PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Pakuhaji. Rajeg. Sepatan Timur Kutabumi. Binong. Jl. Jl. Emas. Bojong Nangka Panongan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Pakuhaji. Rajeg. Sepatan Timur Kutabumi. Binong. Jl. Jl. Emas. Bojong Nangka Panongan."

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Tegal Angus Mekar Baru Mauk Sukawali Kronjo Sukadiri Teluknaga Kosambi Kemiri Pakuhaji Gunung Kaler Rajeg Salembaran Jaya Sukatani Sepatan Kresek Sepatan Timur Kutabumi N Sukamulya Sindang Jaya W E Jayanti Balaraja Pasir Jaya Jl Jl Kutai S Gembong Cikupa Binong Kelapa Dua Pasir Jaya Jl. Jl. Emas Curug Cisoka Bojong Nangka Panongan Tigaraksa Legok Pagedangan Cikuya Jambe Bojong Kamal Cisauk Suradita Penyerahan Piala Lomba Menulis Surat Untuk Bupati Dalam Rangka HKN Ke-46 Penyerahan Hadiah Door Prize Oleh Bupati Dalam Rangka HKN Ke-46 Penyerahan Hadiah Door Prize Oleh Bupati Dalam Rangka HKN Ke-46 DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG Jl.DAAN MOGOT NO 4. TLP (021) , FAX (021)553116

2 .Profil Dinas Kesehatan 2011 SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I : PENDAHULUAN... 1 BAB II : GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Tangerang Kependudukan Strata Penduduk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Angka Harapan Hidup... 7 BAB III : PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN Derajat Kesehatan Jumlah Kematian Bayi dan Ibu Angka Kesakitan BAB IV : UPAYA KESEHATAN 4.1. Pelayanan Kesehatan Dasar Status Gizi Perilaku Masyarakat Kesehatan Lingkungan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Pengobatan Pelayanan Rumah Sakit Pelayanan Kesehatan pada Masyarakat Miskin iii 2011

3 .Profil Dinas Kesehatan 2011 BAB V : SUMBER DAYA KESEHATAN Ketenagaan Pembiayaan Kesehatan Sarana Kesehatan Dasar BAB VI : PENUTUP LAMPIRAN-LAMPIRAN iv 2011

4 .Profil Dinas Kesehatan 2011 DAFTAR TABEL Tbl II.1 : Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Tangerang Tahun Tbl II.2 : Kepadatan Penduduk Menurut KecamatanDi Kabupaten Tangerang Tahun Tbl II.3 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur... 6 Tbl II.4 : Umur Harapan Hidup di Kab. Tangerang Th Tbl III.1 : Data Kasus Demam Berdarah Dengue Tahun Tbl III.2 : Cakupan Pengobatan Massal Filariasis Tahun Tbl III.3 : Persentase Cakupan Kasus Diare Semua Umur Tbl III.4 : Persentasi Cakupan Kasus Diare Pada Balita Tahun Tbl III.5 : Persentasi Target dan Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia Tbl III.6 : Distribusi Kasus TB-MDR Tahun Tbl III.7 : Penemuan Kasus Baru Kusta Tbl III.8 : Pola Kasus PD3I Tahun Tbl III.9 : Kejadian Luar Biasa Tahun Tbl IV.1 : Status Gizi Balita Tahun Tbl IV.2 : Kegiatan penyuluhan Promosi Kesehatan Tahun Tbl IV.3 : Statistik Sasaran Kegiatan penyuluhan Promosi Kesehatan Tahun Tbl IV.4 : Pembentukan Desa Siaga Tahun Tbl IV.5 : Pengembangan Desa SiagaTahun Tbl IV.6 : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Tahun Tbl IV.7 : Klasifikasi Posyandu Tahun Tbl IV.8 : Prosentase Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun Tbl IV.9 : Hasil Pencapaian Sasaran Program Penyehatan Lingkungan di Kabupaten Tangerang Tahun v 2011

5 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Tbl IV.10 : Data hasil pengawasan di tempat pengolahan makanan dan minuman Tbl IV.11 : Data Hasil Pengawasan makanan tahun Tbl IV.12 : Cakupan Imunisasi Rutin Menurut Jenis Antigen Di Kabupaten Tangerang Tahun Tbl IV.13 : Universal Child Immunization (UCI) Desa Tahun Tbl IV.14 : Cakupan Bulan Imunisasi Anak Sekolah Tahun Tbl IV.15 : Sekolah yang mendapatkan pelayanan Penjaringan Kesehatan Tahun Tbl IV.16 : Jumlah Siswa yang diperiksa Pada Kegiatan Penjaringan Kesehatan Tahun Tbl. IV.17 : BOR, LOS dan TOI Rumah Sakit Di Kabupaten Tangerang Tahun Tbl. IV.18: NDR dan GDR Rumah Sakit Di Kabupaten Tangerang Tahun Tbl IV.19 : Capaian Pelayanan Kesehatan Dasar Peserta Jamkesmas Tahun Tbl IV.20 : Peserta Jamkesmas Berdasarkan Kelompok Umur Yang Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Dasar di Fasilitas Pelayanan Dasar Tahun Tbl IV.21 : ANC Dan PNC Pelayanan Persalinan Di Pelayanan Dasar Tahun Tbl 1V.22 : Realisasi JAMKESDA Kabupaten Tangerang Yang Dikelola Dinas Kesehatan Tahun Anggaran Tbl IV.23 : Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Telah Memliki Izin Di Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun Tbl V.1 : Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Pemerintah & Swasta Tahun Tbl V.2 : Jumlah Anggaran Kesehatan di Kabupaten Tangerang Tahun 2010 dan Tbl V.3 : Sarana Kesehatan di Kabupaten Tangerang Tahun vi 2011

6 .Profil Dinas Kesehatan 2011 DAFTAR GRAFIK Grafik II.1 : Perkembangan IPM Kabupaten Tangerang Tahun Grafik III.1 : Jumlah Kematian Bayi Tahun Grafik III.2 : Penyebab Kematian Bayi Tahun Grafik III.3 : Jumlah Kematian Ibu Tahun Grafik III.4 : Penyebab Kematian Ibu Tahun Grafik III.5 : 10 Besar Penyakit Tahun Grafik III.6 : Insidens Rate dan Case Fatality Rate kasus DBD di Kabupaten Tangerang Tahun Grafik III.7 : Distribusi Kasus Filariasis per Tahun Tahun Grafik III.8 : Cakupan Pengobatan Massal Filariasis Tahun Grafik III.9 : Angka Keberhasilan Pengobatan Filariasis Tahun Grafik III.9 : Presentase Kasus Diare Semua Umur Tahun Grafik III.10:Grafik Maximum dan Minimum Pemantauan Kasus Diare Bulanan Grafik III.11: Case Detection Rate Kasus TB Paru BTA Positif Grafik III.12: Konversi Kasus TB Paru BTA Positif Grafik III.13: Succes Rate TB Paru BTA Positif Grafik III.14: Case detection Rate kasus Kusta di Kabupaten Tangerang Tahun Grafik III.15 : Trend penemuan Kasus HIV AIDS di Kabupaten Tangerang Tahun Grafik III.16 : Kasus HIV - AIDS per-kecamatan Tahun Grafik III.17: Penyakit Tidak Menular Utama di Kabupaten Tangerang Tahun Grafik IV.1 : Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K1) Grafik IV.2 : Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K4) Grafik IV.3: Cakupan Pertolongan Persalinan oleh vii 2011

7 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Tenaga Kesehatan Tahun Grafik IV.4 : Status Gizi Balita (BB/U) Tahun Grafik IV.5 : Jumlah Kasus Gizi Buruk yang Dirawat Tahun Grafik IV.6 : Presentasi Cakupan Vitamin A Tahun Grafik IV.7 : Grafik Cakupan Sekolah Yang Mendapatkan Pelayanan Penjaringan Kesehatan Tahun Grafik IV.8 : Jumlah Siswa yang Diperiksa Pada Kegiatan Penjaringan Kesehatan Tahun Grafik IV.9 : Jumlah Lansia Tahun Grafik IV.10: Kegiatan Lansia di Kabupaten Tangerang Tahun Grafik IV.11: Jumlah Lansia Diperiksa di Posbindu Tahun Grafik IV.12: Jumlah Lansia Dirujuk ke Puskesmas dan Rumah Sakit Tahun Grafik IV.13: Cakupan Pelayanan Remaja Tahun Grafik IV.14: Jumlah Kunjungan Kasus di Klinik Remaja Tahun Grafik IV.15: Prosentase Penggunaan Antibiotik Di Puskesmas Tahun Grafik IV.16: Prosentase Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Jenis Di Puskesmas Tahun Grafik IV.17: Penggunaan antibiotik pada ISPA Non Pneumonia dan diare non spesifik Grafik IV.18:Penggunaan Antibiotik pada Diare Non Spesifik dan ISPA non Pneumonia Grafik IV.19:Persentase Kunjungan Pasien ke Pelayanan Pengobatan di Puskesmas Kabupaten Tangerang Tahun Grafik IV.20: 10 Penyakit Terbanyak Pada Usia Angkatan Kerja di Kabupaten Tangerang Tahun Grafik IV.21: Hasil Pencapaian Pelayanan Kesehatan Gigi Kabupaten Tangerang viii 2011

8 .Profil Dinas Kesehatan 2011 DAFTAR GAMBAR Gbr.IV.1 : Peta Kecamatan Rawan Gizi Gbr IV.2 : Peta Posbindu di Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun ix 2011

9 .Profil Dinas Kesehatan 2011 BAB I : PENDAHULUAN Pembangunan Kesehatan tahun 2011 di Kabupaten Tangerang bila dibandingkan dengan pembangunan kesehatan di tahun 2010 telah mengalami peningkatan, selain anggaran dari pemerintah daerah, bertambahnya anggaran untuk masyarakat tidak mampu melalui jamkesmas, jampersal dan jamkesda telah berhasil meningkatkan upaya peningkatan pelayanan publik disektor kesehatan mulai dari pelayanan dasar sampai dengan pelayanan rujukan. Upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia kesehatan secara berkelanjutan terus dilakukan, diantaranya melalui kegiatan pelatihan dan workshop dengan tujuan agar petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan publik dengan lebih profesional dan sesuai dengan kompetensinya. Upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dilakukan juga melalui peningkatan status puskesmas menjadi puskesmas yang sudah menerapkan ISO, di tahun 2011 sudah ada 7 puskesmas yang telah memiliki sertifikat ISO yaitu Puskesmas Kelapa Dua, Puskesmas Mauk, Puskesmas Sepatan, Puskesmas Kronjo, Puskesmas Jl Emas, Puskesmas Balaraja dan Puskesmas Curug, sehingga masyarakat mendapatkan mutu pelayanan kesehatan yang lebih baik. Kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu hal ini harus terus kita jaga, mengingat penyebab penyakit yang disebabkan lingkungan dan pola hidup yang tidak sehat masih sangat dominan, keluhan masyarakat terhadap pelayanan rujukan masih terasa namun secara bertahap permasalahan ini dapat diatasi dengan peningkatan kemampuan tenaga medis maupun non medis baik secara tehnis maupun manajemen. Hal lain yang perlu disadari bahwa keberhasilan peningkatan kesehatan masyarakat juga dipengaruhi dari dukungan instansi instansi pemerintah lainnya seperti Dinas Pendidikan, BKBPP, Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda, BLHD, Disbangkin dan lain-lain dengan adanya kerjasama semua instansi yang terkait, maka semakin mempercepat pencapaian Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Tangerang, yaitu "Kemandirian Masyarakat Untuk Hidup Sehat. Kondisi pembangunan kesehatan tahun 2011 secara lintas program dijalankan dengan strategi dan perencanaan yang berpihak kepada masyarakat. 1 Profil

10 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Untuk memberi gambaran terhadap peningkatan pelayanan kesehatan maka profil kesehatan yang dikeluarkan setiap tahun merupakan media untuk memberi gambaran terhadap langkah-langkah yang telah ditempuh oleh Dinas Kesehatan Kab Tangerang, RSU dan Puskesmas beserta seluruh jajaran kesehatan yang ada. Sebagai salah satu pedoman didalam mencapai visi yang telah ditetapkan dan penyelesaian tantangan yang ada, Renstra Pembangunan Kesehatan Kabupaten Tangerang harus menjadi pedoman di dalam perencanaan pembangunan kesehatan. Hal lain yang cukup signifikan adalah peningkatan jumlah anggaran untuk sektor kesehatan melalui anggaran APBD Pemerintah Kabupaten Tangerang, dan dana Jamkesmas yang diberikan Pemerintah Pusat yang pada Tahun 2011 lebih besar dibandingkan dengan Tahun 2010, yang secara langsung memberikan kontribusi perbaikan terhadap seluruh fasilitas kesehatan, baik fisik maupun non fisik yang mengalami kerusakan. Dukungan ini merupakan hal yang positif untuk peningkatan pelayanan kesehatan di Kabupaten Tangerang. Strategi didalam penyusunan data profil dilakukan dengan metode cek silang data, analisa, korelasi antar tabel dan program, serta check and balance dari seluruh Puskesmas dan seluruh program, sehingga keakuratan dan informasi yang disajikan dapat memberi gambaran yang benar dari kondisi yang ada, kemudian dilakukan Pemutakhiran data di tingkat Kabupaten. Penyajian data dilakukan dalam bentuk peta, grafik kependudukan dan pencapaian indikator SPM per Kabupaten, sedangkan didalam pembahasan menyajikan perbandingan pencapaian indikator dari tahun sebelumnya dan target yang akan dicapai. Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang masih mengacu kepada tabel Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Tabel Standar Pelayanan Minimal, dengan sumber data diperoleh dari Dinas Kesehatan, Badan Pusat Statistik, Bappeda, RSUD dan RS Swasta di seluruh Kabupaten Tangerang. 2 Profil

11 .Profil Dinas Kesehatan 2011 BAB II : GAMBARAN UMUM 2.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Tangerang Kabupaten Tangerang merupakan salah satu wilayah di Propinsi Banten terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 106 o o 43 Bujur Timur dan 6 o 20-6 o 20 lintang selatan dengan luas wilayah km 2 dengan batas-batas wilayah : - Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, - Sebelah Timur berbatasan dengan DKI Jakarta,Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak, - Sebelah Barat dengan Kabupaten Serang. Kabupaten Tangerang secara geografis memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-8% menurun ke Utara. Ketinggian wilayah berkisar antara 0-50 m di atas permukaan laut. Daerah Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai dan sebagian besar daerah urban, daerah timur adalah daerah rural dan pemukiman sedangkan daerah barat merupakan daerah industri dan pengembangan perkotaan. Secara administratif pada tahun 2011 Kabupaten Tangerang memiliki 29 wilayah Kecamatan yang terdiri dari 274 wilayah Desa dan Kelurahan Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2011 adalah jiwa yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan, terjadi kenaikan bila dibandingkan dengan tahun Kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang ratarata jiwa/km 2. (sumber : BPS Kabupaten Tangerang), dengan penyebaran penduduk tidak merata, kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi berturut-turut adalah Pasar Kemis, Kelapa Dua dan Curug. Hal ini disebabkan wilayah kedua kecamatan tersebut merupakan daerah kawasan industri, sedangkan Kelapa Dua merupakan pusat perdagangan dan Real estate terbesar di wilayah Kabupaten Tangerang. 3 Profil

12 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Tabel II.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Tangerang Tahun 2011 No Kecamatan Luas wilayah (KM2) Jumlah Desa Jumlah Kelurahan Desa + Kelurahan Jumlah Penduduk 1 Balaraja 33, Jayanti 23, Tigaraksa 48, Jambe 26, Cisoka 27, Kresek 26, Kronjo 44, Mauk 51, Kemiri 32, Sukadiri 24, Rajeg 53, Pasar Kemis 25, Teluknaga 40, Kosambi 29, Pakuhaji 51, Sepatan 17, Curug 27, Cikupa 42, Panongan 34, Legok 35, Pagedangan 45, Cisauk 27, Sukamulya 26, Kelapa Dua 24, Sindang Jaya 37, Sepatan Timur 18, Solear 29, Gunung Kaler 29, Mekar Baru 23, Kabupaten Tangerang 959, Sumber : - Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 4 Profil

13 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Tabel II.2 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Tangerang Tahun 2011 No Kecamatan Kepadatan Penduduk 1 Balaraja Jayanti Tigaraksa Jambe Cisoka Kresek Kronjo Mauk Kemiri Sukadiri Rajeg Pasar Kemis Teluknaga Kosambi Pakuhaji Sepatan Curug Cikupa Panongan Legok Pagedangan Cisauk Sukamulya Kelapa Dua Sindang Jaya Sepatan Timur Solear Gunung Kaler Mekar Baru Kabupaten Tangerang Sumber : - Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 5 Profil

14 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kecamatan Pasar Kemis memiliki kepadatan penduduk paling tinggi di Kabupaten Tangerang pada tahun Strata Penduduk Data dari BPS Kabupaten Tangerang menunjukan struktur penduduk di Kabupaten Tangerang termasuk struktur penduduk usia produktif dengan 68 % penduduk adalah kelompok umur tahun, jumlah penduduk berumur 0-14 tahun sebanyak 29,53 % dan berumur >65 tahun adalah sebanyak 2,47 %. Tabel II.3 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2011 NO KELOMPOK UMUR (TAHUN) LAKI-LAKI JUMLAH PENDUDUK PEREMPUAN LAKI- LAKI+PEREMP UAN JUMLAH Sumber : - Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 6 Profil

15 .Profil Dinas Kesehatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM merupakan ukuran kinerja pembangunan wilayah terhadap pembangunan manusia itu sendiri, dengan upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya, baik aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli) sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan meningkat. Dalam penyusunan IPM terkait erat dengan tiga komponen yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Indeks Pendidikan (lama sekolah) dan Kemampuan Daya Beli (PPP). Peningkatan IPM Kabupaten Tangerang dapat dilihat sebagai berikut : Grafik II.1. Perkembangan IPM Kabupaten Tangerang Tahun IPM 68,4 67,8 67, Sumber : Bappeda Kabupaten Tangerang 2.5. Angka Harapan Hidup Gambaran mengenai tingkat kesehatan masyarakat dapat ditunjukkan oleh Angka Harapan Hidup (AHH). Pada tahun 2011 terdapat kenaikan AHH bila dibandingkan tahun Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di bidang kesehatan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ; dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 7 Profil

16 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Tabel II.4 Umur Harapan Hidup di Kab. Tangerang Th Tahun Umur Harapan Hidup ,43 Sumber : Bappeda Kabupaten Tangerang Gambaran mengenai tingkat kesehatan masyarakat dapat ditunjukkan oleh Angka Harapan Hidup (AHH) pada tahun 2010 adalah 68,43 terdapat peningkatan dibandingkan tahun 2009 yaitu 68 (Sumber : BPS). 8 Profil

17 .Profil Dinas Kesehatan 2011 BAB III : PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN 3.1. DERAJAT KESEHATAN Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Tangerang, berikut ini disajikan situasi mortalitas dan morbiditas Jumlah Kematian Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian di masyarakat dari waktu ke waktu. Selain itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-pengakit utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini Jumlah Kematian Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai belum berusia tepat satu tahun, yang terbagi menurut usia kematiannya. Kematian Neonatal yaitu kematian bayi lahir hidup yang kemudian meninggal sebelum 28 hari kehidupannya. Kematian Neonatal dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kematian Neonatal dini merupakan kematian bayi yang terjadi pada 7 hari pertama kehidupannya dan kematian Neonatal lanjut adalah kematian bayi yang terjadi pada masa 8-28 hari kehidupannya.(pedoman AMP Kemenkes 2010). Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah kematian bayi dibawah satu tahun per kelahiran hidup. Angka ini merupakan indikator yang sensitif terhadap ketersediaan, pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama pelayanan perinatal disamping juga merupakan indikator terbaik untuk menilai pembangunan sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh. 9 Profil

18 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Grafik III.1 Jumlah Kematian Bayi Tahun Dari 178 kematian bayi pada tahun 2011, penyebabnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Grafik III.2 Penyebab Kematian Bayi Tahun 2011 Lain-lain 18,5% Sepsis 4,4% TN 2,2% Asfiksia Asfiksia 31,4% BBLR BBLR 30,8% Lain-lain Sepsis TN Jumlah Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) adalah banyaknya kematian Maternal per kelahiran hidup. Kematian maternal adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk hamil ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus mola), dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental. Angka ini berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama pada ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pada masa nifas. 10 Profil

19 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman (making pregnancy safer) serta Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) oleh tenaga kesehatan terlatih, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228 per kelahiran hidup (Hasil SDKI Tahun 2007). Dengan demikian maka upaya menurunkan angka kematian ibu adalah salah satu prioritas dalam tujuan MDGs 2015 yaitu menjadi 102 per kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu di Kabupaten Tangerang pada tahun 2011 adalah sebanyak 50 orang dengan estimasi Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 200/ Kelahiran Hidup, dihitung dari grafik hubungan antara AKI dan persalinan oleh tenaga kesehatan 85,17%. Grafik III.3 Jumlah Kematian Ibu Tahun Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, hipertensi dan infeksi, faktor-faktor tersebut juga menjadi penyebab kematian ibu di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada grafik di bawah ini : 11 Profil

20 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Grafik III.4 Penyebab Kematian Ibu Tahun 2011 Retensio Placenta 6% HPP 16% HAP 4% Sepsis 4% PER 2% PEB 36% PEB Lain2 HPP Lain2 30% Retensio Placenta HAP Pada tahun 2011, penyebab kematian ibu terbanyak adalah karena PEB sebanyak 20 ibu (36 %) ANGKA KESAKITAN Sepuluh Besar Penyakit Grafik III.5 10 Besar Penyakit Tahun 2011 Infeksi Saluran Nafas Atas Akut Ytt Batuk Hipertensi Essensial (Primer) Gastritis Dan Duodentis Dermatitis Lainnya Myalgia Demam Yang Sebabnya Tak Diketahui Gangguan Gigi Dan Jaringan Penunjang Lainnya Diare Dan Gastroentritis ILI (Influenza Like Illness) Profil

21 .Profil Dinas Kesehatan Penyakit Menular Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular terdiri dari : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik beratkan pada kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) disemua wilayah, dan pemantauan jentik berkala untuk mencapai angka bebas jentik sesuai target ( >95 %), dengan melakukan Lomba sekolah dan desa bebas jentik,penemuan penderita DBD melalui survey jentik dengan melakukan PE dan melaksanakan Foging Fokus sesuai indikasi. Jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Tangerang dilaporkan sebagai berikut Tahun Tabel III.1 Data Kasus Demam Berdarah Dengue Tahun Jumlah Penderita Meninggal IR per Penddk CFR (%) , ,1 0 Grafik III. 6 Insidens Rate dan Case Fatality Rate kasus DBD di Kabupaten Tangerang Tahun ,1 0, IR CFR Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat Incident Rate (IR) kasus DBD turun dari 38 per penduduk pada tahun 2010 menjadi 7,1 per penduduk pada tahun Begitu pula Case Fatality Rate (CFR) turun dari 0,5% menjadi 0%. Upaya yang dilakukan dalam P2DBD diprioritaskan untuk memutus rantai 13 Profil

22 .Profil Dinas Kesehatan 2011 penularan, antara lain : Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Fogging Fokus sesuai indikasi dan Gerakan Desa Bebas Jentik Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Filariasis Filiariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Filariasis merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Tangerang yang dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup, Berikut distribusi kasus filariasis sejak tahun di Kabupaten Tangerang. Grafik III.7 Distribusi Kasus Filariasis Tahun Dari grafik di atas terlihat terjadi penurunan kasus Filariasis yaitu sebanyak 7 kasus pada tahun 2010 menjadi 3 kasus pada tahun 2011, semua kasus ditangani 100%. Sebagai upaya memutuskan rantai penularan kasus Filariasis, sejak tahun 2009 dilaksanakan pengobatan massal di seluruh wilayah kabupaten Tangerang. Ada dua indikator dalam menilai cakupan pengobatan massal yaitu : Angka pencapaian pengobatan = Jumlah penduduk minum obat di Kab. Tangerang x 100 Jumlah seluruh penduduk di Kab. Tangerang Angka keberhasilan pengobatan = Jumlah penduduk minum obat di Kab. Tangerang x 100 Jumlah penduduk sasaran pengobatan massal 14 Profil

23 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Tabel III.2 Cakupan Pengobatan Massal Filariasis Tahun No Tahun Penduduk Sasaran Minum Obat Grafik III.8 Angka Pencapaian Pengobatan Filariasis Tahun ,0% 100,0% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% 98,2% 86,0% 78,2% 86,4% Target Cakupan Angka pencapaian pengobatan merupakan parameter untuk menilai penanggulangan potensi penularan pada penduduk beresiko dan aspek epidemologisnya. Dengan demikian semakin tinggi cakupan menggambarkan semakin kecil resiko penularan filariasis di daerah endemis. Grafik III.9 Angka Keberhasilan Pengobatan Filariasis Tahun % 95% 90% 85% 80% 100% 100% 91% 89% Target Cakupan Profil

24 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Cakupan angka keberhasilan pengobatan, merupakan parameter untuk menilai efektivitas pengobatan massal, semakin tinggi cakupan menunjukan besarnya jaminan bahwa upaya pengobatan akan memberikan hasil yang optimal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diare Penyakit diare adalah penyakit yang menyerang semua golongan usia dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan terutama penggunaan air yang memenuhi syarat kesehatan. Kasus diare pada balita memerlukan perhatian lebih serta penanganan kasus yang cepat dan tepat, mengingat balita sangat rentan terhadap kejadian dehidrasi berat. Upaya program pemberantasan dilakukan melalui edukasi dan peningkatan kemampuan petugas dalam penanggulangan kasus melalui kegiatan audit mutu pelayanan di Puskesmas. Untuk tahun 2011 terdapat perbedaan cara perhitungan target yang menggunakan konstanta rumus baru yang mengacu pada pedoman nasional, yaitu sebagai berikut : a. Perhitungan Target Diare Semua Umur Cara perhitungan target sebelumnya (Tahun 2010) 10% x perkiraan penderita ; dimana perkiraan penderita = 423/1.000 x Penduduk Cara perhitungan target tahun % x perkiraan penderita ; dimana perkiraan penderita = 411/1.000 x Penduduk Secara umum tampak adanya penurunan target dengan penggunaan rumus baru ini karena konstantanya yang lebih kecil, tetapi dinamika pertumbuhan penduduk menyebabkan target penemuan kasus secara absolut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perbandingan target dan cakupan realisasi penemuan kasus diare semua umur ditampilkan pada tabel di bawah ini : Tabel III.3 Persentase Cakupan Kasus Diare Semua Umur Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Tahun Tahun Penduduk Target Diare semua umur Penemuan Kasus Cakupan (%) , ,5 16 Profil

25 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Cakupan dihitung dengan membandingkan jumlah penemuan kasus dengan perkiraan penderita dikalikan 100%. Menurunnya cakupan tahun 2011 antara lain disebabkan karena : 1. Peningkatan angka perkiraan penderita karena pertambahan penduduk yang cukup besar 2. Lemahnya pemberdayaan kader dalam penjaringan kasus secara dini di masyarakat Upaya yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah di atas yaitu : 1. Pertemuan pengelola Program Diare di Puskesmas dalam rangka sosialisasi upaya optimalisasi kader dalam penjaringan kasus diare. 2. Pelatihan tatalaksana diare bagi kader Puskesmas b. Perhitungan Target Diare Balita Cara perhitungan target sebelumnya (Tahun 2010) 10% x perkiraan penderita ; dimana perkiraan penderita = 423/1.000 x Balita Cara perhitungan target tahun % x perkiraan penderita ; dimana perkiraan penderita = 1,3 x Balita Dengan penggunaan rumus baru di atas tampak bahwa target penemuan kasus diare balita akan jauh lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini tentunya berpengaruh pada perolehan cakupan yang akan lebih rendah karena angka target meningkat sangat signifikan. Perbandingan target dan cakupan realisasi penemuan kasus diare balita ditampilkan pada tabel di bawah ini : Tabel III.4 Persentasi Cakupan Kasus Diare Pada Balita Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun Tahun Balita Target Diare Balita Penemuan Kasus Cakupan (%) , ,4 17 Profil

26 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septe Oktober Nove Desem.Profil Dinas Kesehatan 2011 Menurunnya cakupan tahun 2011 antara lain disebabkan oleh : 1. Peningkatan target yang cukup signifikan dengan penggunaan rumus baru 2. Lemahnya pencatatan dan pelaporan kasus yang terjaring di luar gedung. Upaya yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah diatas yaitu : 1. Bimbingan teknis mengenai prosedur tatalaksana kasus serta pencatatan dan pelaporan kasus diare bagi pengelola program diare di Puskesmas 2. Validasi data kasus diare setiap semester sebagai bagian evaluasi pelaksanaan program di Puskesmas. Untuk pemantauan dinamika kasus diare (semua umur) sepanjang tahun, maka dibuat grafik bulanan dengan menetapkan angka maksimum dan minimum sebagai kewaspadaan terjadinya KLB Grafik III.10 Grafik Maximun dan Minimum Pemantauan Kasus Diare Bulanan Kabupaten Tangerang Min Max Dari grafik di atas terlihat bahwa sepanjang tahun 2011 tidak ditemukan dinamika kasus yang menonjol, kasus diare yang terjadi setiap bulan masih berada dalam rentang kasus maksimum dan minimum. Rentang analisis maksimum dan minimum kasus diare bulanan di atas adalah selama enam tahun, yaitu mulai tahun 2006 sampai dengan 2011, dengan demikian grafik ini telah memenuhi persyaratan karena rentang analisis kasus maksimum dan minimum sekurang-kurangnya lima tahun. 18 Profil

27 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Kegiatan yang telah dilaksanakan untuk Program Penanggulangan Diare pada tahun 2011 antara lain : 1. Audit mutu pelayanan diare di Puskesmas 2. Pertemuan Pengelola Program Diare Kegiatan tersebut bertujuan untuk memantau kualitas pelayanan di Puskesmas serta mengidentifikasi permasalahan yang ada. Dari hasil kegiatan tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemanfaatan Pojok URO di Puskesmas masih kurang optimal 2. Kemampuan pelaksana BP anak dalam mengidentifikasi tanda dehidrasi masih lemah Untuk itu kedepan akan dilaksanakan upaya sebagai berikut : 1. Revitalisasi pojok URO 2. Peningkatan kompetensi pelaksana BP anak untuk tatalaksana diare melalui bimbingan teknis secara berkala Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Program Pencegahan dan Pengendalian ISPA di Kabupaten Tangerang terfokus pada upaya penjaringan kasus Pneumonia pada balita. Untuk kasus ISPA dan Pneumonia pada usia >5 tahun belum dikelola secara khusus karena berdasarkan panduan dari subdit ISPA Kemenkes RI, pengelolaan ISPA pada usia >5 tahun harus dilaksanakan oleh Puskesmas dengan status sentinel ISPA, sedangkan Puskesmas ini belum ada di Kabupaten Tangerang. Untuk Program P2 ISPA ditetapkan sasaran dan target. Sasaran ditentukan berdasarkan panduan dari WHO yang mengkategorikan Indonesia sebagai negara berkembang, yaitu sebesar 10% dari jumlah balita. Sasaran yang dimaksud adalah semua anak balita yang diperkirakan menderita Pneumonia. Target adalah sebagian dari sasaran yang secara bertahap dinaikkan setiap tahun, target penemuan kasus pneumonia pada balita tahun 2010 ditetapkan sebesar 60% dari sasaran dan tahun 2011 dinaikkan menjadi 70% dari sasaran. Target dinaikkan sebesar 10% setiap tahunnya, dengan demikian diharapkan target dapat mencakup seluruh total sasaran pada tahun Perbandingan 19 Profil

28 .Profil Dinas Kesehatan 2011 target dan cakupan realisasi penemuan kasus pneumonia ditampilkan pada table di bawah ini : Tabel III.5 Persentasi Target dan Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia Dinas Kesehatan Kab. Tangerang Tahun Tahun Balita sasaran Pneumonia Balita Realisasi Penemuan Kasus Target (target tahun berjalan x sasaran) (60% x ) (70% x ) Cakupan (%) 18,53 12,13 Cakupan diperoleh dengan menghitung realisasi penemuan kasus dibagi sasaran dikalikan dengan 100%. Angka target ditetapkan sebagai nilai acuan yang harus dicapai setiap tahunnya. Dari tabel di atas tampak bahwa cakupan realisasi penemuan kasus Pneumonia balita di Puskesmas masih sangat jauh dari target. Berdasarkan hasil audit mutu pelayanan ISPA yang telah dilaksanakan, maka ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Penerapan tatalaksana kasus pneumonia balita yang sesuai standar baku belum konsisten dilaksanakan 2. Petugas BP anak belum menguasai prosedur tatalaksana kasus pneumonia balita secara komprehensif. 3. Pencatatan dan pelaporan masih terbatas untuk kegiatan penjaringan kasus dalam gedung 4. Tingginya angka perkiraan kasus pneumonia balita yang ditetapkan WHO karena belum adanya data hasil survey insidensi baik secara nasional maupun regional yang dapat dijadikan acuan yang lebih valid. Upaya kedepan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah diatas adalah : 1. Bimbingan teknis bagi pengelola program serta petugas BP anak mengenai prosedur baru tatalaksana kasus ISPA/Pneumonia pada balita 20 Profil

29 .Profil Dinas Kesehatan Validasi data persemester untuk mengevaluasi pencatatan dan pelaporan kasus ISPA/Pneumonia 3. Mengupayakan dilaksanakannya Care Seeking bagi penderita yang telah positif di diagnosis pneumonia Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tuberculosis Grafik III.11 Case Detection Rate Kasus TB Paru BTA Positif di Kabupaten Tangerang Tahun , ,5 Target Cakupan Dari grafik di atas terlihat CDR tahun 2011 turun menjadi 63,5% dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 70,3%, lebih rendah dari target program sebesar 70%. Rendahnya cakupan ini disebabkan, kurangnya koordinasi antara petugas pelaksana program dan pelaksana yang lain sebagai pintu masuk penemuan kasus, adanya perubahan dalam system pencatatan. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas penanganan kasus antara lain : bimbingan teknis kepada petugas pelaksana program TB puskesmas, meningkatkan koordinasi antara pelaksana program TB dengan petugas pelaksana lain di puskesmas, melaksanakan validasi data untuk mendapatkan data yang valid. 21 Profil

30 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Grafik III.12 Konversi Kasus TB Paru BTA Positif Tahun , , , , Dari grafik diatas terlihat bahwa angka konversi kasus TB paru BTA positif diatas target 80%. dan ada kecenderungan meningkat. Grafik III. 13 Succes Rate TB Paru BTA Positif Tahun ,5 92, Dari grafik keberhasilan pengobatan di atas terlihat bahwa success rate TB Paru BTA positif yang dievaluasi diatas target 85%. Tabel III.6 Distribusi Kasus TB-MDR Tahun 2011 No Puskesmas Suspek Konfirm Keterangan Cisauk Cikupa Meninggal 22 Profil

31 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Dari tabel di atas dapat dilihat adanya kasus TB dengan Multy Drug Resistent (TB- MDR), adalah kasus TB yang resisten terhadap minimal 2 jenis obat anti tuberculosis OAT, yaitu : Isoniazid dan Rifampisin. Upaya yang dilakukan adalah merujuk pasien suspek TB-MDR ke RS Persahabatan Jakarta sebagai pusat rujukan dan pelaksana layanan kasus TB-MDR untuk diagnosis dan pengobatannya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kusta Tabel III.7 Tabel Penemuan Kasus Baru Kusta Tahun Kasus % Kasus Jumlah % RFT RTF % RFT PB MB Kasus , , , Ket : RFT PB tahun 2011 dinilai tahun 2012 RFT MB tahun 2011 dinilai tahun 2013 Dari tabel di atas terlihat adanya peningkatan dalam penemuan kasus Kusta pada tahun 2011 yaitu sebanyak 220 kasus dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 185 kasus Grafik III.14 Case detection Rate kasus Kusta di Kabupaten Tangerang Tahun ,9 0,7 0,5 0,3 0,7 0,77 0, Profil

32 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Dari grafik di atas dapat dilihat adanyilaa sedikit peningkatan CDR untuk kasus kusta. Upaya yang telah dilakukan dalam program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kusta, antara lain : Penjaringan kasus melalui Pasif Case Finding, Rapid Village Survei (RVS), School Survei, Pemeriksaan kontak serumah, pelacakan terhadap kasus mangkir, dan On The Job Training (OJT) untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas Pencegahan dan Pengendalian Penyakit HIV / AIDS Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS, disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan, juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Walaupun jumlah penderita HIV/AIDS secara kumulatif relatif kecil (Case Rate 1,60 per penduduk), namun dalam perjalanan penyakit dari HIV (+) menjadi AIDS tidak diketahui dengan pasti periodesasinya karena adanya windows periods, sehingga kelompok ini menjadi potensi dalam penularan penyakit AIDS. Grafik III.15 Trend penemuan Kasus HIV - AIDS di Kabupaten Tangerang Tahun HIV AIDS Dari grafik diatas terlihat adanya peningkatan penemuan kasus HIV di tahun 2011 sebanyak 66 kasus dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 35 kasus. Hal ini terjadi karena sudah tersosialisasinya pengetahuan masyarakat dan sudah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang penyakit HIV/AIDS. 24 Profil

33 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Upaya yang telah dilakukan dalam rangka pencegahan dan pengendalian penyakit HIV/AIDS, adalah : Sosialisasi tentang HIV-AIDS, penemuan penderita melalui survei dan mobile VCT, penatalaksanaan kasus dan konseling. Grafik III.16 Kasus HIV AIDS per-kecamatan Tahun 2011 Cisauk Suradita Binong Cikupa Pagedangan Teluknaga Rajeg Pasar Kemis Curug Kosambi Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah kasus HIV dan AIDS per Kecamatan, temuan kasus paling tinggi sebanyak 27 kasus HIV dan AIDS terdapat di Kecamatan Kosambi, Sementara jumlah kasus yg tidak diketahui kecamatannya tetapi masih dalam wilayah Kab. Tangerang sebanyak 53 kasus, jadi jumlah keseluruhan kasus pada th adalah 101 kasus terdiri dari kasus HIV 66 kasus dan AIDS 35 kasus Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular merupakan progam baru yang mulai dikelola pada tahun 2011 di Kabupaten Tangerang. Program ini memiliki ruang lingkup yang luas yang meliputi : 1. Program Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD) 2. Program Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik (DM dan PM) 3. Program Pengendalian Penyakit Kanker 4. Program Pengendalian Penyakit Kronik Degeneratif (PKD), dan 25 Profil

34 .Profil Dinas Kesehatan Program Pengendalian Gangguan Akibat Kecelakaan dan Tindak Kekerasan (GAKTI) Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang secara bertahap akan mengembangkan seluruh program di atas dimulai dari Program Pengendalian PJPD dan PKD. Sepanjang tahun 2011 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang mulai mempersiapkan pengembangan program ini dimulai dengan launching Program PPTM melalui kegiatan deteksi dini Diabetes Melitus (merupakan salah satu factor risiko PJPD) dan faktor risiko Osteoporosis (termasuk kedalam PKD) pada pegawai Dinas Kesehatan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan Program PPTM di lingkungan internal Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dengan demikian dapat dirintis kerjasama lintas program kedepan yang tentunya melibatkan seluruh bidang yaitu Bidang Promosi Kesehatan, Kesehatan Keluarga, dan Pelayanan Kesehatan. Selain itu mulai tahun 2011 telah dilaksanakan pencatatan dan pelaporan kasus PTM yang terfokus pada enam PTM utama sebagai program prioritas sebagaimana ditampilkan pada grafik dibawah ini. Grafik III.17 Penyakit Tidak Menular Utama Kabupaten Tangerang Tahun Ket : DM : Diabetes Mellitus PPOK : Penyakit Paru Obsktruktif Kronik PJK : Penyakit Jantung Koroner Dari grafik di atas terlihat kasus Penyakit Tidak Menular yang akan menjadi prioritas di Kabupaten Tangerang adalah Hypertensi, Asthma, Diabetes Mellitus serta PPOK, PJK dan Stroke. Untuk kasus Hipertensi perlu mendapat perhatian lebih karena 26 Profil

35 .Profil Dinas Kesehatan 2011 tingginya kasus berhubungan dengan factor risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang tentunya akan tinggi pula. Untuk itu upaya pengendalian Hipertensi harus segera dilaksanakan sebagai upaya preventif yang strategis. Pencatatan dan pelaporan kasus PTM pada tahun 2011 di Kabupaten Tangerang masih belum optimal karena beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Belum seluruh Puskesmas memberikan laporan kasus PTM secara rutin 2. Belum tersedianya format dan perangkat lunak komputer yang mendukung sistem pencatatan dan pelaporan Upaya yang akan dikembangkan untuk mengatasi masalah di atas antara lain : 1. Melaksanakan validasi data secara reguler untuk memantau pencatatan dan pelaporan PTM disetiap Puskesmas. 2. Mengintegrasikan format pelaporan dalam simpus dengan bekerja sama dengan bidang Pengembangan dan Promosi Kesehatan 3. Selain itu, akan disediakan pula beberapa alat penunjang diagnostik sekaligus melatih tenaga puskesmas untuk penggunannya dalam rangka meningkatkan pelayanan dalam bidang PTM. Penentuan enam PTM prioritas seperti yang ditampilkan pada grafik di atas berhubungan dengan program yang akan dilaksanakan tahun 2012 yaitu : 1. Program Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD) dengan memperhatikan kasus Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan Stroke serta faktor risikonya yaitu Hipertensi dan Diabetes Millitus. 2. Program Pengendalian Penyakit Kronik Degeneratif (PKD) dengan prioritas pada Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dan Asthma Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisas (PD3I) dan Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Upaya pencegahan dilakukan dengan pemberian imunisasi dan vaksin antara lain : DPT-HB untuk mencegah penyakit Difteri,Pertusis,Tetanus dan Hepatitis B; vaksin Polio untuk mencegah penyakit 27 Profil

36 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Polio ; vaksin Campak untuk mencegah penyakit Campak dan BCG untuk mencegah penyakit TBC. Tabel III.8 Pola Kasus PD3I Tahun Tetanus Tahun Campak Difteri Neonatorum Dari tabel diatas campak masih ditemukan 4 kasus baik tahun 2010 maupun tahun 2011, sedangkan campak dan difteri kasusnya menurun, ini berarti cakupan imunisasi diwilayah sudah baik sehingga daerah kantong resiko mulai berkurang. Kegiatan Surveilans Epidemiologi identik dengan penanganan penyakit menular dan penyelidikan kejadian luar biasa. ( KLB ). Penyakit menular tertentu berpotensi menjadi kejadian luar biasa (KLB). Beberapa penyakit bisa dikatakan sebagai KLB apabila tidak ada kasus menjadi ada atau tidak dikenal di suatu daerah dan ada kenaikan kejadian kasus 3 kali atau lebih, peningkatan kejadian dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya, dalam kurun waktu jam, hari, minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya,dan adanya angka kematian kasus suatu penyakit dan angka proporsi suatu penyakit penderita baru pada suatu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama. (KepMenKes 1501/2010). NO JENIS KLB Tabel. III.9 Kejadian Luar Biasa Tahun TAHUN 2010 TAHUN 2011 JML. KEC KASUS JML. KEC KASUS 1. Chikungunya Leptospirosis Keracunan Makanan Profil

37 .Profil Dinas Kesehatan Difteri Tetanus Neonatorum Hepatitis A HFMD Ket : HFMD (Hand foot and mouth deseases) Kejadian Luar Biasa (KLB) masih terjadi baik pada tahun 2010 maupun tahun 2011, dimana Keracunan makanan merupakan kasus terbanyak yang ditemukan. Dilihat dari jumlah kasus, pada tahun 2011 ada beberapa KLB yang mengalami penurunan, yaitu KLB Difteri pada tahun 2010 terdapat 4 kasus, menjadi 2 kasus di tahun 2011 ; KLB HFMD pada tahun 2010 terdapat 51 kasus di 5 wilayah kecamatan, menjadi 41 kasus di 9 kecamatan pada tahun Keadaan ini menandakan semakin intensifnya surveilens dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas serta meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan kejadian penyakit. 29 Profil

38 .Profil Dinas Kesehatan 2011 BAB IV : UPAYA KESEHATAN Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, maka dilakukan berbagai upaya pelauanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan pada tahun PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Semakin baik kualitas pelayanan, maka diharapkan dapat mengatasi sebagian besar permasalahan kesehatan di masyarakat Pelayanan Kesehatan Ibu Upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu sangat berperan bagi kesehatan ibu hamil yang mencakup kesehatan bayi sejak dalam kandungan hingga saat persalinan dan tumbuh kembang anak Pemeriksaan Ibu Hamil Konsep kunci dalam melakukan evaluasi cakupan pelayanan antenatal adalah akses dan retensi. Akses dihitung dengan menggunakan indikator K1 yaitu cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga ksesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Retensi dihitung dengan menggunakan indikator K4 yaitu cakupan ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator K4 ini, dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menempati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, disamping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA. Selisih antara K1 dan K4 mencerminkan tingkat kesempatan yang hilang pada sistem layanan kesehatan adalah para ibu yang terbukti memiliki akses kepada layanan 30 Profil

39 .Profil Dinas Kesehatan 2011 namun tidak melakukan kunjungan sebanyak jumlah yang disarankan. Selisih ini mencerminkan kesenjangan potensial atas kualitas layanan, sekaligus keuntungan potensial untuk menutup kesenjangan itu. Grafik IV.1 Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K1) di Kabupaten Tangerang Tahun , ,3 Grafik IV.2 Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K4) di Kabupaten Tangerang Tahun ,26 82,7 Target Cakupan Dari gambar diatas diperoleh cakupan K4 pada tahun 2011 adalah 82,7% hasil ini belum mencapai target K4 (88%). Dari kehamilan yang dilaporkan pada tahun 2011, didapatkan 97.3 % ibu hamil melakukan sedikitnya satu kunjungan antenatal (K1), sehingga terdapat selisih K4 dan K1 sebesar orang ibu hamil yang tidak memenuhi standar minimum empat kali kunjungan,hal ini kemungkinan disebabkan adanya ibu hamil yang tidak mematuhi jadwal kunjungan antenatal yang disarankan atau terlambat untuk mengakses ANC sebanyak empat kali dan dapat juga karena faktor penyebab lain antar lain kualitas 31 Profil

40 .Profil Dinas Kesehatan 2011 layanan kesehatan yang belum maksimal, mobilitas penduduk Kabupaten Tangerang yang tinggi. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan cakupan K1 dan K4 antara lain pendataan ibu hamil, kunjungan rumah bagi ibu hamil yang tidak mematuhi jadwal ANC, optimalisasi KPKIA/ Kelas ibu hamil, Penyuluhan P4K dan peningkatan kualitas pelayanan ANC Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan Meningkatnya proporsi ibu bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan yang terlatih kemungkinan adalah langkah awal terpenting untuk mengurangi kematian ibu dan kematian neonatal dini. Grafik IV.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Tahun ,52 85, Dalam lima tahun terakhir pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terus meningkat hal ini disebabkan beberapa kegiatan telah berjalan dengan baik antara lain : Kemitraan Bidan dan Dukun, kegiatan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas PONED, peningkatan kapasitas manajemen tenaga kesehatan terutama tenaga bidan dalam Asuhan Persalinan Normal, Manajemen Asfiksia, Manajemen BBLR, Pelatihan PONED; selain itu Bidan desa proaktif dalam pelayanan kesehatan didesanya masing-masing, serta sudah berjalannya kegiatan KPKIA (Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak) di 94 desa di wilayah Kabupaten Tangerang. 32 Profil

41 .Profil Dinas Kesehatan Pelayanan Neonatal Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. 1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 jam 48 jam setelah lahir. 2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu 3 7 hari setelah lahir. 3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN3) dilakukan pada kurun waktu 8 28 hari setelah lahir. 4. Kunjungan Neonatal lengkap (KN Lengkap) dilakukan pada kurun waktu 6 jam hingga 28 hari. Cakupan Pelayanan kesehatan neonatus Kabupaten Tangerang pada Th.2011 untuk KN (93,7%), dan untuk KN Lengkap ialah (90,7%). Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi : 1. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir Perawatan Tali pusat Melaksanakan ASI Eksklusif Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1 Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0 33 Profil

42 .Profil Dinas Kesehatan Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan STATUS GIZI Kekurangan Energi Protein Penangulangan KEP dilakukan melalui beberapa intervensi yaitu skrining kasus, antara lain penyuluhan individual, konseling pengetahuan tentang pola makan, pola asuh keluarga dan PMT, baik PMT pemulihan maupun PMT penyuluhan serta pemberdayaan masyarakat melalui Pos Gizi, itu semua dilakukan dalam rangka meningkatkan keluarga sadar gizi dan meningkatkan keberhasilan pemulihan status gizi pada balita gizi buruk. No Tahun Jumlah Kasus Balita Gizi Kurang Tabel IV. 1 Status Gizi Balita Tahun % Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk % Jumlah Balita Ditimbang Sumber : Bulan Penimbangan Balita tahun Dari table diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 jumlah gizi buruk dan gizi kurang di wilayah Kabupaten Tangerang mengalami penurunan yang cukup signifikan, namun bayi dan balita yang menderita gizi buruk tetap memerlukan perhatian agar jumlahnya tetap menurun dan tidak lagi mengalami kenaikan. Dengan adanya kegiatan surveilans gizi buruk yang secara aktif dilakukan oleh petugas gizi Puskesmas, maka kasus balita gizi buruk bisa lebih dini ditemukan dan dapat 34 Profil

43 .Profil Dinas Kesehatan 2011 segera ditanggulangi. Kecenderungan gizi kurang dan gizi buruk dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik IV.4 Status Gizi Balita (BB/U) Tahun % 50% 0% 1,04 1,09 89,84 92,16 8,17 0,95 5,94 0, Gizi lebih Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk Prevalensi gizi buruk tahun 2011 (0,81%) mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 (0,95%), prevalensi gizi kurang pada tahun 2011 (5,94%) juga mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 (8,17%). Hasil ini merupakan bukti keseriusan Pemerintah dalam melakukan penanggulangan masalah gizi yang berkesinambungan, serta adanya peran serta aktif masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang juga turut memicu perbaikan gizi bayi dan balita di wilayah Kabupaten Tangerang. Pada dasarnya ada beberapa penyebab perubahan status gizi balita, bukan hanya disebabkan oleh kondisi kesehatan saja tetapi juga oleh faktor-faktor lain diluar kesehatan, seperti kesejahteraan, pendidikan ibu balita, lapangan kerja, ketersediaan pangan, pendapatan keluarga, daya beli masyarakat, pola asuh ibu, serta pola makan balita. Faktor lain penyebab gizi buruk diantaranya Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif Tahun 2011 hanya mencapai 42%, hasil ini jauh menurun dibandingkan tahun sebelumnya (72%). Jika hal ini terus terjadi maka kemungkinan akibat dari rendahnya cakupan ASI Eksklusif ini akan berdampak pada status gizi balita di masa yang akan datang. Rendahnya cakupan ASI eksklusif disebabkan oleh faktor pengetahuan yang kurang mengerti dan paham tentang pentingnya ASI Eksklusif untuk bayinya serta masih gencarnya promosi susu susu formula di masyarakat. Hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita pada Bulan Agustus 2011 menunjukkan bahwa terdapat dua Kecamatan rawan gizi di wilayah Kabupaten Tangerang yaitu 35 Profil

44 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Kecamatan Kemeri dan Sindang Jaya. Kecamatan rawan gizi adalah Kecamatan dengan jumlah balita malnutrisi (balita dengan status gizi kurang dan buruk) lebih dari 15% dari jumlah balita ditimbang pada wilayah tersebut. Dibandingkan dengan tahun 2010 terdapat 5 Kecamatan rawan gizi, jumlah Kecamatan rawan gizi di wilayah Kabupaten Tangerang mengalami penurunan. Gbr.IV.1 Peta Kecamatan Rawan Gizi Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan rawan gizi di wilayah Kabupaten Tangerang telah mengalami penurunan. Pada kasus-kasus kronis gizi buruk yang memerlukan rawatan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) maka pasien dirawatinapkan bahkan bila memerlukan rawatan lanjutan dapat dirujuk ke RSUD, dengan biaya rujukan bersumber dari APBN melalui Jamkesmas dan Jamkesda APBD Kabupaten Tangerang. Langkahlangkah yang telah ditempuh cukup efektif dalam menurunkan angka gizi buruk di lapangan. Dengan angka kemiskinan yang cukup tinggi maka balita gizi buruk dan gizi kurang menjadi prioritas untuk ditanggulangi setiap tahunnya. 36 Profil

45 .Profil Dinas Kesehatan PERILAKU MASYARAKAT Kejadian penyakit dan masalah kesehatan di masyarakat diantaranya dapat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan kesehatan dan kualitas kesehatan lingkungan, tetapi faktor yang penting adalah perilaku masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan. Pada tahun 2011 motivasi masyarakat untuk mempraktikkan PHBS di rumah tangga dan pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) masih belum optimal seperti terlihat dalam tabel berikut ini : Tabel IV.2 Kegiatan penyuluhan Promosi Kesehatan Tahun 2011 No Jenis Kegiatan Satuan 1 Penyuluhan PHBS 1. Rumah Tangga Rumah 2. Institusi Pendidikan Sekolah 3. Institusi Sarana Kesehatan Sarkes 4. Institusi TTU Lokasi 5. Institusi Tempat Kerja Institusi 2 Terbentuknya Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat 3 4 a. Posyandu Madya Posyandu b. Posyandu Purnama Posyandu c. Posyandu Mandiri Posyandu Terbentuknya Desa Siaga Aktif Masyarakat BerPHBS di Tatanan Rumah Tangga Desa Rumah Tangga 6 Penyuluhan Napza Kelompok Target Tahun % x Jml Rumah 75% x Jml Sekolah 75% x Jml Sarkes 75% x Jml Lokasi 75% x Jml Institusi 30% x Jml Posyandu 27% x Jml Posyandu 8% x Jml Posyandu 43% x Jml Desa (118 Desa) 50% x Jml Rumah Tangga Dipantau 15% x Jml penyuluhan kelompok Capaian Tahun 2011 Target Tahun % 90% x Jml Rumah 81% 90% x Jml Sekolah 100% 100% x Jml Sarkes 75% 90% x Jml Lokasi 74% 90% x Jml Institusi 36% (782 Posyandu) 17% (372 Posyandu) 7% (149 Posyandu) 40% (110 Desa) 55% ( Rumah Tangga) 6% 40% x Jml Posyandu 29% x Jml Posyandu 15% x Jml Posyandu 50% x Jml Desa (137 Desa) 60% x Jml Rumah Tangga Dipantau 15% x Jml penyuluhan Kelompok 37 Profil

46 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Keterangan data diatas diperoleh dari hasil penyuluhan pada : Tabel IV.3 Statistik Sasaran Kegiatan penyuluhan Promosi Kesehatan Tahun 2011 Indikator Jumlah desa Jumlah Posyandu Jumlah Rumah Tangga Jml Rumah Tangga dipantau Jml Rumah Tangga disuluh Jml Institusi Sarana Kesehatan Jml Institusi TTU Jml Institusi Tempat Kerja Jml Masyarakat yg di suluh Jumlah : 274 desa : 2152 posyandu : rumah tangga : rumah tangga : rumah tangga : 1865 institusi : 1892 institusi : 954 institusi : 9300 kelompok Dari Tabel diatas terlihat beberapa kegiatan tidak mencapai target seperti yang telah ditetapkan antara lain; a. Penyuluhan PHBS di rumah tangga Rendahnya penyuluhan PHBS di rumah tangga disebabkan adanya metode penyuluhan lain yang sulit diukur hasil cakupannya seperti penyuluhan melalui media siaran radio, leaflet, banner, dan lain lain yang tidak bisa diukur berapa jumlah orang yang terpapar oleh penyuluhan melalui media tersebut, dan ada metode penyuluhan perorangan yang tidak tercatat hal ini dapat dikonfirmasikan dengan hasil kajian PHBS sebesar 55% yang mencapai target 50% pada tahun b. Keaktifan posyandu purnama mandiri Adanya keterbatasan dana operasional kader dan posyandu menyebabkan minimnya pembinaan bagi peningkatan strata posyandu. c. Pembentukan dan pengembangan Desa Siaga Aktif Pada tahun 2011 di Kabupaten Tangerang telah dilakukan pembentukan dan pengembangan Desa Siaga di 13 desa, seperti terlihat dalam table dibawah ini : 38 Profil

47 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Tabel IV.4 Pembentukan Desa Siaga Tahun 2011 No. Kecamatan Desa Siaga 1. Cisoka Sukatani Cibugel Karang Harja Cisoka Jeungjing Carenang 2. Panongan Ciakar Peusar 3. Solear Cireundeu Pasanggrahan Munjul Cikuya Cikasungka Tabel IV.5 Pengembangan Desa Siaga Tahun 2011 No. PUSKESMAS DESA 1. Salembaran Jaya 1.Rawa Burung 2.Rawa Rengas 3.Belimbing 1.Selapajang Cisoka 2. 2.Campaka 3.Sukatani 3. Cikuya 1.Solear 1.Cibogo Cisauk 4. 2.Cisauk 3.Sampora 5. Suradita 1.Dandang 2.Mekar Wangi 6 Panongan 1.Peusar Sampai tahun 2011 ini telah terbentuk Desa Siaga sebanyak 146 dan 110 Desa diantaranya telah menjadi Desa Siaga aktif, atau 40% dari seluruh jumlah desa yang ada. Hasil ini belum mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 43% pada tahun Hal 39 Profil

48 .Profil Dinas Kesehatan 2011 ini disebabkan karena kurangnya pembinaan dan tingginya biaya yang diperlukan untuk pembentukan dan pengembangan Desa Siaga Aktif. Permasalahan kesehatan di Kabupaten Tangerang di pengaruhi pula oleh rendahnya tingkat kemandirian masyarakat untuk hidup sehat yang salah satu faktor penyebabnya adalah masih belum optimalnya kegiatan pemberdayaan masyarakat serta masih belum efektifnya fungsi dari Forum Komunikasi Kecamatan Sehat dan Kelompok Kerja Desa Sehat yang ada di Kabupaten Tangerang. Untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat maka pada tahun 2011 telah dilakukan upaya sebagai berikut : Penyebar luasan Informasi Promosi kesehatan merupakan upaya promotif yang bertujuan membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Kegiatan yang dilakukan antara lain dengan penyebarluasan informasi melalui berbagai metode dan media. Media yang digunakan antara lain : 1) Media cetak (tabloid INTAN, poster, lembar balik, roll banner, umbul-umbul, neon box, spanduk, booklet, sticker), 2) Media elektronik (penayangan spot radio, informasi kesehatan pada websitenya Dinas Kesehatan), 3) Kampanye keamanan pangan bagi siswa SD,SLTP,SLTA dan mahasiswa se Kabupaten Tangerang, 4) Kampanye cuci tangan pakai sabun dan sikat gigi massal bagi siswa SD di wilayah pantura, 5) Media massa bekerjasama dengan beberapa surat kabar lokal dalam pemasangan iklan kesehatan dan advertorial, 6) Lomba menggambar bagi siswa SD, dan Lomba jingle bagi siswa SLTP dan SLTA. Metode yang digunakan antara lain penyuluhan perorangan, penyuluhan kelompok, KPP (komunikasi perubahan perilaku tentang HIV/AIDS), kampanye, seminar dan lomba-lomba. 40 Profil

49 .Profil Dinas Kesehatan PERAN SERTA MASYARAKAT Peran serta masyarakat dilaksanakan dengan pemberdayaan masyarakat yang terus diupayakan melalui UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) yang ada di desa dan kelurahan. UKBM merupakan wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Hasil pelaksanaan UKBM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel IV.6 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Tahun 2011 Jumlah Desa Jumlah Desa Siaga DESA SIAGA Gedung Poskesdes Kader Desa Siaga Desa Siaga Aktif Berbagai upaya pembinaan telah dilakukan di lokasi Desa Siaga dalam rangka meningkatkan strata Desa Siaga Aktif yakni Pembinaan kader dan tokoh masyarakat, Pengembangan P4K, Pertemuan Forum Kesehatan desa, mengaktifkan desa siaga yang ada menjadi desa siaga aktif, merencanakan dan megusulkan pembentukan dan pengembangan Desa Siaga Aktif di tahun berikutnya. Dalam rangka meningkatkan strata posyandu telah dilaksanakan kegiatan Revitalisasi Posyandu,pada tabel dibawah ini dapat dilihat klasifikasi posyandu di tahun Tabel IV.7 Klasifikasi Posyandu Tahun 2011 Untuk meningkatkan peran aktif anggota Saka Bakti Husada (sebanyak 29 ranting) dalam membantu meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, pencegahan penyakit serta penyehatan lingkungan; maka dilakukan upaya peningkatan kualitas pengetahuan dan keterampilan SBH melalui pertemuan rutin, pengiriman peserta LPDK (Latihan Pengelolaan Dasar Kepemimpinan) serta pengiriman peserta Jambore tingkat Nasional di Gorontalo.. POSYANDU = 2152 Pratama Madya Purnama Mandiri Kader Aktif Kader Terlatih Profil

50 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Dalam rangkaian penilaian Kabupaten Tangerang Sehat (KTS), pada tahun 2011 telah dilaksanakan Pertemuan Forum KTS, Pembinaan Forum Komunikasi Kecamatan Sehat dan Pembinaan Pokja Desa Sehat, dimana kegiatannya meliputi kesiapan data,dokumentasi kegiatan dan kesiapan sekretariat KESEHATAN LINGKUNGAN Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TPUM) yang sehat. Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh berbagai instansi terkait, swasta, NGO dll seperti pembangunan sarana sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan. Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi pembuatan sarana air bersih, jamban sehat, perumahan sehat yang biasanya ditangani secara lintas sektor. Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang meliputi stimulan sarana sanitasi dasar, pemantauan kualitas air minum dan air bersih, pemantauan sanitasi rumah sakit, pembinaan dan pemantauan sanitasi tempat tempat umum, tempat pengolahan makanan, tempat pengelolaan pestisida dan sebagainya. Didalam memantau pelaksanaan program kesehatan lingkungan dapat dilihat beberapa indikator kesehatan lingkungan sebagai berikut : Penggunaan dan Akses Air Bersih Hasil inspeksi sanitasi oleh petugas Puskesmas Tahun 2011 tentang penggunaan air bersih pada setiap keluarga, dari KK yang diperiksa, sebagian besar keluarga (88,5%) memiliki akses air bersih dengan perincian yaitu sumur gali 27,4 %, sumur pompa tangan 25,2 %, ledeng 26,1 %, PAH 0,3 %, lainnya 9,4 % dan tidak ada yang menggunakan air kemasan sebagai sumber air bersih. Tetapi dari hasil inspeksi sanitasi penggunaan air untuk air minum didapt 3,5% yang menggunakan air kemasan. 42 Profil

51 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Inspeksi sanitasi air bersih adalah memerika sumber air yang digunakan untuk keperluan mandi dan cuci. Dari data diatas terlihat bahwa sumber air yang digunakan sudah memenuhi syarat, yang masih perlu dilakukan adalah pemantauan kualitas air dari sumber tersebut. Upaya yang sudah dilakukan untuk meningkatkan kualitas air bersih yang digunakan oleh masyarakat adalah pemberian stimulan untuk membuat percontohan sarana air bersih, menyediakan desinfektan air di daerah rawan diare dan daerah yang sulit mendapatkan air bersih Rumah Sehat Rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan harus dijaga. Rumah dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Yang disebut rumah sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut, rumah memiliki sarana sanitasi dasar meliputi jamban/wc, sarana air bersih, tempat sampah dan sarana pembuangan air limbah, rumah cukup ventilasi dan pencahayaan, rumah bebas dari serangga dan binatang penular penyakit serta ada pemanfaatan pekarangan sebagai ruang terbuka hijau. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk meningkatkan kualitas rumah menjadi rumah sehat, diantaranya melalui penyuluhan, pembuatan percontohan rumah sehat bekerjasama dengan SKPD terkait. Inspeksi Sanitasi (IS) rumah pada tahun 2011 di 42 Puskesmas di Kabupaten Tangerang, sudah memeriksa rumah. Yang dinyatakan memenuhi syarat kesehatan sebanyak rumah (73,6 %). Dari data yang ada, maka sosialisasi / penyuluhan terhadap masyarakat tentang rumah sehat perlu terus dilakukan sehingga perkembangan vektor penyakit dapat diperkecil, demikian pula penyebab penyakit lainnya disekitar rumah dan lingkungannya Keluarga Dengan Kepemilikan Sanitasi Dasar Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi kepemilikan jamban keluarga, tempat sampah dan pengelolaan air limbah keluarga. Keseluruhan hal tersebut sangat diperlukan didalam peningkatan kesehatan lingkungan. 43 Profil

52 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Dari hasil inspeksi sanitasi keluarga pada tahun 2011 terhadap rumah didapatkan, rumah yang memiliki sarana sanitasi dasar, dengan rincian sebagai berikut : yang sudah memiliki jamban sebanyak rumah (66,9%), sedangkan dari jumlah tersebut yang sudah masuk kriteria jamban sehat sebesar rumah (76,9 %). Kondisi ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil inspeksi sanitasi tahun 2010 terhadap rumah yang diperiksa, jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat dari 64,61 %. Disebut jamban sehat apabila tempat jongkok di suatu tempat yang sudah ditentukan atau tidak di sembarang tempat dan memiliki pembuangan akhir ke tangki septik. Seangkan di Kabupaten Tangerang masih ditemukan masyarkat yang buang air besar di sembarang tempat baik membuangnya maupun pembuangan akhirnya tidak di tangki septik. Keluarga yang memiliki tempat sampah, hasil inspeksi pada tahun 2011 dari rumah yang memiliki sarana sanitasi dasar, yang memiliki tempat sampah rumah, sedangkan rumah yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak rumah (81 %) meningkat dibanding Th.2010 sebesar 71,72% rumah yang memiliki tempat sampah sehat. Indikator untuk menilai tempat sampah sehat adalah tempat sampah dipisah organik dan an organik, kedap air dan tertutup. Pengelolaan air limbah hasil inspeksi sanitasi tahun 2011 dari rumah yang memiliki sarana sanitasi dasar, jumlah rumah yang memiliki pengelolaan air limbah sehat rumah (82,5 %). Sedangkan hasil inspeksi sanitasi tahun 2010 sebesar 81,25% rumah yang memiliki pengolahan air limbah sehat. Berbagai upaya yang dilakukan pada tahun 2011 untuk meningkatkan kepemilikan maupun pemanfaatan sarana sanitasi sehat adalah melalui penyuluhan, pemberdayaan masyarakat di bidang sanitasi dan pemberian stimulan untuk pembuatan percontohan sarana sanitasi di wilayah binaan dan desa yang membutuhkan. Stimulan percontohan sarana sanitasi dasar diberikan tidak hanya di tingkat rumah tangga tetapi juga di pondok pesantren. Hasil pendataan atau inspeksi sanitasi Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut : 44 Profil

53 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Tabel IV.8 Prosentase Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun TAHUN JAGA(%) TEMPAT SAMPAH (%) SPAL (%) SAB (%) ,57 72,89 78, , ,5 88,5 Sumber : Bid.P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tangerang tahun Angka Bebas Jentik Nyamuk merupakan binatang yang menularkan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Tempat perindukan/sarang nyamuk harus diperiksa dan dibersihkan secara rutin munimal satu minggu sekali untuk menghambat perkembangbiakan nyamuk. Gerakan desa bebas jentik dan penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) terus dilakukan untuk memotifasi masyarakat agar melakukan PSN terus menerus. Karena cara inilah yang paling efektif untuk memutus rantai penularan penyakit DBD. Pencapaian Angka Bebas Jentik (ABJ) pada tahun 2011 berdasarkan hasil pemeriksaan pada rumah/bangunan, sebanyak rumah/bangunan (63,90 %) tidak ditemukan jentik nyamuk. Diperlukan dukungan dari semua pihak untuk mendorong kebiasaan pemberantasan sarang nyamuk secara teratur di masyarakat. Kerja sama dengan sekolah bisa menjadi alternatif PSN tidak hanya di tingkat rumah tangga. Dengan cara memberikan tugas kepada murid sekolah agar secara rutin memeriksa jentik di penampungan air rumah masing-masing kemudian membersihkannya bila ditemukan jentik dan melaporkan ke sekolah. Hasil pencapaian sasaran program penyehatan lingkungan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: 45 Profil

54 .Profil Dinas Kesehatan 2011 No Sasaran Tabel IV.9 Hasil Pencapaian Sasaran Program Penyehatan Lingkungan di Kabupaten Tangerang Tahun Tahun 2010 Tahun 2011 Target Real Target Real 1 Prosentase Rumah Sehat 76 % 65,84 % 79 % 73,6 % 2 Prosentase SAB memenuhi syarat kesehatan 85 % 80,56 % 90 % 88,5 % 3 Prosentase Jamban Keluarga memenuhi syarat kesehatan 80 % 64,61 % 85 % 76,9 % 4 Prosentase TTU memenuhi syarat kesehatan 65 % 64,78 % 70 % 66,2 % 5 Angka Bebas Jentik (ABJ) 85 % 80,86 % 87 % 63,90 % 6 Prosentase Institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan lingkungan 65 % 70,99 % 70 % 71,2 % Sumber : Bid.P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tangerang tahun 2011 Melihat hasil pada tabel diatas, maka upaya pemberdayaan masyarakat serta perubahan perilaku bidang sanitasi harus lebih intensif dilakukan Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses maupun kepemilikan dan pemanfaatan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan meliputi sarana air bersih, jamban sehat, pengelolaan sampah dan pengelolaan air limbah sehat perlu terus dilakukan. Bila melihat kondisi riel sanitasi saat ini yaitu adanya sarana sanitasi yang sudah dibangun tetapi tidak dimanfaatkan maka perlu intervensi dengan strategi sanitasi berbasis masyarakat. Demikian juga untuk tempat-tempat umum (TTU), dimana TTU merupakan tempat berkumpulnya banyak orang dan berpotensi bisa menularkan penyakit. Oleh karena itu kesehatan lingkungan TTU harus dijaga. TTU harus dilengkapi dengan sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan. Upaya yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan adalah dengan melakukan pemeriksaan/inspeksi sanitasi TTU dan koordinasi dan advokasi kepada pengelola/ pemilik TTU Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Tempat Pengolahan Makanan tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pengolahan makanan yang meliputi penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyediaan makanan dan pendistribusian makanan. 46 Profil

55 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidahkaidah dari prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Upaya penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi masyarakat dan konsumen terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan dan mencegah keracunan makanan. Upaya tersebut pada dasarnya menyangkut orang yang menangani makanan, tempat pengolahan makanan dan proses pengolahannya. Hasil pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat umum dan pengolahan makanan tahun 2011 menunjukkan hasil sebagai berikut : Tabel IV.10 Data hasil pengawasan di tempat pengolahan makanan dan minuman tahun 2011 No TPM JUMLAH DIPERIKSA IKUT KURSUS MEMILILI SERTIFIKAT KURSUS 1 Rumah Makan Jasa Boga Restoran PIRT Depot Air Minum Tabel IV.11 Data Hasil Pengawasan makanan tahun 2011 Pemeriksaan Jml Memenuhi Syarat Sampel Makanan Usap Dubur Usap Alat Kimia Bakteriologi Pewarna -Rhodamin B Methanil Yellow Pengawet -Borax Formalin % 47 Profil

56 .Profil Dinas Kesehatan Na.Benzoat Pemanis -Na.Sakarin Aspartam Ace sulfame Sumber : Seksi Farmasi & Pengawasan Makanan Bidang Yankes 4.5. PELAYANAN KESEHATAN Pelayanan Imunisasi Keberhasilan pemberian immunisasi diukur dengan pencapaian Universal Child Immunization (UCI) yang merupakan proksi terhadap cakupan imunisasi secara lengkap pada kelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan pada bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Upaya imunisasi perlu terus di tingkatkan untuk mencapai tingkat population immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi, sehingga PD3I dapat dibasmi, dielimanisasi atau dikendalikan, dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan upaya imunisasi dapat semakin efektif bermutu dan efisien. Tabel IV.12 Cakupan Imunisasi Rutin Menurut Jenis Antigen Di Kabupaten Tangerang Tahun No Jenis Imunisasi Pencapaian (%) BCG 95 96,7 2 Hepatitis B O 81,3 85,7 3 DPT - HB III 97,2 94,2 4 Polio IV 96,8 94,0 5 Campak 99,4 93,0 6 TT II Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa Cakupan imunisasi tahun 2011 BCG dan Hepatitis B 0 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010, tetapi Imunisasi DPT-HB 3, Polio IV,Campak dan TT 2 + cakupannya menurun dibandingkan tahun 2010, hal ini dikarenakan pada tahun 2010 ada kegiatan GAIN UCI ( Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional ) yang didalamnya diadakan kegiatan sweeping imunisasi guna pemantapan Desa UCI. 48 Profil

57 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Dalam indikator Indonesia Sehat tahun 2011 ditargetkan pencapaian desa UCI adalah 90% pada wilayah administrasi desa atau kelurahan, yang berarti bahwa 90% dari jumlah desa yang ada di wilayah puskesmas tersebut sudah UCI, sedangkan untuk mengukur Desa UCI, dalam satu desa, yaitu 80% dari bayi yang berumur 0-11 bulan harus sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap, yang berarti bayi harus mendapatkan imunisasi BCG (1x), DPT-HB (3x),Polio (4x), Campak (1x),Hep B.O (1x). Tabel IV.13 Universal Child Immunization (UCI) Desa Tahun 2011 NO TAHUN JUMLAH DESA JUMLAH DESA UCI % DESA UCI ,1 Perlu diketahui bahwa jumlah Desa UCI pada tahun 2011 adalah 247 desa (90,1 %) dari jumlah desa 274 desa, hal ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010 dengan jumlah desa UCI sebanyak 234 desa ( 86 % ). Keadaan ini disebabkan adanya revitalisasi posyandu di Puskesmas dengan cakupan imunisasi rendah. Upaya yang telah dilaksanakan dalam meningkatkan cakupan antara lain : Revitalisasi Posyandu di Wilayah PKM yang cakupan desa UCI rendah; Optimalisasi Forum Komunikasi Anak sehat ( FKAS ).tingkat Kabupaten dan kecamatan; OJT (On the Job Training) bagi Bidan Desa dan bidan Puskesmas; Mengaktifkan Pertemuan koordinasi Lintas batas; Penggalangan cakupan imunisasi di Sarana pelayanan kesehatan swasta Pelaksanaan BIAS Bulan Imunisasi Anak Sekolah ( BIAS ) merupakan upaya pemberian Imunisasi booster guna memberikan kekebalan bagi anak sekolah secara rutin.bias Campak dilaksanakan setiap bulan Agustus dan BIAS DT & Td diberikan bulan Nopember setiap tahunnya, hal ini dimaksudkan agar anak sekolah SD/MI/SDLB sederajat kelas 1 s/d 3 terlindungi dari penyakit Campak,Dipteri dan Tetanus. 49 Profil

58 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Tabel IV.14 Cakupan Bulan Imunisasi Anak Sekolah Tahun 2011 NO TAHUN SASARAN CAKUPAN SASARAN % CAMPAK CAMPAK DT &Td CAKUPAN % Hasil cakupan BIAS campak tahun 2010 adalah 94 % sedangkan tahun 2011 cakupannya 95 %,hal ini menunjukan adanya kenaikan cakupan, tetapi cakupan DT dan Td tidak berubah hanya berkisar 95 % baik tahun 2010 maupun tahun 2011, keadaan ini disebabkan masih ada sekolah swasta yang menolak untuk di imunisasi. Upaya yang dilakukan adalah persiapan BIAS di tingkat kabupaten dengan melibatkan sektor terkait dan orientasi guru di setiap kecamatan Pelayanan Perbaikan Gizi Pada tahun 2010 telah dibentuk pusat perawatan gizi buruk atau TFC (Therapeutic Feeding Center) di dua Puskesmas, yaitu Puskesmas Balaraja dan Puskesmas Sepatan sehingga penemuan kasus gizi buruk yang mendapat perawatan di Kabupaten Tangerang tahun 2011 meningkat dibanding tahun Grafik IV.5 Jumlah Kasus Gizi Buruk yang Dirawat Tahun Selain program TFC, PMT Pemulihan Balita, PMT Penyuluhan (PMT Lokal), Pos Gizi dan Klinik Gizi, upaya lain yang dilakukan dalam menanggulangi dan menekan jumlah kasus gizi buruk adalah dengan pemberian Vitamin A pada bayi dan balita serta pemberian PMT pada ibu hamil. 50 Profil

59 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Vitamin A pada bayi usia 6-11 bulan dan balita usia bulan diberikan setiap bulan Februari dan Agustus pada balita yang berkunjung ke Posyandu di wilayah Kabupaten Tangerang. Apabila balita tersebut tidak datang pada saat pelaksanaan Pemberian Vitamin A di Posyandu, maka petugas kesehatan wajib melakukan sweeping Vitamin A di wilayah masing-masing. Grafik di bawah menunjukkan hasil cakupan Vitamin A pada Tahun Grafik IV.6 Cakupan Vitamin A Tahun ,00 90,00 85,00 80,00 94,44% %CAKUPAN VITAMIN A BIRU (BAYI) 87,32% %CAKUPAN VITAMIN A MERAH (BALITA) Upaya lain yang dilakukan secara dini adalah pemberian PMT pada ibu hamil. PMT ibu hamil didistribusikan di 28 Kecamatan kepada 385 ibu hamil. Adapun jenis PMT berupa susu ibu hamil sebanyak 15 kotak dan juga biskuit sebanyak 45 roll yang diberikan selama 3 bulan berturut-turut dengan harapan bayi yang lahir tidak mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sehingga kasus kejadian gizi buruk dapat ditekan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Keberhasilan pembinaan dan pengembangan UKS tercermin dari perilaku hidup sehat dan meningkatnya derajat kesehatan peserta didik. Hal ini bisa tercapai bila program pokok UKS ( Trias UKS ) telah dilaksanakan secara menyeluruh di sekolah sekolah mulai dari TK/RA sampai SMA/MA/SMK. Trias UKS meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Program pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan upaya pencegahan penyakit (preventif). Upaya preventif antara lain dilaksanakan melalui kegiatan penjaringan kesehatan (skrining kesehatan) anak 51 Profil

60 .Profil Dinas Kesehatan 2011 sekolah yang dilakukan terhadap anak yang baru masuk sekolah ( siswa kelas 1 ) dari tingkat dasar (SD/MI) dan lanjutan ( SMP/MTs dan SMA/MA/SMK ). Penjaringan kesehatan anak sekolah terutama untuk anak sekolah dasar (SD/MI) merupakan salah satu standar pelayanan minimal (SPM) yang harus dilakukan disetiap Puskesmas di Kabupaten/Kota, dimana cakupan penjaringan siswa kelas 1 SD / MI adalah 100% Dibawah ini adalah cakupan hasil penjaringan kesehatan di Kabupaten Tangerang : Tabel IV.15 Sekolah yang mendapatkan pelayanan Penjaringan Kesehatan Tahun 2011 No Jenis Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Yang Mendapatkan Pelayanan Penjaringan Kesehatan Prosentase 1 TK / RA % 2 SD / MI % 3 SMP / MTS % 4 SMA / MA / SMK % Grafik IV.7 Grafik Cakupan Sekolah Yang Mendapatkan Pelayanan Penjaringan Kesehatan Tahun ,0% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% 100,0% 91,5% 70,6% 81,4% 68,8% 51,4% 65,2% 68,8% Penjaringan kesehatan siswa baru dilakukan oleh petugas UKS Puskesmas bekerjasama dengan guru UKS di sekolah. 52 Profil

61 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Tabel IV.16 Jumlah Siswa yang diperiksa Pada Kegiatan Penjaringan Kesehatan Tahun 2011 No Jenis Sekolah Jumlah Siswa Baru Jumlah Siswa yang diperiksa Prosentase 1 TK / RA % 2 SD / MI % 3 SMP / MTS % 4 SMA / MA / SMK % Grafik IV.8 Jumlah Siswa yang Diperiksa Pada Kegiatan Penjaringan Kesehatan Tahun ,0% 50,0% 0,0% 86,9% 94,9% 78,1% 85,1% 68,6% 76,0% 77,7% 71,8% Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 penjaringan anak sekolah mulai dari TK / RA sampai SMA/MA/SMK meningkat capaiannya dibandingkan tahun Pada tahun 2011 untuk tingkat SD/MI sudah semua sekolah melaksanakan penjaringan tetapi jumlah siswa yang diperiksa baru 94,9% (masih dibawah target SPM) Hal ini dikarenakan pada saat pelaksanaan penjaringan ada beberapa siswa yang tidak masuk sekolah Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Dengan semakin meningkatnya jumlah usia lansia, yang diperkirakan pada tahun 2011 sebesar 28,8 juta atau 11,34 % dari jumlah total penduduk Indonesia. Umur harapan hidup ( UHH ) pada tahun 2009 mencapai 68 tahun dan diperkirakan pada tahun 2014 UHH sudah mencapai 72 tahun.(pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan, Kemenkes RI, 2010 ). Sebagai perhatian pemerintah dalam 53 Profil

62 .Profil Dinas Kesehatan 2011 mensejahterakaan lansia diterbitkanlah undang-undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia sebagai landasan hukum yang kuat dan merupakan arahan bagi pembinaan lanjut usia. Grafik IV.9 Jumlah Lansia Tahun Pralansia & Lansia Grafik IV.10 Kegiatan Lansia di Kabupaten Tangerang Tahun ,7 16, Lansia Resti pada Tahun 2011 adalah / = %, jumlahnya menurun dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu 6.754/ =29.73%. Hal ini menunjukan adanya peningkatan derajat kesehatan lansia yang memeriksakan kesehatannya dipelayanan kesehatan. Upaya yang telah dilaksanakan untuk kesehatan lansia adalah dengan pendekatan terhadap keluarga dan masyarakat lansia serta lebih memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga agar lansia tetap sehat serta merawat lansia yang sakit agar menjadi sehat. Sebagai bentuk implementasi dari pelayanan pro aktif, Puskesmas memberikan 54 Profil

63 .Profil Dinas Kesehatan 2011 pelayanan kesehatan dengan menitik beratkan pada upaya promotif dan preventif. Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kader dengan pendampingan dengan tenaga kesehatan Puskesmas. Dibeberapa daerah kelompok lansia mempunyai wadah yang disebut Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), dimana di dalam Posbindu dilaksanakan pelayanan pemeriksaan kesehatan dasar, kegiatan penunjang lainnya seperti senam lansia, pembinaan ketrampilan dan pembinaan keagamaan. Idealnya jumlah Posbindu adalah 1 per 100 penduduk lansia / pralansia. Jumlah Posbindu yang ada di Kabupaten Tangerang ada 390 Posbindu. Adapun penyebaran Posbindu di Kabupaten Tangerang digambarkan dalam peta berikut. Gbr IV.2 Peta Posbindu di Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011 berikut : Adapun jumlah lansia yang diperiksa kesehatannya di Posbindu adalah sebagai 55 Profil

64 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Grafik IV.11 Jumlah Lansia Diperiksa di Posbindu Tahun Jumlah Lansia Jumlah Lansia Diperiksa Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 jumlah lansia yang diperiksa di Posbindu < 50%, sedangkan pada tahun 2011 jumlah lansia yang diperiksa >50%. Dari hasil pemeriksaan di Posbindu ada sejumlah lansia yang dirujuk baik ke Puskesmas maupun ke rumah sakit. Rumah sakit rujukan untuk lansia di Kabupaten Tangerang adalah RSU Tangerang. Grafik IV.12 Jumlah Lansia Dirujuk ke Puskesmas dan Rumah Sakit Tahun PKM RS Pelayanan Kesehatan Remaja Program kesehatan remaja sudah mulai diperkenalkan di Puskesmas sejak awal dekade yang lalu. Beberapa tahun terakhir mulai dilaksanakan beberapa model pelayanan kesehatan remaja yang memenuhi kebutuhan remaja dan diperkenalkan dengan sebutan 56 Profil

65 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR ). Pelayanan kesehatan pada remaja ini meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, tetapi sesuai permasalahan remaja maka aspek yang perlu ditangani lebih intensif adalah aspek promotif dan preventif. Di Kabupaten Tangerang pada tahun 2011 telah terdapat center / klinik remaja di setiap Puskesmas, dimana klinik klinik tersebut melayani konseling / konsultasi masalah kesehatan dan faktor faktor resiko yang ada pada remaja. Grafik IV.13 Cakupan Pelayanan Remaja Tahun , ,557 7,465 6,486 3,27 1,22 sasaran Remaja Kunjungan Klinik Remaja % Kunjungan ke klinik remaja pada Tahun 2010 = 1.22% dan pada Tahun 2011 = 3.27%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas Kabupaten Tangerang. Tetapi dibandingkan dengan jumlah sasarannya, angka kunjungan ini,masih rendah. Hal ini kemungkinan karena :Pelayanan di klinik remaja Puskesmas belum optimal, privasi belum diutamakan sehingga para remaja masih enggan untuk datang ke klinik remaja ; kurangnya sosialisasi klinik remaja Puskesmas sehingga masih banyak sekolah / remaja yang belum mengetahui tentang klinik remaja tersebut. 57 Profil

66 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Grafik IV.14 Jumlah Kunjungan Kasus di Klinik Remaja Tahun Penggunaan Obat Rasional ke Puskesmas Penggunaan Obat Rasional (POR) merupakan salah satu indikator kinerja dan tujuan dari kebijakan obat, capaian program nasional serta Renstra Kabupaten Tangerang. Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan memenuhi persyaratan tertentu yaitu obat yang diterima pasien sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode yang tepat dan harganya terjangkau. Kegiatan Monitoring penggunaan obat rasional ke puskesmas bertujuan untuk meningkatkan mutu dan efisiensi penggunaan obat dalam upaya pelayanan pengobatan yang rasional di Puskesmas Indikator Obat Rasional: 1. Rerata resep (jumlah jenis obat dalam tiap lembar resep) 2. Prosentase peresepan dengan antibiotik pada penyakit Diare non Spesifik 3. Prosentase peresepan dengan antibiotik pada penyakit ISPA non Pneumonia 4. Prosentase peresepan dengan suntikan pada Myalgia Monitoring Penggunaan Obat Rasional ke Puskesmas 1. Rerata Resep Jumlah sampel resep 4200 lembar, diambil dari 42 Puskesmas (@100 lembar resep), didapat rerata resep sebesar 3,36 ini berarti pada setiap lembar resep Puskesmas Kabupaten Tangerang rata-rata terdapat 3-4 macam obat (Lampiran). 58 Profil

67 .Profil Dinas Kesehatan Penggunaan Antibiotik Jumlah sampel 4200 lembar resep, diambil dari 42 Puskesmas lembar resep), 1408 resep menggunakan antibiotik ( 34%), 2792 resep tidak menggunakan antibiotik (66%). Grafik IV.15 Prosentase Penggunaan Antibiotik Di Puskesmas Tahun Jenis Antibiotik Yang Digunakan Penggunaan antibiotik terbanyak adalah Amoksisillin yang merupakan antibiotik broad spectrum, bila tidak terkendali dan digunakan untuk semua jenis kuman akan dapat menyebabkan resistensi terhadap kuman-kuman tertentu. Dalam hasil monitoring dan evaluasi penggunaan antibiotik masih belum tepat sasaran (drug of choice) sehingga diperlukan pengawasan dan pembinaan yang berkelanjutan. Grafik IV.16 Prosentase Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Jenis Di Puskesmas Tahun ,0% 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% 62,9% 17,5% 1,7% 7,5% 2,8% 2,8% 0,9% 0,8% 0,5%0,4% 59 Profil

68 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Grafik IV.17 Penggunaan antibiotik pada ISPA Non Pneumonia dan diare non spesifik 80% 60% 40% 20% 0% 34% 66% Diare 52% 48% ISPA Dengan Antibiotik Tanpa Antibiotik 4. Penggunaan Antibiotik pada Penyakit ISPA non Pneumonia Penyakit ISPA non Pneumonia disebabkan oleh virus dan tidak memerlukan antibiotik. Dari hasil monitoring dan evaluasi, Penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia sebesar 48%. Batas toleransi penggunaan antibiotik untuk ISPA non Pneumonia dari Kemenkes adalah 20%. 5. Penggunaan Antibiotik pada Penyakit Diare Non Spesifik Dari hasil monitoring dan evaluasi, Penggunaan antibiotik pada Diare non spesifik sebesar 34%. Batas toleransi penggunaan antibiotik untuk Diare non spesifik dari Kemenkes adalah 8%. Tingginya angka pemakaian antibiotik pada dua kasus diatas dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya resistensi. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya adalah memberikan informasi dan edukasi kepada penulis resep yaitu Bidan/perawat dan dokter di Puskesmas melalui kegiatan Pelatihan Obat Rasional Bagi Tenaga Kesehatan Dokter dan Bidan/Perawat di Puskesmas serta Monitoring dan evaluasi peresepan. 60 Profil

69 .Profil Dinas Kesehatan 2011 Grafik IV.18 Penggunaan Antibiotik pada Diare Non Spesifik dan ISPA non Pneumonia Diare ISPA 52 Dengan Antibiotik Tanpa Antibiotik 6. Penggunaan injeksi pada penyakit Myalgia Dari hasil monitoring dan evaluasi, penggunaan injeksi pada myalgia adalah 0%, hal ini sudah sesuai dengan target kemenkes maksimal 1 %. 7. Ketersediaan Obat Kebijakan obat nasional merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebijakan kesehatan nasional. Obat merupakan salah satu unsur penting yang mempunyai nilai strategis dalam upaya-upaya kesehatan dan pengelolaan obat merupakan upaya untuk menjamin ketersediaan obat yang bermutu baik, secara tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu serta digunakan secara rasional. Salah satu indikator pengelolaan obat adalah ketersediaan obat generik di Puskesmas sesuai target Kementerian Kesehatan RI yaitu sebesar 90%. Dari data ketersediaan obat di gudang farmasi (Lampiran Tabel 80) : 1. Kesesuaian Item Obat yang tersedia dengan DOEN Jumlah jenis obat yang tersedia : 164 Jumlah Jenis obat yang tidak termasuk DOEN (non generik) : 13 Persentase ketersediaan obat generik (sesuai DOEN) = jumlah jenis obat yang termasuk dlm DOEN x 100% jumlah jenis obat yang tersedia = (164-13)/ 164 : 92 % 61 Profil

BAB III : PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN Jumlah Kematian Angka Kesakitan... 13

BAB III : PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN Jumlah Kematian Angka Kesakitan... 13 .Profil Dinas Kesehatan DAFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I : PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Pakuhaji. Rajeg. Sepatan Timur Kutabumi. Binong. Jl. Jl. Emas. Bojong Nangka Panongan.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Pakuhaji. Rajeg. Sepatan Timur Kutabumi. Binong. Jl. Jl. Emas. Bojong Nangka Panongan. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2013 650000 650000 660000 660000 670000 670000 680000 680000 690000 690000 Tegal Angus Mekar Baru Mauk Sukawali Kronjo Sukadiri Teluknaga Kosambi Kemiri Pakuhaji

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG PENGATURAN WAKTU PENYETORAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN BAGI UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KE

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK Upt. Puskesmas Waru KERANGKA ACUAN No. Kode : PKM- STK-/V.2015 Terbitan : Mei 2015 No. Revisi : 00 Tgl. Mulai Berlaku : 01/06/2015 Halaman : 1/15 Ditetapkan Oleh Kepala Upt. Puskesmas Sotek H.Sudarman,

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAN BADAN PADA

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAN BADAN PADA PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAN BADAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAN BADAN PADA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular A. Definisi Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular merupakan kegiatan/upaya melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit menular. B. Ruang Lingkup Pelayanan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Pakuhaji. Rajeg. Sepatan Timur Kutabumi. Binong. Jl. Jl. Emas. Bojong Nangka Panongan.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Pakuhaji. Rajeg. Sepatan Timur Kutabumi. Binong. Jl. Jl. Emas. Bojong Nangka Panongan. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010 650000 650000 660000 660000 670000 670000 680000 680000 690000 690000 Tegal Angus Mekar Baru Mauk Sukawali Kronjo Sukadiri Teluknaga Kosambi Kemiri Pakuhaji

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG 2010

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG 2010 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG 2010 DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG 2010 1 SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 Profil Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAN BADAN DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dikatakan bahwa Kesehatan merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.7. LATAR BELAKANG Cakupan imunisasi secara global pada anak meningkat 5% menjadi 80% dari sekitar 130 juta anak yang lahir setiap tahun sejak penetapan The Expanded Program on Immunization

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 1 2 1.E. UPAYA PENCEGAHAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR PELAYANAN IMUNISASI DASAR 1.E.1. BCG Bayi adalah anak berumur 0-11 bulan adalah Proporsi (%) dari satu indikator Imunisasi BCG adalah Pemberian imunisasi

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 Komplek Perkantoran Tigaraksa Jl. Abdul Hamid Tigaraksa Tangerang, Telp. (021) 5990535 Fax (021) 5990534 http://dinkes-tangerangkab.go.id PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari tiga dasawarsa, derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan angka kematian bayi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan 2. URUSAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) Lampiran III Unit Eselon I Kementrian/Lembaga/SKPD : Dinas Kesehatan Tahun : 2016 SASARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita bangsa jika diselenggarakan oleh manusia yang cerdas dan sehat. Pembangunan kesehatan merupakan bagian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS KESEHATAN Jalan Simpang L.A. Sucipto No. 45 Telp. (0341) 406878 M A L A N G KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG NOMOR : 188.47/ 95 / 35.73.306/ 2015 TENTANG PENETAPAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR 29 BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat semua orang sehingga terwujudnya derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR 29 BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat semua orang sehingga terwujudnya derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

penduduk 1 : dari target 1:2.637, Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA mencapai 92,11 % dari target 82,00 %, Cakupan penemuan dan

penduduk 1 : dari target 1:2.637, Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA mencapai 92,11 % dari target 82,00 %, Cakupan penemuan dan RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah (LAKIP) merupakan amanat INPRES No. 7 tahun 1999 sebagai bentuk transparansi pemerintah kepada masyarakat. LAKIP disusun dalam rangka

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2014 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2014 merupakan laporan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tangerang, Maret Tim Penyusun,

KATA PENGANTAR. Tangerang, Maret Tim Penyusun, KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas selesainya penyusunan Profil Kesehatan Kota Tangerang 2015. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan profil ini. Profil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PROVINSI BANTEN 2012-2017 DATA CAPAIAN Persentase Balita Ditimbang Berat 1 2 1 PROGRAM BINA GIZI DAN Badannya

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, serta atas berkat dan rahmat-nya, buku Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2012 dapat diterbitkan. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2009 telah selesai dengan baik. Laporan Tahunan tahun 2009 ini disusun dengan

Lebih terperinci

POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN

POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN ESELON II POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN ESELON III ESELON IV VISI MISI SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS NAMA PROGRAM SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM SASARAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN KARAKTERISTIK KEJADIAN LUAR BIASA CAMPAK PADA SALAH SATU DESA DI KABUPATEN PESAWARAN PROPINSI LAMPUNG Nurlaila*, Nur Hanna* Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Indonesia merupakan

Lebih terperinci