan Komunikasi dan Informatika adalah masih rendahnya akses masyarakat terhadap layanan komunikasi dan Informatika yang diakibatkan oleh minimnya sarana dan prasarana Komunikasi dan Informatika pada tiap kecamatan di wilayah Kabupaten Tangerang Perpustakaan Permasalahan pembangunan pada urusan perpustakaan adalah sebagai berikut: 1. Layanan perpustakaan masih belum merata di setiap kecamatan 136

19 2. Kebutuhan bahan bacaan masyarakat masih belum terpenuhi secara maksimal 3. Belum merata layanan perpustakaan di Kabupaten Tangerang 4. Belum terpenuhinya jumlah koleksi menurut Standar Perpustakaan Nasional (SPN) Pertanian Permasalahan pembangunan pada urusan pertanian adalah sebagai berikut: 1. Kurangnya intensifikasi lahan dan pengendalian hama penyakit serta meningkatkan sarana prasarana pra panen dan pasca panen untuk meningkatkan produktifitas pertanian dan peternakan 2. Banyaknya kerusakan saluran irigasi tersier dan kekurangan pasokan air 3. Rendahnya ketersediaan benih/bibit tanaman dan bibit ternak 4. Belum berkembangnya kelembagaan petani dan usaha tani, pada sektor pertanian. 5. Kurangnya jumlah sarana alat dan mesin pertanian 6. Belum optimalnya kemampuan petani dalam penerapan teknologi 7. Belum optimalnya produktivitas pertanian komoditas utama seperti padi, Jagung, kacang tanah dan Bawang Merah 8. Masih rendahnya tingkat pelayanan kesehatan hewan 9. Belum tersedianya data akurat mengenai penyakit hewan 10. Rendahnya produktivitas ternak 11. Belum optimalnya produktivitas kelompok ternak agribisnis (Kelompok) 12. Belum optimalnya mutu dan kesehatan produk asal hewan 13. Belum optimalnya sanitasi dan higiene pada unit usaha produsen/ distributor produk asal hewan 137

20 Energi dan Sumberdaya Mineral Permasalahan pembangunan pada urusan energi dan sumberdaya mineral adalah masih rendahnya layanan Penerangan Jalan Umum (PJU) akibat belum terpasangnya sarana dan kurangnya pemeliharaan PJU secara optimal di titik jalan Strategis, jalan Provinsi, Kabupaten dan Jalan Kecamatan Kab. Tangerang Pariwisata Permasalahan pembangunan pada urusan pariwisata adalah belum tersedianya Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang representatif di wilayah Kabupaten Tangerang karena kurang mengoptimalkal pengembangan potensi ODTW yang ada Kelautan dan Perikanan Permasalahan pembangunan pada urusan kelautan dan perikanan adalah kurangnya produktifitas perikanan tangkap dan perikanan budidaya yang tidak diiringi dengan pengembangan teknologi dan pengembangan kawasan minapolitan secara optimal Perdagangan Permasalahan pembangunan pada urusan perdagangan adalah sebagai berikut: 1. Belum optimalnya promosi dan informasi potensi daerah 2. Lemahnya kemampuan bersaing pedagang tradisional dengan pedagang modern khususnya dari sisi manajemen. 3. Banyaknya keluhan/ pengaduan konsumen yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha karena kurangnya perlindungan terhadap konsumen. 4. Masih lemahnya pengawasan terhadap barang dan jasa beredar dipasaran. 138

21 Industri Permasalahan pembangunan pada urusan industri adalah sebagai berikut: 1. Belum optimalnya pengawasan dan pengendalian produk industri baik pada tingkat produksi, distribusi maupun pemasaran 2. Masih banyaknya hasil industri di masyarakat yang belum memenuhi standar nasional (SNI). 3. Belum optimalnya pemahaman pelaku IKM terhadap penggunaan Merk. 4. Belum optimalnya pemahaman pelaku IKM terhadap proses produksi dan penerapan system manajemen mutu. 5. Belum optimalnya kerjasama antara IKM dengan lembaga-lembaga usaha yang lebih besar, juga akses kepada perbankan. 6. Masih kurangnya pemahaman para pelaku industri tentang kawasan industri. 7. Masih lemahnya pemasaran produk IKM Ketransmigrasian Permasalahan pembangunan pada urusan ketransmigrasian adalah kurangnya kuota dari provinsi untuk pemberangkatan transmigrasi asal Kabupaten Tangerang sedangkan animo masyarakat untuk melakukan transmigrasi cukup tinggi dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya di tempat tujuan transmigrasi. 4.3 ISU-ISU STRATEGIS Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan Pemerintah Kabupaten Tangerang harus mengambil langkah atau tindakan yang sesuai dengan isu strategis yang ada. Isu-isu strategis harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, 139

22 mendesak, berjangka panjang, dan menentukan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah dimasa yang akan datang Pengembangan Sistem Transportasi Wilayah Kabupaten Tangerang yang notabene pertumbuhan perekonomiannya cukup pesat tentu memerlukan sistem transportasi yang memadai. Banyaknya industri baik skala nasional maupun internasional turut meningkatkan mobilitas masyarakat. Selain itu Kabupaten Tangerang juga menjadi gerbang bagi wilayah barat indonesia dalam pendistribusian produk ekonomi yang menjadi kebutuhan masyarakat. Kemacetan lalu-lintas juga sudah tidak menjadi berita baru bagi masyarakat Kabupaten Tangerang. Beberapa titik kemacetan diantaranya yaitu simpang geometri Lippo-Karawaci, jalur Pasar Cikupa, Jalan penghubung menuju Kawasan Industri Cikupa Mas, Simpang Bitung-Curug, Toll Gate Balaraja dan Simpang Cadas. Kerusakan infrastruktur jalan dan masih terbatasnya jalan penghubung antar kawasan seperti Kedaung Barat-Kedaung Baru dan minimnya sarana prasarana perhubungan Dermaga Cituis yang menjadi salah satu penghambat perekonomian. Untuk itu perlu pembangunan akses-akses alternatif dan pengembangan sistem transportasi baik sarana maupun prasarana Penanggulangan Banjir, Rob dan Genangan Banjir kerap terjadi di wilayah Kecamatan Tigaraksa, Teluknaga, Jayanti, Pasar Kemis dan Kresek. Beberapa penyebab banjir diantaranya yaitu tersumbatnya sungai atau saluran pembuang oleh sampah dan pengurugan liar atau bangunan tanpa ijin yang memakan badan air. Rob atau banjir akibat pasang air laut terjadi di wilayah utara Kabupaten Tangerang, sementara genangan air lebih sering terjadi diwilayah perkotaan. Hal itu disebabkan oleh buruknya pemeliharaan drainase yang ada dan 140

23 kurangnya penertiban pada pihak-pihak yang memanfaatkan saluaran drainase yang tidak dengan fungsinya. Tabel 4.1 Sebaran Banjir NO Kecamatan/Desa 1 KECAMATAN JAYANTI 1. Desa Cikande 2. Desa Jayanti 3. Desa Pasir Gintung 4. Desa Pasir Mundang 2 KECAMATAN TIGARAKSA 1. Desa Pasir Nangka 2. Desa Cisereh 3. Pasir Bolang 4. Kelurahan Kadu Agung 3 KECAMATAN KRESEK 1. Desa Patrasana 2. Desa Talok 3. Desa koper 4. Desa Renged 5. Desa Kresek 6. Desa Pasir Ampo 4 KECAMATAN SUKAMULYA 1. Desa Kubang 2. Desa Kali Asin 3. Desa Bumi Ayu 4. Desa Bunar 5. Desa Sukamulya 5 KECAMATAN GUNUNG KALER 1. Desa Gunung Kaler 2. Desa Kandawati 3. Desa Onyam 4. Desa Cibetok 5. Desa Kedung 6 KECAMATAN PAKUHAJI 1. Desa Kali Bru 141

24 NO Kecamatan/Desa 2. Buaran Banbu 3. Kelurahan Pakuhaji 4. Desa Rawa Boni 5. Desa Laksana 6. Desa Kohod 7 KECAMATAN TELUK NAGA 1. Desa Babakan Asem 2. Desa Melayu Timur 3. Desa Pangkalan 4. Desa Tanjung Pasir 5. Desa Teluk Naga 6. Desa Tanjung Burung 8 KECAMATAN KEMIRI 1. Desa Klebet 2. Desa Lontar 3. Desa Legok 4. Desa Patra Manggala 5. Desa Karang Anyer 9 KECAMATAN PASAR KEMIS 1. Desa Gelam Jaya 10 KECAMATAN KOSAMBI 1. Desa Salembaran Jati 2. Kel. Salembaran Jaya 3. Desa Dadap 4. Desa Cangklung 5. Desa Kosambi Timur 6. Desa Kosambi Barat 11 KECAMATAN JAMBE 1. Desa Pasir Barat 2. Desa Ancol Pasir 12 KECAMATAN MAUK 1. Kel. Mauk Barat 2. Desa Mauk Barat 3. Desa Gunung Sari 13 KECAMATAN SOLEAR 14 KECAMATAN RAJEG 142

25 NO Kecamatan/Desa 1. Desa Rajeg Mulya 2. Desa Ranca Bango 3. Desa Mekar Sari 4. Desa Jambu Karya 15 KEC. SEPATAN 1. Desa Karet 2. Desa Pondok Jaya 3. Desa Pisangan Jaya 4. Desa Mekar Jaya 5. Kel. Sepatan 16 KECAMATAN KRONJO 1. Desa Cirumpak 2. Ds. Pagedangan Udik 3. Desa Pagedangan Ilir 4. Desa Muncung 17 KECAMATAN BALARAJA 18 KECAMATAN PAGEDANGAN 1. Desa Karang tengah 19 KEC. SINDANG JAYA 1. Desa sindang sono 2. Desa Badak Anom 20 KEC. LEGOK 1. Desa Bojong Kalam 21 KECAMATAN CIKUPA 1. Desa Budi Mulya 22 SEPATAN TIMUR 1. Desa Gempol 23 KECAMATAN CISAUK 1. Desa Cisauk 24 KECAMATAN KELAPA DUA 25 KECAMATAN PANONGAN 26 KECAMATAN SUKADIRI 27 KECAMATAN CURUG 143

26 Gambar 4.1 Peta Sebaran Banjir Perlu penanganan serius dari SKPD terkait secara terintegrasi dan konsisten karena bencana tersebut sangat merugikan masyarakat baik dari sisi kesehatan maupun perekonomian. 144

27 4.3.3 Peningkatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Penyediaan Air bersih di Kabupaten Tangerang tergolong belum optimal, hal tersebut dikarenakan minimya sumber air baku. Sebagian sumber air baku

28 terjadi diwilayah utara. Sehingga perlu konservasi, pengembangan dan pengendalian sumber air untuk memenuhu kebutuhan air bersih secara berkelanjutan. Begitupun dengan udara dan tanah yang sudah tercemar. Persampahan juga sudah menjadi permasalahan serius. Banyak TPA liar di wilayah Kabupaten Tangerang terutama ditempat-tempat umum seperti di sekitar Pasar. Perlu pengembangan TPST untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA Jatiwaringin. Selain persampahan perlu juga pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin hari semakin sedikit akibat pertumbuhan industri dan perumahan yang semakin luas. Tabel 4.2 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau 146

29 Luas area kawasan perkotaan ,29 ha, jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Tangerang dengan luas ha. Berarti luasan kawasan perkotaan mencapai 60% dari total wilayah kabupaten dan kebutuhan masih Ha Sementara terkait pemanfaatan air tanah saat ini harus mulai serius untuk dikendalikan, mengingat banyaknya industri masuk ke kabupaten Tangerang menggunakan air bawah tanah dangkal yang rawan menganggu kesediaan air tanah untuk keperluan rumah tangga yang tingkat kebutuhannya semakain tinggi. Sehingga konservasi air tanah penting dilakukan untuk menjaga kelestarian, kesinambungan, ketersediaan, kuantitas dan kualitas daya dukung lingkungan, fungsi air tanah, dan mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan air tanah. Prinsip pengambilan air bawah tanah juga perlu di perhatikan yaitu : 1. Penyadapan air tanah yang terkandung dalam akuifer bebas atau dangkal pada kedalaman kurang dari 50 m hanya diperuntukan bagi penyediaan air untuk rumah tangga 2. Penyadapan pemanfaatan dan pengusahaan air tanah untuk keperluan niaga, industri dan kegiatan lainnya dilakukan pada akuifer tengah dan dalam yang merupakan akuifer tertekan dengan kedalaman lebih dari 50 m. 3. SKPD melakukan evaluasi Zonasi Air Tanah setiap 3 (tiga) tahun sekali melalui penganggaran yang disediakan oleh Pemerintah Daerah 147

30 Gambar 4.3 Peta Zonasi Air Tanah Kabupaten Tangerang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun berikut RDTR per kecamatannya yang disusun secara bertahap menjadi pedoman dalam pemanfaatan ruang di Kabupaten Tangerang. Saat ini masih ada pihak-pihak yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan kaidah RTRW. Oleh karena itu perlu keterlibatan semua pihak terkait untuk bersama-sama menegakan RTRW dengan berorientasi pada pengembangan kawasan yang seimbang. Keterlibatan baik dalam perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian ruang. 148

31 4.3.5 Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan dan Permukiman Di Kabupaten Tangerang terdapat rumah tidak layak huni dan kawasan kumuh. Bukan perkara mudah memang untuk menangani hal tersebut, namun penanganan yang sistematis, konsisten dan komprehensif meliputi Prasarana, Sarana dan Utility (PSU) akan sangat membantu dalam peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman Perumahan komersial yang tersebar menjadi cluster-cluster kecil juga menjadi permasalahan. Sarana prasarana pendukung yang tidak terintegrasi seperti sistem drainase sering menyebabkan genangan yang berimbas pada masyarakat sekitarnya. Hal itu juga perlu penerapan pola ruang dan pengawasan yang tegas dari pemerintah daerah Peningkatan Akses Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Pendidikan dan kesehatan saat ini menjadi hal yang sangat penting, sehingga akses masyarakat terutama untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dapat mudah dijangkau. Rumah Sakit Umum (RSU) saat ini sudah terbangun RSUD Kab. Tangerang di wilayah selatan, RSUD Balaraja di wilayah tengah dan RSU Pantura di wilayah utara. Sarana yang masih perlu ditingkatkan adalah Puskesmas dan jaringannya, yaitu dengan meningkatkan status Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas mampu PONED 24 jam. 149

32 Untuk bidang pendidikan, kebutuhan ruang kelas masih tinggi sehingga satu kelas masih ada yang digunakan untuk 2-3 shift. Perlu ditingkatkan sarana dan prasarana pendidikan milik Pemerintah Daerah yang lebih terjangkau, penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan pasar pun menjadi penting, mengingat Kabupaten Tangerang memiliki banyak perindustrian yang tentunya memerlukan tenaga kerja yang kompeten Penguatan Ketahanan Pangan Pemanfaatan lahan saat ini belum optimal yang disebabkan antara lain oleh terbatasnya tenaga kerja (baik manusia, ternak kerja maupun mesin/traktor), tingkat kesuburan tanah yang rendah dan belum tersedianya saluran irigasi & drainase yang memadai serta terbatasnya modal petani untuk mengelola usaha taninya. Sehingga perlu adanya pengembangan agribisnis tanaman pangan di Kabupaten Tangerang dalam penyediaan bibit, pupuk, irigasi, pengolahan, penyuluh, dan jaringan pemasaran untuk meningkatkan kesejahteraan petani. 150

33 Pengembangan budidaya perikanan berbasis masyarakat dan kemitraan juga diperlukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan nelayan dan pelaku usaha perikanan Penanggulangan Kemiskinan Masyarakat miskin atau rumah tangga sangat miskin di Kabupaten Tangerang pada tahun terakhir mencapai rumah tangga sementara keluarga yang rentan sosial ekonomi mencapai keluarga. Dengan angka kemiskinan yang masih cukup besar perlu penanganan lintas sektor dan lintas SKPD secara terintegrasi dan konsisten melalui pelaksanaan program dan kegiatan yang langsung, menyentuh dan berdampak luas. Dengan penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan terarah diharapkan dapat mencegah efek domino kemiskinan yang dikawatirkan dapat meningkatkan jumlah kawasan kumuh, menurunnya kesehatan masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan dan tentu saja meningkat pula angka kriminal yang bukan tidak mungkin akan memperkeruh iklim investasi di Kabupaten Tangerang Peningkatan Kualitas dan Perlindungan Ketenagakerjaan Perkembangan sektor industri di Kabupaten Tangerang sangat menggembirakan, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan penyiapan dan penyediaan tenaga kerja. Hasilnya tenaga kerja masyarakat Kabupaten Tangerang kurang memiliki daya saing sehingga banyak yang lebih memilih lapangan kerja di sektor informal. Oleh karena itu perlu penyiapan tenaga kerja yang handal dan kompeten diantaranya melalui penyediaan Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) yang profesional dan peningkatan kerjasama pendidikan terutama SMK dengan dunia usaha. 151

34 Selain itu perlindungan terhadap tenaga kerja sudah harus menjadi perhatian utama terkait banyaknya penyimpangan pelaksanaan kelembagaan outsourching yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengawasan terhadapa lembaga outsourching harus ditingkatkan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pengawas tenaga kerja untuk meminimalisir terjadinya kasus perselisihan hubungan industrial yang dapat merugikan tenaga kerja dan investasi industri itu sendiri Peningkatan Iklim Investasi dan ekonomi daerah Istilah Kabupaten Tangerang sebagai Kota Seribu Industri yang memiliki potensi investasi yang luar biasa sudah seharusnya pemerintah menjaga iklim investasi tetap pada koridor yang aman bagi para investor. Menekan angka kriminalitas dan penyederhanaan birokrasi perijinan menjadi bagian yang harus segera dibenahi dan ditingkatkan pelayanannya. Pengembangkan sistem Informasi Manajemen dalam bidang Penanaman modal melalui pemanfaatan Teknologi Informasi dan Multimedia serta peningkatan kerjasama daerah dengan daerah lainnya maupun dengan dunia usaha juga menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dirampungkan untuk mendukung iklim investasi yang kondusif. Sisi lain perekonomian daerah yang harus diperhatikan adalah peningkatan ekonomi daerah berbasis industri dan UMKM terutama pada sektor pertanian dan perikanan. Peningkatan kualitas produksi harus terus didorong melalui penerapan system manajemen mutu dan penyediaan cluster yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Permasalahan birokrasi pada umumnya adalah organisasi pemerintahan dan SDM aparatur belum tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing), peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, inkonsisten, tidak jelas, dan multitafsir serta pola pikir (mind-set) dan budaya kerja (culture-set) 152

35 belum sepenuhnya mendukung birokrasi yang efisien, efektif dan produktif, dan profesional. Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang perekonomiannya sedang tumbuh pesat dan didiringi dengan pertumbuhan penduduknya yang cukup tinggi. Namun hal tersebut belum menjamin seluruh masyarakat Kabupaten Tangerang mendapatkan kesejahteraan yang layak secara merata. Selain itu pengelolaan keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan yang masih belum efektif dan efisien tutur berpeng, artinya manfaat yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat nilainya belum optimal. Pada kondisinruh dari kurang optimalnya palayanan publik. Untuk itu perlu peningkatan layanan publik untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Kabupaten Tangerang melalui reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi merupakan suatu proses yang berkesinambungan seiring dengan dinamisasi perubahan yang terjadi. Reformasi birokrasi merupakan salah satu langkah untuk menata sistem organisasi. Oleh karenanya, agar sistem tersebut berjalan dengan harmonis dalam mencapai visi dan misi yang diembannya, reformasi birokrasi harus diimbangi dengan penataan pada berbagai elemen pendukungnya. Kabupaten Tangerang untuk mencapai visi dan misinya, diperlukan suatu grand design yang akan menjadi acuan dan pedoman bagi top management dalam melakukan reformasi birokrasi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. Reformasi birokrasi yang dimaksudkan adalah reformasi di bidang manajemen pemerintahan umum yang akan mencakup 4 dimensi yaitu dimensi tata nilai, kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumber daya aparatur. Pemerintah Kabupaten Tangerang saat ini telah memulai langkah perwujudan reformasi birokrasi sebagaimana termaktub dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Reformasi birokrasi perlu diwujudkan demi 153

36 meningkatnya kualitas pelayanan publik agar tercipta pemerintahan yang profesional, baik, bersih, bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme Peningkatan Moral dan Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan Partisipasi masyarakat perlu ditingkatkatkan dalam setiap tahapan pembangunan daerah hal tersebut sejalan dengan peraturan perundangundangan terkait perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan daerah. Kegiatan yang telah melibatkan masyarakat secara aktif saat ini diantaranya yaitu kegiatan Musrenbang, Program Gebrak Pakumis dan lain sebagainya. Kegiatan semacam itu harus terus ditingkatkan dan diadopsi oleh kegiatan-kegiatan lain pada tiap sektor pembangunan. Selain itu moral dan peran masyarakat terutama pemuda sebagai tulang punggung daerah dalam pembangunan pun secara aktif perlu ditingkatkan melalui penyediaan sarana dan prasarana pendukung yang memicu kegiatan positif seperti sarana keagamaan, olahraga, seni dan budaya. Hal tersebut juga mencegah masyarakat usia muda terjerumus dalam bahaya narkoba dan tindak kriminal. Dalam upaya menumbuhkan nilai-nilai agama dalam penyelenggaraan pemerintahan serta kehidupan bermasyarakat dan mewujudkan masyarakat yang cerdas dan berakhlak mulia pemerintah Kabupaten Tangerang memberikan insentif kepada guru ngaji serta meningkatkan kemampuan baca Al-Qur an pada institusi pendidikan. Dalam rangka meningkatkan pelayanan keagaamaan diberikan wadah untuk lembaga keagamaan berupa Kantor Bersama Bidang Keagamaan pada tingkat Kecamatan dan Kabupaten yang bertujuan meningkatkan pelayanan keagamaan dibangun Gedung Bersama Bidang Keagamaan, lembaga-lembaga keagamaan seperti LPTQ, KUA, Bazda dan organisasi keagamaan yang lainnya Pengendalian Kependudukan yang lebih serasi dan berimbang Pertumbuhan penduduk Kabupaten Tangerang cukup tinggi mencapai 3,03%, hal tersebut disebabkan oleh tingginya arus urbanisasi dan tingkat 154

37 kelahiran yang mencapai 52,248 jiwa per tahun. Implikasi ledakan penduduk yang mungkin terjadi tidak hanya mengancam ketersediaan pangan dan daya dukung lingkungan namun juga yang berdampak luas terhadap bidang kehidupan lainnya yaitu kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi secara makro dan berbagai matra kependudukan lainnya. Urbanisasi sendiri dapat menimbulkan banyak permasalahan kota potret ini umumnya terekam melalui wajah perkotaan, dengan sudut-sudut pemukiman kumuh. Hal ini, dikarenakan sebagian besar kaum urban adalah tenaga tak terdidik yang biasanya menjadi buruh kasar dan memperoleh penghasilan minim. Selain itu penduduk Kabupaten Tangerang menyebar dengan tidak merata yang diakibatkan tidak meratanya pusat kegiatan perekonomian hal tersebut memberi dampak negatif terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan pada wilayah perkotaan. Pengelolaan perkembangan kependudukan harus digarap secara serius sebagai upaya penyelenggaraan kegiatan pengendalian penduduk melalui pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, penyuluhan, dan evaluasi masalah perkembangan kependudukan. 155

38 156

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Pada awal tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Tangerang memasuki babak baru pembangunan daerah seiring terpilihnya kepala daerah baru. Dalam masa jabatannya

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAN BADAN PADA

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAN BADAN PADA PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAN BADAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAN BADAN PADA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 4.1. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi dan fenomena yang terjadi di Kabupaten Lebak serta isu strategis, maka ditetapkan prioritas

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Rencana program dan kegiatan Prioritas Dearah Tahun 2013 yang dituangkan dalam Bab V, adalah merupakan formulasi dari rangkaian pembahasan substansi

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Pembangunan yang diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak yang memberikan dampak luas bagi masyarakat, sebagai berikut : 8.1. Indikasi Program

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB V VISI, MISI, DAN V - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 5.1. VISI Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

REKAPITULASI ANGGARAN DAN REALISASI BERDASARKAN MISI PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG TAHUN 2012

REKAPITULASI ANGGARAN DAN REALISASI BERDASARKAN MISI PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG TAHUN 2012 Misi 1 163 358,829,768,129 302,555,469,461 84.32% Urusan Pendidikan 79 233,617,961,655 200,628,537,308 85.88% 1 Program Pendidikan Anak Usia Dini 5 1,300,000,000 1,275,743,850 98.13% 2 Program Wajib Belajar

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN Prioritas pembangunan Kabupaten Lingga Tahun diselaraskan dengan pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan sesuai dengan amanat dari Peraturan

Lebih terperinci

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN

BAB VI TUJUAN DAN SASARAN BAB VI TUJUAN DAN SASARAN Penetapan tujuan dan sasaran organisasi di dasarkan pada faktor-faktor kunci keberhasilan yang dilakukan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan dan sasaran dirumuskan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , ,

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , , Anggaran (Sebelum 21 Program Pengadaan, Peningkatan Sarana Dan 4.654.875.000,00 18.759.324.259,00 15.731.681.490,00 83,86 Prasarana Rumah Sakit 22 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rumah 39.808.727.000,00

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1. INDIKASI DAN PROGRAM PRIORITAS Program prioritas perlu ditetapkan untuk mengarahkan pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 821 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN SERANG DITERBITKAN OLEH BAGIAN ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN Upaya untuk mewujudkan tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan dari setiap misi daerah Kabupaten Sumba Barat

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2012 merupakan periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO 1 PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan serta pencapaian target-target pembangunan pada tahun 2016, maka disusun berbagai program prioritas yang

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA SELATAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAN BADAN DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN 2009-2014 No AGENDA PROGRAM Pagu Indikatif Tahunan dan Satu Tahun Transisi (%) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH. 1. Menanggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan;

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH. 1. Menanggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan; BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH VII.1 Program Pembangunan Daerah Berdasarkan visi, misi serta tujuan yang telah ditetapkan, maka upaya pencapaiannya dijabarkan secara sistematik melalui

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Sasaran Indikator Kinerja Utama Satuan TARGET PROGRAM PEMBANGUNAN ANGGARAN Meningkatnya Ketahanan Ekonomi Keluarga Terwujudnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo VISI : PONOROGO LEBIH MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS MISI I : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA LAMPIRAN I PERATURAN STRUKTUR ORGANISASI DAERAH STAF AHLI 1. STAF AHLI HUKUM, POLITIK DAN PEMERINTAHAN 2. STAF AHLI EKONOMI, DAN PEMBANGUNAN 3. STAF AHLI KEMASYARAKATAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA SEKRETARIS

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Desa Jatilor saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa), maka untuk pembangunan

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1 Menurunnya angka 1 Angka Kemiskinan (%) 10-10,22 kemiskinan 2 Pendapatan per kapita

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan daerah Kabupaten Ngawi 2010 2015, Pemerintah Kabupaten Ngawi menetapkan strategi yang merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

VISI : TERWUJUDNYA BANGKALAN YANG MAKMUR, MANDIRI DAN AGAMIS

VISI : TERWUJUDNYA BANGKALAN YANG MAKMUR, MANDIRI DAN AGAMIS Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Arah Kebijakan 1 Mewujudkan sumber daya manusia Bangkalan yang agamis, produktif, berkualitas dan berdaya saing kualitas sumber daya manusia agar berdaya saing,

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2017 BAGIAN ORGANISASI SETDA KABUPATEN INDRAMAYU 2016

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2017 BAGIAN ORGANISASI SETDA KABUPATEN INDRAMAYU 2016 PERANGKAT DAERAH TAHUN 2017 BAGIAN ORGANISASI SETDA 2016 DAERAH ========================================== SEKRETARIS DAERAH JABATAN FUNGSIONAL ASISTEN PEMERINTAHAN ASISTEN EKONOMI, PEMBANGUNAN, DAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH - 125 - BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan untuk mencapai Visi dan Misi selanjutnya dipertegas melalui strategi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMK Aceh Tamiang Tahun 2013-2017, baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

RANCANGAN RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

RANCANGAN RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Disampaikan Oleh : Dr. H. WAHIDIN HALIM, M.Si. GUBERNUR BANTEN Serang, 20 JUNI 2017 1 KONDISI EKSISTING 2 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO CAPAIAN IPM CAPAIAN LPE 2014 2015 2016

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang II. Dasar Hukum III. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Gambaran Umum Demografis 3. Kondisi Ekonomi BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Perumusan Kebutuhan Pendanaan dalam perencanaan jangka menengah ini berlandaskan kaidah Budget follows Program. Selaras dengan penganggaran

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan Umum adalah arahan strategis yang berfungsi sebagai penunjuk arah pembangunan Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk jangka panjang. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Visi Kabupaten Sleman adalah Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera, mandiri, berbudaya dan terintegrasinya sistem e-government menuju smart

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... D A F T A R I S I Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... (i) (ii) (vii) PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016...

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016

Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016 Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016 No. Prioritas Pembangunan Program/Pembangunan Indikator Kinerja Target SATUAN AWAL 2014 2015 2016 2017 2018 1 Percepatan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : DR.

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Pada dasarnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2011-2016 diarahkan untuk menjadi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi kepada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Agus Bastian,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR Pemerintah Provinsi Banten Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

Walikota dan Wakil Walikota Samarinda. Periode

Walikota dan Wakil Walikota Samarinda. Periode VISI, MISI dan AGENDA PRIORITAS Walikota dan Wakil Walikota Samarinda Periode 2016-2021 1 INDIKATOR MAKRO KOTA SAMARINDA TARGET TAHAP 3 RPJPD KOTA SAMARINDA 2005-2025 PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS KOTA

Lebih terperinci

D I N A S BIDANG PELAYANAN KESEHATAN BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT BIDANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SEKSI GIZI MASYARAKAT

D I N A S BIDANG PELAYANAN KESEHATAN BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT BIDANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SEKSI GIZI MASYARAKAT NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SERANG DAN ASET PROGRAM DAN EVALUASI PELAYANAN KESEHATAN KESEHATAN MASYARAKAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1 Strategi Strategi merupakan pemikiran-pemikiran konseptual analitis dan komprehensif tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk memperlancar atau memperkuat pencapaian

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2013 periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan dirumuskan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017 PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun 2017-2022 Wates, 27 September 2017 1 PDRB PER KAPITA MENURUT KABUPATEN/ KOTA DI D.I. YOGYAKARTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU, 2012-2016 (JUTA RUPIAH) 1 PERSENTASE PENDUDUK

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat 5.1 Visi Visi adalah suatu gambaran keadaan masa depan yang ingin diwujudkan berdasarkan segala sumber daya yang dimiliki. Visi yang ditetapkan dapat memberikan motivasi kepada seluruh aparatur serta masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, tiap individu selalu dihadapkan pada aturan, norma, standar, ukuran yang harus dipenuhi. Aturan, norma, standar, maupun ukuran tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Ambon Pembangunan Kota Ambon tahun 2011-2016 diarahkan untuk mewujudkan Visi Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. PEDOMAN TRANSISI Walaupun masa jabatan Walikota Lubuklinggau periode 2013 2018 akan berakhir pada bulan Pebruari 2018, namun pelaksanaan RPJMD Kota Lubuklinggau

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 7 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PERIODE : 2017-2022 NO 1 1 1106 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KOTA CIREBON 1/1/15

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KOTA CIREBON 1/1/15 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KOTA CIREBON 1/1/15 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang

Lebih terperinci