PELAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY. Indra Puji Sukma Ikhsan Budi Riharjo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY. Indra Puji Sukma Ikhsan Budi Riharjo"

Transkripsi

1 Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 6, Nomor 10, Oktober 2017 ISSN : PELAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY Indra Puji Sukma Indrapujisukma@gmail.com Ikhsan Budi Riharjo Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research is meant to evaluate the presentation of government istitution performance accountability statement (LAKIP) and to measure the implementation of program and activity based on the Value for Money perspective. The research method has been done by using qualitative descriptive, this research applies secondary data and primary data. The data collection technique which has been applied in this research is interview and documentation. The result of the discussion and the analysis about the report of performance of government institution performance in Sukolilo district of Surabaya in 2016 shows that in realizing the performance accountability of the Sukolilo district of Surabaya has been generated by developedperformance assessment system by determining the economic performance to consider the budget (input) with budget realization. The effective performance when it is reviewed from the total output which has been generated to the input. The effective performance when it is reviewed from the output or outcome which has been succeeded in running the goals of the institution in achieving the expected program. Based on the performance measurement model which has been applied to measure the program implementation performance and activities which has been done by using economic, efficiency, and effectiveness can be used as standard of performance in the following periods. Even though, the performance statement of Sukolilo district of Surabaya has shown the achievement performance of economic, efficiency and effective in accordance with the expectation, nevertheless, the development of relevant performance statement modelby considering its relevancy to the goals of the program and the activities. Keywords: Accountability, Value for Money, Economic, Efficiency, Effectiveness. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penyajian laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) dan menilai pelaksanaan program dan kegiatan berdasarkan perspektif Value for Money. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan sumber data berupa data sekunder dan data primer. Hasil analisis dan pembahasan mengenai pelaporan kinerja intansi pemerintahpada Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tahun 2016 menunjukkan bahwa, dalam mewujudkan akuntabilitas kinerja kecamatan Sukolilo Surabaya, dihasilkan melalui sistem penilaian kinerja yang dikembangkan, dengan menentukan kinerja ekonomi untuk mempertimbangkan anggaran (input) dengan realisasi anggaran. Kinerja efisien terlihat dari jumlah realisasi output yang dihasilkan terhadap input. Kinerja efektif dilihat dari output maupun outcome yang telah berhasil dalam menjalankan tujuan instansi dalam mencapai program yang diharapkan. Berdasarkan model pengukuran kinerja yang digunakan untuk menilai kinerja pelaksanaan program dan kegiatan, dengan menggunakan ukuran ekonomis, efisiensi dan efektivitas dapat dijadikan tolak ukur kinerja pada periode berikutnya. Meskipun dengan laporan kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya sudah menunjukkan capaian kinerja ekonomis, efisien, dan efektif sesuai dengan yang diharapkan, namun demikian deperlukan pengembangan model pengukuran kinerja yang relevan, dengan mempertimbangkan relevansinya tujuan program dan kegiatan. Kata kunci: Akuntabilitas, Value for Money, Ekonomi, Efisien, Efektivitas

2 Pelaporan Kinerja Instansi... Sukma, Indra P. PENDAHULUAN Perkembangmanajemen pemerintah yang semakin tertata dengan berbagai sistem pengukuran kinerja untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa atau yang dikenal dengan istilah good governance. organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan yang baik kepada masyarakat, hal ini disebabkan oleh naiknya tingkat kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Bentuk respon kesadaran tersebut dibuktikan dengan mulai banyaknya aspirasi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas, selain itu juga memiliki standar mutu untuk mengukur keberhasilan kinerja. Dengan kata lain, kinerja instansi pemerintah kini lebih banyak mendapat sorotan dari masyarakat yang mulai mempertanyakan manfaatmanfaat atas pelayanan instansi pemerintah. Upaya ini juga didukung oleh banyak pihak baik pemerintah sendiri sebagai lembaga eksekutif, DPR sebagai lembaga legislatif, pers dan juga oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Menurut Soelendro (2000:13), unsur-unsur pokok upaya perwujudan good governance ini adalah transparency, fairness, responsibility dan accountability. Sedangkan Yunus (2000:1) berpendapat bahwa unsur-unsur good governance adalah tuntutan keterbukaan (transparency), peningkatan efisiensi di segala bidang (efficiency), tanggung jawab yang lebih jelas (responsibility) dan kewajaran (fairness). Hal ini muncul sebenarnya sebagai akibat dari perkembangan proses demokratisasi di berbagai bidang serta kemajuan profesionalisme. Dengan demikian pemerintah sebagai pelaku utama pelaksanaan good governance ini dituntut untuk memberikan pertanggungjawaban yang lebih transparan dan lebih akurat. Hal ini semakin penting untuk dilakukan dalam era reformasi ini melalui pemberdayaan peran lembaga-lembaga kontrol sebagai pengimbang kekuasaan pemerintah. Menurut Mardiasmo (2002:127), value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Halim (2007:335) memberikan pengertian value for money sebagai konsep pencarian dan penggunaan dana pemerintah daerah yang menerapkan prinsip 3E (ekonomis, efisien, dan efektif). Artinya, Pemerintah Daerah harus selalu memperhatikan tiap sen/rupiah dana (uang) yang diperoleh dan digunakan. Lebih lanjut, menurut Kumorotomo (2005:10), tolok ukur keberhasilan dari pelaksanaan anggaran kinerja adalah prestasi yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan dengan penggunaan dana yang efektif dan efisien. Berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah, mendorong penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih efisien, efektif dan bertanggungjawab. Sebagai organisasi sektor publik, pemerintah daerah dituntut agar memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan mendorong pemerintah agar senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungannya, dengan berupaya memberikan pelayanan terbaik secara transparan dan berkualitas serta adanya pembagian tugas yang baik pada pemerintahan tersebut. Sejalan dengan kewenangan yang diberikan dalam pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Peranan Pemerintah Daerah dalam menggali dan mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber penerimaan daerah akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat di daerah (Halim, 2007:22). Menurut Mardiasmo (2002:20) Akuntanbilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.beberapa instansi pemerintah telah menggunakan model pengukuran kinerja dengan menggunakan perspektif value for money. Beberapa instansi pemerintah telah menggunakan model pengukuran kinerja dengan menggunakan perspektif

3 Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 6, Nomor 10, Oktober 2017 ISSN : value for money. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kurrohman (2013) yang menyebutkan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten dan kota di Jawa Timur sebelum dan sesudah penerapan penganggaran berbasis kinerja menggunakan metode Value for Money menunjukkan adanya perbedaan sebelum dan sesudah penerapan penganggaran berbasis kinerja pada rasio ekonomi dan efisien, tetapi tidak ditemukan perbedaan sebelum dan sesudah penerapan penganggaran berbasis kinerja pada rasio efektif. Sedangkan penelitian dari Arfan (2014) menyebutkan bahwa kinerja Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta tahun telah menjalankan keseluruhan programnya dengan ekonomis, efisien, dan efektif namun terdapat satu program yang kurang efektif yaitu program Peningkatan Kesejahteraan Petani, karena pada pelaksanaannya capaian kinerja yang dihasilkan kurang maksimal yaitu sebesar 99,29%. Dengan memperhatikan kinerja instansi pemerintah yang sering menjadi sorotan masyarakat dan juga dampak yang diberikan Kecamatan Sukolilo terhadap kesejahteraan masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan sampai dengan beberapa kelurahan, maka penulis tertarik untuk mengemukakan masalah dalam mengukur kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya menggunakan perspektif Value for Money. Untuk melaksanakan fungsinya sebagai organisasi sektor publik Kecamatan Sukolilo dapat dilakukan dengan hasil pelaporan dan mengukur kinerja organisasi berdasarkan pedoman kinerja organisasi pemerintah sebagai alternatif pengukuran kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya. Permasalahan ini menjadi latar belakang, maka fokus kajian dalam penelitian ini adalah Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah dalam Perspektif Value For Money. Agar tidak meluas, ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan dengan mengukur kinerja pada Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya selama tahun 2016 yang berpedoman pada Peraturan PemerintahNo. 8 Tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah. TINJAUAN TEORETIS Organisasi Sektor Publik Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan strategi merupakan langkah awal oleh instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategi lokal, nasional, global dan tetap berada dalam tatanan sistem administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan pendekatan perencanaan strategi yang jelas dan sinergi, instansi pemerintah lebih dapat menyelaraskan visi dan misinya dengan potensi, peluang, dan kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan Akuntabilitas kinerjanya. Penulisan LAKIP Pemerintahan Kecamatan Sukolilo Tahun 2017 ini, berpedoman pada rencana kerja Kecamatan Sukolilo yang dijabarkan melalui Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan Sukolilo Tahun 2017 yang menggambarkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Program dan Kegiatan daerah. Menurut Bastian (2006:30) organisasi sektor publik adalah organisasi yang menggunakan dana masyrakat, seperti organisasi pemerintah pusat, daerah, parpol dan LSM, yayasan, pendidikan dan kesehatan serta organisasi tempat ibadah. Sedangkan menurut Mardiasmo (2002:25) istilah sektor publik dari sudut pandang ilmu ekonomi artinya suatu entitas yang aktifitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dalam pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dan hak publik. Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mahmudi (2007:12) Kinerja merupakan alat untuk menilai kesuksesan organisasi. Dalam konteks organisasi sektor publik, kesuksesan organisasi itu akan digunakan untuk mendapatkan legitimasi dan dukungan publik. Masyarakat akan menilai

4 Pelaporan Kinerja Instansi... Sukma, Indra P. kesuksesan organisasi sektor publik melalui kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan publik yang relatif murah dan berkualitas. Sedangkan menurut Mahsun (2006:25) adalah gambaran mengenai tingkatpencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya. Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson, 2002 dalam Mahsun, 2006:25). Tujuan Pengukuran sektor Publik Menurut Mardiasmo (2002:122) secara umum, tujuan sistem pengukuran kinerja adalah: (a) untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up), (b) untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi, (c) untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence, dan (d) sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional. Sedangkan tujuan dilakukan pengukuran kinerja di sektor publik menurut Mahmudi (2007:14) adalah: (a) Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi. Pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik digunakan untuk mengetahui ketercapaian tujuan organisasi. Penilaian kinerja berfungsi sebagai tonggak (milestone) yang menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan dan juga menunjukkan apakah organisasi berjalan sesuai arah atau menyimpang dari tujuan yang ditetapkan, (b) Menyediakan sarana pembelajaran pegawai. Pengukuran kinerja merupakan pendekatan sistematik dan terintegrasi untuk memperbaiki kinerja organisasi dalam rangka mencapai tujuan strategik organisasi dan mewujudkan visi dan misinya. Sistem pengukuran kinerja bertujuan untuk memperbaiki hasil dari usaha yang dilakukan oleh pegawai dengan mengaitkannya terhadap tujuan organisasi, (c) Memperbaiki kinerja periode berikutnya. Pengukuran kinerja dilakukan sebagai sarana pembelajaran untuk perbaikan kinerja dimasa yang akan datang. Penerapan sistem pengukuran kinerja dalam jangka panjang bertujuan untuk membentuk budaya berprestasi (achievement culture) di dalam organisasi, (d) Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan pemberian reward dan punishmen. Pengukuran kinerja bertujuan memberikan dasar sistematik bagi manajer untuk memberikan reward, misalkan kenaikan gaji, tunjangan, dan promosi, atau punishment, misalkan pemutusan kerja, penundaan promosi dan teguran, (e) Memotivasi pegawai. Pengukuran kinerja bertujuan meningkatkan motivasi pegawai. Dengan adanya pengukuran kinerja yang dihubungkan dengan manajemen kompensasi, maka pegawai yang bekinerja tinggi akan memperoleh reward. Reward tersebut memberikan motivasi pegawai untuk berkinerja lebih tinggi dengan harapan kinerja yang tinggi akan memperoleh kompensasi yang tinggi, (f) Menciptakan akuntabilitas pegawai. Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas publik. Pengukuran kinerja menunjukkan seberapa besar kinerja manjerial dicapai, seberapa bagus kinerja finansial organisasi, dan kinerja lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas.

5 Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 6, Nomor 10, Oktober 2017 ISSN : Manfaat Pengukuran Sektor Publik Sektor publik tidak lepas dari kepentingan umum sehingga pengukuran kinerja mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa berhasil misi sektor publik tersebut dapat dicapai penyedia jasa dan barang barang publik. Sementara dari perspektif internal organisasi, pengukuran kinerja juga sangat bermanfaat untuk membantu kegiatan manajerial keorganisasian. Berikut manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal organisasi sektor publik (BPKP, 2000 dalam Mahsun, 2006:33): (a) memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja, (b)memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati, (c) memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan skema kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja, (d) memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas kinerjayang dicapai setelah dibandingkan dengan skema indikator kinerjayang telah disepakati, (e) menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi, (f) mengindentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi, (g) membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah, (h) memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif, (i) menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan, (j) mengungkap permasalahan yang terjadi. Penilaian Kinerja Value For Money Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi. Value for money sendiri merupakan konsep yang penting dalam organisasi sektor publik. Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan kinerjanya. Konsep value for money terdiri atas tiga elemen utama, yaitu: (a) Ekonomi merupakan pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif, (b) Efisiensi merupakan pencapaian output yang maksimum dengan inputtertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan, (c) Efektivitas merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.dari uraian ketiga elemen tersebut, dapat disimpulkan bahwa: ekonomi terkait dengan input, efisiensi terkait dengan input dan output, dan efektivitas terkait dengan output dan tujuan. Menurut Mardiasmo (2002:4) Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya input paling kecil untuk mencapai output maksimum dalam rangka mencapai tujuan organisasi.kampanye implementasi konsep value for money pada organisasi sektor publik gencar dilakukan seiring dengan meningkatnya tuntutan akuntabilitas publik dan pelaksanaan good governance. Implementasi konsep value for money diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor publik. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Merujuk pada Peraturan Presiden Nomer 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SAKIP, adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Berdasarkan pada pasal 3 PP No. 29 tahun 2009 tentang penyelenggaraan SAKIP pada Kementerian Negara/Lembaga dilaksanakan oleh entitas

6 Pelaporan Kinerja Instansi... Sukma, Indra P. Akuntabilitas Kinerja secara berjenjang dengan tingkatan sebagai berikut: 1)Entitas Akuntabilitas Kinerja Satuan Kerja; 2) Entitas Akuntabilitas Kinerja Unit Organisasi; dan 3) Entitas Akuntabilitas Kinerja Kementerian Negara/Lembaga. Dalam pasal 5 PP No. 29 tahun 2009 penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) meliputi: 1) Rencana strategis; 2) Perjanjian Kinerja; 3) Pengukuran Kinerja; 4) Pengelolaan data Kinerja; 5) Pelaporan Kinerja; dan 6) Reviu dan evaluasi Kinerja. Aturan yang berkaitan dengan masalah pengukuran kinerja antara lain Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 tahun 2014 tentang petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara riviu atas laporan kinerja instansi pemerintah, peraturan tersebut dipergunakan sebagai pedoman bagi setiap instansi pemerintah dalam menyusun perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu atas laporan kinerja. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) LAKIP merupakan singkatan dari laporan akuntabilitas kinerja intansi pemerintah. LAKIP adalah sebuah laporan yang berisikan akuntabilitas dan kinerja suatu intansi pemerintah juga merupakan bentuk implementasi dari SAKIP. Dalam pelaporannya LAKIP harus menyajikan data dan informasi relevanbagi pembuat keputusan agar dapat mengintegrasikan keberhasilan dan kegagalan secara lebih luas dan mendalam. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu analisis tentang pencapaian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah secara keseluruhan. Analisis tersebut meliputi uraian keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan dan misi serta visi sebagaimana ditetapkan dalam rencana strategik. Dalam analisis ini perlu dijelaskan perkembangan kondisi pencapaian sasaran dan tujuan secara efisien dan efektif, sesuai kebijakan, program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan informasi/data yang diperoleh secara lengkap dan akurat, dan bila memungkinkan dilakukan pula evaluasi kebijakan untuk mengetahui ketepatan dan efektifitas baik kebijakan itu sendiri maupun sistem dan proses pelaksanaannya. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Objek Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metoda penelitian kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang menggunakan data berupa kalimat tertulis atau lisan, fenomena, perilaku, peristiwaperistiwa, pengetahuan dan objek studi yang dapat diamati oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif merupakan suatu jenis penyajian data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan memberikan gambaran sesuai dengan kenyataan atau pun fakta-fakta yang ada pada saat diadakan penelitian. Karakteristik penelitian kualitatif menurut Moleong (2002:4) adalah sebagai berikut: (a) Penelitian dilakukan pada latar belakang ilmiah atau konteks keseluruhan. Penulis melakukan penelitian pada Dinas Pendidikan Kota Surabaya, (b) Manusia sebagai alat, maksudnya manusia dikatagorikan sebagai pengumpul, pengolah, dan penganalisis data yang dibutuhkan dalam penulisan ilmiah, (c) Data yang akan dikumpulkan oleh peneliti data yang bersifat deskriptif. Profil organisasi dan data berbagai lainnya dikumpulkan untuk mendapatkan gambaran situasi dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya, (d) Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama dari pihak penulis dan pihak yang bersangkutan dalam penyusunan penulisan ilmiah ini. Sedangkan metode yang digunakan dalam pendekatan kualitatif, dan analisis deskriptif adalah jenis penyajian data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan memberikan gambaran sesuai dengan kenyataan ataupun fakta-fakta yang ada pada saat

7 Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 6, Nomor 10, Oktober 2017 ISSN : diadakan penelitian sesuai dengan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diteliti. Teknik Pengumpulan Data Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder sendiri menurut Indriantoro dan Supomo (2002:147) merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh secara langsung, yaitu dengan observasi langsung dan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah: (a) Survey Pendahuluan. Peneliti melakukan kunjungan awal pada objek penelitian untuk mengetahui gambaran secara umum objek penelitian serta situasi, kondisi, dan permasalahan yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini, (b) Survey Lapangan. Peneliti melakukan tinjauan langsung pada objek penelitian guna memperoleh data-data yang diperlukan dengan melakukan pengumpulan data melalui beberapa cara, seperti: Wawancara merupakan penggunaan teknik pengumpulan data dalam metode survey dengan menggunakan teknik tanya jawab secara lisan dan bertatap muka secara langsung dengan subjek penelitian dan dokumentasi yang merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memeriksa langsung pada dokumen, catatan tertulis, arsip-arsip, dan bukubuku yang berkaitan dengan masalah yang akan di teliti, seperti mengumpulkan data-data objek penelitian dari tempat objek penelitian berupa gambaran umum objek penelitian, profil perusahaan, meliputi gambaran umum perusahaan, sejarah singkat perusahaan, lokasi dan bentuk perusahaan, struktur organisasi serta visi dan misi perusahaan, laporan kinerja pada Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Satuan Kajian Penelitian deskriptif kualitatif perlu menjelaskan satuan kajian yang merupakan satuan terkecil objek penelitian yang diinginkan peneliti sebagai klasifikasi pengumpulan data serta memberikan gambaran sesuai dengan kenyataan ataupun fakta-fakta yang ada pada saat diadakan penelitian. Objek penelitian yang dibutuhkan: (a) Pengukuran Kinerja ditujukan untuk meningkatkan kinerja secara umum, dan dalam rangka mengukur tingkat keberhasilan suatu unit pemerintah diperlukan adanya suatu pengukuran kinerja yang dapat memberikan informasi kepada pengguna Laporan Kinerja. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya sebagai objek penelitian, dimana Kecamatan Sukolilo merasa kemajuan kota haruslah memberikan kemanfaatan sekaligus memberikan ruang bagi warga untuk berpartisipasi di dalamnya. Untuk itu, Pemerintah Kota telah mengagendakannya dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat. bentuk keseriusan Pemerintah Kota Surabaya mewujud pada pelibatan beberapa Satuan Kerja Pemerintahan Daerah (SKPD) dalam mengusahakan program-program pemberdayaan. Masing-masing memiliki program dengan jenis dan target yang berbeda. (b) Perspektif Value for Money yang mempunyai 3 elemen utama antara lain: pertama, Pengukuran Ekonomi. Ekonomi memiliki pengertian bahwa dalam memperoleh sumber daya (input) sebaiknya dengan harga yang lebih rendah (spending less) atau harga yang mendekati harga pasar. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Dalam penelitian ini pengukuran ekonomi dilakukan dengan membandingkan antara realisasi pengeluaran dengan anggaran pengeluaran. Suatu kinerja organisasi dikatakan ekonomis apabila realisasi anggaran lebih kecil daripada target anggaran dan dapat mencapai output (keluaran) sesuai dengan yang ditetapkan atau 100%. Kedua

8 Pelaporan Kinerja Instansi... Sukma, Indra P. Pengukuran Efisiensi.Efisiensi merupakan hubungan antara barang dan jasa (output) yang dihasilkan sebuah kegiatan atau aktivitas dengan menggunakan sumber daya (input) yang disediakan. Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut tetapi dalam bentuk relatif. Dalam pengukuran kinerja Value for Money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua yaitu efisiensi alokasi, efisiensi teknis atau manajerial. Efisiensi terkait dengan kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal. Efisiensi teknis atau manajerial terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output tertentu. Dengan keterangan output adalah keluaran yang dicapai dari suatu kegiatan atau program sedangkan Input adalah segala sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan suatukegiatan atau program. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar besarnya. Ketiga Pengukuran Efektivitas. Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Hal terpenting dalam efektivitas adalah efektivitas tidak menyatakan berapa besar biaya yang telah dikeluarkan dalam mencapai tujuan tertentu melainkan hanya melihat apakah suatu progam atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas diukur dengan membandingkan Outcome dengan Output. Suatu kinerja organisasi dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan yang ditetapkan melalui terlaksananya semua program atau kegiatan yang telah direncanakan. (c) Laporan Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan yang berisikan akuntabilitas dan kinerja dari suatu instansi pemerintah dan juga bentuk implementasi dari SAKIP. Regulasi atau peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penyusunan LAKIP terdapat dalam PP No. 8 tahun Dengan menggunakan regulasi yang ada diharapkan penyusunan LAKIP dapat disusun dengan benar, sehingga terwujud laporan akuntabilitas kinerjainstansi pemerintah yang akuntabel. Teknik Analisis Data Pendekatanyang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dengan analisis secara kualitatif. Metode kualitatif merupakan serangkaian observasi dimana setiap observasi yang terdapat pada sampel atau populasi tergolong pada salah satu dari kelaskelas yang ekslusif secara bersama-sama (mutual exclusive)dan kemungkinan tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka. Metode kualitatif pada penelitian ini dapat disimpulkan merupakan metode dengan pengumpulan data yang berwujud informasi tentang keterangan baik secara tertulis maupun lisan yang diperoleh dalam suatu pengamatan atau penelitian, yaitu mengenai laporan akuntabilitas kinerja intansi pemerintah (LAKIP) telah menunjukkan laporan kinerja yang akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam meningkatkan akuntabilitas pelayanan publik pada Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Kemudian dari data yang terkumpul tersebut diolah menjadi kalimat yang dapat menjelaskan suatu permasalahan, kemudian diperoleh hasil pengolahan data yang dibandingkan dengan teori yang ada, dimana teori tersebut menunjang pelaksanaan penelitian. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Bastian (2006:274) mengatakan dalam mengukur keberhasilan/kegagalan suatu organisasi, seluruh aktivitas organisasi tersebut harus dapat dicatat dan diukur. Pengukuran ini ini tidak hanya dilakukan pada input program, tetapi juga pada keluaran manfaat dari program tersebut.

9 Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 6, Nomor 10, Oktober 2017 ISSN : Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tidak terlepas dari Pemerintahan Kota Surabaya dalam upayanya menyajikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pihak Kecamatan Sukolilo menyampaikan bahwa setiap pengukuran yang mereka lakukan adalah melalui sistem yang sudah disediakan oleh Pemerintahan Kota Surabaya, yaitu e-performancedan pengukuran dari kecamatn sendiri dengan menggunakan tes kompetensi dan media komunikasi seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Camat. Akuntabilitas Kinerja dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Akuntabilitas menurut Salim (1991)berasal dari istilah dalam bahasa Inggris yaitu accountability, yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggungjawaban. Dalam pemenuhan tanggung jawab kepada pemberi amanah yaitu Wali Kota Surabaya, maka Kecamatan Sukolilo Surabaya menunjuk untuk menyusun LAKIP. Proses penyajian LAKIP mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan berpedoman pada Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintahmaka Kecamatan Sukolilo menyusun Laporan Kinerja yang disampaikan kepada Walikota Surabaya melalui Sekretaris Daerah. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan bentuk pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan guna mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun LAKIP pada Kecamatan Sukolilo Surabaya menyajikan analisis realisasi kinerja sasaran, sekaligus sebagai bahan untuk mengupayakan perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Akuntabilitas kinerja organisasi tidak terlepas dari evaluasi kinerja. Evaluasi kinerja merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan manajer publik dalam melaksanakan kegiatan dan fungsi yang diamanahkan kepadanya sebagaimana visi dan misi organisasi. Dengan demikian Laporan Kinerja yang telah disajikan, diharapkan adanya optimalisasi peran Kecamatan dalam peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kinerja seluruh jajaran di Kelurahan se-kecamatan Sukolilo pada tahun-tahun selanjutnya, sehingga mendukung kinerja Pemerintahan mewujudkan Good Governance dan Clean Government. Pengukuran Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Menggunakan Perspektif Value For Money Kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Ditinjau Dari Segi Efisiensi Efisiensi merupakan hubungan antara output berupa barang atau jasa yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Mahmudi (2007:89) mengatakan bahwa dalam organisasi sektor publik setiap pengeluaran perlu dibuat standar belanjanya sebagai bentuk standar biaya. Secara matematis, efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan input atau dengan istilah lain output per unit input. Dalam penelitian ini pengukuran efisiensi dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut: Efisiensi = output input X 100%

10 Pelaporan Kinerja Instansi... Sukma, Indra P. Maka berdasarkan Pelaksanaan yang berhubungan dengan aspek keuangan pada Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya dapat dilihat dalam gambaran pada realisasi anggaran tahun 2016 sebagaimana tertuang dalam tabel berikut: Tabel 1 Realisasi Anggaran Tahun 2016 NO PROGRAM KEGIATAN Penanggulangan Kemiskinan Daerah Otonom Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak Administrasi Kependudukan Pengelolaan Kebersihan Kota Perencanaan Pembangunan Daerah. Monitoring dan Pendataan Kemiskinan Pembinaan, Penyuluhan dan Optimalisasi Kecamatan Operasional Kelurahan Pendataan PMKS dan PSKS Pengawasan, Pengendalian dan Evaluasi Kegiatan Polisi Pamong Praja Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak Peningkatan Pelayanan Publik dalam Bidang Kependudukan Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Persampahan dan Lingkungan Penyelenggaraan Musrenbang RKPD Tingkat Kecamatan Sumber: LAKIP Kecamatan Sukolilo tahun 2016 ANGGARAN (RP) REALISASI (RP) % % % % % % % % % % Adapun belanja anggaran dan realisasi dari penataankelembagaan dan ketatalaksanaan yang kegiatannya operasional kelurahan terdiri dari 7 (Tujuh) Kelurahan:

11 Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 6, Nomor 10, Oktober 2017 ISSN : Tabel 2 Realisasi Anggaran Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Tahun 2016 NO. PROGRAM KEGIATAN ANGGARAN (RP) Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Operasional Kelurahan Keputih Operasional Kelurahan Gebang Putih Operasional Kelurahan Klampis Ngasem Operasional Kelurahan Menur Pumpungan Operasional Kelurahan Nginden Jangkungan Operasional Kelurahan Semolowaru Operasional Kelurahan Medokan Semampir Sumber: LAKIP Kecamatan Sukolilo tahun 2016 REALISASI (RP) % % % % % % % Dari kegiatan yang telah dilaksanakan, telah menyerap anggaran sebesar Rp ,- dari dana anggaran sebesar Rp ,- atau sebesar 88,65%. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output) dikali 100% untuk menghasilkan presentase pencapaian dari program yang telah dilaksanakan, pengukuran ini berdasarkan konsep velue for money. Suatu organisasi, program, atau dapat kegiatan dikatakan efisien apabila menghasilkan output tertentu dengan input serendah rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar besarnya. Dari hasil di atas, Jika ditinjau nilai efisiensi terlihat dari capaian atau realisasi dari indikator keluaran (output) yang dihasilkan dalam merealisasikan kegiatan operasi terhadap indikator masukan (input) yang digunakan. Tidak hanya dari pengelolaan anggaran dana saja yang efisien tapi dilihat dari pelaporan keuangan dan belanja sudah dimudahkan dengan e-delivery dan e-budgeting yang ada pada e-performance. Dapat diketahui bahwa kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya secara umum dapat dinilai efisien. Bastian (2006:280) menyebutkan bahwa dalam pengukuran rasio tidak bersifat absolut tetapi bersifat relatif dan rasio dapat diperbaiki dengan 4 cara, yaitu: (a) Meningkatkan output pada input %

12 Pelaporan Kinerja Instansi... Sukma, Indra P. yang sama, (b) Proporsi peningkatan output lebih besar dari proporsi peningkatan mutu, (c) Menurunkan input pada output yang sama, (d) Proporsi penurunan penggunaan input lebih besar dari proporsi penurunan output. Kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Ditinjau Dari Segi Ekonomis Ekonomis (hemat/tepat guna) sering disebut kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati-hati atau cermat (prudency) dan tidak ada pemborosan. Suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis jika dapat menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu. Dalam hal ini suatu organisasi sektor publik dapat dikatakan ekonomis dalam konsep value for money apabila organisasi tersebut dapat mengelola hubungan antara pasar dan masukan (cost of input). Jumlah anggaran tahun 2016 yang digunakan untuk mencapai kinerja sebesar Rp ,- dengan realisasi anggaran Rp ,- untuk Belanja Lansung tercapai 93.03% dan Tidak Langsung Rp ,-. dengan realisasi anggaran Rp ,- tercapai 96.76% Hal ini kegiatan Kecamatan Sukolilo Realisasi anggaran tercapai sebesar 95.19%. Menurut Hilton (2009) Biaya Langsung (Direct Cost) A cost that can be traced to a particular department is called a direct cost of a department Biaya langsung adalah biaya yang terjadi pada suatu segmen dan terjadinya karena adanya segmen tersebut. Biaya ini merupakan biaya yang dapat ditelusuri dengan jelas dan nyata ke bagian segmen tertentu yang akan dianalisa. Sedangkan Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) A cost that is t directly traceable to a particular department is called an indirect cost of the department. Biaya tidak Langsung adalah biaya yang tidak secara langsung berkaitan dengan segmen Contoh biaya tidak langsung adalah gaji dan eksekutif perusahaan. Dari hasil diatas, perkembangan pengukuran ekonomis Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya tahun 2016 berada pada katagori ekonomis, karena jika ditinjau lagi dengan konsep ekonomis pada value for money presentase pencapaian yang didapat dari realisasi anggaran dibagi dengan anggaran dana yang ada untuk program tersebut lalu dikali 100% sesuai dengan rumus ekonomis yang ada pada konsep value for money, untuk melihat berapa presentase tingkat ekonomisnya. Total anggaran yang diberikan pemerintah kota pada anggaran biaya langsung dan tidak langsung di Kecamatan Sukolilo pada tahun 2016 Rp ,- lebih tingi dari tahun 2015 dengan anggaran dana Rp ,- perbedaan anggaran ini dipengaruhi adanya kenaikan BBM, Upah Minimum regional (UMR) di Surabaya yang setiap tahunnya selalu naik dan berbagai kebutuhan lainnya. Kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Ditinjau Dari Segi Efektivitas Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Hal terpenting dalam efektivitas adalah efektivitas tidak menyatakan berapa besar biaya yang telah dikeluarkan dalam mencapai tujuan tertentu melainkan hanya melihat apakah suatu progam atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bastian (2006:280) menyebutkan apabila organisasi telah berhasil mencapai tujuannya, maka organisasi tersebut berjalan dengan efektif. Selanjutnya peneliti akan memaparkan capaian kinerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya bulan Januari sampai dengan 31 Desember 2016 untuk sasaran terwujudnya tatakelola pemerintahan yang baik dengan peningkatan kualitas layanan publik dari Indikator Kinerja Pelayanan pada IKM yang di target 88,49% tercapai 91,54% termasuk katagori kinerja baik, sehingga ada peningkatan capaian dari tahun ke tahun dibandingkan tahun 2015 dari target 76.47% tercapai 73.83% juga termasuk katagori baik. Dalam indikator diatas sehingga bisa mencapai presentase tersebut semuanya dilakukan oleh pemerintah kota baik dari target sampai pengukurannya yang dilakukan oleh tim survey/tim penilai kinerja dari pemerintah kota yang menilai langsung kinerja yang ada pada Kecamatan Sukolilo. Capaian kinerja tahun 2016 ini bila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun

13 Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 6, Nomor 10, Oktober 2017 ISSN : , mengalami kenaikan sebesar 10%. Kenaikan ini secara sederhana menggambarkan bahwa kinerja Kecamatan Sukolilo mengalami peningkatan. Akan tetapi perlu dipahami bersama bahwa tolok ukur keberhasilan yang paling utama dalam pengukuran kinerja adalah realisasi anggaran selain efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas. Analisis ini meliputi uraian berkaitan pencapaian kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan dan misi serta visi yang telah ditetapkan dalam rencana strategis. Dalam analisis ini pencapaian kinerja kebijakan dapat dirinci sebagai berikut: (1) Peningkatan Pelayanan, Terwujudnya Tatakelola Pemerintahan yang baik dan Peningkatan Pelayanan Publik dari Capaian 4 (empat) Indikator dari Target 92,95% dapat dilaksanakan dengan maksimal. (2) Persentase RW yang dilengkapi dengan Fasilitas sambungan Internet dan termanfaatkan 100%. Pemanfaatan Fasilitas Internet di tingkat RW guna memberikan Pelayanan kepada mayarakat dari Target 100% dapat tercapai. (3) Perbandingan Realisasi Kinerja dari program yang telah di tetapkan sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah sesuai perencanaan strategis organisasi telah terpenuhi. (4) Analisis atas efesiensi penggunaan sumber daya terhadap program yang telah dilaksanakan telah sesuai ketentuan. Dari pembahasan diatas dapat kita ukur dengan konsep efektivitas dalam value for money menggunakan perbandingan antara dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat (Outcome) terhadap hasil kegiatan (Output). Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jadi melebihi apa yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar atau bahkan tiga kali lebih besar daripada yang telah dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jika anlisis yang ada Kecamatan Sukolilo Surabaya dapat dikatakan efektivitas dengan dilihat bahwa dalam tahun 2016 Kecamatan Sukolilo telah memenuhi seluruh target kinerja (100%), dari 8 indikator untuk 3 sasaran, 8 indikator dinyatakan berhasil yaitu dengan capaian 90% dari target yang telahh ditetapkan. Capaian tersebut merupakan capaian kinerja tahun pertama Rencana Strategis Kecamatan Sukolilo yang diukur melalui indikator kinerja. Rancangan Perubahan Rencana Kerja Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Tahun 2016 Penyusunan Perubahan Rencana Kerja (Perubahan Renja SKPD) Tahun 2016 merupakan pedoman dalam penyusunan perencanaan pembangunan berikutnya. Perubahan Renja adalah Perubahan Rencana Kerja yang disusun oleh SKPD dalam hal ini Kecamatan Sukolilo guna menentukan arah dan tujuan kerja SKPD dengan mensinkronisasi program yang telah dibuat oleh Pemerintah Kota Surabaya ke dalam kegiatan pelayanan SKPD yang telah dibuat serta ditetapkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya atau oleh Pemerintah Kota Surabaya. Perubahan Renja SKPD merupakan satu kesatuan dokumen yang telah direncanakan oleh Pemerintah Pusat, antara lain adalah Dokumen RKPD, Renstra SKPD, Renja Kementrian dan Renja Provinsi. Dokumen-dokumen tersebut merupakan penjabaran dari Program Pemerintah yang diteruskan oleh Pemerintah Daerah/Kota guna mensukseskan serta mendukung program serta kegiatan pemerintah yang telah dicanangkan selama 5 tahun. Dalam hal pencapaian target yang di cantumkan di Renstra ataupun Renja SKPD, Kecamatan Sukolilo selalu berhasil memenuhi dan melaksanakan tugas sesuai dalam realisasi output yang ada serta selalu melakukan dan mengirim hasil evaluasi secara periodik ke Pemerintah Kota. Kecamatan Sukolilo dalam melaksanakan penyusunan Perubahan Rencana Kerja (Perubahan Renja SKPD) Tahun 2016, berdasarkan peraturan yang berlaku antara lain sebagi berikut: (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 150 Ayat (3) Huruf (d); (3) Undang-Undang Nomor 58 Tahun 2005

14 Pelaporan Kinerja Instansi... Sukma, Indra P. tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 32 dan 33; (4) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 81 dan 82; (5) Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; (6) Permendagri No. 54 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Penendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; (7) Permendagri No. 23 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun Menurut Mahsun (2006:159) evaluasi kinerja akan memberikangambaran kepada penerima informasi mengenai nilai kerja yang berhasil dicapai organisasi. Capaian kinerja organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. Kecamatan Sukolilo sudah melakukan evaluasi secara berkala dan hasil evaluasi telah di sampaikan ke Pemerintah Kota dalam hal ini adalah Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya melalui Hasil evaluasi tersebut telah disinkronisasi terhadap laporan kinerja tahunan dan realisasi APBD yang telah menjadi tanggung jawab Kecamatan Sukolilo, sesuai dengan Kegiatan Pelayanan yang ada di Kecamatan Sukolilo. Sedangkan Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan terhadap rumusan program dan kegiatan kecamatan dijabarkan sebagaimana dalam tabel pencapaian, kajian usulan program/kegiatan dari masyarakat dan penggabungan prioritas masukan masyarakat serta dengan Perubahan Renja SKPD terdahulu. Kegiatan pada Perubahan Renja tahun 2016 bertolak pada Visi, Misi, Tujuan, dan Program yang dilaksanakan Kecamatan Sukolilo secara rasional akan menyentuh segala aspek dalam sebuah sistem organisasi, baik aspek internal (pemberi layanan = Petugas Pelayanan Kecamatan) maupun aspek eksternal (penerima layanan = masyarakat). Aspek eksternal yang dimaksud adalah masyarakat itu sendiri sebagai subyek sekaligus obyek dari pelayanan yang diberikan. Apabila aspek internal dapat dicapai maka aspek eksternal akan secara otomatis tercapai. Kita analogikan seperti pelayanan yang terjadi dalam perusahaan swasta nasional maupun internasional, betapa petugas memberi layanan sangat bersahabat sekali sehingga penerima layanan merasa seperti raja, segala kebutuhan yang diinginkan penerima layanan dapat dengan cepat dan cermat dipenuhi oleh pemberi layanan. Dengan demikian sistem managemen pemerintahan yang baik dan benar dapat mengendalikan pemerintahan yang diciptakan dan diterapkan akan sangat berguna apabila manusia (aparatur pemerintah) yang menjalankannya tidak berada pada jalur yang diharapkan (lemahnya norma), maka sistem yang direncanakan akan hancur dengan sendirinya. Intinya adalah bagaimana menciptakan manusia yang cerdas, cakap, profesional dalam arti yang lebih luas. Cerdas, cakap dan profesional dalam berucap dan bertindak akan menghasilkan tatanan pemerintahan yang baik, tanggap, cerdas dan profesional pula. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Menurut hasil analisis dan pembahasan tentang Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)Model Pengukuran Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya dilakukan secara sistematis melalui program E-Performance. Menurut Sekretaris Camat Sukolilo dengan pengukuran secara online memudahkan laporan yang setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya. Tes komptensi dan manual merupakan alat alternative yang dipakai untuk membantu menilai kinerja di Kecamatan Sukolilo untuk melengkapi kordinasi setiap staff dan beberapa pimpinan yang ada untuk mejalankan kegiatan dan tugas setiap staff. Dalam kinerjanya baik E-Performance, tes kompetensi, atau manual dapat membantu melakuakn evaluasi kinerja dan juga meminimalisir terjadinya kecurangan dalam segi materi ataupun tenaga. (2) Hasil

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. 1 Tinjauan Teoretis 2.1. 1 Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Organisasi Sektor Publik Menurut Mahsun (2006:14) organisasi sektor publik adalah organisasi yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA UNIT KERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY (Studi Pada Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya)

PENGUKURAN KINERJA UNIT KERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY (Studi Pada Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya) Jurnal Ilmu Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 11, November 2016 ISSN : 2460-0585 1 PENGUKURAN KINERJA UNIT KERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY (Studi Pada Dinas Koperasi UMKM Kota

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Organisasi Sektor Publik Dalam era sekarang ini, keberadaan organisasi sektor publik dapat dilihat di sekitar kita. Institusi pemerintahan, organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir ini, bangsa Indonesia sedang berupaya memperbaiki kinerja pemerintahannya melalui berbagai agenda reformasi birokrasi dalam berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan yang baik kepada masyarakat, hal ini disebabkan oleh naiknya tingkat kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari segi internal yaitu peningkatan kinerja yang optimal dan segi eksternal yaitu adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja instansi pemerintah kini menjadi sorotan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Masyarakat sering

Lebih terperinci

KONSEP VALUE FOR MONEY DALAM MENGUKUR KINERJA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK

KONSEP VALUE FOR MONEY DALAM MENGUKUR KINERJA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK KONSEP VALUE FOR MONEY DALAM MENGUKUR KINERJA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK Risa Dwi Agustin riesa_11@yahoo.co.id Anang Subardjo Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif yaitu pengumpulan data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka,

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA UNIT KERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY

PENGUKURAN KINERJA UNIT KERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY PENGUKURAN KINERJA UNIT KERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY Taufik Wahyu Hidayat Tovexwahyu33@gmail.com Ikhsan Budi Riharjo Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan.seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan melakukan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY

PENGUKURAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 6, Nomor 5, Mei 2017 ISSN : 2460-0585 PENGUKURAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY Dhimas Angga Permana dhimasanggapermana@gmail.com

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1. GAMBARAN UMUM a. Kondisi Umum 1. Kedudukan Kecamatan Kandis merupakan bagian dari Kabupaten Siak, yang dibentuk berdasarkan pemekaran dari kecamatan Minas yang diundangkan sesuai Perda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan tata kelola pemerintahan dalam penganggaran sektor publik, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulu Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis Value For Money Atas Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tabanan penelitian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY. Mega Maranda Suwandi Ikhsan Budi Riharjo

PENGUKURAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY. Mega Maranda Suwandi Ikhsan Budi Riharjo Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 6, Nomor 2, Februari 2017 ISSN : 2460-0585 PENGUKURAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF VALUE FOR MONEY Mega Maranda Suwandi Megas614@gmail.com Ikhsan

Lebih terperinci

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. oaching

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. oaching Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 1 oaching SASARAN REFORMASI BIROKRASI 2 Pemerintah belum bersih, kurang akuntabel dan berkinerja rendah Pemerintah belum efektif dan efisien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program bukan pada unit organisasi semata dan memakai output measurement

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program bukan pada unit organisasi semata dan memakai output measurement BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Anggaran Berbasis Kinerja Anggaran Berbasis Kinerja adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat erat terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas utama pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat merupakan sebuah konsep

Lebih terperinci

ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO Khalimatus Sya diyah, Widya Susanti, Ali Rasyidi Program Studi Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Di sejumlah negara yang sedang berkembang pendidikan telah mengambil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Surabaya Kota. Alat analisis yang digunakan adalah analisis value for money.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Surabaya Kota. Alat analisis yang digunakan adalah analisis value for money. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulu Herawati (2012) meneliti tentang kinerja pada Stasiun Kereta Api Surabaya Kota. Alat analisis yang digunakan adalah analisis value for money. Herawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan penjabaran latar belakang masalah pemilihan studi kasus berdasarkan fenomena yang terjadi dilapangan dan juga rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan penganggaran pemerintah, sehingga

Lebih terperinci

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG - 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN 2016 NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 852 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bermacam-macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bermacam-macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Organisasi Sektor Publik Menurut Mardiasmo (2002:2), sektor publik memiliki pengertian yang bermacam-macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BLITAR. Amelia Ika Pratiwi 1 dan Ela Nursandia 2

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BLITAR. Amelia Ika Pratiwi 1 dan Ela Nursandia 2 ANALISIS PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BLITAR Amelia Ika Pratiwi 1 dan Ela Nursandia 2 1 Program Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan asas densentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pada organisasi privat atau swasta, anggaran merupakan suatu hal yang sangat dirahasiakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO EFFECTIVENESS AND EFFICIENCY ANALYSIS OF BUDGETING OF DEVELOPMENT PLANNING AGENCY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pegawai Negeri Sipil (PNS) idealnya merupakan pelayan masyarakat dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para PNS tentunya tak

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran dapat diinterpretasi sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Tangerang

Pemerintah Kota Tangerang RENCANA KERJA INSPEKTORAT KOTA TANGERANG TAHUN 2018 Penyusunan Rancangan Akhir Rencana Kerja Inspektorat Kota Tangerang Tahun 2018 merupakan pelaksanaan kegiatan mengacu pada Rancangan Akhir Rencana Kerja

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi birokrasi dengan tekad mewujudkan pemerintah yang transparan dan akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif,

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan salah satu bagian dari proses pengendalian manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif, diukur dalam satuan

Lebih terperinci

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan IKHTISAR EKSEKUTIF Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, memberikan kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berawal dari adanya krisis moneter / resesi ekonomi yang berkepanjangan sehingga menjadi krisis multi dimensi dan lebih jauh lagi menjadi krisis kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Paradigma/pandangan masyarakat umumnya membentuk suatu pengertian tertentu di dalam dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, bahkan dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

Value For Money. Arif Kurniawan Wahono ( ) Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya

Value For Money. Arif Kurniawan Wahono ( ) Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya Value For Money Arif Kurniawan Wahono (135020304111002) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2014 A. Latar Belakang Pengelolaan organisasi sektor publik, khususnya dalam

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN, PENGANGGARAN, DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak semenjak reformasi pada

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN Oleh : NAMA : HASIS SARTONO, S.Kom NIP : 19782911 200312 1 010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintah melalui Otonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan instusi yang selalu merugi. Tuntutan baru muncul agar organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semenjak era reformasi yang dimulai pada tahun 1998 bangsa Indonesia telah maju selangkah lagi menuju era keterbukaan, hal ini terlihat dari semakin tingginya kesadaran

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 5 soal Bobot 20% 1. Pengukuran kinerja value for money 2. Akuntansi yayasan (lap keuangan) psak 45 3. Teknik pencatatan akuntansi (kas, akrual, komitmen) 4. Perbedaan pp 71 sama 24 5. Audit kinerja 6.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini fenomena reformasi birokrasi merupakan isu penting bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Anggaran Organisasi Sektor Publik Bahtiar, Muchlis dan Iskandar (2009) mendefinisikan anggaran adalah satu rencana kegiatan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami perubahan yaitu reformasi penganggaran.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. suatu cara tertentu dan bersifat repetitif untuk melaksanakan suatu atau

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. suatu cara tertentu dan bersifat repetitif untuk melaksanakan suatu atau BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sistem Pengendalian Manajemen Ada banyak pengertian tentang sistem pengendalian manajemen yang diuraikan para pakar. Anthony (2005) menyatakan bahwa suatu sistem merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu organisasi dikatakan berhasil apabila visi, misi dan tujuannya tercapai. Untuk dapat mencapainya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan suatu proses yang memerlukan transformasi paradigma dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance, pemerintah telah bertekad untuk menerapkan prinsip akuntabilitas dengan mempertanggungjawabkan amanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) SKPD Menurut SK LAN No. 239/IX/6/8/2003 tahun 2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakkan lagi. Istilah good

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran 2.1.1.1 Definisi Anggaran Anggaran berasal dari kata budget (Inggris), sebelumnya dari kata bougette (Perancis) yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stewardship Menurut Donaldson & Davis (1991), teori stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori 1. Akuntansi Pemerintahan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori 1. Akuntansi Pemerintahan TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Akuntansi Pemerintahan Bastian (2001:6) mengemukakan bahwa akuntansi pemerintahan adalah mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kinerja Dalam Organisasi Sektor Publik

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kinerja Dalam Organisasi Sektor Publik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kinerja Dalam Organisasi Sektor Publik Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEPOLISIAN. LAKIP. Penyusunan. Laporan.

BERITA NEGARA. KEPOLISIAN. LAKIP. Penyusunan. Laporan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1084, 2012 KEPOLISIAN. LAKIP. Penyusunan. Laporan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menilai kinerja (Mardiasmo,2009,h.121). program sampai dengan tahun berjalan dengan sasaran (target) kinerja 5 (lima)

BAB I PENDAHULUAN. menilai kinerja (Mardiasmo,2009,h.121). program sampai dengan tahun berjalan dengan sasaran (target) kinerja 5 (lima) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan sekedar

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Dalam bagian ini akan diuraikan sumber-sumber pustaka yang menjadi dasar kajian penelitian ini. 2.1.1 Pengawasan Intern Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersih (good governance) bebas dari KKN sehingga hasil pelayanan dari

BAB I PENDAHULUAN. yang bersih (good governance) bebas dari KKN sehingga hasil pelayanan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Semangat reformasi membuat masyarakat menuntut pemerintah agar memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam menciptakan pemerintahan yang bersih (good

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Definisi Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:2) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB. I PENDAHULUAN Penelitian ini akan menjelaskan implementasi penganggaran berbasis kinerja pada organisasi sektor publik melalui latar belakang dan berusaha mempelajarinya melalui perumusan masalah,

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN RESUME OLEH : YARYAR HIARUHU NPM.110140059 PROGRAM PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo merupakan wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas sesuai visi dan misi yang dibebankan kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.... i LEMBAR PERSETUJUAN.... ii LEMBAR PENGESAHAN.... iii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR.... iv ABSTRAK..... v RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya era reformasi, terdapat tuntutan untuk meningkatkan kinerja organisasi sektor publik agar lebih berorientasi pada terwujudnya good public

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesadaran masyarakat terhadap kualitas kinerja publik baik di pusat maupun daerah kini kian meningkat. Kesadaran masyarakat ini berkaitan dengan kepedulian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik di Indonesia yang mendapatkan perhatian besar adalah Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Ini dikarenakan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak berorientasi pada kinerja, dapat menggagalkan perencanaan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. tidak berorientasi pada kinerja, dapat menggagalkan perencanaan yang telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anggaran sektor publik merupakan alat (instrument) akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari uang publik.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektorat Daerah Kabupaten Barru

KATA PENGANTAR. Inspektorat Daerah Kabupaten Barru KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Inayah-NYA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Inspektorat Kabupaten Barru Tahun 2013 telah selesai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 28

BAB I PENDAHULUAN. serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 28 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci