Unsur-Unsur Tindak Pidana Pada Kejahatan Terhadap Kesopanan
|
|
- Siska Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Unsur-Unsur Tindak Pidana Pada Kejahatan Terhadap Kesopanan Dosen Pembimbing: Rd. Muhammad Ikhsan, S.H., M.H. Pengarang: Jansen Joshua ( ) Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya 2017/2018
2 Kata Pengantar Segala puji dan syukur kepadatuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Terima kasih juga kepada Bapak Rd. Muhammad Ikhsan, S.H., M.H. selaku dosen mata kuliah Hukum Pidana Dalam Kodifikasi. Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Unsur-Unsur Tindak Pidana Pada Kejahatan Terhadap Kesopanan, yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membantu. Terima kasih dan selamat membaca! Palembang, 9Oktober 2017 Penyusun
3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang bisa dikatakan sebagai negara hukum. Berbicara mengenai hukum tentunya banyak permasalahan yang akan ditimbulkan apabila dia tidak ada. Hukum memang berisi perintah, larangan, dan kebolehan. Dalam setiap larangan tentunya ada konsekuensinya pula, apabila ada yang melanggar dikenai sanksi, itulah namanya hukuman. Sama halnya dengan yang ditetapkan dalam hukum pidana.sanksi atau hukuman merupakan suatu kosekuensi bagi orang yang melakukan tindak pidana. Masalah hukumannya ringan atau beratnya tergantung pada pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan. Apalagi dalam era zaman yang semakin modern seperti saat ini, pertumbuhan ekonomi semakin pesat, teknologi semakin maju, namun yang menyebabkan rakyat kecil terkadang tertinggal dikarenakan minimnya pengetahuan tentang itu semua. Ketika dalam posisi seperti itu rakyat yang tertinggal akan semakin jauh dari peradaban yang ada. Persoalan kemiskinan yang menjadi persoalannya ketika rakyat dalam keadaan seperti itu. Hal semacam inilah yang akan memicu seseorang melakukan tindakan diluar batas kewajaran, seperti melakukan tindak pidana, dan tindakan itu jelas-jelas melanggar hukum. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kejahatan melanggar kesopanan, kejahatan melanggar kesopanan itu sendiri diatur dalam buku II KUHP yang dibagi menjadi dua yang bersifat ringan dan berat. Kejahatan melanggar kesopanan yang bersifat berat itu bisa dikatakan kejahatan melanggar kesopanan yang berkaitan dengan tindak asusila, tindakan asusila itu diatur dalam Pasal 281, 282, dan 283. Sedangkan kejahatan melanggar kesopanan yang ringan Pasal 300, 301, dan 302.
4 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana definisi dari kejahatan terhadap kesopanan? 2. Bagaimana ketentuan dalam KUHP mengenai kejahatan terhadap kesopanan? 3. Apa unsur-unsur tindak pidana pada kejahatan terhadap kesopanan? C. Tujuan 1. Agar mengetahui definisi dari kejahatan terhadap kesopanan. 2. Agar mengetahui ketentuan dalam KUHP mengenai kejahatan terhadap kesopanan. 3. Agar mengetahui unsur-unsur tindak pidana pada kejahatan terhadap kesopanan. BAB II PEMBAHASAN A. Kejahatan Melanggar Kesopanan Kejahatan melanggar kesopanan pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu kejahatan melanggar kesopanan berat atau yang disebut kejahatan terhadap asusila (Zedelijkheid) dan tindak pidana kesopanan ringan (Zeden).Adapun pengertian dari kejahatan melanggar asusila (Zedelijkheid) adalah mengenai adat kebiasaan yang baik dalam hubungan antara berbagai anggota masyarakat, tatapi khusus yang sedikit banyak mengenai kelamin (seks) seorang manusia sedangkan kejahatan yang melanggar kesopaanan (Zeden) adalah pada umumnya mengenai adat kebiasaan yang baik. 1 Tindak pidana melanggar kesopanan termuat dalam Bab ke-xiv dari Buku ke-ii KUHP, yang dalam Wetboek van Strafrech juga 1 M. Sudrajat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Bandung: Ramadja Karya, 1986) hlm. 161.
5 disebut sebagai misdrijven tegen de zeden. 2 Memuat kata tegen yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai melanggar karena setiap sifat tindak pidana, baik kejahatan maupun pelanggaran adalah melanggar norma-norma hukum. 3 Ketentuan pidana yang diatur dalam bab tersebut bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi orang-orang yang dipandang perlu untuk mendapatkan perlindungan terhadap tindakan-tindakan asusila dan terhadap perilaku-perilaku baik dalam bentuk kata-kata maupun dalam bentuk perbuatanperbuatan yang menyinggung rasa asusila. Hal tersebut ditinjau dari segi pandangan masyarakat setempat dimana kata-kata tersebut dirasa tidak patut dalam kehidupan seksual. Baik dari segi dimana kata-kata tersebut diucapkan maupun dilakukan. 4 Kesusilaan yang dirusak ini sebenarnya apa yang dirasakan oleh segenap orang biasa dalam suatu masyarakat tertentu. Maka dapat dikatakan, bahwa kini tersinggung rasa susila dari kita semua.dan sebenarnya rasa susila ini tersinggung karena perbuatan yang bersangkutan dilakukan dimuka umum atau dengan dihadiri orang tanpa kemaumannya. 5 B. Ketentuan KUHP Mengenai Kejahatan Melanggar Kesopanan Pada dasarnya Kejahatan melanggar kesopanan itu dibagi menjadi dua kejahatan melanggar kesopanan dalam sifat ringan dan berat. Kejahatan terhadap kesopanan yang bersifat berat itu seperti tindakan asusila yang telah diatur dalam Pasal 281, 282, dan 283 KUHP, sedangkan kejahatan melanggar kesopanan dalam sifat ringan diatur dalam Pasal 300, 301, dan 302 dalam KUHP. Adapun kejahatan melanggar kesopanan baik sifatnya berat atau ringan yaitu sebagai berikut: 1. Kejahatan melanggar asusila (Zedelijkheid) 2 P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-delik Khusus: Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan dan Norma Kepatutan (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) hlm Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia (Bandung: Rosda Offset, 1986) hlm P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm Wirjono Prodjodikoro, op.cit., hlm. 111.
6 Ketentuan pidana melarang orang dengan sengaja merusak kesusilaan termuat dalam KUHP: a. Pasal 281 KUHP 6 Dipidana dengan penjara selama-lamanya dua tahun dan delapan bulan atau dengan pidana denda setinggi-tingginya empat ribu lima ratus rupiah: (1) Barangsiapa dengan sengaja didepan umum merusak kesusilaan (2) Barangsiapa dengan sengaja dan didepan orang lain yang kehadirannya disitu bukanlah kemauannya sendiri. Tindak pidana yang diatur dalam pasal 281 angka 1 KUHP mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: 7 Unsur subjektif : Dengan sengaja. Unsur objektif : 1. Barang siapa; 2. Merusak kesusilaan; 3. Didepan umum. Agar pelaku dapat dinyatakan terbukti telah memenuhi unsur dengan sengaja tersebut, disidang pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara pelaku, hakim dan penuntut umum harus dapat membuktikan: 8 Bahwa pelaku memang mempunyai kehendak atau maksud untuk melakukan perbuatan merusak kesusilaan. Bahwa pelaku memang mengetahui yakni bahwa perbuatannya itu dilakukan didepan umum. 6 Redaksi Bhafana Publishing, KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Jakarta: Bhafana Publishing, 2016) hlm P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm Ibid.
7 b. Pasal 282 KUHP 9 (1) Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan dimuka umumtulisan, gambaran atau benda yang telah diakui isinya melanggar kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan dimuka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tesebut memasukkannya kedalam negeri, meneruskannya, mengeluarkan dari negeri atau memiliki persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda dengan paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. (2) Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan dimuka umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun barangsiapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan dimuka umum, membikin, memasukkan kedalam negeri, meneruskan mengeluarkan dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam jika ada alasan kuat baginya untuk menduga bahwa tulisan, gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (3) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama sebagai pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana penjara paling lamadua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak tujuh puluh lima ribu rupiah. Agar pelaku dapat dipidanakan, ia perlu mengetahui bahwa isi dari tulisan yang bersangkutan atau ia perlu mengetahui tentang gambar atau benda tersebut. 9 Redaksi Bhafana Publishing, op.cit., hlm. 86.
8 Tidak disyaratkan adanya pengetahuan pelaku tentang sifatnya yang menyinggung kesusilaan dari tulisan, gambar atau benda yang ia sebarluaskan dan lain-lain. 10 c. Pasal 283 KUHP 11 (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barangsiapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum dewasa, dan yang diketahui atau sepatut kepada seorang yang belom dewasa, dan yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa umumnya belum tujuh belas tahun, atau isi tulisan, gambaran, benda atau alat itu telah diketahuinya. (2) Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa membacakan isi tulisan yang melanggar kesusilaan dimuka orang yang belum dewasa atau sebagaimana dimaksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya. (3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidan kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barangsiapa menawarkan, memberi untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan, tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum dewasa sebagaimana dimaksud dalam ayat pertama, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan atau alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan. Dalam pasal ini, bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap anak dibawah umur dari kejahatan orang dewasa, dengan maksud agar anak dibawah umur tidak melihat benda, atau gambar yang sebenarnya belum pantas untuk dilihatnya. 10 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm Redaksi Bhafana Publishing, op.cit., hlm. 87.
9 Untuk membuktikan bahwa pelaku bersalah, pengadilan yang memeriksa perkara seseorang terdakwa yang didakwa telah melakukan salah satu tindak pidana yang diatur dalam pasal 283 KUHP, penuntut umum atau hakim tidak perlu membuktikan tentang adanya kehendak karena dengan terdakwa sudah membaca tulisan dan gambar, benda atau alat pencegah kehamilan atau pengganggu kehamilan, yang telah ditawarkan atau dipertunjukkan.jika hakim ingin mengetahui bahwa pelaku telah menawarkan maka hakim atau penuntut umum harus dapat membuktikan bahwa terdakwa telah menghendaki atau telah bermaksud untuk melakukan perbuatan-perbuatan tersebut. 2. Kejahatan Melanggar Kesopanan (Zeden) Ketentuan-ketentuan pidana yang mengatur tentang kejahatan melanggar kesopanan diatur dalam KUHP sebagai berikut: Pada Pasal 300 ini menjelaskan tentang membikin mabuk orang lain dengan ketentuannya dibawah ini; a. Pasal 300 KUHP 12 Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (1) Barangsiapa dengan sengaja menjual atau memberikan minuman yang memabukkan kepada seorang yang telah kelihatan mabuk (2) Barangsiapa dengan sengaja membikin mabuk seorang anak yang umurnya belum cukup enam belas tahun (3) Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa orang untuk minum-minumanyang memabukkan. 12 M. Sudrajat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu, (Bandung: Remadja Karya, 1986) hlm. 175.
10 Ancaman hukuman dinaikkan menjadi paling lama 7 tahun penjara apabila perbuatannya mengakibatkan luka-luka berat ayat 2 dan menjadi 9 tahun penjara pabila perbuatannya mengakibatkan mati ayat 3 Pelanggaran mengenai mabuk diatur dalam Buku III, Titel VI KUHP tentang Pelanggaran Mengenai Kesopanan yang memuat 4 Pasal yaitu Pasal 536, 537,538, dan 539 KUHP. 13 Pasal 536 KUHP menentukan bahwa seseorang yang ada dijalan umum dengan terang dalam keadaan mabuk, dipidana dengan pidana denagn denda paling banyak 225 rupiah; pidana tersebut menurut ayat 2, 3, dan 4 dalam hal-hal macam-macam residivis dapat dinaikkan secara bertingkat. 14 Pasal 537 KUHP melarang menjual atau memberi minuman keras atau tuak keras di luar kantin tentara kepada seorang prajurit dari Angkatan bersenjata yang pangkatnya dibawah opsir rendah, atau kepada istri, anak atau pembantu rumah tangga, dengan ancaman pidana kurungan paling lama 3 minggu atau denda 1500 Rupiah. 15 Pasal 538 KUHP melarang dengan pidana yang sama seorang penjual minuman keras atau menjual minuman keras atau tuak keras kepada seorang anak di bawah umur 16 tahun. 16 Pasal 539 KUHP, barangsiapa pada waktu orang mengadakan pesta keramaian bagi umum atau permainan rakyat atau arak-arakan bagi umum, menyediakan minuman keras atau tuak keras dengan percuma atau menyediakan minuman keras atau tuak keras sebagai hadiah, dihukum kurungan selam-lamanya dua belas hari atau denda sebanyak-banyaknya tiga ratus tujuh puluh lima Rupiah M. Sudrajat Bassar, op.cit., hlm Ibid. 15 Ibid. 16 Ibid. 17 R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bogor:Politeia, 1994) hlm. 345.
11 b. Pasal 301 KUHP Berisikan tentang menyerahkan anak untuk disuruh mengemis dan sebagainya. Pasal 301 berbunyi 18 : Barangsiapa menyerahkan atau membiarkan kepada orang lain seorang anak yang belum berusia dua belas tahun dan yang ada di bawah kekuasannya yang sah, dalam hal diketahuinya bahwa anak itu akan dipakai untuk atau pada waktu mengemis, bermain komedi, atau melakukan pekerjaan lain yang berbahaya, atau yang dapat merusak kesehatan, dihukum dengan maksimum hukuman penjara empat tahun. 19 Dalam hal ini yang dapat melakukan tindak pidana anatara lain yaitu orang tua atau wali dari anak itu atau orang yang diserahi oleh hakim untuk mengawasi anak itu. 20 c. Pasal 302 KUHP 21 Pada Pasal 302 ini berkaitan dengan menganiaya hewan. Dalam pasal ini mengenal dua macam tindak pidana yaitu penganiayaan ringan hewan dan penganiayaan hewan. 1) Penganiayaan ringan hewan diancam dengan hukuman penjara paling lama 3 bulan atau denda 4500 rupiah: a. Barangsiapa tanpa tujuan yang patut yang patut atau secara melampaui batas, dengan sengaja menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatannya. b. Barangsiapa tanpa tujuan yang patut atau dengan melampaui batas yang diperlukan untuk hidup kepada hewan, dengan tidak sengaja tidak memberi 18 M. Sudrajat Bassar,op.cit., hlm Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, (Bandung: Eresco, 1986) hlm Ibid. 21 Ibid., hlm. 176
12 makanan yang diperlukan untuk hidup kepada hewan yang seluruhnya atau sebagian menjadi kepunyaan dan ada yang dibawah pengawasannya, atau kepada hewan yang wajib dipeliharanya. 2) Penganiayaan hewan diancam dengan hukuman penjara paling lama 9 bulan atau denda paling banyak 300 rupiah, apabila perbuatan itu mengakibatkan sakit lebih dari seminggu, atau cacat, atau menderita luka-luka berat lainnya, atau mati. Apabila hewan itu kepunyaan yang bersalah, maka hewan itu dapat dirampas (ayat 3). C. Definisi tentang Kejahatan dan Pelanggaran Terhadap Ketertiban Umum Kata kejahatan terhadap ketertiban umum atau misdrijven tegen de openbare orde telah dipakai oleh pembentuk undang-undang dalam suatu kumpulan bagi kejahatan-kejahatan., yang oleh pembentuk undang-undang telah diatur dalam Buku II Bab V KUHP. Prof. Simons juga mengatakan bahwa hubungan anatara kejahatan yang satu dengan kejahatan yang lain didalam buku II Bab V KUHP sifatnya uiterstgering atau hampir tidak ada hubungannya sama sekali antara yang satu dengan yang lain. Menurutnya, kata kejahatan terhadap ketertiban umum yang sifatnya kurang jelas atau vaag atau menurut sifatnya dapat diartikan secara lebih luas dari arti yang sebenarnya menurut pembentuk undangundang atau yang menurut sifatnya sangant reekbar, oleh pembentuk undangundang telah dipakai untuk menyebutkan sekumpulan kejahatan, yang menurut sifatnya dapat menimbulkan bahaya bagi maatschappelijke orde en rust, atau dapat mendatangkan bahaya bagi ketertiban dan ketentraman umum. 22 Dalam Memorie van Toelichting, kejahatan yang diatur dalam buku II Bab V KUHP bukanlah kejahatan yang secara langsung ditujukan: a) Terhadap keamanan negara, b) Terhadap tindakan-tindakan dari alat-alat perlengkapannya atau, c) terhadap tubuh atau harta kekayaan dari seseorang tertentu, melainkan kejahatan-kejahatan yang dapat mendatangkan bahaya bagi kehidupan 22 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Kepentingan Hukum Negara, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010) hlm. 445.
13 bermasyarakat atau bagi maatschapleijke leven, dan yang dapat menimbulkan gangguan bagi ketertiban alamiah dalam masyarakat. 23 Kejahatan terhadap ketertiban negara pada dasarnya diatur dalam Bab V daripada dalam Bab I dari Buku II Wetboek van Strafrecht.Atas dasar itulah ketentuan-ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 131, 132, dan Pasal 134 Wetboek van Strafrecht. 24 Dari bunyi rumusan Pasal 131 Wetboek van Strafrecht, yang berbunyi Hij die in het openbaar, mondeling of geschrift of afbeelding, tot eenig stafbaar feit of tot geweldadaig optreden tegen het openbaar gezag opruit, wordt gestraft met gevangenisstraf van ten hoogste vijt jaren of gelboete van ten hoogste driehonderd gulden. Artinya yaitu barang siapa didepan umum, dengan lisan atau dengan tulisan atau dengan gambar menghasut orang lain untuk melakukan sesuatu tindak pidana atau untuk melakukan tindak kekerasan terhadap penguasa, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun atau dengan pidana denda setinggi-tingginya tiga ratus rupiah. Ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 131 Wetboek van Strafrecht, kemudian oleh pembentuk undang-undang di Indonesia telah dimasukkan ke dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sebagai ketentuan hukum pidana yang diatur dalam buku II Bab V Pasal 160 KUHP. Kecuali ketentuan-ketentuan pidana yang telah disebutkan diatas oleh pembentunk undang-undang di Indonesia juga telah ditambahkan ketentuanketentuan pidana baru lainnya kedalam buku II Bab V KUHP, antara lain ketentuan pidana, yang didalam doktrin juga sering disebut haatzaaiartikelen atau pasal-pasal undang-undang yang melarang orang mengemukakan rasa kebencian dan perasaan tidak senang pada penguasa yang terdapat pada ketentuan pasal 154 dan Pasal 156 KUHP. 25 Sedangkan pelanggaran yang terdapat pada buku ke III bab II KUHP disimpulkan bahwa pelanggaran terhadap ketertiban umum adalah suatu tindakan 23 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit., hlm Ibid.
14 pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang yang menurut sufatnya dapat menimbulkan bahaya keberlangsungan kehidupan masyarakat dan dapat menimbulkan gangguan-gangguan terhadap ketertiban dan kenyamanan didalam masyarakat BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Definisi dari kejahatan melanggar kesopanan terdapat pada Bab ke-xiv dari Buku ke-ii KUHP. Kejahatan melanggar kesopanan pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu kejahatan melanggar kesopanan berat atau yang disebut kejahatan terhadap asusila (zedelijkheid) dan tindak pidana kesopanan ringan (zeden). Kejahatan terhadap kesusilaan terdapat pada pasal 281, 282, dan 283.Sedangkan Kejahatan melanggar kesopanan terdapat pada pasal 300, 301, dan 303 dalam KUHP. Adapun ancaman hukuman pada pasal 281 yaitu dipidana dengan penjara selama-lamanya dua tahun dan delapan bulan atau dengan pidana denda setinggitingginya empat ribu lima ratus rupiah. Hukuman dari pasal 282 yaitu diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda dengan paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. Hukuman dari pasal 283 yaitu diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah. Kejahatan melanggar kesopanan pada pasal 300 diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pasal 301 diancam dengan maksimum hukuman penjara empat tahun. Pasal 302 penganiayaan ringan hewan diancam dengan hukuman penjara paling lama 3 bulan atau denda empat ribu lima ratus rupiah, Penganiayaan hewan diancam dengan hukuman penjara paling lama 9 bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.
15 DAFTAR PUSTAKA Bassar, Sudrajat M.1986.Tindak-tindak Pidana Tertentu di Dalam Kitab Undangundang Hukum Pidana. Bandung: Ramadja Karya. Lamintang, P.A.F dan Theo Lamintang Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Kepentingan Hukum Negara. Jakarta: Sinar Grafika, 2010 Lamintang, P.A.F dan Theo Lamintang Delik-delik Khusus: Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan dan Norma Kepatutan. Jakarta: Sinar Grafika. Prodjodikoro, Wirjono Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Bandung: Rosda Offset. Soesilo, R Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bogor:Politeia. Bhafana Publishing, Redaksi KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) KUHAP (Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana). Jakarta: Bhafana Publishing.
Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan
Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan Pasal 281 Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: 1. barang siapa dengan
Lebih terperinciKETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara
Pasal-pasal Delik Pers KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA I. Pembocoran Rahasia Negara Pasal 112 Barang siapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-berita atau
Lebih terperinciBab VI : Pelanggaran Kesusilaan
Bab VI : Pelanggaran Kesusilaan Pasal 532 Diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga hari atau pidana denda paling banyak dua ratus dua puluh lima rupiah: 1. barang siapa di muka umum menyanyikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN 2.1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Dasar dari adanya perbuatan pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dari dapat dipidananya
Lebih terperinciBAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA
BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA A. Batasan Pengaturan Tindak Pidana Kekekerasan Fisik
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban pidana memiliki makna bahwa setiap orang yang melakukan tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam
Lebih terperinciKEJAHATAN DAN PELANGGARAN TERHADAP NYAWA DAN TUBUH ORANG
KEJAHATAN DAN PELANGGARAN TERHADAP NYAWA DAN TUBUH ORANG A. PENGANIAYAAN Kejahatan terhadap tubuh orang lain dalam KUHP diatur pada pasal 351-358 KUHP. Penganiayaan diatur dalam pasal 351 KUHP yang merumuskan
Lebih terperinciBAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI
41 BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI A. Menurut Peraturan Sebelum Lahirnya UU No. 44 Tahun 2008
Lebih terperinciHAKIKAT DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA RINGAN 1 Oleh: Alvian Solar 2
HAKIKAT DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA RINGAN 1 Oleh: Alvian Solar 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hakikat dari tindak pidana ringan dan bagaimana prosedur pemeriksaan
Lebih terperinciBab XXV : Perbuatan Curang
Bab XXV : Perbuatan Curang Pasal 378 Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai dengan hukuman pidana.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Tindak pidana korupsi meskipun telah diatur
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana adalah suatu tindakan pada tempat, waktu dan keadaan tertentu yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,
Lebih terperinciBab II : Pelanggaran Ketertiban Umum
Bab II : Pelanggaran Ketertiban Umum Pasal 503 Diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga hari atau pidana denda paling banyak dua ratus dua puluh lima rupiah: 1. barang siapa membikin ingar atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM. Perumusan tentang pengertian anak sangat beragam dalam berbagai
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pengertian Anak dan Batasan Umur Anak Perumusan tentang pengertian anak sangat beragam dalam berbagai undang-undang. Pengertian tersebut tidak memberikan suatu konsepsi tentang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan Pengertian Tindak Pidana Pencurian
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan 2.1.1 Pengertian Tindak Pidana Pencurian pencurian merupakan perbuatan pengambilan barang. Kata mengambil (wegnemen) merupakan
Lebih terperinciPENGGUNAAN KEKERASAN SECARA BERSAMA DALAM PASAL 170 DAN PASAL 358 KUHP 1 Oleh : Soterio E. M. Maudoma 2
PENGGUNAAN KEKERASAN SECARA BERSAMA DALAM PASAL 170 DAN PASAL 358 KUHP 1 Oleh : Soterio E. M. Maudoma 2 ABSTRAK Penggunaan kekerasan oleh seseorang terhadap orang lain, merupakan hal yang dilarang dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum pidana Indonesia dengan istilah yang berbeda-beda. Diantaranya ada yang memakai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan
18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat
Lebih terperinciBAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF
BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF Untuk mengetahui bagaimana persamaan dan perbedaan antara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Perbuatan cabul yang dilakukan orang dewasa kepada anak yang masih dibawah umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility
Lebih terperincitulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan
Selain masalah HAM, hal janggal yang saya amati adalah ancaman hukumannya. Anggara sudah menulis mengenai kekhawatiran dia yang lain di dalam UU ini. Di bawah adalah perbandingan ancaman hukuman pada pasal
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Putusan Pengadilan Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menyebutkan bahwa : Putusan Pengadilan adalah
Lebih terperinciPERJUDIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA
PERJUDIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERJUDIAN Perjudian merupakan suatu bentuk permainan yang telah lazim dikenal dan diketahui oleh setiap orang. Perjudian ini diwujudkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1. Pengertian Tindak Pidana Penggelapan Dalam suatu tindak pidana, mengetahui secara jelas tindak pidana yang terjadi adalah suatu keharusan. Beberapa tindak
Lebih terperinciBab XXVIII : Kejahatan Jabatan
Bab XXVIII : Kejahatan Jabatan Pasal 413 Seorang komandan Angkatan Bersenjata yang menolak atau sengaja mengabaikan untuk menggunakan kekuatan di bawah perintahnya, ketika diminta oleh penguasa sipil yang
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK
BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK C. Tindak Pidana Persetubuhan dalam KUHPidana Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.
PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR Suwarjo, SH., M.Hum. Abstrak Pemberantasan dollar AS palsu di Indonesia terbilang cukup sulit karena tidak terjangkau oleh hukum di Indonesia.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPelaksanaan Pidana Mati kemudian juga diatur secara khusus dalam Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
Bab II : Pidana Pasal 10 Pidana terdiri atas: a. pidana pokok: 1. pidana mati; 2. pidana penjara; 3. pidana kurungan; 4. pidana denda; 5. pidana tutupan. b. pidana tambahan 1. pencabutan hak-hak tertentu;
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
32 BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK A. Pengaturan Hukum Tindak Pidana Pencabulan Terhadap Anak 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tindak pidana
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.SKH A. Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017
PROSES PENANGANAN TINDAK PIDANA RINGAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA 1 Oleh: Raymond Lontokan 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apa bentuk-bentuk perbuatan
Lebih terperinciPERAN POLRI DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA CABUL PADA ANAK DI POLSEK KECAMATAN LOLAK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA
PERAN POLRI DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA CABUL PADA ANAK DI POLSEK KECAMATAN LOLAK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA IDUN MOKODOMPIT Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Abstrak Tujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan peradaban dunia semakin berkembang dengan pesat menuju ke arah modernisasi. Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan tampak
Lebih terperinciPOLITIK HUKUM PEMERINTAH DALAM PENYUSUNAN RUU KUHP. Prof. Dr. Enny Nurbaningsih, S.H.,M.Hum. Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional
POLITIK HUKUM PEMERINTAH DALAM PENYUSUNAN RUU KUHP Prof. Dr. Enny Nurbaningsih, S.H.,M.Hum. Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional RKUHP (RUUHP): Politik Pembaharuan Hukum Pidana (1) ARAH PEMBANGUNAN HUKUM
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1.Diversi Diversi adalah pengalihan penanganan kasus-kasus anak yang diduga telah melakukan tindak pidana dari proses formal dengan atau tanpa syarat. Pendekatan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciBAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP
40 BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP 1. Pengertian Penganiayaan yang berakibat luka berat Dalam Undang-Undang tidak memberikan perumusan apa yang dinamakan penganiayaan. Namun menurut
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. KUHP tidak ada ketentuan tentang arti kemampuan bertanggung jawab. Yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana 1. Kemampuan Bertanggung Jawab Adanya pertanggungjawaban pidana diperlukan syarat bahwa pembuat mampu bertanggung jawab. Tidaklah mungkin seseorang
Lebih terperinciBAB III KONSEP DASAR TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF
40 BAB III KONSEP DASAR TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF A. Pengertian Dan Dasar Hukum Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tuanya Menurut Hukum Pidana Positif
Lebih terperinciBAB II. PENGATURAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Tindak Pidana Kekerasan Dalam Hukum Pidana
BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Tindak Pidana Kekerasan Dalam Hukum Pidana 1. Jenis-jenis Tindak Pidana Kekerasan di dalam KUHP Kekerasan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)
BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3) yang berbunyi
Lebih terperinciBerlin Nainggolan: Hapusnya Hak Penuntutan Dalam Hukum Pidana, 2002 USU Repository
USU Repository 2006 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii A. Pengertian... 1-2 B. Dasar Peniadaan Penuntutan... 3-6 C. Hapusnya Hak Menuntut... 7-13 Kesimpulan... 14 Daftar Pustaka...... 15 ii
Lebih terperinciBAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang
BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang Pengganti Masalah penetapan sanksi pidana dan tindakan pada
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
Lebih terperinciBAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat
BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 1. Sanksi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban
18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Setiap tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang pada dasarnya orang tersebut wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban pidana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dibawah Umur Pengertian anak menurut Kamus Bahasa Indonesia yang dapat disimpulkan ialah keturunan yang kedua yang berarti dari seorang pria dan seorang wanita yang
Lebih terperinciKESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2
Lex Crimen, Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013 KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT INTERNAL TIMUS KOMISI III DPR-RI DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hukum Pidana Sebagaimana yang telah diuraikan oleh banyak pakar hukum mengenai hukum pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana 1. Kekuasaan Kehakiman Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada hukum positif, artinya hukumhukum yang berlaku di Indonesia didasarkan pada aturan pancasila, konstitusi, dan undang-undang
Lebih terperinciKekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga
Lebih terperinciTINDAK PIDANA PENGHINAAN DAN PENCEMARAN NAMA BAIK
TINDAK PIDANA PENGHINAAN DAN PENCEMARAN NAMA BAIK (Paper ini untuk melengkapi kriteria penilaian mata kuliah Hukum Pidana) NAMA DOSEN : HOLLYONE, S.H. NAMA MAHASISWA : DINI MERDEKANI NPM : 09411733000134
Lebih terperinciBAB II PENERAPAN KONSEP NOODWEER DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN SEBAGAI AKIBAT ADANYA TINDAK PIDANA KEHORMATAN KESUSILAAN
BAB II PENERAPAN KONSEP NOODWEER DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN SEBAGAI AKIBAT ADANYA TINDAK PIDANA KEHORMATAN KESUSILAAN A. Tindak Pidana Penganiayaan Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang
Lebih terperinciBAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku
BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF A. Pencurian Dengan Kekerasan Dalam KUHP 1. Pengertian Pencurian Dengan Kekerasan Pencurian dengan kekerasan adalah suatu tindakan yang menyimpang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana (kepada barangsiapa yang melanggar larangan tersebut), untuk singkatnya dinamakan
Lebih terperinciLex Crimen Vol. III/No. 2/April/2014
PENERAPAN PASAL 242 KUHPIDANA TERHADAP PEMBERIAN KETERANGAN PALSU DI ATAS SUMPAH 1 Oleh : Justino Armando Mamuaja 2 ABSTRAK Sejak zaman dahulu kala sengaja sumpah telah dipandang sebagai kesalahan yang
Lebih terperinciLex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017
ALASAN PENGHAPUS PIDANA KHUSUS TERHADAP TINDAK PIDANA ENYEMBUNYIKAN PELAKU KEJAHATAN DAN BARANG BUKTI BERDASARKAN PASAL 221 KUH PIDANA 1 Oleh: Suanly A. Sumual 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Banyak orang, terutama orang awam tidak paham apa arti Penipuan yang sesungguhnya, yang diatur oleh Kitab Undang-undang Hukum Pidana, khususnya Pasal 378, orang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa setiap
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini menganut asas kesalahan sebagai salah satu asas disamping asas legalitas.
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN Diajukan Oleh : Nama : Yohanes Pandu Asa Nugraha NPM : 8813 Prodi : Ilmu
Lebih terperinciBab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara
Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Pasal 104 Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan upaya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] BAB III TINDAK PIDANA TERORISME Pasal 6 Setiap orang yang dengan sengaja
Lebih terperinciperadilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam hal ini, untuk
BAB II JENIS- JENIS PUTUSAN YANG DIJATUHKAN PENGADILAN TERHADAP SUATU PERKARA PIDANA Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman diserahkan kepada badan- badan peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu strafbaar feit yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] BAB II TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG Pasal 2 (1) Setiap orang yang melakukan perekrutan,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]
UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059] BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 111 (1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,
Lebih terperinciBAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengedaran Makanan Berbahaya yang Dilarang oleh Undang-Undang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184
UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] BAB XVI KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Bagian Pertama Ketentuan Pidana Pasal 183 74 1, dikenakan sanksi pidana
Lebih terperinciBab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan
Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan Pasal 359 Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. arti yang luas dan berubah-ubah, karena istilah tersebut dapat berkonotasi dengan bidang-bidang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanggungjawaban pidana 1. Pengertian Pidana Istilah pidana atau hukuman yang merupakan istilah umum dan konvensional dapat mempunyai arti yang luas dan berubah-ubah, karena istilah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA
BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA A. Pengaturan Sanksi Hukum Positif dan Hukum Pidana Islam terhadap Pedofilia 1. pengaturan Sanksi Menurut
Lebih terperinciBAB II TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN OLEH ANAK. Menurut Moeljatno istilah perbuatan pidana menunjuk kepada makna
BAB II TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN OLEH ANAK A. Tindak Pidana Menurut Moeljatno istilah perbuatan pidana menunjuk kepada makna adanya suatu kelakuan manusia yang menimbulkan akibat tertentu yang dilarang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pertanggungjawaban pidana Pelaku Tindak Pidana Kekerasan Fisik Dalam Lingkup Rumah Tangga
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanggungjawaban pidana Pelaku Tindak Pidana Kekerasan Fisik Dalam Lingkup Rumah Tangga pertanggungjawaban adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya, fungsi menerima pembebanan
Lebih terperinciBAB II TINDAK PIDANA MILITER. tentang apa yang disebut dengan tindak pidana tersebut, yaitu : dilarang dan diancam dengan pidana.
BAB II TINDAK PIDANA MILITER 1. Tindak Pidana dan Unsur-Unsurnya Ada baiknya dikemukakan terlebih dahuku apa yang dimaksud dengan tindak pidana (strafbaar feit, delict, criminal act). Ada beberapa pandangan
Lebih terperinciHAPUSNYA HAK PENUNTUNAN DALAM HUKUM PIDANA. BERLIN NAINGGOLAN, SH Fakultas Hukum Jurusan Pidana Universitas Sumatera Utara
HAPUSNYA HAK PENUNTUNAN DALAM HUKUM PIDANA BERLIN NAINGGOLAN, SH Fakultas Hukum Jurusan Pidana Universitas Sumatera Utara A. Pengertian Dalam Undang-undang ditentukan bahwa hak penuntunan hanya ada pada
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS PEMBUKTIAN TURUT SERTA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No. 51/Pid.B/2009 /PN.PL) MOH. HARYONO / D
TINJAUAN YURIDIS PEMBUKTIAN TURUT SERTA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No. 51/Pid.B/2009 /PN.PL) MOH. HARYONO / D 101 08 100 ABSTRAK Tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh beberapa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Anak Nakal Pengertian masyarakat pada umumnya tentang anak adalah merupakan titipan dari Sang Pencipta yang akan meneruskan keturunan dari kedua orang tuanya,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan diangkat oleh pejabat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan
18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Kekuasaan kehakiman merupakan badan yang menentukan dan kekuatan kaidahkaidah hukum positif dalam konkretisasi oleh hakim melalui
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL A. Pertimbangan Hakim dalam putusan Pengadialan Negeri Lamongan No.26/Pid.B/2015/PN.Lmg Tentang Membuka Rahasia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 54 Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak sesuai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan atau perbuatan jahat dapat diartikan secara yuridis atau kriminologis.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235] BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 77 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan : a. diskriminasi terhadap anak
Lebih terperinci