BAB XI PEMETAAN GEOLOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB XI PEMETAAN GEOLOGI"

Transkripsi

1 BAB XI PEMETAAN GEOLOGI Tinjauan Umum Salah satu pekerjaan yang pokok bagi seorang geologiwan adalah membuat peta geologi. Peta geologi diartikan sebagai bentuk ungkapan data geologi suatu daerah atau wilayah yang ketelitiannya didasarkan pada skala petanya. Peta geologi tersebut menggambarkan atau memberikan informasi segala hal mengenai keadaan geologi wilayah tersebut antara lain sebaran, jenis, dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, fisiografi, sumberdaya alam dan energi. Ada beberapa cara penggambaran informasi tersebut antara lain dengan warna, simbol dan corak atau gabungan dari ketiganya. Nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada si pemeta, seperti ketelitiannya di lapangan, pengetahuan dasar ilmu geologi, dan tentunya pengalamannya. Peta geologi dapat dipergunakan untuk bermacam keperluan, sehingga pembuatannya harus disesuaikan dengan keperluan tersebut. Walaupun pada dasarnya semua peta geologi adalah sama, tetapi untuk tiap-tiap macam peta mempunyai penekanan-penekanan tertentu sesuai dengan tujuan atau keperluan pembuatan peta tersebut. Karena kompleksnya pekerjaan pembuatan peta geologi tersebut maka selain dituntut pengetahuan dasar geologi, diperlukan juga managemen pengumpulan data di lapangan. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan di lapangan dapat dilakukan seefisien mungkin dengan waktu sesingkat mungkin dan biaya yang sekecil mungkin Pemetaan Geologi Pemetaan adalah suatu kegiatan pengumpulan data lapangan, yang memindahkan keadaan sesuangguhnya dilapangan ( fakta ) keatas

2 kertas gambar atau kedalam peta dasar yang tersedia, yaitu dengan menggambarkan penyebaran dan merekonstruksi kondisi alamiah tertentu secara meruang, yang dinyatakan dengan titik, garis, symbol dan warna. Pemetaan geologi adalah peta yang memberikan gambaran mengenai seluruh penyebaran dan susunan dari lapisan-lapisan batuan dengan memakai warna tau simbol, sedangkan tanda-tanda yang terlihat di dalamnya dapat memberikan pencerminan dalam tiga dimensi mengenai susunan batuan di bawah permukaan. Nilai dari peta geologi tergantung dari ketelitian pada waktu pengambilan di lapangan. Pelaksanaan pekerjaan pemetaan dapat dilakukan secara langsung di lapangan dan dengan bantuan interpretasi dan analisa foto udara ( citra ). Skala yang dipilih, tergantung dari ketelitian dan tujuan. Berdasarkan atas ketelitian yang diinginkan harus disesuaikan dengan besar kecilnya skala, makin teliti data yang diinginkan, makin besar skala yang dipakai, sehingga dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok peta : Peta detail Peta Semi detail Peta pendahuluan Tahapan Pelaksanaan Pemetaan Geologi Prosedur pemetaan geologi dapat dibagi dalam tiga tahap utama yaitu : 1. Tahap perencanaan 2. Pemetaan dilapangan 3. Penyusunan laporan Tahap perencanaan

3 Tahap perencanaan ini meliputi kegiatan dikantor dan perencanaan kerja setelah berada di pangkalan/ base camp. Perencanaan di studio meliputi : a. Kumpulan data-data mengenai keadaan daerah (medan), laporanlaporan geologi yang pernah ada dan data lainnya yang berhubungan dengan daerah yang akan dipetakan. b. Mencari peta topografi/potert untuk peta dasar. c. Membuat peta dasar : tenaga, perlengkapan dan biaya d. Menyusun program kerja dan jadwal Berhasil atau tidaknya pekerjaan lapangan nanti akan ditentukan oleh baik tidaknya perencanaan ini. Setelah tiba di pangkalan yang telah direncanakan di studio, sebelum langsung melakukan pemetaan, dilakukan penyelidikan pendahuluan (reconaisence), yang bertujuan : a. Untuk mengetahui medan, jalan-jalan, nama-nama kampung, sungai, bukit-bukit, dsb termasuk juga membiasakan diri dan mempelajari adat istiadat setempat penduduk setempat. b. Untuk secara sepintas dapat mengetahui jenis-jenis litologi umpamanya mungkin sudah dapat diperkirakan beberapa macam batuan dan bagimana cara mengelompokkannya. Setelah itu baru membuat perencanaan mengenai lintasan-lintasan atau rute-rute yang akan ditempuh disesuaikan dengan jadwal waktu yang dibuat dalam program kerja (perencanaan di studio). Peta dasar yang akan disiapkan lebih dari satu untuk dilapangan dan yang lain disimpan dipangkalan. Tiap sore atau malam harinya dibiasakan memindahkan hasilhasil pengamatan hari itu dari peta lapangan ke peta yang di base camp. Tindakan ini dilakukan untuk menjaga agar jika peta hilang atau peta

4 lapangan sudah kotor dan tidak dapat dibaca lagi masih ada peta yang disimpan dipangkalan Tahap Pemetaan di lapangan Persiapan Umum a. Biasakan mulai bekerja dilapangan pagi-pagi dan kembali tidak terlalu sore. Pergi pagi-pagi dapat menghindari hujan yang umumnya turun pada waktu siang di daerah tropis. b. Membawa air yang cukup dan kebutuhan makan siang c. Persoalan-persoalan geologi yang tidak dapat dibawa ke base camp selalu harus dipecahkan dilapangan. Keberhasilan pekerjaan seorang geologist lebih banyak tergantung dari kemampuannya memecahkan masalah dilapangan. Pengamatan dilapangan Semua yang dapat dilihat bagi pemeta mempunyai arti tertentu adalah kewajiban bagi para pemeta untuk mencatat segala yang diamati walaupun yang ada pada saat itu mungkin tampaknya remeh sebab siapa tahu diwaktu yang akan datang hal tersebut merupakan kunci atau keterangan tambahan bagi hal-hal yang belum terpecahkan. Ada tiga hal pokok yang harus direkam oleh para pemeta didalam buku lapangannya yaitu : a. Unsur-unsur struktur berupa jurus dan kemiringan untuk struktur bidang (misalnya bidang lapisan, sesar, kekar, foliasi, dll) serta arah dan penunjaman untuk struktur garis (misalnya sumbu mikrofold, gores garis, liniasi mineral,dll).

5 b. Deskripsi litologi di lapangan harus diusahakan pada singkapan yang baik serta diharapkan dapat mewakili suatu satuan (cara deskripsi yang lengkap) lihat bab III. c. Membuat sketsa atau potret mungkin keduanya perlu dilakukan sebab dengan foto saja ada kemungkinan gagal dan sketsa dapat memperjelas hal-hal yang ingin ditonjolkan Pemetaan di Lapangan Pemetaan secara langsung di lapangan pada umumnya dilakukan dengan 2 cara,yaitu : 1. Cara Pengukuran Lapangan 2. Cara plotting pada peta dasar. dapat Pemetaan dengan cara Pengukuran: Teknik pemetaan ini, didukung oleh peralatan atau pesawat ukur, yang mendeteksi, mengambil dan memindahkan data ukur kedalam daftar tabulasi dan dengan menggambarkan langsung titik, garis, bidang dan ruang dan juga data laing yang sehubungan dengan kebutuhan keatas kertas gambar. Peralatan yang sering dipakai dalam pengukuran, adalah kompas geologi, theodolite, WP, dan Plane Table. 1. Pemakaian Kompas dalam Pengukuran/ Pemetaan, Cara pemetaan dengan memakai kompas, biasanya dilakukan pada daerah yang tidak memiliki peta dasar, yang dilaksanakan pada pemetaan pendahuluan. Sebagaimana pemetaan dengan menggunakan peralatan lainnya, maka cara pemetaan dengan menggunakan kompas geologi; adalah dengan membuat lintasan-lintasan, dimana tiap-tiap lintasan dihubungkan satu sama lain secara teratur maupun dengan random. Lintasan dapat dilakukan dengan cara membuat Polygon

6 tertutup maupun dengan Polygon terbuka secara teratur dan tidak beraturan. Lintasan Polygon : Litasan polygon adalah suatu lintasan pengukuran yang dibuat berdasarkan kondisi lapangan : Lintasan terbuka, adalah suatu pengambilan litasan pengukuran yang dimulai dari titik awal yang diikatkan dengan titik pasti dan lintasan pengukuran diakhiri dengan tidak kembali ketitik awal berupa titik akhir yang terikat dengan titik pasti maupun titik lepas. Lintasan Tertutup, adalah suatu pengukuran, dimana titik akhir pengukuran berimpit dengan dengan titik awal pengukuran yang terikat dengan titik pasti. Detail pengukuran dapat dilakukan dengan membuat jarring-jaring pengukuran secara random membentuk garis sarang laba-laba, maupun dengan Grid. Pengukuran/ Pemetaan detail dengan cara grid. Pemetaan/ pengukuran detail lapangan dengan tata cara membuat grid, adalah cara pemetaan yang didahului dengan mengadakan orientasi lapangan, untuk menentukan arah memanjang dan lebar bidang tanah yang akan dipetakan, apabila bentuk bidang tanah telah diketahui melalui gambar peta sketsa, pertama-tama dibuat Base Line memanjang membagi dua bidang memanjang bidang tanah. Base line ini adalah patokan untuk membuat garis-garis berikutnya yang diperlukan dalam analisis suatu keadaan tertentu, garis-garis berikutnya dibuat sejajar dan melintang base line (disebut, cross line) dengan interval tertentu sesuai dengan akurasi kebutuhan analisis.

7 Pemetaan Dengan Plotting Pada Peta Dasar Cara lain pelaksanaan pemetaan, dapat dilakukan dengan pemetaan secara langsung di lapangan dengan menentukan titik-titik pengamatan yang kemudian titik-titik pengamatan tersebut, di plotkan kedalam peta dasar atau folio udara. Setiap data unsur yang diamati di plotkan keatas kertas peta berupa simbol-simbol titik, garis, arsiran dan penawaran. Titik-titik pengamatan yang telah ditentukan dinyatakan sebagai Penentuan Titik Lokasi Pengamatan. Pelaksanaan pemetaan secara langsung, akan menghasilkan peta lapangan yang akan dipergunakan untuk melakukan analisis data dan interprestasi, yang dapat dipergunakan dalam berbagai tujuan aplikasi, sehingga akurasi / mutu suatu penelitian akan sangat tergantung pada kecermatan dan ketetapan pemindahan data lapangan dan ketetapan penentuan lokasi pengamatan kedalam peta dasar. Ketidak cermatan didalam ploting data lapangan kedalam peta dasar akan memberikan kesalahan dalam interprestasi. Cara pelaksanaan pemetaan dengan penentuan titik lokasi pengamatan, dilakukan dengan menggunakan peta topografi sebagai peta dasar, dan didukung oleh instrument kompas geologi, GPS serta peralatan tulis dan gambar secara langsung di lapangan. Bagian paling penting dan harus dipetakan adalah batas-batas litologi dan struktur geologi. Pemetaan geologi pada dasarnya adalah menarik batas-batas pada peta antara bermacam-macam batuan yang dikelompokkan menjadi satuan peta. Batas tersebut yang disebut batas litologi merupakan garis-garis atau lengkung dalam peta yang akan memisahkan satuan yang satu terhadap yang lainnya bila satuan tersebut ternyata mempunyai sifat-sifat litologi yang berbeda.

8 Batas-batas litologi pada beberapa singkapan dapat jelas (pasti) diperkirakan letaknya tertutup pelapukan atau dapat juga diduga adanya batas. Tugas seorang ahli geologi sering kali memetakan apa yang tidak ia lihat jadi kebalikan tugas seorang ahli topografi. Dengan demikian tugas dari seorang pemeta geologi adalah memetakan apa-apa yang tidak dengan jalan mempelajari singkapansingkapan yang terbatas dan kemudian menghubungkannya satu dengan yang lain. Sebagai suatu pegangan dalam mempelajari dan mencari batasbatas litologi dapat dikemukakan hal-hal sebagi berikut : a. Singkapan dan bongkahan Kadang-kadang beruntung kita mendapatkan suatu singkapan dan dari singkapan tersebut banyak yang dapat diceritakan tetapi kita harus hatihati apakah singkapan tersebut pada tempatnya/ insitu dan bukan merupakan bongkahan yang berpindah tempat/ eksitu. b. Fungsi dari sungai Terutama di daerah yang ditutupi oleh vegetasi yang lebat atau mempunyai lapisan penutup (pelapukan) yang tebal satu-satunya kemungkinan untuk mendapatkan singkapan-singkapan adalah di sungai-sungai yang menyadat dalam walaupun tebingnya tertutup, kadang-kadang arus sungai itu akan memotong lapisan-lapisan batuan yang keras yang menimbulkan terjadinya riam-riam atau rapids. Pengamatan batu-batu guling di sungai Mempelajari jenis-jenis dan penyebaran batu-batu guling pada suatu cabang sungai seringkali membantu dalam pendugaan batas litologi. Sebagai contoh, bila kita temukan dua macam batu guling yang terdiri dari batu A dan B. Ini sudah menjelaskan bahwa kedua batuan ini

9 tesingkap di tempat-tempat yang tidak begitu jauh dari sana. Bila ikuti ke hulu, batu guling itu akan menjadi lebih besar dan runcing, dan bila diikuti terus mungkin hanya batu guling A saja yang kita jumpai. Ini menunjukkan bahwa kita telah melampaui singkapan B dan juga batas satuan A dan B. Jadi kita bisa kembali dan menyelidiki lebih teliti lagi. Perubahan bentuk lembah juga dapat menunjukkan perubahan jenis litologi : Batuan lembah-lembah melebar Batuan keras-sempit dan curam c. Jika memperhatikan tempat-tempat yang pernah dicapai atau digali orang, seringkali banyak faedahnya. Banyak infomasi yang akan kita dapat dari penggalian-penggalian sumur, fondasi rumah, tiang dan lainlain. Juga lubang-lubang yang digali binatang (kelinci). d. Perhatikan jurusnya, apakah kita berjalan searah atau tegak lurus jurus perlapisan. e. Soil (tanah pelapukan) : Tiap batuan umumnya akan memberikan hasil pelapukan yang berlainan. f. Sumber-sumber air Banyak sekali faedahnya karena kerap sekali menunjukkan batas antara lapisan-lapisan yang porous dan yang kedap air. Selain itu, dapat juga menunjukkan adanya bidang-bidang patahan yang kadang-kadang dapat diikuti beberapa jauh. Batas-batas litologi dan tanda-tanda struktur dapat merupakan gejala geologi yang paling penting yang dipetakan dalam peta dasar. Karena kedua gejala geologi ini kita anggap sebagai bidang-bidang yang teratur maka bentuknya dalam peta akan berupa garis-garis lurus atau lengkung

10 yang ditentukan oleh : bentuk topografi, jurus dan kemiringan dari bidangbidang tersebut. Bentuk dari garis atau batas tersebut di dalam peta dengan demikian akan memberikan arti terhadap stratigrafi dan struktur dari daerah itu. Dengan perkataan lain, garis tersebut akan menyatakan kepada kita : formasi mana yang di atas dan di bawah, dan kecuraman dari kemiringan. Sangat dianjurkan, bahwa para pemeta hendaknya teliti dan hatihati dalam menarik batas ini. Karena suatu batas yang dibuat secara sembarangan akan menyebabkan interpretasi yang salah terhadap peta tersebut. Untuk melukiskan batas-batas di dalam peta kita harus memperhatikan hukum V pada gambar berikut :. Gambar Gambar kaidah hukum V (Ragan, 1973) 11.5 Jenis Lintasan Geologi

11 Lintasan yang dapat kita ikuti di lapangan dapat bermacam-macam : 1. Lintasan sungai (river traverse-river opname) 2. Lintasan jalan (road traverse) 3. Lintasan kompas (compass traverse), atau potong kompas Sebagian besar dari lintasan yang akan di lakukan merupakan lintasan sungai, sebab di sungailah terdapat kebanyakan singkapansingkapan. Untuk menentukan lokasi titik pengamatan di lintasan-lintasan ini dapat ditempuh dua cara, yaitu : 1. Dengan jalan orientasi, yaitu menyamakan keadaan topografi sekeliling titik pengamatan dengan keadaan di dalam peta. 2. Mengukur dengan tali ukur dan kompas atau menghitung langkah sejak titik permulaan sampai titik terakhir dari lintasan Lintasan Sungai Karena sungai-sungai sudah digambarkan dalam peta dasar, tidak usah diadakan pengukuran kompas, cukup dengan memperhatikan dan mencatat belokan-belokan sungai yang terpenting saja (misalnya berapa kali belok kanan dan belok kiri sesudah titik pengamatan terakhir) Lokasi titik itu didapatkan dengan jalan mengukur dengan mistar dalam peta sepanjang garis sungai, dengan memperhitungkan berapa kali beloknya. Tetapi kadang-kadang ada hal-hal yang kurang tepat (peta sudah tua dan sebagainya) sehingga perlu sekali dicek kebenarannya. Terutama sekali kalau kita pergunakan peta yang dibesarkan. Kadang-kadang cara yang kedua harus dilakukan jika sungai-sungai itu tertutup dalam hutan, sehingga tidak mungkin untuk berorientasi. Tetapi sebaiknya dalam semua lintasan sungai (river traverse) saudara menghitung langkah dari permulaan langkah sebab saudara tidak selalu tahu keadaan yang bagaimana yang akan dihadapi.

12 Lintasan Jalan Traverse yang dilakukan di jalan-jalan tidak berbeda dengan traverse di sungai, hanya tentunya akan lebih mudah. Tetapi sebelumnya, pemeta harus yakin bahwa jalan yang akan pemeta ikuti itu tergambar dalam peta dengan nyata dan jelas. Ada kalanya, malah seringkali terjadi, bahwa jalan-jalan setapak ataupun jalan besar itu sudah pindah sehingga akan mengacaukan pemeta. Lebih baik dicek dahulu dengan penduduk setempat, jika ternyata jalan itu sudah berubah, maka terpaksa saudara harus melakukan compas opname seperti yang dijelaskan di bawah ini Lintasan Kompas dengan tali ukur/ langkah Lintasan kompas atau potong kompas Istilah yang terakhir ini lazim digunakan dalam kalangan militer. Seperti lintasan-lintasan lainnya, traverse ini pun harus direncanakan terlebih dahulu dengan teliti. Kita harus yakin bahwa lokasi terakhir dari lintasan yang direncanakan mudah dikenal dan dicari di lapangan. Sebaiknya direncanakan juga setibanya di lapangan dari titik mana pemeta akan memulai traverse-nya. Pemeta harus menghubungkan dua lokasi dalam peta, yang di antara kedua lokasi tersebut pemeta akan mengadakan pengamatan Semua singkapan-singkapan yang pemeta jumpai di depan atau kiri kanan garis lintasan, hanya ditentukan dengan hitungan langkah, atau menarik tali ukur. Catatan mengenai topografi lintasan perlu dilakukan, hal ini dapat membantu untuk melokalisir titik pengamatan, misalnya : berapa kali naik gunung, dan

13 berapa kali turun ke lembah. Setibanya dekat lokasi yang dituju, harus dicek apakah terlalu ke kiri atau ke kanan dari titik yang dituju. Bahwasanya lintasan ini dapat dilakukan, ternyata dengan adanya istilah potong kompas dalam ketentaraan. Traverse semacam ini dilakukan pada keadaan sungai-sungai dan jalanjalan tidak tergambar pada peta, atau tak ada sama sekali. Misalnya pemeta akan datang ke puncak bukit dimana dengan jelas kelihatan dari jauh adanya singkapan, tetapi hutan lebat berada di antara pemeta dan bukit tersebut. Maka inilah satu-satunya cara yang paling aman untuk dipakai di hutan tersebut, dengan mengikuti prosedur di atas pemeta tak akan tersesat. Lintasan ini juga dipakai jika pemeta kehilangan orientasi sama sekali. Dengan mengarahkan kompas ke unsur topografi yang memanjang, misalnya jalan, maka pemeta akan selamat, dan titik pengamatan terakhir akan dapat ditentukan kembali. Pengukuran dengan tali kompas/ rotan kompas Metoda ini sama dengan yang disebut mengukur stratigrafi (MS). Selain dilakukan untuk keadaan tersebut di atas juga dilakukan untuk membuat suatu peta profil secara detail dari suatu singkapan yang menerus. Caranya adalah dengan mempergunakan tali ukur (50 m, 25 m), dan kompas; jarak, azimuth dan lereng diukur, kemudian dilakukan koreksikoreksi seperlunya. Variasi lain dari pengukuran cara ini adalah : Dengan menggunakan dua perahu di sungai yang masing-masing memegang ujung tali, atau Satu perahu dan satu orang mengambang dengan pelampung, masingmasing memegang ujung tali Ketepatan Metode Traverse

14 Jika peta dasar yang dipakai adalah 1 : , maka 1 mm di peta berarti 25 m di lapangan. Menentukan, mengeplot atau membedakan 1 mm dalam peta adalah sukar. Ini berarti bahwa setiap 35 langkah yang pemeta lakukan di lapangan berarti pemeta maju 1 mm dalam peta. Jelas bahwa jika ada singkapan-singkapan dalam jarak sampai 50 m, itu harus dianggap satu singkapan saja. Pemeta harus ingat bahwa untuk mengeplot simbol jurus dan kemiringan saja dibutuhkan ruangan kira-kira 10 x 5 mm. Jelas pula bahwa singkapan-singkapan yang berada di garis lintasan. (Tetapi dalam buku catatan harus dinyatakan jarak-jarak singkapan yang demikian). Jelaslah bahwa untuk pemetaan dengan memakai peta dasar skala 1 : atau lebih kecil lagi, metode-metode yang di atas tadi cukup tepat. Lain halnya dengan skala yang besar Penampang Geologi Peta geologi yang lengkap adalah peta geologi yang dilengkapi dangan penampang geologi. Penampang geologi penting dibuat untuk menunjukkan hubungan urutan batuan dan rekontruksi struktur geologi. Biasanya penampang geologi dibuat tegak lurus dengan jurus batuan dan diusahan dapat melewati semua satuan batuan yang ada dalam peta geologi. Dalam kondisi tertentu kadang sayatan pada peta tidak tegak lurus dengan jurus lapisan batuan, maka dapat dikoreksi : Tg α = tg δ x Sin β α = arctg (tg δ x sin β ) dimana : α : Dip di penampang δ : Dip dipeta β : Sudut yang dibentuk oleh sayatan dengan jurus

15 Penampang geologi sangat tergantung pada peta dasar yang digunakan. Untuk membuat penampang geologi terlebih dahulu membuat penampang berdasarkan peta berkontur untuk memperjelas beda tinggi penampang geologi (gambar 11.2). Kemudian memasukkan unsur-unsur batuan dan struktur geologi.

16 Gambar Unsur-unsur yang ada pada peta geologi (Compton, 1985)

17 Gambar 11.3 Cara pembuatan penampang geologi berdasarkan peta dasar (Ragan, 1973) Penggolongan Batuan Setiap negara mempunyai aturan tersendiri dalam penggolongan batuan. Di indonesia penggolongan satuan batuan berdasarkan pada Sandi Stratigrafi Indonesia (1975, 1996). Dalam pemetaan geologi permukaan umumnya digunakan pembagian satuan stratigrafi berdasarkan litostratigrafi.

18 Gambar 11.4 Pembagian satuan stratigrafi (ISSC,1976) 11.9 Kolom Stratigrafi Peta Geologi pada dasarnya dapat menunjukkan urutan umur batuan tetapi tidak bisa menunjukkan urutan umur yang dilengkapi dengan umur relatif serta gambaran deskriptif batuan, lingkungan pengendapan/pembentukan. Untuk itu setiap hasil pemetaan geologi selalu di haruskan membuat kolom stratigrafi. Syarat-syarat untuk suatu satuan batuan : Harus dapat dipetakan (mapable) berdasarkan skala peta dasar Satuan peta dapat terdiri satu macam batuan atau beberapa macam batuan Penggolongan satuan batuan disesuaikan dengan sandi stratigrafi indonesia. Harus menggunakan satu pembagian satuan stratigrafi.

19 Misalnya : satuan litostratigrafi tidak perlu digabungkan dengan satuan litodemik Kolom Stratigrafi Kolom stratigrafi yang dibuat dari peta geologi berbeda dengan kolom stratigrafi yang dibuat berdasarkan penampang terukur. Unsur-unsur yang tergambar di dalamnya sama saja seperti yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya. Perbedaanya adalah kolom stratigrafi peta memuat urutan batuan secara keseluruhan, sedangkan penampang terukur penekanannya pada lingkungan pengendapan dan kotak satuan batuan. Kolom stratigrafi juga sangat tergantung penampang stratigrafi terukur yang biasanya dibuat pada tempat-tempat yang menunjukkan urutan yang ideal, daerah yang menunjukkan kontak tegas. Unsur-Unsur Kolom Stratigrafi Peta: Tidak ada format yang baku mengenai gambar kolom stratigrafi, yang pasti suatu kolom stratigrafi memuat unsur yang tidak dapat ditampilkan dalam peta geologi. Unsur-unsur yang ada pada penampang stratigrafi terukur tentunya sebagai dasar pembuatan kolom stratigrafi peta. Berikut unsur-unsur yang harus ada dalam kolom stratigrafi : Kolom Umur Kolom ini memuat umur satuan batuan, baik umur relatif maupun umur absolut. Dasar pengambilan umur satuan batuan antara lain : a. Berdasarkan kedudukan batuan di lapangan yang tergambar dalam peta geologi dan penampang geologi. b. Umur relatif berdasarkan kandungan fosil c. Umur absolut berdasarkan radiometri

20 d. Berdasarkan hasil kesebandingan umur satuan resmi. Tentunya harus membandingakan kesamaan ciri fisik (litotype), lebih bagus lagi mengerti stratotipenya sehingga dapat memposisiikan satuan batuan lokasi penelitian terhadap urutan satuan resminya. Kolom Satuan Batuan Kolom satuan terbagi atas dua bagian yaitu : Kolom satuan tidak resmi yang merupakan hasil penggolongan satuan batuan murni hasil penelitian. Kolom satuan batuan resmi penelitian geologi yang telah di lakukan di daerah penelitian baik hasil pemetaan geologi maupun hasil penelitian geologi khusus. Kolom Ketebalan Ketebalan kolom stratigrafi peta di dapatkan dari hasil rekontruksi penampang geologi serta hasil stratigrafi terukur. Kadang menjadi persoalan apakah batuan yang tidak berlapis seperti batuan beku dan metamorf perlu juga di masukkan dimensi lebarnya dalam kolom ketebalan. Kolom Litologi Banyak versi dalam penggambaran kolom litologi, hal ini disebakan keinginan geologist untuk menampilkan hubungan stratigrafi hasil pemetaannya. Unsur-unsur yang penting ditampilkan dalam kolom litologi : Simbol litologi Simbol batas ketidaselarasan Simbol perubahan fasies seperti menjemari, melensa, melidah Simbol kandungan mineral, kandungan fosil Ekspresi ukuran butir dan ekspresi tingkat pelapukan batuan Kontak intrusi; perlu ditekankan batuan beku intrusi dengan batuan beku yang tergolong pyroklastic flow. Kadang-kadang sulit digambarkan.

21 Kolom Deskripsi Walaupun yang diperikan dalam kolom ini adalah deskripsi batuan, tetapi dianjurkan memperhatikan terlebih dahulu penggolongan batuan kemudian menguraikan deskripsi batuan. Kolom Kandungan Fosil Sebutkan semua fosil yang dianggap representatif yang dianggap memperkuat penentuan umur batuan dan lingkungan pengendapan Kolom Lingkungan Pengendapan/ Pembentukan : Dasar penempatan kolom ini sangat tergantung proses pembentukan suatu batuan. Kadang pula dipengaruhi oleh penekana pemetaan geologi (misalnya penekanan tektonik, basin, proses sedimentasi, fasies dsb). Berikut unsur-unsur yang perlu dicantumkan dalam kolom Lingkungan pengendapan/ pembentukan : Lingkungan pengendapan ; Dapat diambil dari kedalaman batimetri fosil (transisi, laut dangkal, laut dalam), lingkungan fasies batuan karbonat (lingkungan reef, platform lebar), lingkungan pengendapan batuan silisiklastik (seperti aluvial fan, channel/braidded sungai, lakustrin, delta, sub marine fan). Perlu di ingat bahwa lingkungan pengedapan tidak bisa berdiri sendiri hanya dengan parameter struktur sedimen tertentu, mineral tertentu, satu jenis fosil tetertu tetapi harus mempertimbangkan urutan vertikal hasil pengukuran stratigrafi terukur. Pembentukan batuan ; Kadang lokasi penelitian terdapat batuan metamorf, sehingga harus dipertimbangkan jenis proses metamorfisme yang mempengaruhi

22 terbentuknya batuan, kadang pula even tektonik yang dijadikan patokan lingkungan pembentukan (seperti pre-rift, syn-rift, post rift dll.).

23 Gambar Kolom stratigrafi Daerah Biru, Sulawesi Selatan (Leeuwen, 1981)

24 Gambar 6.5. Kolom stratigrafi Daerah Biru, Sulawesi Selatan (Leeuwen, 1981)

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA .1 PETA TOPOGRAFI..2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA . Peta Topografi.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini,

Lebih terperinci

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya 5. Peta Topografi 5.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi rendahnya permukaan dari pandangan

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi PEMETAAN GEOLOGI A. Peta Geologi Peta geologi merupakan suatu sarana untuk menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan antar satuan batuan serta merangkum

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir adalah matakuliah wajib dalam kurikulum pendidikan sarjana strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

12.1. Pendahuluan Peta Geologi Definisi

12.1. Pendahuluan Peta Geologi Definisi 12 Peta Geologi 12.1. Pendahuluan Peta geologi pada dasarnya merupakan suatu sarana untuk menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan antar satuan batuan

Lebih terperinci

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv KATA PENGANTAR... v SARI... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR

Lebih terperinci

Ciri Litologi

Ciri Litologi Kedudukan perlapisan umum satuan ini berarah barat laut-tenggara dengan kemiringan berkisar antara 60 o hingga 84 o (Lampiran F. Peta Lintasan). Satuan batuan ini diperkirakan mengalami proses deformasi

Lebih terperinci

7. Peta Geologi Pengertian dan Kegunaan

7. Peta Geologi Pengertian dan Kegunaan 7 Peta Geologi 71 Pengertian dan Kegunaan Peta geologi adalah gambaran tentang keadaan geologi suatu wilayah, yang meliputi susunan batuan yang ada dan bentuk bentuk struktur dari masingmasing satuan batuan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

GEOLOGI DAERAH KLABANG

GEOLOGI DAERAH KLABANG GEOLOGI DAERAH KLABANG Geologi daerah Klabang mencakup aspek-aspek geologi daerah penelitian yang berupa: geomorfologi, stratigrafi, serta struktur geologi Daerah Klabang (daerah penelitian). 3. 1. Geomorfologi

Lebih terperinci

BAB. I Kompas Geologi

BAB. I Kompas Geologi BAB. I Kompas Geologi 1.1Pengertian Kompas geologi Kompas geologi adalah alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Geomorfologi daerah penelitian ditentukan berdasarkan intepretasi peta topografi, yang kemudian dilakukan pengamatan secara langsung di

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian geologi dilakukan untuk mengenal dan memahami kondisi geologi suatu daerah. Penelitian tersebut dapat meliputi penelitian pada permukaan dan bawah permukaan.

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen adalah proses-proses yang bersifat

Lebih terperinci

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan)

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan) PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan) Geologi Regional Kuliah lapangan Geologi dilakukan pada hari Sabtu, 24 November 2012 di Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat, yang terletak ±20 km di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksploitasi cadangan minyak bumi dan gas di bagian Barat Indonesia kini sudah melewati titik puncak kejayaannya, hampir seluruh lapangan minyak di bagian barat Indonesia

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batubara merupakan salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan memegang peranan penting saat ini. Peranannya semakin meningkat seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT Disampaikan Pada Acara Kunjungan Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) I Bandung Ke Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia Pada Hari Sabtu Tanggal 5 Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan memegang peranan penting saat ini. Peranannya semakin meningkat seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentuk morfologi dan topografi di daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen yang bersifat destruktif dan proses endogen yang berisfat konstruktif.

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Foto 24. A memperlihatkan bongkah exotic blocks di lereng gunung Sekerat. Berdasarkan pengamatan profil singkapan batugamping ini, (Gambar 12) didapatkan litologi wackestone-packestone yang dicirikan oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1. DAFTAR ISI COVER i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERNYATAAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vi DAFTAR GAMBAR x DAFTAR TABEL xvi SARI xvii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang 1 I.2. Rumusan Masalah

Lebih terperinci

GEOLOGI DAN STUDI BATIMETRI FORMASI KEBOBUTAK DAERAH GEDANGSARI DAN SEKITARNYA KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROPINSI DIY

GEOLOGI DAN STUDI BATIMETRI FORMASI KEBOBUTAK DAERAH GEDANGSARI DAN SEKITARNYA KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROPINSI DIY GEOLOGI DAN STUDI BATIMETRI FORMASI KEBOBUTAK DAERAH GEDANGSARI DAN SEKITARNYA KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROPINSI DIY SKRIPSI Disusun Oleh : Farauk A. Fautngil 111.030.151 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

MENENTUKAN BATAS SATUAN BATUAN. Arie Noor Rakhman

MENENTUKAN BATAS SATUAN BATUAN. Arie Noor Rakhman MENENTUKAN BATAS SATUAN BATUAN Arie Noor Rakhman Pemetaan Geologi Kolom Litologi Kolom Stratigrafi Peta Geologi Pemetaan geologi menghasilkan pembagian satuan batuan batas satuan batuan korelasi antar

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Pengamatan geomorfologi terutama ditujukan sebagai alat interpretasi awal, dengan menganalisis bentang alam dan bentukan-bentukan alam yang memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai gelar kesarjanaan Strata Satu ( S-1) pada Program Studi Teknik Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, maka setiap mahasiswa

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. BAB I PENDAHULUAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batuan karbonat menarik untuk dipelajari karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan batuan sedimen lainnya. Pembentukan batuan karbonat ini memerlukan berbagai

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Analisa geomorfologi merupakan sebuah tahapan penting dalam penyusunan peta geologi. Hasil dari analisa geomorfologi dapat memudahkan dalam pengerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geomorfologi adalah salah satu hal yang menjadi dasar dalam ilmu geologi, karena geomorfologi dapat dijadikan panduan dalam pemetaan geologi, selain itu pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah Rembang secara fisiografi termasuk ke dalam Zona Rembang (van Bemmelen, 1949) yang terdiri dari endapan Neogen silisiklastik dan karbonat. Stratigrafi daerah

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Pengamatan geomorfologi di daerah penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu dengan pengamatan menggunakan SRTM dan juga peta kontur yang dibuat dari

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN 4.1 Geomorfologi Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai geomorfologi umum daerah penelitian, dan pada bab ini akan dijelaskan secara lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Longsoran Desa Sirnajaya dan Sekitarnya, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Longsoran Desa Sirnajaya dan Sekitarnya, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gununghalu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yang terletak di bagian selatan dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Cianjur. Bentang alamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan tugas akhir yang berjudul Geologi dan Analisis Struktur Geologi Daerah Cileungsi dan Sekitarnya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan

Lebih terperinci

Peta Geologi dan Pengertian peta Geologi

Peta Geologi dan Pengertian peta Geologi Peta Geologi dan Pengertian peta Geologi Published on Selasa, 20 Desember 2011 Leave your thoughts» Pada umumnya ada beberapa macam bagian peta geologi yang sering digunakan untuk laporan, baik dalam study

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 GEOMORFOLOGI III.1.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi yang ada pada daerah penelitian dipengaruhi oleh proses endogen dan proses eksogen. Proses endogen merupakan

Lebih terperinci

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR Peta topografi adalah peta penyajian unsur-unsur alam asli dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam tersebut diusahakan diperlihatkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan tugas akhir merupakan hal pokok bagi setiap mahasiswa dalam rangka merampungkan studi sarjana Strata Satu (S1) di Institut Teknologi Bandung. Penelitian

Lebih terperinci

Foto 4.9 Singkapan batupasir sisipan batulempung

Foto 4.9 Singkapan batupasir sisipan batulempung sebagai endapan delta mouth bar pada sistem delta. 4.3.3 Lintasan C Delta Front Pada bagian bawah dari kolom stratigrafi lintasan ini, didapatkan litologi batupasir dan batulempung dengan suksesi vertikal

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBELAJARAN GEOLOGI DITINJAU DARI KEBERHASILAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH METODE GEOLOGI LAPANGAN DI JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FT UGM

EVALUASI PEMBELAJARAN GEOLOGI DITINJAU DARI KEBERHASILAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH METODE GEOLOGI LAPANGAN DI JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FT UGM P5O-01 EVALUASI PEMBELAJARAN GEOLOGI DITINJAU DARI KEBERHASILAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH METODE GEOLOGI LAPANGAN DI JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FT UGM Subagyo Pramumijoyo 1, Sugeng Wijono 1, dan Bambang Widjaja

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 18 Geologi Daerah Penelitian BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi Daerah Penelitian merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan ketinggian yang berkisar antara 40-90 meter di atas

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Morfologi daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal dari peta topografi dan citra satelit,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Morfologi secara umum daerah penelitian tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yaitu geologi daerah Ngampel dan sekitarnya. Pembahasan meliputi kondisi geomorfologi, urutan stratigrafi,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang

Lebih terperinci

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai. BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.2.2.3 Umur Berdasarkan data analisis mikrofosil pada sampel yang diambil dari lokasi BG4 (Lampiran B), spesies-spesies yang ditemukan antara lain adalah Globigerinoides

Lebih terperinci

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Bab III Geologi Daerah Penelitian Bab III Geologi Daerah Penelitian Foto 3.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan Blok Patahan dilihat dari Desa Mappu ke arah utara. Foto 3.5 Lembah Salu Malekko yang memperlihatkan bentuk V; foto menghadap ke

Lebih terperinci

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) Stadia Sungai Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Dalam Bahasa Indonesia, kita hanya mengenal satu kata sungai. Sedangkan dalam Bahasa Inggris dikenal kata stream dan river.

Lebih terperinci

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi. Bab 8 Peta Tentang Pola dan Bentuk Muka Bumi 149 BAB 8 PETA TENTANG POLA DAN BENTUK MUKA BUMI Sumber: Encarta Encyclopedia, 2006 Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan

Lebih terperinci

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Foto 3.7. Singkapan Batupasir Batulempung A. SD 15 B. SD 11 C. STG 7 Struktur sedimen laminasi sejajar D. STG 3 Struktur sedimen Graded Bedding 3.2.2.3 Umur Satuan ini memiliki umur N6 N7 zonasi Blow (1969)

Lebih terperinci

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta, BAB II Geomorfologi II.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat telah dilakukan penelitian oleh Van Bemmelen sehingga dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949 op.cit Martodjojo,

Lebih terperinci

8. Pengertian dalam Hubunngan Geologi

8. Pengertian dalam Hubunngan Geologi 8. Pengertian dalam Hubunngan Geologi 8.1 Prinsip dasar perlapisan batuan sedimen Peta geologi umumnya menggambarkan bermacam-macam batuan dan struktur geologinya. Gambaran tersebut mengikuti aturan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat sarjana (S1) pada Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu Teknologi dan Kebumian, Institut

Lebih terperinci

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold).

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold). 9. Struktur Geologi 9.1. Struktur geologi Struktur geologi adalah gambaran bentuk arsitektur batuan-batuan penyusunan kerak bumi. Akibat sedimentasi dan deformasi. berdasarkan kejadiannya, struktur geologi

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Geomorfologi Daerah Penelitian III.1.1 Morfologi dan Kondisi Umum Daerah Penelitian Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses

Lebih terperinci

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta Pendahuluan Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9 3.2.2.4 Mekanisme pengendapan Berdasarkan pemilahan buruk, setempat dijumpai struktur reversed graded bedding (Gambar 3-23 D), kemas terbuka, tidak ada orientasi, jenis fragmen yang bervariasi, massadasar

Lebih terperinci

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III PEROLEHAN DAN ANALISIS DATA Lokasi penelitian, pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000, terletak di Formasi Rajamandala. Penelitian lapangan berupa

Lebih terperinci

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono Batulempung, hadir sebagai sisipan dalam batupasir, berwarna abu-abu, bersifat non karbonatan dan secara gradasi batulempung ini berubah menjadi batuserpih karbonan-coally shale. Batubara, berwarna hitam,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman. No.190, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian strategis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai sumber

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta ABSTRAK Daerah penelitian terletak di daerah Gunung Bahagia, Damai, Sumber Rejo, Kota Balikpapan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL 2.1. TINJAUAN UMUM Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya dibagi menjadi tiga mendala (propinsi) geologi, yang secara orogen bagian timur berumur lebih tua sedangkan bagian

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Kondisi Geomorfologi Bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses endogen adalah

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya harga dan kebutuhan beberapa mineral logam pada akhirakhir ini telah menarik minat para kalangan investor tambang untuk melakukan eksplorasi daerah prospek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar kesarjanaan di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Mineral, Universitas Trisakti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud Dan Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat kelulusan sarjana strata satu pada Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Geomorfologi daerah penelitian diamati dengan melakukan interpretasi pada peta topografi, citra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penelitian ini secara umum adalah pengintegrasian ilmu dan keterampilan dalam bidang geologi yang didapatkan selama menjadi mahasiswa dan sebagai syarat

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan 3.2.3 Satuan Batulempung A. Penyebaran dan Ketebalan Satuan batulempung ditandai dengan warna hijau pada Peta Geologi (Lampiran C-3). Satuan ini tersingkap di bagian tengah dan selatan daerah penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 1

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat sarjana strata satu (S1). Tugas Akhir dilakukan dalam bentuk penelitian yang mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penelitian ini secara umum adalah pengintegrasian ilmu dan keterampilan dalam bidang geologi yang didapatkan selama menjadi mahasiswa dan sebagai syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas akhir sebagai mata kuliah wajib, merupakan pengintegrasian ilmu dan keterampilan dalam bidang geologi yang didapatkan selama menjadi mahasiswa dan sebagai syarat

Lebih terperinci

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan secara optimal, diantaranya termasuk melakukan

Lebih terperinci

Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS

Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara Pembuatan Peta merupakan gambaran permukaan bumi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM Tujuan utama analisis variogram yang merupakan salah satu metode geostatistik dalam penentuan hubungan spasial terutama pada pemodelan karakterisasi

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA PERPETAAN - 2 KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan Extra

Lebih terperinci

Asas Stratigrafl, Satuan Pengendapan, dan Karakter Perlapisan

Asas Stratigrafl, Satuan Pengendapan, dan Karakter Perlapisan Asas Stratigrafl, Satuan Pengendapan, dan Karakter Perlapisan Stratigrafi mempelajari susunan pengendapan lapisan sepanjang waktu geologi. Stratigrafi ialah cara memerikan (description) urutan lapisan-lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan ekonomis di Indonesia dan telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur sesar yang dijumpai di daerah penelitian adalah Sesar Naik Gunungguruh, Sesar Mendatar Gunungguruh, Sesar Mendatar Cimandiri dan Sesar Mendatar

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Nodul siderite Laminasi sejajar A B Foto 11. (A) Nodul siderite dan (B) struktur sedimen laminasi sejajar pada Satuan Batulempung Bernodul. 3.3.1.3. Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kawasan Bandung Utara terbentuk oleh proses vulkanik Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Perahu pada kala Plistosen-Holosen. Hal tersebut menyebabkan kawasan ini tersusun

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana. BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Intensitas Curah Hujan Menurut Joesron (1987: IV-4), Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu. Analisa intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Lingkup Kajian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Lingkup Kajian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian geologi dilakukan untuk mengenal dan memahami kondisi geologi suatu daerah. Penelitian tersebut dapat meliputi penelitian pada permukaan dan bawah permukaan.

Lebih terperinci

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. PEMBERIAN UKURAN ANGKA UKUR Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. ANGKA UKUR Jika angka ukur ditempatkan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian maka diperlukan analisa geomorfologi sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menunjang pembangunan di Indonesia, dibutuhkan sumber energi yang memadai, hal ini harus didukung dengan ketersediaan sumber daya alam yang cukup. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) 3.2.2.1 Penyebaran Satuan batuan ini menempati 2% luas keseluruhan dari daerah

Lebih terperinci