PENDAHULUAN. Perencanaan Sarana dan Prasarana Kota Studi Kasus : Kota Medan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. Perencanaan Sarana dan Prasarana Kota Studi Kasus : Kota Medan"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan, pada tahun 2004 jumlah penduduk Kota Medan sebanyak jiwa, jumlah rumah tangga sebanyak kepala keluarga, dan tingkat kepadatan penduduk sebesar jiwa per km. Lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar bagi Kota Medan berdasarkan harga berlaku pada tahun 2000 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yakni sebesar 35,03% dari PDRB Kota Medan, disusul sektor industri (19,70%) dan pengangkutan dan komunikasi (14,26%). Sedangkan sektor usaha yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor penggalian yaitu sebesar 0,01% dari total PDRB Kota Medan (BPS, 2000). Dari gambaran aktivitas Kota Medan dan wilayah pendukungnya (Mebidang), menyebabkan arus mobilitas masyarakat cenderung memusat menuju Medan. Hal ini karena sarana pelayanan umum (pemerintah, kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya) lebih lengkap di Kota Medan dibanding sarana dan prasarana yang disediakan wilayah hinterland-nya. Karena hal tersebut, tiap tahunnya penduduk kota medan bertambah. Pada tahun 2013, menurut dinas kependudukan dan catatan sipil, penduduk kota Medan sebanyak Seluruh penduduk kota Medan ini memerlukan sarana dan prasarana kota di dalam kehidupannya. Sarana dan prasarana tersebut diantaranya : perencanaan transportasi perkotaan (urban transport planning), water supply dan distribution, waste water management, pengelolaan sampah (solid waste management), power supply, sarana pendukung fasilitas perkotaan (pedestrian, public open space, parking area, dll). 1

2 PERENCANAAN TRANSPORTASI PERKOTAAN (URBAN TRANSPORT PLANNING) A. GAMBARAN UMUM TRANSPORTASI DI KOTA MEDAN Transportasi di Kota Medan di era 1990-an terfokus pada penggunaan mobil angkutan umum berkapasitas 9 orang. Pertumbuhan jenis kendaraan ini cukup pesat dan pada tahun 1997 pemerintah mulai membatasi penambahan angkutan ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada awal dibukanya trayek/jalur angkutan umum, operator masih menerima manfaat ekonomi. Tetapi pada saat ini operator mengalami kerugian sehingga kendaraan umum tidak dioptimalkan pemanfaatannya. Pada tahun 2000-an, sepeda motor menjadi alternatif, karena mudahnya masyarakat mendapatkan sepeda motor. Sepeda motor dapat diperoleh dengan cara kredit, dengan uang muka (down payment)yang cukup rendah, dan cicilan dalam jangka yang lama sehingga masyarakat lapisan menengah ke bawah mampu mendapatkan jenis moda angkutan ini. Pemanfaatan moda angkutan sepeda motor secara membabi butamenyebabkan kesemrawutan kota, keselamatan dan keamanan pengguna jalan lainnya (pejalan kaki) menjadi sangat terancam. 1) Ketersediaan Sarana Pendukung Transportasi a. Jaringan Jalan Pola jaringan jalan di Kota Medan berbentuk grid pada daerah pusat kota dan berbentuk radial pada daerah pinggiran kota. Jalan utama sebagai koridor dalam kota adalah Jalan Thamrin, Jalan Pandu, Jalan Sutomo,Jalan Pemuda, Jalan Ahmad Yani, Jalan Balai Kota, Jalan Haryono M.T., Jalan Cirebon, Jalan Raden Saleh, Jalan Guru Patimpus, Jalan Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Mohd. Yamin. Koridor luar yang menghubungkan wilayah pinggiran kota: (a) Jalan Yos Sudarso, Jalan Putri Hijau, 2

3 dan Jalan Krakatau yang menghubungkan Kota Medan dengan wilayah utara,(b) Jalan Letda Sujono yang menghubungkan wilayah barat dengan pusat kota, (c) Jalan Gatot Subroto yang menghubungkan wilayah Timur dengan pusat kota dan Jalan Sisingamangaraja, Jalan Brigjen Katamso dan Jalan Jamin Ginting menghubungkan daerah selatan dengan pusat kota. Untuk menghubungkan wilayah pinggiran dan hinterlandsecara langsung tanpa harus masuk ke kota disediakan jalan lingkar luar yakni Jalan Asrama untuk wilayah utara dan Jalan Tritura dan Karya Jasa untuk wilayah selatan. Selain itu terdapat jalan tol (Belmera) yang menghubungkan wilayah utara - selatan ke pelabuhan. Selanjutnya untuk menjaga keteraturan berkendaraan di jalan raya maka diperlukan rambu-rambu lalu lintas yang terdiri dari pembatas, marka jalan, garis jalan, dan lampu pengatur lalu lintas. Untuk beberapa jalan tidak menggunakan pembatas jalan/median jalan seperti di Jalan Yos Sudarso, sebagian Jalan Gatot Subroto (depan Makro) dan Jalan Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Balai Kota. Marka jalan juga tidak terlihat secara jelas (mulai memudar), seperti di Jalan Gatot Subroto, Jalan S.M. Raja, Letda Sujono, dan sebagian Jalan Jamin Ginting. Demikian juga dengan tanda arah memutar, tanda parkir, larangan parker, danpenunjuk arah, tidak lengkap di sepanjang jalan koridor luar ini. Ketidakteraturan pengguna jalan raya sangat dipengaruhi oleh kelengkapan median jalan, marka jalan, dan lampu pengatur lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi disebabkan karena tingkah laku pengemudi sendiri dan ketidaklengkapan sarana pendukung transportasi ini. Pertumbuhan kendaraan bermotor haruslah didukung oleh prasaran ini untuk menjaga keselamatan pengguna kendaraan bermotor maupun pengguna jalan lainnya (pejalan kaki) 3

4 Dalam kota berberntuk grid Pinggiran kota berbentuk radial 4

5 b. Jenis Transportas Untuk memenuhi dan membantu masyarakat kota dalam pergerakannya, Gambar 1. Jaringan Jalan di kota Medan masyarakat kota membutuhkan sarana kota. Di kota Medan, masyarakat kota menggunakan berbagai jenis transportasi. Jenis transportasi di kota Medan dibagi menjadi dua bagian yaitu transportasi umum dan transportasi pribadi. - Transportasi pribadi Transportasi pribadi adalah angkutan yang menggunakan kendaraan pribadi, seperti mobil pribadi, sepeda motor, sepeda, tapi bisa juga menggunakan bus yang biasanya digunakan untuk keperluan pribadi. Angkutan pribadi merupakan lawan kata angkutan umum. Transportasi dengan menggunakan kendaraan pribadi biasanya lebih mahal dari transportasi menggunakan angkutan umum karena alasan efisiensi angkutan umum yang lebih baik. Penggunaan angkutan pribadi bermotor di Indonesia ditandai dengan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang berlatar belakang hitam dengan tulisan berwarna putih sedangan angkutan umum menggunakan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang berlatar belakang kuning dengan tulisan berwarna hitam. - Transportasi umum Transportasi umum adalah seluruh alat transportasi di mana penumpang tidak bepergian menggunakan kendaraannya sendiri. Di kota Medan terdapat berbagai macam transportasi umum yaitu: taxi, becak, angkutan kota / angkot. 5

6 Gambar 2. Berbagai jenis transportasi umum yang ada I kota Medan 2) Aspek Kenyamanan dan Keamanan dalam Transportasi Ada empat hal yang kita bisa jadikan tolok ukur dalam melakukan evaluasi sederhana kondisi transportasi kota, yaitu: keselamatan, keamanan, keterjangkauan, dan kenyamanan (keempat hal ini selanjutnya disebut dengan 4K). Kenyamanan dan keamanan bagi penglaju (commuter) menjadi tujuan dari sistem transportasi secara umum. Namun pada kenyataannya kedua aspek ini terabaikan dalam sistem transportasi di Kota Medan. Kenyamanan hanya bisa dinikmati oleh pengendara mobil pribadi, sedangkan pengguna moda lainnya akan mengalami kebisingan, kemacetan, polusi udara, dan ketidaknyamanan lainnya. Kemacetan lalu lintas selain menyebabkan kerugian ekonomis juga memberikan dampak psikologis yang cukup berat. Hasil penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa stres banyak dipicu oleh kemacetan di jalan raya. Kenyamanan dalam menggunakan kendaraan juga merupakan sesuatu 6

7 yang cukup mahal di Kota Medan, bukan hanya menurut pengguna angkutan umum, juga oleh pengguna kendaraan pribadi. Keamanan dalam berkendaraan dalam hal ini adalah kecelakaan di mana terjadi kenaikan jumlah yang signifikan dengan pertambahan volume kendaraan tiap tahunnya. Data dari Bidang Kecelakaan Lalu Lintas menunjukkan antara tahun terjadi kenaikan jumlah kecelakaan sebesar 155%. Ternyata di lapangan ada juga kecelakaan yang tidak terdata oleh kepolisian, dan biasanya pelaku dan korban berdamai di tempat atau tidak mengadu karena pelaku melarikan diri. Ketika harga bahan bakar minyak (BBM) naik, transportasi berbiaya murah menjadi alternatif. Berjalan kaki dan bersepeda menjadi alternatif yang paling rasional. Namun pada kenyataannya sepeda motor menjadi pilihan masyarakat dalam melakukan perjalanan. Hal ini disebabkan karena selain biaya murah, sepeda motor dapat menempuh jarak yang cukup jauh. 7

8 WATER SUPPLY AND DISTRIBUTION Pelayanan air minum Kota Medan secara khusus, dan beberapa daerah di Provinsi Sumatera Utara dilakukan oleh PDAM Tirtanadi. PDAM Tirtanadi merupakan Badan Usaha Milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam bidang pelayanan air minum. Medan yang merupakan kota dagang dan tujuan wisata dan memiliki populasi penduduk sebanyak 2,9 juta jiwa. Hal ini berimplikasi pada peningkatan kebutuhan air bersih untuk berbagai keperluan. PDAM Tirtanadi saat ini memasok kebutuhan air bersih sebanyak lebih kurang 70% penduduk kota Medan. Proyeksi kebutuhan air bersih bagi Kota Medan pada tahun 2005 adalah liter per detik dan pada tahun 2010 mencapai liter per detik. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, area operasional PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatra Utara adalah Kota Medan dan daerah sekitarnya serta wilayah Kerjasama Operasional (KSO) atau kerjasama manajemen (KSM). Sehubungan dengan daerah operasional tersebut, daerah pelayanan PDAM Tirtanadi juga dapat dibagi menjadi 2, bagian, yaitu : 1. Kota Medan dan sekitarnya (Daerah Pelayanan 1) 2. Area Kerjasama Operasi/Kerjasama Management (Daerah Pelayanan 2) Daerah pelayanan 1 PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatra Utara adalah wilayah kota Medan dan sekitarnya, yang merupakan seluruh wilayah Kota Medan ditambah beberapa kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yang berbatasan dengan kota Medan, meliputi Kecamatan-kecamatan Deli Tua, Sunggal, Pancur Batu, Percut Sei Tuan, Namorambe, Labuhan Deli, Tanjung Morawa, Hamparan Perak dan Batang Kuis. 8

9 A. JUMLAH SAMBUNGAN DAN PEMAKAIAN AIR Adapun total jumlah pelanggan PDAM Tirtanadi - Propinsi Sumatra Utara pada tahun 2004 adalah sebanyak 335,339 sambungan pelanggan, dan ini merupakan peningkatan dari jumlah pelanggan tahun 2001 sebanyak 294,898 sambungan pelanggan seperti dapat dilihat pada table 1. Tabel 1. Jumlah pelanggan PDAM Tirtanadi, tahun Pada akhir tahun 2004 jumlah sambungan pelanggan di kota Medan dan sekitarnya adalah 294,812 sambungan pelanggan dan melayani ± 79,5% dari total jumlah penduduk kota Medan sebanyak jiwa (daerah operasi ). Area pelayanan di kota Medan dan sekitarnya ini dibagi atas beberapa cabang. Jumlah pelanggan pada tahun 2001 adalah 262,572 sambungan dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 294,821 sambungan, atau dalam 3 tahun meningkat 12.3%. Bila melihat jumlah sambungan dari tiap cabang pada tahun 2004, maka jumlah yang terbanyak adalah di daerah pusat kota, yaitu di cabang Utama sebanyak 50,517 sambungan dan cabang Sei Agul sebanyak 42,590 sambungan. Ditinjau dari klasifikasi pelanggan, maka jumlah pelanggan yang terbanyak adalah pelanggan rumah tangga yang mencapai 82% dari jumlah pelanggan di kota Medan dan sekitarnya. Jumlah sambungan pada tiap cabang pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 dapat dilihat pada tabel 5. Sedangkan tabel 6. memperlihatkan klasifikasi jenis pelanggan pada tahun 2004 pada daerah pelayanan kota Medan dan sekitarnya. 9

10 Jumlah air terjual pada tahun 2004 adalah 102,94 juta m3/tahun, atau mengalami peningkatan 15% dibandingkan jumlah air terjual pada tahun Sesuai dengan banyaknya jumlah pelanggan, maka jumlah air yang paling banyak terjual adalah di cabang Utama dan cabang Sei Agul. Tabel 7. memperlihatkan jumlah air terjual pada tiap cabang dari tahun 2001 sampai dengan tahun Pemakaian air rata-rata dari tiap sambungan pelanggan pada tahun 2004 adalah m3/sambungan/bulan. Pemakaian air rata2/bulan setiap tahun meningkat sebesar 0.25m3. Tabel 2. Jumlah Sambungan Pelanggan (unit) Pada Tiap Cabang di Wilayah Pelayanan I (Kota Medan dan Sekitarnya) PDAM Tirtanadi Tahun Tabel 3. Klasifikasi Pelanggan Pada Tiap Cabang di Wilayah Pelayanan I (Kota Medan dan sekitarnya) - PDAM Tirtanadi Tahun

11 B. PERMASALAHAN KONSERVASI SUMBER AIR Medan yang merupakan kota dagang dan tujuan wisata dan memiliki populasi penduduk sebanyak 2,3 juta jiwa memiliki jalinan kerjasama dengan kota-kota di sisi Selat Malaka seperti Kuala Lumpur, Penang dan Singapura. Hal ini berimplikasi pada peningkatan kebutuhan air bersih untuk berbagai keperluan. PDAM Tirtanadi saat ini memasok kebutuhan air bersih sebanyak lebih kurang 70% penduduk kota Medan. Proyeksi kebutuhan air bersih bagi Kota Medan pada tqahun 2005 adalah liter per detik dan pada tahun 2010 mencapai liter per detik. Air bersih yang diproduksi PDAM Tirtanadi berasal dari sumber-sumber air baku sebagai berikut: \\ \\\ Tabel 4. Sumber air baku PDAM Tirtanadi untuk kota Medan dan kondisi tutupan hutan Ketersediaan dan jaminan pasokan air baku untuk PDAM ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: fluktuasi debit air air permukaan sungai yang diandalkan sebagai sumber air baku, ketersediaan debit yang memadai dari sumber mata air serta air tanah. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk di daerah resapan, terjadi konservasi atau alih fungsi lahan untuk pemukiman. Selain konversi tata guna lahan yang bersifat alami, terdapat peningkatan nyata alih fungsi lahan di daerah resapan air untuk keperluan investasi skala besar (> 1000 ha/blok) yang akan meningkatkan run off dan menurunkan laju resapan air. Jika alih fungsi lahan ini tidak dikelola sebagaimana seharusnya dalam kerangka konservasi sumber daya air yang berwawasan lingkungan, akan berdampak merugikan bagi ketersediaan sumber air baku PDAM Tirtanadi secara signifikan dan sekaligus meningkatkan ancaman banjir terhadap Kota Medan. 11

12 C. FASILITAS PRODUKSI DAN AIR BAKU 1. Intalasi Pengelolaan Air Untuk melayani daerah pelayanan PDAM Tirtanadi di kota Medan dan sekitarnya, pada tahun 2004 terdapat 4 instalasi pengolahan air, 1 instalasi pengolahan air yang air bakunya dari mata air dan 3 instalasi pengolahan dari air sungai. Dua instalasi pengolahan air sungai dibangun dan dioperasikan oleh PDAM Tirtanadi sendiri sedangkan satu instalasi dibangun oleh PT. Tirta Lyonnaise Medan dan dioperasikan dengan sistem BOT. Disamping 4 instalasi pengolahan air tersebut ada unit-unit pengolahan kapasitas kecil untuk sumur bor berupa sistem Ferro filter. IPA Sibolangit Bangunan pengolahan air mata air Sibolangit merupakan bangunan pengolahan pertama yang dibangun pada zaman Belanda tahun Bangunan pengolahan ini adalah sistem aerasi untuk menurunkan CO2 agresif dengan sistem pemancaran air dari mata air didalam bangunan tertutup. Selanjutnya untuk proses kimia digunakan kapur/soda ash untuk netralisasi ph dan kaporit/sodium hipochlorit sebagai desinfektan. IPA Sunggal Intalasi Pengolahan Air Sunggal merupakan IPA dengan pengolahan lengkap yang pertama dibangun PDAM Tirtanadi pada tahun 1969 secara bertahap dimulai dengan 300 liter/detik hingga akhirnya berkapasitas menjadi liter/detik. Sumber air baku yang digunakan adalah air dari sungai Deli dan instalasi pengolahan air ini terdiri dari bendungan, bak prasedimentasi, clarifier, filter dan reservoir serta dilengkapi dengan Screen/saringan air baku, fasilitas gas chloor, intake, pompa air baku, pompa distribusi, genset, gudang kimia, laboratorium, dan ruang scada. 12

13 IPA Deli Tua Intalasi Pengolahan Air Deli Tua menggunakan air baku dari sungai Deli dan merupakan IPA lengkap kedua yang dibangun PDAM Tirtanadi pada tahun 1989 secara bertahap, dimulai dari 350 liter/detik hingga selesai tahap terakhir kapasitasnya menjadi liter/detik. Bangunan pengolahan air di IPA Deli Tua mirip dengan bangunan pengolahan Sunggal, terdiri dari bendungan, bak presedimentasi, clarifier, filter dan reservoir serta dilengkapi dengan Screen/saringan air baku, fasilitas gas chloor, intake, pompa air baku, pompa distribusi, genset, gudang kimia, laboratorium, dan ruang scada. IPA Belumai 1 Intalasi Pengolahan Air Sunggal bersumber air baku dari sungai Belumai merupakan IPA lengkap yang dibangun dengan sistem BOT (Build Operation Transfer) oleh PT. Tirta Loienes berlokasi di desa Limau Manis Tanjung Morawa. Pembangunan melalui sistem BOT dilakukan secara bertahap yaitu tahap pertama 200 liter/detik selesai tahun 2000, tahap kedua 200 liter/detik tahun 2001 dan tahap ketiga 100 liter/detik tahun Bangunan pengolahan terdiri dari bendungan, bak prasedimentasi, clirifier, filter dan reservoir serta dilengkapi dengan Screen/saringan air baku, fasilitas gas chloor, Raw Water Pump Station, Distribution pump, genset, gudang kimia, laboratorium, dan ruang scada. 2. Air Baku Sumber air baku PDAM Tirtanadi untuk daerah pelayanan 1 (kota Medan dan sekitarnya) berasal dari 3 jenis sumber air baku, yaitu mata air, air permukaan, dan air tanah dalam. Mata Air Air dari mata air yang terletak didaerah Sibolangit digunakan untuk air baku dari IPA Sibolangit dan disadap dari beberapa mata air sebagai berikut : 13

14 - Lau Kaban/Puang Aja sebanyak 15 bangunan penangkap air dengan kapasitas 283 lt/det. - Lau Bangklewang sebanyak 12 bangunan penangkap air dengan kapasitas 204 l/detik. - Rumah Sumbul sebanyak 3 bangunan penangkap air dengan kapasitas. Air Permukaan Air permukaan yang saat ini diambil sebagai air baku untuk pengadaan air bersih di pelayanan 1 (kota Medan dan sekitarnya) berasal dari Sungai Belawan, Sungai Deli dan Sungai Belumai. - Sungai Belawan: Air sungai Belawan merupakan air baku untuk IPA Sunggal yang terletak di Kecamatan Sunggal. Berdasarkan studi MUDP II, sungai Belawan mempunyai catchment area 200 km2 dan debit aliran minimum 8,6 m3/detik. Bila mengacu pada hasil studi tersebut,, maka penyadapan air sungai sebesar m3/detik dapat dilakukan secara baik, namun pernah terjadi kapasitas penyadapan harus diturunkan bahkan dihentikan karena debit air Sungai Belawan tidak mencukupi, walaupun dalam 1 tahun hanya terjadi selama beberapa jam. Hal tersebut menunjukkan adanya penurunan kuantitas yang drastis dari Sungai Belawan yang kemungkinan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi di hulu sungai. - Sungai Deli: Air sungai Deli merupakan air baku untuk IPA Deli yang terletak di kecamatan Deli Tua. Sungai Deli yang mengalir melalui tengah kota Medan adalah merupakan gabungan beberapa anak sungai dan dan bermuara di Selat Malaka. Catchment area sungai Deli adalah seluas 160 km2. Saat ini debit yang disadap untuk IPA Deli Tua antara 1,5-1,8 m3/detik dan berdasarkan informasi lapangan yang ada, diperkirakan kapasitas pengambilan air baku dari sungai ini sudah tidak bisa ditingkatkan lagi. - Sungai Belumai: Memiliki catchment area di Limau Manis (IPA BOT) seluas 244 km2. Berdasarkan studi yang ada, semula air sungai ini yang akan 14

15 dimanfatkan sebagai sumber air baku untuk penyediaan air bersih di daerah pelayanan 1 (kota Medan dan sekitarnya) adalah 3m3/detik. Namun dari peninjauan lapangan serta informasi dari PDAM Tirtanadi Medan, maka saat ini debit air baku yang mungkin bisa dimanfaatkan dari sungai ini hanya 1 m3/detik., dan ini sudah dimanfaatkan untuk IPA Belumai 1 dan Ini menunjukkan adanya penurunan kuantitas air sungai Belumai. Air Tanah Dalam Air tanah dalam diwilayah kota Medan dan sekitarnya pada umumnya memiliki kadar Fe dan Mn yang tinggi, sehingga bila air tanah dalam ini akan dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk sistem penyediaan air bersih kota Medan dan sekitarnya, perlu dilengkapi instalasi pengolahan air untuk menurunkan kadar Fe. PDAM Tirtanadi sebagai pengelola sistem penyediaan air bersih telah memanfaatkan air tanah dengan membuat sumur bor pada kedalaman rata-rata 200 m dengan kapasitas liter/detik. Sumur-sumur bor yang telah dibangun oleh PDAM Tirtanadi sejak tahun 1984 sampai dengan tahun 2004 sebanyak 26 unit, namun hingga saat ini yang masih beroperasi hanya 4 unit. Untuk mengatasi kekurangan air di daerah Medan dan sekitarnya akibat pertambahan pelanggan saat ini sedang dibangun 4 unit sumur bor dengan kapasitas masing-masing 25 liter/detik sedangkan 1 unit sumur bor telah dioperasikan dengan kapasitas 10 liter/detik. D. SISTEM TRANSMISI DAN DISTRIBUSI Sistem pengaliran pada jaringan transmisi/distribusi di daerah pelayanan 1 (kota Medan dan sekitarnya) dilakukan dengan sistem pemompaan, baik langsung dari IPA maupun dari reservoir distribusi. Sistem pemompaan ini dilakukan karena daerah pelayanan 1 ini merupakan daerah yang datar dan lokasi IPA berada pada elevasi yang relative sama dengan daerah pelayanan tersebut, kecuali pengaliran air mata air/ipa Sibolangit (dengan elevasi m) dilakukan secara gravitasi langsung ke 15

16 pelanggan. Panjang total jaringan pipa transmisi dan distribusi adalah sekitar km, dan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu : - Pipa transmisi/distribusi utama meliputi jaringan perpipaan dengan diameter mm, sepanjang ± 430,7 km. - Pipa distribusi sekunder/tersier(retikulasi/minor distribution) meliputi perpipaan dengan diameter < 200 mm sepanjang 2.186,5 km. Penyadapan ke sambungan pelanggan dilakukan dari jaringan pipa sekunder/tersier ini. 1. Sistem Transmisi Pipa transmisi di daerah pelayanan 1(Kota Medan dan sekitarnya) adalah untuk mengalirkan air dari reservoir produksi IPA ke reseroir distribusi/reservoir booster. Permasalahan yang dihadapi adalah adanya penyadapan dari pipa tranmisi ke jaringan pipa distribusi, sehingga air mengalir langsung ke konsumen dan pengaliran air ke reservoir distribusi menjadi berkurang dan reservoir tidak pernah penuh. Hal ini mengakibatkan tidak dapat melayani kebutuhan air pada jam puncak. 2. Sistem Distribusi Distribusi air bersih ke konsumen di daerah pelayanan 1(kota Medan dan sekitarnya) dilakukan selama 24 jam/hari. Pendistribusian ini dilakukan secara pemompaan, baik langsung dari reservoir produksi maupun melalui reservoir distribusi/booster, kecuali pendistribusian air dari IPA Sibolangit yang terletak pada elevasi m diatas permukaan laut, dilakukan secara gravitasi. Pada insatalasi pengolahan air dan jaringan distribusi ini terdapat 17 reservoir dengan total kapasitas design m3. namun kapasitas effektif dari reservoir tersebut hanya m3 atau kurang lebih 66% dari kapasitas design. Hal ini diduga sebagai salah satu penyebab tidak baiknya pelayanan air ke konsumen. 16

17 Dalam rangka pembangunan IPA Hamparan Perak dan IPA Belumai 2, juga dibangun reservoir distribusi Cemara asri dengan kapasitas 4,000 m3. Secara garis besar, reservoir ini dapat dibagi menjadi 2 jenis reservoir, yaitu : - Reservoir produksi, 2 unit di IPA Sunggal dan IPA Deli Tua. - Reservoir distribusi, 15 unit. Reservoir produksi ini tidak hanya menampung air hasil produksi dan mengalirkannya ke reservoir distribusi, tapi juga ada yang langsung dipompakan ke jaringan distribusi. Reservoir produksi/distribusi ini dilengkapi dengan pompa distribusi sebagai berikut : - Total pompa pada seluruh reservoir produksi adalah 17 unit pompa distribusi. - Total pompa pada seluruh reservoir distribusi adalah 56 unit pompa distribusi. Untuk mengukur volume air yang dialirkan ke jaringan pipa distribusi, sebagian dari reservoir ini dilengkapi dengan meter air, dan sebagian lagi tidak dilengkapi dengan meter air. Dari meter air yang terpasang, tidak seluruhnya dalam kondisi baik. 17

18 Gambar 3. Skema pendistribusian air dari sumber, Reservoir sampai wilayah pelayanan 18

19 WASTE WATER MANAGEMENT Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun dalam bentuk gas. Buangan cair yang berasal dari masyarakat yang di kenal sebagai air buangan atau air limbah adalah bekas air pemakaian, baik pemakaian rumah tangga maupun pemakaian dalam proses industri. Cemaran atau timbulan air limbah domestik (rumah tangga) yang dominan umumnya bersifat organomikrobiologis dan umumnya berasal dari rumah tinggal, kantor-kantor institusi, fasilitas hotel, tempat hiburan, daerah komersil dan fasilitas umum lainnya yang digunakan masyarakat untuk menunjang kegiatan sehari-hari. Kota Medan tumbuh dan berkembang kearah kota metropolitan, setiap tahunnya penduduk kota Medan semakin bertambah, hal ini berdampak pada semakin banyak limbah cair yang dihasilkan oleh penduduk kota Medan, oleh karena itu perlu penanganan dan pengelolaan terhadap limbah cair. Fasilitas sanitasi dan pengelolaan limbah di kota Medan terdiri dari: (i) sebuah sistem pembuangan air limbah dengan sambungan yang mengalir ke IPAL Pulo Brayan Bengkel; sistem ini secara keseluruhan dikelola oleh PDAM Tirtanadi; (ii) sistem setempat (septic tank) yang digunakan oleh kebanyakan penduduk; (iii) sejumlah kecil septic tank komunal yang dibangun di luar wilayah yang dicakup sistem pembuangan air limbah. Sambungan rumah ke sistem ini menjadi tanggung jawab Dinas Permukiman Kota Medan. Pada saat ini, kota medan memiliki unit pengelolaan limbah cair yang dioperasikan oleh PDAM Tirtanadi Medan yang disebut Instalasi pengelolaan air limbah Cemara (IPAL Cemara). IPAL ini didirikan sejak tahun Secara kelembagaan, pengelolaan air limbah di kota Medan dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi dan dinas pembangunan kota Medan. 19

20 Kedua instalasi tersebut bekerja sama dan melakukan koordinasi dalam teknis pembuangan air limbah yang didukung oleh peraturan daerah Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara (Pempropsu) dan Pemerintah Kota (Pemko) Medan. Sesuai dengan program Medan Urban Development Project MUDP disusun master plan air limbah kota Medan pada tahun 1984, dan dengan ditetapkannya MUDP I ( ) dan MUDP II ( ) maka dibangunlah IPAL Cemara Medan secara bertahap, meliputi area 11 Ha, dengan kapasitas m2 limbah cair per hari. Gambar 4. Keadaan IPAL Cemara Medan Gambar 5. Skema pengelolaan limbah cair di IPAL Cemara Medan 20

21 SOLID WASTE MANAGEMENT A. SISTEM PENGUMPULAN SAMPAH Dalam mengumpulkan sampah-sampah kota Medan dri berbagai sumber sampah, dinas kebersihan kota Medan menggunakan 2 sistem pengumpulan sampah. Sistem yang pertama adalah sampah diambil oleh pemulung sampah menggunakan gerobak sampah dari sumber sampah seperti sampah rumah tangga, industry dan sumber sampah lainnya untuk dipindahkan ke tempat pembuangan sampah sementara. Lalu sampah yang telah dikumpulkan dianggkut oleh truk sampah milik dinas kebersihan kota Medan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sistem yang kedua, sampah diambil langsung dari sumber sampah menggunakan truk sampah untuk langsung dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Pemko Medan di dua kawasan yaitu Namu Bintang dan Desa Terjun. sumber sampah domestik Pemko Medan adalah dari sisa rumah tangga yang terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan dengan total produksi ton per hari. Gambar 6. Skema sistem pengumpulan sampah di Kota Medan 21

22 B. SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH Untuk mengurangi jumlah sampah yang menumpuk di TPA (tempat pembuangan akhir), sampah harus diolah. Di kota Medan, dalam mengolah sampahnya menggunakan cara, yaitu : sampah yang masuk ke TPA disortir, dipisahkan antara sampah organik dan sampah non organic. Sampah yang merupakan sampah organic seperti dedaunan, sisa makanan,dll diolah kembali untuk dijadikan sebagai pupuk kompos. Sampah yang merupakan sampah non organik disortir dan dipilih kembali. Mana sampah yang masih bisa digunakan kembali seperti botol, kaca, besi, kardus dijual ke pengepul, sedangkan yang tidak bisa digunakan kembali dibakar di tungku pembakaran sampah dan selanjutnya ditumpuk di TPA (tempat pembuangan akhir). Gambar 7. Skema sistem pengolahan sampah di Kota Medan 22

23 Gambar 8. Alat yang digunakan untuk mengolah sampah organic menjadi pupuk kompos Sistem pengelolaan sampah di kedua TPA yang ada di kota Medan adalah sistem open dumping (pembuangan terbuka) yaitu cara pembuangan sampah yang sederhana. Sampah dihamparkan di suatu lokasi, dibiarkan terbuka tanpa penutupan dan pengolahan, meskipun sampah sampah tersebut kemudian dibakar tetapi sering menimbulkan berbagai masalah lingkungan, estetika maupun kesehatan. Sistem Open dumping dapat menurunkan kualitas lingkungan, salah satunya pencemaran terhadap sumber air yang berasal dari lindi. Gambar 9. Tumpukan Sampah-sampah kota Medan yang ada paa TPA terjun. 23

24 TPA Terjun kecamatan Medan Marelan merupakan TPA sampah terbesar ke 2 di Medan dengan luas 14 Hektar. Dari 14 hektar luas kawasan tersebut, hanya 10 hektar yang digunakan sebagai kawasan sampah, sedangkan 4 hektar lagi masih kosong. Gambar 10. Situasi pada TPA terjun yang dilihat dari foto udara 24

25 POWER SUPPLY A. SISTEM TENAGA LISTRIK Untuk penyediaan tenaga listrik diperlukan berbagai peralatan listrik. Peralatan listrik tersebut dihubungkan satu sama lain dan secara keseluruhan membentuk suatu sistem tenaga listrik. Sistem Tenaga Listrik merupakan sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk yang satu sama lain terhubung dgn Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah kesatuan Interkoneksi. Gambar 11. Sistem tenaga listrik Di dalam sistem tenaga listrik terdapat 5 elemen dasar, yaitu: pembangkit tenaga listrik saluran transmisi gardu induk transmisi gardu induk distribusi jaringan distribusi => beban 25

26 Gambar 12. Elemen dasar listrik 1. PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK Pengelompokan berdasarkan jenis tenaga yang dirubah menjadi tenaga listrik. Jenis-jenis tenaga tersebut adalah sebagai berikut: a. Tenaga panas (thermal); dibagi menurut sumber tenaga panas yang dipakai, yaitu: - Berbahan-bakar fosil : batubara (coal), minyak bumi (oil) dan gas alam (natural gas) - Tenaga panas bumi (geothermal). b. Tenaga air (hidro) c. Tenaga nuklir. 26

27 Penggerak Mula Untuk menghasilkan tenaga listrik generator diputar oleh mesin penggerak yang disebut penggerak mula. Jenis penggerak mula : Mesin Diesel, Turbin gas, Turbin uap,turbin air, Kincir angin. Peran Pembangkit dalam Operasi Sistem : a. Pemikul beban dasar (base load power plant) - daya keluaran besar - biaya capital tinggi - biaya operasi rendah jam operasi rata-rata per tahun - PLTU batubara, PLTN, PLTP, PLTA Dasar. b. Pemikul beban menengah (intermediate plant) jam <jam operasi < 5000 jam rata-rata per tahun - PLTGU, pembangkit berbahan bakar minyak, pembangkit tua yang kurang efisien. c. Pemikul beban puncak (peaking unit) - Jam operasi kurang dari 2200 jam rata-rata per tahun; - Biaya operasi tinggi - PLTG; PLTA waduk, pumped storage, PLTD. 2. PENYALURAN TENAGA LISTRIK Transformator Tenaga Fungsi dari sistem ini adalah untuk Mentransformasikan tenaga listrik ke tegangan yang lain, Penaik tegangan untuk menaikkan tegangan keluaran generator ke tegangan transmisi yang diinginkan, Penurun tegangan untuk menurunkan tegangan transmisi ke tegangan yang diinginkan (subtransmisi, distribusi). 27

28 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan sistem penyaluran untuk mengirimkan tenaga listrik. Umumnya berupa penghantar udara yang ditopang oleh menara (tower), ada yang panjangnya hingga ratusan kilometer dan ada juga yang berupa kabel yang ditanam di tanah (untuk estetika dan keselamatan lingkungan kota / pemukiman) Tegangan Transmisi Di dalam tegangan transmisi dibagi menjadi 4 jenis tegangan, yaitu: a. Tegangan Tinggi (high voltage HV) - Hingga tegangan 230 kv; - Saluran udara disebut Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT); - Saluran kabel disebut Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT); b. Tegangan Ekstra Tinggi (extra high voltage EHV) - Di atas tegangan 230 kv hingga 765 kv; - Saluran udara disebut Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET); c. Tegangan Ultra Tinggi (ultra high voltage UHV) - Tegangan 800 kv ke atas; - Saluran udara disebut Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET); d. Tegangan Tinggi Arus Searah (high voltage direct current HVDC) - Tegangan mencapai 1000 kv. 28

29 Gambar 13. Transformator transmisi Gardu Induk a. Gardu Induk Transmisi Sebagai fasilitas dimana ruas saluran transmisi berujung atau terhubung dengan ruas saluran transmisi yang lain. Gardu induk transmisi memiliki peralatan untuk memisahkan sistem tenaga, peralatan yang terganggu atau peralatan yang akan dipelihara dan memiliki transformator untuk menurunkan tegangan ke tegangan yang lebih rendah. 29

30 3. DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Gardu Distribusi Gardi distribusi berfungsi untuk memasok jaringan distribusi. Di dalam gardu distribusi terdapat transformator tenaga. Kebanyakan sistem mengoperasikan jaringan distribusi pada tegangan antara 4 34,5 kv Jaringan Distribusi Tahap akhir dalam menyampaikan tenaga listrik ke konsumen Penyulang Distribusi Rangkaian distribusi primer yang dipasok gardu distribusi Berupa kawat udara yang ditopang tiang-tiang, atau berupa kabel bawah tanah Tegangan diturunkan oleh transformator pelayanan untuk digunakan konsumen ke 120 atau 240 V (220 V di Indonesia). Gambar 14. Transformator distribusi 30

31 Gambar 15. Transformator distribusi Gambar 16. Transformator pelayanan 31

32 4. SISTEM BEBAN Beban: - Konsumsi listrik di sisi pemakai; - Dinyatakan dengan satuan W, VA (VAr) atau A; - Beban Puncak : konsumsi tertinggi pada kurun waktu tertentu; - Terdiri dari komponen yang pola konsumsi listriknya khas; - Karena sifat dan pertumbuhannya, beban perlu diramal (prakiraan). 32

33 SARANA PENDUKUNG FASILITAS PERKOTAAN 1. PEDESTRIAN Kondisi pedestrian di kota Medan: - Tidak terawat / Rusak. Beberapa jalur pedestrian di kota Medan telah rusak dan tidak terawat sehingga pejalan kaki yang melewati jalur pedestrian tersebut tidak merasa aman dan nyaman. Keadaan jalur pedestrian atau pejalan kaki yang telah rusak dan tidak terawatt di kota Medan dapat di lihat pada gambar 17 dan gambar 18. Gambar 17. Keadaan jalur pedestrian yang telah rusak dan tidak terawat Gambar 18. Keadaan jalur pedestrian yang telah berlubang 33

34 - Beralih fungsi Jalur pedestrian yang ada di kota Medan tidak sedikit yang telah beralih fungsi. Banyak yang dijadikan sebagai tempat parkir kendaraan, pedagang kaki lima berjualan, tempat papan reklame, tempat pot tanaman, dll. Hal tersebut membuat pejalan kaki merasa tidak nyaman dan aman ketika melewati jalur pedestrian tersebut. Gambar 19. Jalur pedestrian yang dilewati kendaraan Gambar 20. Jalur pedestrian yang beralih fungsi sebagai tempat papan reklame 34

35 Gambar 21. Jalur pedestrian yang beralih fungsi sebagai tempat parkir kendaraan Gambar 22. Jalur pedestrian yang beralih fungsi sebagai tempat pedagang kaki lima berjualan Gambar 23. Jalur pedestrian yang beralih fungsi sebagai tempat pot tanaman 35

36 - Pedestrian yang kondisinya masih baik Beberapa jalur pedestrian di kota Medan masih ada jalur pedestrian yang keadaannya masi baik. Saat ini pemerintah kota Medan sedang memperbaiki beberapa bagian jalur pedestrian yang ada di kota Medan. Salah satunya di kawasan jl. Diponegoro. Situasi Jalur pedestrian pada kawasan ini dapat dilihat pada gambar 24. Gambar 24. Jalur pedestrian di kawasan jl. Diponegoro yang baru diperbaiki oleh pemerintah Kota Medan Gambar 25. Jalur pedestrian di kawasan jl. Kesawan masih dalam kaadaan baik 36

37 2. AREA PARKIR Di kota Medan, Area parkir terdiri dari 2 jenis, yaitu: a. Parkir di tepi jalan (on street parking) Parkir di tepi jalan (on street parking) adalah parkir yang mengambil tempat di sepanjang badan jalan dengan atau tanpa melebarkan jalan untuk pembatas parkir. Parkir di tepi jalan ini baik untuk pengunjung yang ingin dekat dengan tujuannya, tetapi untuk lokasi yang intensitas penggunaan lahan yang tinggi, cara ini kurang menguntungkan. Permasalahan di kota-kota besar tujuan pergerakan kepada pusatpusat kegiatan tata guna lahan tidak selalu menyediakan tempat parkir yang memadai, akhirnya badan jalan menjadi sasaran tempat parkir (on-street parking). b. Parkir di luar jalan (off street parking) Parkir di luar jalan ini menempati pelataran parkir tertentu di luar badan jalan, baik itu di bangunan khusus parkir ataupun di halaman terbuka. Beberapa jenis parkir di luar jalan diantaranya yaitu : - Gedung parkir atau basement, yaitu ruang parkir pada suatu bagian bangunan. - Pelataran parkir, yaitu ruang parkir pada suatu bidang tanah di luar badan jalan. Gambar 26. Parkir di tepi jalan (on street parking) yang sering terjadi di kota Medan. 37

38 Gambar 27. Parkir di tepi jalan (on street parking) yang memyebabkan kemacetan. Gambar 28. Parkir di tepi jalan (on street parking) di depan sekolah Methodist 3 38

39 3. PUBLIC OPEN SPACE Public open space adalah ruang terbuka yang diperuntukkan bagi warga kota sebagai sarana rekreasi, bermain, olahraga atau hanya duduk-duduk santai, dan sebagai tempat bersosialisasi satu sama lain antar masyarakat kota. Kondisi public open space di kota Medan : a. Taman Beringin Taman beringin merupakan taman yang berada pada jl. Cik Di Tiro. Taman ini biasanya dimanfaatkan masyarakat kota Medan sebagai tempat rekreasi dan tempat berolahraga. Saat ini, taman ini terancam hilang karena pemerintah kota Medan sedang merencanakan pembangunan Mesjid raya di atas lahan taman beringin ini. Gambar 29. Taman beringin kota Medan 39

40 b. Lapangan Merdeka Lapangan merdeka merupakan ruang terbuka publik yang berada pada pusat kota Medan yaitu pada titik nol kota Medan. Lapangan ini telah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Lapangan ini sering dijadikan sebagai tempat atraksi budaya dan acara-acara kepemerintahan yang dilakukan pemko Medan. Banyak masyarakat kota Medan yang memanfaatkan lapangan ini sebai tempat untuk berolahraga, hal itu didukung dengan berbagai alat olahraga yang disediakan oleh pemerintah kota Medan.Di Dekat Lapangan Merdeka terdapat sebuah bangunan Gedung Balai Kota, yang sering disebut nol kilometer kota Medan. Hingga sekarang, bangunan gedung balai kota tersebut masih utuh, dan sering dimanfaatkan oleh masyarakat Medan untuk berbagai kegiatan Gambar 30. Lapangan Merdeka kota Medan 40

41 Gambar 31. Lapangan Merdeka sering dimanfaatkan sebagai tempat olahraga Gambar 32. Lapangan Merdeka sering dimanfaatkan sebagai tempat atraksi budaya 41

42 c. Taman Ahmad Yani Taman Ahmad Yani berada ditengah kota Medan, tepatnya di jalan protokol jalan Sudirman dan jalan Imam Bonjol. Persis ditengah taman ada patung pahlawan Jenderal A. Yani sehingga taman ini disebut dengan taman Ahmad Yani. Banyak pohon pohon yang besar dan sudah tua di taman ini. Salah satunya adalah pohon roda, yaitu pohon yang buahnya seperti roda traktor. karena lokasinya yang berada ditengah kota, taman ini tidak mau ketinggalan dengan kemajuan teknologi. Taman ini dilengkapi dengan fasilitas koneksi internet.. Kehadiran taman digital di medan sangatlah bermanfaat terhadap warga medan, letak taman digital ini sangatlah strategis, taman digital ini terletak di dalam kota, dekat dengan sekolah,universitas,maupun perkantoran sehingga memudahkan para pengguna laptop (note book) untuk mengakses internet dengan bebas. Gambar 33. Di tengah lapangan terdapat patung Jendral A.Yani 42

43 Gambar 34. Pepohonan di taman Ahmad Yani Medan Gambar 35. Fasilitas konekesi internet yang ada di taman Ahmad Yani Medan Selain ke tiga taman di atas, di kota Medan masih terdapat berbagai ruang terbuka publik yang dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan berolahraga, diantaranya : taman gajahmada, taman dirgantara, dsb 43

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan merupakan Badan Usaha Milik Daerah Propinsi Sumatera Utara yang telah berdiri pada zaman pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Air bersih adalah sumber daya yang jumlahnya terbatas, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Air bersih adalah sumber daya yang jumlahnya terbatas, sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih adalah sumber daya yang jumlahnya terbatas, sehingga penggunaan air bersih harus memperhatikan prinsip hemat. Dalam mendistribusikan air, Perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota negara dan sebagai pusat pemerintahan Indonesia. Menurut Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi (2010), Jakarta mempunyai

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem Tenaga Listrik : Sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun dalam bentuk gas. Buangan cair yang berasal dari masyarakat yang di kenal sebagai air buangan atau air limbah

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUBANG JAWA BARAT KOTA SUBANG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Subang merupakan ibukota Kecamatan Subang yang terletak di kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 PEKERJAAN UMUM Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Panjang

Lebih terperinci

Kondisi Prasarana di Indonesia KULIAH KE-3

Kondisi Prasarana di Indonesia KULIAH KE-3 Kondisi Prasarana di Indonesia KULIAH KE-3 Kompas Selasa, 26 Maret 2013 Indonesia berada pada peringkat 78/100 (World Economic Forum) Melemahkan daya saing untuk menarik investasi, dan infrastruktur yang

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA TANGERANG BANTEN KOTA TANGERANG ADMINISTRASI Profil Wilayah Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, Kota Tangerang memiliki keuntungan dan sekaligus kerugian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini. Dalam pemenuhan air tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini. Dalam pemenuhan air tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air menjadi kebutuhan manusia yang sangat penting, begitu juga dengan seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini. Dalam pemenuhan air tersebut manusia melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA

BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA 3.1 Bendungan Gambar 3.1 Ilustrasi PLTMH cinta mekar (sumber,ibeka, 2007) PLTMH Cinta Mekar memanfaatkan aliran air irigasi dari sungai Ciasem yang berhulu di Gunung

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA Perumahan menengah : meliputi kompleks perumahan atau dan sederhana permukiman Perumahan pasang surut : meliputi perumahan yang berada di daerah

Lebih terperinci

Pembangkit Listrik Tenaga Air. BY : Sulistiyono

Pembangkit Listrik Tenaga Air. BY : Sulistiyono Pembangkit Listrik Tenaga Air BY : Sulistiyono Pembangkit listrik tenaga air Tenaga air bahasa Inggris: 'hydropower' adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Air merupakan sumber energi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Lhokseumawe telah menjadi sebuah kota otonom, yang berarti Kota Lhokseumawe telah siap untuk berdiri sendiri

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menjelaskan mengenai pengertian umum yang berhubungan dengan parkir, cara dan jenis parkir, pengaturan parkir, metode-metode parkir, kebijakan parkir, serta standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) mempunyai sistem transmisi listrik di Pulau Jawa yang terhubung dengan Pulau Bali dan Pulau Madura yang disebut dengan sistem interkoneksi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkotaan merupakan bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dijaga kelestarian dan pemanfaatannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai Pasal

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data PEKERJAAN UMUM A. Panjang Jalan

Lebih terperinci

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR Oleh: CAHYAWATI YULY FITRIANI HARYOPUTRI L2D 303 285 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi parkir. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi parkir. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri di tempat parkir. Kebutuhan tempat parkir untuk kendaraan, baik kendaraan pribadi, angkutan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK

INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK A.1 Pembangkit Listrik Bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrikdari berbagai sumber tenaga, seperti PLTU, PLTD, PLTA, dll.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Lalu lintas berjalan menuju suatu tempat tujuan dan setelah mencapai tempat tersebut kendaraan harus diparkir, sementara pengendaranya melakukan berbagai urusan,

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi selalu menjadi masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi selalu menjadi masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi selalu menjadi masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar. Usaha pemerintah dalam memecahkan masalah transportasi banyak dilakukan melalui pemecahan sektoral,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 160 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian sebelumnya telah dibahas berbagai temuan yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian akhir ini selanjutnya akan dibahas mengenai kesimpulan yang didapat

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG

BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG Konstruksi umum PLTSa pada dasarnya adalah merupakan PLTU dengan kekhususan pada pemrosesan bahan bakar sebelum masuk tungku pembakaran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung Cianjur merupakan satu-satunya TPA yang dimiliki oleh Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL LAMPIRAN XII PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN TAHUN 2015 2035 KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL 1. MS Mangrove atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1 Visi dan Misi Sanitasi Kota A. Visi Visi sanitasi kota Mamuju dapat di rumuskan sebagai berikut : Mewujudkan Lingkungan yang bersih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2 dengan jumlah penduduk yang mencapai 3.890.757 jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak negatif dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Sementara itu fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking)

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG TRANSPORTASI DI KOTA MEDAN DAN PERMASALAHANNYA (Menuju Sistem Transportasi yang Berkelanjutan)

KAJIAN TENTANG TRANSPORTASI DI KOTA MEDAN DAN PERMASALAHANNYA (Menuju Sistem Transportasi yang Berkelanjutan) KAJIAN TENTANG TRANSPORTASI DI KOTA MEDAN DAN PERMASALAHANNYA (Menuju Sistem Transportasi yang Berkelanjutan) Hairulsyah Abstrak Sistem transportasi berkelanjutan merupakan sistem yang dapat memenuhi rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan dunia. Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai masalah persampahan dikarenakan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Becak Becak (dari bahasa Hokkien : be chia "kereta kuda") adalah suatu moda transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia dan juga di sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI UMUM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kampus IPB Dramaga tidak bisa terlaksana tanpa adanya air bersih. Saat ini pemenuhan

Lebih terperinci

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif MINGGU 7 Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan : a. Permasalahan tata guna lahan b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif Permasalahan Tata Guna Lahan Tingkat urbanisasi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Kendari merupakan bagian dari wilayah administrasi dari propinsi Sulawesi Tenggara. Batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang

Lebih terperinci

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana

Lebih terperinci

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA Lampiran IV : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 01 Tahun 2009 Tanggal : 02 Februari 2009 KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA NILAI Sangat I PERMUKIMAN 1. Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kemajuan informasi dan teknologi di era globalisasi ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kemajuan informasi dan teknologi di era globalisasi ini menuntut perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kemajuan informasi dan teknologi di era globalisasi ini menuntut perusahaan sebagai organisasi yang mengelola sumber daya produksi, sumber daya alam, sumber daya keuangan,

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG JARAK BEBAS BANGUNAN DAN PEMANFAATAN PADA DAERAH SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung

Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI Talangagung Tantangan Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia. Sebagian besar tempat pemrosesan akhir sampah di Indonesia

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Di Susun Oleh: 1. VENDRO HARI SANDI 2013110057 2. YOFANDI AGUNG YULIO 2013110052 3. RANDA MARDEL YUSRA 2013110061 4. RAHMAT SURYADI 2013110063 5. SYAFLIWANUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lalu Lintas 1. Pengertian Lalu Lintas Menurut Poerwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia (1993:55) menyatakan bahwa lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir mudik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DJRD/96 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir menyebutkan parkir adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RI SPAM) KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015-2030 DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jendral Perhubungan Darat (1996), ada beberapa pengertian tentang perparkiran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jendral Perhubungan Darat (1996), ada beberapa pengertian tentang perparkiran. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum Dalam Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jendral Perhubungan Darat (1996), ada beberapa pengertian tentang perparkiran. a. Parkir adalah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PROYEK

BAB II TINJAUAN PROYEK BAB II TINJAUAN PROYEK 2.1. Tinjauan Umum Bangunan Pet Station Medan merupakan bangunan yang mempunyai fungsi sebagai penjualan hewan-hewan peliharaan, pusat pelayanan kesehatan dan perawatan hewan-hewan

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit listrik yang mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu kota dapat dilihat dari tingginya aktivitas perekonomian, aktivitas perkotaan tersebut perlu didukung dengan adanya transportasi. Konsep transportasi

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 31 BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung Dalam konteks nasional, Kota Bandung mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON Brian Victori Langi Isri R. Mangangka, Sukarno Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email:

Lebih terperinci

4. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

4. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 25 TAHUN 2014 TENTANG PENGATURAN PENGGUNAAN JARINGAN JALAN DAN GERAKAN ARUS LALU LINTAS DI WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi manusia selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi manusia selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi manusia selain untuk minum, mandi dan mencuci, air bermanfaat juga sebagai sarana transportasi, sebagai sarana

Lebih terperinci

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain seperti bahan bakar fosil (minyak, gas alam dan batu bara), hidro, panas bumi dan nuklir. Dibangkitkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka didapatkan hasil kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: A. KESIMPULAN Perkembangan kegiatan pariwisata menimbulkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas berjalan kaki merupakan suatu bagian integral dari aktivitas lainnya. Bagi masyarakat di daerah tropis, berjalan kaki mungkin kurang nyaman karena masalah

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN

INFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN BAB 5 INFRASTRUKTUR 5.1. PERHUBUNGAN Pembangunan infrastruktur perhubungan bertujuan memperlancar aksesibilitas dan membuka keterisolasian wilayah yang dapat meningkatkan kegiatan perekonomian wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara bersamaan perubahan-perubahan makroekonomi maupun perekonomian secara sektoral dan regional, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalu Lintas Lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas, prasarana lalu lintas, kendaraan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir dan Pedestrian Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996) yang menyatakan bahwa parkir adalah suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan sumberdaya air sangat terkait dengan sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan kebutuhan air bersih adalah

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci