REAKSI PASAR TERHADAP PENGUMUMAN CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX (CGPI) SEPULUH BESAR DAN NON SEPULUH BESAR. Grace Santoso 1 Shanti 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REAKSI PASAR TERHADAP PENGUMUMAN CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX (CGPI) SEPULUH BESAR DAN NON SEPULUH BESAR. Grace Santoso 1 Shanti 2"

Transkripsi

1 REAKSI PASAR TERHADAP PENGUMUMAN CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX (CGPI) SEPULUH BESAR DAN NON SEPULUH BESAR Grace Santoso 1 Shanti 2 ABSTRAKSI This study tries to examine the difference in market reaction that reflected from abnormal return and trading volume activity between companies that have rating of corporate governance perception index (CGPI) in big ten and non-big ten. The companies in the big ten CGPI are presumed that the corporate governance companies are better than those in non-big ten CGPI,. There is possbibly difference in market reaction among those companies. This study employs a independent sample t-test to test the hypothesis that there are the differences between abnormal return and trading volume activity in big ten CGPI firms and non-big ten CGPI firms around the date of the corporate governance perception index (CGPI) announcement. The rating of CGPI for by the Indonesian Institute for Corporate Governance and SWA Magazine is used to measure an eefort mentioned above. The analysis shows that there is no difference between abnormal return and trading volume activity in big ten CGPI firms and non-big ten CGPI firms. It means that the information about CGPI announcement is not effective for the investor s decision making. The rating in CGPI announcement is not used by the investors in their decision making and even there is no no effect on their preference in their decision making. Keywords: corporate governance perception index, abnormal return, trading volume activity. 1. Akuntan Praktisi (nettiquette_m2x@hotmail.com). 2. Staff Pengajar Tetap Fakultas Ekonomi Unika Widya Mandala Surabaya (philomena1404@yahoo.com.sg). 1

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun yang terjadi, manajer sebagai pengelola perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda terutama dalam hal peningkatan prestasi individu dan kompensasi yang akan diterima, yang akan menyebabkan jatuhnya harapan investor tentang pengembalian (return) atas dana yang telah mereka tanamkan. Oleh karena itu, perlu adanya suatu sistem yang menjembatani adanya pemisahan kepentingan antara pemilik dan pengelola di dalam suatu perusahaan. Pemisahan ini diharapkan dapat mensejajarkan kepentingan pemilik atau pemegang saham dengan kepentingan manajer selaku pengelola perusahaan. Sistem tersebut adalah dengan pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance - GCG). Dengan adanya Corporate Governance (CG) diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Black (2001) berargumen bahwa pengaruh praktik CG terhadap nilai perusahaan akan lebih kuat di negara berkembang dibandingkan di negara maju. Hal tersebut dikarenakan oleh lebih bervariasinya praktik CG di negara berkembang dibandingkan negara maju. Durnev dan Kim (2002) memberikan bukti bahwa praktik CG lebih bervariasi di negara yang memiliki lingkungan hukum yang lebih lemah. Klapper dan Love (2002) menemukan bahwa penerapan CG di tingkat perusahaan lebih memiliki arti dalam negara berkembang dibandingkan dalam negara maju. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan CG yang baik akan memperoleh manfaat yang lebih besar di negara-negara yang lingkungan hukumnya buruk. Menurut Daniri (2000), Indonesia menduduki urutan terendah di antara negara Singapura, Jepang, Malaysia, dan Thailand sebagai yang paling buruk CG-nya. Survei dari Booz-Allen di Asia Timur pada tahun 1998 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki indeks CG yang paling rendah dengan skor 2,88 jauh di bawah Singapura (8,93), Malaysia (7,72), dan Thailand (4,89). Rendahnya kualitas GCG korporasi-korporasi di Indonesia ditengarai menjadi kejatuhan perusahaanperusahaan tersebut pada saat krisis ekonomi tahun 1997 yang lalu. Johnson, dkk. (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas CG dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham dan nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan pada masa krisis di Asia. Hasil survei yang dilakukan oleh tim McKinsey, Coombes, dan Watson (2000), dalam Zaenal Arifin (2003) memperlihatkan bahwa investor bersedia memberi premium kepada perusahaan yang 2

3 bagus dalam CG-nya. Besar premium untuk negara-negara Asia yang disurvei adalah antara 20-27%, dan Indonesia adalah yang tertinggi premiumnya, yaitu 27%. Perusahaan yang bagus CG-nya lebih dapat dipercaya (majalah SWA memakai istilah perusahaan terpercaya untuk menterjemahkan GCG), sehingga sangat mungkin bahwa respon pasar atas pengumuman earnings dipengaruhi oleh baik buruknya CG perusahaan yang mengumumkannya. Secara empiris terbukti bahwa investor bersedia memberi premium yang cukup tinggi kepada perusahaan yang menerapkan prinsip CG yang secara konsisten (Lukuhay, 2002; Ishak Rafick, 2002). Survei yang dilakukan McKinsey juga menemukan bukti tambahan bahwa saham perusahaan yang disurvei menikmati valuasi pasar sampai dengan 10%-12%. Hal ini merefleksikan kepercayaan investor terhadap konsep CG tersebut. Selain itu, bukti empiris juga menyatakan bahwa perusahaan yang menerapkan CG akan cenderung meningkat kinerjanya (Beasly dkk., 1996). Sejalan dengan penelitian tersebut, survei yang dilakukan terhadap 189 perusahaan publik di enam emerging market India, Malaysia, Meksiko, Korea Selatan, Taiwan, dan Turki menunjukkan kaitan yang erat antara penerapan CG dengan harga saham perusahaan-perusahaan tersebut. Hal tersebut disebabkan hampir 75% investor menganggap keterbukaan dan informasi mengenai penerapan CG sama pentingnya dengan informasi keuangan yang dipublikasikan oleh suatu perusahaan. Bahkan beberapa pihak menganggap informasi mengenai penerapan CG tersebut lebih penting daripada laporan keuangan perusahaan (Lukuhay, 2002). Sunarto (2003) menyatakan bahwa apabila suatu perusahaan telah mempunyai GCG, maka kinerja saham perusahaan tersebut akan semakin meningkat. Deni Darmawati, dkk. (2004) membuktikan bahwa CG mempengaruhi kinerja operasi perusahaan, namun tidak mempengaruhi kinerja pasar secara statistik. Menurut Deni Darmawati, dkk. (2004), hal ini mungkin dikarenakan respon pasar terhadap implementasi CG tidak bisa secara langsung (immediate), akan tetapi membutuhkan waktu. Hasil penelitian Luciana Spica Almilia dan Lailul L. Sifa (2006) menunjukkan bahwa pengumuman Corporate Governance Perception Index (CGPI - riset dan pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan publik yang tercatat di PT. Bursa Efek Indonesia) pada perusahaan yang masuk dan tidak masuk sepuluh besar CGPI direaksi oleh pasar yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang signifikan di sekitar tanggal pengumuman dan tidak terdapat perbedaan abnormal return dan volume perdagangan yang signifikan pada saat pengumuman CGPI antara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI. Menurut Harmanto dalam majalah SWA (2004), beberapa manfaat menerapkan GCG, misalnya dipercaya investor, mitra bisnis ataupun kreditor; menjadi lebih linear karena pembagian tugas serta kewenangan yang jelas; perimbangan kekuatan di antara struktur internal perusahaan, yakni direksi, komisaris, komite audit, dan sebagainya; pengambilan keputusan menjadi lebih akuntabel dan lebih berhati-hati demi sustainability perusahaan. Menurut Teguh 3

4 Boeradisasta dalam majalah SWA (2005), beberapa manfaat menerapkan GCG yang lain, misalnya perusahaan akan lebih dipercaya investor, mitra bisnis pun tidak ragu mengembangkan hubungan bisnis yang lebih luas lagi, para kreditur memiliki kepercayaan tinggi untuk mengucurkan kreditnya yang mungkin diperlukan untuk perluasan usaha, dan pengambilan keputusan menjadi lebih dipertanggungjawabkan. Berdasarkan manfaat ini, maka besar kemungkinan saham-saham perusahaan yang masuk CGPI akan direaksi oleh pasar, karena dengan bersedia mengikuti survei saja, perusahaan sudah menunjukkan adanya itikad menjadi perusahaan yang terpercaya dan terbuka. Berdasarkan manfaat ini, kemungkinan saham-saham yang masuk CGPI akan direaksi oleh pasar baik yang masuk sepuluh besar maupun non sepuluh besar CGPI. Perusahaan yang masuk sepuluh besar CGPI tentunya mempunyai tata kelola perusahaan yang lebih baik dibandingkan perusahaan non sepuluh besar CGPI, terutama dalam hal penyampaian informasi, sehingga perusahaan dapat meningkatkan kemakmuran para pemegang saham dengan meningkatnya harga saham. Hal ini sejalan dengan Zaenal Arifin (2003) yang menyatakan perusahaan yang dikelola dengan baik (GCG) memiliki ciri diantaranya menyampaikan informasi dengan lebih cepat, akurat, dan lengkap. Informasi adalah segala pemberitaan di dalam pasar modal maupun di luar pasar modal yang diterima investor dengan harapan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi yang efisien. Informasi yang masuk ke bursa efek memiliki pengaruh terhadap segala aktivitas perdagangan di pasar modal. Hal ini disebabkan karena para investor akan menganalisa lebih lanjut mengenai informasi yang masuk di pasar modal. Informasi dianggap memiliki value jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan investor yang tercermin lewat perubahan harga yang diukur dengan abnormal return maupun volume perdagangan saham yang diukur dengan Trading Volume Activity (TVA). CGPI merupakan salah satu informasi yang masuk di pasar modal. Informasi mengenai CGPI diharapkan dapat memberikan dampak positif terutama yang menyangkut kepercayaan investor atas dana yang diinvestasikan. Pengaruh pengumuman CGPI dimungkinkan akan memberikan reaksi positif investor serta mampu mengubah harapan investor tentang perusahaan yang bersangkutan. Dengan adanya kondisi yang demikian, harga saham dan volume perdagangan saham pada perusahaan yang masuk sepuluh besar CGPI akan lebih tinggi dibandingkan perusahaan non sepuluh besar CGPI. Selain itu, adanya pemeringkatan CG yang berupa CGPI ini dimungkinkan adanya perbedaan reaksi antara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI. Menurut Thomas S. Kaihatu (2006), ada dua alasan utama yang menyebabkan pelaksanaan GCG di kalangan perusahaan tercatat masih amat marjinal, yaitu (1) mayoritas perusahaan yang tercatat di PT. Bursa Efek Indonesia (PT. BEI) merupakan perusahaan milik keluarga; (2) praktik-praktik ketidakjujuran dalam mengelola perusahaan sudah berlangsung cukup lama, sehingga tidaklah mudah 4

5 untuk menghilangkannya. Thomas S. Kaihatu (2006) juga menyatakan bahwa dari berbagai hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa pelaksanaan CG di Indonesia masih sangat rendah, hal ini terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya memiliki corporate culture sebagai inti dari CG. Pemahaman tersebut membuka wawasan bahwa korporat kita belum dikelola secara benar, atau dengan kata lain, korporat kita belum menjalankan governansi. Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, yaitu bahwa GCG memang memberikan manfaat yang sangat besar bagi perusahaan, namun apakah GCG dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat, terutama para stakeholders-nya, perlu diteliti kembali, terutama untuk perusahaan-perusahaan di negara berkembang seperti Indonesia yang relatif masih memiliki lingkungan hukum yang buruk (Black, 2001; Durnev dan Kim, 2002; Klapper dan Love, 2002) dan mayoritas perusahaan yang tercatat di PT. BEI merupakan perusahaan milik keluarga (Thomas S. Kaihatu, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan reaksi pasar yang diproksikan dengan abnormal return dan volume perdagangan saham antara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI di seputar tanggal pengumuman CGPI. Penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi (1) sebagai lanjutan penelitian terdahulu (Luciana Spica Almilia dan Lailul L. Sifa, 2006) dengan mempertimbangkan keterbatasan penelitian sebelumnya, yaitu dengan memperluas periode observasi, sehingga sampel yang digunakan lebih banyak; (2) sebagai pertimbangan bagi manajer selaku pengelola perusahaan dalam menerapkan GCG; (3) sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi yang paling efisien bagi investor; (4) dapat digunakan sebagai dasar dalam menerapkan GCG yang mampu menciptakan landasan yang kokoh untuk menjalankan operasional perusahaan dengan baik, efisien, dan menguntungkan. Rerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Good Corporate Governance (GCG) Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu konsep tentang tata kelola perusahaan yang sehat. Konsep ini diharapkan dapat melindungi pemegang saham dan kreditur agar dapat memperoleh kembali investasinya. GCG merupakan suatu sistem pengelolaan perusahaan yang mencerminkan hubungan yang sinergi antara manajemen dan pemegang saham, kreditur, pemerintah dan stakeholders lainnya. Sistem CG yang baik memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditur, sehingga mereka bisa menyakinkan dirinya akan perolehan kembali investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi. Oleh karena itu, sistem tersebut harus juga membantu menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap pertumbuhan sektor usaha yang efisien dan berkesinambungan. 5

6 CG dapat didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan ( Tujuan CG adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Ada dua hal yang menjadi perhatian konsep ini adalah (1) Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya; (2) kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan secara akurat, tepat waktu dan transparan mengenai semua informasi kinerja keuangan, kepemilikan dan stakeholders. Selain itu, Finance Committee on Corporate Governance Malaysia dalam Herwidayatno (2000) mendefinisikan CG sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan kegiatan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah meningkatkan kemakmuran pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya. Definisi ini menekankan bahwa sebaik apapun suatu struktur CG, namun jika prosesnya tidak berjalan sebagaimana mestinya maka tujuan akhir melindungi kepentingan pemegang saham dan stakeholders tidak akan pernah tercapai. Penerapan CG dalam suatu perusahaan membawa banyak manfaat, salah satunya menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia ( dengan melaksanakan CG, ada beberapa manfaat yang bisa didapat antara lain (1) meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders; (2) mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada akhirnya meningkatkan corporate value; (3) mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia; (4) pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholder s value dan dividen. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar good corporate governance sebenarnya merupakan kebutuhan yang mendasar dalam rangka implementasi good corporate governance. Prinsip-prinsip dasar dari corporate governance tersebut adalah (Thomas S. Kaihatu, 2006; Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, 2007): 1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Prinsip keterbukaan merupakan prinsip penting untuk mencegah terjadinya penipuan (fraud). Dengan pemberian informasi berdasarkan prinsip keterbukaan ini, maka dapat diantisipasi terjadinya kemungkinan pemegang saham, investor atau stakeholders tidak memperoleh informasi atau fakta material yang ada. 6

7 Keterbukaan bukan hanya merupakan kewajiban bagi perusahaan publik tetapi juga merupakan hak investor. Dengan adanya keterbukaan, maka investor dapat mengambil keputusan untuk melakukan investasi atas saham perusahaan. Prinsip ini mengakui bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar, akurat dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, kinerja perusahaan, hasil keuangan dan operasionalnya, dan informasi mengenai tujuan perusahaan. Segala bentuk informasi harus dibuka dan disebarkan kepada publik dengan adil, tepat waktu, dan efisien. 2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Prinsip ini terkait erat dengan pengukuran kinerja, pengawasan, dan pelaporan. Dalam prinsip akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindakan dan kegiatan perusahaan di bidang administrasi keuangan bukan hanya kepada pemegang saham, tetapi kepada semua pihak yang berkepentingan secara akurat, tepat waktu, dan dengan cara yang tepat. 3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip responsibilitas ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, dan menghindari penyalahgunaan kekuasaan. Prinsip responsibilitas mencakup hal-hal yang terkait dengan pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai bagian dari masyarakat. Perusahaan dalam memenuhi pertanggungjawabannya kepada para pemegang saham dan stakeholders harus sesuai hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain harus mengikuti peraturan perpajakan, peraturan ketenagakerjaan dan keselamatan kerja, peraturan kesehatan, peraturan lingkungan hidup, peraturan perlindungan konsumen, dan larangan praktik monopoli serta persaingan usaha yang tidak sehat. 4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Para komisaris, direktur, ataupun manajer dalam melaksanakan peran dan tanggung jawabnya harus bebas dari segala benturan yang mungkin akan muncul. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara independen, bebas dari segala tekanan dari pihak lain, sehingga dapat dipastikan bahwa keputusan itu dibuat semata-mata untuk kepentingan perusahaan. 5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian 7

8 serta peraturan perundangan yang berlaku. Perlakuan yang adil dan berimbang diberikan kepada para pemegang saham ataupun stakeholders yang terkait. Perusahaan harus memastikan perlakuan yang setara bagi para pemegang saham. Pemegang saham mempunyai hak untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan penting yang dibuat perusahaan, seperti pemilihan direksi dan persetujuan atas proses merger ataupun akuisisi. Menurut Octalliana Ongko (2007), hak-hak tersebut adalah (a) hak untuk menghadiri dan memberikan suara dalam suatu RUPS berdasarkan ketentuan satu saham memberi hak kepada pemegang saham untu mengeluarkan satu suara; (b) hak untuk memperoleh informasi material mengenai perseroan secara tepat waktu dan teratur, dan hak ini harus diberikan kepada semua pemegang saham tanpa adanya pembedaan atas klasifikasi saham yang dimiliki olehnya; (c) hak untuk menerima sebagian dari keuntungan perseroan yang diperuntukkan bagi pemegang saham, sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya dalam perseroan dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan lainnya. Corporate Governance Perception Index (CGPI) Dalam Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah program riset dan pemeringkatan penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada perusahaan publik dan BUMN di Indonesia. Program ini dilaksanakan sejak tahun 2001 dilandasi pemikiran pentingnya mengetahui sejauh mana perusahaanperusahaan tersebut menerapkan prinsip-prinsip GCG. Program riset dan pemeringkatan CGPI diselenggarakan oleh The Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG) bekerjasama dengan majalah SWA sebagai mitra media publikasi. Program ini didesain untuk memacu perusahaan dalam meningkatkan kualitas penerapan CG melalui perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement) dengan melaksanakan evaluasi dan melakukan studi banding (benchmarking). Program CGPI akan memberikan apresiasi dan pengakuan kepada perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan CG melalui CGPI awards dan penobatan sebagai perusahaan terpercaya. IICG adalah lembaga indenpenden yang didirikan pada tanggal 2 Juni 2000 dengan tujuan untuk memasyarakatkan konsep, praktik dan manfaat CG kepada dunia usaha dan masyarakat luas. IICG mempunyai visi untuk menjadi lembaga independen dan bermartabat untuk mendorong terciptanya perilaku bisnis yang sehat dan misi sebagai berikut (a) menyusun dan mengembangkan standar moral yang tinggi sebagai kerangka acuan penciptaan tata kelola perusahaan; (b) mendorong kepedulian dan kesadaran masyarakat khususnya pelaku bisnis mengenai pentingnya pengembangan dan mempertahankan tata kelola perusahaan yang baik; (c) menyelenggarakan penelitian dan pengkajian menyangkut penerapan praktik bisnis yang sehat dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat luas. 8

9 Dalam Luciana Spica Almilia dan Lailul Sifa (2006) pemeringkatan ini dilakukan dengan berdasarkan pada 7 (tujuh) kriteria, yaitu (a) komitmen perseroan terhadap CG, hal ini menjelaskan sejauh mana perseroan menaruh perhatian terhadap semangat GCG; (b) pelaksanaan RUPS dan perlakuan terhadap minority shareholders, mencakup ketepatan waktu pelaksanaan RUPS dan adanya jaminan perlindungan hak pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas; (c) dewan komisaris, dimilikinya dewan komisaris yang kompeten di bidangnya serta seberapa optimal peran dan tanggung jawab mereka dalam penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang baik; (d) struktur direksi, dimilikinya direksi yang kompeten di bidangnya serta bagaimana peran dan tanggung jawab direksi dalam penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang baik; (e) hubungan dengan stakeholders, bagaimana hubungan dan tanggung jawab perusahaan dengan pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan; (f) transparansi dan akuntabilitas, mewajibkan adanya informasi yang terbuka, tepat waktu, jelas, dapat diperbandingkan terutama menyangkut masalah keuangan, pengelolaan dan kepemilikan perusahaan; (f) tanggapan terhadap riset IICG, sejauh mana keseriusan responden untuk mengikuti riset ini. Majalah SWA dan IICG bahkan berencana menjadikan indeks ini sebagai indikator (benchmark) yang akan selalu menjadi pegangan investor. Abnormal Return Dalam Jogiyanto Hartono (2003: ), abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan investor). Dengan demikian return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi, sehingga dapat dinyatakan sebagai berikut: RTN R E R ] it i, t [ i, t Dimana: RTNi,t = return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. Return merupakan pendapatan yang berhak diperoleh investor atas investasi sahamnya. Return dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Tingkat keuntungan yang terjadi (realized return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan resiko di masa datang. Return realisasi dapat dihitung dengan persamaan: 9

10 Dimana: Rit ( P ) it Pit 1 Pit 1 Rit = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode ke-t. Pit = harga saham pada periode ke-t. Pit-1 = harga saham satu periode sebelumnya. 2. Tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). Expected return adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, expected return sifatnya belum terjadi. Untuk menghitung expected return dalam penelitian ini digunakan mean adjusted model. Model ini menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Menurut Jogiyanto H., mean adjusted model dapat dirumuskan sebagai berikut (2003:435): E[ Ri, t ] T Dimana: E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. Ri,j = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j. T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2. Volume Perdagangan Saham (Trading Volume Activity - TVA) Volume perdagangan saham merupakan banyaknya lembar saham yang diperdagangkan dalam satu hari perdagangan. Holthausen dan Verrechia (1990) dalam Ambar Woro Hastuti dan Bambang Sudibyo (1998) berpendapat bahwa suatu pengumuman yang tidak membawa informasi baru tidak akan mengubah kepercayaan investor sehingga mereka tidak akan melakukan perdagangan. Sebaliknya dengan adanya informasi baru akan membawa perubahan kepercayaan yang akan memotivasi investor dalam melakukan kegiatan perdagangan. Kegiatan perdagangan saham diukur dengan menggunakan Trading Volume Activity (TVA). Menurut Ambar Woro Hastuti dan Bambang Sudibyo (1998), volume perdagangan saham adalah aktivitas perdagangan saham yang terjadi pada waktu tertentu yang diperoleh dengan membandingkan atau membagi antara saham yang diperdagangkan dengan saham yang beredar di bursa efek. TVA merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar. Dalam Sri Lestari dan Imam Subekti (2003), pendekatan TVA ini dapat juga digunakan untuk menguji hipotesis pasar efisien bentuk lemah (weak-form efficiency). TVA juga merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh pada 10 t 2 j t1 Rij

11 pergerakan harga saham. Kenaikan atau penurunan dalam volume perdagangan saham mencerminkan minat investor terhadap saham tersebut. Trading Volume Activity (TVA) dapat dirumuskan sebagai berikut: TVA i,t = saham perusahaan yang diperdagangkan pada waktu t saham perusahaan yang beredar pada waktu t Dimana: TVAi,t = perubahan volume perdagangan sekuritas ke-i pada periode t. Setelah TVA untuk masing-masing saham diketahui, kemudian dihitung rata-rata volume perdagangan untuk masing-masing sampel secara keseluruhan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: XTVA n i 1 n Dimana: X TVA = rata-rata volume perdagangan saham. 11 TVAi TVAi = aktivitas volume perdagangan saham pada periode i. n = jumlah sampel. Event Study Menurut Jogiyanto Hartono (2003:410), studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan termasuk informasi yang berada dalam laporanlaporan keuangan perusahaan emiten.. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga yang diukur dengan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya, yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar. Reaksi pasar juga ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham yang diukur dengan Trading Volume Activity (TVA). Dengan menggunakan volume perdagangan saham, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mengandung informasi mengakibatkan tingkat permintaan saham akan lebih tinggi daripada tingkat penawaran saham sehingga volume perdagangan saham mengalami peningkatan. Sebaliknya, jika pengumuman tidak mengandung informasi maka

12 tingkat permintaan saham akan lebih rendah dibandingkan tingkat penawaran saham sehingga volume perdagangan saham mengalami penurunan. Dalam Sri H. Sulistyanto (2003), ada tiga faktor yang mempengaruhi kandungan informasi pada saat terjadinya pengumuman, yaitu (1) ekspektasi pasar terhadap kandungan informasi pada saat terjadinya pengumuman; (2) implikasi pengumuman terhadap distribusi return saham pada masa depan (3) kredibilitas sumber informasi. Dengan adanya informasi akan menyebabkan fluktuasi harga saham yang dipergunakan investor untuk memperoleh keuntungan dari selisih antara harga jual dan harga beli saham. Pengembangan Hipotesis Pengaruh Corporate Governance (CG) Terhadap Kinerja Perusahaan Menurut Berghe dan Ridder (1999) dalam Deni Darmawati, dkk. (2004), menghubungkan kinerja perusahaan dengan good governance tidak mudah dilakukan. Berghe dan Ridder (1999) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai poor performance disebabkan oleh poor governance. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Gompers, dkk. (2003) yang menemukan hubungan positif antara indeks CG dengan kinerja perusahaan jangka panjang. Beberapa penelitian menunjukkan tidak ada hubungan CG dengan kinerja perusahaan, misalnya penelitian Daily, dkk. (1998) dan hasil survey CBI, Deloitte dan Touche (1996) sebagaimana yang dikutip oleh Kakabadse, dkk. (2001) dalam Deni Darmawati, dkk. (2004). Demikian juga dengan Young (2003) yang menganalisis beberapa penelitian yang menghubungkan CG dengan kinerja perusahaan. Walaupun penelitian-penelitian tentang hubungan CG dengan kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda, namun semuanya menyatakan bahwa CG mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kinerja perusahaan. Dalton, dkk. (1999) menemukan adanya hubungan sistematik antara ukuran dewan direksi dan kinerja perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hubungan antara ukuran dewan direksi dengan kinerja perusahaan lebih kuat untuk perusahaan-perusahaan kecil. Namun demikian, penelitian tersebut tidak berhasil menemukan bahwa komposisi dewan direksi sebagai variabel pemoderasi hubungan antara ukuran dewan direksi dengan kinerja perusahaan. Dalton, dkk. (1999) juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil antara dua jenis ukuran kinerja, yaitu ukuran kinerja yang berbasis akuntansi dan ukuran kinerja yang berbasis pasar. Hasil penelitian Johnson, dkk. (2000) menunjukkan bahwa variabel-variabel CG lebih bisa menjelaskan variasi dari perubahan nilai tukar mata uang dan kinerja pasar modal, dibandingkan dengan variabel-variabel ekonomi makro. Mitton (2000) menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berkaitan dengan CG mempunyai dampak yang kuat terhadap kinerja perusahaan selama periode krisis di Asia Timur (tahun ). Penelitian tersebut menemukan bahwa perusahaan dengan 12

13 kualitas pengungkapan yang lebih baik, kepemilikan pihak eksternal yang lebih terkonsentrasi, dan perusahaan yang lebih terfokus (dibandingkan dengan yang terdiversifikasi) memiliki kinerja pasar yang lebih baik. Klapper dan Love (2002) menemukan adanya hubungan positif antara CG dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan return on assets (ROA) dan Tobin s Q. Black, dkk. (2003) memberikan bukti bahwa CG merupakan faktor penting dalam menjelaskan nilai perusahaan-perusahaan publik di Korea. Sunarto (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa apabila GCG tercapai, maka kinerja saham perusahaan tersebut akan semakin meningkat. Deni Darmawati, dkk. (2004) membuktikan bahwa CG mempengaruhi kinerja operasi perusahaan, namun tidak mempengaruhi kinerja pasar secara statistik, hal ini mungkin dikarenakan respon pasar terhadap implementasi CG tidak bisa secara langsung (immediate), akan tetapi membutuhkan waktu. Titik Aryati dan Nindhita Gita Mediyanti (2005) berhasil menemukan perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang dihitung dengan return on equity (ROE) dan earnings per share (EPS) antara perusahaan yang sudah mematuhi peraturan mengenai GCG dengan perusahaan yang belum mematuhinya; namun penelitian ini tidak berhasil menemukan perbedaan kinerja keuangan dengan return on asset (ROA) antara perusahaan yang sudah mematuhi peraturan mengenai GCG dengan perusahaan yang belum mematuhinya. Hamonangan Siallagan (2006) menyatakan bahwa mekanisme CG yang terdiri dari kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komite audit secara statistik berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hamonangan Siallagan (2007) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa mekanisme CG yang terdiri dari kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komite audit mempengaruhi kualitas laba. Beberapa penelitian yang mengindikasikan belum berhasilnya penerapan CG di Indonesia antara lain hasil penelitian H. Sri Sulistyanto dan Linggar Y. Nugraheni (2002) yang menguji apakah penerapan prinsip CG dapat menekan manipulasi laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan yang listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan manipulasi sebelum dan sesudah adanya kewajiban untuk menerapkan prinsip CG tersebut. Penelitian Sekar Mayangsari dan Murtanto (2002) yang menguji apakah pengumuman pembentukan komite audit sebagai komponen penting dalam CG di Indonesia direspon oleh pasar. Hasilnya membuktikan adanya reaksi pasar yang positif terhadap pengumuman tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pengumuman tersebut mempunyai kandungan informasi yang menarik minat investor di pasar. H. Sri Sulistyanto (2003) menguji apakah pengumuman pemberian Annual Report Award (ARA) kepada perusahaan yang dinilai telah menerapkan prinsip CG dengan baik juga menarik minat pasar, di mana minat pasar ini merefleksikan kepercayaan masyarakat bahwa konsep CG akan meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders. Hasil 13

14 pengujiannya membuktikan bahwa lima hari setelah pengumuman pemberian Annual Report Award (ARA) secara signifikan pasar merespon publikasi tersebut. Hal ini merefleksikan kepercayaan masyarakat terhadap konsep CG yang melandasi penghargaan tersebut. Teguh S. Pambudi (2008) menyatakan bahwa adalah keliru bahwa menerapkan GCG akan langsung mengantarkan perusahaan pada kinerja yang bagus. GCG yang tertuang dalam proses, sistem dan struktur yang berjalan tertib, pada hakikatnya memang fondasi operasional perusahaan yang prudent dengan pengelolaan kebijakan yang penuh kehati-hatian. Hal itu ibaratnya hanya separuh tiket. Untuk menjadi perusahaan yang unggul, penerapan GCG saja belumlah memadai, butuh separuh tiket lain untuk menjadi perusahaan yang hebat. Di atas fondasi bernama GCG, perusahaan tetaplah memerlukan inovasi dan kreativitas untuk menaklukkan pasar. Dewan komisaris dan direksi wajib hukumnya menerapkan lima prinsip GCG, akan tetapi, untuk tumbuh sehat dan kuat, untuk terciptanya operational excellence, daya kreativitas dan inovasi, harus terus dipupuk bila ingin tumbuh berkelanjutan. Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Corporate Governance Perception Index (CGPI) Pengumuman CGPI diduga mempunyai kandungan informasi yang dapat mempengaruhi reaksi pasar. Reaksi pasar tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham perusahaan bersangkutan yang diukur dengan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya suatu pengumuman yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar. Dengan adanya pemeringkatan CG berupa CGPI ini, kita bisa menduga bahwa perusahaan yang menduduki peringkat sepuluh besar akan lebih baik dibandingkan perusahaan yang menduduki peringkat non sepuluh besar. Dikatakan demikian karena perusahaan yang menduduki peringkat sepuluh besar mempunyai tata kelola perusahaan (corporate governance) yang lebih baik dibandingkan perusahaan yang menduduki peringkat non sepuluh besar, sehingga memungkinkan adanya reaksi pasar yang berbeda antara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI. Reaksi pasar tidak hanya ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham yang tercermin dari abnormal return, tetapi juga ditunjukkan dengan adanya perubahan aktivitas perdagangan yang tercermin dari volume perdagangan saham perusahaan yang bersangkutan. Volume perdagangan saham merupakan tindakan atau perdagangan investor secara individual. Peningkatan atau penurunan volume perdagangan saham merupakan minat investor terhadap saham perusahaan yang bersangkutan. Volume perdagangan saham dapat diukur dengan Trading Volume Activity (TVA). 14

15 TVA dapat digunakan untuk melihat apakah investor secara individual menilai informasi CGPI yang berupa pemeringkatan ini sebagai sinyal positif atau negatif untuk membuat keputusan perdagangan saham. Apabila investor mengartikan sebagai sinyal positif atas informasi CGPI tersebut, maka permintaan saham akan lebih tinggi daripada penawaran saham sehingga volume perdagangan akan meningkat. Sebaliknya, apabila muncul sinyal negatif atas informasi CGPI, maka tingkat permintaan saham yang terjadi akan lebih rendah dibandingkan tingkat penawaran saham, sehingga volume perdagangan saham mengalami penurunan. Beaver (1968) dalam Luciana Spica Almilia dan Lailul Sifa (2006) menyatakan bahwa suatu laporan yang diumumkan memiliki kandungan informasi, apabila jumlah lembar saham yang diperdagangkan menjadi lebih besar ketika earnings diumumkan. Jadi, kita bisa menduga bahwa aktivitas perdagangan yang tercermin pada volume perdagangan saham yang bersangkutan pada perusahaan yang menduduki peringkat sepuluh besar akan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang menduduki peringkat non sepuluh besar. Penelitian mengenai CG di Indonesia telah beberapa kali dilakukan antara lain penelitian yang dilakukan Zaenal Arifin (2003). Penelitian ini mengambil event study pengumuman earnings perusahaan yang masuk dalam Corporate Governance Perception Index (CGPI). Dengan menggunakan data return saham, penelitian ini ingin mengetahui kandungan informasi atas pengumuman earnings dan volume transaksi perdagangan saham pada perusahaan yang baik CG-nya dan yang kurang baik CG-nya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan informasi yang diukur oleh abnormal return atas pengumuman earnings oleh perusahaan yang baik CG-nya tidak secara signifikan lebih tinggi daripada perusahaan yang kurang baik CG-nya; sedangkan dilihat dari volume perdagangan, pengumuman earnings oleh perusahaan yang baik CG-nya secara signifikan lebih rendah dibandingkan perusahaan yang kurang baik CG-nya. Penelitian Luciana Spica Almilia dan Lailul L. Sifa (2006) yang menguji reaksi pasar terhadap publikasi Corporate Governance Perception Index (CGPI) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta menunjukkan bahwa pengumuman CGPI pada perusahaan yang masuk dan tidak masuk sepuluh besar CGPI direaksi oleh pasar yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang signifikan di sekitar tanggal pengumuman dan tidak terdapat perbedaan abnormal return dan volume perdagangan yang signifikan pada saat pengumuman CGPI antara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI. Berdasarkan teoritis yang ada dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H1a: Terdapat perbedaan abnormal return antara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI di seputar tanggal pengumuman CGPI. 15

16 H1b: Terdapat perbedaan volume perdagangan saham antara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI di seputar tanggal pengumuman CGPI. METODA PENELITIAN Disain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian event study dengan pengujian hipotesis. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada perusahaan yang mendapat CGPI (dalam majalah SWA) pada perusahaan-perusahaan yang mengikuti survei penerapan corporate governance di perusahaan tahun Identifikasi Variabel Berdasarkan perumusan masalah dan hipotesis yang ada, maka variabelvariabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Abnormal return yang terjadi di seputar tanggal pengumuman CGPI pada perusahaan-perusahaan yang mengikuti survei penerapan corporate governance tahun Volume perdagangan saham yang terjadi di seputar tanggal pengumuman CGPI pada perusahaan-perusahaan yang mengikuti survei penerapan corporate governance tahun Tanggal pengumuman CGPI pada perusahaan-perusahaan yang mengikuti survei penerapan corporate governance tahun CGPI 2004 diumumkan pada tanggal 28 April 2005, CGPI 2005 diumumkan pada tanggal 11 Desember 2006, dan CGPI 2006 diumumkan pada tanggal 9 Januari Definisi Operasional Variabel Untuk menghindari ketidakjelasan makna variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini, maka diberikan pengertian dari variabel-variabel yang akan digunakan sebagai berikut: a. Abnormal return adalah selisih return sesungguhnya (actual return) dengan return yang diharapkan (expected return). Abnormal return digunakan untuk melihat harga saham pada periode jendela (event window) untuk masingmasing hari di seputar tanggal peristiwa. Abnormal return dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Jogiyanto H., 2003:434): RTN R E R ] i, t i, t [ i, t Dimana: RTNi,t = return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada 16

17 periode peristiwa ke-t. E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus: ( P ) it Pit 1 Rit Pit 1 Dimana: Rit = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode ke-t. Pit = harga saham pada periode ke-t. Pit-1 = harga saham satu periode sebelumnya. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Untuk menghitung expected return dalam penelitian ini digunakan mean adjusted model. Mean adjusted model dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: E[ Ri, t ] T Dimana: E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. Ri,j = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j. T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2. b. Volume perdagangan saham adalah jumlah saham yang diperdagangkan dalam satu hari perdagangan. Untuk menghitung volume perdagangan dapat menggunakan persamaan sebagai berikut: saham perusahaan yang diperdagangkan pada waktu t TVA i,t = saham perusahaan yang beredar pada waktu t Dimana: TVAi,t = perubahan volume perdagangan sekuritas ke-i pada periode t. Setelah Trading Volume Activity (TVA) untuk masing-masing saham diketahui, kemudian dihitung rata-rata volume perdagangan untuk masingmasing sampel secara keseluruhan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: XTVA n i 1 n t 2 j t1 TVAi Rij Dimana: 17

18 X TVA = rata-rata volume perdagangan saham. TVAi = aktivitas volume perdagangan saham pada periode i. n = jumlah sampel. c. Tanggal pengumuman CGPI , yaitu tanggal pengumuman CGPI di media massa pada perusahaan-perusahaan yang mengikuti survei penerapan corporate governance tahun Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Data Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang mendapatkan CGPI (dalam majalah SWA). Dari populasi diambil sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu suatu pengambilan sampel dimana peneliti menggunakan pertimbangannya sendiri dengan maksud untuk memenuhi tujuan dari penelitian. Untuk itu adapun kriteria yang dilakukan dalam pengambilan sampel sebagai berikut: 1. Perusahaan yang mengikuti survei penerapan corporate governance di tahun Perusahaan yang mengikuti survei penerapan corporate governance harus terdaftar di BEI sebagai Perusahaan Terbuka (Tbk). 3. Perusahaan yang dijadikan sampel dikelompokkan menjadi 2, yaitu perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI. Dari 73 perusahaan yang bersedia disurvei oleh majalah SWA dan IICG dari tahun , ada 19 perusahaan yang tidak memenuhi kriteria di atas dengan perincian 12 perusahaan BUMN dan 7 perusahaan yang harga sahamnya tidak tercantum dalam sehingga sampel yang diteliti tinggal 54 perusahaan. Setelah ditemukan sampel penelitian sejumlah 54 perusahaan, kemudian perusahaan tersebut dikelompokkan ke dalam kelompok sepuluh besar dan non sepuluh besar. Dari klasifikasi tersebut didapat bahwa dari tahun yang masuk sepuluh besar ada 27 perusahaan dan yang non sepuluh besar ada 27 perusahaan (Lampiran 1). Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yang terdiri dari: 1. Data harga penutupan saham (closing price) harian untuk menghitung return actual perusahaan maupun expected return tahun Volume perdagangan saham harian perusahaan dan jumlah saham yang beredar untuk menghitung TVA tahun Data tanggal publikasi CGPI Data ini digunakan sebagi event date terhadap penelitian yang akan digunakan. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari dan majalah SWA tahun

19 Metoda Pengumpulan Data Metoda pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metoda dokumentasi. Metoda dokumentasi, yaitu metoda pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat data dari laporan-laporan, catatan dan arsip-arsip yang ada di beberapa sumber seperti perpustakaan, internet, majalah SWA, dan sumber-sumber lain yang relevan dengan data yang dibutuhkan. Teknik Analisis Data Tahap-tahap menganalisis data dalam penelitian ini adalah: 1. Mengindentifikasi tanggal pengumuman CGPI. Untuk mempermudah pembahasan maka tanggal pengumuman CGPI diidentifikasikan sebagai hari ke nol (t=0). 2. Menentukan event window (periode pengamatan) pengukuran reaksi pasar dari pengumuman CGPI. Event window (periode pengamatan) yang digunakan t-5 sampai t+5. Periode pengamatan yang digunakan adalah +/- 5 hari karena untuk melihat apakah pengumuman CGPI itu direspon oleh pasar beberapa hari sebelum pengumuman CGPI dan untuk menghindari adanya peristiwa lain di sekitar tanggal pengumuman CGPI tersebut, maka periode pengamatan yang dipilih sebaiknya tidaklah terlalu lama. 3. Melakukan analisis deskriptif. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang diolah menurut perhitungan dalam variabel penelitian sehingga dapat memberikan penjelasan atau gambaran mengenai kondisi perusahaan. 4. Melakukan pengujian hipotesis. 5. Pembahasan. Melakukan pembahasan untuk membandingkan hasil penelitian dengan teoriteori dan penelitian terdahulu sehingga didapat suatu kesimpulan akhir dari penelitian yang dilakukan. Prosedur Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji t (t-test). Adapun tahapan-tahapan pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Menentukan formulasi hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1): H 0 : 1 0, artinya tidak terdapat perbedaan abnormal return antara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI di sekitar tanggal pengumuman CGPI. H1 a : 1 a 0, artinya terdapat perbedaan abnormal return antara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI di seputar tanggal pengumuman CGPI. 19

20 H 0 : 1 0, artinya tidak terdapat perbedaan volume perdagangan saham antara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI di seputar tanggal pengumuman CGPI. H1 b : 1b 0, artinya terdapat perbedaan volume perdagangan saham antara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI di seputar tanggal pengumuman CGPI. 2. Tingkat signifikansi ditentukan sebesar = 5%. 3. Menentukan kriteria pengujian: Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak. Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima. 4. Kesimpulan Jika H0 ditolak dan H1a diterima (lihat no.1), artinya terdapat perbedaan abnormal return antara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI di seputar tanggal pengumuman CGPI. Begitu juga, jika H0 ditolak dan H1b diterima (lihat no.1), artinya terdapat perbedaan volume perdagangan saham antara perusahaan yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar CGPI di seputar tanggal pengumuman CGPI. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Setelah semua data diperoleh, yang pertama dilakukan adalah menghitung abnormal return yang masuk sepuluh besar dan non sepuluh besar. Nilai abnormal return berasal dari selisih antara return sesungguhnya yang terjadi (return realisasi) dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). Return realisasi dihitung selama 11 hari periode pengamatan (t-5 sampai dengan t+5) dengan menggunakan Microsoft Excel dari data harga penutupan saham harian (closing price). Setelah return realisasi diketahui, maka untuk menghitung expected return digunakan mean adjusted model, dimana nilai expected return selama periode jendela bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Setelah didapat hasil return realisasi dan expected return, maka abnormal return dapat dihitung dengan cara mengurangkan return realisasi saham perusahaan ke-i pada hari ke-t dengan expected return yang sudah dihitung sebelumnya. Langkah kedua yang dilakukan adalah menghitung Trading Volume Activity (TVA) sepuluh besar dan non sepuluh besar untuk melihat pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar dengan cara membagi jumlah saham yang diperdagangkan pada hari ke-t dengan jumlah saham yang beredar untuk masingmasing perusahaan di hari ke-t. Secara ringkas, rata-rata abnormal return dan Trading Volume Activity (TVA) sepuluh besar dan non sepuluh besar selama periode pengamatan dapat dilihat dalam 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Hartono (2014:623), studi peristiwa (event study) merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Hartono (2014:623), studi peristiwa (event study) merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Event Study Menurut Hartono (2014:623), studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan keputusan investasi di pasar modal membutuhkan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan keputusan investasi di pasar modal membutuhkan analisis terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembuatan keputusan investasi di pasar modal membutuhkan analisis terhadap berbagai faktor. Analisis tersebut meliputi faktor-faktor fundamental ekonomi seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah program riset dan pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. CGPI

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 48 BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Regresi Skor CG terhadap ROE 4.1.1 Hasil Pengolahan Data Dengan menggunakan data yang tersedia dari berbagai sumber yang relevan, pengolahan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. munculnya kasus Enron, Worldcom, Parmalat, dan Tyco. Perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. munculnya kasus Enron, Worldcom, Parmalat, dan Tyco. Perusahaan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Good Corporate Governance (GCG) menarik perhatian dunia ketika munculnya kasus Enron, Worldcom, Parmalat, dan Tyco. Perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai pihak dalam perusahaan yang menentukan antara arah dan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah riset dan pemeringkatan penerapan Konsep Corporate Governance (CG) pada perusahaan publik dan BUMN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

REAKSI PASAR ATAS PENGUMUMAN CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

REAKSI PASAR ATAS PENGUMUMAN CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN REAKSI PASAR ATAS PENGUMUMAN CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012-2015 ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian

Lebih terperinci

Oleh: Inayah B

Oleh: Inayah B ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini good corporate governance (GCG) telah menjadi salah satu pilar dalam sistem ekonomi pasar. Ia berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan oleh perusahaan adalah Good Corporate Governance (GCG),

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan oleh perusahaan adalah Good Corporate Governance (GCG), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor maupun calon investor dalam mengambil keputusan. Dibutuhkan informasi yang lengkap, akurat serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri yang semakin maju menimbulkan berbagai dampak bagi lingkungan dan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah efek negatif. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Corporate

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Corporate social responsibility

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis pengaruh..., Sri Mulyati, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis pengaruh..., Sri Mulyati, FE UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal, investor melakukan analisis terhadap berbagai faktor. Analisis tersebut meliputi faktor-faktor fundamental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menarik. Isu mengenai corporate governance ini mulai mengemuka,

BAB I PENDAHULUAN. yang menarik. Isu mengenai corporate governance ini mulai mengemuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate governance telah menjadi topik pembicaraan dan penelitian yang menarik. Isu mengenai corporate governance ini mulai mengemuka, khususnya di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Good Corporate Governance. Good Corporate Governance. yang berpartisipasi dalam pengelolaan dan kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Good Corporate Governance. Good Corporate Governance. yang berpartisipasi dalam pengelolaan dan kinerja perusahaan. BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Dewasa ini perusahaan dituntut untuk melakukan perbaikan tata kelola guna meningkatkan kepercayaan investor baik domestik maupun asing yang disebut dengan Good Corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia dan negara-negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia dan negara-negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setelah Indonesia dan negara-negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1987, isu mengenai good corporate governance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial di Asia Timur dan Asia Tenggara tahun 1997, bangkrutnya

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial di Asia Timur dan Asia Tenggara tahun 1997, bangkrutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis finansial di Asia Timur dan Asia Tenggara tahun 1997, bangkrutnya Enron dan WorldCom, serta krisis subprime mortgage di Amerika Serikat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 membuat perekonomian nasional menjadi buruk. Pada pertengahan tahun 1998, bursa ditinggalkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta memaksimalkan kekayaan pemegang saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Salah satu dasar teori yang dapat digunakan untuk memahami konsep tentang corporate governance adalah teori keagenan, karena pada dasarnya teori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam perekonomian terutama

BAB II KAJIAN TEORI. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam perekonomian terutama BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pasar modal mempunyai peranan penting dalam perekonomian terutama dalam pengalokasian dana masyarakat. Menurut Jogiyanto (2008), pasar modal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama 12 tahun terakhir, isu mengenai corporate governance menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Selama 12 tahun terakhir, isu mengenai corporate governance menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama 12 tahun terakhir, isu mengenai corporate governance menjadi populer seiring dengan munculnya kasus besar yang meruntuhkan perusahaanperusahaan besar di Amerika.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Penerapan corporate governance pada industri perbankan memerlukan perhatian tersendiri, karena karakter dan kompleksitas industri perbankan berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corpossrate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia perekonomian, pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Good Corporate Governance Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate Governance in IndonesialFCGl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Pernyataan

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya

Lebih terperinci

PERBEDAAN REAKSI PASAR TERHADAP PUBLIKASI CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX PADA PERUSAHAAN TOP 10 DAN NON TOP 10 (Berdasarkan Survey IICG)

PERBEDAAN REAKSI PASAR TERHADAP PUBLIKASI CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX PADA PERUSAHAAN TOP 10 DAN NON TOP 10 (Berdasarkan Survey IICG) PERBEDAAN REAKSI PASAR TERHADAP PUBLIKASI CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX PADA PERUSAHAAN TOP 10 DAN NON TOP 10 (Berdasarkan Survey IICG) Azhari S dan Yenita Ernas Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan dan pengelolaan Corporate Governance merupakan sebuah konsep

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan dan pengelolaan Corporate Governance merupakan sebuah konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penerapan dan pengelolaan Corporate Governance merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan letter of intent (LOI) yang ditandatangani oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan letter of intent (LOI) yang ditandatangani oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan letter of intent (LOI) yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) pada tahun 1998, yang mencantumkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat perekonomian di Indonesi menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat perekonomian di Indonesi menjadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 membuat perekonomian di Indonesi menjadi terpuruk. Pada tahun 1998, Indonesia dianggap sebagai negara

Lebih terperinci

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI Hasil Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG di BCA Hasil penilaian sendiri (self assessment) pelaksanaan Good Corporate Governance pada Semester I dan Semester II tahun 2016 dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada perusahaan korporasi yang relatif besar umumnya terdapat pemisahan fungsi pemilikan dan pengelolaan perusahaan. Pemegang saham mengalami kesulitan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami perubahan menciptakan arus persaingan yang semakin ketat dan kondisi keuangan yang tidak menentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan negara lain seperti lemahnya hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena krisis finansial Asia 1997-1998. Krisis finansial yang melanda Indonesia ini dipandang sebagai akibat lemahnya praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba pada tingkat yang diinginkannya. Angka profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba pada tingkat yang diinginkannya. Angka profitabilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kondisi perekonomian negara Indonesia saat ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kondisi perekonomian negara Indonesia saat ini telah mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian negara Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan dan perbaikan setelah masa krisis ekonomi global tahun 1998. Perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat penting artinya, karena tujuan dalam mendirikan sebuah perusahaan selain untuk

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KUALITAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KUALITAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KUALITAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Kasus pada Perusahaan Publik Non-perbankan dan Jasa Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham, namun juga kepada Stakeholders

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham, namun juga kepada Stakeholders 1. Jawaban Forum Makanisme dan pelaksanaan Good Corporate Governance akan sangat bermanfaat dalam mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua Stakeholders,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Electronic Library (ICaMEL). Populasi dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) diasumsikan menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti

Lebih terperinci

REAKSI PASAR ATAS PENGUMUMAN CORPORATE GORVERNANCE PERCEPTION INDEX (Studi Peristiwa di Bursa Efek Indonesia)

REAKSI PASAR ATAS PENGUMUMAN CORPORATE GORVERNANCE PERCEPTION INDEX (Studi Peristiwa di Bursa Efek Indonesia) 1 REAKSI PASAR ATAS PENGUMUMAN CORPORATE GORVERNANCE PERCEPTION INDEX (Studi Peristiwa di Bursa Efek Indonesia) I GDE ARY WIRAJAYA Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ABSTRACT Corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan investasi yang sudah dikeluarkan dapat diperoleh kembali dengan. Perusahaan dapat memberikan return yang tinggi kepada

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan investasi yang sudah dikeluarkan dapat diperoleh kembali dengan. Perusahaan dapat memberikan return yang tinggi kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal merupakan salah satu faktor penting yang diperlukan perusahaan untuk membiayai operasional perusahaan. Kebutuhan modal perusahaan dapat dipenuhi dari sumber internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good corporate governance (selanjutnya disingkat GCG), dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Good corporate governance (selanjutnya disingkat GCG), dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good corporate governance (selanjutnya disingkat GCG), dalam Bahasa Indonesia sering dikaitkan dengan istilah tata kelola perusahaan. Menurut Sugiyanto (2011),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate governance saat ini merupakan kebutuhan vital bagi seluruh pelaku bisnis dan menjadi tuntutan bagi masyarakat dengan adanya corporate governance ini diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan adalah kebutuhan yang sangat diperlukan oleh investor di pasar modal untuk pengambilan keputusan apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan sekarang ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Setiap tahun perusahaan menerbitkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pihakpihak eksternal seperti : investor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Corporate Govenance muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aktivitas bisnis merupakan masalah kompleks yang sedang hangat dibicarakan di tengah-tengah usaha pemerintah untuk mengembalikan kestabilan dunia perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, isu mengenai Good Corporate Governance (GCG) mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, isu mengenai Good Corporate Governance (GCG) mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, isu mengenai Good Corporate Governance (GCG) mulai menjadi perhatian ketika Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, tuntutan terhadap paradigma Good Governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakan lagi. Istilah Good Governance sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Investasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu investasi kepemilikan (saham) dan surat hutang (obligasi). Investor dalam membuat keputusan investasi membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi Perekonomian yang saat ini masih belum pulih akibat terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, dimana perusahaan-perusahaan yang mendominasi dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitan ini, peneliti merujuk pada penelitian sebelumnya yang bermanfaat untuk dijadikan sebagai pembanding. Penelitian yang dijadikan rujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya akan dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance framework). Kerangka tersebut dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkepentingan terhadap pengelolaan perusahaan (Farid dan Kautsar

BAB I PENDAHULUAN. yang berkepentingan terhadap pengelolaan perusahaan (Farid dan Kautsar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate governance menjadi topik pembicaraan maupun penelitian yang menarik. Corporate governance sendiri merupakan tata kelola perusahaan yang menguraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi. ekonomi, sosial, budaya maupun politik mempengaruhi kondisi dunia bisnis dan persaingan yang timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kemampuan atau kinerja perusahaan dalam menghasilkan return di. strategi bisnis agar terhindar dari kebangkrutan.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kemampuan atau kinerja perusahaan dalam menghasilkan return di. strategi bisnis agar terhindar dari kebangkrutan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya tujuan para investor menginvestasikan modalnya adalah untuk memperoleh return atas modal yang mereka investasikan. Oleh karena itu, para investor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Good Corporate Governance (GCG) pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Good Corporate Governance (GCG) pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Definisi Good Corporate Governance Good Corporate Governance (GCG) pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee pada tahun 1992 yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Efisiensi Pasar Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2010:219). No one

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) sesungguhnya telah lama dikenal di

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) sesungguhnya telah lama dikenal di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep Good Corporate Governance (GCG) sesungguhnya telah lama dikenal di negara-negara maju, seperti Eropa dan Amerika, dengan adanya pemisahan antara pemilik

Lebih terperinci

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magisster Akuntasi www.mercubuana.ac.id The System and Structure of GCG Dosen Pengampu : Mochammad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang disebut dengan corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata kelola pada perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus terus meningkatkan eksistensinya agar dapat bertahan. Perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. harus terus meningkatkan eksistensinya agar dapat bertahan. Perusahaan dituntut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kompetisi persaingan global yang kian meningkat membuat perusahaan harus terus meningkatkan eksistensinya agar dapat bertahan. Perusahaan dituntut untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Proses penjualan saham ke masyarakat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu corporate governance muncul sebagai solusi terhadap konflik yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Isu corporate governance muncul sebagai solusi terhadap konflik yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Isu corporate governance muncul sebagai solusi terhadap konflik yang terjadi antara pemilik perusahaan dengan manajemen perusahaan, yang biasa disebut agency

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Secara logika, perusahaan yang baik harus mempunyai sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suad Husnan, (2005:3) mendefinisikan bahwa pasar modal sebagai pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suad Husnan, (2005:3) mendefinisikan bahwa pasar modal sebagai pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal Menurut Suad Husnan, (2005:3) mendefinisikan bahwa pasar modal sebagai pasar untuk berbagi instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang terjadi di berbagai pelosok dunia termasuk di Amerika Serikat dan khususnya di Indonesia, dipercaya merupakan akibat dari tidak diterapkannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang

BAB 1 PENDAHULUAN. kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Tujuan yang kedua adalah ingin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Hendrianto (2012) Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Hendrianto (2012) Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sinyal Menurut Hendrianto (2012) Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukkan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

BAB.I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. periode (Mulyadi,2001).Menurut Helfert (1996) Kinerja perusahaan adalah hasil

BAB.I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. periode (Mulyadi,2001).Menurut Helfert (1996) Kinerja perusahaan adalah hasil BAB.I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Perusahaan-perusahaan yang berhasil dan memiliki kinerja bagus mengerti bagaimana beradaptasi dengan pasar yang berubah secara berkesinambungan. Peningkatan tekanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Agency Theory Agency theory menjelaskan permasalahan yang mungkin timbul ketika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan kinerja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau memaksimalkan kekayaan pemegang

Lebih terperinci