BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agroekologi adalah pengelompokkan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan akan berbeda tidak nyata. Komponen utama agroekologi adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah dan tanah. Iklim merupakan rerata cuaca dalam jangka waktu yang lama ( 10 tahun). Iklim cukup rumit tetapi ada karakteristik dan pola tertentu unsur iklim di berbagai daerah yang letaknya saling berjauhan bila faktor utamanya sama. Berdasar kesamaan tersebut, maka dikenal klasifikasi iklim. Klasifikasi iklim yang paling sering digunakan dalam dunia pertanian Indonesia adalah klasifikasi menurut Shcmidt-Ferguson dan Oldeman.Sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk tanaman tahunan sedangkan sistem klasifikasi iklim Oldeman lebih banyak digunakan untuk tanaman semusim. Faktor utama iklim yang berkaitan erat dengan keragaman tanaman yaitu suhu dan kelengasan.kelengasan, meski banyak dipengaruhi oleh sebaran curah hujan namun lebih ditekankan pada keadaan tanah. Daerah yang banyak mendapat air dari lingkungan sekitaranya akan selalu basah walaupun curah hujannya sangat sedikit. Kelengasan tanah dibagi menjadi empat, yaitu basah, lembab, agak kering dan kering berdasar seberapa lama tanah mengalami kekeringan hingga kedalaman tertentu dalam setahun.selain itu, usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh bentuk wilayah (bentuk lereng) dan jenis tanah.sifat tanah yang sangat menentukan dalam usaha pertanian adalah selang kemasaman, selang tekstur dan drainase. Sistem pertanian berkelanjutan hanya akan terwujud apabila lahan digunakan untuk sistem pertanian yang tepat. Dengan mempertimbangkan keadaan agroekologi, bagaimana pilihan tanaman yang tepat serta bagaimana sistem produksi yang baik, dapat ditentukan.penggunaan lahan yang tepat bukan hanya menjamin lahan dan alam memberi manfaat untuk masa kini, tapi juga menjamin

2 bahwa sumber daya alam dapat terus bermanfaat bagi generasi selanjutnya di masa mendatang. Bentuk wilayah atau fisiografi (terrain) yang merupakan faktor utama penentuan sistem produksi disamping sifat tanah.lereng lahan banyak dipakai sebagai bahan pertimbangan mengingat bahaya erosi dan penurunan mutu lahan merupakan ancaman nyata pada pertanian berlereng curam di daerah tropika basah. Lahan yang mempunyai kelerengan tajam akan menguntungkan secara ekonomi bila diusahakan untuk budidaya tanaman hias dan sayuran serta hortikultura dengan membuat teras. Namun pembuatan teras tidak selalu tepat untuk semua jenis tanah karena tanah dengan jenis bahan induk yang lepas (loose) seperti batuan pasir, akan mudah longsor bila diteras. Sedangkan bila pada tanah masam, peterasan akan menyingkap lapisan bawah yang banyak mengandung aluminium serta kurang subur sehingga membatasi pilihan tanaman yang dapak dibudidayakan. Kondisi lahan makin baik akan membuat makin banyak alternative komoditas yang dapat dipilih untuk ditanam. Dalam pemilihan tanaman yang sesuai untuk diusahakan pada suatu lahan, diperlukan data masukan tentang lereng, tekstur, kemasaman serta dilengkapi dengan data rejim suhu dan rejim kelembaban. Selain itu, kesesuaian tanaman umunya dibatasi oleh kekurangan atau kelebihan air maupun suhu yang ekstrim. Sedangkan bila kendala tanah, umumnya lebih cepat dan mudah diatasi serta dengan biaya yang cukup pula. Namun tak hanya hal-hal yang telah disebutkan di atas yang dapat mempengaruhi pembangunan pertanian.pembangunan pertanian tidak dapat terlepas dari faktor sosial ekonomi seperti penduduk sebagai sumber tenaga kerja dan potensi pasar, prasarana dan kebiasaan masyarakat. Teknologi pertanian dapat berkembang dan berkelanjutan tidak saja karena teknis mantap dan aman secara lingkungan, tetapi juga secara ekonomi harus layak, secara sosial dan dapat diterima dan secara administratif dapat dikelola. Dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) seperti contoh komputer atau laptop atau netbook, telah disusun suatu sistem pakar untuk mengevaluasi sistem produksi yang tepat untuk suatu lahan dan mencari alternatif komoditas untuk diusahakan dengan cepat.

3 1.2 Tujuan 1. Menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di suatu wilayah ke dalam suatu sistem pangkalan data dan berbagai jenis peta sehingga tersedia berbagai informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan lingkungan di suatu wilayah. 2. Melakukan analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman/komoditas pertanian penting serta kesesuaian teknologi di suatu wilayah. 3. Mengidentifikasi berbagai komoditas pertanian unggulan spesifik lokasi, serta mengidentifikasi kebutuhan teknologinya. 4. Memberikan masukan dalam rangka perencanaan penelitian, pengkajian dan pengembangan komoditas unggulan spesifik lokal.

4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Agroekologi (agro=pertanian, eco=lingkungan, logos=ilmu) merupakan suatu cabang ilmu yang menerapkan dan mempelajari ilmu ekologi untuk dikombinasikan dengan ilmu pertanian dalam rangka mengelola lingkungan pertanian (agroekosistem).agroekologi mengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak akan berbeda dengan nyata(susetyo dkk, 2011: 2). Komponen utama agroekologi adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah, dan tanah. Konsep-konsep yang mendasari agroekologi diantaranya: 1) produktivitas, dapat meningkatkan daya dukung lingkungan; 2) stabilitas, menanam secara terus-menerus dengan hasil yang konstan; 3) keberlanjutan, menanam secara terus-menerus dengan memperhatikan daya dukung lingkungan; 4) keseimbangan, menyeimbangkan kebutuhan lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya. Sistem pertanian berkelanjutan akanterwujud apabila lahan digunakan untuk sistem pertanian yang tepat dengan carapengelolaan yang sesuai. Apabila lahan tidak gunakan dengan tepat, maka produktivitasakan cepat menurun dan ekosistem menjadi terancam kerusakan. Penggunaan lahanyang tepat selain menjamin bahwa lahan dan alam ini memberikan manfaat untuk pemakai pada masa kini, juga menjamin bahwa sumberdaya alam ini bermanfaat untuk generasi penerus di masa mendatang.dengan mempertimbangkan keadaan agroekologi, penggunaan lahan berupa sistem produksi dan pilihan-pilihan tanaman yang tepat dapat ditentukan. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan efisien diperlukan tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim, tanahdan sifat lingkungan fisiklainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. Data iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang

5 berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemennya perlu diidentifikasi melalui kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan.data sumber daya lahan inidiperlukan terutama untuk kepentingan perencanaan pembangunan dan pengembangan pertanian (Anonim, 2010). Menurut Wiradisastra (1996) zona agroekologi adalah suatu konsep wilayah yang didefinisikan dengan pengertian agroekologi yang menyangkut aspek-aspek tanam-tumbuh di atas lahan dan menghasilkan interaksi antara tanaman dengan lahan pada kondisi iklim tertentu di wilayah tertentu.konsep ini memerlukan adanya parameter lahan dan sumberdaya alam seperti iklim, topografi, tanah dan vegetasi yang dirumuskan menjadi suatu zona. FAO (1978) mendefinisikan bahwa zona agroekologi adalah suatu wilayah yang relatif luas yang ditentukan berdasarkan kondisi iklim, bentuk wilayah (dalam katagori kasar), rejim hidrologi, pengelompokan jenis tanah (dalam katagori kasar) dan/atau vegetasi (semi) alami, yang cocok dan sesuai untuk suatu jenis tanaman dan kultivar tertentu. Zona agroekologi didefinisikan juga sebagai unit geografis dengan lahan potensial.pemetakan beragam dapat memberi hasil yang baik bagi lingkungan sekitar seperti kondisi geologi serta untuk panen.hal ini juga sangat berguna bagi pengelolaan lahan sumber guna mencapai perencanaan dan manajemen yang baik bagi pengawasan lahan tersebut (Boitt dkk, 2014). Konsep dari zona agroekologi itu sendiri adalah penyederhanaan dan pengelompokan dari beragam agroekosistem ke dalam bentuk penggunaan lebih lanjut dari klasifikasi. Pelaksanaan evaluasi terhadap penggunaan lahan melalui pemaparan zona agroekologi, menurut Amien (1994), telah ada pendekatan terintegrasi dari bermacam-macam faktor, dimana berperan sebagai penentu dari produksi pertanian (tanah, hidrologi, dan iklim) agar seimbang. Selain itu, zona agroekologi menganut satu cara daalam mengatur penggunaan lahan melalui zona klasifikasi berdasarkan kondisi alam sejenis dan kondisi area.klasifikasi itu sendiri bertujuan unutk menjelaskan area pemanenan serta komoditas yang berpotensi, yang berskala ekonomi tinggi, dan diatur dengan baik guna mencapai sistem pertanian berkelanjutan.dalam zona agroekologi sendiri, lahan dipilih berdasarkan alam cuaca dan area.berdasarkan konsep

6 tersebut, penerapan zona agroekologi di setiap lahan pertanian mampu mengantarkan pelaku pertanian untuk mencapai pertanian berkelanjutan.di Indonesia zona Agroekologi hanya mampu diterapkan pada skala lahan 1: dan klasifikasi kecocokan lahan produksi hanya bisa digunakan sampai tingkat provinsi dan negara (Prasetyo dkk, 2012: 11). Terlebih lagi, zona agroekologi dapat digunakan untuk optimalisasi kegunaan sumber lahan yang menjadi sasaran serta tingkat efisiennya melalui 1)penyusunan alternatif penggunaan lahan, 2) mengkaji area penanaman dan pengmbangan komoditas (Prasetyo dkk, 2012: 11). Data karakteristik fisiografi lahan dan iklim diperoleh melalui pengolahan peta kontur, peta ketinggian tempat, dan data curah hujan menjadi peta digital kemiringan, kelembaban, rejim suhu, dan drainase. Peta-peta digital yang telah dihasilkan tersebut disusun sehingga diperoleh Zona Agroekologi (ZAE) sebagai satuan pemetaan (Susetyo dkk, 2011: 2). Dan menurut Susetyo (2011), tahap-tahap dalam menentukan Zona Agroekologi (ZAE) adalah: 1. Pengelompokan zona utama, yang didasarkan pada peta digital kemiringan lereng. Wilayah dikelompokkan dalam empat zona berdasarkan kemiringan lereng, yaitu: a) Zona Satu : Kemiringan < 8%, dengan fisiografi datar hingga agak datar b) Zona Dua : Kemiringan 8-15%, dengan fisiografi berombak dan lereng agak curam c) Zona Tiga : Kemiringan 15-40%, dengan fisiografi berbukit dan lereng curam d) Zona Empat : Kemiringan > 40%, dengan fisiografi bergunung danlereng sangat curam. 2. Pengelompokan atas dasar rejim suhu udara maka wilayah terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: a) Panas (simbol A) yaitu daerah pada ketinggian 500 mdplatau memiliki rataan suhu udara tahunan > 26 C b) Sejuk (simbol B) yaitudaerah pada ketinggian mdpl atau memiliki rataan suhu udara tahunan 26 C-23 C c) Dingin (simbol C) yaitu daerah pada ketinggian >1000 mdplatau memiliki rataan suhu udara tahunan < 23 C.

7 3. Pengelompokan sub zona rejim kelembaban, dibedakan berdasarkan jumlahbulan kering (curah hujan<60 mm) dalam satu tahun atau didasarkan padabesarnya curah hujan. Sedangkan rejim suhu didasarkan pada ketinggian tempatdari permukaan laut yang mengikuti proses lapse rate adiabatic. Berdasarkandata rejim kelembaban yang didasarkan pada data bulan kering atau curah hujan,maka wilayah dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: a) Kering (X) yaitu jika bulankering>7 bulan dalam satu tahun atau curah hujan tahunan <1500 mm b) Lembab(Y) yaitu jika bulan kering antara empat sampai tujuh bulan dalam setahun ataucurah hujan tahunan antara mm; c).basah (Z) yaitu bulan kering < 3bulan dalam setahun atau curah hujan tahunan >3000 mm. 4. Pengelompokan sub zona Drainase. Berdasarkan keadaan drainase tanah(mudah tidaknya air hilang dari tanah) maka wilayah dikelompokkan atas: a) Drainase baik (simbol satu) yaitu daerah yang tanahnya tidak tergenang. b) Drainase buruk (simbol dua) yaitu daerah yang tanahnya selalu tergenang.

8 BAB 3. METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan kegiatan praktikum agroekologi mengenai analisis peta zona agroekologi dilaksanakan di Ruang 8 Fakultas Pertanian Universitas Jember.Pelaksaan kegiatan praktikum ini dilaksanakan tepatnya pada hari sabtu tanggal 20 September 2014 pukul WIB. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1Bahan 1. Peta jenis tanah 2. Peta iklim 3. Peta topografi 4. Kertas kalkir Alat 1. Spidol 3 warna 3.3 Cara Kerja 1. Memperoleh peta jenis tanah, peta iklim dan peta topografi dengan skala 1: beserta data dasarnya pada Laboratorium Agroklimat sebagai rujukan. 2. Dari peta-peta tersebut wilayah dapat dipilah-pilah dan dideliniasi berdasarkan: a) Ketinggian yang mewakili rezim suhu yang terbagi atas rezim isohyperthermic (ketinggian mdpl), isothermic (ketinggian mdpl) dan isomesic (ketinggian > 1500 mdpl). b) Iklim mewakili rezim kebasahan yang terbagi atas Perudic (Iklim tipe A dan B1 menurut klasifikasi Oldeman), Udic (iklim tipe B2, C2 dan D2) serat Ustic (tipe iklim C3, D3 dan E).

9 c) Jenis tanah yang dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi FAO, misalnya jenis tanah andisol, alfisol, entisol dan exisol. 3. Dengan menumpangtepatkan (overlay) peta wlayah berdasarkan jenis tanah dengan peta rezim kebasahan dan peta rezim suhu maka diperoleh peta agroekologi 1: dan akan diperoleh Peta Zona Agroekologi. Dengan peta ini dapat ditentukan jenis tanaman (meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan serta peternakan) yang paling cocok tumbuh atau hidup di zona tersebut. 4. Melalui pencocokan peta administrasi dengan skala 1: untuk mendeliminasi batas-batas pemerintahan daerah (jurisdiction boundary) dengan tujuan memadukan informasi biofisik dengan informasi mengenai sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya.

10 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Jenis Tanah N Jenis Tanah Tanaman Potensi O 1. Andisol Tanaman Pangan Ubi, kentang, padi Tanaman Sayuran Wortel, kubis, kentang Tanaman Buah Apel, manggis, jeruk Tanaman Teh, kopi, kina, pinus Perkebunan 2. Entisol Tanaman Pangan Padi, jagung Tanaman Sayuran Terong, sawi, wortel, kentang, Tanaman Buah Tanaman Perkebunan kubis Salak, sawo, rambutan, sukun Kelapa sawit, tembakau, tebu, teh, kopi, cokelat Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Rezim Suhu N Rezim Suhu Tanaman Potensi O 1. Isothermic Tanaman Pangan Padi, ubi kayu Tanaman Sayuran Cabai, kacang-kacangan, sawi, Tanaman Buah Tanaman tomat Rambutan, salak, sawo Coklat, vanili, kopi robusta, jarak Perkebunan 2. Isomesic Tanaman Pangan Jagung, kentang Tanaman Sayuran Sawi kecil, wortel, kol atau kubis Tanaman Buah Apel, strawberry, blue berry Tanaman Teh Perkebunan

11 4.1.3 Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Rezim Kebasahan N Rezim Tanaman Potensi O Kebasahan 1. Udic Tanaman Pangan Padi, jagung Tanaman Sayuran Tomat, cabai, wortel Tanaman Buah Jeruk Tanaman Perkebunan Teh, kopi, coklat Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Zona Agroekologi Kabupaten Bondowoso No. Zona Tanaman Potensi 1. And.2.2 (andisol, Tanaman pangan Ubi, padi, jagung, kentang isotermic, udic) Tanaman sayuran Wortel, kubis, kacangkacangan, cabai, tomat Tanaman buah Apel, manggis, rambutan, salak, sawo, jeruk Tanaman perkebunan Teh, kopi, pinus, coklat, vanili, jarak 2. And.3.2 (andisol, Tanaman pangan jagung, ubi, kentang, kedelai isomesic, udic) Tanaman sayuran wortel, kubis, kentang, cabai, kacang-kacangan, sawi, tomat Tanaman buah apel, manggis, rambutan, salak, sawo, buah naga Tanaman perkebunan Teh, kina, kopi, pinus, coklat, vanili, jarak, tembakau, tebu 3. Ent.2.2 (entisol, isothermic, udic) Tanaman pangan Kedelai, padi, jagung

12 4. Ent.3.2 (entisol, isomesic, udic) Tanaman sayuran Tanaman buah Tanaman perkebunan Tanaman pangan Tanaman sayuran Tanaman buah Tanaman perkebunan Kacang panjang, terong, sawi Salak, sawo, rambutan Teh, kopi, cokelat Padi, jagung Terong, sawi Apel, strawberry Teh, kopi robusta, cokelat 4.2 Pembahasan Fungsi Peta Zona Agroekologi Zona Agroekologi merupakan pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan kondisi lingkungan fisik yang sama serta kemiripan keragaman hewan dan tanamannya. Peta Zona Agroekologi merupakan gambaran pengelompokan suatu wilayah yang dikhususkan untuk digunakan dalam bidang pertanian. Peta Zona Agroekologi dapat digunakan untuk mendapatkan dan mengetahui komoditas pertanian apa saja yang cocok untuk dibudidayakan di suatu wilayah agar sesuai dengan kondisi wilayahnya serta dengan tetap menjaga kelestarian dari agroekosistemnya (lingkungan pertaniannya). Sehingga akan dapat diketahui informasi mengenai penggunaan lahannya, rekomendasi penggunaan pupuk dan komoditas unggulannya berdasarkan agroekosistemnya serta akan mempermudah dalam melaksanakan kegiatan pertanian. Hingga pada akhirnya mampu menghasilkan produk unggulan baik secara kualitas maupun kuantitas.

13 4.2.2 Komponen penyusun Zona Agroekologi serta perannya dalam pertanian 1. Iklim Jenis iklim dalam agroekosistem atau lingkungan pertanian biasanya diklasifikasikan berdasarkan rezim kebasahan di wilayah tersebut. Iklim dalam suatu agroekosistem akan sangat berpengaruh terhadap jenis tanaman apa saja yang cocok untuk dibudidayakan di wilayah tersebut baik tanaman pangan, sayur, buah maupun perkebunan. Sebagai contoh, daerah dengan rezim kebasahan rata-rata ke bawah akan baik untuk ditanami palawija tapi kurang baik untuk padi, kecuali padi varietas umur pendek dengan perencanaan awal tanam yang tepat sedangkan daerah dengan rezim kebasahan yang cukup tinggi akan cocok untuk ditanami padi terus menerus namun dapat hasil panen dapat menjadi rendah karena intensitas cahaya matahari kurang. Sehingga pada akhirnya, selain mengetahui tanaman apa yang cocok dibudidayakan juga dapat mengetahui bagaimana proses pengairan dan perawatan tanaman yang tepat sehingga hasil panennya dapat tinggi terlepas dari daerah itu beriklim apa. Namun, tetap dengan tanpa pemaksaan pembudidayaan sehingga lingkungan dapat tetap terjaga. Jenis-jenis iklim berdasarkan rezim kebasahan tersebut diantaranya: 1) Perudic, iklim tipe A dan B1 menurut klasifikasi Oldeman; 2) Udic, iklim tipe B2, C2 dan D2; 3) Ustic, iklim tipe C3, D3 dan E. 2. Tanah atau jenis tanah Sudah jelas dapat dipikirkan bahwa jenis dan struktur memang akan sangat mempengaruhi jenis tanaman yang dapat dibudidayakan. Karena selain jenis tanah menentukan jenis tanaman, jenis tanah juga akan memberikan gambaran mengenai kondisi kelengasan tanah di wilayah tersebut serta seberapa banyak unsur hara dan mineral yang terkandung di dalamnya. 3. Fisiografi atau bentuk wilayah Selain jenis tanah, bentuk wilayah juga akan sangat menentukan tanaman apa yang cocok ditanam di wilayah tersebut. Bentuk wilayah dalam agroekosistem biasanya dibagi berdasarkan tingkat kelerengannya.lereng banyak dipakai sebagai bahan pertimbangan atas dasar tingkat erosi serta penurunan mutu lahan. Sebagai contoh, hanya lahan dengan lereng < 8% yang akan cocok untuk

14 ditanami tanaman semusim sedangkan untuk lahan dengan lereng 16% 40% hanya cocok untuk ditanami tanaman permanen. Hal ini berdasarkan, semakin curam suatu lahan akan semakin membatasi penggunaan tenaga mesin dan ternak dalam pengolahan akibat sulit dijangkaunya daerah lahan tersebut. Selain permasalahan tersebut di atas juga kendala efisiensi energi jangka panjang perlu diperhatikan karena pada lahan yang curam tenaga yang diperlukan untuk mengangkut masukan dan hasil pertanian dari dank e lahan usaha akan menjadi sangat tinggi. Hal ini menyebabkan usaha tani pada lahan yang curam hanya akan menguntungkan bila upah tenaga relatif rendah Karakteristik kondisi zona agroekologi dari daerah yang diamati beserta teknologi pertanian yang dapat disarankan pada tiap-tiap wilayah 1. Jenis Tanah a) Andisol. Merupakan tanah yang pembentukannya melalui proses pelapukan sehingga menghasilkan mineral dengan struktur kristal yang cukup rapi. Mineral inilah yang menyebabkan jenis tanah andisol memiliki daya pegang yang baik terhadap unsur hara dan air. Tanah ini disebut juga tanah pegunungan tinggi atau tropical brown forest yang mempunyai ciri ketebalan solum tanah sekitar cm, berwarna hitam kelabu, bertekstur debu dan konsistensinya gembur. Andisol sering dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan sayuran atau bunga-bungaan. b) Entisol. Tanah entisol banyak terdapat di daerah alluvial atau endapan sungai atau rawa sehingga juga sering disebut sebagai tanah alluvial. Umur tanah entisol dapat dikatakan tergolong masih muda dengan kecenderungan memiliki tekstur yang kasar dengan kadar organic dan nitrogen yang rendah. Tanah jenis ini mudah teroksidasi dengan udara. Untuk tanah entisol, kelembaban dan phnya masih sering berubah karena sifat tanah entisol yang selalu basah dan terendam dalam daerah cekungan hujan. Tanah entisol dapat menjadi kurang baik untuk ditanami karena kadar asamnya dapat sangat tinggi maupun sangat rendah.

15 2. Topografi (berdasarkan rezim suhu) a) Isothermic. Wilayah dengan rata-rata suhu tahunan sekitar 15⁰C 22⁰C pada ketinggan mdpl. b) Isomesic. Wilayah dengan rata-rata suhu tahunan sekitar 8⁰C 10⁰C pada ketinggian lebih dari 1500 mdpl. 3. Tipe Iklim (berdasarkan rezim kebasahan) a) Udic. Merupakan wilayah bertipekan iklim B2, C2 dan D2 berdasarkan klasifikasi Oldeman yang tanah di wilayah tersebut tidak kering selama 90 hari (kumulatif) dalam setahun. Teknologi yang dapat disarankan bagi wilayah pertanian Kabupaten Bondowoso adalah perbaikan sistem drainasenya (pembuangan kelebihan air) dikarenakan wilayah Kabupaten Bondowoso merupakan daerah yang cukup lembab. Oleh karenanya, kelembaban tersebut harus dijaga agar tidak berlebihan. Karena kelembaban yang berlebihan akan menyebabkan tanaman yang dibudidayakan akan menjadi mudah busuk terutama bila tidak segera dipanen. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga sistem drainase diantaranya pembuatan parit-parit kecil sebagai saluran pembuangan air di sekitar lahan persawahan Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan di data praktikum beserta pengelolaan lahan yang curam Hal-hal yang menjadi perlu perhatian dalam pengolahan lahan di kabupaten Bondowoso diantaranya: 1. Sistem pengairannya atau Drainase. Karena jenis tanah di daerah ini sangat mudah berubah PH-nya sehingga dapat menjadi sangat masam. Jenis tanah ini tidak terdapat cacing karena keadaan tanah yang kurang subur dan komposisi mineralnya adalah mineral kuarsa dan mineral besi. 2. Pemupukan. Dalam penggunaan pupuk akan lebih baik apabila menggunakan jenis dan sistem pemupukan organik walaupun dengan pemulihan yang lama karena kurangnya produktivitasnya tanah jenis ini. Pemupukan dengan zat atau bahan kimia seperti pestisida akan merusak hara dari tanah, juga pemasukan teknologi juga akan merusak karena akan membuat tanah semakin rusak akibat polusi atau gas yang dikeluarkan oleh alat atau mesinnya.

16 3. Sistem irigasi. Memanfaatkan pasang-surutnya air, pemanfaatannya adalah dataran rendah dan rawa-rawa. Pada jenis tanah ini system irigasi tetes lah yang sesuai, yakni dengan mencari potensi sumber air dengan melakukan deteksi dengan alat terameter. Pengolahan pada lahan curam membatasi penggunaan tenaga mesin dan ternak dalam pengolahan lahan, sehingga untuk daerah seperti ini lebih banyak dianjurkan tanaman tahunan yang lebih sedikit memerlukan tenaga kerja. Lahan curam itu sendiri dapat mengakibatkan erosi dan degradasi lahan serta kendala lain seperti efisiensi energi dalam jangka waktu yang panjang. Pengolahan lahan curam akan menguntungkan secara ekonomis apabila diusahakan dengan budidaya tanaman hias, sayuran, dan tanaman hortikultura dengan sistem pembuatan teras. Sistem pembuatan teras juga harus memperhatikan jenis tanah. BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pemetaan suatu zona agroekologi yang bertujuan untuk menentukan komoditas-komoditas pertanian yang layak tumbuh dan hidup pada suatu wilayah tertentu sangat membantu terutama dalam hal meningkatkan kegiatan pertanian di suatu daerah yang erat kaitannya dengan produktivitas dan kondisi socialekonomi masyarakat, juga kondisi sosial budaya masyarakat. Dimana dengan adanya suatu pemetaan ini suatu komoditas tertentu dapat dipilahpilah dan didelinasi dengan cara menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di suatu wilayah ke dalam suatu sistem pangkalan data dan berbagai jenis peta, sehingga tersedia informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan lingkungan di suatu wilayah. 5.2 Saran

17 Dalam menganalisa sebuah data suatu peta zona agroekologi guna menentukan komoditas pertanian yang cocok tumbuh dan hidup di suatu wilayah tertentu sangat dibutuhkan data-data baik itu berupa data kondisi fisik suatu wilayah yang akan dianalisa, termasuk data faktor-faktor seperti iklim,rejim, dan faktor lain yang mendukung dan dapat memudahkan pemetaan terhadap suatu wilayah tertentu.

18 DAFTAR PUSTAKA Alemina, Ema, Hairul Basri, Muslimsyah, Muzailin Affan, Agus Halim, dan T. Alvisyahrin Penyimpangan Penggunaan Lahan di DAS Krueng Aceh Berdasarkan Zona Agroekologi. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Kebencanaan TDMRC-Unsyiah,13 19 April 2011:29. K. Boitt, Mark, Charles N. Mundia, dan Petri Pellikka Modelling the Impacts of Climate Change on Agro-Ecological Zones a Case Study of Taita Hills, Kenya. Universal Journal of Geoscience, 2(6): Lichtfouse, Eric Agroecology and Strategies for Climate Change. New York: Springer. Prasetyo, Sri Yulianto Joko, Bistok Hasiholan S, dan Kristoko Dwi Hartomo The Agroecological Zone using Fuzzy Logic for Land Suitability and Regional Sustainable Food Insecurity in Boyolali, Central of Java Indonesia. IJCSI International Journal of Computer Science Issues, 9 (6): Sirappa, M. P. dan P. R. Matitaputty Potensi Lahan untuk Pengembangan Komoditas Perkebunan Unggulan Daerah Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Peternakan, 7 (2): Susetyo, Yerymia Alfa, M. A. Ineke Pakereng, Sri Yulianto J. Prasetyo Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE) menggunakan Logika Fuzzy pada Wilayah Pertanian Kabupaten Semarang Berbasis Data Spasial. Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, 8(1):

19 Warren, John. Clare Lawson, dan Ken Belcher The Agri-Environment. New York: Cambridge University Press.

Kuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam

Kuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam Kuliah ke-2 R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam terdiri dari 3 kata: 1. Agro ( pertanian), 2. Eco ( lingkungan), dan 3. Logos (ilmu). artinya Agroekologi adalah

Lebih terperinci

PANDUAN METODOLOGI ANALISIS ZONE AGRO EKOLOGI PANDUAN KARAKTERISASI DAN ANALISIS ZONE AGROEKOLOGI

PANDUAN METODOLOGI ANALISIS ZONE AGRO EKOLOGI PANDUAN KARAKTERISASI DAN ANALISIS ZONE AGROEKOLOGI PANDUAN METODOLOGI ANALISIS ZONE AGRO EKOLOGI PANDUAN KARAKTERISASI DAN ANALISIS ZONE AGROEKOLOGI (Edisi I) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANTAN Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat & Proyek Pembinaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

hasil tanaman seperti yang diharapkan. Syarat tumbuh tanaman dari faktor teknologi budidaya tanaman (T) meliputi: (a) jenis dan varietas tanaman; (b)

hasil tanaman seperti yang diharapkan. Syarat tumbuh tanaman dari faktor teknologi budidaya tanaman (T) meliputi: (a) jenis dan varietas tanaman; (b) BAB I PENGANTAR Guna melakukan budidaya tanaman, agar tanaman dapat menghasilkan secara optimal, maka harus memerhatikan syarat tumbuh tanaman, sebab setiap jenis tanaman memiliki kekhasan sendiri-sendiri.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah berorientasi agribisnis, berproduktivitas tinggi, efisien, berkerakyatan, dan berkelanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaab lahan jika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993) TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.1041 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Material Vulkanik Merapi Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini telah melahirkan tuntutan kehidupan yang semakin

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini telah melahirkan tuntutan kehidupan yang semakin 1 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi yang terjadi saat ini telah melahirkan tuntutan kehidupan yang semakin kompetitif bagi manusia, salah satunya dalam bidang pertanian. Penyusutan luas lahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun. Berdasarkan iklimnya, lahan kering

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah KUALITAS LAHAN SUNARTO ISMUNANDAR Umum Perlu pertimbangan dalam keputusan penggunaan lahan terbaik Perlunya tahu kemampuan dan kesesuaian untuk penggunaan ttt Perlu tahu potensi dan kendala EL : pendugaan

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Principal Component Analysis (PCA) merupakan metode dalam statistika yang digunakan untuk mereduksi dimensi input dengan kehilangan informasi yang minimum,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa (Gambar 3). Penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk 11 KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi Desa Lamajang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 1474 ha dengan batas desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

3. FUNDAMENTAL OF PLANTS CULTIVATION

3. FUNDAMENTAL OF PLANTS CULTIVATION 3. FUNDAMENTAL OF PLANTS CULTIVATION Reddy, K.R. and H.F. Hodges. 2000. Climate Change and Global Crop Productivity. Chapter 2. p. 2 10. Awan 1. Climate 2. Altitude Rta Rd RI Rpd 3. Land suitability 4.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO INTISARI Kadarso Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra, Yogyakarta Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan Oleh : Idung Risdiyanto 1. Konsep dan Batasan Evaluasi Lahan dan Zonasi Pertanian 1.1. Pengertian Dasar (dikutip dari Evakuasi Lahan Puslitanak) Dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014). I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan bertopografi miring diperlukan kajian yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 10 C. Tujuan Penelitian... 10

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 1. Komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah.... bahan mineral, air, dan udara bahan mineral dan bahan organik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa kesesuaian

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik material

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

Pemetaan Tanah.

Pemetaan Tanah. Pemetaan Tanah nasih@ugm.ac.id Peta Geologi dan Fisiografi Daerah Istimewa Yogyakarta Peta : alat pemberita visual suatu wilayah Peta ilmu bumi (geografi) Peta topografi Peta geologi dan sebagainya Peta

Lebih terperinci

TUGAS TUTORIAL MATA KULIAH : PERTANIAN BERLANJUT

TUGAS TUTORIAL MATA KULIAH : PERTANIAN BERLANJUT TUGAS TUTORIAL MATA KULIAH : PERTANIAN BERLANJUT SEMESTER : GANJIL SKS : 6 (Enam) DOSEN PENGAMPU : KHR, SDT, WDT, DSY, SPJ, ZKS, AMP, SRU, MLR, SIN, BSI, SKN, KSW, SMN, LSN. WAKTU : 10 OKTOBER 2011 1.

Lebih terperinci

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan peranan sumberdaya dalam pertanian dan permasalahannya

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan peranan sumberdaya dalam pertanian dan permasalahannya Peranan sumberdaya dalam Pertanian Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan peranan sumberdaya dalam pertanian dan permasalahannya Sumberdaya Pertanian : Sumberdaya Alam Modal Sumberdaya Manusia Manajemen

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A.Pembentukan Tanah Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat adalah satu diantara produk hortikultura yang mempunyai beragam manfaat, yaitu bisa dimanfaatkan dalam bentuk segar sebagai sayur, buah dan olahan berupa makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 60, 2009 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4997)

Lebih terperinci

Klasifikasi Kemampuan Lahan

Klasifikasi Kemampuan Lahan Survei Tanah dan Evaluasi Lahan M10 KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN Widianto, 2010 Klasifikasi Kemampuan Lahan TUJUAN PEMBELAJARAN : 1. Mampu menjelaskan arti kemampuan lahan dan klasifikasi kemampuan lahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Lahan Sitorus (1985) menjelaskan ada empat kelompok kualitas lahan utama : (a) Kualitas lahan ekologis yang berhubungan dengan kebutuhan tumbuhan seperti ketersediaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung tepatnya pada koordinat 7 19 20.87-7

Lebih terperinci

Curah hujan tinggi, tanah masam & rawa bergambut. Curah hujan mm/tahun, dataran bergunung aktif. Dataran tinggi beriklim basah

Curah hujan tinggi, tanah masam & rawa bergambut. Curah hujan mm/tahun, dataran bergunung aktif. Dataran tinggi beriklim basah Diskusi selanjutnya dibatasi pada wilayah tropika Indonesia, yaitu negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.508 pulau dan terbagi menjadi 34 wilayah provinsi dengan jumlah penduduk 251.857.940 jiwa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Karakteristik Biofisik 4.1.1 Letak Geografis Lokasi penelitian terdiri dari Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, Kabupaten Bogor yang terletak antara 6⁰37 10

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung memiliki kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan luas areal lahan pertanian yang memadai untuk bercocok tanam.

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU Ni Wayan Suryawardhani a, Atiek Iriany b, Aniek Iriany c, Agus Dwi Sulistyono d a. Department of Statistics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Brawijaya

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup karena

I. PENDAHULUAN. memiliki fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tanah memiliki fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup karena setiap makhluk hidup baik tanaman dan makhluk hidup lainnya sangat memerlukan tanah. Tanah merupakan

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Profil

Lampiran 1. Deskripsi Profil Lampiran 1. Deskripsi Profil A. Profil pertama Lokasi : Desa Sinaman kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Simbol : P1 Koordinat : 03 0 03 36,4 LU dan 98 0 33 24,3 BT Kemiringan : 5 % Fisiografi :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Lahan Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil), dimana lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaannya, sedangkan

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu daerah di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai. Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa merupakan sebutan bagi semua lahan yang tergenang air, yang penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Di Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN TERMIN I X.46

LAPORAN KEMAJUAN TERMIN I X.46 LAPORAN KEMAJUAN TERMIN I X.46 AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora AMDAL (AGR77) Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Hidroorologis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin

I. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin lama semakin meningkat telah menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan

Lebih terperinci