Pendidikan Musik dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pendidikan Musik dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara"

Transkripsi

1 KEGIATAN BELAJAR 2 Pendidikan Musik dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara 1. SEKILAS KI HADJAR DEWANTARA Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan Nasional ini lahir di Yogyakarta tanggal 2 mei Terlahir dari lingkungan keluarga keraton Yogyakarta, sesungguhnya ia bernama Raden Mas Suwardi Soeryaningrat. Ratusan tulisan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang ditulisnya sejak ia mendirikan perguruan taman siswa, merupakan bukti besarnya perhatian dan keseriusannya terhadap dunia pendidikan. Berkat jasa-jasanya yang besar maka hari kelahirannya senantiasa diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Kemahirannya dalam menulis mengantarkannya pada profesi sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Ia berjuang melalui goresan penanya. Salah satu tulisannya mengkritik dengan pedas pemerintah Belanda yang memungut dana dari negara-negara jajahannya, untuk memperingati bebasnya Belanda dari jajahan Perancis. Tulisan yang dimuat surat kabar Ekspres milik dr. Douwes Deker ini, menyebabkan ia dibuang ke Pulau Bangka oleh pemerintah Belanda. Persabatannya dengan Douwes Deker (dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo diwujudkan dalam sebuah partai politik bernama Indische Partij, yang terbentuk tanggal 25 Desember tahun 1912, dan bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Douwes Deker dan Cipto Mangoenkusumo memprotes keputusan pemerintah Belanda yang memberlakukan hukuman buang terhadap Ki Hajar Dewantara. Akibatnya merekapun diasingkan ke Kupang dan pulau Banda. Mereka tidak menerima keputusan tersebut dan meminta agar ketiganya di hukum buang ke negeri Belanda. Pemerintah Belanda mengabulkan permintaan mereka bertiga, sehingga pada bulan Agustus 1913 mereka dikirim ke Belanda. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Ki Hajar Dewantara untuk belajar mengenai pendidikan dan pengajaran, hingga ia memperoleh Europeesche Akte. Tahun 1918 ia kembali ke tanah air dan mencurahkan perhatian pada dunia pendidikan. Pendidikan digunakan sebagai bagian dari alat

2 perjuangan untuk meraih kemerdekaan yang dicita-citakannya. Pada tanggal 3 juli 1922 ia mendirikan perguruan Nasional Taman Siswa. Perguruan ini menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik, agar mereka mencintai bangsa dan tanah air, serta berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Bandjar (2004) menjelaskan bahwa gelar kebangsawanan di depan namanya seringkali membatasi kebebasannya dalam bergerak. Keinginannya yang besar untuk senantiasa merasa dekat dengan rakyat baik secara batin maupun lahir/fisik, menyebabkan ia memutuskan untuk mengubah namanya dengan nama Ki Hajar Dewantara, tepat di usianya yang empat puluh tahun. Nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Analoginya seperti Kyai Semar dalam pewayangan yang menjadi perantara antara Tuhan dan manusia, guna mewujudkan kehendak Tuhan di dunia ini. Sebagai pendidik yang merupakan perantara Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan. Melalui perubahan nama ia ingin menunjukkan perubahan sikapnya dalam melaksanakan pendidikan yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria, yaitu dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria. Guru Spiritual yang berjiwa satria adalah guru yang mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara. Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Perjuangan panjang untuk meraih kemerdekaan melalui jalur pendidikan, terus dijalaninya dengan penuh semangat, hingga akhirnya Indonesia merdeka. Presiden Soekarno mempercayainya sebagai menteri pendidikan Indonesia, dengan demikian ia merupakan menteri pendidikan Indonesia yang pertama. Tahun 1957 ia memperoleh gelar Dr. Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada, dan dua tahun kemudian ia menghembuskan nafas terakhirnya. Ki Hajar Dewantara adalah pahlawan pendidikan dan pahlawan pergerakan nasional.

3 2. PANDANGAN KI HADJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN MUSIK Pada kegiatan belajar satu dijelaskan bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan musik mencakup pemahaman tentang kealamiahan atau sifat dasar dan pemaknaan pendidikan musik. Selain itu dijelaskan pula bahwa filsafat pendidikan musik sebagai upaya kritis untuk meninjau kembali konsep dan keyakinan keyakinan tentang pendidikan musik, memiliki fungsi untuk memberikan arah dan petunjuk bagi pelaksanaan pendidikan musik. Hal-hal ini akan menjadi dasar dalam pembahasan berikut berkaitan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan musik. a. Sifat Dasar dan Makna Musik Menurut Ki Hajar Dewantara Pembahasan mengenai sifat musik, akan berkaitan dengan pengertian-pengertian seni dalam kehidupan manusia, karena musik merupakan salah satu cabang seni. Menurut Ki Hajar Dewantara seni yaitu segala perbuatan manusia yang timbul dari hidupnya perasaan dan sifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa/perasaan manusia. Perasaan dan sifat indah Perbuatan Manusia Seni Menggerakkan jiwa dan perasaan manusia Diagram di atas menjelaskan seni merupakan perbuatan manusia. Manusia memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan binatang atau mahluk lainnya, karena manusia adalah mahluk yang beradab dan berbudaya. Beradab berarti gerak raga dan gerak jiwanya menunjukkan sifat halus dan luhur. Berbudaya berarti sanggup dan mampu mencipta segala sesuatu yang mengandung corak keluhuran dan keindahan. Seni timbul dari jiwa manusia yang berbudi luhur, karena proses terjadinya seni melibatkan rasa keindahan, pemikiran yang diperhalus oleh rasa kemanusiaan, dan rasa moral/etika. Terolahnya rasa keindahan, pemikiran dan rasa etika/moral saat seseorang berkesenian, menuntunnya untuk menjadi manusia yang berbudi luhur. Semua jenis seni termasuk musik, memiliki sifat dasar ketertiban yang dapat mewujudkan keindahan, atau dengan kata lain ketertiban dan keindahan merupakan sifat dasar seni. Mengapa demikian? Mengenai hubungan antara seni musik, dengan ketertiban dan

4 keindahan dapat kita pahami dari beberapa tulisan Ki Hajar Dewantara yang terkumpul dalam buku Karya Ki Hadjar Dewantara. Ada tulisan yang menjelaskan bahwa gending ialah wirama dalam bentuk suara, atau wirama yang dapat didengar. Wirama merupakan jiwanya gending, sedangkan suara adalah raganya gending. Wirama adalah tanda dari segala yang hidup seperti teraturnya kodrat alam, pergantian siang dan malam, perputaran dunia, jalannya matahari dan bulan,... semuanya memakai wirama yang jelas ialah teratur, tertib, harmonis, patut dan sebagainya (ketertiban simetri). Wirama : Sifat tertib yang berlaku dalam kehidupan Bersifat indah Memberi rasa senang/bahagia Bila kita amati bagaimana fenomena alam dan kehidupan maka ada proses pergantian yang berurutan, misalnya biji yang ditanam berubah menjadi tunas yang berdaun, tumbuh semakin besar hingga berbunga. Setelah berbunga ia akan berbuah, dari buah ini didapat biji, dan dengan biji inilah dapat dilangsungkan kembali kehidupan suatu tanaman. Ada proses yang berurutan, tetapi wujud setiap tahapan tidak sama, waktu yang dibutuhkan untuk setiap tahapanpun tidak selalu sama. Demikian pula halnya wirama dalam gending, bagian satu dengan bagian lain dalam gending tidak harus selalu sama. Patut dan runtutnya bagian satu dengan lainnya, merupakan aspek utama yang menjadi kekuatan suatu gending terasa indah, dan mampu menimbulkan kebahagiaan. Mengapa wirama bersifat indah dan dapat menimbulkan kebahagiaan atau rasa senang? Marilah kita amati cara seorang pembawa acara atau penyiar radio, berbicara. Apa yang diucapkannya tidak akan menarik bila ia berbicara dengan datar. Perlu aksentuasi tertentu dalam pengucapan kalimat, sehingga hal-hal pokok yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas. Mungkin ada bagian yang diucapkan lebih cepat dan semakin keras atau lebih lambat dan lembut, untuk menarik perhatian pendengar. Perilaku pembawa acara atau penyiar radio tersebut merupakan contoh penggunaan wirama dalam kehidupan. Wirama itu ialah segala getaran dan gerak yang teratur serta harmonis, cepat lambatnya laku, dalam dangkalnya ungkapan suara, berat ringannya greget (kegairahan), dan graita

5 (pengertian). Semuanya selalu silih berganti hingga akhirnya menjadikan hidupnya suasana dan menimbulkan rasa yang mengesankan. (Dewantara, 1967:216) Untuk memperjelas pernyataan Ki Hajar Dewantara, kita dapat amati contoh suara kendang dalam gending Jawa. Cepat lambatnya laku terjadi karena desakan pukulan kendang. Dalam dan dangkalnya ungkapan suara disebabkan oleh adanya suara dung dan dang. Kegairahan akan muncul karena terjadinya variasi bunyi dang, dung, pak, tong dan tek dengan hiasan bunyi seperti delang, delung, sut, gembleb dan sebagainya. Tertib serta tertaturnya getar dan gerak selalu mengikuti suara tek. Dari suara-suara kendang saja kita sudah dapat temukan kekuatan wirama pada gending jawa sebagai perwujudan adanya hidup yang mengandung sifat indah dan menimbulkan perasaan senang, puas serta bahagia. Wirama atau irama merupakan salah satu kekayaan dan ciri khas musik Indonesia. Banyak sekali kita jumpai musik tradisi di nusantara ini yang didominasi oleh aspek wirama. Ada musik talempong dari Sumatera Barat, rampak beduk dari Banten, musik gambang kromong dari Betawi, gending gamelan Bali, Angklung dari Jawa Barat dan lain-lain. Permainan lesung, terbang, bedug dan ciblon (permainan air di sungai) merupakan musik yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kita. Uraian-uraian di atas mudah-mudahan dapat membantu anda memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang sifat dasar dari musik maupun seni. Uraian tersebut bermaksud memperjelas pandangan tentang musik sebagai perbuatan manusia yang memiliki sifat tertib dan indah. Setelah mempelajari tentang sifat dasar musik, marilah kita telusuri pandangan Ki Hajar Dewantara tentang makna musik dalam kehidupan manusia. Sebelum membahasnya lebih dalam, perlu kita sadari bahwa pemikiran Ki Hajar Dewantara lahir dalam suasana perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan, dan mempertahankannya. Rasa kebangsaan dan nasionalisme yang tinggi seringkali mengantarkannya pada pemikiran dikotomis tentang Barat dan Timur. Apa yang diungkapkannya merupakan hasil renungannya terhadap situasi saat itu Secara khusus Ki Hajar Dewantara seringkali membandingkan sifat lagu Timur dengan sifat lagu Barat. Karena pada hakikatnya dalam musik terdapat pengolahan rasa maka ia menjelaskan bedanya rasa barat dan rasa timur. Salah satu tulisannya pada sebuah majalah Keluarga, juli 1937, th ke-1 no. 8 mengandung intisari pemikiran sebagai berikut: Orang barat umumnya lebih mementingkan suara daripada wirama.

6 Orang Timur lebih menghargai wirama daripada suara, oleh karenanya orang barat sering merasa gending gangsaran, kodok ngorek maupun kebo giro, kurang bervariasi dan menjemukan. Aesthetika menurut anggapan barat mengandung syarat berjenis-jenis, lengkap dan tertib. Sementara menurut anggapan kita hanya mengandung dua syarat yakni lengkap dan tertib. Istilah suara dalam kutipan di atas dapat diterjemahkan sebagai nada. Nada-nada dalam musik barat memiliki tempat yang lebih dominan dibandingkan musik Timur. Walaupun dalam musik Timur juga terdapat nada, tetapi kekayaan dan kekuatan wirama menjadi hal yang lebih diutamakan. Secara lugas Ki Hajar Dewantara menjelaskan dalam hal musik, bolehlah kita tetapkan bahwa suaranya lagu itu sifat lahirnya, sedangkan wiramanya itu sebenarnya rohnya lagu (Dewantara, 1962:333). Dari penjelasan ini kita dapat pahami bahwa penikmatan musik bagi orang Timur adalah penjelajahan batin, sementara bagi orang Barat penikmatan musik terjadi manakala ada penjelajahan materi/suara. Pandangan Ki Hajar Dewantara tersebut, memberi petunjuk bahwa seni sebagai perbuatan manusia yang mampu menggerakkan jiwa dan perasaan manusia, memiliki makna penting bagi kehidupan. Orang yang melakukan seni maka ia terus-menerus melatih ketertiban jiwa, yang dapat mempengaruhi ketertiban laku perbuatannya. Oleh karenanya seni termasuk musik dapat digunakan sebagai alat untuk membantu seseorang menjadi manusia yang berbudi luhur. Ilmu pengetahuan ada dua macam yakni pengetahuan yang mempunyai daya mempertajam dan mempercerdas pikiran dan pengetahuan yang mempunyai daya memperdalam dan memperhalus budi. Musik memiliki kekuatan untuk mempertajam dan mempecerdas pikiran serta memperhalus budi. Ki Hajar Dewantara memberi contoh adanya kedua hal tersebut dalam Sastra Gending. Selain melatih kehalusan pendengaran, yang akan membawa halusnya rasa dan budi, latihan gending itu menjadi imbangan latihan bahasa, kedua-duanya tak dapat dipisahkan satu sama lain, untuk menuju kesempurnaan tindak kesarjanaan dan kesujanaan (1962:303). Tindak kesarjanaan memiliki makna laku perbuatan yang didasari oleh ketajaman dan kecerdasan berpikir, sementara laku kesujanaan bermakna laku perbuatan yang dilandasi oleh kedalaman dan kehalusan budi. Penjelasan tersebut menggaris bawahi pemaknaan musik dalam konsepsi Ki Hajar Dewantara sebagai perwujudan nalar dan budi manusia.

7 3. Sifat Dasar dan Makna Pendidikan Musik Konsepsi Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan musik senantiasa berhubungan dengan pemikirannya tentang kebudayaan dan pendidikan manusia secara menyeluruh. Seni sebagai bagian dari kebudayaan merupakan perwujudan dari nalar dan budi manusia, oleh karena itu senantiasa sesuai dan cocok dengan budi manusia yang membuatnya. Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya belajar seni bangsa sendiri. Alasan yang dikemukakan berkaitan dengan pentingnya mempelajari seni bangsa sendiri, karena seni suatu bangsa sesuai dengan roh dari bangsa pemilik seni itu. Jika kita kembali pada dasar kulturil kita, jika kita mempelajari kesenian kita sendiri, bukannya itu berarti kita kembali kepada alam yang sudah lenyap, akan tetap kita mencari hubungan dengan alam yang lalu itu untuk meneruskan laku yang laras dengan kodrat kita, yaitu laku yang beraliran maju. Jika kita tidak berhubungan lebih dahulu dengan garis kulturil kita, boleh jadi kita lalu hanya dapat meniru, mengkopi atau memola kultur Barat,...(1962:329). Memiliki jati diri merupakan modal utama untuk memiliki kepribadian matang yang amat diperlukan dalam membangun dan meningkatkan kualitas kehidupan. Meniru sesuatu dari luar tanpa memikirkan keselarasan dengan kepribadian diri akan membawa manusia pada mimpi yang berpeluang besar merugikan dirinya sendiri. Fenomena kehidupan kesenian kita saat ini bisa jadi merupakan buah dari lemahnya pendidikan seni kita yang kurang memperhatikan seni budaya bangsa sendiri. Apa yang dipikirkan oleh Ki Hajar Dewantara, ternyata menjadi kenyataan dalam kehidupan kita saat ini. Begitu banyak jenis kesenian, khususnya musik yang digemari masyarakat di seluruh tanah air, sebenarnya merupakan peniruan atau dalam istilah Ki Hajar memola seni musik dari Barat. Contoh konkritnya yakni musik-musik populer yang meraup keuntungan milyaran rupiah. Sementara seni musik tradisi kita seperti gamelan, kecapi suling, talempong dll, hidupnya kembang kempis. Hanya sedikit kalangan yang mengapresiasinya dengan baik. Implikasi dari perilaku peniruan ini juga nampak pada wujud kebudayaan lainnya seperti cara berbusana, gaya hidup, cara berpikir dan bertindak. Kita perlu memikirkan dan menyikapi pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut dalam perbuatan nyata melalui pendidikan seni, agar kita tidak terus-menerus berada dalam situasi kebudayaan yang diombang-ambingkan oleh negara lain. Pendidikan seni termasuk penddikan musik, sesungguhnya memiliki kekuatan untuk membantu manusia Indonesia mewujudkan kehidupan lahir batin yang lebih baik. Seperti

8 dijelaskan Ki Hajar Dewantara, sifat dari seni termasuk musik, sesungguhnya adalah ketertiban dan keindahan. Oleh karenanya sifat dari pendidikan musik tidak lain adalah pendidikan ketertiban dan keindahan atau pendidikan etis/moral dan estetis. Mengapa pendidikan musik memiliki sifat mendidik rasa ketertiban dan keindahan? Mari kita analisis perilaku seorang anak yang belajar bernyayi. Indahnya suara lagu yang ia dengar akan membangkitkan keinginan atau kemauanya untuk meniru. Telinga sebagai indera pendengaran kita merupakan media yang menghubungkan suara dengan rasa yang terdapat dalam jiwa anak. Kemudian anak akan meniru dan mencocok-cocokkan suaranya dengan suara yang ia dengar. Pada akhirnya ia akan mampu mewujudkan kehendak atau keinginannya untuk menyanyi. Proses mendengar, merasakan, mencocok-cocokkan hingga mampu menirukan suara dengan baik merupakan satu alur yang terus berkesinambungan. Alur tersebut merupakan wujud dari terjadinya proses pendidikan musik, dari pendidikan rasa atau estetis, dengan sendirinya menuju pada pendidikan intelektual dan akhirnya sampai pada pendidikan watak, yakni pendidikan moril atau budi pekerti. Contoh lain yang menjelaskan sifat pendidikan musik sebagai pendidikan rasa ketertiban dan keindahan dapat kita amati dalam pelajaran gamelan atau gending. Melalui pelajaran gending seorang akan belajar memainkan perannya dalam kelompok. Ia harus paham betul bunyi apa yang harus dibunyikannya, sesuai contoh yang diajarkan oleh gurunya. Saat itu seorang pemain gamelan harus teliti, berteguh hati untuk merasakan irama yang harus dikuasainya hingga ia memiliki rasa mandiri dalam memainkan instrumen yang menjadi tanggung jawabnya. Selain dituntut menguasai instrumen yang dimainkannya seorang pemain gamelan juga dituntut merasakan bunyi yang dimainkan oleh instrumen lain. Setiap instrumen dalam gamelan memiliki peran tertentu. Ada yang berfungsi sebagai pembawa irama seperti kendang dan keprak, pencipta suara yakni: rebab, gender, gambang, suling dan saron peking. Ada pula yang berperan sebagai pemelihara irama dan pemelihara suara. Pemelihara irama diantaranya kempull, kenong, gong, ketipung, kecer dll. Sementara pemelihara suara yakni bonang panembung, gender panembung (slentem), dan saron demung. Demikian kompleksnya peran instrumen dalam sebuah karya gamelan, menuntut pemain untuk disiplin pada tugasnya masing-masing, saling menghargai bunyi masing-masing untuk menciptakan kesatuan bunyi yang harmonis.

9 Ki Hajar dewantara menjelaskan bahwa melalui pembelajaran gending atau gamelan ada beberapa hal yang dapat diperoleh, diantaranya ialah tumbuhnya rasa kebatinan, rasa estetika dan rasa etika. GENDING RASA KEBATINAN ESTETIKA ETIKA Pelajaran gending tidak saja perlu untuk memperoleh pengetahuan dan kepandaian hal gending, namun perlu juga bagi tumbuhya rasa kebatinan, karena selalu menuntun rasa kewiramaan (perasaan ritmis) seperti; rasa runtut, patut, teliti, tepat, tetap tak gentar, bersungguh-sungguh, setia dan sebagainya. Begitu pula menimbulkan rasa keindahan (perasaan estetis) seperti: sangat baik, berharga, bersih indah, halus, luhur, jernih. Selain itu juga memurnikan rasa kesusilaan (perasaan etis) seperti perasaan halus, suci, dalam, sentosa, teguh, berwibawa, mandiri, hidup bersama dll. (Dewantara, 1967:214) Berdasarkan contoh-contoh pendidikan musik tersebut, kita dapat merenungkan lebih lanjut tentang sifat pendidikan musik. Bila sifat pendidikan musik adalah pendidikan ketertiban dan keindahan? Apa yang dimaksud dengan pendidikan ethis (ketertiban) dan pendidikan estetis (keindahan)? Ki Hajar Dewantara menegaskan : Pendidikan ethis memungkinkan anak-anak mengembangkan berbagai jenis perasaan yakni rasa religius, rasa sosial, individual dan lain-lain. Pendidikan estetis bermaksud menghaluskan perasaan terhadap segala benda lahir yang bersifat indah. (1962: ) Mencermati pernyataan Ki Hajar Dewantara, kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan musik sebagai pendidikan rasa estetis akan berimplikasi pada pendidikan etis. Bila demikian apa makna pendidikan musik yang sesungguhnya?

10 Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa pendidikan pada dasarnya merupakan usaha kebudayaan. Usaha pendidikan pada dasarnya ditujukan pada tiga hal utama yakni halusnya budi, cerdasnya otak dan sehatnya badan (1962:303) Usaha Pendidikan Halusnya Budi Cerdasnya Otak Sehatnya Badan Apa kaitan antara usaha pendidikan dengan kebudayaan? Pendidikan sebagai usaha kebudayaan bermaksud memberi tuntunan dalam hidup tumbuhnya jiwa dan raga manusia agar kelak dalam garis kodrat pribadinya dan pengaruh segala keadaan yang mengelilinginya, mendapat kemajuan dalam hidup lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan. (1962: ) Adab Kemanusiaan dalam beberapa penjelasan Ki Hajar Dewantara dapat dimaknai sebagai kesanggupan, kemampuan dan keinsyafan manusia akan keharusannya menuntut kecerdasan, keluhuran dan kehalusan budi pekerti bagi diri dan masyarakat. Bila kita renungkan baik-baik apa yang dijelaskan Ki Hajar Dewantara tersebut, dapat kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan satu usaha kebudayaan yang bertujuan untuk membangun dan memajukan kehidupan manusia yang beradab. Pada penjelasan sebelumnya tentang makna musik, dijelaskan bahwa musik merupakan perwujudan nalar dan budi manusia, maka pendidikan musik sebagai bagian dari usaha pendidikan dapat dimaknai sebagai pendidikan untuk mempertajam nalar dan memperhalus budi. Proses mempertajam nalar dan memperhalus budi diperoleh karena kehalusan rasa yang dibina melalui pengolahan rasa estetis. Dengan demikian dalam pendidikan musik terdapat pendidikan rasa estetis, rasa moral/etis dan nalar. Pendidikan musik yang dilandasi oleh musik bangsanya selain musik bangsa lain, diharapkan mampu membentuk manusia yang berbudi luhur. Kehalusan rasa digunakan sebagai pelita untuk mempertajam pemikiran dan menyelaraskan tindakan, baik tindakannya sebagai individu maupun tindakannya sebagai bagian dari masyarakat. Melalui uraian-uraian tersebut dapat kita simppulkan bahwa makna dari pendidikan musik ialah pendidikan untuk membentuk manusia yang berbudi luhur.

11 Pendidikan musik yang mengutamakan seni bangsa sendiri akan memberi peluang bagi penanaman benih atau bekal budi pekerti sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsanya. Ada kesempatan untuk merapatkan jiwa anak dengan kebangsaannya. Melalui pendidikan musik kita dapat mematangkan jiwa anak-anak agar kelak mencapai derajat manusia utama, yang mampu menyusun peri kehidupan yang pantas dalam masyarakat secara bersama-sama. Beberapa pernyataan Ki Hajar Dewantara berikut ini mudah-mudahan dapat menjadi motivasi dan pemberi arah bagi kita semua yang memiliki tugas mengembangkan pendidikan musik, khususnya berkaitan dengan mengembangkan strategi pembelajaran musik. Kesenian itu salah satu perwujudan lahir dari jiwa kita, yang timbul dari kemauan jiwa kita sendiri dan halus kasarnya terbatas oleh rasa keindahan kita ( perasaan estetis)... Kalau rakyat kita sungguh sadar, tak boleh tidak keseniannya juga akan bersifat sadar. Kalau rakyat kita berwatak budak, tentulah juga keseniannya akan bersifat kebudakan, baik dalam arti hanya bisa meniru atau terikat (beku), yakni tidak berani mengadakan perubahan baru, karena terperintah oleh kebiasaan (adat yang mati). Berhubung dengan keterangan tersebut, maka perlulah kita menjaga jangan sampai rakyat kita hanya meniru saja kesenian barat, lalu kehilangan garis hidup dan menjadi permainan dari gelombang keadaan yang berganti-ganti. Kita harus menanam benih kultur kita sendiri, agar mudah dan cepat kita dapat membangun hidup baru yang bersifat kontinu, terusannya hidup kita yang sudah lalu. (1962: ) PUSTAKA RUJUKAN Bandjar, D. A. D. Ratna. (2004). Pendidikan Merupakan Usaha Pembudayaan Untuk Meningkatkan Daya Pikir, Rasa, dan Psikomotorik. (Ki Hajar Dewantara) -Belajar Menjadi Peka dan Kritis. Bali Post 1 mei 2004 Dewantara, Ki Hajar.(1962).Pendidikan. Yogyakarta: Percetakan Taman Siswa. Dewantara, Ki Hajar.(1967). Kebudajaan. Yogyakarta: Percetakan Taman Siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan Ki Hadjar Dewantara Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat pribumi di Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan Kolonial Belanda. Mengenai profil Ki Hajar Dewantara

Lebih terperinci

Menggali Ideologi Ki Hajar dalam Pendidikan Seni

Menggali Ideologi Ki Hajar dalam Pendidikan Seni Menggali Ideologi Ki Hajar dalam Pendidikan Seni Dadang Hernawan Hadliansah & Julia Universitas Pendidikan Indonesia Email: juli@upi.edi Abstrak Tulisan ini memaparkan tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi. Pendidikan Seni Budaya diharapkan mampu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi. Pendidikan Seni Budaya diharapkan mampu mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Seni Budaya merupakan satu mata pelajaran yang dituntut oleh kurikulum untuk diajarkan atau diberikan kepada peserta didik mulai tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Manajemen Dosen Pengampu: Dr. A. Siswanto, M.SEM. Disusun Oleh: Sumini NIM. 2016081073 Swesti Intan Pramesti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta.

UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta. Rupa Seni Pertunjukan Musik Tradisional = dimainkan sendiri maupun sebagai pengiring kesenian tradisional lainnya Luntur karena globalisasi, perkembangan jaman dan pengaruh musik modern LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS BIOGRAFILatihan Soal 2.2

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS BIOGRAFILatihan Soal 2.2 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS BIOGRAFILatihan Soal 2.2 1. Perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara benar-benar ditandai dengan perjuangan dan pengabdian pada kepentingan bangsa dan negara. Ki Hajar

Lebih terperinci

Majalah Bulanan FORUM KEADILAN, Terbit di Jakarta, Edisi 9 Januari KI HADJAR DEWANTARA PELETAK DASAR PENDIDIKAN NASIONAL Oleh : Ki Supriyoko

Majalah Bulanan FORUM KEADILAN, Terbit di Jakarta, Edisi 9 Januari KI HADJAR DEWANTARA PELETAK DASAR PENDIDIKAN NASIONAL Oleh : Ki Supriyoko Majalah Bulanan FORUM KEADILAN, Terbit di Jakarta, Edisi 9 Januari 2000 KI HADJAR DEWANTARA PELETAK DASAR PENDIDIKAN NASIONAL Oleh : Ki Supriyoko "Sungguh, seandainya saja aku ini seorang Nederlander,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya 14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya Alat musik tradisional asal Jawa Tengah (Jateng) mencakup gambarnya, fungsinya, penjelasannya, cara memainkannya dan keterangannya disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terbukti bahwa musik menjadi salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi suatu bangsa pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan, manusia juga akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis. iii

KATA PENGANTAR. Penulis. iii KATA PENGANTAR Pertama-tama, kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Terimakasih juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD Tata Tertib Pelajaran Karawitan Untuk anak SD 1. Ketika datang dari kelas ke ruang gamelan siswa dilarang ribut. 2. Sebelum masuk ruang gamelan siswa

Lebih terperinci

Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan. Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan.zip

Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan. Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan.zip Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan.zip letak georafisnya Gamelan salendro biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEBUDAYAAN. Bahasa. Sastra. Pengembangan. Pembinaan. Perlindungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5554) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia.

Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia. Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia. Pemikiran kita tentang pendidikan terlalu sempit dan dangkal. Karena hanya mengejar suatu arah pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara

Lebih terperinci

PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa,

PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa, PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA Budi Utomo Tanda-tanda lahirnya gerakan nasional yang teratur mulai tampak saat Budi Utomo mucul pada tahun 20 Mei 1908. Perkumpulan ini beranggotakan kaum intelektual

Lebih terperinci

TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT. 6.1. Variasi

TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT. 6.1. Variasi TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT 77 TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT Pada bab ini, kita akan membahas tiga konsep teknis yang penting dalam musik Indonesia.

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK. Mei Vita Cahya Ningsih. Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh

TUMBUH KEMBANG ANAK. Mei Vita Cahya Ningsih. Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh TUMBUH KEMBANG ANAK Mei Vita Cahya Ningsih TUMBUH KEMBANG ANAK Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh Kembang (perkembangan) berkenaan dengan perubahan fungsi organ tubuh

Lebih terperinci

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE Agung Ardiansyah 1108100057 *Pendahuluan 3 * Pendahuluan 01. Latar Belakang Dalam pagelaran gamelan berbeda dengan pagelaran

Lebih terperinci

Diskusikan secara kelompok, apa akibat apabila Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diubah. Bagaimana sikap kalian terhadap hal ini?

Diskusikan secara kelompok, apa akibat apabila Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diubah. Bagaimana sikap kalian terhadap hal ini? UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disusun dalam masa revolusi namun nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah nilai-nilai yang luhur universal dan

Lebih terperinci

SUARA DAN GAYA Instrumentasi 1

SUARA DAN GAYA Instrumentasi 1 SUARA DAN GAYA 45 SUARA DAN GAYA VIDEO CD VCD I: track 13 dan 14 Gamelan Jawa Tengah track 15 Kentangan dan geniqng, Benuaq Kaltim track 16 Gondang Sabangunan, Batak Toba track 17 Gong Waning, flores track

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan pembelajaran yang secara programatik-prosedural berupaya memanusiakan dan membudayakan serta memberdayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit

Lebih terperinci

PENDIDIKAN RASA. Yeni Rachmawati. Juni 2006

PENDIDIKAN RASA. Yeni Rachmawati. Juni 2006 PENDIDIKAN RASA Yeni Rachmawati Juni 2006 LATAR BELAKANG Fenomena-fenomena perilaku anti sosial, ketidakpedulian terhadap orang lain, mementingkan diri sendiri, sikap agresif dan destruktif yang tinggi

Lebih terperinci

FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN SENI RUPA

FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN SENI RUPA Kegiatan Belajar 2 FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN SENI RUPA A. Pendidikan Seni Rupa Sebagai Penunjang Kebudayaan Pendidikan Seni Rupa di negara kita harus berakar pada budaya Indonesia. Dalam konteks pendidikan

Lebih terperinci

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN)

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) NAMA : HARRY FITRI USMANTO NPM : 38412209 KELAS : 1ID08 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa novel Sebelas Patriot merupakan novel yang berlatar belakang kecintaan terhadap tanah air,

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi kehidupan manusia. Ia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sangat berperan penting sebagai suatu kekayaan budaya bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, mempelajari adat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiraukan penderitaan bangsa yang dijajah. Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiraukan penderitaan bangsa yang dijajah. Indonesia merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk mencapai kemerdekaan suatu negara bukanlah suatu hal yang mudah. Perjuangan tersebut membutuhkan pengorbanan besar. Penjajah yang mencoba menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½ AKORD BAHAN USBN M = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = 1 4 5 = 2 ½ - 1 Sus 2 = 1 2 5 = 1 2 ½ MUSIK KONTEMPORER Ciri-Ciri Seni Kontemporer secara umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG A. Analisis relevansi kurikulum dengan perkembangan sosial Perkembangan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dimana manusia mempunyai perasaan, jiwa, hati dan pikiran masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Keragaman budaya tersebut menjadi kekayaan bangsa Indonesia dan perlu dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pelaku seni khususnya di bidang seni musik, baik sebagai seorang pengajar, praktisi,

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA Disusun Oleh: Nama : Heruadhi Cahyono Nim : 11.02.7917 Dosen : Drs. Khalis Purwanto, MM STIMIK AMIKOM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mewariskan, mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup kegiatan-kegiatan terarah dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20 Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20 Anggota kelompok 3: 1. Ananda Thalia 2. Budiman Akbar 3. Farrel Affieto 4. Hidayati Nur Trianti Strategi Perlawanan

Lebih terperinci

HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan untuk,

HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan untuk, HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk, Allah SWT, yang telah memberikan arti serta pembelajaran disetiap detik kehidupan umat manusia. Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi contoh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya adalah manusia, manusia sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah satu kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kini telah menjadi suatu kebutuhan. Berbagai literature dan laporan

BAB I PENDAHULUAN. kini telah menjadi suatu kebutuhan. Berbagai literature dan laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat disangkal bahwa pendidikan musik anak di Indonesia kini telah menjadi suatu kebutuhan. Berbagai literature dan laporan penelitian tentang pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seni menurut Ki Hajar Dewantara merupakan hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan perasaan indah orang yang melihatnya. Dapat disimpulkan juga pengertian

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN VOKAL BERBASIS NILAI-NILAI PENGALAMAN ESTETIS *)

STRATEGI PEMBELAJARAN VOKAL BERBASIS NILAI-NILAI PENGALAMAN ESTETIS *) STRATEGI PEMBELAJARAN VOKAL BERBASIS NILAI-NILAI PENGALAMAN ESTETIS *) Oleh: HT. Silaen, S.Mus., M.Hum Jurusan Pendidikan Seni Musik FBS UNY ABSTRAK Melalui pendidikan, umumnya diberikan pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil analisis bab-bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan umum sebagai berikut: SG Sunda yang dibelajarkan di JKSB merupakan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh BAB V A. Kesimpulan PENUTUP Dalam upaya mewujudkan Pendidikan yang secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

Lebih terperinci

Nama : Diana Lusi Rinasari NIM : Makul : Ilmu Pendidikan Dosen : Anik Ghufron, Prof. Dr. Judul : Pendidikan sebagai Ilmu BAB I

Nama : Diana Lusi Rinasari NIM : Makul : Ilmu Pendidikan Dosen : Anik Ghufron, Prof. Dr. Judul : Pendidikan sebagai Ilmu BAB I Nama : Diana Lusi Rinasari NIM : 15105241002 Makul : Ilmu Pendidikan Dosen : Anik Ghufron, Prof. Dr. Judul : Pendidikan sebagai Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

Gamelan, Orkestra a la Jawa

Gamelan, Orkestra a la Jawa Gamelan, Orkestra a la Jawa Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

Perjuangan Soewardi Soerjaningrat dalam bidang pers tahun

Perjuangan Soewardi Soerjaningrat dalam bidang pers tahun Perjuangan Soewardi Soerjaningrat dalam bidang pers tahun 1912-1920 Oleh : Esa Nur Hidayat K 4402508 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Dalam berbagai segi kehidupan, komunikasi sangat penting

Lebih terperinci

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN MENGAJARKAN SASTRA Tiurnalis Siregar Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Karya Sastra merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN Pengertian dasar sejarah kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah pembahasan umum mencakup pembahasan mengenai istilah dan definisi kebudayan, perbedaan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mewujudkan semua potensi diri manusia dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

TINGKAH LAKU ORANG KRISTEN

TINGKAH LAKU ORANG KRISTEN TINGKAH LAKU ORANG KRISTEN Tingkah laku Kristen, gaya hidup seorang pengikut Allah. timbul sebagai satu sambutan karena rasa syukur kepada keselamatan agung Allah melalui Kristus. (Roma 12:1-2) Kristus

Lebih terperinci

Tugas Individu. Manajemen strategik pendidikan. 1. Simpulkan bagaimana pendapatmu tentang Pendidikan Indonesia?

Tugas Individu. Manajemen strategik pendidikan. 1. Simpulkan bagaimana pendapatmu tentang Pendidikan Indonesia? Tugas Individu Manajemen strategik pendidikan Nama :Apri Eka Budiyono Nim : 2016081005 1. Simpulkan bagaimana pendapatmu tentang Pendidikan Indonesia? Paradigma pendidikan yang sudah di tuliskan bahwa

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Modul ke: PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Fakultas 10FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi MANAJEMEN PANCASILA SEBAGAI ETIKA BERNEGARA Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

Pdt Gerry CJ Takaria

Pdt Gerry CJ Takaria Tingkah laku Kristen gaya hidup seorang pengikut Allah timbul sebagai satu sambutan karena rasa syukur kepada keselamatan agung Allah melalui Kristus. (Roma 12:1-2) Kristus itulah teladan kita. Ia secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif. Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah. Salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah. Salah satunya adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah. Salah satunya adalah alat musik daerah, dimana hampir setiap daerah mempunyai alat musik khas daerahnya

Lebih terperinci

MANUSIA DAN BUDAYA. A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia. Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar:

MANUSIA DAN BUDAYA. A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia. Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar: MANUSIA DAN BUDAYA Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar: A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia Makhluk Yang Tidak Bisa Hidup Sendiri. Ilmu Filsafat Memandang Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya Yang Diciptakan Tuhan

Lebih terperinci

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMPLB TUNANETRA

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMPLB TUNANETRA - 230 - M. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMPLB TUNANETRA KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KONSTRUKSI NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME PADA SYAIR LAGU PERJUANGAN INDONESIA

NASKAH PUBLIKASI KONSTRUKSI NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME PADA SYAIR LAGU PERJUANGAN INDONESIA NASKAH PUBLIKASI KONSTRUKSI NILAI-NILAI NASIONALISME DAN PATRIOTISME PADA SYAIR LAGU PERJUANGAN INDONESIA (Studi Hermeneutika pada Lagu-lagu Perjuangan Ciptaan C. Simanjuntak) Oleh: RIKA WULANDARI A220090128

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang pendidikan merupakan satu hal yang penting bagi semua warga Negara, karena lewat pendidikan manusia dididik agar dapat mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karakter sebagian pemuda-pemudi saat ini sehubungan dengan pendidikan karakter atau kodratnya sebagai makhluk sosial, dapat dikatakan sangat memprihatinkan.

Lebih terperinci

Manfaat Mempelajari Sejarah

Manfaat Mempelajari Sejarah Manfaat Mempelajari Sejarah MODUL 2 MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS X SEMESTER 1 Penyusun : Yayan Syalviana, S.Pd. Wiwi Wiarsih, SS. SMA Negeri 26 Bandung Jalan Sukaluyu No. 26 Cibiru Bandung 40614 SMAN 26

Lebih terperinci

I. Hakikat Pancasila. 1. Pancasila sebagai dasar Negara

I. Hakikat Pancasila. 1. Pancasila sebagai dasar Negara I. Hakikat Pancasila Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. suatu negara. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap indikator maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. suatu negara. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap indikator maju tidaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salahsatu komponen terpenting dalam kemajuan suatu negara. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap indikator maju tidaknya negara di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki keanekaragaman budaya dan kaya akan berbagai macam kesenian dengan nilai estetis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek kepribadian anak yang perlu dikembangkan adalah kreativitas. Maslow & Roger (dalam Sujiono & Sujiono, 2010, hlm. 40) memandang bahwa kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bagian bentuk seni yang kehadirannya untuk diapresiasi. Artinya, kehadiran karya sastra untuk dimanfaatkan, dinikmati, dihargai, dan dikaji. Karya

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci