PT. PERTAMINA REFINERY UNIT VI BALONGAN PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE PADA UNIT ARHDM LAPORAN KERJA PRAKTEK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PT. PERTAMINA REFINERY UNIT VI BALONGAN PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE PADA UNIT ARHDM LAPORAN KERJA PRAKTEK"

Transkripsi

1 PT. PERTAMINA REFINERY UNIT VI BALONGAN PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE PADA UNIT ARHDM LAPORAN KERJA PRAKTEK Oleh Hilmi Dian Saputra NIM PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN INDRAMAYU 2014

2 PT. PERTAMINA REFINERY UNIT VI BALONGAN PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE PADA UNIT ARHDM LAPORAN KERJA PRAKTEK Oleh Hilmi Dian Saputra NIM PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN INDRAMAYU 2014 i

3 ABSTRAK PT. Pertamina Refinery Unit VI Balongan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan merupakan salah satu pabrik pengolahan minyak bumi di Indonesia setelah RU di daerah Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, dan Sorong. RU VI Balongan merupakan pabrik yang sangat berpengaruh untuk kebutuhan bahan bakar di daerah besar seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Bekasi dan sebagainya. Pada RU VI terdapat beberapa unit produksi, salah satunya adalah AHU atau Atmospheric Hydrodemetalization Unit. Produk yang dihasilkan dari AHU ini adalah DMAR atau Demetalization Atmospheric Residue yang digunakan untuk umpan RCC atau Residue Catalytic Cracking, kemudian Naptha, Kerosin, Gas Oil yang diolah kembali di Naphtha Processing Unit, Gas Oil Hydrotreating Unit sehingga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari sebagai bahan bakar kendaraan ataupun rumah tangga. Proses pengolahan Atmospheric Residue pada unit AHU ini adalah mengolah Atmospheric Residue yang dihasilkan dari unit CDU dengan mengurangi kandungan metal seperti nickel,vanadium, Fe dan Na, serta sulfur organik dan Nitrogen kemudian micro carbon residue yang dapat mengurangi performa katalis di reaktor serta menghasilkan DMAR untuk umpan RCC. ii

4 LEMBAR PENGESAHAN PT. PERTAMINA REFINERY UNIT VI BALONGAN PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE PADA UNIT ARHDM PERIODE 10 NOVEMBER 10 DESEMBER 2014 Hilmi Dian Saputra NIM Laporan Kerja Praktek ini telah disahkan Di Indramayu, 10 Desember 2014 Menyetujui, Pembimbing Lapangan Fendy Anthonius Lingga Mengetahui, DHC Section Head Senior Officer BP Refinery Ahmad Aulia Fatimah Aradani iii

5 LEMBAR PERSEMBAHAN Saya berterimakasih serta bersyukur kepada Allah SWT yang mana berkat rahmat sehatnya sehingga saya bisa melakukan kerja praktek tanpa adanya rintangan. Sebelum kerja praktek saya bersyukur diberikan kesabaran oleh Allah SWT karena harus menunggu jawaban perusahaan yang sebelumnya selama satu setengah bulan, namun Allah memecah kebuntuan melalui Om Ari (Pak Karnowo) yang merupakan saudara jauh saya dan merupakan pegawai dari Pertamina RU VI. Tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada saudara saya Mamah Erni dan Bang Arif Fadilah (KETE) yang sudah berusaha menghubungi Om Ari. Saya berterimakasih juga atas dukungan dan materi dari ORANG TUA(Engkus Kuswara & Ely Suhartini) saya, mereka tidak behenti menasehati saya mengenai kerja praktek. Kakak (Eva Rosdiana) saya pun demikian selalu menasehati saya mengenai kerja praktek. Dan saya mengucapkan terimakasih juga kepada pembimbing lapangan(pak Fendy Anthonius Lingga), dosen pembimbing (Ibu Indah Dhamayanthie, dan teman-teman operator (Pak Teguh, Pak Karto, Arif, Pak Dedi, Pak Agus, Pak Maman) serta teman-teman saya yang membantu proses KP maupun pengerjaan laporan. iv

6 RIWAYAT HIDUP Nama Tempat, tanggallahir : Hilmi Dian Saputra : Jakarta, 14 Agustus1994 Alamat : Perum. Masnaga Jl. GunungBromo II Blok A/372 Bintara Jaya, Bekasi Barat Agama Jeniskelamin Tinggi badan Berat badan Kesehatan Hobby : Islam : Laki-laki : 162,5 cm : 65 kg : Sehat jasmani dan rohani : Bermain basket No. HP : GolonganDarah Status : hilmi.riswandi@gmail.com : O : Belum Menikah v

7 RIWAYAT PENDIDIKAN : SD Negeri Pulogebang 20, Jakarta Timur : SMP Negeri 236, Jakarta Timur : SMA Negeri12, Jakarta Timur sekarang : Progam Studi DIII Teknik Kimia Akademi Minyak dan Gas Balongan PENGALAMAN BERORGANISASI Sekarang : Pengurus dari Perhimpunan Mahasiswa Teknik Kimia (PERMATEK) di Akamigas Balongan : Pengurus dari Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMAN 12 Jakarta : Pengurus dari Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMPN 236 Jakarta PRAKTIKUM 1. Praktikum Kimia Dasar I, AKAMIGAS BALONGAN, Indramayu-Jawa Barat. 2. Praktikum Fisika Dasar I, AKAMIGAS BALONGAN, Indramayu-Jawa Barat. 3. Praktikum Kimia Analitik, AKAMIGAS BALONGAN, Indramayu-Jawa Barat. 4. Praktikum Mikrobiologi, AKAMIGAS BALONGAN, Indramayu-Jawa Barat. vi

8 KUNJUNGAN LAPANGAN 1. Kunjungan ke - 1 Mata Kuliah Tempat Pembimbing : Mikrobiologi : PT. Bukit Baros Cempaka, Sukabumi : Indah Dhamayanthie, MT. 2. Kunjungan ke - 2 Mata Kuliah Tempat Pembimbing : Alat Industri kimia : PT. Sumber Daya Kelola, Indramayu : Rifana Indrawijaya, ST dan Yully Mulyani, ST 3. Kunjungan ke - 3 Mata Kuliah Tempat Pembimbing : Proses Industri Kimia : PT. Indocement Tunggal Perkasa, Bogor : Indah Dhamayanthie, MT dan Yully Mulyani, ST 4. Kunjungan ke - 4 Mata Kuliah Tempat Pembimbing : Pengolahan Industri Migas : PT. Indorama Synthetic TBK, Purwakarta : Indah Dhamayanthie, MT dan Yully Mulyani, ST 5. Kunjungan ke - 5 Mata Kuliah Tempat Pembimbing : Pengendalian Mutu Produksi : PT. Sido Muncul, Semarang : Indah Dhamayanthie, MT dan Yully Mulyani, ST vii

9 TRAINING & SEMINAR Character And Personality Building diadakan oleh Akamigas Balongan pada tahun 2012 Seminar Nasional Crude Oil and Catalytic Convertion Process diadakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Teknik Kimia Akamigas Balongan pada Agustus 2014 Aspen Hysys diadakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Teknik Kimia Akamigas Balongan pada tahun 2014 Stadium General Lube Oil Complex diadakan oleh Perhimpunan MahasiswaTeknik Kimia Akamigas Balongan pada tahun 2013 viii

10 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT. atas berkat rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul Laporan Kerja Praktek PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE PADA UNIT ARHDM DI PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN. Laporan kerja praktek ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kerja Praktek yang ditempuh pada semester V(Lima) Program Studi Diploma III Teknik Kimia AKAMIGAS Balongan. Laporan ini dibuat berdasarkan pengamatan dan data yang dikumpulkan selama preode kerja praktek 10 November Desember kasih kepada: Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima 1. Ibu Ir. Hj. Hanifah Handayani, selaku Ketua Yayasan Akamigas Balongan. 2. Bapak Nahdudin Islami,M.Si, selaku Direktur Akamigas Balongan. 3. Ibu Indah Dharmayanthie, M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia Akamigas Balongan. 4. Bapak Ahmad Aulia, selaku DHC Section Head RU VI Balongan 5. Bapak Suyatni, selaku Senior Supervisor AHU RU VI Balongan 6. Bapak Dedi Rosliadi, selaku DHC F&Q Supervisor RU VI Balongan 7. Bapak Fendy Anthonius Lingga, selaku Pembimbing Lapangan di Bagian AHU. ix

11 8. Kedua orang tua yang memberikan dukungan moral maupun spiritual. 9. Rekan-rekan sesama mahasiswa kerja praktek dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini. Oleh karena penulis sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun yang padat membawa penulis ke arah yang lebih baik. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi yang membutuhkan dan bisa dijadikan sebuah motivasi Indramayu, Desember 2014 Penulis x

12 DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i ABSTRAK... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv RIWAYAT HIDUP... v KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR GRAFIK... xviii DAFTAR LAMPIRAN... xix BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tema Kerja Praktek... 3 xi

13 1.3 Tujuan Kerja Praktek Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Manfaat Bagi Perusahaan Manfaat Bagi Akamigas Balongan Manfaat Bagi Mahasiswa... 5 BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian Umum Crude Oil Fraksi-fraksi Crude Oil dan Kegunaannya Atmospheric Residue Atmospheric Residue Hydro Demetalizing BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN Orientasi Lapangan Metode Wawancara Studi Literatur BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN xii

14 4.1 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero) Visi, Misi, Slogan dan Logo PT. PERTAMINA (Persero) PT. PERTAMINA RU VI Balongan Tata Letak PT. PERTAMINA RU VI Balongan Sistem Kontrol Struktur Organisasi Perusahaan Sistem Utilitas Pengolahan Limbah Pengolahan Limbah Cair Pengolahan Limbah Gas Pengolahan Limbah Padat Laboratorium Unit-unit di RU VI Balongan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fungsi Utama AHU Proses Pada AHU Seksi Feed xiii

15 5.2.2 Seksi Reaksi Seksi Pemisahan Produk Reaktor Seksi Recycle Gas Seksi Fraksinasi Alat-alat Pada AHU Bahan-bahan Kimia Yang Digunakan Pada Unit AHU BAB VI KENDALA SELAMA PROSES PADA AHU BAB VII TUGAS KHUSUS Pengertian Pompa Secara Umum Pompa Sentrifugal Multistage Cara Kerja Pompa Cara Kerja Pompa Sentrifugal Cara Kerja Pompa Sentrifugal Multistage Bagian-bagian Pompa Sentrifugal Multistage Bagian Dalam Pompa Balancing Drum Seal Oil System xiv

16 7.4.4 Lube Oil System Motor Kerusakan Yang Terjadi Pada Pompa Kondisi Operasional Pompa Sentrifugal Multistage Pada AHU.. 83 BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xv

17 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Atmospheric Residue... 9 Gambar 4.1 Logo Baru PT Pertamina(Persero) Gambar 4.2 Logo PT Pertamina(Persero) RU VI Balongan Gambar 4.3 Struktur Organisasi PT Pertamina(Persero) RU VI Balongan Gambar 4.4 Process Flow Diagram RU VI Balongan Gambar 5.1 Process Flow Diagram AHU Gambar 5.2 Furnace Gambar 5.3 Kompresor Gambar 5.4 Vessel Gambar 5.5 Pompa Feed Gambar 5.6 Feed Filter Gambar 5.7 Reaktor Gambar 5.8 Kolom Fraksinator dan Kolom Stripper Gambar 5.9 Heat Exchanger Gambar 7.1 Pompa Sentrifugal Multistage AHU Gambar 7.2 Skema Prinsip Kerja dan Arah Aliran dalam Pompa Sentrifugal. 70 Gambar 7.3 Dua Arah Aliran dalam Pompa Multistage Gambar 7.4 Bagian-bagian Pompoa Sentrifugal Multistage Gambar 7.5 Balancing Drum Gambar 7.6 Mechanical Seal Gambar 7.7 Sealing Area pada Pompa xvi

18 Gambar 7.8 Seal System pada Pompa Umumnya Gambar 7.9 Lube Oil System pada AHU Gambar 7.10 Main Oil Pump Gambar 7.11 Lube Oil Cooler Gambar 7.12 Lube Oil Filter Gambar 7.13 Lube Oil Storage Gambar 7.14 Motor xvii

19 DAFTAR LAMPIRAN 1. Fotokopi Surat Penerimaan Kerja Praktek. 2. Fotokopi Absensi Selama Kerja Praktek. xviii

20 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Sejarah Perkembangan PT Pertamina (Persero) Tabel 4.2 Produk Unit DTU Tabel 5.1 Spesifikasi Impurities pada Feed dan Output AHU Tabel 5.2 Produk AHU Tabel 7.1 Pump Data Sheet xix

21 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 7.1 Kinerja Pompa xx

22 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib sebagai syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi D-3 Teknik Kimia AKAMIGAS. Mata kuliah kerja praktek ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa agar dapat melihat dan merasakan secara langsung suasana lingkungan proses produksi. Selain itu, kerja praktek juga dimaksudkan untuk memperkaya ilmu keteknik-kimiaan yang telah didapatkan selama kuliah reguler. Dengan kerja praktek, Mahasiswa diharapkan dapat mengenal proses-proses di dalam industri secara langsung, sehingga pada akhirnya ketika terjun sebagai engineer, mahasiswa telah terbiasa dengan proses-proses yang ada di dalam industri. Adapun pelaksanaan Kerja Praktek (KP) tersebut dilakukan pada perusahaan yang bergerak pada bidang usaha yang sesuai atau relevan dengan bidang ilmu yang dipelajari. Adapun perusahaan tempat kami melakukan Kerja Praktek adalah PT. Pertamina RU VI Balongan, yang berlokasi di Jalan Raya Balongan Km.09. Industri Migas merupakan industri yang sangat berperan penting di masyarakat, terutama bagi para pengguna kendaraan bermotor. PT Pertamina RU VI Balongan merupakan perusahaan milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pengolahan minyak bumi menjadi bahan bakar. Di 1

23 Indonesia ada 7 Refinery Unit, namun pada RU I tepatnnya di Pangkalan Brandan, Medan ditutup karena alat pengolahannya tidak memadai. Oleh karena itu, di Inonesia ada 6 Refinery Unit aktif diantaranya adalah RU pada Dumai, Plaju, Balongan, Cilacap, Balikpapan, dan Sorong. PT. Pertamina RU VI Balongan merupakan perusahaan yang berpengaruh terhadap masyarakat karena menyediakan bahan bakar untuk kota-kota besar, diantaranya adalah Jakarta, Bandung, Bekasi, Bogor dan sebagainya. PT. Pertamina RU VI Balongan merupakan perusahaan yang cukup terkenal di luar Indonesia karena memiliki suatu unit yang merupakan unit yang terbesar se-asia Tenggara, yaitu Unit RCC (Residue Catalytic Cracking). Unit RCC merupakan unit yang bertugas untuk mengolah residu yang diberikan oleh Unit CDU secara langsung ataupun yang harus melalui unit ARHDM. Umpan yang masuk ke RCC itu harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Unit RCC. Umpan tersebut tidak boleh mengandung senyawa metal seperti nickel,vanadium, Fe dan Na serta sulfur organic dan Nitrogen, senyawa MCR (Micro Carbon Residue) karena dapat mengurangi performa katalis yang berada pada RCC. Oleh sebab itu sebelum masuk ke Unit RCC, atmospheric residue yang berasal dari Unit CDU tersebut harus melalui proses demetalization atau pengurangan kandungan metal yang prosesnya berada di dalam Unit ARHDM sampai kandungan metal dan MCR sesuai dengan standar spesifikasi yang sudah dibuat unit RCC. Umpan yang sudah sesuai standar RCC dinamakan DMAR. 2

24 Dari uraian di atas penulis tertarik pada proses pengolahan atmospheric residue pada Unit ARHDM. Oleh karena itu penulis ingin melakukan Kerja Praktek di PT. Pertamina RU VI Balongan untuk mengupas proses pengolahan atmospheric residue pada Unit ARHDM. Selain itu pelaksanaan Kerja Praktek ini sebagai apresiasi yang nyata dalam mendalami ilmu Teknik Kimia, sehingga terdapat suatu kesinambungan antara teori dan praktek sebagai wujud nyata dari kemampuan yang telah penulis dapat dalam perkuliahan. 1.2 Tema Kerja Praktek Tema yang akan diambil dalam kerja praktek ini adalah tentang PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE. 1.3 Tujuan Kerja Praktek Adapun tujuan yang dicapai sehubungan dengan pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut : Tujuan Umum 1. Mengetahui gambaran mengenai proses produksi di perusahaan atau di institusi tempat kerja praktek berlangsung. 2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menjalani perkuliahan. 3. Untuk meningkatkan keahlian, dan daya kreatifitas mahasiswa. 3

25 4. Melatih kemampuan dan kepekaan mahasiswa untuk mencari solusi dari masalah yang dihadapi di dalam dunia industri atau dunia kerja Tujuan Khusus 1. Mengetahui dan memahami proses kerja peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan atmospheric residue pada unit ARHDM. 2. Mengetahui dan memahami proses pengolahan atmospheric residue pada unit ARHDM. 3. Mengetahui dan memahami permasalahan produksi yang ada di unit ARHDM. 4. Mengetahui dan memahami bahan kimia yang menunjang proses produksi. 1.4 Manfaat Manfaat Bagi Perusahaan 1. Perusahaan dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa kerja praktek dalam membantu menyelesaikan tugas-tugas pada proses produksi. 2. Perusahaan mendapatkan alternatif calon karyawan untuk unit yang ditekuni oleh mahasiswa kerja praktek. 4

26 3. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara perusahaan tempat kerja praktek dengan jurusan Teknik Kimia Akamigas Balongan Manfaat Bagi Akamigas Balongan 1. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi tempat praktek kerja dalam upaya meningkatkan hubungan baik antara substansi akademik dengan kegiatan manajemen maupun operasional institusi tempat kerja praktek. 2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga terampil dalam kegiatan kerja praktek Manfaat Bagi Mahasiswa 1. Dapat mengenal secara dekat dan langsung proses produksi yang ada di lapangan. 2. Dapat mengaplikasikan keilmuan mengenai teknik kimia yang diperoleh dibangku kuliah dalam praktek dan kondisi kerja yang sebenarnya, khususnya mengenai peralatan dan proses pengolahan atmospheric residue. 3. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan tempat mahasiswa kerja praktek 5

27 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Crude Oil Minyak Bumi (bahasa Inggris: petroleum, bahasa latin petrus=karang dan oleum=minyak) dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Minyak bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak bumi akan diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah - pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak tanah sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-obatan. Minyak bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam barang dan material yang dibutuhkan manusia. 6

28 2.2 Fraksi-fraksi Crude Oil dan Kegunaannya Fraksi-fraksi Crude Oil Fraksi Crude Oil dipisahkan bersdasarkan titik didihnya, diantaranya sebagai berikut: 1. Gas Rentang rantai karbon : C 1 sampai C 5 Trayek didih : 0 sampai 50 C 2. Gasolin (Bensin) Rentang rantai karbon : C 6 sampai C1 1 Trayek didih : 50 sampai 85 C 3. Kerosin (Minyak Tanah) Rentang rantai karbon : C 12 sampai C 20 Trayek didih : 85 sampai 105 C 4. Solar Rentang rantai karbon : C 21 sampai C 30 Trayek didih : 105 sampai 135 C 5. Minyak Berat Rentang rantai karbon dari C 31 sampai C 40 Trayek didih dari 130 sampai 300 C 6. Residu Rentang rantai karbon diatas C 40 Trayek didih diatas 300 C 7

29 Kegunaan Fraksi-Fraksi Minyak Bumi 1. Gas Kegunaan: Gas tabung, BBG, umpan proses petrokomia. 2. Gasolin (Bensin) Kegunaan : Bahan bakar motor, bahan bakar penerbangan bermesin piston, umpan proses petrokomia 3. Kerosin (Minyak Tanah) Kegunaan: Bahan bakar motor, bahan bakar penerbangan bermesin jet, bahan bakar rumah tangga, bahan bakar industri, umpan proses petrokimia 4. Solar Kegunaan: Bahan bakar motor, bahan bakar industry 5. Minyak Berat Kegunaan: Minyak pelumas, lilin, umpan proses petrokimia 6. Residu Kegunaan: Bahan bakar boiler (mesin pembangkit uap panas), aspal, bahan pelapis anti bocor. 2.3 Atmospheric Residue Saat pertama kali minyak bumi masuk ke dalam menara distilasi, minyak bumi akan dipanaskan dalam suhu diatas 300 o C. Residu tidak menguap dan digunakan sebagai bahan baku aspal, bahan pelapis antibocor, dan bahan bakar boiler (mesin pembangkit uap panas). Bagian minyak bumi 8

30 yang menguap akan naik ke atas dan kembali diolah menjadi fraksi minyak bumi lainnya.aspal digunakan untuk melapisi permukaan jalan. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik, dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Unsurunsur selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa unsur lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Gambar 2.1 Atmospheric Residue 9

31 2.4 Atmospheric Residue Hydro De Metalizing ARHDM unit mengolah Atmospheric residue (AR) dari CDU yang mengandung metal (Ni, V,Fe), Na serta karbon (MCR) dalam jumlah yang tinggi, menjadi DMAR yang mengandung metal (Ni, V,Fe), Na dan karbon (MCR) dalam jumlah yang lebih kecil. Prosesnya dengan menggunakan katalis dan hidrogen pada temperatur dan tekanan tinggi. Produk yang dihasilkan dari ARHDM adalah: 1. Sour Gas. 2. Unstabilized Naphta. 3. Kerosene. 4. Gas Oil. 5. DMAR sebagai RCC Feed. Uraian Proses: 1. Seksi Feed Yaitu pemanasan awal dan penyaringan kotoran feed sebelum dialirkan ke feed surge drum. Feed Atmospheric Residue (AR) dapat langsung dari CDU (Hot AR) Setelah kedua feed bergabung dan dipanaskan, feed kemudian masuk ke feed filter, dimana padatan atau solid yang dapat menyebabkan deposit pada top katalis pada reaktor pertama akan disaring dan terakumulasi di elemen filter. Feed yang sudah difiltrasi dialirkan 10

32 ke Filtered Feed Surge Drum. Kemudian feed dipanaskan kembali ke furnace sebelum dialirkan. 2. Seksi Reaksi Masing-masing modul terdiri atas tiga reaktor yang disusun secara seri dengan spesifikasi yang sama. Karena reaksi Hydrotreating adalah eksotermis, maka temperatur campuran oil/gas akan naik pada saat bereaksi. Unruk mengatur kenaikkan temperatur dan untuk mengontrol kecepatan reaksi maka diinjeksikan Cold Quench Recycle Gas. Effluent reaktor kemudian dialirkan ke seksi pendinginan dan pemisahan. 3. Seksi Pendinginan dan Pemisahan Produk Reaktor. Pendinginan pertama dilakukan di Exchanger dimana sebagian panasnya diambil oleh combine feed reaktor, selanjutnya effluent feed reaktor mengalir ke Hot High Pressure Separator (HPSS). Fungsi dari HPSS adalah untuk mengambil residu oil dari effluent reaktorsebelum didinginkan, karena residu yang mengandung endapan alumunium dapat menyumbat exchanger di effluents vapor cooling train. Dengan temperatur 37 o C residu sudah mempunyai sumber untuk memisahkan naphta, kerosene dan produk gas oil pada atmospheric fraksionator. Aliran liquid panas dari HPSS mengalir ke Hot Flow Pressure Separator, dimana uap yang terpisah dari liquid panas dalam HPSS ini banyak mengandung H 2, NH 3, CH 4 gas ringan hidrokarbon dan liquid hidrokarbon lainnya. Uap tersebut selanjutnya didinginkan 11

33 di Heat Reaktor, dimana panas dari HE ini akan ditransfer di Combine Feed reaktor. Setelah itu aliran campuran uap dialirkan ke Effluent Air Cooler masuk ke Cold High Pressure Separator (CHPS). Recycle gas yang kaya hidrogen serta terpisah dari minyak dan air, masuk ke Recycle Gas Compressor dan sebagian kehydrogen Membrane Separator unit untuk dimurnikan. Karena kemungkinan sejumlah minyak dan air tidak seluruhnya terpisahkan dalam CHPS maka minyak dan air tidak seluruhnya dari CHPS dialirkan ke CLPS. Air yang terkumpul di bottom drum CLPS dialirkan ke Sour Water Stripper (SWS), sedangkan minyaknya dipanaskan dahulu dengan Heat Exchanger sebelum dialirkan ke Atmospheric Fraksionator. Liquid dari bottom HPSS diflashkan di dalam Hot Low Pressure Separator (HLPS). Uap yang mengandung H 2 dipisahkan untuk recovery dan produk minyak berat digabung dengan produk HLPS modul 13 dialirkan ke Fraksionator. Flash gas dari HLPS modul 12 dan 13 didinginkan melalui exchanger dan air cooler sebelum diflashkan Cold low Pressure Drum (CLPFD), Flash gas dari CLPFD yang kaya akan H 2 dialirkan ke make up gas compressor untuk dikompresi dan dikembalikan ke unit ARHDM. Liquid ringan diflashkan bersama dengan liquid dari CHPS ke CLPS. 12

34 4. Seksi Recycle Gas Aliran gas yang kaya hidrogen dari CHPS terbagi dua, sebagian dikembalikan ke reaktor dengan Recycle Gas Compressor dan sebagian aliran (Bleed Stream) ke Membrane Separation Unit. 5. Seksi Fraksinasi Produk ARHDM dipisahkan menjadi Naphta, Kerosene, Diesel, dan Hydrodemalized Atmospheric Residue. Diperoleh dari Atmospheric Fraksionator dibantu dua buah stripper. Sebelum dikirim ke luar, naphta dimurnikan di Naphta Stabilizer dan Kerosene dalam Clay Treater. Atmospheric Fraksionator terdiri dari dua seksi, yaitu seksi atap (top), seksi bawah (bottom). Produk Heavy Oil dari HLPS masuk ke fraksionator Cold Feed dari CLPS masuk ke fraksionator. Di seksi Bottom Fraksionator diinjeksikan stripping steam yang telah dipanaskan lebih lanjut (Superheated Steam) di seksi konveksi pada furnace. 13

35 BAB III METODOLOGI KERJA PRAKTEK Metode pelaksanaan yang dilakukan selama Kerja Praktek, meliputi : 3.1 Orientasi Lapangan Dimana data yang diperoleh dari lapangan secara langsung mengenai PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE DI UNIT ARHDM. Berdasarkan penelitian itulah penyusun mendapatkan data data yang akan menjadi sumber data dalam pembuatan laporan. 3.2 Metode Wawancara Data - data diperoleh dari konsultasi langsung dengan pembimbing lapangan maupun dengan operator operator yang ada di lapangan. 3.3 Studi Literatur Merupakan data yang diperoleh dari buku buku sebagai bahan tambahan dalam penyusunan proposal yang berkaitan dengan tema yang diambil. 14

36 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero) Minyak bumi masih menjadi komoditas utama di Indonesia sampai saat ini, baik sebagai sumber energi maupun sebagai bahan dasar produk turunan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Proses pengolahan minyak bumi menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi merupakan tujuan utama dari perusahaanperusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi sampai dengan industri petrokimia hilir. Pengelolaan sumber daya ini diatur oleh negara untuk kemakmuran rakyat seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Hal ini ditujukan untuk menghindari praktek monopoli dan mis-eksploitasi kekayaan alam yang berujung pada kesengsaraan rakyat. Usaha pengeboran minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan Raerink pada tahun 1871 di Cibodas dekat Majalengka (Jawa Barat), namun usaha tersebut mengalami kegagalan. Kemudian dilanjutkan oleh Aeilo Jan Zykler yang melakukan pengeboran di Telaga Tiga (Sumatera Utara) dan pada tanggal 15 Juni 1885 berhasil ditemukan sumber minyak komersial yang pertama di Indonesia. Sejak itu berturut-turut ditemukan sumber minyak bumi di Kruka (Jawa Timur) tahun 1887, Ledok Cepu (Jawa Tengah) pada tahun 1901, Pamusian Tarakan tahun 1905 dan di Talang Akar Pendopo (Sumatera Selatan) tahun Penemuanpenemuan dari penghasil minyak yang lain mendorong keinginan maskapai perusahaan asing seperti Royal Deutsche Company, Shell, Stanvac, Caltex dan 15

37 maskapai-maskapai lainnya untuk turut serta dalam usaha pengeboran minyak di Indonesia. Terjadi beberapa perubahan pengelolaan perusahaan minyak di Indonesia pasca kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 10 Desember 1957, atas perintah Mayjen Dr. Ibnu Soetowo, PT EMTSU diubah menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional (PT PERMINA). Kemudian dengan PP No. 198/1961 PT PERMINA dilebur menjadi PN PERMINA. Pada tanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan PP No. 27/1968, PN PERMINA dan PN PERTAMINA dijadikan satu perusahaan yang bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PN PERTAMINA). Sebagai landasan kerja baru, lahirlah UU No. 8/1971 pada tanggal 15 September Sejak itu, nama PN PERTAMINA diubah menjadi PT. PERTAMINA, dan dengan PP No. 31/2003 PT. PERTAMINA menjadi (Persero), yang merupakan satu-satunya perusahaan minyak nasional yang berwenang mengelola semua bentuk kegiatan di bidang industri perminyakan di Indonesia.Berikut ini adalah kronologis sejarah berdirinya PT Pertamina: Tabel 4.1 Sejarah Perkembangan PT Pertamina (Persero) 1945 : Berdirinya Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (PTMNRI) di Tarakan, yang merupakan perusahaan minyak nasional pertama di Indonesia. April 1954 : PT PTMNRI Tambang Minyak Sumatera Utara (TMSU) 16

38 10 Desember : TMSU berubah menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional 1957 (PT PERMINA) 1 Januari 1959 : NVNIAM berubah menjadi PT Pertambangan Minyak Indonesia (PT PERMINDO) Februari 1961 : PT PERMINDO berubah menjadi Perusahaan Negara Pertambangan Minyak (PN PERTAMIN) yang berfungsi sebagai satu-satunya distributor minyak di Indonesia. 1 Juli 1961 : PT PERMINA dijadikan PN PERMINA (PP No. 198/1961) 20 Agustus : Peleburan PN PERMINA dan PN PERTAMIN menjadi 1968 Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN PERTAMINA) sesuai PP No. 27/ September : PN PERTAMINA berubah menjadi PT. PERTAMINA 1971 berdasarkan UU No. 8/ September : PT. PERTAMINA menjadi PT. PERTAMINA (Persero) 2003 sesuai PP No. 31/2003 Sebagai salah satu elemen penting dalam usaha pemenuhan kebutuhan BBM di Indonesia,PT. Pertamina (Persero) menghadapi tantangan yang semakin berat karena lonjakan kebutuhan BBM harus diiringi dengan peningkatan 17

39 pengolahan minyak bumi agar suplai BBM tetap stabil. Dalam pembangunan nasional, PT. Pertamina (Persero) memiliki tiga peranan penting, yaitu: 1. Menyediakan dan menjamin pemenuhan akan kebutuhan BBM. 2. Sebagai sumber devisa negara. 3. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi dan pengetahuan. PT. Pertamina (Persero) membangun unit pengolahan minyak di berbagai wilayah di Indonesia, untuk mencapai sasaran dan menghadapi tantangan terutama di dalam negeri 4.2 Visi, Misi, Slogan dan Logo PT. PERTAMINA (Persero) Dalam peranannya sebagai elemen penting dalam pemenuhan kebutuhan BBM di Indonesia, PT Pertamina (Persero) mempunyai visi dan misi, yaitu : VISI Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia MISI Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru danterbarukan secara terintegerasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat. Pertamina juga memiliki slogan yaitu Selalu Hadir Melayani. Slogan ini diharapkan dapat mendorong seluruh jajaran pekerja untuk memiliki sikap enterpreneurship dan customer oriented yang terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan. 18

40 Pemikiran perubahan logo sudah dimulai sejak 1976 setelah terjadi krisis Pertamina. Pemikiran tersebut dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dan diperkuat melalui tim restrukturisasi Pertamina tahun 2000 (Tim Citra) termasuk kajian yang mendalam dan komprehensif sampai pada pembuatan TOR dan perhitungan biaya. Akan tetapi, program tersebut tidak sempat terlaksana karena adanya perubahan kebijakan atau pergantian dewan direksi. Wacana perubahan logo tetap berlangsung sampai dengan terbentuknya PT. PERTAMINA (PERSERO) pada tahun Adapun pergantian logo yaitu agar membangun semangat baru, mendukung coorporate culture bagi semua pekerja, mendapatkan image yang lebih baik diantara global oilandgas companies serta mendorong daya saing dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain : 1. Perubahan peranan dan status hukum perusahaan menjadi perseroan. 2. Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi banyak terbentuknya entitas bisnis baru di bidang hulu dan hilir. Gambar 4.1 Logo Baru PT PERTAMINA (Persero) Logo Pertamina yang baru memiliki makna sebagai berikut: 1. Elemen logo huruf P yang menyerupai bentuk panah, menunjukkan PERTAMINA sebagai perusahaan yang bergerak maju dan progresif. 19

41 2. Warna-warna yang berani menunjukan Alir besar yang diambil PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis, dimana : Biru berarti andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Hijau berarti sumber energi yang berwawasan lingkungan. Merah berarti keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam kesulitan. 4.3 PT. PERTAMINARU VI Balongan Kilang Balongan dibangun dengan system project financing dimana biaya invetasi pembangunannya dibayar dari revenue kilang Balongan sendiri dan dari keuntungan Pertamina lainnya. Dengan demikian maka tidak ada dana atau equity dari pemerintah yang dimasukkan sebagai penyertaan modal sebagaimana waktu membangun kilang-kilang lainnya sebelum tahun Oleh karena itu kilang Balongan disebut kilang milik PERTAMINA. Kilang Balongan adalah merupakan kilang yang dirancang untuk mengolah minyak mentah jenis Duri (80%). Pada tahun 1990-an, crude Duri mempunyai harga jual yang relatif rendah karena kualitasnya yang kurang baik. Sebagai bahan baku kilang, kualitas yang rendah dari crude duri dapat terlihat diantaranya dari kandungan residu yang sangat tinggi mencapai 78%, kandungan logam berat dan karbon serta nitrogen yang juga tinggi. Teknologi kilang yang dimiliki di dalam negeri sebelum adanya kilang Balongan tidak mampu mengolah secara efektif dalam jumlah besar, sementara itu produksi minyak dari lapangan Duri meningkat cukup besar. Saat ini, feed yang digunakan 20

42 pada kilang Balongan merupakan campuran crude Duri dan Minasdengan perbandingan Duri 80 : 20 Minas. Dasar pemikiran didirikannya kilang RU VI Balongan untuk memenuhi kebutuhan BBM yaitu: 1. Pemecahan permasalahan minyak mentah (Crude) Duri. 2. Antisipasi kebutuhan produk BBM nasional maupun regional. 3. Peluang menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi. Daerah Balongan dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang yang dinamakan proyek EXOR I (Export Oriented Refinery I) dan dirikan pada tahun Pada perkembangan selanjutnya, pengoperasian kilang tersebut diubah namanya Pertamina Refinery Unit VI Balongan. Start Up kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei Peresmian ini sempat tertunda dari perencanaan sebelumnya (30 Januari 1995) karena unit Residue Catalytic Cracking (RCC) mengalami kerusakan. Unit RCC ini merupakan unit komersil di kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan, yang mengubah residu (sekitar 62 % dari total feed) menjadi minyak ringan yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Residu yang dihasilkan sangat besar sehingga sangat tidak menguntungkan bila residu tersebut tidak dimanfaatkan. Kapasitas unit ini yang sekitar BPSD merupakan yang terbesar se-asia Tenggara Dengan adanya kilang minyak Balongan, kapasitas produksi kilang minyak domestik menjadi BPSD. Produksi kilang minyak Balongan berjumlah kurang lebih 34 % dari bahan bakar minyak yang 21

43 dipasarkan di Jakarta dan sekitarnya. Di bawah ini merupakan logo PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan : Gambar 4.2 Logo PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan Logo PT Pertamina (Persero) RU VI memiliki makna sebagai berikut: 1. Lingkaran : fokus ke bisnis inti dan sinergi 2. Gambar : konstruksi regenerator dan reaktor di unit RCC yang menjadi ciri khas dari PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan 3. Warna : a. Hijau : berarti selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup. b. Putih : berarti bersih, profesional, proaktif, inovatif dan dinamis dalam setiap tindakan yang selalu berdasarkan kebenaran. c. Biru : berarti loyal kepada visi PT Pertamina (Persero). d. Kuning : berarti keagungan PT Pertamina (Persero) RU VI. 22

44 Pemilihan Balongan sebagai lokasi proyek EXOR I didasarkan pada kondisi-kondisi berikut : 1. Lokasinya relatif dekat dengan konsumen bahan bakar minyak terbesar, yaitu Jakarta dan Jawa Barat. 2. Telah tersedianya sarana penunjang, yaitu Depot Unit Produksi Pemasaran Dalam Negeri (UPPDN) III, terminal daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat di Balongan, Convensional Buoy Mooring (CBM) dan Single Bouy Mooy (SMB). 3. Dekat dengan sumber gas alam di daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat dan British Petroleum (sekarang Beyond Petroleum, BP). 4. Selaras dengan proyek pemipaan bahan bakar minyak di Jawa. 5. Tersedianya lahan yang dibutuhkan, yaitu bekas sawah yang kurang produktif. 6. Tersedianya sarana infrastruktur Tata Letak PT. PERTAMINA RU VI Balongan Pabrik PT. PERTAMINA (Persero) RU VI didirikan di kecamatan Balongan, kabupaten Indramayu, Jawa Barat (40 km arah barat laut Cirebon). Untuk penyiapan lahan kilang, yang semula sawah tadah hujan, diperlukan pengurukan dengan pasir laut yang diambil dari pulau Gosong Tengah yang dikerjakan dalam waktu empat bulan. Transportasi pasir dari tempat penambangan ke area penimbunan dilakukan dengan kapal yang selanjutnya dipompa ke arah kilang. Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah ini. Sebanyak 224 buah sumur berhasil digali. Di antara sumur-sumur 23

45 tersebut, sumur yang berhasil memproduksi adalah sumur Jatibarang, Cemara, Kandang Haur Barat, Kandang Haur Timur, Tugu Barat, dan lepas pantai. Sedangkan produksi minyak buminya sebesar 239,65 MMSCFD disalurkan ke PT. Krakatau Steel, PT. Pupuk Kujang, PT. Indocement, Semen Cibinong, dan Palimanan. Depot UPPDN III sendiri baru dibangun pada tahun 1980 untuk mensuplai kebutuhan bahan bakar di daerah Cirebon dan sekitarnya. Tata letak pabrik disusun sedemikian rupa hingga memudahkan jalannya proses produksi serta turut mempertimbangkanaspek keamanan dan lingkungan. Untuk mempermudah jalannya proses produksi, unit-unit dalam kilang disusun sedemikian rupa sehingga unit yang saling berhubungan jaraknya berdekatan. Dengan demikian pipa yang digunakan dapat sependek mungkin dan energi yang dibutuhkan untuk mendistribusikan aliran dapat diminimalisir serta temperatur yang akan stabil. Keamanan area perkantoran terletak cukup jauh dari unit-unit yang memiliki resiko bocor atau meledak, seperti RCC, ARHDM, dll. Unit-unit yang berisiko diletakkan di tengah-tengah kilang. Unit terdekat dengan area perkantoran adalah unit utilitas dan tangki-tangki yang berisi air sehingga relatif aman. Area kilang terdiri dari : Sarana kilang : 250 ha daerah konstruksi kilang : 200 ha daerah penyangga 24

46 Sarana perumahan : 200 ha Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan adanya faktor pendukung, antara lain : a. Bahan Baku Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan adalah : Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed). Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed). Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). b. Air Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari, kurang lebih 65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan secara pemipaan dengan pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal m 3 serta kecepatan maksimum m 3. Air tersebut berfungsi untuk steam boiler, heat exchangers (sebagai pendingin),dan kebutuhan perumahan. Dalam pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan dengan sistem wasted water treatment, di mana air keluaran direcycle ke sistem ini. Secara spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki kualitas effluent parameter NH 3, fenol, dan COD sesuai dengan persyaratan lingkungan. c. Transportasi 25

47 Lokasi kilang RU VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepas pantai utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar distribusi hasil produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine facilities adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat crude oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM, rambu laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan produk (propylene) maupun pemuatan propylene dan LPG dilakukan dengan fasilitas yang dinamakan jetty facilities. d. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan terdiri dari dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses pendirian Kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal non-skill sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, sedangkan golongan kedua, yang dipekerjakan untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT. PERTAMINA (Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang minyak di Indonesia Sistem Kontrol Pada PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan mempunyai sistem kontrol yang sebagian besar menggunakan kontrol automatik dan manual. Sebagian besar kontrol terpusat pada DCS (Distributed Control System) yaitu RCC complex, DTU complex, DHC complex, dan H 2 Plant. 26

48 Kontrol yang digunakan adalah pneumatik karena yang diproses adalah bahan yang mudah terbakar dan kemudian diubah menjadi signal elektrik (Digital) agar dapat terbaca di-dcs Struktur Organisasi Perusahaan PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI Balongan mempunyai struktur organisasi yang menerangkan hubungan kerja antar bagian yang satu dengan yang lainnya dan juga mengatur hak dan kewajiban masingmasing bagian. Tujuan dibuatnya struktur organisasi adalah untuk memperjelas dan mempertegas kedudukan suatu bagian dalam menjalankan tugas sehingga akan mempermudah untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Maka biasanya struktur organisasi dibuat sesuai dengan tujuan dari organisasi itu sendiri. 27

49 Gambar 4.3Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan 28

50 4.4 Sistem Utilitas Sistem utilitas mempunyai tujuan untuk menunjang operasi unit-unit proses dengan menyediakan kebutuhan listrik, steam, air pendingin, gas N 2, fuel gas system, dan sebagainya. Sistem utilitas ini terdiri dari beberapa unit, yaitu: 1. Pembangkit Listrik dan Sistem Distribusi (Unit 51) 2. Pembangkit Steam (Unit 52) 3. Water Intake Facility (WIF) dan Fasilitas Penjenuhan Air (Water Treatment Plant) Salam Darma (Unit 53) 4. Raw Water dan Potable Water System (Unit 54) 5. Demineralize Water Unit (Unit 55) 6. Cooling Tower System (Unit 56) 7. Sistem Udara dan Instrumen (Unit 58) 8. Nitrogen Plant (Unit 59) Bahan baku unit utilitas pada PERTAMINA RU VI adalah air dan udara yang kemudian diolah untuk berbagai keperluan. 4.5 Pengolahan Limbah Limbah industri minyak bumi umumnya mengandung logam-logam berat, senyawa sulfur dan amin, senyawa kimia berbahaya, serta senyawa-senyawa hidrokarbon yang mudah terbakar. Hal ini menuntut adanya Refinery Unit limbah agar limbah yang dibuang dapat memenuhi spesifikasi dan persyaratan yang telah ditetapkan pemerintah. PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan menghasilkan berbagai macam limbah, yang terdiri dari limbah cair, limbah gas, 29

51 dan limbah padat. Dari ketiga macam limbah tersebut, limbah cair merupakan limbah yang paling potensial untuk menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah yang paling banyak dihasilkan adalah senyawa sulfur karena minyak mentah yang digunakan berkadar sulfur tinggi. PERTAMINA RU VI memiliki unit pemroses yang bertahap untuk pengolahan H 2 S. Kandungan H 2 S yang terdapat dalam off gas akan diolah di unit Amine Treatment. Kandungan H 2 S dan amoniak yang terkandung dalam air sisa proses diolah lagi di seksi Sour Water Stripper. Tahap ini terdiri dari 2 seksi yaitu seksi Sour Water Stripper (SWS) dan seksi Spent Caustic Treating. Seksi Sour Water Stripper inilah yang akan menghasilkan gas H 2 S. Kemudian kandungan sulfur dari off gas Amine Treatment Unit dan unit SWS akandibuang memalui flare.treated off gas dari Amine Treatment digunakan sebagai bahan bakar di Fuel Gas System dan sebagai bahan bakuhydrogen Plant (steam reforming). Sedangkan treated waterakan diolah kembali di Effluent Treatment Facility (ETF) sebelum dibuang ke lingkungan. Sebagian treated water digunakan kembali di CDU dan ARHDM Pengolahan Limbah Cair / Waste Water Treatment (Unit 63) Tujuan utama pengolahan limbah cair adalah mengurangi kandungan BOD, partikel tercampur, serta membunuh mikroorganisme patogen. Selain itu, pengolahan limbah juga berfungsi untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun, serta bahan tidak terdegradasi agar konsentrasinya menjadi lebih rendah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibangun unit Sewage dan Effluent Water Treatment di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ini. Setelah diambil kadar sulfurnya di SWS, pengolahan limbah cair dilanjutkan ke unit Sewage dan 30

52 Effluent Water Treatment. Unit ini dirancang untuk memproses buangan seluruh kegiatan proses dan area pertangkian dalam batas-batas effluent yang ditetapkan air bersih. Kapasitas unit ini 600 m 3 /jam dimana kecepatan effluent didesain untuk penyesuaian kapasitas 180 mm/hari curah hujan di area proses dan utilitas Pengolahan Limbah Gas Limbah gas dari kilang yang masih mengandung sulfur diambil oleh Amine Treatment kemudian diolah di Sulfur Recovery Unit dan sisanya dibakar di incinerator (untuk gas berupa H 2 S dan CO) maupun flare (gas hidrokarbon) Pengolahan Limbah Padat Limbah padat dari industri minyak adalah katalis sisa dan sludge. Sludge merupakan suatu limbah yang dihasilkan dalam industri minyak yang tidak dapat dibuang begitu saja ke alam bebas, karena akan mencemari lingkungan. Sludge dihasilkan dari hasil pengolahan limbah cair di ETF. Pada sludge selain mengandung lumpur, pasir, dan air juga masih mengandung hidrokarbon fraksi berat yang tidak dapat di-recovery ke dalam proses. Sludge ini juga tidak dapat di buang ke lingkungan sebab tidak terurai secara alamiah dalam waktu singkat. Pemusnahan hidrokarbon perlu dilakukan untuk menghindari pencemaran lingkungan. Dalam upaya tersebut, PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan melakukannya dengan membakar sludge dalam suatu ruang pembakar (incinerator) pada temperatur tertentu. Lumpur/pasir 31

53 yang tidak terbakar dapat digunakan untuk landfill atau dibuang di suatu area, sehingga pencemaran lingkungan dapat dihindari. 4.6 Laboratorium Program Kerja Laboratorium Bagian Laboratorium memegang peranan penting di kilang, karena pada bagian ini data-data tentang raw material dan produk akan diperoleh. Dengan datadata yang telah diberikan, maka proses produksi akan selalu dapat dikontrol dan dijaga standar mutunya sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Bagian Laboratorium berada di bawah bidang Unit Produksi. Bagian ini memiliki beberapa tugas pokok, yaitu: a. Mengadakan penelitian dan pengembangan jenis crude minyak lain, selain crude dari minyak Duri dan Minas yang memungkinkan dapat diolah di PERTAMINA RU VI Balongan. b. Sebagai kontrol kualitas bahan baku, apakah memenuhi persyaratan sehingga memberikan hasil yang diharapkan. c. Sebagai pengontrol kualitas produk, apakah sesuai dengan standar yang ditetapkan. d. Mengadakan analisa terhadap jenis limbah yang dihasilkan selama operasi proses kilang pada PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan. Pemeriksaan di Laboratorium meliputi: a. Crude oil, terutama crude Duri dan Minas. b. Stream produk yang dihasilkan dari unit AHU, RCC, CDU, Hydrogen Plant dan unit-unit lain. 32

54 c. Utilitas: air, fuel gas, chemical agent dan katalis yang digunakan. d. Intermediate dan finishproduct. Di dalam pelaksanaan tugas, Bagian Laboratorium dibagi menjadi tiga seksi, yaitu: Seksi Teknologi (TEKNO) Seksi Tekno ini mempunyai tugas antara lain: a. Mengadakan blending terhadap fuel oil yang dihasilkan, agar dapat menghasilkan octan number yang besar dengan proses blending yang singkat tanpa penambahan zat kimia lain, seperti TEL, MTBE, atau ETBE. b. Mengadakan penelitian terhadap lindungan lingkungan (pembersihan air buangan). c. Mengadakan evaluasi crude Minas dan Duri sebagai raw material. d. Mendukung kelancaran operasional semua unit proses, ITP, dan utilitas termasuk percobaan katalis, analisa katalis yang digunakan dalam reaktor dan material kimia yang digunakan di kilang RU VI. e. Melakukan analisa bahan baku, stream/finish produk serta chemical dengan menggunakan metode pemeriksaan sampel. Seksi Analitika dan Gas (ADG) Seksi ini mengadakan pemeriksaan terhadap sifat-sifat kimia dari bahan baku, intermediate produk dan finish produk serta bahan kimia yang digunakan, juga analisis gas stream maupun dari tanki. Tugas yang dilakukan antara lain: 33

55 a. Mengadakan analisa sampling dan analisa contoh air serta chemical secara instrument dan kimiawi, agar didapatkan hasil akurat. b. Mengadakan analisa sampling dan analisa secara instrument dan kimiawi terhadap contoh minyak sesuai dengan metode pemeriksaan sampel. c. Mengadakan analisa gas masuk dan gas buang dari masing-masing alat (jika diperlukan). d. Mengadakan analisa sampel gas dari kilang dan utilitas serta produk gas yang berupa LPG, propylene. e. Mengadakan analisa sampling non rutin shift sample stream gas, LPG, propylene, fuel gas, serta hidrogen. Seksi Pengamatan Seksi ini mengadakan pemeriksaan terhadap sifat-sifat fisis bahan baku, intermediate produk dan finish produk. Sifat-sifat yang diamati adalah: a. Distilasi b. Spesific Gravity c. Reid Vapour Pressure/RVP (analisa tekanan uap untuk ignition gasoline) d. Flash and Smoke Point (analisa pembakaran tidak sempurna/jelaga) e. Conradson Carbon Residue (CCR) f. KinematicViscosity g. Cooper Strip and Silver Strip (analisa kandungan sulfur) dan kandungan air 34

56 4.7 Unit-unit di RU VI Balongan Proses pengolahan crude oil di kilang RU VI dibagi menjadi beberapa unit kompleks untuk menghasilkan produk gasolin (premium,pertamax dan pertamax plus), LPG, propylene, kerosene, solar (premium DEX), Industrial Diesel Oil (IDF), Decant Oil, dan sebagainya. Proses utama yang digunakan PT PERTAMINA RU VI BALONGAN dalam mengolah crude oil sebagai berikut : 1. Hydro Skimming Complex (HSC) Proses yang terjadi terjadi pada Hydro Skimming Complex unit ini adalah proses distilasi dan treating dari limbah yang dihasilkan dari crude oil dan treating proses naphta. Unit HSC merupakan Refineri Unit awal dari keseluruhan proses di PT. PERTAMINA RU VI Balongan. Unit HSC terdiri dari Distillation Treating Unit (DTU) dan Naphta Processing Unit (NPU). a. Distillation Treating Unit (DTU) Unit ini dibangun untuk mengolah crude oil dengan cara distilasi serta melakukan treating terhadap gas dan air buangan dari unit-unit pemrosesan lainnya. Unit ini merupakan primary processing dan dibangun untuk mengolah campuran minyak Indonesia dengan kapasitas BPSD. Pada proses ini, mayoritas digunakan crude oil dari minas (light crude oil) dan Duri (heavy crude oil) dengan perbandingan tendon rasio (perbandingan antara kapasitas maksimal : minimal) 35

57 tertentu, dimana nilai batas minimal Duri : Minas adalah 50:50; dan nilai batas maksimal Duri : Minas adalah80:20. Saat ini crude oil yang digunakan berasal dari Duri, LSWR ex Dumai, Minas, JMCO, Mudi dan Banyu Urip. Adapun mayoritas sumber crude oil dipilih dari Duri dan Minas karena cadangannya yang melimpah pada tahun 1990-an, serta secara ekonomis harga crude oil dari Duri paling murah sedangkan hara crude oil dari Minas paling mahal. Oleh karena itu, kombinasi dari keduanya akan digabungkan untuk mendapatkan feed yang dapat disesuaikan dengan spesifikasi produk yang diinginkan. Pada proses ini digunakan proses distilasi atmosferik dimana minyak mentah (multi component) akan dipisahkan berdasarkan titik didihnya. Adapun produk yang dihasilkan dari proses ini berupa off gas, naphta, kerosene, untreated gas oil dan AR (Atmospheric Residue). Tabel 4.2 Produk Unit DTU Produk Laju Aliran (ton/jam) Fuel Gas 0,30 LPG 0,83 Naphta 26,46 Kerosene 60,96 36

58 LGO 91,42 HGO 43,16 AR (Atmopheric Residue) 542,62 b. Naphta Processing Unit ( NPU ) NPU merupakan merupakan proyek PERTAMINA RU VI Balongan yang dikenal dengan Kilang Langit Biru Balongan (KLBB). Unit ini bertujuan untuk mengolah dan meningkatkan bilangan oktan dari naphta dengan caramengurangi impurities yang dapat menurunkan nilai oktan, menghasilkan aromatik dari naphta dan parafin, serta penataan ulang dari struktur molekul hidrokarbon (isomerisasi). Feed dari proses unit ini berupa naphta atau Low Octane Mogas Component (LOMC) yang memiliki angka oktan sebesar dan sesudah diolah menjadi Sebelumnya metode yang dilakukan untuk meningkatkan bilangan oktan adalah dengan penambahan TEL (Ttra Etil Lead) dan MTBE (Methyl Tertier Butyl Eter). Namun saat ini penggunaan TEL dan MTBE telah dilarang karena timbal dapat menyebabkan pencemaran udara dan berbahaya bagi kesehatan karena timbal dapat masuk dan mengendap didalam tubuh sehingga menghambat pembentukan sel darah merah. Oleh karena itu NPU dibuat dan dioperasikan agar dapat meningkatkan angka oktan tanpa harus mencemari udara. 37

59 2. Distillation and Hydrotreating Complex (DHC) Pada unit Distillation and Hydrotreating Complex, produk intermediate minyak bumi, yang berupa Atmospheric Residue (AR) akan mengalami proses treating lebih lanjut. Tujuan proses treating adalah mengurangi kandungan impurities dari minyak bumi seperti senyawa nitrogen, sulfur, Na,kandungan logam (Nikel, Vanadium, Fe) dan kandunga MCR (Micro Carbon Residue). Unit DHC terdiri dari Atmospheric Residue Hydrodemetallization Unit (AHU) dan Hydro Treating Unit (HTU). DHC merupakan suatu kompleks unit yang bertugas untuk melakukan treating atau menyingkirkan pengotor-pengotor yang terdapat diprodukproduk hasil keluaran dari Crude Distillation Unit (CDU). Pengolahan pada unit-unit disini dilakukan dengan bantuan hidrogen, sehingga terdapat juga unit yang memproduksi kebutuhan hidrogen pada unit-unit pemrosesan. yaitu : DHC sendiri menaungi dua buah kompleks unit dibawahnya, a. Atmospheric Residue Hydrodemetallization Unit(AHU/ARHDM) AHU merupakan unit yang bertujuan untuk mengurangicarbon residue, metal (hydrodemetallization), sulphur (hydrodesulphurization), dannitrogen (hydronitrogenation) dari produk keluaran CDU yang berupa atmospheric residue (AR). Proses berlangsung di unit AHU ini 38

60 meggunakan bantuan hidrogen dan katalis. Produk yang telah diolah di AHU akan dijadikan feed kedalam Residue Catalytic Cracker Unit (RCU). b. Hydotreating Unit (HTU) HTU merupakan unit yang bertugas untuk mengolah produk keluaran CDU selain atmospheric residue. Pada HTU sendiri terdapat tiga buah unit,yaitu : Gas Oil Hydrotreating Unit (GO-HTU)-Unit 14 GO HTU merupakan unit yang bertugas untuk mengolah produk keluaran CDU, berupa gas oil. Pada unit ini,gas oil akan dibersihkan dari pengotornya, lalu akan digunakan sebagai salah satu komponen blending untuk produk akhir unit pengolahan RU VI Balongan. Light Cycle Oil Hydrotreating Unit (LCO - HTU) Unit 21 LCO HTU merupakan unit yang bertugas untuk mengolah produk keluaran CDU berupa kerosene. Pada unit ini, kerosene akan dibersihkan dari pengotornya,lalu akan ditampung didalam tangki penampungan. Hydrogen Plant - Unit 22 Hydrogen plant merupakan unit yang berfungsi untuk menghasilkan hidrogen dengan kemurnian 99.9% untuk keperluan unit-unit pemrosesan di unit pengolahan RU VI Balongan. 39

61 3. Residue Catalytic Cracking Complex (RCCC) Residue Catalytic Cracking Complex (RCCC) merupakan secondary process dari pengolahan minyak bumi,dimanaresidu minyak bumi dipecah kembali menjadi produk-produk yang memiliki nilai ekonomis. Crude Duri dan Minas yang diolah di kilang RU VI memiliki residu kurang lebih 60-65%. Unit RCC terdiri dari dua unit yaitu unit Residue Calaytic Cracker (RCC) dan Light End Unit (LEU). RCC merupakan salah satu unit yang mengolah residu menjadi minyak ringan yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi dengan menggunakan katalis. Feed RCC berasal dari unit AHU dan CDU. Sedangkan produk minyak yang dihasilkan berupa LPG, Gasoline, Light Cycle Oil, Propylene, Polygasoline dan decant oil. a. Residue Catalytic Cracking Unit (RCU) Unit ini merupakan secondary processing dengan kapasitas BPSD yang berfungsi untuk mengolah produk keluaran dari ARHDM berupa demetallization atmospheric residue (DMAR) sebanyak 35,5% dan produk keluaran CDU berupa atmopheric residue (AR) sebanyak 64,5% sehingga didapatkan produk yang bernilai lebih tinggi seperti decant oil, light cycle oil dan overhead vapor main column. RCU merupakan unit yang berfungsi untuk meningkatkan nilah tambah dari residu dengan menggunakan katalis.rcc dirancang untuk mengolah Treated Atmospheric Residue yang berasal dari AHU dan Atmospheric Residue yang berasal dari CDU. 40

62 b. Light End Unit (LEU) Unit ini berguna untuk melakukan treatment lebih lanjut terhadap produk-produk yang telah terbentuk. LEU mengolah naphta menjadi produk minyak ringan, seperti LPG dan proylene serta poligasoline. Gambar 4.4 Process Flow Diagram RU VI Balongan 41

63 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Fungsi Utama AHU Unit ARHDM atau AHU dirancang untuk melakukan treatment atmospheric residue (AR) guna menurunkan kandungan metal (Ni & V) dan carbon residu (MCR) yang terdapat di dalamnya sehingga diperoleh produk demetallized atmospheric residue (DMAR) yang memenuhi spesifikasi sebagai umpan unit RCC. Tingginya kandungan metal dalam DMAR dapat meracuni catalyst RCC, sedangkan tingginya kandungan MCR akan meningkatkan beban panas regenerator unit RCC. Unit ARHDM atau AHU terdiri dari 2 train reaktor yang masing masing dioperasikan secara terpisah dengan satu train fraksinator yang dioperasikan untuk kedua train reaktor yang ada. Kapasitas masing masing train reaktor unit ARHDM adalah 29 MBSD dan total kapasitas 58 MBSD atau 384 m 3 /jam (360 T/jam). Tabel 5.1 Spesifikasi Impurities pada Feed dan Output AHU Feed (output DMAR (output Pengotor (impurities) CDU) AHU) Nikel Max 39 ppm Max 18 ppm Metal content Vanadium Max 2 ppm Max 2 ppm Ferrum Max 13 ppm - Natrium Max 1 ppm - Sulfur Max 2200 ppm Max 200 ppm MCR (Micro Carbon Residue) Max 9.1% wt Max 3.5% wt 42

64 5.2 Proses Pada AHU Unit AHU terdiri lima seksi yaitu seksi feed, seksi reaksi, seksi pendinginan dan seksi pendinginan produk reaktor, seksi recycle gas dan seksi fraksionasi Seksi Feed Feed unit AHU berupa AR (Atmospheric Residue) yang diperoleh langsung dari residu keluaran CDU (Hot AR) dan dari tangki (Cold AR), dicampur dan dipanaskan terlebih dahulu sebelum masuk ke unit berikutnya. Selanjutnya, feed yang telah dipanaskan dialirkan melalui filter untuk menyaring padatan (pasir/silika), dengan ukuran saringan 25 mikron. Padatan (solid) dapat menyebabkan deposit pada top katalis direaktor pertama. Padatan yang berukuran lebih besar dari 25 mikron akan tertahan dan terakumulasi pada elemen filter. Apabila pressure drop filter sudah tinggi (P>1.6 atm), maka harus dilakukan back washing agar kotoran pada filter dapat dibersihkan. Back washing dilakukan dengan mengalirkan sebagian DMAR melalui filter dengan arah berlawanan terhadap feed. Feed yang telah disaring dialirkan kedalam filtered feed surge drum terlebih dahulu untuk menghindari loss suction head pompa yang dapat menimbulkan kavitasi. Jika tekanan kurang dari NPSH (Net Positive Suction Head) maka diinjeksikan LPJ. Kemudian feed dipompakan menuju furnace sebelum dialirkan secara paralel ke train 12 dan 13. Untuk awal penyalaan (ignition) furnace digunakan pilot selanjutnya digunakan fuel gas. 43

65 5.2.2 Seksi Reaksi Feed yang berasal dari furnace terbagi menjadi dua aliran dan masuk kedalam rekator pada modul 12 atau 13. Masing-masing modul mempunyai tiga reaktor (fixed bed reactor) dengan spesifikasi yang sama dan disusun paralel. Didalam ketiga reaktor terjadi reaksi hydrotreating yang bersifat eksotermis. Penginjeksian H 2 berguna untuk pengurangan MCR, pengambilan metal dan berfungsi sebagai pengatur suhu apabila temperatur reaktor 2 dan 3 terlalu tinggi. Untuk mengatur temperatur dan kecepatan reaksi (menghindari terjadinya run away reaction), sebelum masuk ke reaktor ke 2 dan ke 3 diinjeksikan cold quench recycle gas yang berasal dari cold high pressure separator (chps). Effluent yang berasal dari reaktor ketiga dialirkan ke seksi pemisahan produk reaktor Seksi Pemisahan Produk Reaktor Effluent reaktor ketiga didinginkan pertama kali pada feed exchanger dengan memanfaatkan temperatur combined feed reactor sebagai fluida pendingin, sebelum masuk kedalam Hot High Pressure Separator (HHPS). Cairan panas keluar dari HHPS dialirkan ke Hot Low Pressure Separator (HLPS), sedangkan uap panas yang mengandung H 2, NH 3,H 2 S dan gas hidrokarbon dialirkan menuju Cold High Pressure Separator (CHPS) setelah didinginkan dengan beberapa HE dan fin fan. Selain itu untuk mencegah terjadinya kebuntuan dan korosi, diinjeksikan kondensat dan larutan polisulfida ke pipa masuk fin 44

66 fan. Air yang keluar dari CHPS dikirim ke SWS sedangkan minyak yang telah berhasil dipisahkan dialirkan ke Cold Low Pressure Separator (CLPS). CLPS mempunyai fungsi yang sama dengan CHPS. Air ada bagian bawah drum dialirkan ke SWS, sour gas (keluaran atas) dialirkan ke fuel gas treating dan minyaknya dialirkan ke Atmospheric Fractionator (12-C-501) setelah dipanaskan terlebih dahulu dibeberapa HE. Sementara itu cairan panas yang keluar dari HHPS dialirkan menuju HLPS. Pada HLPS, fraksi uap yang masih ikut pada fraksi cair akan dipisahkan kembali. Fraksi uap akan dialirkan ke CLPS sedangkan fraksi cairnya akan dialirkan ke Atmospheric Fractionator (12-C-501) Seksi Recycle gas Fraksi gas yang berasal dari CHPS (modul 12 dan 13) yang kaya akan hidrogen, sebagian akan masuk kedalam Recycle Gas Compressor (13-K-101) dan Hydrogen Recovery Unit (12-A-501). Hydrogen Recovery Unit (HRU) merupakan membran yang berfungsi untuk memurnikan hidrogen agar dapat dipakai kembali direaktor dan sebagai media quenching pada reaktor. Sebelum masuk ke HRU, aliran gas dimasukkan kedalam scrubber untuk mengurangi kandungan ammonia sehingga batas maksimum 30 ppm. Prinsip dari scrubber ini adalah pencucian gas memakai air sehingga gas bebas dari ammonia, sedangkan air akan melarutkan ammonia tersebut. 45

67 5.2.5 Seksi Fraksinasi Fraksi minyak (heavy oil) yang berasal dari HLPS dan CLPS difraksinasi didalam kolom atmospheric fractionator yang dibantu dengan superheated steam. Aliran minyak dari HLPS berupa Hot Heavy Oil dimasukkan kedalam tray 33, sedangkan minyak dari CLPS berupa Cold Heavy Oil dimasukkan kedalam masuk pada tray 28. Overhead vapor berupa steam dan hidrokarbon akan dikondensasi oleh overhead air cooler (finfan) (12-E-505), kemudian dialirkan ke overhead accumulator(12-v-505). Vapor berasal dari overhead accumulator dinaikkan tekananya dengan menggunakan off gas compressor (12-K-502 A/B) pada kompresor stage pertama dan outletnya didinginkan menjadi kondensat pada interstage cooler sebelum masuk ke dalam Interstage KO drum (12-V-506 A/B). Vapor yang berasal dari Interstage KO drum dikompresi pada kompresor stage kedua. Liquid yang berasal dari overhead accumulator berupa unstabillized naphtha dicampur dengan aliran vapor yang telah dikompresi pada kompresor stage kedua. Campuran aliran ini kemudian didinginkan dengan cooler (12-E-507) sebelum memasuki Sour Gas Separator (12-V-507). Di dalam SGS, terjadi pemisahan antara unstabillized naphtha, sour water, dan off gas. Unstabillized naphtha dipanaskan oleh produk stabillized naphtha, kemudian dialirkan menuju Naphtha Stabillizer (12-C-505) dan dipisahkan dari off gas. Off gas dialirkan menuju fuel gas treating, sedangkan stabillized naphtha 46

68 didinginkan terlebih dahulu di cooler (12-E-520) sebelum dikirim ke tangki penampungan. Side stream product dari fraksionator beruapa kerosene di ambil dari down stream tray 10 kemudian dimasukkan kedalam kerosene sidecut stripper (12-C-503) dan dipanaskan menggunakan reboiler. Kemudian dikirim ke tangki penyimpanan sebagai campuran blending gas oil. Produk gas oil diambil pada tray 25 masuk ke dalam gas oil stripping (12-C-502) dan di-stripping oleh superheated steam. Sebagian produk akan dikembalikan pada tray 22, sedangkan sebagian lainnya didinginkan pada fin fan cooler (12-E-513) dan kemudian dialirkan menuju unit GO-HTU (unit 14) dan sebagian lainnya dikirim ke tangki penampungan. Produk bottom fractionator berupa DMAR sebesar 86% dipompa dan dibagi menjadi dua aliran. Aliran terbanyak digunakan untuk memanaskan feed fractinator dan memanaskan AR yang akan masuk ke Feed Filter. Aliran yang sedikit digunakan untuk memanaskan kerosene stripper reboiler. Kedua aliran ini kemudian dimixed, selanjutnya sebagian besar DMAR dikirim ke unit RCC dan sisanya dikirim ke tangki penampungan sebesar 10%. 47

69 Tabel 5.2 Produk AHU Produk Kapasitas (BPSD) C 1 C (Nm 3 /jam) Naphta 900 Kerosene 2550 Gas Oil 5900 DMAR

70 Gambar 5.1 Process Flow Diagram AHU 49

71 5.3 Alat-alat Pada AHU 1. Furnace ( Dapur Pembakaran ) Dalam industri pengolahan minyak bumi maupun industri kimia lainnya sering kali dibutuhkan peralatan untuk memanaskan fluida yang disebut Furnace. Dimana panas yang dihasilkan dari pembakaran fuel akan dipindahkan kepada fluida yang mengalir dalam tube-tube yang ada dalam furnace. Furnace didesain dari struktur bangunan yang berdinding plate baja yang bagian dalamnya dilapisi oleh material tahan api. Panas yang digunakan dalam furnace berasal dari panas pembakaran secara langsung dan juga radiasi-radiasi panas yang dipantulkan kembali ke tube-tube yang ada didalam furnace sehingga akan mengurangi kehilangan panas. Furnace didesain untuk dapat menggunakan fuel gas. Ruang utama di furnace disebut fire box (Combution Chumber) yang merupakan tempat terjadinya pembakaran fuel agar dapur memberikan panas se-optimal mungkin kepada fluida yang mengalir ke dalam tube, maka perlu diusahakan agar pembakaran yang terjadi bisa berlangsung dengan sempurna. Panas yang dihasilkan dari furnace adalah 500 o C yang dibuang melalui stack. 50

72 Gambar 5.2 Furnace 2. Kompresor Kompresor digunakan untuk mengkompresi gas dari tekanan rendah hinggga tekanan tertentu yang lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan lawanan dari kompresi yaitu ekspansi. Ekspansi adalah menurunkan tekanan dengan memperbesar volume dari gas tersebut. Kompresor dipakai untu mengalirkan fuida (gas) dengan tekanan tertentu sesuai dengan kebutuhan operasi. Kompresor pada AHU khususnya untuk make up H 2 cara kerjanya meliki 3 stage, diantaranya: Stage 1 : kg/cm 2 Stage 2 : kg/cm 2 Stage 3 : kg/cm 2 51

73 Gambar 5.3 Kompresor 3. Vessel Vessel adalah suatu alat yang merupakan alat proses dengan bahan berupa fluida (cair, gas). Vessel memiliki 2 klasifikasi diantaranya sebagai berikut: Storage Vessel (Tangki Penyimpanan) Processing Vessel (Tangki Process) Fungsi vessel berdasarkan klasifikasinya adalah penampungan, pemisahan fase, dan ruang untuk mempertemukan dua atau lebih bahan. Tergantung dari keperluan proses, vessel dapat bertekanan atmosferik atau bahkan vakum. Contoh Processing Vessel adalah separator sedangkan contoh storage vessel adalah tangki penyimpanan crude oil atau gas. 52

74 Gambar 5.4 Vessel 4. Pompa Feed Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan cara menaikkan tekanan pada fluida tersebut agar sanggup mencapai tempat yang dituju. Pompa feed jenisnya yaitu pompa sentrifugal multistage (10 stage).pompa feed digunakan untuk menaikkan tekanan feed dari 4 kg/cm2 menjadi 198 kg/cm2 untuk memasuki reaktor. 53

75 Gambar 5.5 Pompa Feed 5. Feed Filter Feed Filter merupakan salah satu peralatan di unit AHU. Fungsi feed filter yaitu memisahkan partikel-partikel padat dengan ukuran tertentu yang terdapat dalam umpan reaktor. Partikel-partikel tersebut dapat berupa silika, alumina maupun yang berasal dari tangki. Hal ini berguna untuk mencegah penyumbatan pada bed katalis reaktor. 54

76 Gambar 5.6 Feed Filter 6. Reaktor Reaktor adalah suatu alat proses tempat dimana terjadinya suatu reaksi berlangsung. Dimana pada unit AHU terdiri dari 3 reaktor pada tiap unit. Reaktor ini berfungsi untuk mengurangi kandungan sulfur, metal (vanadium, nikel dan Fe), Na dan MCR (Micro Carbon Residue). Sedangkan di unit GO-HTU reaktor berfungsi untuk mengurangi kandungan sulfur, Nitrogen dan oksigen. Reaktor 1 lebih kecil dari reaktor lainnya karena di reaktor 1 diletakkan katalis metal paling banyak sehingga proses treating lebih banyak di reaktor 1. 55

77 Gambar 5.7 Reaktor 7. Coloumn Kolom berbentuk sama dengan vessel. Perbedaannya yaitu kolom memiliki tray-tray sedangkan vessel tidak. Kolom berfungsi untuk memisahkan produk berdasarkkan titik didihnya. Contoh kolom di AHU adalah kolom fraksinator yang berfungsi memisahkan DMAR dari Naptha, Kerosin, Gas Oil dan kolom stripper yang berfungsi memisahkan hidrokarbon berat dan hidrokarbon ringan. Kolom stripper diletakkan di sebelah dari kolom fraksinator sehingga setelah pemisahan berdasarkan titik didihnya bahan langsung masuk ke kolom stripper. 56

78 Gambar 5.8 Kolom Fraksinator dan Kolom Stripper 8. Heat Exchanger Heat Exchanger adalah alat penukar panas yang cara kerjanya yaitu memanfaatkan panas dari satu fluida untuk memanaskan fluida yang lainnya begitu pula ketika mendinginkan suatu fluida. HE memiliki 2 bagian shell dan tube. Fluida yang memiliki panas yang tinggi dimasukkin ke dalam tube, sedangkan fluida yang memiliki panas lebih rendah dimasukkan ke dalam shell. 57

79 Gambar 5.9 Heat Exchanger 5.4 Bahan-bahan Kimia Yang Digunakan Pada Unit AHU Unit AHU membutuhkan bahan kimia untuk menunjang prosesnya. Biasanya bahan kimia yang digunakan pada umumnya merupakan corrotion inhibitor. Bahan kimia tersebut adalah: 1. Kurilex L-log Bahan kimia Kurilex L-log ini merupakan corrotion inhibitor. Bahan ini digunakan untuk Temperate Cooling Water (TCW). 2. Sodium Polysulfide Solution Bahan kimia ini lebih dikenal dengan nama polysulfide. Polysulfide mempunyai rumus molekul Na 2 Sx. Polysulfide merupakan bahan kimia berbentuk cairan kuning kecokelatan dengan bau mirip sulfide, memiliki titik didih 104 o C. Bahan ini merupakan bahan kimia produksi Chevron yang memiliki sifat larut dalam air dan tidak larut dalam hidrokarbon. Befungsi untuk melapisi pipa agar tidak terjadi fouling pada fluida dan juga untuk mencegah korosi. 58

80 3. Dimethyl Disulfide Dimethyl disulfide atau disingkat DMDS merupakan cairan berwarna kuning pucat dengan bau seperti telur busuk. DMDS memiliki rumus molekul H 3 C S 2 CH 3. DMDS memiliki sifat larut dalam alkohol ringan eter, aliphatic hydrocarbon. Memiliki titik didih 109,6 o C dan flash point 16 o C. Berfungsi untuk mengaktifkan katalis yang baru. 4. Unicor LHS Bahan kimia ini merupakan corrotion inhibitor yang berbentuk cairan berwarna kuning sawo berbau seperti hidrokarbon. Unicor LHS merupakan produksi UOP. Memiliki flash point 140 o F. Unicor LHS sangat cocok untuk Unit RCC tetapi tidak cocok untuk Unit AHU karena kinerjanya kurang bagus sehingga diganti dengan bahan kimia Nalco yang kinerjanya lebih bagus. 59

81 BAB VI KENDALA SELAMA PROSES PADA AHU Setiap unit di RU VI Balongan pasti pernah mengalami masalah tertentu yang dapat menghambat berlangsungnya proses. Masalah bisa terjadi karena kesalahan operator, kesalahan settingan pada alat, kesalahan spesifikasi pada bahan, ataupun ada zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan masalah. Masalah tersebut dapat diselesaikan semuanya, namun masalah yang terjadi pada alat proses hanya bisa ditanggulangi secara sementara saja. Apabila perbaikan/penggantian alat hanya dapat dilakukan saat Change Out Catalyst (COC) atau saat Turn Around (TA). Inilah beberapa masalah yang pernah terjadi pada unit AHU di RU VI Balongan: 1. Kualitas Feed Feed yang masuk ke unit AHU mengandung water yang mengandung banyak solid yang disebabkan karena upset di CDU. Penyebab feed banyak kotoran adalah: Feed yang masuk dari CDU mengandung banyak kotoran Cara menanggulanginya: Kapasitas diturunkan Apabila level surge drum turun, sirkulasi DMAR 60

82 2. Kebocoran Pipa Kebocoran pipa sangat mengganggu jalannya fluida karena fungsi pipa adalah sebagai alat perpindahan pada fluida. Penyebab kebocoran pipa: Korosi pada pipa Cara menanggulangi sementara: Diberi cover berbentuk plat setengah lingkaran yang bermateri sama dengan pipa kemudian di las 3. Pembakaran Fuel Gas Tidak Sempurna Pada Furnace Pada furnace nyala api yang baik adalah api yang berwarna biru dan apinya mengarah ke atas. Biasanya nyala api yang tidak bagus itu apinya berarna merah dan apinya mengarahnya tidak lurus ke atas. Penyebabnya: Terdapat kotoran pada burner berupa kerak sisa pembakaran Cara menanggulanginya: Membersihkan burner dari kotoran yang ada 4. Pompa Trip Pompa trip itu macam-macam masalahnya misalkan karena bocor seal, poros bengkok, casing bocor, bearing rusak, maupun vibrasi tinggi. Penyebabnya: Kurangnya lube oil pada bearing Vibrasi tinggi bisa karena kendala alignment shaft pada pompa 61

83 Cara menanggulanginya Menambahkan lube oil pada bearing Memperbaiki alignment shaft 5. Korosi Korosi merupakan masalah yang paling fatal apabila terjadi pada proses, karena akan mengganggu berlangsungnya proses dan dapat merusak alat alat proses. Korosi merupakan kerusakan/degradasi logam yang disebabkan karena adanya reaksi redoks. Lebih simpelnya ada air, oksigen, dan zat pengoksidasi akan terjadi korosi. Korosi yang biasa terjadi pada AHU adalah korosi erosi. Korosi erosi adalah korosi yang disebabkan karena adanya aliran fluida secara terus menerus. Pernyebab korosi: Adanya zat pengoksidasi seperti sulfur, ammonia, sianida, dll Cara penanggulangannya: Memberikan corrotion inhibitor Cara pencegahannya: Mengkontrol kandungan total iron di sour water Memonitor ketebalan pipa 6. Fouling (Kerak) Fouling biasa terjadi pada pipa dan akan menyebabkan kerusakan pada pipa. 62

84 Penyebabnya: Suhu fluida terlalu rendah Kurangnya dosis polysulfide Cara menanggulangi: Menambahkan dosis polysulfide 63

85 BAB VII TUGAS KHUSUS Pada saat melaksanakan kerja praktek di PT. Pertamina RU VI Balongan saya diberi tugas khusus oleh pembimbing saya. Saya disuruh mengupas tuntas mengenai Multistage Centrifugal Pump. 7.1 Pengertian Pompa Secara Umum Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan pengaliran. Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan, perbedaan ketinggian atau hambatan gesek. Klasifikasi pompa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa kerja dinamis (non positive displacement pump). Salah satu jenis pompa kerja dinamis adalah pompa sentrifugal yang prinsip kerjanya m engubah energi kinetik (kecepatan) cairan menjadi energi potensial (dinamis) melalui suatu impeller yang berputar dalam casing. Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin, sebagian besar pompa yang digunakan ialah pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat 64

86 adanya gerakan sebuah benda atau partikel melalui lintasan lengkung (melingkar). 7.2 Pompa Sentrifugal Multistage Pompa sentrifugal merupakan pompa kerja dinamis yang paling banyak digunakan karena mempunyai bentuk yang sederhana dan harga yang relatif murah. Keuntungan pompa sentrifugal dibandingkan jenis pompa perpindahan positif adalah gerakan impeler yang kontinyu menyebabkan aliran tunak dan tidak berpulsa,keandalan operasi tinggi disebabkan gerakan elemen yang sederhana dan tidak adanya katup-katup,kemampuan untuk beroperasi pada putaran tinggi, yang dapat dikopel dengan motor listrik, motor bakar atau turbin uap ukuran kecil sehingga hanya membutuhkan ruang yang kecil, lebih ringan dan biaya instalasi ringan,harga murah dan biaya perawatan murah. Klasifikasi Pompa Sentrifugal a. Kapasitas : Kapasitas rendah Kapasitas menengah Kapasitas tinggi : < 20 m 3 / jam : m 3 / jam : > 60 m 3 / jam b. Tekanan Discharge : Tekanan Rendah : < 5 Kg / cm 2 Tekanan menengah : 5-50 Kg / cm 2 Tekanan tinggi : > 50 Kg / cm 2 c. Jumlah / Susunan Impeller dan Tingkat : 65

87 Single stage Multi stage : Terdiri dari satu impeller dan satu casing. : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun seri dalam satu casing. Multi Impeller : Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun paralel dalam satu casing. Multi Impeller Multi stage : Kombinasi multi impeller dan multi stage. d. Posisi Poros : Poros tegak Poros mendatar e. Jumlah Suction : Single Suction Double Suction f. Arah aliran keluar impeller : Radial flow Axial flow Mixed fllow Fungsi Pompa Sentrifugal Multistage Pompe dapat digunakan pada : Cooling Tower Chiller High Rise Building Perkebunan Marine 66

88 Oil and Gas Steel Automotive Crude Palm Oil Plantation Mining Gambar 7.1 Pompa Sentrifugal Multistage AHU 7.3 Cara Kerja Pompa Cara Kerja Pompa Sentrifugal Dalam bentuknya yang sederhana, pompa sentrifugal terdiri dari dari sebuah impeller yang berputar dalam rumah pompa. Rumah pompa mempunyai dua saluran yaitu saluran isap dan saluran kempa. Terhadap arah putaran biasanya sudu-sudu impeller dibengkokkan ke belakang. 67

89 Sebelum pompa dijalankan rumah pompa dan saluran isap harus terisi zat cair, untuk menjaga agar zat cair tidak mengalir dari saluran isap dan rumah pompa kembali ke sumber biasanya dibagian bawah saluran isap dipasang katup kaki. Bila impeller berputar dengan cepat, maka sudu-sudu impeller memberikan gerak berputar kepada zat cair yang berada di dalam rumah pompa. Gaya sentrifugal yang terjadi mendorong zat cair ke bagian keliling sebuah luar kipas dan terkempakan keluar. Karena itu pada lubang saluran masuk ke dalam kipas di dalam rumah pompa timbul ruang kosong sehingga tekanannya turun (hampa udara). Oleh sebab itu cairan dapat terdorong masuk ke dalam rumah pompa atau terjadi kerja isap. Pada keliling sebelah luar impeller, zat cair mengalir dalam rumah pompa dengan tekanan dan kecepatan tertentu. Zat cair mengalir sedemikian rupa dalam aliran yang tidak terputus-putus dari saluran isap melalui pompa ke saluran kempa. Gambar 7.2 Skema Prinsip Kerja dan Arah Aliran dalam Pompa Sentrifugal 68

90 7.3.2 Cara Kerja Pompa Sentrifugal Multistage Pompa jenis ini dipilih bila diperlukan head pemompaan yang tinggi dimana single stage pump tidak ekonomis. Pompa ini mampu beroperasi sampai head 3000 psia dan kapasitas pemompaan sampai 3000 gallon per menit. Dalam pompa terdapat beberapa buah impeller yang dipasang secara seri dalam satu poros. Total head yang ditimbulkan oleh pompa jenis ini sama dengan jumlah head yang dihasilkan masing-masing impeller. Tetapi kapasitasnya sama dengan kapasitas yang melalui satu buah impeller. Gambar 7.3 Dua Arah Aliran dalam Pompa Multistage 69

91 7.4 Bagian-bagian Pompa Sentrifugal Multistage Bagian dalam Pompa Gambar 7.4 Bagian-bagian Pompa Sentrifugal Multistage Shaft: berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian - bagian berputar. Casing: Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor (guide vane), inlet dan outlet nozzel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis (single stage). Impeller: Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga cairan pada sisi isap secara terus menerus akan 70

92 masuk mengisi kekosongan akibat perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya. Bearing: Bearing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari poros agar dapat berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial. Bearing juga memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar dan tetap pada tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil. Suction Nozzle: Saluran masuknya fluida ke dalam pompa Discharge Nozzle: Saluran keluarnya fluida dari pompa Seal: suatu bagian dalam sebuah konstruksi alat/mesin yang berfungsi untuk sebagai penghalang keluar/masuknya cairan, baik itu fluida proses maupun pelumas Balancing Drum Balancing drum adalah silinder yang dipasang pada rotor pompa, pada umumnya di sisi ujung discharge. Celah kecil dalam satuan mm dipertahankan secara aksial antara casing atau piston yang merupakan bagian stasioner yang melekat dengan casing pompa. Satu sisi dari balancing drum, tekanan = tekanan discharge sementara sisi lain dari balancing drum, tekanan = tekanan suction (sedikit lebih besar dari tekanan suction yang dikelola oleh garis penyeimbang yang dihubungkan ke saluran suction pompa. Oleh karena itu, karena perbedaan tekanan balancing drum memiliki gaya 71

93 dorong yang berlawanan dengan gaya dorong yang diciptakan oleh fluida. Gambar 7.5 Balancing Drum Seal Oil System Sealing system adalah sistem penyekat. Pemilihan yang tepat pada sebuah seal sangat penting bagi keberhasilan pemakaian pompa. Untuk mendapatkan kehandalan pompa yang terbaik, pilihan penyekat harus tepat antara jenis seal dan lingkungan yang dipakai. Gambar 7.6 Mechanical Seal 72

94 Dasar-dasar Penyekat (Seal) Ada dua jenis seal: statis dan dinamis. Seal statis dipakai jika tidak ada gerakan yang terjadi pada pertemuan antara kedua permukaan yang akan disekat. Gasket dan O-ring merupakan contoh yang umum dari seal statis. Seal Dinamis digunakan dimana ada permukaan yang bergerak relatif terhadap satu sama lain. Seal dinamis digunakan pada poros yang berputar dan menghantarkan misalnya power melalui dinding sebuah tangki (Gambar 7.7), melalui casing dari pompa (Gambar 7.8), atau melalui rumah peralatan berputar lainnya seperti filter atau layar. Gambar 7.7 Sealing Area pada Pompa 73

95 Gambar 7.8 Seal System pada Pompa Umumnya Lube Oil System Prinsip kerja dari sistem pelumas diatur oleh FG Lube Oil (FG : function group) yang mengatur operasi Main Lube Oil Pump, Emergency Lube oil pump, dan Lube Oil Pavour Extraxtor Fan yang bertujuan menyediakan tekanan dan temperatur minyak yang tetap untuk bantalan (bearing) gas turbin dan generator. Fungsi dari pelumas adalah: Pelumasan, untuk mengurangi gesekan antara poros dengan bantalan Pendinginan, untuk mendinginkan panas yang ditimbulkan akibat dari gesekan Sisi isap(suction) dari jacking pump Supply sistem power oil (hydraulic sistem) 74

96 Gambar 7.9 Lube Oil System pada AHU Pada Lube Oil System terdapat beberapa bagian yang menunjang kerjanya diantaranya adalah: a. Main Oil Pump Main oil pump dengan type pompa sentrifugal. Dipasang berdiri pada tangki oli. Dimana pada sisi suction dipasang penyaring (strainer) untuk melindungi single stage impeller. Pompa dilengkapi dengan valve non return yang mencegah oli mengalir kembali kearah suction. 75

97 Gambar 7.10 Main Oil Pump b. Lube Oil Cooler. Cooler didesain sebagai sebuah plat penukar panas yang dipasang pada tengah aliran berlawanan. Plat tersebut membagi antara aliran oli (panas) dan aliran air(dingin). Kadang terdapat dua cooler pada sebuah unit, dimana saat yang satu beroperasi maka satu unit dapat di standby kan. Cooler adalah termasuk system air pendingin tertutup yang diisi dengan air dan glikol. Gambar 7.11 Lube Oil Cooler 76

98 c. Lube Oil Filter Untuk memastikan bearing bebas dari masalah, lube oil harus memenuhi kriteria dan spesifikasi yang ditentukan dalam manual operational of gas turbine. Oleh karena itu oli harus mampu memindahkan partikel di bawah 6 um. Filter bertipe duplex, dimana masing-masing sisi mampu beroperasi dalam aliran penuh. Penggantian kedua sisi dibuat tanpa menyela pasokan oli ke sistem. Perbedaan tekanan (differential pressure) pada filter dikontrol oleh differential pressure switch, dapat mengindikasikan apakah filter dalam kondisi kotor atau bersih. Gambar 7.12 Lube Oil Filter d. Lube Oil Storage Lube Oil Storage merupakan tempat penyimpanan pelumas yang akan diberikan ke bearing pompa. Bentuk dari lube oil storage 77

99 adalah kotak seperti tempat penyimpanan pada umunya. Biasanya diletakkan dibawah main oil pump agar pompa mudah untuk menyedot lube oilnya tersebut. Fungsi dari lube oil storage adalah: Untuk mengkontrol apakah lube oil ada Untuk penyedia umpan pelumas untuk main oil pump Gambar 7.13 Lube Oil Storage Motor Motor ini memiliki fungsi yang sangat penting, karena bila tidak ada motor pompa tidak akan bekerja. Prinsip kerja motor ini adalah memanfaatkan energi listrik untuk menggerakan rotor yang ada di pompa, setelah rotor tersebut bergerak barulah impeller pada pompa bergerak saat inilah pompa sudah mulai bekerja. Energi listrik yang 78

100 dibutuhkan sangat besar untuk menghidupkan motor tersebut dan arus yang dibutuhkan adalah 400 ampere. Pada motor terdapat ventilasi yang berfungsi untuk sirkulasi udara motor tersebut. Gambar 7.14 Motor 7.5 Kerusakan Yang Terjadi Pada Pompa Usaha maksimal/proaktif dalam memelihara pompa harus tetap dilakukan, namun peristiwa kerusakan tentu akan terjadi, namun dengan 79

101 langkah proaktif kerusakan dapat diprediksi agar dapat direncanakan perbaikan kapan dan tidak terjadi kerusakan yang lebih fatal. Tipikal sebab tersebut adalah: a. Bocor seal/gland packing b. Kapasitas menurun c. Poros bengkok atau macet d. Bearing rusak e. Casing Bocor f. Vibrasi tinggi Getaran mesin (Mechanical Vibration) diartikan sebagai gerakan bolak-balik dari komponen mekanik dari suatu mesin sebagai reaksi dari adanya gaya dalam(gaya yang dihasilkan oleh mesin tersebut) maupun gaya luar (gaya yang berasal dari luar atau sekitar mesin). Kasus yang dominan dalam getaran mesin adalah yang disebabkan oleh gaya eksitasi getaran yang berasal dari mesin tersebut, yang menyangkut diantaranya: Kondisi yang tak seimbang (unbalance) baik yang statik maupun dinamik pada mesin tersebut. Cacat yang terjadi pada elemen-elemen rotasi (bearing rusak, impeller macet, dll). Ketidaksempurnaan bagian/fungsi mesin tersebut. Mesin yang ideal tidak akan bergetar karena energi yang diterimanya digunakan sepenuhnya untuk fungsi mesin itu sendiri. Dalam praktek mesin yang dirancang dengan baik, getarannya relatif rendah 80

102 namun untuk jangka pemakaian yang lama akan terjadi kenaikan level getaran karena hal berikut: Keausan pada elemen mesin. Proses pemantapan pondasi(base plate)sedemikian rupa sehingga terjadi deformasi dan mengakibatkan misalignment pada poros. Perubahan perilaku dinamik pada mesin sehingga terjadi perubahan frekuensi pribadi. Analisis ciri mekanik memungkinkan pemanfaatan sinyal getaran untuk mengetahui kondisi mesin tersebut tanpa membongkar atau menghentikan suatu mesin, sehingga dapat dimanfaatkan untuk analisis lebih lanjut dalam perbaikan pada kerusakan yang terjadi. Dengan melakukan pengamatan analisis getaran secara berkala, maka sesuatu yang tidak normal pada suatu mesin dapat dideteksi sebelum kerusakan yang lebih besar terjadi. 7.6 Kondisi Operasional Pompa Sentrifugal Multistage Pada AHU Kondisi Operasional Pompa Sentrifugal Multistage Pada AHU diantaranya sebagai berikut: (1) Bukaan Spill Back 0% (2) Flow Suction T/Jam (3) Temperatur Suction = Temperatur Discharge = o C (4) Pressure Suction 3-5 kg/cm 2 (5) Pressure Discharge kg/cm 2 81

103 (6) 6 Temperatur Winding Indikator rata-rata o C, temperatur ini berfungsi untuk mengetahui temperatur daerah motor (7) Membutuhkan 400 ampere untuk mengoperasikan motor sebagai penggerak pomp (8) Untuk memonitori vibrasi yang harus di kontrol adalah Thrust End Disp, Thrust End Vib, Radial End Vib, dan P Balancing Drum 82

104 Grafik 7.1 Kinerja Pompa 83

105 Tabel 7.1 Pump Data Sheet BAB VIII PENUTUP 84

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden LATAR BELAKANG Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Teknologi Minyak dan Gas Bumi Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto(1500020074) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Proses Sour Water Stripping di Pabrik Minyak di Indonesia Balongan Cilacap Kilang

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) UNIT PENGOLAHAN VI BALONGAN - INDRAMAYU Julianto 021 060 021 PRODI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Pengolahan Minyak Bumi

Pengolahan Minyak Bumi Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) :

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) : BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV A. Sejarah PT. Pertamina (Persero) PT.Pertamina (Persero) telah melewati beberapa fase perubahan, berikut ini adalah penjelasan fase-fase

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V A. Sejarah PT Pertamina ( Persero ) Sejarah PT Pertamina ( Persero ) dibagi menjadi beberapa sesi sebagai berikut: 1. Tahun 1957 Masa

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan krisis energi cukup menjadi perhatian utama dunia, hal ini disebabkan menipisnya sumber daya persediaan energi tak terbarukan seperti minyak bumi

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN MAKALAH KIMIA PEMISAHAN Destilasi Bertingkat DISUSUN OLEH : Nama :1. Shinta Lestari ( A1F014011) 2. Liis Panggabean ( A1F014018) 3. Dapot Parulian M ( A1F014021) 4. Wemiy Putri Yuli ( A1F014022) 5. Epo

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil hewan dan tumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Minyak bumi terutama terdiri dari campuran senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat kompleks, yaitu senyawa-senyawa organik yang mengandung unsurunsur karbon dan hidrogen. Di samping

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam tersebut merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK SIKLOHEKSANA DENGAN PROSES HIDROGENASI BENZENA KAPASITAS TON PER TAHUN

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK SIKLOHEKSANA DENGAN PROSES HIDROGENASI BENZENA KAPASITAS TON PER TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK SIKLOHEKSANA DENGAN PROSES HIDROGENASI BENZENA KAPASITAS 26.000 TON PER TAHUN Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata I Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK BUTADIENASULFON DARI 1,3 BUTADIENA DAN SULFUR DIOKSIDA KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK BUTADIENASULFON DARI 1,3 BUTADIENA DAN SULFUR DIOKSIDA KAPASITAS TON PER TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK BUTADIENASULFON DARI 1,3 BUTADIENA DAN SULFUR DIOKSIDA KAPASITAS 20.000 TON PER TAHUN Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan

Lebih terperinci

INDUSTRI MINYAK BUMI

INDUSTRI MINYAK BUMI INDUSTRI PENGILANGAN MINYAK BUMI A. Teori Pengertian Minyak Bumi Minyak bumi adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Unit Sekunder pada Kilang Minyak dengan Integrasi Panas

Evaluasi Kinerja Unit Sekunder pada Kilang Minyak dengan Integrasi Panas Evaluasi Kinerja Unit Sekunder pada Kilang Minyak dengan Integrasi Panas Veni Indah Christiana 2308100167 Syennie Puspitasari 2308100168 Dosen Pembimbing: Ir. Musfil Ahmad Syukur, M.Eng.Sc Outline Pembahasan

Lebih terperinci

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU)

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) I. Pendahuluan Pada awalnya kilang hanya terdiri dari suatu Crude Distillation Unit (CDU) yang beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih komponen

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 52 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik PEA adalah unit pengadaan air, unit

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik metil tersier butil eter adalah unit

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pelajaran : SMA Kelas/Semester : X/2 Mata Pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi Waktu : Kimia : Hidrokarbon : Minyak Bumi : 2 x 45 menit Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai gabungan antara senyawa hidrokarbon (unsur karbon dan hidrogen) dan nonhidrokarbon (unsur oksigen,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN Nomor 11 Tahun 2014 WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN ATAU KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON / TAHUN PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS 20.000 TON / TAHUN Disusun Oleh : Eka Andi Saputro ( I 0511018) Muhammad Ridwan ( I 0511030) PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT PROSES ESTERIFIKASI DENGAN KATALIS H 2 SO 4 KAPASITAS 18.000 TON/TAHUN Oleh : EKO AGUS PRASETYO 21030110151124 DIANA CATUR

Lebih terperinci

Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil

Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil F127 Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil Bilal Chabibulloh, Wisnu Kusuma Atmaja, Juwari dan Renanto Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spasial atau koordinat-koordinat geografi. Sistem Informasi Geografis memiliki

BAB I PENDAHULUAN. spasial atau koordinat-koordinat geografi. Sistem Informasi Geografis memiliki BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis merupakan sistem informasi berbasis komputer yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah banyak, mudah dibawa dan bersih. Untuk bahan bakar motor gasoline. mungkin belum dapat memenuhi persyaratan pasaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah banyak, mudah dibawa dan bersih. Untuk bahan bakar motor gasoline. mungkin belum dapat memenuhi persyaratan pasaran. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semakin berkembangnya teknologi dewasa ini, maka kebutuhan akan bahan bakar minyak semakin banyak karena lebih ekonomis, tersedia dalam jumlah banyak, mudah dibawa

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. SAMATOR GRESIK UNIT AIR SEPARATION PLANT (ASP) Diajukan oleh: Yusak Adi Wijaya NRP: 5203013002 Stephen Utomo NRP: 5203013017 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang sedang menggalakkan pembangunan di bidang industri. Dengan program alih teknologi, perkembangan industri di Indonesia khususnya industri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimililiki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON PER TAHUN LAPORAN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS 25.000 TON PER TAHUN Oleh : SULASTRI Dosen Pembimbing: 1. Ir. H. Haryanto AR, M.S. 2. Dr.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK KARBON DISULFIDA DARI METANA DAN BELERANG KAPASITAS TON/TAHUN

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK KARBON DISULFIDA DARI METANA DAN BELERANG KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK KARBON DISULFIDA DARI METANA DAN BELERANG KAPASITAS 40.000 TON/TAHUN Oleh : DienNurfathia UlfaHardyanti I0509012 I0509041 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

BAB VII INTRODUCTION TO FLUID CATALYTIC CRACKING (FCC)

BAB VII INTRODUCTION TO FLUID CATALYTIC CRACKING (FCC) BAB VII INTRODUCTION TO FLUID CATALYTIC CRACKING (FCC) Ringkasan Terjemahan dari Materi Presentasi Quak Foo, Lee Chemical and Biological Engineering, the University of British Columbia I. Apakah FCC itu?

Lebih terperinci

PRARENCANA PABRIK PRARENCANA PABRIK DIMETHYL ETHER (DME) DARI GAS ALAM DENGAN PROSES SINTESA LANGSUNG KAPASITAS TON/TAHUN

PRARENCANA PABRIK PRARENCANA PABRIK DIMETHYL ETHER (DME) DARI GAS ALAM DENGAN PROSES SINTESA LANGSUNG KAPASITAS TON/TAHUN PRARENCANA PABRIK PRARENCANA PABRIK DIMETHYL ETHER (DME) DARI GAS ALAM DENGAN PROSES SINTESA LANGSUNG KAPASITAS 7.200 TON/TAHUN Diajukan oleh: Cicilia Setyabudi NRP: 5203011014 Stefani Tanda NRP: 5203011022

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan bakar fosil merupakan salah satu sumber energi yang membutuhkan proses hingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu bahan bakar fosil yaitu minyak.

Lebih terperinci

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis CH 3 -O-CH 3 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng 1. Agistira Regia Valakis 2310 030 009 2. Sigit Priyanto

Lebih terperinci

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut :

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut : PROSES PEMBUATAN AMONIAK ( NH3 ) Amoniak diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H 2) dan Nitrogen (N 2) dengan rasio H 2/N 2 = 3 : 1. Disamping dua komponen tersebut campuran juga berisi inlet dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH Dibuat untuk memenuhi persyaratan permohonan Kerja Praktek di PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. Plant Cilacap Jawa Tengah Oleh: AHMAD

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI..... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iii iv vi xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh :

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh : EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS 80.000 TON/TAHUN Oleh : JD Ryan Christy S Louis Adi Wiguno L2C008065 L2C008070 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK BUTENA-1 DENGAN PROSES DEHIDROGENASI N-BUTANA KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK BUTENA-1 DENGAN PROSES DEHIDROGENASI N-BUTANA KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK BUTENA-1 DENGAN PROSES DEHIDROGENASI N-BUTANA KAPASITAS 60.000 TON/TAHUN Oleh : Annisa Shanti Rahmani I 0510004 Fitri Rista Riana I 0510016 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan gas bumi di Indonesia adalah sangat penting mengingat hasil pengolahan gas bumi digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, industri maupun transportasi.

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK FURFURAL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT KAPASITAS 20.000 TON/TAHUN Oleh : Yosephin Bening Graita ( I 0509043 ) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

EVALUASI RENDAHNYA MAINTENANCE BETWEEN FAILURE (MTBF) PADA POMPA VERTIKAL

EVALUASI RENDAHNYA MAINTENANCE BETWEEN FAILURE (MTBF) PADA POMPA VERTIKAL Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi EVALUASI RENDAHNYA MAINTENANCE BETWEEN FAILURE (MTBF) PADA POMPA VERTIKAL Norman Iskandar a, *Restu Bagas Pangestu b a Dosen Program

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ETIL KLORIDA DARI ETANOL DAN HIDROGEN KLORIDA KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK ETIL KLORIDA DARI ETANOL DAN HIDROGEN KLORIDA KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ETIL KLORIDA DARI ETANOL DAN HIDROGEN KLORIDA KAPASITAS 20.000 TON/TAHUN Oleh : Ade Tia Suryani Setiawaty I 0512001 Suci Ardiana Rahmawati I 0512060 PROGRAM STUDI SARJANA

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK. PT. INDO ACIDATAMA Tbk. UNIT ETHYL ACETATE (UNIT 500) KARANGANYAR. dengan TUGAS KHUSUS NERACA MASSA TOTAL DAN KOMPONEN DA-502

LAPORAN KERJA PRAKTEK. PT. INDO ACIDATAMA Tbk. UNIT ETHYL ACETATE (UNIT 500) KARANGANYAR. dengan TUGAS KHUSUS NERACA MASSA TOTAL DAN KOMPONEN DA-502 LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. INDO ACIDATAMA Tbk. UNIT ETHYL ACETATE (UNIT 500) KARANGANYAR dengan TUGAS KHUSUS NERACA MASSA TOTAL DAN KOMPONEN DA-502 Disusun Oleh : Panji Prawidya NIM : 021070002 PROGRAM

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Energi merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia di samping sandang, pangan, dan papan. Keberlangsungan hidup manusia bergantung pada ketersediaan energi. Selama

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ISOPROPANOLAMIN DARI PROPILEN OKSIDA DAN AMONIAK KAPASITAS TON/TAHUN

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ISOPROPANOLAMIN DARI PROPILEN OKSIDA DAN AMONIAK KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ISOPROPANOLAMIN DARI PROPILEN OKSIDA DAN AMONIAK KAPASITAS 15.000 TON/TAHUN Oleh: Barkah Rizki Safardani I 0509007 Nurul Wulandari I 0509035 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS 230000 TON PER TAHUN Oleh: ISNANI SA DIYAH L2C 008 064 MUHAMAD ZAINUDIN L2C

Lebih terperinci

APAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON?

APAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON? APAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON? Oleh: Didi S. Agustawijaya dan Feny Andriani Bapel BPLS I. Umum Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama tiga dekade terakhir. Sifat plastik yang ringan, transparan, mudah diwarnai, tahan terhadap korosi

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL AKRILAT DARI ASAM AKRILAT DAN N-BUTANOL MENGGUNAKAN DISTILASI REAKTIF KAPASITAS 60.

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL AKRILAT DARI ASAM AKRILAT DAN N-BUTANOL MENGGUNAKAN DISTILASI REAKTIF KAPASITAS 60. TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL AKRILAT DARI ASAM AKRILAT DAN N-BUTANOL MENGGUNAKAN DISTILASI REAKTIF KAPASITAS 60.000 TON/TAHUN Disusun Oleh : Jemy Harris P.P. I 0508097 Nugroho Fajar Windyanto

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON PER TAHUN LAPORAN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS 20.000 TON PER TAHUN Oleh : DETI PRIHATINI Dosen Pembimbing: 1. Ir. H. Haryanto AR, MS 2.

Lebih terperinci

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah 9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ISOPROPIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ISOPROPANOL KAPASITAS TON/TAHUN

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ISOPROPIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ISOPROPANOL KAPASITAS TON/TAHUN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ISOPROPIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ISOPROPANOL KAPASITAS 25.000 TON/TAHUN Oleh: Wayan Swarte I 0506066 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM PENEMPATAN TANKI PADA KENDARAAN BAGIAN-BAGIAN TANKI DAN NAMA KOMPONEN ALUR LAJU BAHAN BAKAR MOTOR

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN INDRAMAYU PERIODE 1 Juli Juli 2016

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN INDRAMAYU PERIODE 1 Juli Juli 2016 LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN INDRAMAYU PERIODE 1 Juli 2016 31 Juli 2016 Evaluasi Kinerja Heat Exchanger 22-E-103 pada Hydrogen Plant DISUSUN OLEH : Nurkhatimah Utami (14

Lebih terperinci

hasil analisis tersebut akan diketahui karakteristik (sifat fisik, biologi dan kimia)

hasil analisis tersebut akan diketahui karakteristik (sifat fisik, biologi dan kimia) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya industri migas dalam bentuk ekspoitasi - produksi, pengolahan minyak dan gas bumi serta pemasaran hasil migas berpotensi memberikan dampak terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS

PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS Nasrun, Eddy Kurniawan, Inggit Sari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. No.582, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK BIOAVTUR DARI CRUDE PALM OIL DENGAN PROSES UNIVERSAL OIL PRODUCT (UOP) KAPASITAS 87.

HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK BIOAVTUR DARI CRUDE PALM OIL DENGAN PROSES UNIVERSAL OIL PRODUCT (UOP) KAPASITAS 87. HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK BIOAVTUR DARI CRUDE PALM OIL DENGAN PROSES UNIVERSAL OIL PRODUCT (UOP) KAPASITAS 87.000 TON/TAHUN Dwi Hantoko Oleh: Muflih Arisa Adnan I0509013 I0509029 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tetradecene Senyawa tetradecene merupakan suatu cairan yang tidak berwarna yang diperoleh melalui proses cracking senyawa asam palmitat. Senyawa ini bereaksi dengan oksidan

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN. 2) Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

PROFIL PERUSAHAAN. 2) Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. PROFIL PERUSAHAAN PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun

Lebih terperinci

ERIKA MONA P.SIRAIT NIM:

ERIKA MONA P.SIRAIT NIM: PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN PUPUK UREA DENGAN BAHAN BAKU GAS SINTETIS DENGAN KAPASITAS 120.000 TON / TAHUN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia OLEH : ERIKA MONA

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA بسم هللا الرحمن الرحيم TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA Tugas Pengolahan Limbah dan Sampah David Aprilansyah Kurniawaty (1205015060) Siti Khodijah Fahrizal Teknik Pengolahan Limbah Cair

Lebih terperinci

MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN

MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN Analisis aspek lingkungan dalam studi kelayakan bisnis mengacu pada Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ) yang disusun oleh konsultan AMDAL. Di Indonesia AMDAL

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK DEPARTEMEN PRODUKSI II A PT. PETROKIMIA GRESIK (01 Juni 30 Juni 2015) Diajukan oleh : Kevin Jonathan Marlie (NRP. 5203012025) Chynthia Devi Hartono (NRP. 5203012045) JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan energi dari fosil seperti minyak dan gas bumi (migas) telah mempengaruhi segala bidang kehidupan manusia saat ini dan diprediksikan akan terus meningkat

Lebih terperinci

Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis

Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis EBT 03 Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis Nasrun, Eddy Kurniawan, Inggit Sari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP; Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

MENGENAL KILANG PENGOLAHAN MINYAK BUMI (REFINERY) DI INDONESIA

MENGENAL KILANG PENGOLAHAN MINYAK BUMI (REFINERY) DI INDONESIA MENGENAL KILANG PENGOLAHAN MINYAK BUMI (REFINERY) DI INDONESIA Risdiyanta, ST., MT *) Abstrak Pengolahan adalah kegiatan utama dalam kegiatan usaha industri hilir minyak dan gas bumi, pengolahan bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN DATA PERANCANGAN. Mulai. Penentuan jalur pipa

BAB III METODOLOGI DAN DATA PERANCANGAN. Mulai. Penentuan jalur pipa BAB III METODOLOGI DAN DATA PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Perancangan Dalam analisis perancangan ini, dapat diketahui diagram alir utama yang digunakan sebagai acuan langkah-langkah pengerjaan pada gambar

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 44.000 TON / TAHUN MURTIHASTUTI Oleh: SHINTA NOOR RAHAYU L2C008084 L2C008104 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi 1.1.1 Profil PT. PERTAMINA Persero PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company) yang berdiri sejak

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar... v vi vii DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... v Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xii Intisari... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Pendirian

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

BAB X VISBREAKING PROCESS

BAB X VISBREAKING PROCESS BAB X VISBREAKING PROCESS I. Pendahuluan Proses perengkahan panas (thermal cracking process) adalah suatu proses pemecahan rantai hydrocarbon dari senyawa rantai panjang menjadi hydrocarbon dengan rantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) Contoh Proposal PKL (Praktek Kerja Lapangan) PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PT PERTAMINA (PERSERO) UNIT VI BALONGAN Oleh : Nama : NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk

Lebih terperinci

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat WASTE-TO-ENERGY Usaha penanggulangan sampah, baik dari rumah tangga/penduduk, industri, rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci