PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Pakuhaji. Rajeg. Sepatan Timur Kutabumi. Binong. Jl. Jl. Emas. Bojong Nangka Panongan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Pakuhaji. Rajeg. Sepatan Timur Kutabumi. Binong. Jl. Jl. Emas. Bojong Nangka Panongan."

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Tegal Angus Mekar Baru Mauk Sukawali Kronjo Sukadiri Teluknaga Kosambi Kemiri Pakuhaji Gunung Kaler Rajeg Salembaran Jaya Sukatani Sepatan Kresek Sepatan Timur Kutabumi N Sukamulya Sindang Jaya W E Jayanti Balaraja Pasir Jaya Jl Jl Kutai S Gembong Cikupa Binong Kelapa Dua Pasir Jaya Jl. Jl. Emas Curug Cisoka Bojong Nangka Panongan Tigaraksa Legok Pagedangan Cikuya Jambe Bojong Kamal Cisauk Suradita Penyerahan Piala Lomba Menulis Surat Untuk Bupati Dalam Rangka HKN Ke-46 Penyerahan Hadiah Door Prize Oleh Bupati Dalam Rangka HKN Ke-46 Penyerahan Hadiah Door Prize Oleh Bupati Dalam Rangka HKN Ke-46 DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG Jl.DAAN MOGOT NO 4. TLP (021) , FAX (021)553116

2 BAB I : PENDAHULUAN Pembangunan Kesehatan tahun 2013 di Kabupaten Tangerang lebih diprioritaskan untuk mengatasi permasalahan spesifik daerah baik dari aspek Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) maupun Usaha Kesehatan Perorangan (UKP). Di tahun 2013 upaya kesehatan telah mengalami banyak peningkatan, baik pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan. Pembangunan kesehatan tahun 2013 dijalankan dengan strategi dan perencanaan yang berpihak kepada masyarakat. Dukungan yang cukup signifikan untuk peningkatan pelayanan kesehatan di Kabupaten Tangerang adalah peningkatan jumlah anggaran untuk sektor kesehatan melalui APBD Kabupaten Tangerang, Dana Jamkesmas yang diberikan Pemerintah Pusat (pada Tahun 2013 lebih besar dibandingkan dengan Tahun 2012) serta dana dari Pemerintah Provinsi Banten. Keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat Kabupaten Tangerang di tahun 2013 telah meraih prestasi yang cukup membanggakan yaitu dengan diperolehnya penghargaan tingkat Nasional SWASTI SABA PADAPA yaitu penghargaan untuk kategori Kabupaten Sehat. Hal ini adalah berkat kerja keras Dinas Kesehatan serta dukungan instansi-instansi pemerintah lainnya seperti Dinas Pendidikan, BKBPP, Dinas PU, Bina Marga, Bappeda, BLHD, Dinas Cipta Karya ; yang secara terpadu berkoordinasi dalam program Kabupaten Tangerang Sehat (KTS). Upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dilakukan melalui peningkatan sarana prasarana dan peningkatan SDM, sertifikasi ISO untuk Puskesmas yang dilakukan secara bertahap. Puskesmas yang telah memiliki sertifikat ISO sampai dengan tahun 2013 adalah sebanyak 9 Puskesmas yaitu : Puskesmas Kelapa Dua, Puskesmas Mauk, Puskesmas Sepatan, Puskesmas Kronjo, Puskesmas Jl Emas, Puskesmas Balaraja, Puskesmas Curug, Puskesmas Rajeg, dan Puskesmas Sindang Jaya, sehingga masyarakat mendapatkan mutu pelayanan kesehatan yang lebih baik. Dalam rangka upaya penurunan angka prevalensi gizi kurang dan gizi buruk, telah dilakukan kegiatan : pemantauan status gizi, pemberian makanan tambahan pada balita dan ibu hamil, perawatan gizi buruk serta pemberian vitamin dan mineral pada balita, maka dibandingkan dengan tahun 2012 kegiatan tersebut telah berhasil menurunkan status gizi kurang (dari 5,10 % menjadi 3,61) dan gizi buruk (dari 0,67 % menjadi 0,45 %). Penanganan gizi buruk dilakukan melalui rawat inap dan rawat jalan ; untuk rawat inap telah dibentuk Pusat Perawatan Gizi Buruk (Therapeutic Feeding Center) di 1

3 Puskesmas Balaraja, Puskesmas Sepatan dan Puskesmas Mauk, sedangkan rawat jalan dilakukan di Pos Gizi dimana merupakan tempat pemulihan dan pendidikan gizi yang diselenggarakan melalui pemberdayaan masyarakat ; sampai dengan tahun 2013 telah dibentuk 72 Pos Gizi. Pada kasus Gizi buruk kronis yang memerlukan perawatan lanjutan, dapat dirujuk ke RS. Dari hasil kegiatan bulan penimbangan balita, didapatkan hasil bahwa di tahun 2013 sudah tidak terdapat lagi Kecamatan Rawan Gizi di wilayah Kabupaten Tangerang. Pembiayaan Kesehatan Masyarakat Miskin di Kabupaten Tangerang menurut laporan LAKIP Dinkes, telah mendapat predikat Sangat Berhasil, dapat dilihat pada indikator Prosentase Pelayanan Kesehatan Rujukan Masyarakat Miskin, dimana Capaian indikator tersebut adalah 100% dan seluruh RS di Kabupaten Tangerang telah berperan aktif dalam melayani masyarakat miskin. Untuk mendukung peningkatan pencapaian kesehatan rujukan masyarakat miskin dilakukan juga melalui Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan dimana salah satu kegiatannya di tahun 2013 adalah sudah dilakukannya kesepakatan kemitraan dengan 19 RS Pemerintah dan Swasta. Dalam proses Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang ini, panduannya mengacu kepada Petunjuk Teknis Penyusunan Profil dari Kemenkes dan Standar Pelayanan Minimal, dengan sumber data diperoleh dari Dinas Kesehatan, Badan Pusat Statistik, Bappeda, RSUD dan RS Swasta di seluruh Kabupaten Tangerang. 2

4 BAB II : GAMBARAN UMUM 2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN TANGERANG Kabupaten Tangerang merupakan salah satu wilayah di Propinsi Banten terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 106 o o 43 Bujur Timur dan 6 o 20-6 o 20 lintang selatan dengan luas wilayah km 2 dengan batas-batas wilayah : - Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, - Sebelah Timur berbatasan dengan DKI Jakarta, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak, - Sebelah Barat dengan Kabupaten Serang. Kabupaten Tangerang secara geografis memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-8% menurun ke Utara. Ketinggian wilayah berkisar antara 0-50 m di atas permukaan laut. Daerah Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai dan sebagian besar daerah urban, daerah timur adalah daerah rural dan pemukiman sedangkan daerah barat merupakan daerah industri dan pengembangan perkotaan. Secara administratif pada tahun 2012 Kabupaten Tangerang memiliki 29 wilayah Kecamatan yang terdiri dari 274 wilayah Desa dan Kelurahan KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2013 adalah jiwa yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan, terjadi kenaikan bila dibandingkan dengan tahun Kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang ratarata jiwa/km 2. (sumber : BPS Kabupaten Tangerang), dengan penyebaran penduduk tidak merata, kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi berturut-turut adalah Pasar Kemis, Kelapa Dua dan Curug. Hal ini disebabkan wilayah kedua kecamatan tersebut merupakan daerah kawasan industri, sedangkan Kelapa Dua merupakan pusat perdagangan dan Real estate terbesar di wilayah Kabupaten Tangerang. 3

5 No Kecamatan Tabel II.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2013 Luas wilayah (KM2) Jumlah Desa Jumlah Kelurahan Desa + Kelurahan Jumlah Penduduk 1 Balaraja 33, Jayanti 23, Tigaraksa 48, Jambe 26, Cisoka 27, Kresek 26, Kronjo 44, Mauk 51, Kemiri 32, Sukadiri 24, Rajeg 53, Pasar Kemis 25, Teluknaga 40, Kosambi 29, Pakuhaji 51, Sepatan 17, Curug 27, Cikupa 42, Panongan 34, Legok 35, Pagedangan 45, Cisauk 27, Sukamulya 26, Kelapa Dua 24, Sindang Jaya 37, Sepatan Timur 18, Solear 29, Gunung Kaler 29, Mekar Baru 23, Kabupaten Tangerang 959, Sumber : - Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun

6 Tabel II.2 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2013 No. Kecamatan Kepadatan Penduduk 1 Balaraja Jayanti Tigaraksa Jambe Cisoka Kresek Kronjo Mauk Kemiri Sukadiri Rajeg Pasar Kemis Teluknaga Kosambi Pakuhaji Sepatan Curug Cikupa Panongan Legok Pagedangan Cisauk Sukamulya Kelapa Dua Sindang Jaya Sepatan Timur Solear Gunung Kaler Mekar Baru Kabupaten Tangerang Sumber : - Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2013 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kecamatan Pasar Kemis memiliki kepadatan penduduk paling tinggi di Kabupaten Tangerang pada tahun 2013 di susul Kecamatan Kelapa Dua dan Curug STRATA PENDUDUK Data dari BPS Kabupaten Tangerang menunjukan struktur penduduk di Kabupaten Tangerang termasuk struktur penduduk usia produktif dengan 68,75 % penduduk adalah kelompok umur tahun, jumlah penduduk berumur 0-14 tahun sebanyak % dan berumur > 65 tahun adalah sebanyak 2,51 %. 5

7 Tabel II.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Tahun 2013 Kelompok Jumlah Penduduk No Umur Laki- Laki2+ (Tahun) Perempuan Laki Perempuan JUMLAH Sumber : - Kantor Statistik Kabupaten TangerangTahun INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) IPM merupakan ukuran kinerja pembangunan wilayah terhadap pembangunan manusia itu sendiri, dengan upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya, baik aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli) sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan meningkat. Dalam penyusunan IPM terkait erat dengan tiga komponen yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Indeks Pendidikan (lama sekolah) dan Kemampuan Daya Beli (PPP). Peningkatan IPM Kabupaten Tangerang dapat dilihat sebagai berikut: 6

8 Grafik II.1. Perkembangan IPM Tahun , ,05 72,36 72,59 71, Sumber : Bappeda Kab.Tangerang ANGKA HARAPAN HIDUP Gambaran mengenai tingkat kesehatan masyarakat dapat ditunjukkan oleh Angka Harapan Hidup (AHH). AHH untuk tahun 2013, yaitu sebesar 66,09 dimana terdapat peningkatan dibandingkan AHH pada tahun 2012, yaitu dan tahun 2011 yaitu sebesar 65,90 (Sumber : Bappeda Kab.Tangerang). Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di bidang kesehatan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tahun Tabel II.4 Angka Harapan Hidup Th Angka Harapan Hidup , , ,09 Sumber : Bappeda Kab.Tangerang

9 BAB III : PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Tangerang, berikut ini disajikan situasi mortalitas dan morbiditas 3.1. JUMLAH KEMATIAN Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari UHH (Usia Harapan Hidup), Angka Kematian Ibu (AKI) dan AKB (Angka Kematian Bayi). Selain itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini Jumlah Kematian Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai belum berusia tepat satu tahun, yang terbagi menurut usia kematiannya. Kematian Neonatal yaitu kematian bayi lahir hidup yang kemudian meninggal sebelum 28 hari kehidupannya. Kematian Neonatal dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kematian Neonatal dini merupakan kematian bayi yang terjadi pada 7 hari pertama kehidupannya dan kematian Neonatal lanjut adalah kematian bayi yang terjadi pada masa 8-28 hari kehidupannya.(pedoman AMP Kemenkes 2010). Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah kematian bayi dibawah satu tahun per kelahiran hidup. Angka ini merupakan indikator yang sensitif terhadap ketersediaan, pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama pelayanan perinatal disamping juga merupakan indikator terbaik untuk menilai pembangunan sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 32/1000 kelahiran hidup (SDKI 2012). Grafik di bawah ini menunjukkan jumlah kematian bayi tahun 2011 s/d tahun

10 Grafik III.1 Jumlah Kematian Bayi Tahun Pada grafik III.1 terlihat jumlah kematian Bayi meningkat selama tiga tahun disebabkan karena meningkatnya jumlah kasus Neonatal Komplikasi dan makin baiknya pencatatan dan pelaporan oleh petugas.dari 282 kematian bayi pada tahun 2013, penyebabnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Grafik III.2 Penyebab Kematian Bayi Tahun % 1% 1% 0% 5% Asfiksia BBLR 4% Kel. Kongenital Sepsis Tetanus 42% Ikterus Pneumonia Lain-lain 43% Tabel III.1 Penyebab Kematian Bayi Tahun 2013 No Penyebab Kematian Bayi Jumlah 1 Asfiksia BBLR Kel.Konginetal 11 4 Sepsis 11 5 Tetanus 4 6 Ikterus 3 7 Pneumonia 1 8 Lain-lain 14 Penyebab terbanyak kematian Bayi adalah Asfiksia dan urutan kedua adalah BBLR disebabkan karena meningkatnya komplikasi Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) dan Pre Eklampsi Berat (PEB) pada ibu. 9

11 Jumlah Kematian Ibu (AKI) Kematian ibu adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk hamil ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus mola), dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental (Pedoman AMP Kemenkes 2010). Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian ibu per kelahiran hidup. Angka ini berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, tingkat pelayanan kesehatan terutama pada ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pada masa nifas. Informasi mengenai tingginya AKI akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman (Making Pregnancy Safer) serta Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) oleh tenaga kesehatan terlatih, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 224 per kelahiran hidup (Hasil SDKI Tahun 2012). Upaya menurunkan angka kematian ibu adalah salah satu prioritas dalam tujuan MDGs 2015 yaitu menjadi 102 per kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu di Kabupaten Tangerang pada tahun 2013 adalah sebanyak 39 orang dengan penyebab kematian ibu sebesar 90 % terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan, jumlah kematian ibu pada tahun 2013 terjadi peningkatan dibandingkan pada tahun 2012, terlihat pada grafik di bawah ini. Grafik III.3 Jumlah Kematian Ibu Tahun

12 di bawah ini : Penyebab kematian ibu di Kabupaten Tangerang pada tahun 2013 dapat dilihat pada grafik Grafik III.4 Penyebab Kematian Ibu Tahun % 13% HDK/PEB 31% 51% HPP Ruptur uteri Lain-lain Tabel III.2 Penyebab Kematian Ibu Tahun 2013 No Penyebab Kematian Ibu Jumlah 1 PEB/Eklampsi/HDK 20 2 Hemorrhagie Post Partum (HPP) 12 3 Ruptur Uteri 2 4 Penyebab lain 5 Pada tahun 2013, penyebab kematian ibu terbanyak adalah karena PEB/ Hipertensi dalam kehamilan sebanyak 20 kasus (51 %). Seluruh kasus kematian sudah dilakukan Audit Maternal Perinatal (AMP) di tingkat kecamatan dan kabupaten oleh tim AMP Kabupaten Tangerang sebagai pembelajaran untuk menurunkan jumlah kematian ibu. 11

13 3.2. ANGKA KESAKITAN Sepuluh Besar Penyakit Grafik III.5 10 Besar Penyakit Di Puskesmas Tahun 2013 Dari grafik diatas terlihat infeksi Saluran Nafas Atas berada diposisi teratas dari 10 besar penyakit di kabupaten Tangerang, yaitu sebesar kasus, diikuti penyakit batuk, myalgia, Gastritis, Gastritis, Hipertensi Essensial (Primer), Dermatitis, Sakit Kepala, Artritis, Gangguan Gigi dan Jaringannya Penyakit Menular Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular terdiri dari : Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik beratkan pada kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) disemua wilayah, dan pemantauan jentik berkala untuk mencapai angka bebas jentik sesuai target (>95%), kegiatannya dilakukan dengan melakukan Sosialisasi dan Gerakan Desa Bebas Jentik bagi Kader, melakukan Penyelidikan Epidemologi (PE) dan melaksanakan Fogging Fokus sesuai kriteria dari 12

14 hasil penyelidikan Epidemologi. Jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Tangerang dilaporkan sebagai berikut: Tabel III.3 Data Kasus Demam Berdarah Dengue Tahun Tahun Jumlah Penderita Meninggal IR per Penddk CFR (%) , ,1 0, ,8 0,32 Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat Insiden Rate (IR) mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2012 yaitu dari 21,1/ penduduk menjadi 29,8/ penduduk, tetapi masih dibawah IR Nasional ( 52/ penduduk ). CFR (Case Fatality Rate) DBD adalah angka kematian akibat DBD; yaitu angka kematian dibagi dengan jumlah kasus dikali dengan 100. Pada tahun 2013 CFR DBD mengalami penurunan menjadi 0,32 % dibandingkan tahun 2012 sebesar 0,48% (Angka Nasional CFR DBD adalah < 1 %) Dari seluruh penderita DBD yang ditemukan, semua ditangani sesuai SOP, jadi SPM untuk DBD 100 %. Upaya lain yang dilakukan dalam P2DBD diprioritaskan untuk memutus rantai penularan, antara lain : Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Fogging Fokus sesuai indikasi dan Gerakan Desa Bebas Jentik. Adapun indikasi Fogging Fokus adalah, Adanya penderita DBD dilengkapi dengan KDRS (Keterangan Dari Rumah Sakit) kemudian dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) yaitu pencarian penderita atau tersangka DBD lainnya serta pemeriksaan jentik di lokasi tempat tinggal penderita dengan radius 100 m (kurang lebih 20 rumah/bangunan lainnya). Jika ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya atau 3 orang tersangka DBD dan ditemukan jentik ( 5%), maka fogging fokus dilakukan dengan radius 200m yang didahului dengan kegiatan (1) Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN); (2) Larvasidasi dan kemudian dilakukan (3) Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Filariasis Filiariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. 13

15 Filariasis merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Tangerang yang dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup, Berikut distribusi kasus filariasis sejak tahun di Kabupaten Tangerang. Grafik III.6 Distribusi Kasus Filariasis Tahun Dari grafik di atas terlihat terjadi penurunan kasus Filariasis yaitu dari 3 kasus pada tahun 2011 dan tahun 2012 menjadi tidak ada kasus di tahun 2013, semua kasus sebelumnya sudah ditangani 100%. Tabel III.4 Cakupan Pengobatan Massal Filariasis Tahun No Tahun Penduduk Sasaran Minum Obat Sebagai upaya memutuskan rantai penularan kasus Filariasis, sejak tahun 2009 dilaksanakan pengobatan massal di seluruh wilayah Kabupaten Tangerang. Ada dua indikator dalam menilai cakupan pengobatan massal yaitu : a. Angka Pencapaian Pengobatan Angka pencapaian pengobatan merupakan parameter untuk menilai penanggulangan potensi penularan pada penduduk beresiko dan aspek epidemiologisnya. Dengan demikian semakin tinggi cakupan menggambarkan semakin kecil resiko penularan filariasis di daerah endemis. 14

16 Grafik III.7 Angka Pencapaian Pengobatan Filariasis Tahun Dari grafik diatas terlihat adanya penurunan target, hal ini disebabkan adanya penurunan proporsi sasaran yang menentukan besarnya target. Sebelumnya pasien lansia dimasukkan dalam kategori sasaran pengobatan akan tetapi berdasarkan panduan terbaru dari Subdit Filariasis dan Kecacingan Kemenkes RI, mulai tahun 2012 kelompok lansia tidak lagi dimasukkan kedalam sasaran. Dengan demikian penurunan Angka Pencapaian Pengobatan yang tampak pada grafik di atas tidak menunjukan meningkatnya resiko penularan. b. Angka keberhasilan pengobatan Cakupan angka keberhasilan pengobatan, merupakan parameter untuk menilai efektivitas pengobatan massal, semakin tinggi cakupan menunjukan besarnya jaminan bahwa upaya pengobatan akan memberikan hasil yang optimal. Grafik III.8 Angka Keberhasilan Pengobatan Filariasis Tahun Di tahun 2013 tidak di temukan kasus kronis baru Filariasis, sedangkan pada tahun 2012 ditemukan 3 kasus kronis baru yaitu di kec.kemiri 1 kasus, Mekar Baru 2 kasus. 15

17 Dari hasil evaluasi Survey Darah Jari (SDJ) setelah pengobatan Massal Filariasis selama 5 tahun berturut-turut di peroleh hasil prevalensi MF (Microfilaria Rate) < 1% yaitu 0,03% dan cakupan pengobatan Massal tahun 2013 yaitu 89,80%. Dari grafik di atas terlihat bahwa hasil cakupan pengobatan Massal Filariasis selama 5 tahun berturut-turut sudah melebihi target dari Kemenkes yaitu 65 % demikian juga Prevalensi Microfilaria Rate (hasil yang diperoleh 0,03 %) sudah mencapai target Kemenkes yaitu <1% Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Diare Program P2 Diare di Kabupaten Tangerang dalam pengelolaannya masih dipadukan dengan program P2 ISPA, akan tetapi secara teknis tetap mengacu pada panduan yang ditetapkan oleh Subdit Diare Kementerian Kesehatan RI. Program Penanggulangan Penyakit Diare berdasarkan protap terkini secara praktis termuat dalam LINTAS Diare atau Lima Langkah Tuntas yang perlu terus dioptimalkan dalam implementasinya, yaitu : 1. Pemberian Oralit Osmolaritas (Kepekatan) rendah. 2. Obat Zinc selama 10 hari. 3. ASI dan makanan sesuai umur 4. Antibiotika selektif 5. Nasehat pada ibu/pengasuh a. Diare Semua Umur Berdasarkan data kumulatif yang diperoleh dari 43 puskesmas se-kabupaten Tangerang pada tahun 2013, terdapat penurunan cakupan sebagaimana ditampilkan pada tabel di bawah ini. Penurunan cakupan disebabkan peningkatan jumlah penduduk sehingga target meningkat, meskipun dalam penemuan kasusnya terdapat peningkatan dibandingkan tahun Tahun Tabel III.5 Persentase Cakupan Kasus Diare Semua Umur Tahun Penduduk Target Diare semua umur Penemuan Kasus Cakupan (%) , , ,92 16

18 Cakupan dihitung dengan membandingkan jumlah penemuan kasus dengan target penemuan kasus diare sesuai kategori Diare Semua Umur penderita dikalikan 100%. Rendahnya cakupan penemuan kasus Diare Semua Umur disebabkan beberapa kendala antara lain : 1. Belum optimalnya pencatatan dan pelaporan kasus Diare yang terjaring di luar Puskesmas. 2. Belum terkoordinasinya pengelolaan program Diare antara petugas puskesmas dan kader. 3. Belum terlaporkannya kasus-kasus yang ditemukan fasilitas pelayanan kesehatan swasta. Upaya yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah di atas yaitu : 1. Mengoptimalkan pencatatan dan pelaporan kasus Diare Semua Umur dengan memperluas ruang lingkupnya khususnya untuk kegiatan pelayanan di luar gedung (Pustu dan Pusling) melalui peran serta Bidan Desa. 2. Memfasilitasi pertemuan koordinasi antara petugas puskesmas dengan kader sekaligus meningkatkan kompetensi kader dalam upaya rehidrasi oral dini. 3. Memfasilitas pertemuan dengan fasilitas pelayanan kesehatan swasta untuk meningkatkan cakupan penemuan kasus diare. b. Diare Balita Berdasarkan data kumulatif penemuan kasus Diare Balita yang diperoleh dari 43 puskesmas se-kabupaten Tangerang, tampak adanya penurunan angka cakupan di Tahun 2013 seperti yang ditampilkan berikut ini : Tabel III.6 Persentasi Cakupan Kasus Diare Pada Balita Tahun Tahun Balita Target Diare Penemuan Cakupan (%) Balita Kasus , , ,38 Adanya peningkatan jumlah balita meskipun kecil, turut mempengaruhi peningkatan target capaian, yang perlu mendapat perhatian adalah terjadinya penurunan temuan kasus di Tahun 2013 hal ini disebabkan : 1. Kasus Diare terutama pada balita yang terjaring oleh kader belum dilaporkan secara rutin oleh seluruh puskesmas, 17

19 2. Pendataan kasus yang sistematis dengan mengoptimalkan peran serta bidan desa masih belum terlaksana. Upaya yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah diatas yaitu : 1. Optimalisasi peran serta kader dalam upaya meningkatkan efektifitas penemuan kasus Diare, 2. Workshop tatalaksana Diare untuk petugas puskesmas, 3. Sosialisasi Tatalaksana Diare bagi Pelayanan Swasta, 4. Monitoring dan Evaluasi kegiatan Ispa dan Diare, 5. Cetak buku register untuk keperluan pencatatan. Untuk pemantauan dinamika kasus diare (semua umur) sepanjang tahun, maka dibuat grafik bulanan dengan menetapkan angka maksimum dan minimum sebagai kewaspadaan terjadinya KLB. Grafik III.9 Pemantauan Kasus Diare Bulanan Tahun 2013 Dari grafik di atas terlihat bahwa pada tahun 2013 terjadi peningkatan kasus diare pada bulan April, Mei dan November, Kegiatan yang telah dilaksanakan untuk Program Penanggulangan Diare pada tahun 2013 antara lain : 1. Audit mutu pelayanan diare di Puskesmas 2. Validasi Data Diare untuk Puskesmas se-kabupaten Tangerang 3. Optimalisasi peran serta Kader dalam upaya rehidrasi oral dini di puskesmas Kegiatan tersebut bertujuan untuk memantau kualitas pelayanan di Puskesmas dan meningkatkan peran serta kader dalam upaya penemuan dan tatalaksana kasus diare di masyarakat. 18

20 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Kegiatan pokok pengelolaan program P2 ISPA di Kabupaten Tangerang adalah penjaringan dan penatalaksanaan kasus Pneumonia Balita. Berdasarkan ketentuan WHO, perkiraan kasus pneumonia balita di negara berkembang termasuk Indonesia adalah 10% - 20% dari jumlah total balita, sedangkan kebijakan Kemenkes menetapkan angka 10% jumlah balita sebagai angka perkiraan kasus pneumonia balita di Indonesia. Angka ini ditetapkan tidak berdasarkan survey epidemiologis sehingga belum secara spesifik menggambarkan kondisi pneumonia balita di wilayah tertentu. Untuk menilai efektifitas penemuan kasus maka ditetapkan sasaran Pneumonia Balita sebesar 10% dari jumlah total balita. Tabel III.7 Persentasi Target dan Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia Tahun Tahun Balita Sasaran (10% balita) , Target (target tahun berjalan x sasaran (70% x ) (24% x ) (30% x30.664) Realisasi Penemuan Kasus Cakupan (%) , , Dari tabel di atas walaupun telah ditemukan adanya peningkatan cakupan, tetapi angka tersebut masih jauh dibawah target. Berdasarkan hasil audit mutu pelayanan ISPA yang telah dilaksanakan, maka ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Penerapan tatalaksana kasus pneumonia balita yang sesuai standar baku belum konsisten dilaksanakan 2. Pencatatan dan pelaporan kasus pneumonia belum melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan swasta 3. Tingginya angka perkiraan kasus pneumonia balita yang ditetapkan WHO karena belum adanya data hasil survey insidensi baik secara nasional maupun regional yang dapat dijadikan acuan yang lebih valid. Upaya yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah diatas adalah: 19

21 1. Memperluas cakupan kegiatan bimbingan teknis bagi pengelola program serta petugas BP anak mengenai prosedur baru tatalaksana kasus ISPA/Pneumonia pada balita 2. Melaksanakan sosialisasi pencatatan dan pelaporan serta tatalaksana kasus pneumonia untuk bidan praktek swasta 3. Mengupayakan dilaksanakannya Care Seeking bagi penderita yang telah positif di diagnosis pneumonia Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tuberculosis Indikator keberhasilan Program P2 TB dinilai dari Angka Penemuan Pasien Baru TB Paru BTA Positif, atau Case Detection Rate (CDR) dan Angka Konversi (Conversion Rate), Angka Kesembuhan (Cure rate) dan Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate) 1. CDR adalah persentase jumlah pasien baru TB Paru BTA Positif yang ditemukan dan diobati dibanding jumlah pasien baru BTA Positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru TB Paru BTA Positif pada wilayah tersebut. Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA Positif diperoleh berdasarkan perhitungan angka insidens pasien TB Paru BTA Positif dikali dengan jumlah penduduk. Angka perkiraan ini bervariasi di setiap wilayah. Target CDR Program Penanggulangan Tuberculosis Nasional adalah 70% atau lebih. 2. Angka Konversi adalah persentase pasien baru TB Paru BTA Positif yang mengalami konversi menjadi BTA Negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Angka Konversi dihitung tersendiri untuk tiap klasifikasi dan tipe pasien, BTA Positif baru dengan pengobatan Kategori 1 atau BTA Positif pengobatan ulang dengan Kategori. Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat kecenderungan keberhasilan pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar. 3. Angka Kesembuhan (Cure rate) adalah angka yang menunjukkan angka persentase pasien baru TB Paru BTA Positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB paru BTA Positif yang tercatat. Angka minimal yang harus dicapai adalah 85%. Angka kesembuhan digunakan untuk mengetahui hasil pengobatan. 20

22 4. Angka keberhasilan pengobatan (Success rate) adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA Positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun yang lengkap) diantara pasien baru TB Paru BTA Positif yang tercatat. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Grafik III.10 Angka Penemuan Pasien Baru Tb Paru BTA Positif (CDR=Case Detection Rate) Di Kab. Tangerang Tahun Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kab. Tangerang tahun 2013 Angka penemuan kasus baru TB Paru BTA Positif / Case Detection Rate (CDR) tahun 2013 sebesar 65,38% menurun bila dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebesar 65,49%. Pada tahun 2012 diperkirakan jumlah penduduk di Kab. Tangerang yang menderita TB Paru BTA positif sebanyak kasus dan berhasil ditemukan sebanyak kasus. Tahun 2013 diperkirakan jumlah penduduk di Kab. Tangerang yang menderita TB Paru BTA positif sebanyak kasus dan berhasil ditemukan sebanyak kasus. Penemuan jumlah kasus TB paru BTA positif tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012, akan tetapi pembanding/denominator yang menjadi target pencapaian mengalami peningkatan dikarenakan adanya kenaikan jumlah penduduk maka proporsi yang dicapai menjadi menurun, hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah belum semua kasus terlaporkan ke Puskesmas terutama dari Klinik/Dokter Praktek Swasta dan RS. Banyaknya petugas pengelola program TB dan Laboratorium Puskesmas yang belum terlatih (Pemegang Program TB Baru). DPS dan RS swasta yang belum terlatih International Standar for Tuberculosis Care (ISTC). Untuk hasil angka kesembuhan tahun di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada grafik dibawah ini : 21

23 Grafik III.11 Angka Kesembuhan Pasien Baru Tb Paru Bta Positif (Cure Rate) Di Kab. Tangerang Tahun Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kab. Tangerang tahun 2013 Angka kesembuhan pada pasien baru BTA positif yang tercatat di Fasilitas pelayanan kesehatan DOTs pada tahun 2013 sebesar 85.90%, meningkat dibandingkan pada tahun Peningkatan angka kesembuhan ini antara lain disebabkan oleh tersedianya Pengawas Menelan Obat (PMO) bagi pasien, konseling yang baik oleh petugas kesehatan di Fasilitas pelayanan kesehatan DOTs. Grafik III.12 Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien Baru Tb Paru BTA Positif (Succes Srate) Di Kab. Tangerang Tahun Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kab. Tangerang tahun 2013 Angka keberhasilan pengobatan merupakan salah satu indikator Nasional yang dapat menilai kemajuan atau keberhasilan pengendalian TB di suatu wilayah dengan target capaian minimal 85%. Angka keberhasilan pengobatan pada pasien baru BTA positif yang tercatat di Fasyankes DOTs pada tahun 2013 sebesar 93,89%, meningkat dibandingkan pada tahun 2012 yaitu sebesar 93.60%. Angka keberhasilan pengobatan pasien baru TB Paru BTA Positif di Kabupaten Tangerang sudah mencapai target Nasional. 22

24 Upaya-upaya yang telah dilakukan agar cakupan indikator ini dapat dicapai sesuai target Nasional adalah melatih kader PMO, menghubungi keluarga atau PMO pasien yang tidak mengambil obat di fasilitas pelayanan kesehatan DOTs, meningkatkan konseling antara petugas kesehatan dengan pasien atau keluarga pasien, serta melakukan promosi aktif di masyarakat bahwa pasien TB dapat disembuhkan jika berobat teratur dan menjalankan nasehat tenaga kesehatan. Tabel III.8 Distribusi Kasus TB-MDR Tahun 2013 No Puskesmas TB MDR Ket 1 Kelapa 2 2 Pengobatan 2 Binong 2 Pengobatan 3 Kedaung Barat 1 Pengobatan 4 Sepatan 1 Pengobatan 5 Kutabumi 1 Pengobatan 6 Pagedangan 1 Pengobatan 7 Sindang Jaya 1 Pengobatan 8 Balaraja 1 Pengobatan 9 Sukamulya 1 Pengobatan Jumlah 11 orang Dari tabel di atas dapat dilihat adanya kasus TB dengan Multi Drug Resistent (TB- MDR), adalah kasus TB yang resisten terhadap minimal 2 jenis obat anti tuberculosis OAT, yaitu : Isoniazid dan Rifampisin. Upaya yang dilakukan adalah merujuk pasien suspek TB-MDR ke RS Persahabatan Jakarta sebagai pusat rujukan dan pengawasan menelan obat ditunjuklah PKM Kedaung Barat, PKM Binongdan PKM Kutabumi sebagai klinik satelit MDR Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kusta Tabel III.9 Tabel Penemuan Kasus Baru Kusta Tahun Kasus PB RFT % Kasus % RTF Rate % Jumlah Kasus RFT rate MB , , , , , , , , , ,89 RFT Rate Tahun 2013 : di dapat dari : - RFT Rate PB = Kasus baru yang tercatat dari januari s.d. Desember 2012 (PB 2012 = 44 orang). Pasien yang sudah RFT s.d. Tahun 2013 ada 40 orang. Jadi didapat RFT Rate PB 2013 = 40/44 x 100 = 90,9 % 23

25 - RFT Rate MB = Kasus baru yang tercatat dari januari s.d. Desember 2011 Ket : (MB 2011 = 186 orang) dan pasien tersebut RFT s.d. Tahun 2013, sebanyak 144 pasien. Jadi didapat RFT Rate MB 2013 = 144/186 x 100 = 77,4 %. -Untuk RFT Rate PB = Pasien 1 tahun sebelumnya -Untuk RFT Rate MB = Pasien 2 tahun sebelumnya Dari tabel di atas terlihat adanya peningkatan dalam penemuan kasus Kusta pada tahun 2013 yaitu sebanyak 249 kasus dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak 245 kasus. Grafik III.13 Case detection Rate kasus Kusta Tahun Dari grafik di atas dapat dilihat ada penurunan CDR untuk kasus Kusta dari 8.33 ditahun 2012 menjadi 8.16 di Tahun CDR (Case Detection Rate) adalah angka penemuan penderita baru; yaitu Jumlah penderita baru ditemukan pada periode satu tahun dibagi jumlah penduduk di tahun yang sama dikali CDR merupakan indikator yang paling bermanfaat dalam menetapkan besarnya masalah dan transmisi yang sedang berlangsung. Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang Tahun 2012 sebanyak , meningkat di Tahun 2013 sebanyak Dari jumlah penduduk yang meningkat ini menjadi deminator sehingga angka CDR di tahun 2013 mengalami penurunan. Upaya yang telah dilakukan dalam program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kusta, antara lain : Rapid Village Survei (RVS) (dilakukan di desa dengan beban Kusta tinggi), School Survei (dengan sasaran siswa/siswi Sekolah Dasar), Pemeriksaan kontak serumah, pelacakan terhadap kasus mangkir, dan On The Job Training (OJT) untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas. 24

26 Grafik III.14 Prevalensi Rate kasus Kusta Tahun ,5 1 0,5 0,97 1,61 1, Prevalensi Rate Kusta Penderita Kusta (PB dan MB) tercatat (terdaftar) dalam register dibagi jumlah penduduk pada tahun yang sama dikali (Penduduk Kab. Tangerang 2013 = ) Dari grafik di atas dapat dilihat adanya penurunan Prevalensi Rate dari tahun 2012 dengan angka 1,61 per penduduk menjadi 1,51 per penduduk pada tahun Ini menandakan masih tingginya angka kesakitan yang seharusnya < 1 / penduduk. Tahun Tabel III.10 Tabel Kecacatan dan Kusta Anak Tahun 2013 JUMLAH KASUS PB + MB Proporsi Cacat Tk. 2 Proporsi Kusta Anak (0-14 th) JUMLAH (kasus) % JUMLAH % a) Proporsi cacat Tk. 2 adalah indikator yang menunjukkan keterlambatan antara kejadian penyakit dan penegakan diagnosis, keterlambatan penderita mencari pengobatan atau keterlambatan petugas dalam penemuan penderita. Pada tahun 2013 ditemukan 19 kasus, menurun dibandingkan tahun 2012 dengan 33 kasus. Untuk cacat Tk.2 angka indikatornya < 5 % dari keseluruhan kasus baru yang ditemukan ( MB dan PB ) dengan demikian tingkat kecacatan di Kabupaten Tangerang masih tinggi. 25

27 b) Proporsi penderita untuk anak 0-14 tahun menunjukkan keadaan penularan saat ini. Pada tahun 2013 terdapat 42 Kasus, meningkat dibandingkan tahun 2012 dengan 33 kasus. Untuk kasus penderita anak 0-14 tahun angka indikatornya < 5 % sedangkan angka di Kabupaten Tangerang masih tinggi, hal ini disebabkan karena angka penderita Kusta Tipe MB juga masih tinggi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit HIV / AIDS Grafik III.15 Trend penemuan Kasus HIV - AIDS Tahun HIV AIDS Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kab. Tangerang tahun 2013 Pada tahun 2013 ditemukan 93 kasus baru, yaitu HIV (+) 35 kasus dan AIDS 58 kasus yang seluruhnya ditangani dan terjadi peningkatan penemuan kasus baru dibandingkan tahun 2012, yang tercatat 66 kasus, yaitu HIV (+) 34 kasus dan AIDS 32 kasus. Peningkatan penemuan kasus HIV-AIDS ini terjadi karena peningkatan penemuan kasus melalui kegiatan mobile VCT dan sudah mulai timbul kesadaran pada masyarakat berisiko untuk mengunjungi tempat layanan kesehatan HIV-AIDS terdekat. Upaya penanggulangan HIV AIDS terus dilakukan dengan melakukan sosialisasi HIV-AIDS dan IMS kepada kelompok resiko tinggi, karyawan perusahaan, remaja dan anak sekolah, pelaksanaan layanan komprehensif berkelanjutan (LKB) dan one stop service HIV-AIDS di RSU Tangerang, RS Qadr, PKM Kosambi, PKM JL. Emas, PKM Balaraja dan PKM Curug. Disamping itu ada penambahan layanan VCT di RSUD Balaraja yang akan di kembangkan menjadi layanan Komprehensif berikut CST di RS Siloam. Untuk menjaring kasus HIV juga melalui layanan Infeksi Menular Seksual di seluruh puskesmas Kabupaten Tangerang dan 8 PKM dengan pendekatan laboratorium yaitu PKM Balaraja, Curug, Jl. Emas, Kosambi, di susul dengan PKM Mauk, Teluknaga, Cisauk dan Suradita. 26

28 Kegiatan-kegiatan yang menunjang dilakukan dalam penanggulangan HIV-AIDS pada tahun 2013 diantaranya : Tersosialisasi penyakit HIV-AIDS dan IMS untuk Kelompok Risti, Kelompok Sebaya (WPS, Penasun, Waria, LSL) dan Karyawan perusahaan. Tersosiialisasi HIV-AIDS dan Narkoba untuk anak sekolah. Terlaksananya Pembinaan terhadap Rumah Sakit dan Puskesmas dengan layanan Komprehensif HIV-AIDS layanan Harm Reduction dan Kolaborasi TB- HIVdalam bentuk pertemuan maupun bimbingan teknik (Bintek). Tersediaya pengadaan transport untuk kegiatan Mobile VCT, Penjangkauan kelompok Risti, dan Pendampingan ODHA. Tersedianya Bantuan rujukan kasus-kasus IMS dan HIV lanjutan, Pemeriksaan CD4 dan pemeriksaan efek samping obat ARV Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Program PPTM memiliki ruang lingkup yang cukup luas, dalam pengelolaannya Direktorat PPTM Kemenkes RI membaginya kedalam lima bidang sebagai berikut : 1. Progam Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD), 2. Program Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus dan Penyakit Metabolik (DM dan PM), 3. Program Pengendalian Penyakit Kronik Degeneratif (PKD), diprioritaskan pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), 4. Program Pengendalian Penyakit Kanker, 5. Gangguan Akibat Kecelakaan dan Tindak Kekerasan (GAKTI). Dengan mempertimbangkan kondisi lokal spesifik di Kab.Tangerang, yang didukung dengan data kasus yang tercatat dari seluruh puskesmas se-kabupaten Tangerang, maka Program PPTM yang menjadi prioritas dalam pengelolaannya adalah Prog. Pengendalian PJPD, Prog. Pengendalian DM dan Prog. Pengendalian PKD dalam hal ini PPOK. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang dimaksud meliputi kondisi klinis serta faktor risiko sebagai akibat gangguan sistem sirkulasi, yaitu : 1. Hipertensi 2. Penyakit Jantung Koroner 3. Stroke 27

29 Penyakit DM selain merupakan suatu kondisi klinis spesifik, dapat juga menjadi faktor risiko utama dari PJPD. Sedangkan untuk Penyakit Kronik Degeneratif, PPOK dan Asma menjadi prioritas dikarenakan permasalahan kesehatan yang timbul secara progresif pada penderitanya, serta mendesaknya upaya pengendalian efek buruk akibat tembakau (rokok) sebagai faktor risiko utama PPOK. Berikut ini kami tampilkan data kasus PTM prioritas di Kab. Tangerang dalam 2 tahun terakhir. Grafik III.16 Perbandingan Jumlah Kasus Baru Dan Lama PTM PRIORITAS Kab.Tangerang Tahun 2012 Grafik III.17 Perbandingan Jumlah Kasus Baru Dan Lama PTM PRIORITAS Tahun 2 HT PJK PPOK : Hipertensi : Penyakit Jantung Koroner : Penyakit Paru Obsktruktif Kronik Upaya pengendalian difokuskan pada tatalaksana faktor risiko dan pencegahan komplikasi yang dapat dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan primer. Hal ini menjadi penting karena dengan tidak terkendalinya faktor risiko, seperti Hipertensi, Diabetes Melitus dan kebiasaan merokok maka progresifitas penyakit terus berkembang menjadi kondisi klinis yang lebih kompleks yaitu Penyakit Jantung Koroner, Stroke, dan PPOK. Keadaan tersebut memerlukan tatalaksana yang rumit di sarana pelayanan kesehatan rujukan dengan biaya yang jauh lebih besar. 28

30 Dari data di atas tampak bahwa penemuan kasus baru masih terus ditemukan dalam jumlah yang relatif konstan setiap tahunnya, dengan jumlah kunjungan ulang yang masih sangat terbatas (perbandingan kasus baru dan lama < 3). Dapat diasumsikan secara kasar setiap pasien hanya melakukan kunjungan ulang tidak lebih dari 2 kali per tahun. Sedangkan seperti kita ketahui, saat terdiagnosis mengalami PTM maka tindakan pengobatan harus terus dilakukan sepanjang sisa hidupnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kasus Hipertensi dan DM yang ditemukan di masyarakat sebagian besar tidak terkontrol dengan baik. Akibat dari keadaan ini diperkirakan akan terjadi lonjakan kasus PJK dan Stroke atau bahkan kasus lainnya seperti Penyakit Ginjal Kronik yang berujung pada Gagal Ginjal Terminal, Retinopati dan Gangren Diabetik. Jika hal ini terjadi tentunya akan menjadi beban yang sangat besar bagi Negara, ditambah lagi dengan telah berjalannya Sistem Jaminan Kesehatan Nasional, tentunya beban yang harus ditanggung akan jauh lebih berat. Upaya strategis yang perlu segera dilaksanakan adalah pengendalian faktor risiko mulai dari pelayanan kesehatan primer. Upaya ini diprioritaskan pada pengelolaan pasien Hipertensi dan DM secara adekuat di Puskesmas, untuk mendukung keberhasilannya maka perlu didukung ketersediaan obat yang memadai. Deteksi Dini Aktif Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di posbindu yang terpilih, dengan kader-kader yang telah terlatih, sebagaimana tercantum pada tabel berikut ini : Tabel III.11 Posbindu Dengan Deteksi Dini Faktor Resiko PJPD Per Kecamatan Tahun 2013 NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA POSBINDU 1 Balaraja Balaraja Saga Posbindu Bunga Aster 2 Curug Curug Kadu Posbindu Al Ikhlas 3 Kelapa Dua Kelapa Dua Kelapa Dua Posbindu Prima 4 Pasar Kemis Kutabumi Kutabaru Posbindu Cahaya 7 5 Pagedangan Pagedangan Medang Posbindu Plus Cempaka 6 Teluk Naga Tegal Agus Pangkalan Posbindu Anyelir 3 7 Bekerjasama dengan POKJATAP Lansia Kabupaten Tangerang Posbindu Sehati 29

31 Tabel III.12 Puskesmas Sentinel PPOK Balaraja dan Curug Tahun 2013 Puskesmas Sentinel PPOK Balaraja, dengan jejaringnya : 1. Puskesmas Kresek 2. Puskesmas Mekar Baru 3. Puskesmas Pasir Jaya 4. Puskesmas Kedaung barat Puskesmas Sentinel PPOK Curug, dengan jejaringnya : 1. Puskesmas Kosambi 2. Puskesmas Kutabumi 3. Puskesmas Panongan 4. Puskesmas Suradita Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) dan Penyakit Menular lain potensial wabah Universal Child Immunization (UCI) merupakan target program imunisasi rutin pada bayi, dimana cakupan imunisasi diperoleh dengan lengkap. Bayi harus memperoleh lima imunisasi dasar secara lengkap (LIL), yang berguna untuk mencegah penyakit PD3I seperti : Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Polio, Hepatitis, dan Campak. Indikator yang dipakai untuk mengukur cakupan pencapaian UCI adalah seluruh Bayi di kabupaten Tangerang mendapatkan imunisasi BCG 1x, DPT-HB 3x, Polio 4x dan campak 1x. Dengan Target pencapaian UCI pada wilayah desa/kelurahan yaitu 80%. Tingkat kekebalan populasi (herd immunity) yang diperoleh, dari vaksinasi yang dilakukan, berbeda pada setiap antigen yang digunakan. Dengan tercapainya target cakupan UCI, yang dikaitkan dengan batasan suatu wilayah, maka dapat dinyatakan bahwa terdapat tingkat kekebalan populasi (herd immunity) sebesar 80% pada masyarakat dan bayi sehingga terlindung dari penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Distribusi kejadian kasus PD3I di kabupaten Tangerang sebagai berikut : Tabel III.13 Distribusi Kasus PD3I Tahun Tahun Tetanus Neonatorum Campak Difteri Pertusis Polio HB Sumber : Seksi pengamatan penyakit & Imunisasi,

32 Dari tabel di atas, diketahui bahwa pada tahun 2013, ditemukan kasus PD3I yaitu : difteri sebanyak 7 kasus dan Tetanus Neonatorum sebanyak 3 kasus. a. Tetanus Neonatorum Tetanus neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril atau perawatan tali pusat yang tidak steril. Gambaran kasus menurut faktor risiko status imunisasi menunjukkan bahwa sebagian kasus terjadi pada kelompok yang tidak diimunisasi yaitu 2 kasus (66,6 %). Sebanyak 2 kasus (66,6%) melakukan pemeriksaan kehamilan dengan Bidan. Namun, menurut faktor penolong persalinan, 1 kasus (33,3%) ditolong oleh penolong persalinan tradisional seperti dukun/paraji. Untuk pemotongan tali pusat dengan gunting yaitu 3 kasus (100%). Gambaran kasus tetanus neonatorum beserta persentase kasus menurut faktor risiko dapat dilihat pada tabel berikut : Gambar III.1 Distribusi kasus Tetanus Neonatorum (TN) di Kab. Tangerang 2013 P 33 % L 67 % JK 5 0 Umur 0-7 hr 8-28 hr Dari 3 (tiga) desa yang merupakan lokasi kejadian kasus TN merupakan desa dengan kategori risiko sanitasi tinggi, bahkan 2 (dua) diantaranya termasuk dalam kategori risiko sanitasi sangat tinggi (ds.ranca bango & Cibetok) Hasil Penyelidikan epidemiologi tahun 2013, seluruh kasus tidak diimunisasi saat mendapatkan pelayanan kesehatan di Sarana Kesehatan Swasta. Dibandingkan dengan kasus TN 2011 sebanyak 4 kasus, jumlah kasus tahun 2013 menurun yaitu sebanyak 3 kss. 31

33 b. Campak Penyakit campak disebabkan oleh virus campak, golongan Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya. Pada tahun 2013, dilaporkan terdapat 635 kasus campak klinis dari 29 kecamatan yang melaporkan adanya kasus. Tidak ditemukan adanya kasus yang meninggal. c. Difteri Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang sistim pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Jumlah kasus difteri pada tahun 2013 sebanyak 7 kasus. Tidak ditemukan adanya kasus yang meninggal. Dari 43 puskesmas yang melaporkan adanya kasus difteri, kasus tertinggi terjadi di kecamatan Curug sebanyak 2 kasus (28,5 %), diikuti oleh kecamatan Balaraja, Kronjo, Sepatan, Kelapa Dua dan Panongan masingmasing 1 kasus. Gambaran kasus menurut kelompok umur pada tahun 2013 menunjukkan jumlah kasus pada kelompok umur 5-13 tahun 5 kasus (71,4 %), pada kelompok umur 14 tahun sebanyak 2 kasus (28,6%). Pada tahun 2013 sebanyak 85,7% kasus telah mendapatkan vaksinasi. Gambar III.2 Distribusi kasus Difteri di Kab. Tangerang 2013 JK P 43 % L 57 % Umur 0 0 < 1 th 1-4 th th th 32

34 Dari 6 (enam) desa yang merupakan lokasi kejadian kasus Difteri, tidak ada desa yang masuk kategori risiko sanitasi tinggi / sangat tinggi. Hasil Penyelidikan epidemiologi, seluruh kasus diimunisasi tetapi tidak lengkap. Semua kasus Difteri pada tahun 2013 dapat sembuh dengan pemberian Anti Difteri Serum yang didapat dari Rumah Sakit Swasta di Kabupaten Tangerang. Dibandingkan dengan kasus Difteri yg terjadi pada tahun 2011, jumlah kasus Difteri pada tahun 2013 meningkat 2 kali lipat, terutama pada usia tahun karena adanya KLB Difteri di Propinsi Jawa Timur dan belum terbentuknya kekebalan populasi. d. Polio & AFP (Acut Flacid Paralysis) Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk PD3I. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistim syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan lengan. AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio. Kementerian kesehatan menetapkan Non Polio AFP Rate minimal 2/ populasi anak usia < 15 tahun. Jumlah AFP yang telah ditemukan sebanyak 20 kasus dan diperiksa spesimennya, dari target 18 kasus pada tahun 2013, yang tersebar di 11 Kecamatan di Kabupaten Tangerang. e. Penyakit Menular lainnya Potensial Wabah dan Kejadian Luar Biasa (KLB) Peningkatan surveilans Epidemiologi dan penanggulangan wabah adalah merupakan kegiatan yang mencakup Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) terjadinya kejadian luar biasa (KLB), penyelidikan KLB sampai penanggulangan KLB. Dengan demikian KLB bisa ditanggulangi < 24 jam, menurunnya KLB dengan CFR menurun < 1 % saat KLB terjadi. 33

35 NO JENIS KLB Tabel. III.14 Distribusi Penyakit Menular lain Potensial Wabah & KLB Tahun JML. KEC Sumber : Seksi pengamatan penyakit & Imunisasi, KASUS JML. KEC KASUS JML. KEC KASUS 1. Chikungunya Leptospirosis Keracunan Makanan HFMD Malaria DBD Diare Pada tahun ini masih ditemukan Kejadian Luar Biasa (KLB) baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular, dari tabel di atas masih adanya kasus chikungunya, leptospirosis, HFMD (Hand Foot and Mouth Disease), keracunan makanan, DBD dan adanya New Emerging Diseases, seperti tomcat, malaria dan H1N1. Untuk mendukung pencapaian sasaran tersebut dilakukan dengan Peningkatan surveilans epideminologi dan penanggulangan wabah, dengan hasil sebagai berikut: Pelacakan Kasus AFP Sebanyak 20 Kasus, yang tersebar pada 19 desa/kelurahan. Terlaksananya Surveilans aktif setiap bulan pada 19 Rumah Sakit yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang. Terlaksananya Sistim Kewaspadaan Dini Penyakit Menular Potensial KLB / EWARS ( Early Warning Alert and Respon System ) setiap minggu di 43 Puskesmas dan 19 Rumah Sakit serta Pembuatan Bulletin Epidemiologi mingguan. Diperolehnya Data Surveilans Terpadu Penyakit ( STP ) di 43 Puskesmas dan 19 Rumah Sakit. Terbentuknya Tim Epidemiogi Puskesmas (TEPUS) di 43 Puskesmas Dari 13 jenis Kejadian Luar Biasa ( KLB ) yang terjadi pada Tahun 2013, terdapat 2 Kejadian Luar Biasa penyakit yang dominan yaitu: 34

36 Gambar III.3 Distribusi kasus Leptospirosis di Kab. Tangerang 2013 P 33% JK L 67% UMUR Dari total 9 kasus leptospirosis yang terjadi pada tahun 2013, 3(tiga) diantaranya meninggal dan berjenis kelamin perempuan (33%), sebanyak 6 (enam) kasus berjenis kelamin laki-laki (67%), penderita terbanyak berusia antara tahun (sebanyak 4 kasus) dan 2 kasus berada di Kecamatan wilayah yang terkena banjir. 35

37 BAB IV : UPAYA KESEHATAN Dalam rangka mewujudkan Visi Dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Maka dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan pada tahun PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Semakin baik kualitas pelayanan, maka diharapkan dapat mengatasi sebagian besar permasalahan kesehatan di masyarakat Pelayanan Kesehatan Ibu Upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu sangat berperan bagi kesehatan ibu hamil yang mencakup kesehatan bayi sejak dalam kandungan hingga saat persalinan dan tumbuh kembang anak Pemeriksaan Ibu Hamil Indikator pelayanan ibu hamil antara lain K1, K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. K4 adalah cakupan ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada triwulan ke-1, 1 kali pada triwulan ke-2 dan 2 kali pada triwulan ke-3 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator K4 ini, dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menempati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, disamping menggambarkan baiknya manajemen program KIA. 36

38 Grafik IV.1 Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K1) Tahun ,7 Target Cakupan Dari gambar diatas diperoleh cakupan K1 pada tahun 2013 adalah 99,7 % hasil ini menunjukkan cakupan K1 belum mencapai target. Grafik IV.2 Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K4) Tahun ,9 82,7 82, Target Cakupan Dari gambar diatas diperoleh cakupan K4 pada tahun 2013 adalah 88.9 % hasil ini menunjukkan belum tercapanyai target K4 (95 %), hal ini kemungkinan disebabkan adanya ibu hamil yang tidak mematuhi jadwal kunjungan antenatal yang disarankan atau terlambat untuk mengakses ANC sebanyak empat kali dan dapat juga karena faktor penyebab lain diantaranya ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan pertama kali pada umur kehamilan > 12 minggu, sehingga K4 tidak mencapai target. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan cakupan K1 dan K4 antara lain pendataan ibu hamil, kunjungan rumah bagi ibu hamil yang tidak mematuhi jadwal ANC, optimalisasi KPKIA/Kelas ibu hamil, Penyuluhan P4K dan peningkatan kualitas pelayanan ANC. 37

39 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Pada grafik di bawah ini menunjukkan bahwa pada tahun , cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Kabupaten Tangerang belum mencapai target SPM yang telah ditentukan yaitu 80 % (Depkes 2008). Bisa dilihat untuk cakupan tahun 2011 adalah sebesar 32 %, tahun 2012 cakupannya adalah sebesar 59%, dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan menjadi 77,6%, hal tersebut menunjukkan telah dilakukannya upaya peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dari tahun 2011 hingga tahun 2013, dari indikator ini dapat diketahui peningkatan efektifitas pelaporan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Adapun cakupan Kunjungan penanganan komplikasi kebidanan di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang pada tahun digambarkan pada grafik dibawah ini: Grafik IV.3 Trend Cakupan Penanganan Komplikasi Tahun , Sumber data: Hasil Cakupan PWS KIA Seksi KIA Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan Meningkatnya pertolongan ibu bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan yang kompeten merupakan salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB. Grafik IV.4 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Tahun ,17 89,7 92, Target Capaian 38

40 Upaya yang dilakukan antara lain : Kemitraan Bidan dan Dukun, kegiatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas PONED, peningkatan kapasitas manajemen tenaga kesehatan terutama tenaga bidan dalam Asuhan Persalinan Normal, Pelatihan PONED; selain itu Bidan desa proaktif dalam pelayanan kesehatan di desanya masing-masing dengan mengoptimalisasi P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) di 193 desa, serta sudah berjalannya kegiatan kelas ibu hamil di 235 pos di wilayah Kabupaten Tangerang Pelayanan Nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas lengkap adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal 3 kali dengan ketentuan waktu : 1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan, 2. Kunjungan nifas ke-2 dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 14 hari), 3. Kunjungan nifas ke-3 dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36-42 hari). Cakupan pelayanan ibu nifas dari Tahun 2011 sampai 2013 dapat dilihat pada grafik di bawah : Grafik IV.5 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Tahun , ,5 81, Upaya untuk meningkatkan cakupan pelayanan ibu nifas harus dimulai dengan peningkatan pelayanan antenatal care K1 sampai dengan K4 dan tenaga kesehatan berperan aktif dalam memantau tafsiran persalinan Cakupan Peserta KB Aktif Cakupan Peserta KB Aktif pada Tahun 2011 belum mencapai target SPM, namun pada tahun 2012 sampai Tahun 2013 sudah mencapai target SPM yaitu 70% meskipun 39

41 terjadi penurunan trend karena penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang masih kurang pada peserta KB aktif. Grafik IV.6 Cakupan Peserta KB Aktif Tahun ,5 71, Pelayanan Kesehatan Anak Pelayanan Neonatal Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir. Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga untuk bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Cakupan Pelayanan kesehatan neonatus Kabupaten Tangerang pada Th 2011 untuk KN1 (93,7%) dan untuk KN Lengkap (90,7%), tahun 2012 untuk KN1 (98,9%), dan KN Lengkapnya (93,9%) dan pada tahun 2013 KN1 (97,2%) dan KN lengkap (93,2%). Grafik IV.7 Cakupan Kunjungan Neonatus KN1 dan KN Lengkap Tahun ,7 97,2 93,7 93,9 93,2 90, KN 1 KN Lengkap Hasil Cakupan Pelayanan Kunjungan Neonatus dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 sudah mencapai target SPM 90%. Hal ini disebabkan karena ada beberapa 40

42 kegiatan yang berjalan dengan baik antara lain: Bidan di desa proaktif dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di desanya masing-masing dan mulai Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Cakupan penanganan komplikasi neonatus adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan komplikasi neonatus maka diperlukan fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari bidan puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam. Penanganan Neonatus Komplikasi dari Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2013 trendnya meningkat karena meningkatnya kinerja petugas program kesehatan anak dan pemahaman terhadap definisi operasional dari penanganan neonatus komplikasi menjadi lebih baik meskipun belum mencapai target SPM 80%. Grafik IV.8 Cakupan Penanganan Neonatus Komplikasi Tahun ,4 58,6 8, Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan kunjungan bayi dari tahun 2011 ke Tahun 2013 trendnya meningkat dan sudah mencapai target SPM 90% karena kunjungan posyandu dan pencatatan di kartu bayi lebih baik. Grafik IV.9 Cakupan Kunjungan Bayi Tahun ,2 92,4 95,

43 Cakupan Pelayanan Anak Balita Cakupan pelayanan anak balita adalah cakupan anak Balita (12 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar meliput pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun. Dari tahun 2011 sampai tahun 2013 terdapat peningkatan pencapaian cakupan pelayanan anak balita, tetapi masih belum mencapai target SPM sebesar 90 %. Hal ini disebabkan oleh karena belum terpenuhinya pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun. Grafik IV.10 Cakupan Pelayanan Anak Balita Tahun ,1 77, Cakupan Penjaringan SDIDTK umur bulan Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian yang dilaksanakan minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Grafik di bawah ini adalah hasil kegiatan penjaringan SDIDTK. Grafik IV.11 Cakupan Kunjungan Penjaringan SDIDTK Tahun ,1 58,

44 Cakupan pelayanan kesehatan anak Balita sakit yang dilayani dengan MTBS Cakupan pelayanan kesehatan anak balita yang dilayani dengan MTBS adalah cakupan anak balita (umur bulan) yang berobat ke puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di Kabupaten Tangerang seluruh puskesmas (43 Puskesmas) sudah melaksanakan pelayanan MTBS. Cakupan pelayanan kesehatan anak Balita sakit yang dilayani dengan MTBS di tahun 2012 sebesar 56.9% dan di tahun 2013 meningkat menjadi 62 %. Grafik IV.12 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang dilayani dengan MTBS Tahun 2012 dan ,9 61, Cakupan Balita yang mempunyai buku KIA Buku KIA merupakan gabungan kartu-kartu kesehatan Ibu dan Anak, dimulai dari KMS ibu hamil, KMS balita, Kartu Keluarga Berencana, Kartu perkembangan anak, dll. Buku KIA digunakan juga sebagai alat untuk melakukan penyuluhan dan komunikasi yang efektif kepada masyarakat, serta mudah digunakan. Data balita yang mempunyai buku KIA di tahun 2011 sebesar 28.3% meningkat di tahun 2012 bertambah menjadi 57.2% dan di tahun 2013 bertambah menjadi 76.5%. 43

45 Grafik IV.13 Cakupan Balita yang mempunyai buku KIA Tahun ,5 57,2 28, Program Perbaikan Gizi Kegiatan Perbaikan Gizi Pemerintah Kabupaten Tangerang telah melaksanakan berapa kegiatan dalam rangka penurunan angka kurang gizi diantaranya pemantauan status gizi, pemberian makanan tambahan pada balita dan ibu hamil, perawatan gizi buruk dan pemberian vitamin dan mineral (pemberian vitamin A pada balita dan ibu nifas dan pemberian Fe pada ibu hamil ) Pemantauan Status Gizi Kegiatan pemantauan status gizi secara aktif dilaksanakan oleh petugas gizi puskesmas melalui bulan penimbangan balita yang dilakukan setahun 2(dua) kali. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tahun 2013 mengalami penurunan dibanding tahun Penurunan tersebut merupakan bukti keseriusan dari pemerintah daerah dalam penanggulangan masalah gizi yang berkesinambungan. Gambaran status gizi dapat dilihat pada tabel. Tabel IV. 1 Gambaran Status Gizi Pada Balita Di Kabupaten Tangerang Tahun JUMLAH BALITA Tahun Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih N % n % N % n % , , , , , , , , , , ,87 Sumber : Bulan Penimbangan Balita tahun

46 Grafik IV.14 Trend Gizi Buruk dan Gizi Kurang Di Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun ,00 6,00 5,94 5,00 5,10 4,00 3, TREN GIZI BURUK TREN GIZI KURANG 2,00 1,00 0,00 0,81 0, *) Berdasarkan data bulan penimbangan balita Agustus yang menggunakan standa Mekar baru 7,81% Gunung Kaler 3,03% KAB SERANG KAB LEBAK Peta Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2009 Kresek 5,46% Jayanti 3,79% Kronjo 5,47% Balaraja 7,59% Cisoka 6,37% PETA KECAMATAN RAWAN GIZI KABUPATEN TANGERANG 2013 BERDASARKAN DATA BPB AGUSTUS 2013 Solear 9,55% Sukamulya 1,93% LAUT JAWA Kemeri 5,82% Tg.raksa 2,59% Jambe 1,79% Cikupa 2,15% Mauk 4,72% SKD 6,56% Rajeg 3,37% Sindang Jaya 4,44% Panongan 1,77% Ps.Kemis 1,25% Legok 2,05% Sepatan 4,98% Curug 1,50% KAB BOGOR : Prevalensi Malnutrisi < 10% : Prevalensi Malnutrisi 10% Gambar 4.1 Pakuhaji 7,36% Pagedangan 3,32% Sepatan timur 4,73% Kelapa dua 1,92% Cisauk 6,90% Tl.naga 7,35% Kosambi 7.30% KOTA TANGERANG DKI KOTA TANGERANG SELATAN *) Berdasarkan data bulan penimbangan balita Agustus yang menggunakan stadar BB/U Hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita pada Bulan Agustus 2013, menunjukkan sudah tidak terdapat lagi Kecamatan rawan gizi di wilayah Kabupaten Tangerang. Kecamatan rawan gizi adalah Kecamatan dengan jumlah balita malnutrisi (balita dengan status gizi kurang dan buruk) 10% dari jumlah balita ditimbang pada wilayah tersebut Pemberian Makanan Tambahan Salah satu upaya penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk yaitu dengan pemberian makanan tambahan (PMT). Pada tahun 2011 telah diberikan PMT pada anak, tahun 2012 sebanyak anak dan tahun 2013 sebanyak anak. 45

47 Peningkatan pemberian makanan tambahan pada balita merupakan tujuan dari pemerintah daerah untuk menurunkan angka gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kabupaten Tangerang. Pemberian Makanan Tambahan ini secara langsung memenuhi target 100 % cakupan pemberian makanan pendamping ASI bagi keluarga miskin. Pemberian makanan tambahan juga dilakukan pada ibu hamil sebanyak 470 ibu hamil tahun 2012 dan tahun 2013 sebanyak 559 ibu hamil. Tujuan pemberian makanan pada bumil diharapan bayi yang lahir tidak mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sehingga kasus kejadian gizi buruk dapat ditekan. Grafik IV.15 Jumlah Balita Yang Mendapatkan PMT Balita APBD Kab.Tangerang Tahun Grafik IV.I6 Jumlah Balita Yang Mendapatkan PMT Ibu Hamil APBD Kab.Tangerang Tahun Perawatan Gizi Buruk Penanganan gizi buruk secara rawat jalan dan rawat inap merupakan jawaban terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang perbaikan gizi. Setiap anak gizi buruk yang ditemukan yang disertai dengan komplikasi dirawat di Rumah sakit dan Puskesmas perawatan. Hal ini dibuktikan dengan dibentuknya pusat perawatan gizi buruk atau Therapeutic Feeding Center (TFC) di Puskesmas Balaraja, Sepatan dan 46

48 Mauk. Untuk anak gizi buruk tanpa komplikasi dilakukan rawat jalan di Klinik gizi Puskesmas dan Pos Gizi di Desa. Untuk rawat jalan di Pos gizi yang merupakan tempat pemulihan dan pendidikan gizi untuk anak kurang dan pengasuh (Ibu) dengan pemberdayaan masyarakat yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat. Sampai dengan tahun 2013 telah dibentuk pos gizi sebanyak 72 buah. Jumlah kasus gizi buruk (BB/TB) yang dirawat, baik rawat jalan maupun rawat inap tahun 2012 sebanyak 349 anak dan tahun 2013 sebanyak 379 anak. Pada kasus-kasus kronis gizi buruk yang memerlukan rawatan lanjutan, dapat dirujuk ke Rumah Sakit yang mempunyai MoU dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, dengan biaya rujukan berrsumber dari Jamkesda Cakupan ASI Ekslusif Upaya peningkatan cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif dilakukan dengan berbagai starategi, mulai dari peningkatan kapasitas petugas dan promosi ASI Ekslusif serta penyusunan kerangka regulasi. Tahun 2013 telah dilaksanakan pelatihan konseling menyusui, Pemberian Makanan Bayi dan Anak terhadap 43 tenaga gizi puskesmas. Hasil cakupan ASI Ekskusif tahun 2011 sebesar 40%, tahun 2012 sebesar 42,36 % dan tahun 2013 sebesar 44,92 % Grafik IV.17 Cakupan ASI Eksklusif Tahun ,00% 44,00% 42,00% 40,00% 38,00% 36,00% 44,92% 42,36% 40,00% Sumber: Laporan Semester SIGIZI Tahun PERILAKU MASYARAKAT Pembangunan di bidang kesehatan pada hakekatnya merupakan bagian integral dari upaya untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus penyakit.. Upaya tersebut memerlukan penanganan yang serius, terorganisir, terkoordinasi serta sinergis terhadap masalah yang sangat kompleks. Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita- 47

49 cita luhur, yakni terciptanya masyarakat yang adil, makmur, baik spiritual maupun material. Saat ini status kesehatan masyarakat Indonesia masih rendah, hal ini terlihat dari Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi masih tinggi. Selain itu penyakit infeksi yang tinggi dan penyakit tidak menular seperti penyakit Jantung, Diabetes semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi tersebut dapt diminimalkan bila masyarakat Indonesia ber-perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) khususnya di Rumah Tangga. Rumah Tangga dan keluarga merupakan asset Pembangunan di Masa depan yang perlu dijaga dan ditingkatkan kesehatannya dengan pemberdayaan PHBS. Oleh karena itu, penggerakan dan pemberdayaan keluarga untuk hidup bersih dan sehat menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota beserta jajaran sektor terkait termasuk lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, swasta dan dunia usaha, untuk mewujudkan Rumah Tanggga Ber- PHBS. Untuk melihat capaian / prosentase PHBS di Kabupaten Tangerang, setiap tahunnya dilakukan kajian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) yang dapat dilihat hasilnya pada kegiatan-kegiatan berikut ini : Pengkajian PHBS Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten Tangerang, Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang melalui Bidang PPK dan puskesmas melaksanakan pendataan dan penilaian rumah tangga sehat, yaitu rumah tangga yang melaksanakan 10 (sepuluh) indikator PHBS bagi rumah tangga yang memiliki bayi atau balita dan rumah tangga yang melaksanakan 7 (tujuh) indikator PHBS bagi rumah tangga yang tidak memiliki bayi atau balita. Sasaran dari kegiatan ini adalah rumah tangga di 274 desa di Kabupaten Tangerang. Dan berdasarkan hasil pengkajian, dari rumah tangga yang dipantau hanya (46,61%) rumah tangga yang dapat dikatakan sebagai rumah tangga sehat. Adapun hasil pengkajian selengkapnya dapat dilihat pada table berikut : 48

50 No Nama Kecamatan abel IV. 2 Capaian PHBS Di Kabupaten Tangerang Tahun 2013 Jumlah Desa/Ke l. Jumlah Rumah Tangga Jumlah Rumah Tangga Yg dipantau Capaian PHBS Rumah Tangga n.1 Salembaran Jaya n.2 Kosambi n.3 Sindang Jaya n.4 Pagedangan n.5 Panongan n.6 Cikuya n.7 Mauk n.8 Pasir jaya n.9 Cikupa n.10 Tegal Angus n.11 Teluk Naga n.12 Pakuhaji n.13 Sukawali n.14 Balaraja n.15 Gembong n.16 Kemiri n.17 Curug n.18 Binong n.19 Cisoka n.20 Kelapa Dua n.21 Bj. Nangka n.22 Jl. Kutai n.23 Jl. Emas n.24 Sukadiri n.25 Cisauk n.26 Suradita n.27 Kutabumi n.28 Kedaung Barat n.29 Jambe n.30 Rajeg n.31 Sukatani n.32 Kresek n.33 Gunung kaler n.34 Sepatan n.35 Sukamulya n.36 Mekar baru n.37 Kronjo n.38 Jayanti n.39 Tigaraksa % 49

51 n.40 Pasir Nangka n.41 Legok n.42 Bojong kamal n.43 Caringin Jumlah Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah rumah tangga sehat di kabupaten Tangerang pada tahun 2013 adalah 46.61%, pencapaian ini tidak sesuai target yang telah ditetapkan yaitu 65%, hal ini disebabkan karena : o Kurangnya dukungan lintas sektor dan lintas program untuk mencapai target PHBS yang tinggi. o Kurangnya pembinaan PHBS dari Petugas Promkes Puskesmas kepada rumah tangga yang ada di wilayahnya karena rata-rata petugas mengelola lebih dari satu program o Masih rendahnya kemampuan petugas dalam pengelolaan program promkes karena seringnya dilakukannya pergantian Petugas Promkes. o Masih minimnya dukungan anggaran untuk pengkajian dan pembinaan PHBS di rumah tangga. Dalam rangka meningkatkan PHBS di masyarakat, telah dilakukan upaya-upaya kemitraan dengan berbagai pihak, antara lain dengan : 1) 20 Perguruan Tinggi Kesehatan yang telah membina 29 Desa binaan di Kabupaten Tangerang. 2) Perusahaan swasta seperti PT. Sinar sayap Emas, PT. Mayora, PT. Kalbe Farma, Bank BJB dll. 3) Forum Kabupaten Tangerang Sehat 4) Saka Bakti Husada 5) Forum Kader Walaupun sudah dilakukan upaya-upaya kemitraan dengan berbagai pihak namun untuk merubah perilaku masyarakat tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Sebagai contohnya adalah penerapan Perbup tentang Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan perkantoran, Pendidikan, Kesehatan, hal ini belum mendapat dukungan dari lintas Sektoral karena masih ada perkantoran yang belum menyediakan tempat khusus untuk merokok. Adanya pergantian petugas promkes di puskesmas menyebabkan kemampuan teknis petugas masih rendah, hal ini disebabkan karena di Kabupaten Tangerang tidak ada jabatan fungsional petugas Promkes sesuai dengan SK Menpan No, 50

52 58/KEP/M.PAN/8/2000, SKB Menkes-Kesos dan Ka.BKN No.1811/SKB/MenKes- Kesos/XII/2000 dan No.164 A Tahun 2000, dan SK Menkes-Kesos No 66/Menkes- Kesos/I/ Pembentukan dan Pengembangan Desa Siaga Aktif Dalam rangka mencapai target SPM, yaitu 80% desa menjadi Desa Siaga Aktif pada tahun 2015, sejak tahun 2007 hingga sekarang Pemerintah Kabupaten Tangerang melalui Dinas Kesehatan telah membentuk dan mengembangkan 173 desa menjadi Desa Siaga Aktif atau 63% desa yang ada di Kabupaten Tangerang sudah menjadi Desa Siaga Aktif. Grafik IV.18 Jumlah Desa Siaga Aktif di Kabupaten Tangerang Tahun 2013 Pembentukkan Desa Siaga Aktif tahun 2013 dilaksanakan di 18 desa di 9 puskesmas, yaitu; o Puskesmas Tigaraksa (2 desa), o Puskesmas Jayanti (2 desa), o Puskesmas Tegal Angus (2 desa), o Puskesmas Rajeg dan Sukatani (2 desa), o Puskesmas Mekar baru (2 desa), o Puskesmas Gunung Kaler (3 desa), o Puskesmas Cikupa (1 desa), o Puskesmas Cisauk (1 desa), dan o Puskesmas Kutabumi (3 desa) Pembentukan Desa Siaga Aktif meliputi 45 desa 11 Puskesmas, yaitu : o Puskesmas Tigaraksa (2 desa), o Puskesmas Jayanti (2 desa), 51

53 o o o o o o o o o Puskesmas Tegal Angus (2 desa), Puskesmas Rajeg dan Sukatani (2 desa), Puskesmas Mekar Baru (2 desa) Puskesmas Gunung Kaler (3 desa), Puskesmas Cikupa (8 desa), Puskesmas Cisauk dan Suradita (4 desa), Puskesmas Kutabumi (6 desa) Puskesmas Sukawali (6 desa) Puskesmas Sukadiri (7 desa) Selain itu dilakukan pula upaya-upaya pengembangan desa siaga antara lain : a. Pelatihan kader pembentukkan dan pengembangan desa siaga aktif b. Pengembangan P4K c. Menyediakan sarana dan prasarana / tampilan desa siaga d. Pertemuan kader dan toma dalam rangka pengembangan desa siaga aktif e. Pertemuan rutin Komite Desa Siaga f. Refreshing kader posyandu g. Refreshing kader posyandu tentang SIP h. Monev puskesmas ke desa i. Penyuluhan kesehatan remaja untuk mendukung Desa Siaga Aktif j. Pembinaan SBH untuk mendukung Desa Siaga Aktif k. Pembinaan Forum Komunikasi Tangerang Sehat Kecamatan Solear dan Sukadiri l. Meningkatkan kesehatan masyarakat di Kecamatan Pagedangan Pembinaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) UKBM merupakan wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Hasil pelaksanaan UKBM tahun 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel IV. 3 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Tahun 2013 Jumlah Desa Desa Siaga Poskesdes Posyandu Poskestren Kader Posyandu Kader Desa Siaga Kader Poskestren

54 Dalam rangka pembinaan UKBM, telah dilakukan upaya upaya, antara lain : a. Lomba Posyandu dan Kader Posyandu, b. Pembinaan posyandu dalam rangka Lomba Desa/Kelurahan dan Lomba P2WKSS, c. Pengadaan sarana dan prasarana / tampilan Posyandu, d. Pengadaan sarana dan prasarana / tampilan Desa Siaga, e. Revitalisasi posyandu, f. Refreshing Kader Posyandu, g. Pengadaan SIP Posyandu KESEHATAN LINGKUNGAN Empat indikator untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat, yaitu persentase keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) yang sehat. Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh berbagai instansi terkait, swasta, NGO dll seperti pembangunan sarana sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan, pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi. Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi pembangunan sarana air bersih, jamban sehat, perumahan sehat yang ditangani secara lintas sektor. Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang meliputi pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi melalui pemicuan STBM, stimulan sarana sanitasi dasar, pemantauan kualitas air minum dan air bersih, rehabilitasi sarana air bersih, pemantauan sanitasi rumah sakit, pembinaan dan pemantauan sanitasi tempat tempat umum, tempat pengolahan makanan, tempat pengelolaan pestisida dan sebagainya. Indikator program kesehatan lingkungan sebagai berikut : 53

55 Tabel IV.4 Hasil Pencapaian Sasaran Program Penyehatan Lingkungan di Kabupaten Tangerang Tahun No Sasaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Target Real Target Real Target Real 1 Prosentase Rumah Sehat 79 % 73,6 % 80 % 62,71 % 85 % 71,63 % 90 % 88,5 % 2 Prosentase SAB memenuhi syarat kesehatan 87 % 97,5 % 95 % 92,3 % 3 Prosentase Jamban Keluarga memenuhi syarat kesehatan 85 % 76.9 % 85 % 71,13 % 85% 74,97 % 4 Prosentase TTU memenuhi syarat kesehatan 70 % 66,2 % 75 % 64,69 % 80 % 74 % 5 Angka Bebas Jentik (ABJ) 87 % 60,9 % 90 % 76,16 % 95 % 78,80 % 6 Prosentase Institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan lingkungan Sumber : Bid.P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tangerang tahun % 71,2 % 75 % 69,84 % 80 % 67 % Beberapa indikator meningkat dari tahun sebelumnya diantaranya prosentase rumah sehat meningkat dari 62,71% menjadi 71,63%, prosentase jamban keluarga yang memenuhi syarat meningkat dari 71,13% menjadi 74,97% dan prosentase TTU yang memenuhi syarat kesehatan dari 64,69% menjadi 74,2%. Namun demikian peningkatan tersebut belum mencapai target pada indikator rumah sehat, prosentase sarana air bersih yang memenuhi syarat, prosentase TTU memenuhi syarat kesehatan, ABJ dan prosentase institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Kondisi ini terjadi kemungkinan karena adanya peningkatan jumlah keluarga yang diperiksa sedangkan sarana yang memenuhi syarat walaupun ada peningkatan tetapi jumlahnya kecil. Permasalahan bidang sanitasi tidak hanya masalah sarana sanitasi yang tidak memenuhi syarat tetapi juga perilaku. Perilaku sangat menentukan apakah individu mau menggunakan sarana yang ada atau tidak (akses terhadap sarana sanitasi) dan juga pemeliharaan sarana yang ada serta kebutuhan akan sarana sanitasi. Upaya pemberdayaan masyarakat serta perubahan perilaku bidang sanitasi harus lebih intensif dilakukan. Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses maupun kepemilikan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan meliputi sarana air bersih, jamban sehat, pengelolaan sampah dan pengelolaan air limbah sehat. Sedangkan untuk peningkatan kualitas sarana sanitasi perlu dilakukan bersama sektor terkait. Sesuai strategi sanitasi yang sudah disusun untuk mengatasi masalah di tingkat individu maupun kawasan dan komitmen terhadap memorandum program sanitasi. 54

56 4.4.1 Rumah Sehat Rumah sehat adalah rumah yang memiliki sarana sanitasi dasar meliputi jamban/wc, sarana air bersih, tempat sampah dan sarana pembuangan air limbah, cukup ventilasi dan pencahayaan, bebas dari serangga dan binatang penular penyakit serta ada pemanfaatan pekarangan sebagai ruang terbuka hijau. Hasil Inspeksi Sanitasi (IS) rumah pada tahun 2013 di 43 Puskesmas di Kabupaten Tangerang, didapatkan hasil sebagai berikut : rumah yang diperiksa sebanyak rumah, rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan sebanyak rumah (71,63 %). Jumlah rumah sehat meningkat 8,93% bila dibandingkan dengan hasil inspeksi sanitasi tahun 2012, demikian juga dengan jumlah rumah yang diperiksa. Hasil inspeksi sanitasi rumah tahun 2012 dari rumah yang diperiksa, rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan sebanyak (62,7%). Dari hasil inspeksi sanitasi, permasalahan yang menyebabkan rumah tidak sehat adalah kualitas sarana sanitasi di rumah tersebut yang tidak memenuhi syarat. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk meningkatkan kualitas rumah menjadi rumah sehat, diantaranya melalui penyuluhan, pemicuan STBM, pemberian stimulan untuk pembuatan sarana sanitasi, pembuatan percontohan rumah sehat bekerjasama dengan SKPD terkait. Melihat pencapaian tahun 2013 maka upaya penyuluhan terhadap masyarakat tentang rumah sehat sehingga masyarakat dapat meningkatkan kualitas lingkungan rumahnya dan memiliki rumah yang sehat masih perlu ditingkatkan Penggunaan dan Akses Air Bersih Hasil inspeksi sanitasi oleh petugas Puskesmas Tahun 2013 tentang penggunaan air bersih pada setiap keluarga, dari KK yang diperiksa, sebagian besar keluarga (92,3%) memiliki akses air bersih dengan perincian yaitu sumur gali 18,5 %, sumur pompa tangan 16 %, ledeng 8,8 %, PAH (penampungan air hujan) 0,1 % dan sumur bor/jet pump 49 %. Dibandingkan dengan hasil tahun 2012, prosentase keluarga yang memiliki akses air bersih turun dari 97,5% menjadi 92,3%, karena jumlah yg diperiksa meningkat sedangkan jumlah pengakses air bersih peningkatan sangat kecil. Selain digunakan untuk mandi dan mencuci baju berdasarkan hasil inspeksi sanitasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas, air bersih juga digunakan oleh masyarakat untuk minum. Adapun rincian penggunaan air minum di masyarakat adalah sebagai berikut : 9,8 % air kemasan, 20,1 % air isi ulang, ledeng 8,8 % (ledeng meteran 5,9 %, ledeng eceran 2,9 %), pompa 43,9 %, SGL (sumur gali) terlindung 13,9 %, SGL tidak terlindung 3,5 %. 55

57 Inspeksi sanitasi air bersih adalah pemeriksaan sumber air yang digunakan untuk keperluan mandi dan cuci. Dari data diatas terlihat bahwa sumber air yang digunakan sudah memenuhi syarat, yang masih perlu ditingkatkan adalah pemantauan kualitas air dari sumber air tersebut. Upaya yang sudah dilakukan adalah pemberian stimulan untuk membuat percontohan sarana air bersih, menyediakan desinfektan air di daerah rawan diare dan daerah yang beresiko sanitasi Keluarga Dengan Kepemilikan Sanitasi Dasar Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi kepemilikan jamban keluarga, tempat sampah dan pengelolaan air limbah keluarga. Keseluruhan hal tersebut sangat diperlukan didalam peningkatan kesehatan lingkungan. Tabel IV.5 Persentase Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun TAHUN JAGA(%) TEMPAT SPAL SAB SAMPAH (%) (%) (%) , ,5 88, ,13 74,77 74,2 97, ,4 77,6 83,5 92,3 Sumber : Bid.P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tangerang tahun 2013 Dari hasil inspeksi sanitasi pada tahun 2013 terhadap keluarga didapatkan, keluarga yang memiliki sarana sanitasi dasar dengan rincian sebagai berikut : yang sudah memiliki jamban sebanyak KK (87,4%). Sedangkan pada tahun 2012 jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat adalah (75,89 %). Disebut jamban sehat adalah apabila terdapat tempat buang air besar di suatu tempat yang sudah ditentukan atau tidak di sembarang tempat dan memiliki pembuangan akhir ke tangki septik. Di Kabupaten Tangerang berdasarkan hasil inspeksi sanitasi tahun 2013 masih ditemukan masyarakat yang buang air besar di sembarang tempat sebanyak 25 % dan pembuangan akhirnya tidak di tangki septic sebanyak 12,6 %. Keluarga yang memiliki tempat sampah dari hasil inspeksi pada tahun 2013 sebesar KK, sedangkan rumah yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak KK (77,6 %), meningkat 2,83% bila dibanding tahun 2012 dimana jumlah rumah yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak KK (74,77 %). Indikator untuk menilai tempat sampah sehat adalah tempat sampah organik dan anorganik dipisah dalam tempat yang kedap air dan tertutup. 56

58 Pengelolaan air limbah hasil inspeksi sanitasi tahun 2013, jumlah rumah yang memiliki pengelolaan air limbah sehat sebanyak KK (83,5 %). Kondisi ini meningkat 9,3% bila dibandingkan tahun 2012 jumlah rumah yang memiliki pengelolaan air limbah sehat adalah sebanyak KK (74,2 %). Berbagai upaya yang dilakukan pada tahun 2013 untuk meningkatkan kepemilikan maupun pemanfaatan sarana sanitasi sehat adalah melalui penyuluhan, pemberdayaan masyarakat di bidang sanitasi melalui pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di 30 desa dan pemberian stimulan untuk pembuatan percontohan sarana sanitasi di wilayah binaan dan desa resiko tinggi sanitasi. Stimulan percontohan sarana sanitasi dasar diberikan tidak hanya di tingkat rumah tangga tetapi juga di institusi pendidikan (sekolah) sebanyak 7 sekolah berupa sarsandas sekolah (pembuatan wc sekolah 2 pintu) dan percontohan sarana CTPS (cuci tangan pakai sabun) Tempat-Tempat Umum Tempat Pengelolaan Makanan tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pengolahan makanan yang meliputi penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyediaan makanan dan pendistribusian makanan. Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidahkaidah dari prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Upaya penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi masyarakat dari konsumen terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan dan mencegah keracunan makanan. Upaya tersebut pada dasarnya menyangkut orang yang menangani makanan, tempat pengolahan makanan dan proses pengolahannya, kendala dan permasalahaan yang belum dapat ditangani adalah masih rendah higene dan sanitasi tempat pengolahan makanan. Hasil pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat umum dan pengolahan makanan tahun menunjukan hasil sebagai berikut : 57

59 Tabel IV.6 Data hasil pengawasan tempat pengelolaan makanan NO TAHUN TPM JUMLAH DIPERIKSA HASIL RumahMakan/ Restoran MS Jasa Boga PIRT Depot Air Minum Rumah Makan/ Restoran Jasa Boga PIRT Depot Air Minum Rumah Makan/ Restoran Jasa Boga PIRT Depot Air Minum Sumber : Seksi Farmasi, Perbekalan Kesehatan dan Makanan TMS Dari Tabel di atas hasil yang diperoleh : 1. Jasa Boga : Pemeriksaan hiegene sanitasi jasa boga dilakukan dalam rangka pemberiaan sertifikasi Jasa Boga dan uji petik terhadap jasa boga yang telah memiliki sertifikat laik sehat. Hasil pemeriksaan sarana jasa boga pada tahun 2013 dari 45 sarana yang telah diperiksa sebanyak 28 (62,22%) memenuhi syarat. Sampai tahun 2013 perusahaan jasa boga yang telah memiliki sertifikat laik sehat sebanyak 34 (23,44%) perusahaan dari 145 perusahaan jasa boga yang terdaftar di Dinas Kesehatan. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan persentase jasa boga yang memiliki sertifikat laik sehat adalah mengadakan Kursus Hygiene Sanitasi yang dilakukan secara periodik dan membuat surat edaran bahwa semua jasa boga penyedia makanan karyawan untuk perusahaan yang menyediakan makanan karyawan wajib memiliki sertifikat laik sehat. Uji petik pemeriksaan bakteriologi dilakukan terhadap sampel makanan, usap dubur penjamah dan usap alat yang digunakan dalam mengolah makanan. 2. Rumah Makan/Restoran Hasil pemeriksaan sarana tangga/restoran dari 100 sarana rumah tangga/restoran yang diperiksa pada tahun 2013 didapatkan 85 yang memenuhi syarat (85%). Selain itu dari 256 sarana rumah makan restoran diperolah 17 sarana yang memiliki yang memiliki sertifikat baik sehat rumah makan restoran (6.64%). 58

60 3. Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) Hasil Pemeriksaan sarana industri rumah tangga pangan yang dilakukan pada tahun 2013 sebanyak 120 sarana, 97 sarana (80,83%) memenuhi syarat dan telah tersertifikasi/ memiliki izin edar untuk produk pangan yang diproduksi. Uji petik pemeriksaan sarana industri rumah tangga pangan dilakukan terhadap sarana industri rumah tangga pangan yang telah memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Pangan (SPP- IRT) dan industri rumah tangga pangan yang ingin mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Pangan (SPP-IRT). Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan industri rumah tangga pangan yang memiliki SPP-IRT dengan mengadakan Penyuluhan Keamanan Pangan bagi pengusaha dan penanggungjawab produksi. Uji petik pemeriksaan kualitas makanan hasil industri rumah tangga pangan dilakukan pada berbahaya (formalin, boraks, rhodamin b, methanyl yellow). 4. Depot Air Minum (DAM) Hasil pemeriksaan sarana Depot Air Minum (DAM) pada tahun 2013 dilakukan di 100 sarana, 28 sarana (28%) diantaranya Memenuhi Syarat (MS). Masih rendahnya sarana Depot Air Minum yang memenuhi syarat karena masih rendahnya hiegene sanitasi sarana dan hiegene sanitasi perorangan. Uji petik pemeriksaan depot air minum meliputi pemeriksaan kualitas air minum baik secara kimi, fisika dan bakteriologi. Sampai tahun 2013 dari 414 sarana Depot Air Minum hanya 6 sarana yang memiliki sertifikat laik sehat. Kendala masih rendahnya sarana depot air minum yang memiliki sertifikat laik sehat adalah pengusaha sudah bisa melakukan kegiatan operasional tanpa rekomendasi dari Dinas Kesehatan. Tabel IV.7 Data hasil pengawasan makanan Tahun NO TAHUN JENIS PEMERIKSAAN JUMLAH Bakteriologi makanan Usap Dubur Usap Alat MEMENUHI SYARAT Salmonella % E. Colli Salmonella E. Colli Salmonella E. Colli Kualitas Air Fisika

61 Minum Isi Ulang Pewarna Non Pangan Pengawet Non Pangan Bakteriologi makanan Usap Dubur Usap Alat Kualitas Air Minum Isi Ulang Pewarna Non Pangan Pengawet Non Pangan 2013 Bakteriologi makanan Usap Dubur Usap Alat 3 Kualitas Air Minum Isi Ulang Pewarna Non Pangan Pengawet Non Pangan Kimia Air Minum Bakteriologi Air Minum Rhodamin B Methanyl Yellow Borax Formalin Salmonella E. Colli Salmonella E. Colli Salmonella E. Colli Fisika Kimia Air Minum Bakteriologi Air Minum Rhodamin B Methanyl Yellow Borax Formalin Salmonella E. Colli Salmonella E. Colli Salmonella E. Colli Fisika Kimia Air Minum Bakteriologi Air Minum Rhodamin B Methanyl Yellow Borax Formalin

62 Angka Bebas Jentik Nyamuk aedes aegypti merupakan binatang yang menularkan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Tempat perindukan/sarang nyamuk harus diperiksa dan dibersihkan secara rutin minimal satu minggu sekali untuk menghambat perkembangbiakan nyamuk. Gerakan desa bebas jentik dan penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) terus dilakukan untuk memotivasi masyarakat agar melakukan PSN terus menerus. Karena cara inilah yang paling efektif untuk memutus rantai penularan penyakit DBD. Pencapaian Angka Bebas Jentik (ABJ) pada tahun 2013 berdasarkan hasil pemeriksaan pada rumah/bangunan, sebanyak rumah/bangunan (78.82%) tidak ditemukan jentik nyamuk. Diperlukan dukungan dari semua pihak untuk mendorong kebiasaan pemberantasan sarang nyamuk secara teratur di masyarakat Institusi Yang Dibina Institusi meliputi sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah dan perkantoran. Persyaratan institusi sehat diantaranya persyaratan bangunan, ketersediaan sarana sanitasi yang memenuhi kualitas dan kuantitas serta persyaratan kebersihan lingkungan suatu institusi. Tahun 2013 dari institusi yang ada sebanyak (67%) institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan. Upaya yang dilaksanakan untuk penyehatan institusi adalah secara rutin melaksanakan inspeksi sanitasi dan pembinaan kepada pengelola institusi. Diperlukan upaya yang lebih untuk pemenuhan sarana sanitasi di insitusi agar memenuhi syarat sebagai institusi sehat PELAYANAN KESEHATAN Pelayanan Imunisasi Program Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, pertusis dan polio. Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistim kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan antigen dilemahkan yang berasal dari vaksin. Program imunisasi diberikan kepada populasi rentan terjangkit penyakit menular, yaitu : bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil. 61

63 Imunisasi Dasar pada bayi Tabel IV.8 Cakupan Imunisasi Rutin pada bayi Di Kabupaten Tangerang Tahun No Jenis Imunisasi Cakupan (%) BCG 96, ,7 2 Hepatitis B O 85,7 93,4 93,6 3 DPT - HB III 94,2 98,9 96,7 4 Polio IV 94,0 98,4 96,6 5 Campak 93,0 96,7 95,5 Sumber : Seksi Pengamatan penyakit & Imunisasi, 2013 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hampir semua antigen mengalami penurunan, kecuali hepatitis B O yang mengalami peningkatan walaupun hanya 0,2 point, hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain belum dilakukannya sweeping pasca psyandu dan belum masuknya cakupan imunisasi dari sarana kesehatan swasta Imunisasi pada Wanita Usia Subur dan Ibu hamil Ibu hamil juga merupakan populasi yang rentan terhadap infeksi penyakit menular, oleh karena itu program imunisasi juga ditujukan bagi kelompok ini. Salah satu penyakit menular yang dapat berakibat fatal dan berkontribusi terhadap kematian ibu dan kematian anak adalah Tetanus Maternal dan Neonatal. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan berkomitmen terhadap program Eliminasi tetanus Maternal dan Neonatal. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan status eliminasi tetanus maternal dan Neonatal jika terdapat satu kasus tetanus neonatal per kelahiran hidup di setiap kabupaten di suatu negara. Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah : 1. Pertolongan persalinan yang aman dan bersih, 2. Cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata, dan 3. Penyelenggaraan surveilans Tetanus Neonatorum. 62

64 No Tabel IV.9 Cakupan Imunisasi Rutin pada Ibu hamil dan wanita usia subur Tahun Jenis Imunisasi Cakupan (%) TT II ,2 95,6 Sumber : Seksi Pengamatan penyakit & Imunisasi,2013 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa cakupan TT II+ mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain masih kurangnya skrining TT II+ dan masih rendahnya cakupan imunisasi TT di sarana kesehatan swasta Imunisasi pada Anak Sekolah Bulan Imunisasi Anak Sekolah ( BIAS ) merupakan upaya pemberian Imunisasi kesempatan kedua, guna memberikan kekebalan bagi anak sekolah secara rutin. BIAS Campak dilaksanakan setiap bulan Agustus serta BIAS DT dan Td diberikan bulan November setiap tahunnya. Hal ini dimaksudkan agar anak sekolah SD/MI/SDLB sederajat kelas 1 s/d 3 terlindungi dari penyakit Campak, Dipteri dan Tetanus. NO TAHUN Tabel IV.10 Cakupan Bulan Imunisasi Anak Sekolah Tahun SASARAN CAMPAK CAKUPAN CAMPAK % SASARAN DT &Td CAKUPAN % , , , ,6 Sumber : Seksi Pengamatan penyakit & Imunisasi,2013 Hasil cakupan BIAS campak tahun 2011 adalah 95 % sedangkan tahun 2012 cakupannya adalah 95,2 %. Hal ini menunjukan adanya kenaikan cakupan, tetapi cakupan DT dan Td tidak berubah hanya berkisar 95 % baik tahun 2011 maupun tahun Keadaan ini disebabkan masih ada sekolah swasta yang menolak untuk di imunisasi. Upaya yang dilakukan adalah persiapan BIAS di tingkat kabupaten dengan melibatkan sektor-sektor terkait dan orientasi guru di setiap kecamatan Universal Child Immunization (UCI) Keberhasilan pemberian imunisasi diukur dengan pencapaian Universal Child Immunization (UCI). Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah, berarti 63

65 dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan pada bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Upaya imunisasi perlu terus di tingkatkan untuk mencapai tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi sehingga PD3I dapat dibasmi, dieliminisasi atau dikendalikan, dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan upaya imunisasi dapat semakin efektif bermutu dan efisien. Pada tahun ini program imunisasi meluncurkan program IRI (Immunization Routine Intensification), yang pada kegiatan ini adalah melengkapi imunisasi dasar bagi bayi dan anak usia 0 3 th. NO Tabel IV.11 Universal Child Immunization (UCI) Desa Tahun TAHUN JUMLAH DESA JUMLAH DESA UCI % DESA UCI , , ,7 Sumber : Seksi Pengamatan penyakit & Imunisasi Jumlah Desa UCI pada tahun 2013 sudah meningkat bila dibandingkan dengan desa UCI tahun 2012, adalah 257 desa (93,7 %) dari 274 desa/kelurahan yang ada. Upaya yang telah dilaksanakan dalam meningkatkan cakupan antara lain : Revitalisasi Posyandu di Wilayah Puskesmas yang cakupan desa UCI rendah; Optimalisasi Forum Komunikasi Anak sehat ( FKAS ); tingkat Kabupaten dan kecamatan; OJT (On the Job Training) bagi Bidan Desa dan bidan Puskesmas; Mengaktifkan Pertemuan koordinasi Lintas batas; Penggalangan cakupan imunisasi di Sarana pelayanan kesehatan swasta Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Keberhasilan pembinaan dan pengembangan UKS tercermin dari perilaku hidup sehat dan meningkatnya derajat kesehatan peserta didik. Hal ini bias tercapai bila program pokok UKS ( Trias UKS ) telah dilaksanakan secara menyeluruh di sekolah sekolah mulai dari TK/RA sampai SMA/MA/SMK. Trias UKS meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.dengan data dasar sebagai berikut ; 64

66 Tabel IV.12 Jumlah Sekolah TK, SMP, SMA Sederajat Dan Jumlah Siswa SD, SMP, SMA Sederajat Pada Kegiatan UKS Tahun 2013 Kategori Tahun 2012 Tahun 2013 Jumlah TK/RA Jumlah Siswa TK/ RA Jumlah SD/MI Jumlah Siswa SD/MI Jumlah SMP/MTS Jumlah Siswa SMP/MTS Jumlah SMA/MA Jumlah Siswa SMA/MA Upaya keberhasilan tersebut perlu didukung adanya dokter kecil dan KKR serta Guru UKS yang terlatih di sekolah dengan data sebagai berikut ; Grafik IV.19 Grafik Cakupan Dokter Kecil, KKR SMP dan SMA Sederajat Tahun ,00% 3,00% 2,00% 1,00% 0,00% 2,90% 3,00% 3,20% 2,00% 2,80% 2,20% ,10% 0,80% 1,90% DOKCIL KKR SMP KKR SMA Dari grafik tersebut diatas diketahui presentase Kader Kesehatan di sekolah untuk Dokcil, KKR SMP dan KKR SMA Sederajat mengalami penurunan dikarenakan masih kurangnya regenerasi pengkaderan dan pelatihan untuk kader kesehatan tersebut. Untuk data Guru UKS yang terlatih di Kabupaten Tangerang sebagai berikut ; 65

67 Grafik IV.20 Grafik Cakupan Guru UKS Terlatih Tahun ,0 40,0 20,0-48,0 52,4 41,4 35,8 47,9 31,7 32,0 33,2 23,3 26,5 13,2 27, Program pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan upaya pencegahan penyakit (preventif).upaya preventif antara lain dilaksanakan melalui kegiatan penjaringan kesehatan (skrining kesehatan) anak sekolah yang dilakukan terhadap anak yang baru masuk sekolah ( siswa kelas 1 ) dari tingkat dasar (SD/MI) dan lanjutan ( SMP/MTs dan SMA/MA/SMK ). Penjaringan kesehatan anak sekolah terutama untuk anak sekolah dasar (SD/MI) merupakan salah satu standar pelayanan minimal (SPM) yang harus dilakukan disetiap Puskesmas di Kabupaten/Kota, dimana cakupan penjaringan siswa kelas 1 SD / MI adalah 98.4%. Dibawah ini adalah cakupan hasil penjaringan kesehatan di Kabupaten Tangerang Grafik IV.21 Grafik Cakupan Sekolah Yang Mendapatkan Pelayanan Penjaringan Kesehatan Tahun , ,6 92, ,4 92, , , ,3 79, Dari grafik diatas dapat diketahui pada Tahun 2013 adanya peningkatan jumlah Sekolah yang melakukan penjaringan dari seluruh tingkatan pendidikan yaitu TK, SD, SMP dan SMA Sederajat. Penjaringan kesehatan siswa baru dilakukan oleh petugas UKS Puskesmas bekerjasama dengan guru UKS serta Kader Kesehatan di sekolah. 66

68 Grafik IV.22 Grafik Cakupan Siswa yang Diperiksa Pada Kegiatan Penjaringan Kesehatan Tahun ,9 95,1 96,9 94,5 98,4 83,9 75,4 94, , Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 penjaringan anak sekolah mulai dari SD sampai dengan SMA Sederajat. Untuk tingkatan SMP dan SMA Sederajat adanya menurun capaiannya pada Tahun 2013 dikarenakan tidak ada pendanaan untuk penjaringan remaja. Sedangkan pada tahun 2013 masih ada Puskesmas yang belum melaksanakan sweeping penjaringan untuk tingkat SD/MI sehingga cakupan penjaringan siswa SD/MI baru mencapai 98.4% (masih dibawah target SPM 100 %). Dari hasil penjaringan dapat diketahui adanya kelainan penyakit diantaranya; Grafik IV.23 Cakupan penyakit hasil penjaringan Tingkat SD Sederajat Tahun 2012 Grafik IV.24 Cakupan penyakit hasil penjaringan Tingkat SD Sederajat Tahun

69 Dari data grafik diatas dapat diketahui pada Tahun 2013 terjadi peningkatan sebanyak siswa yang karies dari siswa yang diperiksa (64,54%) karies. Untuk penyakit tertinggi tingkatan SD Sederajat adalah karies.upaya yang dapat dilakukan adalah penyuluhan sikat gigi yang baik dan benar, mengadakan sikat gigi bersama serta merujuk siswa ke Puskesmas. Upaya pencegahan karies pada siswa SD tidak dapat hanya dilakukan terhadap siswa tetapi proses pencegahan harus sudah dimulai sejak balita (sejak anak tumbuh gigi susu). Untuk itu dapat dilakukan kerjasama lintas program dengan KIA agar dilakukan penyuluhan kesehatan gigi kepada ibu balita. Untuk hasil penjaringan tingkatan SMP Sederajat sebagai berikut; Grafik IV.25 Cakupan penyakit hasil penjaringan Tingkat SMP Sederajat Tahun , ,034,093,37 1,550,640,13 0,04 0,040,03 0 Grafik IV.26 Cakupan penyakit hasil penjaringan Tingkat SMP Sederajat Tahun 2013 Dari data grafik diatas dapat diketahui pada Tahun 2013 terjadi peningkatan sebanyak 71% kasus untuk penyakit tertinggi tingkatan SMP Sederajat adalah karies maka yang dapat dilakukan adalah memberikan penyuluhan cara menjaga kesehatan gigi dan praktek sikat gigi kepada siswa SD serta merujuk ke puskesmas bila tidak terjadi karies. 68

70 Untuk hasil penjaringan tingkatan SMA Sederajat sebagai berikut; Grafik IV.27 Cakupan penyakit hasil penjaringan Tingkat SMA Sederajat Tahun 2012 Grafik IV.28 Cakupan penyakit hasil penjaringan Tingkat SMA Sederajat Tahun 2013 Langit2 Belah 1% 1% 1% 2% 2% Gangguan Pendengaran 2% Rabun Dekat Otitis Media Anemia Kurus Sekali 22% 6% 7% Kurus Rabun Jauh 24% Gemuk Karies Gigi Dari data grafik diatas dapat siswa yang karies diketahui pada Tahun 2013 terjadi peningkatan kasus sebanyak dari siswa yang diperiksa yang dapat dilakukan adalah mengadakan peyuluhan kesehatan gigi kepada siswa SD atau SMP serta merujuk ke puskesmas bila sudah terjadi karies. Hasil cakupan karies SMA tahun 2013 melonjak tinggi karena pada saat pelaporan tahun 2012 belum semua puskesmas memasukkan jasil penjaringan. Jadi kemungkinan yang lebih mendekati kebenaran adalah hasil tahun Maka dapat disimpulkan penyakit terbanyak dari hasil penjaringan tingkat SD sampai dengan SMA Sederajat adalah karies Pelayanan Kesehatan UsiaLanjut Dengan semakin meningkatnya jumlah usia lansia, yang diperkirakan pada tahun 2012 sebesar juta atau 3,95 % dari jumlah total penduduk Kabupaten Tangerang. 69

71 Umur harapan hidup ( UHH ) pada tahun 2009 mencapai tahun dan pada tahun 2013 mencapai tahun.(pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan, Kemenkes RI, 2010). Sebagai perhatian pemerintah dalam mensejahterakan lansia diterbitkanlah undang-undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia sebagai landasan hukum yang kuat dan merupakan arahan bagi pembinaan lanjut usia. Upaya yang telah dilaksanakan untuk kesehatan lansia adalah dengan pendekatan terhadap keluarga dan masyarakat lansia serta lebih memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga agar lansia tetap sehat serta merawat lansia yang sakit agar menjadi sehat.sebagai bentuk implementasi dari pelayanan pro aktif, Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif. Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kader dengan pendampingan oleh tenaga kesehatan Puskesmas. Kelompok lansia mempunyai wadah yang disebut Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), dimana kegiatannya antara lain : pelayanan pemeriksaan kesehatan dasar, kegiatan penunjang lainnya seperti senam lansia, pembinaan keterampilan dan pembinaan keagamaan. Idealnya jumlah Posbindu adalah 1 per 100 penduduk lansia / pralansia. Jumlah Posbindu di Kabupaten Tangerang adalah sebanyak 390 Posbindu. Tabel IV.13 Jumlah Posbindu di Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2013 No Puskesmas Jumlah Posbindu 1 Kemeri 10 2 Sukamulya 8 3 Balaraja 16 4 Gembong 10 5 Tigaraksa 7 6 Jambe 21 7 Cisoka 10 8 Cikuya 7 9 Jayanti 8 10 Kresek 9 11 Gunung Kaler Kronjo Mekar Baru 8 14 Legok Bojong Nangka 4 16 Pagedangan Teluk Naga 7 18 Kosambi Sepatan Kedaung Barat Pakuhaji 9 22 Mauk Cikupa Sukadiri 8 25 Rajeg 9 26 Sindang Jaya 7 70

72 27 Kutabumi Cisauk 4 29 Suradita 5 30 Curug 7 31 Jl.Kutai 2 32 Jl.Emas 5 33 Kelapa Dua Salembaran Jaya Pasir Nangka 7 36 Tegal Angus 6 37 Panongan Sukawali 6 39 Pasir Jaya 5 40 Bojong Kamal 5 41 Sukatani 5 42 Binong 5 JUMLAH 390 berikut : Adapun jumlah lansia yang diperiksa kesehatannya di Posbindu adalah sebagai Grafik IV.29 Jumlah Lansia Diperiksa di Posbindu Tahun Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa ada peningkatan pelayanan kesehatan lansia. Pada tahun 2012 sebanyak % sedangkan pada Tahun 2013 sebanyak 75.05%. Dari hasil pemeriksaan kesehatan di Posbindu terdapat kasus penyakit pada lansia yang dirujuk baik ke Puskesmas maupun ke rumah sakit. Rumah sakit rujukan untuk lansia di Kabupaten Tangerang adalah RSU Tangerang. Dalam pemeriksa kesehatan lansia di Posbindu dapat diketahui Tingkat kemandirian lansia sebagai berikut; 71

73 Grafik IV.30 Cakupan Kemandirian Lansia Tahun 2013 Grafik IV.31 Cakupan Tekanan Darah Lansia Tahun % 13% 81% TINGGI NORMAL RENDAH Grafik IV.32 Cakupan Status Gizi Lansia Tahun Pelayanan Kesehatan Remaja Program kesehatan remaja beberapa tahun terakhir, mulai dilaksanakan dengan menggunakan model pelayanan untuk memenuhi kebutuhan remaja melalui program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR ) dimana kegiatannya meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, tetapi sesuai permasalahan remaja maka aspek yang perlu ditangani lebih intensif adalah aspek promotif dan preventif. 72

74 Pada tahun 2012 telah dibentuk 4 Puskesmas Mampu PKPR klinik tersebut melayani konseling / konsultasi masalah kesehatan dan faktor faktor resiko yang ada pada remaja. Berikut adalah pencapaian program kesehatan remaja Grafik IV.33 Cakupan Pelayanan Remaja Ke Puskesmas Tahun ,54% 1,34% 3,56% Tabel IV.14 Jumlah Kunjungan Remaja Ke Klinik Remaja Tahun 2013 URAIAN JUMLAH Sasaran Remaja Kunjungan Remaja Ke Pkm Kunjungan Remaja Ke Klinik Remaja (Konseling) Untuk presentase kunjungan remaja ke Puskesmas masih rendah yaitu sebanyak 7.52% dibandingkan dengan jumlah sasarannya, angka kunjungan ini masih rendah. Kendalanya antara lain karena : Pelayanan di klinik remaja Puskesmas belum optimal, disebabkan karena privasi untuk konseling remaja belum optimal, sehingga remaja masih enggan untuk datang ke klinik remaja ; kurangnya sosialisasi klinik remaja Puskesmas sehingga masih banyak sekolah / remaja yang belum mengetahui keberadaan klinik remaja tersebut. Dalam kunjungan remaja ke Puskesmas sudah ada yang memanfaatkan fasilitas konseling ke Klinik remaja sebanyak % dengan kasus sebagai berikut; 73

75 Grafik IV.34 Kasus Remaja Konseling Ke Klinik Remaja Tahun Pelayanan Obat Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Kebijakan penggunaan obat rasional merupakan salah satu upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan, efektifitas serta harga yang terjangkau dari suatu obat yang diberikan kepada masyarakat di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan bukti ilmiah terbaik (evidence based medicine), prinsip tepat biaya (cost effective) serta tepat manfaat (cost benefit). Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan memenuhi persyaratan tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian dan tepat interval waktu pemberian. Penggunaan obat yang rasional sangat diperlukan untuk : 1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi belanja obat, 2. Mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau, 3. Mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat yang dapat membahayakan pasien, 4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan. Indikator peresepan POR : 1. ISPA non Pneumonia (20%) 2. Diare Non-Spesisfik (8%) 3. Myalgia (1%) 4. Rerata resep (2,6) 74

76 Pemantauan peresepan dilakukan terhadap 3 diagnosis penyakit tersebut diatas dilihat dari : 1. Rerata resep (jumlah jenis obat dalam tiap lembar resep) 2. Prosentase peresepan dengan antibiotik pada penyakit Diare non Spesifik 3. Prosentase peresepan dengan antibiotik pada penyakit ISPA non Pneumonia 4. Prosentase peresepan dengan suntikan pada Myalgia Monitoring Penggunaan Obat Rasional ke Puskesmas Rerata Resep Rekomendasi Kementerian Kesehatan rerata resep adalah 2,6. Rerata resep Puskesmas sebesar 3,28 diambil dari 43 Puskesmas (@100 lembar resep), ini berarti setiap lembar resep rata-rata terdapat 3-4 macam obat, terjadi penurunan yang sangat kecil (0,08%) dalam 3 tahun terakhir, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan rasionalitas peresepan terutama terhadap resep balita dengan meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan manajemen pengelolaan obat, pelatihan penggunaan obat rasional untuk Bidan Koordinator. Grafik IV.35 Rerata Resep di 43 Puskesmas Kab. Tangerang Tahun 2011 s/d ,36 3,34 3,28 2,6 2,6 2, Rekomendasi kemenkes rerata resep Rerata resep Puskesmas Penggunaan Antibiotik pada Penyakit Diare non Spesifik Penggunaan antibiotik pada penyakit diare non spesifik di Puskesmas Kab. Tangerang sebesar 33,12%. Angka ini masih lebih tinggi dari rekomendasi Kementerian Kesehatan hanya sebesar 8%, terjadi penurunan 1,3% dalam periode 3 tahun terakhir, upaya yang dilakukan untuk menurunkan penggunaan antibiotik pada penyakit diare non spesifik adalah dengan mengadakan Pelatihan Obat Rasional bagi tenaga Bidan Koordinasi di Puskesmas serta refreshing farmakologi obat ke puskesmas. 75

77 Grafik IV.36 Penggunaan Antibiotik pada Penyakit Diare non Spesifik Di Kab. Tangerang 2011 s/d % 30% 34,42% 28,93% 33,12% Rekomendasi KEMENKES 20% 10% 0% 8% 8% 8% Pengguna Antibiotik Pd Penyakit Diare non Spesifik Penggunaan Antibiotik pada ISPA non Pneumonia Penggunaan antibiotik pada ISPA non Pneumonia tahun 2013 di Puskesmas Kab.Tangerang sebesar 44,61%, Rekomendasi Kementerian Kesehatan penggunaan antibiotik pada ISPA non Pneumonia adalah sebesar 20%, terjadi penurunan 3,29% dalam 3 tahun terakhir, telah dilakukan upaya untuk menurunkan penggunaan antibiotik yang tidak rasional dengan Pelatihan Obat Rasional bagi tenaga Bidan Koordinasi di Puskesmas serta refreshing mengenai farmakologi obat ke puskesmas dan pelatihan penggunaan antibiotik yang bijak terhadap semua dokter yang melaksanakan pengobatan di puskesmas dan diperlukan kegiatan lintas sector dengan program ISPA Diare dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Grafik IV.37 Pengunaan Antibiotik Pada ISPA Non Pneumonia Tahun 2011 s/d 2013 Dari hasil monitoring dan evaluasi tahun 2013, penggunaan injeksi pada myalgia adalah 0%, hal ini sudah sesuai dengan target Kementerian Kesehatan maksimal penggunaan injeksi 1 %. 76

78 Penggunaan Antibiotik di Puskesmas Kabupaten Tangerang tahun Grafik IV.38 Pengunaan Antibiotik untuk semua kasus penyakit di puskesmas Tahun 2011 s/d ,52% 34,65% 27,02% Penggunaan antibiotik secara umum untuk semua kasus penyakit pada tahun 2012 meningkat 1,13%, upaya yang terus dilakukan untuk menurunkan penggunaan antibiotic secara selektif dengan intervensi farmakologi langsung ke Puskesmas, pada tahun 2013 terjadi penurunan yang sangat signifikan yaitu sebesar 7,63% dari sampel resep yang diambil dari 43 Puskesmas lembar resep), secara keseluruhan dan ini berarti semakin selektifnya penulis resep dalam memberikan antibiotik sehingga diharapkan dapat mengendalikan resistensi terhadap kuman dan menghemat biaya pembelian obat Jenis Antibiotik yang digunakan Dari keseluruhan antibiotik yang digunakan, amoksisillin masih merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan di Puskesmas (73,34%) kedua Kotrimoksazol (15,79%) dan ketiga adalah Siprofloksasin (3,45%), diperlukan upaya untuk terus menggunakan pedoman pengobatan dasar puskesmas sebagai acuan untuk peresepan terutama dalam peresepan antibiotik, upaya yang dilakukan adalah dengan melengkapi buku-buku pedoman pengobatan. Grafik IV.39 Pengunaan Antibiotik di Puskesmas Tahun ,34% 15,79% 3,45%1,90%1,81%1,73%0,86%0,43%0,43%0,26% 77

79 KETERSEDIAAN OBAT Kebijakan obat nasional merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebijakan kesehatan nasional. Obat merupakan salah satu unsur penting yang mempunyai nilai strategis dalam upaya-upaya kesehatan dan pengelolaan obat merupakan upaya untuk menjamin ketersediaan obat yang bermutu baik, secara tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu serta digunakan secara rasional. Salah satu indikator pengelolaan obat adalah ketersediaan obat generik di Puskesmas sesuai target Kementerian Kesehatan RI yaitu sebesar 90% Indikator Pengelolaan Obat Alokasi Dana Pengadaan Obat Besarnya dana pengadaan obat yang disediakan/dialokasikan oleh pemerintah daerah/apbn untuk memenuhi kebutuhan obat pelayanan kesehatan di Puskesmas Kabupaten Tangerang. Kesesuaian Dana Pengadaan Obat = Total dana pengadaan obat Kab/Kota x 100% Total Kebutuhan Dana Pengadaan Obat = x 100% = 98,89 % = Dana yang tersedia sudah sesuai dengan kebutuhan rutin puskesmas untuk kebutuhan 18 bulan (17,8 bulan) Prosentase Alokasi Dana Pengadaan Obat Besarnya dana pengadaan obat yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan obat pelayanan kesehatan dibandingkan dengan alokasi dana yang dibutuhkan untuk bidang kesehatan. Prosentase alokasi dana pengadaan obat = Total dana pengadaan obat x 100% Total dana untuk bidang kesehatan = Rp x 100% = 10,26% = Rp Dana yang dialokasikan sudah sesuai dengan alokasi dana yang dianjurkan 78

80 Biaya obat per penduduk Besarnya dana yang tersedia per jumlah penduduk. (jumlah total obat dalam rupiah/jumlah penduduk) Rp = Rp 5.861,51 / penduduk Rp Acuan dari kemenkes adalah Rp. 9000,- (1 US$). Artinya masih dibutuhkan tambahan dana untuk mencapai angka tersebut Biaya Obat per kunjungan resep Besarnya dana yang dibutuhkan untuk setiap resep dan besaran dana yang tersedia untuk setiap resep per pasien. Biaya obat per kunjungan resep = Total dana pemakaian obat thn lalu Total Kunjungan Resep = Rp = Rp , Biaya perkunjungan resep dengan rerata pemakaian obat 3,28 (dalam tiap resep terdapat 3-4 item obat) adalah sebesar Rp ,- per pasien (rata-rata resep dewasa Rp ,- dan rata-rata resep racikan untuk anak Rp ,- per lembar resep). Jenis dan jumlah obat sudah sesuai kebutuhan Kesesuaian Item Obat yang tersedia dengan DOEN Jumlah jenis obat generik yang tersedia Jumlah Jenis obat generik sesuai DOEN : 191 item : 163 item Persentase = jumlah jenis obat yang termasuk dlm DOEN x 100% jumlah jenis obat yang tersedia = 157 x 100% = 82,5% Tingkat Ketersediaan Obat (bulan) Jumlah ketersediaan obat minimal untuk periode 18 bulan mulai dari stok akhir sampai dengan waktu tunggu kedatangan obat tahun berikutnya. Hasil yang kita dapat menunjukkan bahwa rata-rata ketersediaan obat cukup untuk 18 bulan. Tingkat Ketersediaan Obat(%) 18 bulan/12 bulan x 100 % = 150 % Jumlah ketersediaan obat adalah 100 % untuk waktu 12 bulan berjalan. Hasil yang kita dapat menunjukkan bahwa rata-rata ketersediaan obat 150 %, artinya ketersediaan obat 79

81 yang ada di gudang farmasi cukup aman sampai waktu tunggu kedatangan obat berikutnya KETERSEDIAAN OBAT PROGRAM DI GUDANG FARMASI TAHUN 2013 A. Ketersediaan Obat Antituberkulosis Ketersediaan obat antituberkulosis sudah sesuai kebutuhan dengan penyediaan obat merupakan dropping dari Program Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Provinsi Banten dan kekurangan dari alokasi tersebut dipenuhi dari Pengadaan Obat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Grafik IV.40 Ketersediaan Obat Antituberkulosis Tahun 2013 B. Ketersediaan Vaksin Ketersediaan Vaksin secara keseluruhan sudah mencukupi kebutuhan, penyediannya merupakan dropping dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten Grafik IV.41 Ketersediaan vaksin Tahun

82 4.7. PELAYANAN PENGOBATAN DI PUSKESMAS Tabel di bawah ini memperlihatkan kondisi Pelayanan pengobatan Rawat Jalan dan Rawat Inap untuk masyarakat yang dilakukan di Puskesmas selama Tahun Tabel IV.15 Jumlah Kunjungan Pasien ke Pelayanan Pengobatan di Rawat Jalan Umum, Rawat Jalan Gigi dan Rawat Inap di Puskesmas Tahun NO. KEGIATAN CAKUPAN Jumlah kunjungan Baru Rawat Jalan Umum Jumlah kunjungan Lama Rawat Jalan Umum Jumlah Kunjungan Rawat Inap Jumlah kunjungan Baru Rawat Jalan Gigi Jumlah kunjungan Lama Rawat Jalan Gigi Grafik IV.43 Persentase Kunjungan Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap Di Puskesmas Kab.Tangerang , , ,32979,402 3,211 3,381 Rawat jalan Rawat Gigi Rawat Inap Jumlah kunjungan baru Rawat Jalan umum Tahun 2013 mengalami penurunan yaitu (8.7 %) dibandingkan tahun 2012 yaitu (10.1%) tapi masih dibawah target kunjungan baru rawat Jalan Umum yaitu 15 % dari jumlah penduduk. Hal ini disebabkan adanya upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia kesehatan, peningkatan jumlah dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas serta peningkatan status puskesmas menjadi puskesmas yang sudah menerapkan standarisasi ISO 9001 : 2008 sehingga masyarakat mendapatkan mutu pelayanan kesehatan yang lebih baik. 81

83 Data kunjungan ini hanya kunjungan baru yang dilayani di 43 puskesmas Kabupaten Tangerang tahun 2013 dan belum termasuk dari kunjungan baru di sarana kesehatan lainnya (RS, Klinik, Praktek Dokter Swasta, dll). Kunjungan baru Rawat Gigi tahun 2013 adalah ( 2.6% ) mengalami peningkatan dari tahun 2012 yaitu ( 2.5% ) dan masih dibawah target kunjungan baru Rawat Jalan Gigi adalah 4 % dari jumlah Penduduk. Data ini bersumber dari Kunjungan di 43 Puskesmas Kab.Tangerang dan belum termasuk Kunjungan di sarana Kesehatan Lainnya ( RS, Klinik, Praktik Mandiri, Dll ). Ratio tumpatan dan pencabutan Gigi dari 43 Puskesmas di Kabupaten Tangerang dan 2013 adalah 0.72 %. Cakupan ini mengalami penurunan dari tahun 2012 yaitu 0.74 %, dimana tumpatan Gigi tetap dan Pencabutan Gigi tetap Hal ini disebabkan adanya Dokter Gigi PTT di Puskesmas yang resign sehingga pelayanan Gigi di Puskesmas tidak dapat di laksanakan. Grafik IV.44 Ratio Tumpatan/Pencabutan di Puskesmas Tahun 2011 s/d ,8 0,6 0,4 0,5 0,74 0,72 0, Tahun 2013 pemanfaatan tempat tidur atau Bed Occupation Rate (BOR) di 7 Puskesmas DTP (Dengan Tempat Perawatan) masih dibawah BOR yang Ideal (60%- 80%) Sedangkan jumlah Kunjungan Rawat Inap di Puskesmas DTP (Dengan Tempat Perawatan) Tahun 2013 yaitu 3381 (0.11 %) tidak ada peningkatan dan penurunan dari tahun 2012 yaitu 3211 (0.11 %) tetapi masih dibawah target kunjungan Rawat Inap yaitu 1.5 % dari jumlah penduduk. 82

84 Tabel IV.16 BOR Puskesmas Dengan Tempat Perawatan ( DTP ) Tahun 2013 NAMA JML TEMPAT JML HARI BOR PUSKESMAS TIDUR RAWAT CURUG % BALARAJA % CISOKA % KRESEK % KRONJO % SEPATAN % MAUK % BOR 7 Puskesmas DTP yang paling tinggi adalah DTP Puskesmas Sepatan Yaitu % tapi mengalami penurunan dari pencapaian target BOR tahun 2012, Puskesmas Sepatan yaitu %. Grafik IV.45 Ratio BOR Puskesmas DPT Tahun 2013 Grafik IV.45 Ratio BOR Puskesmvas DPT Tahun 2012 s/d

85 4.7.1 Program Kesehatan Kerja Usia Angkatan kerja yang mendapatkan pelayanan disarana kesehatan di Tahun 2013 adalah setiap orang yang berusia produktif sekitar tahun, yang berstatus pekerja baik formal maupun informal Pelayanan kesehatan kerja di 43 Puskesmas, Klinik Perusahaan Pos UKK Tahun 2012 dan tahun 2013 Tabel IV.17 Pelayanan Kesehatan Kerja Tahun Dari tabel di atas terjadi penurunan jumlah pekerja yang dilayani di puskesmas, klinik perusahaan dan Pos UKK. Hal ini disebabkan karena terjadinya mutasi petugas kesehatan kerja di Puskesmas sehingga petugas baru belum memahami Program Kesehatan Kerja dan perusahaan masih belum memberikan laporan setiap bulannya ke Puskesmas. Grafik dibawah ini memperlihatkan penyakit-penyakit pada pekerja di Kabupaten Tangerang. Tabel IV Penyakit Terbanyak Pada Usia Angkatan Kerja di Kabupaten Tangerang Tahun

86 Terlihat penyakit terbesar usia pekerja adalah ISPA sebesar penderita lalu disusul Gastritis sebesar penderita. Tabel IV Pos UKK Binaan Dinas Kesehatan Kab Tangerang Tahun Program Kesehatan INDERA Pelayanan Baksos Operasi Katarak Jumlah penderita yang diduga katarak pada tahun 2013 adalah 2621 jiwa. Penderita katarak yang sudah di operasi adalah 336 jiwa. Operasi katarak yang di danai APBD Kabupaten Tangerang adalah 210 jiwa, selebihnya didanai oleh pihak Swasta. Jumlah ini masih belum mencapai target dari 0.78 % X ( 1,5 Jumlah penduduk ) yaitu 357 jiwa. Hal ini disebabkan karena data ini belum termasuk Operasi katarak yang dilaksanakan di sarana kesehatan lainnya ( RS,KLINIK dll.) Grafik IV.47 Pelayanan BAKSOS Operasi Katarak Tahun 2010 s/d

87 Pelayanan Baksos operasi bibir sumbing Pelayanan baksos operasi bibir sumbing tahun 2012 (58 Pasien) mengalami penurunan pada tahun 2013 (20 pasien). Hal ini disebabkan karena data ini belum termasuk yang dilaksanakan di sarana kesehatan lainnya ( RS swasta, Klinik dll.) hanya yang didanai oleh APBD tahun Tahun 2013 ada 30 orang anak yang mengikuti screening tapi hanya 20 orang yang dioperasi dari target 30 orang yang didanai APBD karena ada beberapa anak yang sedang sakit dan sedang mendapat pengobatan. Grafik IV.48 Pelayanan BAKSOS Operasi BIBIR SUMBING Tahun 2012 dan Kejadian bencana Pada tahun 2013 jenis bencana terbesar yang terjadi di wilayah Kabupaten Tangerang adalah bencana banjir Grafik IV.49 Kejadian Bencana Tahun 2011, 2012 dan Puskesmas dengan sertifikasi ISO Sampai tahun 2013 jumlah puskesmas yang sudah mendapat sertifikasi ISO 9001 : 2008 dari badan audit adalah 9 Puskesmas (Balaraja, Mauk, Kelapa Dua, Kronjo, Jl. Emas, Curug, Sepatan, Rajeg dan Sindang Jaya). Diharapkan Puskesmas dapat 86

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Pakuhaji. Rajeg. Sepatan Timur Kutabumi. Binong. Jl. Jl. Emas. Bojong Nangka Panongan.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Pakuhaji. Rajeg. Sepatan Timur Kutabumi. Binong. Jl. Jl. Emas. Bojong Nangka Panongan. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2011 650000 650000 660000 660000 670000 670000 680000 680000 690000 690000 Tegal Angus Mekar Baru Mauk Sukawali Kronjo Sukadiri Teluknaga Kosambi Kemiri Pakuhaji

Lebih terperinci

BAB III : PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN Jumlah Kematian Angka Kesakitan... 13

BAB III : PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN Jumlah Kematian Angka Kesakitan... 13 .Profil Dinas Kesehatan DAFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I : PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG PENGATURAN WAKTU PENYETORAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN BAGI UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KE

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAN BADAN PADA

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAN BADAN PADA PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAN BADAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAN BADAN PADA PEMERINTAH

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK Upt. Puskesmas Waru KERANGKA ACUAN No. Kode : PKM- STK-/V.2015 Terbitan : Mei 2015 No. Revisi : 00 Tgl. Mulai Berlaku : 01/06/2015 Halaman : 1/15 Ditetapkan Oleh Kepala Upt. Puskesmas Sotek H.Sudarman,

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 1 2 1.E. UPAYA PENCEGAHAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR PELAYANAN IMUNISASI DASAR 1.E.1. BCG Bayi adalah anak berumur 0-11 bulan adalah Proporsi (%) dari satu indikator Imunisasi BCG adalah Pemberian imunisasi

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular A. Definisi Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular merupakan kegiatan/upaya melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit menular. B. Ruang Lingkup Pelayanan

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 Komplek Perkantoran Tigaraksa Jl. Abdul Hamid Tigaraksa Tangerang, Telp. (021) 5990535 Fax (021) 5990534 http://dinkes-tangerangkab.go.id PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAN BADAN DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 Profil Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dikatakan bahwa Kesehatan merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT. a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun

13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT. a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun 13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun 1) Pengertian a) Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, serta atas berkat dan rahmat-nya, buku Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2012 dapat diterbitkan. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari tiga dasawarsa, derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan angka kematian bayi

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR 29 BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat semua orang sehingga terwujudnya derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR 29 BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat semua orang sehingga terwujudnya derajat kesehatan

Lebih terperinci

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan 2. URUSAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) , FAX. (0321)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) , FAX. (0321) DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) 321957, FAX. (0321) 390113 Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Kata Pengantar Puji syukur

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG 1 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERTURAN BUPATI TANGERNG NOMOR 88 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PUSAT KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan cita-cita UUD 1945. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 DAFTAR ISI Halaman Sampul... Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kab. Ponorogo. i ii Daftar

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 15 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

Tabel Target dan Capaian Kinerja Urusan Kesehatan Tahun No Indikator Target 2015

Tabel Target dan Capaian Kinerja Urusan Kesehatan Tahun No Indikator Target 2015 Capaian Kinerja Capaian Kinerja Urusan Kesehatan diukur melalui beberapa indikator yang telah ditetapkan targetnya dalam RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 sebagai berikut : Tabel Target dan Capaian

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG, PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG Jl. Lintas Malindo Entikong (78557) Telepon (0564) 31294 Email : puskesmasentikong46@gmail.com KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG NOMOR

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) TAHUN 2017 Kementerian Kesehatan RI Ditjen Pencegahan dan KKP Kelas I Soekarno-Hatta Area Perkantoran Bandara Soekarno-Hatta Email: kkp.soekarnohatta@yahoo.co.id ; www.kkpsoetta.com

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 06 TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Meningkatkan Meningkatkan Upaya Upaya Kesehatan Kesehatan Masyarakat melalui program melalui Program Kesehatan

Lebih terperinci

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / KODE WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA DESA + PENDUDUK (km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cita-cita pembangunan manusia mencakup semua komponen pembangunan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga merupakan tujuan pembangunan Milenium

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENYAKIT, SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI & KESEHATAN MATRA

PENGENDALIAN PENYAKIT, SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI & KESEHATAN MATRA Katalog Buku Pedoman pada Seksi P2P PENGENDALIAN PENYAKIT, SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI & KESEHATAN MATRA Seksi P2P DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMEDANG BIDANG PENCEGAHAN & PENGENDALIAN PENYAKIT SEKSI

Lebih terperinci

POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN

POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN ESELON II POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN ESELON III ESELON IV VISI MISI SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS NAMA PROGRAM SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM SASARAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci