TINDAKAN SUCTION. Pengertian :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINDAKAN SUCTION. Pengertian :"

Transkripsi

1 TINDAKAN SUCTION Pengertian : Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri. Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal. Tujuan : 1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas 2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk 3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa. Prinsip: Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring, trakeal dan bronki. Komplikasi: a. Hipoksia b. Trauma jaringan c. Meningkatkan resiko infeksi d. Stimulasi vagal dan bronkospasm Kriteria : a. Kelengkapan alat penghisap lender dengan ukuran slang yang tepat b. Menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu klien c. Menggunkan slang penghisap lendir yang lembut d. Penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan intermitten e. Observasi tanda-tanda vital Indikasai : 1. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret dengan mengeluarkan atau menelan 2. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai terdengar suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara crakels atau ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya mucus pada alat bantu nafas. 3. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret oral Persiapan : a. Lingkungan - Penjelasan pada kleuarga - Pasang skerem/ tabir - Pencahayaan yang baik

2 b. Klien - Penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan - Atur posisi klien : Klien sadar : posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi (oral suction) dan posisi fowler dengan leher ekstensi (nasal suction) Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral menghadap pelaksana tindakan (oral/nasal suction) c. Alat alat 1. Regulator vakum set 2. Kateter penghiap steril sesuai ukuran 3. Air steril/ normal salin 4. Hanscoon steril 5. Pelumas larut dalam air 6. Selimut/ handuk 7. Masker wajah 8. Tong spatel k/p Pelaksanaan : A. Fase orientasi 1. Salam terapeutik 2. Evaluasi/ validasi 3. Kontrak Fase kerja I. Suction Orofaringeal Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi tidak mampu mengeluarkan sekresi dengan mencairkan sputum atau menelannya. Prosedur digunakan setelah klien batuk. 1.Siapkan peralatan disamping tempat tidur klien 2. Cuci tangan dan memakai sarung tangan 3. Mengatur posisi klien (perhatikan keadaan umum klien) 4. Pasang handuk pada bantal atau di bawah dagu klien 5. Pilih tekanan dan tipe unit vakum yang tepat 6. Tuangkan air steril/ normal salin dalam wadah steril 7. Ambungkan kateter penghisap steril ke regulator vakum 8. Ukur jarak antara daun telinga dan ujung hidung klien 9. Basahi ujung kateter dengan larutan steril 10. Penghisapan, masukkan ke satu sisi mulut klien dan arahkan ke orofaring dengan perlahan 11. Sumbat port penghisap dengan ibu jari. Dengan perlahan rotasi kateter saat menariknya, tidak boleh lebih dari 15 detik. 12. Bilas kateter dengan larutan steril. Bila klien tidak mengalami disteress pernafasan, istirahat detik, sebelum memasukkan ulang kateter. 13. Bila diperlukan penghisapan ulang, ulang langkah Bila klien mampu minta untuk nafas dalam dan batuk efektif diantara penghisapan.

3 15. Hisap secret pada mulut atau bawah lidah setelah penghisapan orofaringeal. 16. Buang kateter penghisap bersamaan dengn pelepasan hanscoon 17. Cuci tangan II. Suction ETT 1. Kaji adanya tanda dan gejala yang mengindikasikan gejala adanya sekresi jalan nafas bagian atas 2. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan 3. Persiapkan alat dan bahan 4. Tutup pintu atau tarik gorden 5. Berikan pasien posisi yang benar 6. Tempatkan handuk di atas bantal atau di bawah dagu klien 7. Pilih tipe tekanan pengisap yang tepat untuk klien. Misalnya tekanan mmhg untuk dewasa, mmhg untuk anak-anak, dan untuk bayi. 8. Cuci tangan 9.1. Untuk pengisapan dengan kateter yankauer a. Kenakan sarung tangan bersih b. Hubungkan satu ujung selang penghubung dengan mesin pengisap dan ujung lain dengan kateter pengisap yankauer. Isi mangkuk dengna air. c. Periksa apakah peralatan berfungsi dengan baik dengan mengisap sejumlah air dari mangkuk d. Pindahkan masker oksigen jika terpasang e. Masukkan kateter ke dalam mulut sepanjang garis gusi ke faring. Gerakkan kateter mengelilingi lubang mulut sampai sekresi terangkat. f. Dorong klien untuk batuk. Angkat masker oksigen g. Bersihkan kateter dengan air di dalam mangkuk atau Waskom sampai selang penghubung bersih dari sekresi. Matikan pengisap. h. Kaji kembali status pernafasan klien i. Angkat handuk, letakkan di kantong kotor untuk dicuci. Lepaskan sarung tangan dan buang di wadah. j. Reposisikan klien, posisi sims mendorong drainase dan harus digunakan jika klien mengalami penurunan tingkat kesadaran. k. Buang air yang tersisa ke dalam wadah yang tersedia l. Tempatkan selang penghubung di daerah kering dan bersih m. Cuci tangan III. Suction tracheostomy a. Nyalakan peralatan pengisap dan atur regulator vakum pada tekanan negative yang sesuai b. Jika diindikasikan tingkatkan oksigen tambahan sampai 100% atau sesuai program dokter c. Gunakan peralatan pengisap dengan membuka bungkusan dengan tetap menjaga kesterilan pengisap tersebut. d. Buka pelumas. Tekan dalam bungkusan kateter steril yang terbuka tersebut tanpa menyentuh bungkusannya. e. Kenakan masker dan pelindung mata f. Kenakan sarung tangan steril pada kedua tangan atau kenakan sarung

4 tangan bersih pada tangan tidak dominan dan sarung tangan steril pada tangan dominan. g. Angkat kateter pengisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh permukaaan yang tidak steril. Angkat selang penghubung dengan tangan tidak dominan. Masukkan kateter ke dalam selang. h. Periksa apakah peralatan berfungi dengan baik dengan mengisap sejumlah normal saline dari Waskom i. Lumasi 6-8 cm kateter distal dengna pelumas larut air j. Angkat peralatan pemberian oksigen, jika terpasang dengan tangan tidak dominan. Tanpa melakukan pengisapan, dengan perlahan tetapi cepat, insersikan kateter dengan ibu jari dan jari telunjuk dominan ke dalam hidung dengan gerakan sedikit mirimg ke arah bawah atau melalui mulut saat klien menghirup nafas. k. Lakukan pengisapan secara intermitten sampai selam 10 detik dengan meletakkan dan mengangkat ibu jari tidak dominan dari lubang ventilasi kateter sambil memutarnya ke dalam dan keluar di antara ibu jari dan jari telunjuk dominan. l. Bilas kateter dengan selang penghubung dengan normal saline sampai bersih.\ Fase Terminasi 1. Evaluasi terhadap tindakan yanmg telah dilakukan 2. Rencana tindak lanjut 3. Kontrak yang akan datang Pendokumentasian : Pengkajian sebelum dan sesudah suction, ukuran kateter, lama tindakan, secret (warna,bau,jumlah dan konsistensi), toleransi klien terhadap tindakan yang dilakukan. suction A. Pengertian Suatu cara untuk mengeluarkan secret dari saluran nafas dengan menggunakan suction kateter yang dimasukkan melalui hidung atau rongga mulut kedalam pharyng atau trachea. Penghisapan lendir digunakan bila klien mampu batuk secara efektif teapi tidak mampu membersihkan sekret dengan mengeluarkan atau menelan. Tindakan penghisapan lendir juga tepat pada klien yang kurang responsif atau, yang mmerlukan pembuangan sekret oral. B. Tujuan 1. Untuk memelihara saluran nafas tetap bersih.

5 2. Untuk mengeluarkan sekret dari pasien yang tidak mampu mengeluarkan sendiri. 3. Diharapkan suplay oksigen terpenuhi dengan jalan nafas yang adekuat C. Indikasi 1. Pasien yang pita suaranya tidak dapat tertutup. 2. Pasien yang koma. 3. Pasien yang tidak bias batuk karena kelumpuhan dari otot pernafasan. 4. Bayi atau anak dibawah umur 2 tahun. 5. Pasien yang secretnya sangat banyak dan kental, dimana dia sendiri sulit untuk mengeluarkannya. D. Kontra Indikasi 1. Pasien dengan stridor. 2. Pasien dengan kekurangan cairan cerebro spinal. 3. Pulmonary oedem. 4. Post pneumonectomy, ophagotomy yang baru. E. Alat yang Digunakan 1. Penghisap pertebel atau yang terpasang di dinding deengan selang penghubung 2. Kateter steril Fr 3. Air steril atau normal saline 4. Sarung tangan steril 5. Pelumas larut air 6. Handuk mandi atau selimut yang melindungi klien atau baju klien 7. Masker wajah dan kasa steril 8. Pinset anatomis 9. Cairan desenfektan untuk mencuci kateter steril 10. Spatel F. Prosedur Tindakan dan Rasional no Langkah - langkah Rasional 1 Siapkan peralatan di samping tempat Memungkinkan kelancaran dalam tidur pelaksanaan prosedur tanpa gangguan.

6 2 Cuci tangan dan pakai sarung tangan. 3 Jelaskan pada klien bagaimana prosedur akan membantu membersihkan jalan nafas dan mnghilangkan beberapa masalah pernapasannya. Jelaskan bahwa batuk, bersin, atau menelan adalah normal. 4 Posisikan klien dengan tepat: - bila sadar dengan refleks gag berfungsi baringkan klien pada posisi semi Fowler s dengan kepala miring ke satu sisi untuk penghisapan oral. Baringkan klien pada posisi Fowler s dengan leher ekstensi untuk penghisapan nasal -Bila sadar-baringkan klien pada posisi lateral menghadap pada anda untuk penghisapan oral atau nasal. 5 Tempatkan handuk pada bantal atau dibawah dagu klien 6 Pilih tekanan dan tipe unit penghisap yang tepat. Untuk semua unit penghisap adalah mm Hg pada orang dewasa, mm Hg. Pada anak-anak, atau mm Hg pada bayi. 7 Tuangkan air steril atau normal salin kedalam wadah yang steril. 8 Kenakan sarung tangan steril pada tangan dominan anda. Mengurangi transmisi mikroorganisme Refleks gag mencegah aspirasi isi gastrointestinal. Posisi ke satu sisi atau hiperektensi lehermeningkatkan insersi perlahan kateter kedalam orofaring atau nasofaring secara berurutan. Mencegah lidah klien menghadap jalan nafas, meningkatkan drainase sekret pulmonal, dan mencegah aspirasiisi gastrointestinal. Mencegah linen tempat tidur atau baju tidur basah akibat dari sekret. Handuk dapat di buang, mengurangi penyebaran bakteri. Menjamin tekanan negatif yang aman sesuai dengan usia klien. Tekanan negatif yang berlebihan dapat mencetuskan cedera muklosa Diperlukan untuk melumasi kateter guna mengurangi friksi dan meningkatkan pasase lembut. Mempertahankan asepsis saat kateter dimasukan kedalam mulut

7 9 Gunakan tangan yang telah menggunakan sarung tangan, sambungkan katerter ke mesin penghisap 10 Perkirakan jarak antara daun telinga klien dan ujung hidung dan letakan ibu jari dan jari telunjuk dari tangan yang telah menggunakan sarung tangan. 11 Basahi ujung kateter dengan larutan steril. Pasang penghisap dengan ujungnya terletak dalam larutan. 12 Penghisap. -Orofaringeal dengan perlahan masukan kateter ke dalam satu sisi mulut klaen dan arahkan ke orofaring.jangan lakukan penghisapan selama pemasangan. -nasofaringeal-dengan perlahan masukan kateter kesalah satu lubang hidung. Arahkan kearah medial sepanjang dasar rongga hidung. Jangan dorong paksa kateter. Bila lubang hidung yang satu tidak paten, coba hidung yang lain. Jangan lakukan penghisapan selama pemasangan. 13 Sumbat port penghisap dengan ibujari anda. Dengan perlahan rotasi kateter saat anda menariknya. atau hidung klien. Mempertahankan sterilisasi -Jarak ini menjamin bahwa kateter penghisap akan tetap pada region faringeal. Insersi kateter pada titik ini menempatkan katetert di trakea. -Pembasahan ujung kateter mengurangi friksi dan memudahkan pemasangan. Pemasangan.Penghisap pada kateter berada dalam larutan seteril menjamin bahwa peralatan penghisap berfungsi sebelum kateter di masukan. Mengindari turbinasi nasal oleh kateter dan masuk lebih mudah kedalam nasofaring. Resiko trauma pada mukosa oral dan nasal selama pemasangan kateter dikurangi. Sumbatan pada port pnghisap mengaktifkan tekanan penghisap. Penghisap dilakukan secara

8 Keseluruhan proses prosedur tidak boleh dari 15 detik. intermiten saat kateter di tarik. Rotasi mngangkat sekret dari permukaan jalan nafas dan mncegah trauma dari tekanan penghisap pada satu area. CATATAN: penghisapan juga mumbuang udara. Suplay oksigen klien dapat sangat berkurang bila prosedur berlangsung lebih dari 15 detik. 14 bilas kateter dengan larutan steril Membuang sekret dari kateter dengan meletakannya dalam larutan melumasinya untukpenghisapan dan lakukan penghisapan. brikutnya. 15 Bila klien tidak mengalami distres Memunkinkan kesempatan klien pernapasan, biarkan ia istirahat untuk meningkatkan masukan selama detik sebelum oksigennya. memasukan ulang kateter. 16 Bil klien mampu, minta ia untuk bernapas dalam dan batuk diantara penghisapan. Meningkatkan mobillitas sekret ke jalan napas atas, tempat sekret dapat diangkat dengan kateter. Bila klien mampu untuk batuk secara produktif, penghisapan selanjutnya tidak diperlukan sepanjang jalan nafas bersih pada auskultasi. 17 bila diperlukan penghisapan ulang, ulangi langkah Apabila nadi dan pernapasan sudah normal. Dewasa normal nadi: /menit dan pernapasan:18-25 /menit 18 Hisap sekret pada mulut atau di Mempertahankan aseptis steril. Mulut bawah lidah setelah pnghisapan harus dihisap setelah area steril telah orofaring atau nasofaring. di hisap secara keseluruhan. 19 Buang kateter dengan Mengurangi penyebaran bakteri dari membungkusnya dalam tangan anda kateter penghisap. yang menggunakan sarung dan lepaskan sarung untuk membungkus kateter. 20 Siapkan peralatan untuk penghisapan Memberikan kesiapan akses untuk

9 berikutnya. peralatan penghisap, khusunya bila klien mengalami distres pernapasan. 21 Cuci tangan Agar tidak kena infeksi 22 Catat pada catatan perawat jumlah, konsistensi, warna dan bau sekret, serta respon klien terhadap prosedur. Mendokumentasikan bahwa prosedur telah dilaksanakan.. Pengertian Nebulizer Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik. 1. Tujuan pemberian Nebulizer Untuk mengurangi sesak pada penderita asma, untuk mengencerkan dahak, bronkospasme berkurang/ menghilang. 3. obat-obat Nebulizer: 1. Pulmicort: kombinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan saluran napas 1. Nacl : mengencerkan dahak 2. Bisolvon cair : mengencerkan dahak 3. Atroven : melonggarkan saluran napas 4. Berotex : melonggarkan saluran napas 5. Inflamid :untuk anti radang 6. Combiven : kombinasi untuk melonggarkan saluran napas 7. Meptin : melonggarkan saluran napas. Kombinasi yang dianjurkan: * Bisolvon-Berotec-Nacl * Pulmicort-Nacl * Combivent-Nacl * Atroven-Bisolvon-Nacl 2. Indikasi dan kontraindikasi Nebulizer: * Indikasi Nebulizer: Untuk penderita asma, sesak napas kronik, batuk, pilek, dan gangguan saluran pernapasan. * Kontraindikasi Nebulizer: Pada penderita trakeotomi, pada fraktur didaerah hidung. 5. Macam-macam Nebulizer:

10 * Nebulizer mini Adalah alat genggam yang menyemburkan medikasi atau agens pelembab, seperti agans bronkodilator atau mukolitik menjadi partikel mikroskopik dan mengirimkannya kedalam paruparu ketika pasien menghirup napas. * Nebulizer nebulizer jet-aerosol menggunakan gas bawah tekanan * Nebulizer ultrasonik menggunakan getaran frekuensi-tinggi untuk memecah air atau obat menjadi tetesan atau partikel halus. 6. Cara pemberian Nebulizer a. Persiapan alat : 1) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter, humidifier 2) Masker Nebulizer 3) Obat yang akan diberikan 4) Spuit 2 cc (sesuai dengan jumlah obat yang diberikan) 5) Alat tulis b. Persiapan pasien : * Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan o Menyiapkan lingkungan yang aman untuk klien dan memasang sampiran c. Langkah- langkah : * Memberi posisi yang nyaman pada klien * Mengontrol flowmeter dan humidifier o Mencuci tangan + Menyambungkan masker nebulizer dengan tabung oksigen k/p dengan selang penghubung o Mengontrol apakah selang dan masker berfungsi dengan baik + Menghisap obat sesuai instruksi medik dan memasukkannya ke dalam tabung masker nebulizer o Memasang masker sesuai wajah klien o Mengalirkan oksigen sesuai indikasi medik o Mengevaluasi respon klien (pola napas) o Merapihkan pasien o Cuci tangan

11 o Dokumentasi - Jenis obat dan jumlah liter oksigen yang diberikan - Waktu pemberian - Reaksi pasien d. Sikap * Teliti * Sabar * Hati-hati * Tanggap terhadap reaksi pasien

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian Pengertian Suction adalah : Tindakan menghisap lendir melalui hidung dan atau mulut. Kebijakan : Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir, mengeluarkan lendir, melonggarkan jalan nafas.

Lebih terperinci

Penghisapan Orofaringeal dan Nasofaringeal

Penghisapan Orofaringeal dan Nasofaringeal Penghisapan Orofaringeal dan Nasofaringeal Penghisapan orofaringeal atau nasofaringeal digunakan bila klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret dengan mengeluarkan atau menelan.

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD Sebelum melakukan percobaan, praktikan menonton video tentang suction orofaringeal dan perawatan WSD. Station 1:

Lebih terperinci

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE TUJUAN: Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa mampu melakukan pemasangan pipa lambung/ngt. Tujuan pemasangan pipa lambung adalah Dekompresi lambung Mengambil sekret lambung

Lebih terperinci

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen A. Pengertian Oksigen Oksigen adalah suatu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel secara normal yang diperoleh dengan cara menghirup

Lebih terperinci

6. Botol kecil steril untuk bahan pemeriksaan steril

6. Botol kecil steril untuk bahan pemeriksaan steril Prosedur Pemasangan Kateter Urin Ditulis pada Senin, 15 Februari 2016 00:50 WIB oleh fatima dalam katergori Kebutuhan Dasar tag KDM, Kateter, Eliminasi Uri http://fales.co/blog/prosedur-pemasangan-kateter-urin.html

Lebih terperinci

ἓ Devi Retno Sari ἓ Dini Widoretno ἓ Ika Rizky Apriyanti ἓ Mifta Rizka Ifani ἓ Nasril ἓ Nine Sofaria ἓ Sarah Maravega ἓ Wahyu Purwati Kelompok 3

ἓ Devi Retno Sari ἓ Dini Widoretno ἓ Ika Rizky Apriyanti ἓ Mifta Rizka Ifani ἓ Nasril ἓ Nine Sofaria ἓ Sarah Maravega ἓ Wahyu Purwati Kelompok 3 ἓ Devi Retno Sari ἓ Dini Widoretno ἓ Ika Rizky Apriyanti ἓ Mifta Rizka Ifani ἓ Nasril ἓ Nine Sofaria ἓ Sarah Maravega ἓ Wahyu Purwati Kelompok 3 Pendahulan Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan MAKALAH BATUK EFEKTIF 1. Batuk Efektif 1.1 Pengertian Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal.

Lebih terperinci

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN KOESIONER

PETUNJUK PENGISIAN KOESIONER PETUNJUK PENGISIAN Berilah Tanda Ceklist ( ) pada jawaban 1,2,3,4,5 pada kolom yang tersedia. 1= Sangat Tidak Setuju (STS) 2 = Tidak Setuju (TS) 3 = Kurang Setuju (KS) 4 = Setuju (S) 5 = Sangat Setuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai masa keemasan (golden period), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa

Lebih terperinci

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya .1 PRINSIP PENGOBATAN

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISA TINDAKAN SUCTION MELALUI OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA)

LAPORAN ANALISA TINDAKAN SUCTION MELALUI OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA) LAPORAN ANALISA TINDAKAN SUCTION MELALUI OROPHARYNGEAL AIRWAY (OPA) Project ini dikumpulkan untuk memenuhi tugas praktek klinik keperawatan Kegewadaruratan di Rumah Sakit Dr. M. Ashari Pemalang Oleh: Destini

Lebih terperinci

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) SUCTION VIA ETT (ENDOTRACHEAL TUBE)

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) SUCTION VIA ETT (ENDOTRACHEAL TUBE) SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) SUCTION VIA ETT (ENDOTRACHEAL TUBE) OLEH : KELOMPOK 1 TINGKAT III REGULER 2 1. ADERIA DAMAYANTI (13200041) 2. AHMAD SONI SAPUTRA (13200042) 3. AMZEIN MEGIAN (13200043)

Lebih terperinci

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR Status Revisi : 00 Halaman : 1 dari 6 Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Ka. Laboratorium Gugus Kendali Mutu Ka. Prodi Pengertian : Usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian

Lebih terperinci

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine.

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. MEMASANG KATETER A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. B. TUJUAN 1. Menghilangkan distensi kandung kemih. 2. Sebagai penatalaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ICU atau Intensive Care Unit merupakan pelayanan keperawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cidera dengan penyulit yang mengancam

Lebih terperinci

Skala Jawaban I. KUISIONER A : DATA DEMOGRAFI

Skala Jawaban I. KUISIONER A : DATA DEMOGRAFI 70 Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, PELATIHAN, KOMPETENSI DAN KINERJA PERAWAT DI RUANG PERAWATAN INTENSIF RS. GRHA KEDOYA JAKARTA ==========================================================

Lebih terperinci

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan

Lebih terperinci

PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK INHALASI OKSIGEN. A. Pengertian Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan

PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK INHALASI OKSIGEN. A. Pengertian Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK INHALASI OKSIGEN A. Pengertian Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan B. Tujuan KANUL 1. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relative rendah saat kebutuhan

Lebih terperinci

ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB. SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten

ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB. SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten Pendahuluan Endotracheal Tube (ETT) adalah sejenis alat yang digunakan di dunia

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ILMU DASAR KEPERAWATAN II Disusun Oleh Kelompok SDL 1 S1 / 1B 1. Ardiana Nungki A 101.0008 2. Desi Artika R 101.0018 3. Diah Rustanti 101.0022 4. Diyan Maulid 101.0026 5.

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1 TERAPI OKSIGEN Oleh : Tim ICU-RSWS juliana/icu course/2009 1 Definisi Memberikan oksigen (aliran gas) lebih dari 20 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah meningkat

Lebih terperinci

PEMASANGAN DAN PERAWATAN PASIEN DENGAN OROPHARYNGEAL TUBE. A. Pengertian Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara

PEMASANGAN DAN PERAWATAN PASIEN DENGAN OROPHARYNGEAL TUBE. A. Pengertian Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara PEMASANGAN DAN PERAWATAN PASIEN DENGAN OROPHARYNGEAL TUBE A. Pengertian Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara mulut dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial merupakan konstributor penting pada morbiditas dan mortalitas.

Lebih terperinci

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011 LAMPIRAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 2 Jl. Wates Km 5.5 Gamping, Sleman-55294 Telp 0274 6499706 Fax. 6499727 No Dokumen : Kep. 032/II/2011 MEMASANG INFUS No Revisi : 0 Halaman : 37 / 106 STANDAR

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri

Lebih terperinci

Teknik pemberian obat melalui:

Teknik pemberian obat melalui: Teknik pemberian obat melalui: Oral Inhalasi Mata Rektum Vagina Non-parenteral - 2 Menyiapkan dan memberikan obat untuk pasien melalui mulut dan selanjutnya ditelan. Tujuan: Memberikan obat kepada pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasien yang di rawat disini adalah pasien-pasien yang berpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasien yang di rawat disini adalah pasien-pasien yang berpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang intensif merupakan salah satu unit pelayanan rumah sakit dimana pasien yang di rawat disini adalah pasien-pasien yang berpenyakit kritis dan membutuhkan pelayanan

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost TUJUAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal) Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK Penyusun : Jastro Situmorang, S.Kep, Ns Elfrida Nainggolan, SKM AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE PROVINSI SUMATERA UTARA BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

Lebih terperinci

NURSING CARE PLAN. Respiratory status : Airway patency setelah perawatan selama niminal 3x24 jam, pasien menunjukkan :

NURSING CARE PLAN. Respiratory status : Airway patency setelah perawatan selama niminal 3x24 jam, pasien menunjukkan : NURSING CARE PLAN No Hari/Tgl Dx Kep. NOC NIC 1 Senin, 16 Juni Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebih Respiratory status : Airway patency setelah perawatan selama

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN. di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN. di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG Oleh: PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) RUANG 26 Lt.2 UNIT STROKE RSUD Dr.SAIFUL

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) A. Definisi Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara rutin. Perawatan

Lebih terperinci

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Nama : Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : 19720826 200212 1 002 Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Mata Kuliah : Kep. Gawat Darurat Topik : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kegawatan

Lebih terperinci

KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO. Kriteria Waktu Setelah. Strategi Pembelajaran. 1.

KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO. Kriteria Waktu Setelah. Strategi Pembelajaran. 1. KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO Nama Mahasiswa NIM Nama Pembimbing Topik Sub Topik Ruang : DANDI HERMAWANSA : 07011b007 : Puji Purwaningsih, S.Kep. Ns : Asuhan

Lebih terperinci

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian * Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991) * Pembuatan lubang sementara atau permanen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. WHO (1957) mendefinisikan sehat dengan suatu keadaaan sejahtera sempurna. merawat kesehatan (Adisasmito, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. WHO (1957) mendefinisikan sehat dengan suatu keadaaan sejahtera sempurna. merawat kesehatan (Adisasmito, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (1957) mendefinisikan sehat dengan suatu keadaaan sejahtera sempurna dari fisik, mental, dan social yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit dan kelemahan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN No Set : Bedah 1 ( K.1 ) Nama Tanggal Inst. Observer Stase Tandatangan FORMAT PEAN ANAMNESA RIWAYAT HIPERTHIROI NO ASPEK YANG I BOBOT YA TIAK A B FASE ORIENTASI 1 Memberi salam/menyapa klien 2 Memperkenalkan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK 87 SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK Di Sususn oleh : Vella Dolo Rosa ( 20160305011 ) PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:

BAB 4 METODE PENELITIAN. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut: BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain eksperimental. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut: Kelompok I : chlorhexidine

Lebih terperinci

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal PERSALINAN NORMAL 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat KEGIATAN I. MELIHAT

Lebih terperinci

SOP Tanda Tanda Vital

SOP Tanda Tanda Vital SOP Tanda Tanda Vital N o I II III Aspek yang Dinilai Ya Tidak PERSIAPAN ALAT 1. Termometer dalam tempatnya (axila, oral, rektal) 2. Tiga buah botol berisi larutan sabun, desinfektan, dan air bersih 3.

Lebih terperinci

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) Sistem utama tubuh manusia Sistem Pernapasan Sistem Peredaran Darah Mati Mati klinis Pada saat pemeriksaan penderita tidak menemukan adanya fungsi sistem perdarahan

Lebih terperinci

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN

MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN 2015 A K A D E M I K E B I D A N A N G R I Y A H U S A D A S U R A B A Y A KETERAMPILAN KLINIK INJEKSI I. DISKRIPSI MODUL Pendahuluan Tujuan Metode Penuntun

Lebih terperinci

Membantu Bayi Bernapas. Buku Kerja Peserta

Membantu Bayi Bernapas. Buku Kerja Peserta Membantu Bayi Bernapas Buku Kerja Peserta 1 2 Untuk mereka yang merawat bayi pada saat kelahiran Membantu Bayi Bernapas mengajarkan kepada penolong persalinan untuk merawat bayi pada saat kelahiran. -

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi Rinitis Alergi (RA) menurut ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) merupakan reaksi inflamasi pada mukosa hidung akibat reaksi hipersensitivitas

Lebih terperinci

AGAR OBAT MEMBERIKAN MANFAAT DAN KEAMANAN BAGI ANDA

AGAR OBAT MEMBERIKAN MANFAAT DAN KEAMANAN BAGI ANDA DAGU SIBU AGAR OBAT MEMBERIKAN MANFAAT DAN KEAMANAN BAGI ANDA INGATLAH... DA GU SI BU Kami Para Apoteker siap membantu masyarakat DAPATKAN OBAT DENGAN BENAR GUNAKAN OBAT DENGAN BENAR SIMPAN OBAT DENGAN

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi No. Langkah/Kegiatan 1. Persiapan Lakukan konseling dan lengkapi persetujuan tindakan medis. 2. Persiapkan alat,

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH 1. Luka bersih Luka operasi yang tidak terinfeksi, dimana tidak ditemukan adanya inflamasi dan tidak ada infeksi saluran pernafasan, pencernaan, dan urogenital.

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG

BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG 14.41 No comments BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN A. PENGERTIAN Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang

Lebih terperinci

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernafas spontan? Apakah Anda

Lebih terperinci

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Susunan Peneliti Peneliti a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring b. Pangkat/Gol/NIP : --------------- c. Jabatan Fungsional : ----- d. Fakultas : Kedokteran e. Perguruan Tinggi : Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Sasaran : 1. Umum : Keluarga pasien ISPA 2. Khusus: Pasien ISPA Hari/Tanggal : Jumat, 24 Januari 2014 Waktu : Pukul 9.30 10.00

Lebih terperinci

Kebutuhan cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit Kebutuhan cairan dan elektrolit Cairan adalah suatu kebutuhan pokok dan sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan. Bila tubuh kehilangan cairan dalam jumlah yang besar maka akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk mengurangi sesak nafas pada pasien asma di ruang IGD Rumah Sakit Roemani Semarang tanggal

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 30 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Airway Management Menurut ATLS (Advance Trauma Life Support) (2008), Airway manajemen merupakan hal yang terpenting dalam resusitasi dan membutuhkan keterampilan yang khusus

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hiperoksigenasi 1. Definisi Hiperoksigenasi adalah teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi (100%) yang bertujuan untuk menghindari hipoksemi akibat penghisapan lendir

Lebih terperinci

MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN

MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA SURABAYA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN TAHUN 2013 i KATA PENGANTAR Dengan memanjadkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

INGATLAH... DA GU SI BU. Kami Para Apoteker siap membantu masyarakat

INGATLAH... DA GU SI BU. Kami Para Apoteker siap membantu masyarakat INGATLAH... DA GU SI BU Kami Para Apoteker siap membantu masyarakat DAPATKAN OBAT DENGAN BENAR SIMPAN OBAT DENGAN BENAR GUNAKAN OBAT DENGAN BENAR BUANG OBAT DENGAN BENAR DAPATKAN OBAT DENGAN BENAR APOTIK

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Dept. Obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA GEJALA DAN TANDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada tonsil atau yang biasanya dikenal masyarakat amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak- anak usia 5 sampai 11 tahun. Data rekam medis RSUD

Lebih terperinci

Blok Gastroenterohepatologi Manual Keterampilan Prosedur Enema

Blok Gastroenterohepatologi Manual Keterampilan Prosedur Enema Blok Gastroenterohepatologi Manual Keterampilan Prosedur Enema Ibrahim Labeda Nurhaya Nurdin Asty Amalia Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2015 PROSEDUR ENEMA/HUKNAH I. TUJUAN Setelah pelatihan

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamu alaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas USU. Saya sedang

Lebih terperinci

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) Tahapan-tahapan BHD tindakan BHD dilakukan secara berurutan dimulai dengan penilaian dan dilanjutkan dengan tindakan. urutan tahapan BHD adalah

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat inisaya sedang

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat inisaya sedang 54 Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Saya yang bernama Frana Citra Simanungkalit adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan. Saat inisaya sedang melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi Pedoman Acuan Ringkas Ucapan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kepatuhan 2.1.1 Defenisi Kepatuhan Kepatuhan perawat profesional adalah sejauh mana perilaku seorang perawat sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan perawat

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Prosedur Tetap Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Langsa Tahun 212 Saya adalah mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Jumlah bagian air = (% larutan konsentrat : % larutan yang diinginkan)- 1 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Tema : Teknik nafas dalam dan batuk efektif Sasaran : 6 orang pasien dengan gangguan sistem pernafasan dan keluarga yang menemani pasien selama dirawat. Hari/tanggal : Selasa/8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu dikembangkan di Indonesia. Berbagai pemberian pelayanan keperawatan intensif bertujuan

Lebih terperinci

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim Flu adalah suatu infeksi saluran pernapasan atas. Orang dengan daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

Laporan Kasus. Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder

Laporan Kasus. Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder Laporan Kasus Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder Martin Leman, Zubaedah Thabrany, Yulino Amrie RS Paru Dr. M. Goenawan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH Oleh: MEITY MASITHA ANGGRAINI KESUMA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2 Sistem Respirasi Manusia Sistem Respirasi Manusia Isilah bernapas, seringkali diarikan dengan respirasi, walaupun secara hariah sebenarnya kedua isilah tersebut berbeda. Pernapasan

Lebih terperinci

Prinsip terapi inhalasi

Prinsip terapi inhalasi TERAPI INHALASI ASMA BRONKIAL Asma adalah penyakit yang ditandai dengan penyempitan saluran pernapasan, sehingga pasien yang mengalami keluhan sesak napas/kesulitan bernapas. Tingkat keparahan asma ditentukan

Lebih terperinci

PEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI.

PEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI. PEMINDAHAN PASIEN Adalah pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap yang dilaksanakan atas perintah dokter jaga di IGD, yang ditulis dalam surat perintah mondok/ dirawat, setelah mendapatkan persetujuan

Lebih terperinci

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Bronkitis pada Anak 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan

Lebih terperinci

LUKA BAKAR Halaman 1

LUKA BAKAR Halaman 1 LUKA BAKAR Halaman 1 1. LEPASKAN: Lepaskan pakaian/ perhiasan dari daerah yang terbakar. Pakaian yang masih panas dapat memperburuk luka bakar 2. BASUH: Letakkan daerah yang terbakar di bawah aliran air

Lebih terperinci

USER MANUAL M Last ref Nov 2015

USER MANUAL M Last ref Nov 2015 USER MANUAL M301 Last ref Nov 2015 www.advanceproduct.com 0804 1 98 98 98 Terima kasih telah membeli Power Relax. Mohon membaca dan memperhatikan buku manual ini tentang petunjuk keamanan sebelum menggunakan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Bronkitis adalah suatu penyakit yand ditandai oleh adanya inflamasi bronkus (Ngastiyah, 2003). Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu trachea dan

Lebih terperinci

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah SOP perawatan luka ganggren SOP Perawatan Luka Ganggren Tujuan perawatan gangren: - Mencegah meluasnya infeksi - Memberi rasa nyaman pada klien - Mengurangi nyeri - Meningkatkan proses penyembuhan luka

Lebih terperinci