Eksperimental Rekreasional Situsional Penyalahgunaan Ketergantungan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Eksperimental Rekreasional Situsional Penyalahgunaan Ketergantungan"

Transkripsi

1 Asuhan Keperawatan Klien Penyalahgunaan NAPZA A. Rentang Respon Gangguan Penggunaan Zat Adiktif Rentang respon gangguan penggunaan NAPZA ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai yang berat, indikator rentang respon ini berdasarkan perilaku yang ditampakkan oleh remaja dengan gangguan penggunaan zat adiktif sebagai berikut : Respon adaptif Respon maladaptif Eksperimental Rekreasional Situsional Penyalahgunaan Ketergantungan Eksperimental : Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tahu dari remaja. Sesuai kebutuhan pada masa tumbuh kembangnya, ia biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau sering pula dikatakan taraf coba-coba. Rekreasional : Penggunaan zat adiktif pada wktu berkumpul dengan teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun. Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama teman-temannya. Situasional : Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang konflik stress dan frustasi. Penyalahgunaan : Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sedah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam perandi lingkungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan. Ketergantungan : Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya Toloreransi dan Sydroma putus zat; Suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin, pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga menimbulkan kumpulan gejala, sesuai dengan macam zat yang digunakan. Sedangkan Toleransi, suatu kondisi dari individu yang

2 mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya. B. Pengenalan Zat Adiktif Apakah zat Adiktif itu? Bila kita bicara mengenai gangguan pengguna zat adiktif atau penyalahgunaan zat adiktif, akan ditemukan beberapa istilah seperti : - Zat adiktif - Zat psikoaktif - Narkotika Perbedaan ketiga istilah di atas yaitu : 1. Zat adiktif suatu bahan zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. 2. Zat psikoaktif : Golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, kognitif, persepsi, kesadaran seseorang. Ada 2 jenis psikoaktif: a. Bersifat adiksi b. Bersifat non adiksi: Obat neuroleptika untuk kasus gangguan jiwa psikotik, obat antidepresi. 3. Narkotika: istilah ini menurut undang-undang Narkotika No.9 Tahun 1976 adalah Ganja, Opioda, Kokain. Zat psikoaktif ada beberapa macam, dan sering disalahgunakan adalah jenis zat psikoaktif yang bersifat adiksi: 1. Golongan Opioda : morfin, Heroin(Putaw), candu, Codein, Petidin 2. Golongan Kanabis : Ganja (Mariyuana), minyak hassish. 3. Golongan Kokain : serbuk kokain dan daun koka 4. Golongan alkohol : semua minuman yang mengandung Ethyl alkohol seperti Brandy, bir, wine, Whisky, Cognac, Brem, Tuak, Anggur Ortu (AO), dan sebagainya. 5. Golongan sedatif hipnotik : BK, Rohypnol, Magadon, Dumolid, Nipam, Madrax. 6. Golongan MDA (Methylene Dioxy Ampetahamine): Ampetamine benzedrine, dexedrin. 7. Golongan MDMA (Methylene dioxy Meth Ampethamine) : Ampetamine benzedrine, dexadrine,

3 8. Golongan halusinogen : LSD, Meskaloin, Mushrom, Kecubung. 9. Golongan Solven dan inhalansia:aica Aibon (Glue) Saceton, Thiner, N2O. 10. Nikotin : tembakau 11. Kafein : Kopi dan teh 12. Golongan lainnya. Apa yang yang terjadi bila Seseorang Menggunakan Zat Adiktif? Bila seseorang menggunakan Zat adiktif akan dijumpai gejala atau kondisi yang dinamakan Intoksikasi, dinamakan zat adiktif tersebut bekerja dalam susunan syaraf pusat (teler) yang menyebabkan perubahan memori, perilaku, kognitif, alam perasaan, kesdaran. Apabila seseorang menggunakan berulang kali atau sering secara berkesinambungan akan tercapai suatu kondisi yang dinamakan toleransi. Kondisi tersebut adalah peningkatan jumlah penggunaan zat adiktif untuk mencapai tujuan dari pemakai. Kondisi toleransi ini akan terus berlangsung sampai mencapai dosis yang optimal (over dosis). Pada pemakaian yang terus-menurus maka individu akan sampai pada tahap toleransi yang cukup tinggi, si pengguna zat adiktif ini bila ia menghentikan atau tidak menggunakan zat adiktif akan menimbulkan gejala-gejala yang dinamakan klien dalam kondisi with drawl atau sindroma putus zat. Gejala atau syndroma putus zat bebeda untuk tiap jenis zat adiktif pada kondisi intoksikasi gejala akan berbeda sesuai dengan jenis zat yang disalah gunakan.

4 INTOKSIKASI Bicara cadel, Gerakan tidak terkoordinir, Nistagmus, Kesadaran PUTUS ZAT Tabel 11.1 Gejala yang timbul dari Pemakaian Zat adiktif ALKOHOL GANJA OPIOIDA ECTASY HALUSINOGEN Konjungtiva Pupil Perilaku diulang, Pusing, merah, Nafsu menyempit, Panik, paranoid Gangguan makan Bicara cadel, (curiga), Denyut persepsi, bertambah, Euphoria, jantung cepat, Dipersonalisasi, Mulut kering, Apatis, pupil melebar, Derealisasi, Denyut jantung Gerakan Tekanan darah Halusinasi, Ilusi, cepat, Gerakan lambat, naik, Banyak Sinestesi, tidak Mengantuk, keringat, Mulut Depresi, terkoordinir, Gangguan kering, Kecemasan, Euphoria, mengingat, Menggigil, Mual Takut gila, Cemas, Gangguan muntah, Agresif Mengantuk, Waham, Daya perhatian, bingung, tegang, Merasa menjadi nilai terganggu, Miosis, Euphoria, Cemas, pusat perhatian, Relaksasi Konstipasi, Marah-marah, Muntah mual, mengantuk, Tingkat Berat badan Ataksia, daya Dipersonalisasi, Kesadaran menurun, Kejang nilai terganggu. Gangguan menurun, Diskinesia, proses kognitif, Hipotensi Distonia, Tahan hipotensi orthostatik tidak tidur. orthostatik. Gelisah, berkeringat, Denyut jantung cepat, termor di tangan, Mual muntah, Kejang otot, Cemas, Agresif, halusinasi, Ilusi, Tinitus Delirium, Insomnia, Sakit kepala lemah Kejang perut, Rasa tak enak, Mual muntah, Nyeri otot sendi dan tulang, Lakrimasi, Rhinorhoes, Pupil melebar Berkeringat, Diarhoea, Menguap, Demam, Insomnia, gelisah Lelah, Mimpi buruk, Insomnia, Nafsu makan bertambah, Gerakan lambat, Agitatif Murung, Tindakan bunuh diri, Iritabilitas, Depresi berat, Cemas. Kapan Seseorang Dikatakan Menyalahgunakan dan Ketergantungan? Kedua terminologi ini sangat penting untuk diketahui terutama untuk tindakan terapi dan perawatan pasien dengan penyalahgunaan zat adiktif. Seseorang yang menggunakan zat bersifat patologis, relatif digunakan lebih sering dari biasanya walaupun klien menderita cukup serius akibat penggunaannya tetapi tidak mampu untuk menghentikan, pemakaian telah berlangsung lebih kurang 1 bulan. Sehingga terjadi penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan pendidikan.

5 Ketergantungan zat adiktif adalah kondisi penyalahgunaan yang lebih berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis, ketergantungan fisik ditandai dengan toleransi dan sindrom putus zat. C. Beberapa Faktor Pendukung Terjadinya Gangguan Penggunaan NAPZA 1. Faktor Biologis - Genetik (tendensi keturunan) - Metabolik : Etil alkohol bila dimetabplisme lebih lama lebih efisien untuk mengurangi individu menjadi ketergantungan. - Infeksi pada organ otak : intelegensi menjadi rendah (retardasi mental, misalnya ensefhalitis, meningitis) - Penyakit kronis : kanker, asthma bronchiale, penyakit menahun lainnya. 2. Faktor psikologis : - Tipe kepribadian (dependen, ansietas, depresi, antisosial) - Harga diri yang rendah : depresi terutama karena kondisi sosial ekonomi, pada penyalahgunaan alkohol, sedatif hipnotik yang mencapai tingkat ketergantungan diikuti rasa bersalah. - Disfungsi keluarga : kondisi keluarga yang tidak stabil, role model (ketauladanan) yang negatif, tidal terbina saling percaya antaranggota keluarga, keluarga yang tidak mampu memberikan pendidikan yang sehat pada anggota, orangtua dengan gangguan penggunaan zat adiktif, perceraian. - Individu yang mempunyai perasaan tidak aman - Cara pemecahan masalah individu yang menyimpang - Individu yang mengalami krisis identitas dan kecenderungan untuk mempraktikkan homoseksual, krisis identitas. - Rasa bermusuhan dengan kelurga atau dengan orang tua. 3. Faktor Sosial Kultural - Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan zat seperti tembakau, nikotin, ganja, dan alkohol. - Norma kebudayaan pada suku bangsa tertentu, menggunakan halusinogen atau alkohol untuk upacara adat dan keagamaan. - Lingkungan tempat tinggal, sekolah, teman sebaya banyak mengedarkan dan menggunakan zat adiktif. - Persefsi dan penerimaan masyarakat terhadap penggunaan zat adiktif. - Remaja yang lari dari rumah.

6 - Penyimpangan seksual pada usia dini. - Perilaku tindak kriminal path usia dini, misalnya mencuri, merampok dalam komunitas. - Kehidupan beragama yang kurang. D. Stressor Pencetus Gangguan Penggunaan Zat Adiktif Stressor dalam kehidupan merupakan kondisi pencetus terjadinya gangguan penggunaan zat adiktif bagi seseorang atau remaja, menggunakan zat merupakan cara mengatasi stress yang dialami dalam kehidupannya. Beberapa stressor pencetus adalah: 1. Pernyataan dan tuntutan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan. 2. Reaksi sebagai cara untuk mencari kesenangan, individu berupaya untuk menghindari rasa sakit dan mencari kesenangan, rileks agar Iebih menikmati hubungan interpersonal. 3. Kehilangan orang atau sesuatu yang berarti seperti pacar, orang tua, saudara, drop out dari sekolah atau pekerjaan. 4. Diasingkan oleh Iingkungan, rumah, sekolah, kelompok teman sebaya, sehingga tidak mempunyai teman. 5. Kompleksitas dan ketegangan dad kehidupan modern. 6. Tersedianya zat adiktif di Iingkungan dimana seseorang berada Rhususnya pada individu yang mengalami pengalaman kecanduan zat adiktif. 7. Pengaruh dan tekanan teman sebaya (diajak, dibujuk, diancam). 8. Kemudahan mendapatkan zat adiktif dan harganya terjangkau. 9. Pengaruh film dan iklan tentang zat adiktif seperti alkohol dan nikotin. 10. Pesan dari masyarakat bahwa penggunaan zat adiktif dapat menyelesaikan masalah. E. Penyakit Fisik Akibat Penggunaan Zat Adiktif 1. Cellulitis, Phlebitis. 2. Septicemia, bacteroalendicarditis. 3. HIV infeksi. 4. Hepatitis B atau C. 5. Erosi dan iritasi pada hidung. 6. Chirosis hepatis. 7. Bronchitis. 8. Gastritis. 9. Penyakit kulit kelamin

7 F. Masalah Kesehatan dan Keperawatan Secara Umum yang Timbul Akibat Penggunaan Zat Adiktif 1. Depresi sistem pernafasan. 2. Depresi pusat pengatur kesadaran, precoma, coma, amuk, akibat intoksikasi. 3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat delirium tremens. 4. Kecemasan yang berat sampai panik. 5. Potensial mencederai diri, merusak diri dan lingkungan. 6. Perilaku agresif. 7. Depresi pusat pengatur komunikasi verbal. 8. Gangguan kognitif, daya ingat, daya nilai, proses pikiran (waham), gangguan konsentrasi. 9. Gangguan pencernaan nausea, vomitus. 10. Gangguan sistem neurologis, kejang. 11. Gangguan persefsi, halusinasi. 12. Gangguan pola tidur dan istirahat. 13. Gangguan sistem muskuloskeletal: nyeri sendi, otot, dan tulang. 14. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan. 15. Gangguan ADL. 16. Gangguan konsep did harga did rendah akibat pemecahan masalah yng efektif. G. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Penggunaan Zat NAPZA 1. Pengkajian a. Fisik Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaaan pada saat pengkajian adalah sebagai berikut: nyeri, gangguan pola menurunnya selera makan, konstipasi, diare, perilaku seks melanggar kemunduran dalam kebersihan diri, potensial komplikasi, jantung, hati, sebagainya, infeksi pada paru-paru. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai agar klien mampu untuk teratur dalam pola hidupnya. b. Emosional Persaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan berdaya. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk mengontrol dan mengendalikan did sendiri.

8 c. Sosial Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah teman guna zat, anggota keluarga lain pengguna zat di lingkungan sekolah kampus yang digunakan oleh para pengedar. d. Intelektual Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adiktif, perasaan ragu untuk aktivitas sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan to Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk konsentrasi meningkatkan daya pikir ke hal-hal yang posistif. e. Spiritual Kegiatan keagamaan tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena bahan perilaku (tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain). Sasaran ingin dicapai adalah mampu meningkatkan ibadah, pelaksanaan nilai-nilai kebaikan. f. Keluarga Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan dan pengurasan secara ekonomi oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak efektif, dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi. Sasaran yang hendak dicapai adalah keluarga mampu merawat klien yang pada akhirya mencapai tujuan utama yaitu mengantisipasi terjadinya kekambuhan (relaps). 2. Pohon Masalah Skema 11.1 Potensial Komplikasi Resiko Mencederai diri Koping individu tidak efektif : Tidak mampu mengatasi keinginan menggunakan zat INTERNAL Berhubungan dengan gejala putus zat Kurang aktivitas Distress spiritual Perubahan pemeliharaan kesehatan EKSTERNAL Kerusakan interaksi sosial (maladaptif) Koping keluarga tidak efektif Penatalaksanaan yang tidak efektif

9 3. Diagnosa Perawatan Diagnosa Keperawatan menurut NANDA (The American Nursing Diagnosis Association) 1. Gangguan persepsi sensori pada penggunaan halusinogen sehubungan dengan tekanan teman sebaya, dimanifestasikan dengan berteriak dan menutup telinga Dila ditinggal sendiri di kamar. 2. Gangguan proses berpikir pada penggunaan alkohol sehubungan dengan tekanan dari hukum dan tuntutan dari keluarga dimanifestasikan dengan bingung dan kurang sadar. 3. Gangguan persepsi sensori visual pada penggunaan alkohol sehubungan iengan hilangnya pekerjaan dan ditolak keluarga. 4. Gangguan hubungan sosial; manipulatif sehubungan dengan kondisi putus zat adiktif. 5. Tidak efektifnya koping individu sehubungan dengan terus-menerus menggunakan zat adiktif. 6. Gangguan konsep diri; harga diri yang rendah sehubungan dengan ketidakmampuan mengatasi masalahanya. 7. Gangguan konsep diri sehubungan dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri; denial agar tetap menggunakan obat. 8. Gangguan konsep diri; harga diri rendah sehubungan dengan tidak mampu mengenal kualitas yang positif dari diri sendiri. 9. Ganguan pemusatan perhatian sehubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif. 10. Gangguan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif. 11. Partisipasi keluarga yang kurang dalam pengobatan klien sehubungan dengan kurangnya pengetahuan. 12. Menolak mengikuti aktivitas program sehubungan dengan kurangnya motivasi untuk sembuh. 13. Potensial untuk melarikan diri sehubungan dengan ketergantungan psikologis terhadap zat adiktif. 14. Potesial mengancam keamanan diri sehubungan dengan kondisi pemutusan zat sedatif hipnotik. 15. Potensial memburuknya kesadaran; koma sehubungan dengan overdosis

10 penggunaan sedatif hipnotik. 16. Potensial gangguan kardiovaskuler; postural hipotensi sehubungan dengan intoksikasi sedatif hipnotik. 17. Gangguan gastrointestinal; mual, muntah, diare, sehubungan dengan kondisi pemutusan zat adiktif. 18. Mekanisme koping destruktif; mengamuk sehubungan dengan perasaan ditolak keluarga. 4. Prinsip Penatalaksanaan Keperawatan a. Prinsip Biopsikososiospiritual (Stuart Sundeen): Biologis: Tindakan biologis dikenal dengan detoksifikasi yang bertujuan untuk : (1) Memberikan asuhan yang aman dalam "withdraw!" (proses penghentian) bagi klien pengguna NAPZA. (2) Memberikan asuhan yang humanistik dan memelihara martabat klien. (3) Memberikan terapi yang sesuai. Setelah detoksifikasi tercapai, mempertahankan kondisi bebas dari zat adiktif, dimana terapi farmakologis harus diunjang oleh terapi yang lainnya. Psikologis: Bersama klien mengevaluasi pengalaman yang lalu dan mengidentifikasi aspek positifnya untuk dipakai mengatasi kegagalan. Sosial: - Konseling keluarga: Keluarga sering frustasi menghadapi klien dan tidak mengerti sifat dan proses adiksi sehingga seringkali melakukan hal yang tidak terapeutik terhadap klien. Keluarga sering melindungi klien dari dampak adiksi, meminta anggota keluarga lain untuk memaafkan klien. Menyalahkan diri sendiri, menghindari konfrontasi yang semuanya menyebabkan klien meneruskan pemakaian zat adiktif. Masalah yang dihadapi klien menimbulkan dampak bagi keluarga seperti rasa tidak aman, malu, rasa bersalah, masalah keuangan, takut, dan merasa diisolasi. Oleh karena itu perawat perlu mendorong keluarga untuk mengikuti pendidikan kesehatan tentang proses penggunaan dan ketergantungan, gejala putus zat, gejala relapse, tindakan keperawatan, lingkungan terapeutik, dan semua hal yang terkait dengan pencegahan relapse di rumah.

11 - Terapi kelompok: Terdiri dari 7-10 orang yang difasilitasi oleh terapist, kegiatan yang dilakukan adalah tiap anggota bebas menyampaikan riwayat sampai terjadinya adiksi, upaya yang dilakukan untuk berhenti memakai zat, kesulitan yang dihadapi dalam melakukan program perawatan, terapist dan anggota kelompok memberikan umpan balik dengan jujur dan dapat menambah pengalaman masing-masing. - Self help group: Selp help group adalah kelompok yang anggotanya terdiri dari klien yang berkeinginan bebas dari zat adiktif, dukungan antaranggota akan memberi kekuatan dan motivasi untuk bebas dari zat adiktif. b. Prinsip Community Therapeutik (Ana Keliat) Pada tempat ini klien dilatih untuk merubah perilaku kearah yang positif, sehingga mampu menyesuaikan dengan kehidupan di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan bila klien diberi kesempatan mengungkapkan masalah pribadi dan lingkungan. Community terapeutik melakukan intervensi untuk mengatasinya. Beberapa metoda yang dilakukan: - Slogan yang berisi norma atau nilai ke arah positif. - Pertemuan pagi (Moorning Meeting) yang diikuti oleh seluruh staf dan klien untuk membahas masalah individu, interaksi antarklien dan kelompok. - "Talking to": metode yang digunakan untuk saling memperingatkan dengan cara yang ramah sampai yang keras. - Learning experience yaitu pemberian tugas yang bersifat membangun untuk merubah perilaku negatif. - Pertemuan kelompok. - Pertemuan umum (general meeting). 5. Prinsip Prestasi ( Yosep): P Prayer (religious) - Pemberian ceramah agama. - Menyediakan bacaan-bacaan buku agama yang memotivasi hidup. - Kolaborasi dalam Psychoreligius terapy. - Menjelaskan prinsip-prinsip kesuksesan hidup menurut konsep agama yang diyakini.

12 - Menjelaskan tanggung jawab yag harus dipikul apabila melanggar norma agama. - Menjelaskan kisah-kisah orang saleh yang diridoi Tuhan sebagai suri tauladan. - Diskusi keagamaan, pengajian, seminar keagamaan. - Dsb. R Reconciliation of Family - Diskusi dengan keluarga. - Mengajarkan komunikasi assertif pada keluarga. - Melibatkan anggota keluarga dalam terapi. - Penyuluhan tentang proses, dampak dan penatalaksanaan adiksi. - Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila sugestinya datang. - Diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi sugesti - Bantu suasana mendukung keakraban di rumah. - Identifikasi penerimaan keluarga terhadap masalah. - Bantu menerima masalah. - Identifikasi harapan untuk sembuh total. - Diskusikan arti kesembuhan. - Identifikasi pola asuh dalam keluarga. - Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata yang menghargai dan mendukung klien untuk berhenti. - Bantu menyembunyikan klien dari pengguna zat. - Bantu memutuskan hubungan dengan pengguna zat. - Diskusikan untuk menghargai usaha klien tidak berhubungan lagi dengan pengguna zat. - Dsb. E Environment Condusif - Menghindari orang yang adiksi. - Menjauhi tempat-tempat yang berkaitan dengan adiksi. - Mencari lingkungan pergaulan baru. - Mencari teman dekat dengan kemampuan prestasi yang tingg,

13 - Hijrah menuju tempat tinggal yang lebih kondusif untuk maju. - Bergaul dengan orang-orang yang berprestasi. - Bantu mengidentifikasi teman bukan pengguna zat. - Beri dukungan akan harapan bergaul lebih banyakdengan dengan bukan pengguna zat. - Dsb. S Say No! (don't by) - Tidak pernah mencoba (bagi yang belumterkena). - Belajar mengucapkan kata-kata tidak. - Belajar berpikir positif dan bersikap optimis. T A Time Management Activity of Dynamic - Bantu klien men ilai faktor negatif bila kontak dengan sesama pengguna zat. - Bantu klien mengakhiri hubungan dengan teman pengedar. - Bantu klien menghindari pengguna zat lain. - Dsb. - Membuat jadwal kegiatan harian. - Mencatat kegiatan harian. - Melakukan evaluasi kegiatan harian setiap menjelang tidur. - Memberikan kegiatan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan pasien. - Memberikan reinforcement prestasi yang dicapai pasien. - Mengikutsertakan klien dalam kegiatan pertemuan kelompok setiap pagi; diberi tugas membaca berita yang aktual, serta dibahas bersama klien lain. - Mengikutsertakan dan membuat jadwal pada jam-jam tertentu. - Mengikutsertakan klien pada seminar dengan topik-topik tertentu seperti AIDS, dampak zat adiktif, cara hidup sehat. - Dsb. - Membuat target prestasi harian. - Meniru orang-orang sukses dalam menghabiskan waktu setiap hari. - Menjelaskan kiat-kiat mengusir kemalasan. - Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti ingin

14 S I Subject for Future Information of Impact grud abuse menggunakan zat dengan menciptakan sugesti yang lebih positif. - Identifikasi potensi/hobi/aktivitas yang menyenangkan. - Diskusikan manfaat aktivitas. - Bantu merencanakan aktivitas (susun jadwal). - Motivasi untuk melakukan aktivitas secara teratur. - Motivasi untuk mengatasi masalah dengan memulai segera. - Motivasi untuk mengatasi bosan dengan selingan istirahat saat beraktivitas. - Dsb. - Membuat perencanaan tahunan. - Mencari, mengidentifikasi tokoh idola yang dikagumi klien. - Mempelajari riwayat hidup orang-orang sukses. - Latihan menggunakan kata-kata ingin hidup sehat',"' masa - depan penting','"masih ada harapan': - Dsb. - Menunjukkan angka-angka statistik korban NAPZA. - Menunjukkan hasil-hasil penelitian pengaruh NAPZA terhadap timbulnya penyakit kronis. - Menjelaskan hubungan antara prestasi, kekayaan, kedudukan, kebahagian dengan perilaku masa lalu. - Menjelaskan bahwa banyak prestasi yang dicapai orang lain yang tidak menggunakan NAPZA. - Dsb. 6. Implementasi Asuhan Keperawatan

15 MASALAH KEPERAWATAN Koping individu tidak efektif sehubungan dengan tidak mampu mengatasi keinginan menggunaan zat. Data: Klien sakau Memaksa petugas untuk pemakaian zat. Nyeri, gangguan pola tidur, gelisah, tak berdaya, sugestinya kuat. Intoleransi aktivitas (kurang aktivitas) sehubungan dengan kurangnya motivasi untuk sembuh. Data: Bosan Tidak bekerja dan tidak sekolah Tidak terlibat pekerjaan di rumah IMPLEMENTASI Tujuan : Klien mampu untuk mengatasi keinginan menggunakan zat adiktif. Individu: Indentifikasi situasi yang menyebabkan timbulnya sugesti. Identifikasi perilaku ketika sugesti datang. Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti ingin menggunakan zat dengan menciptakan sugest yang lebih positif. Latihan menggunakan kata-kata "ingin hidup sehat, "masa depan penting, "masih ada harapan : Bantu klien untuk mengekspresikan perasannya. Kelompok: Diskusikan pengalaman mengucapkan kata-kata yang mengandung semangat menghindari zat. Keluarga: Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila sugestinya datang. Diskusikan upaya keluarga membantuklien mengurangi sugesti. Bantu suasana mendukung keakraban di rumah. Tujuan: Klien mampu meningkatkan aktivitas terutama mengisi waktu luang. Klien: Identifikasi potensi /hobi/aktivitas yang menyenangkan. Diskusikan manfaat aktivitas. Bantu merencanakan aktivitas (susun jadwal). Motivasi untuk melakukan akativitas secara teratur. Motivasi untuk mengatasai malas dengan memulai

16 segera. Motivasi untuk mengatasi bosan dengan selingan istirahat saat beraktivitas. Kompensasikan dengan membaca. Kerusakan interaksi sosial (maladaptif) Data: Teman pergaualan cenderung pengguna zat. Dikucilkan dari masyarakat, potensi hobi tidak aktif. Distress spiritual sehubungan dengan kurangnya pengetahuan. Data: Tidakmelakuakan ibadah yang biasa dilakukan, mengancam. Tujuan: Klien mengambil keputusan untuk bergaul dengan teman bukan pengguna zat. Klien: Identifikasi pengaruh teman terhadap sugesti. Bantu klien menilai faktor negatif bila kontak dengan sesama pengguna zat. Bantu klien mengakhiri hubungan. Bantu klien menghindari pengguna zat lain. Bantu mengidentifikasi teman bukan pengguna zat. Beri dukungan akan harapan kebaikan bila bergaul lebih banyakdengan bukan pengguna zat. Kelompok: Latihan dalam 10 detik mampu mengatakan tidak bila ditawari menggunakan zat. Diskusikan cara menghindar bila bertemu pengguna zat/pengedar. Keluarga: Diskusikan mengidentifikasi pengguna zat. Bantu menyembunyikan klien dari pengguna zat. Bantu memutuskan hubungan dengan pengguna zat. Duskusikan untuk menghargai usaha klien tidak berhubungan lagi dengan pengguna zat. Tujuan: Klien meningkatkan kegiatan spiritual. Klien: Bantu mengidentifikasi kebutuhan spiritual. Identifikasi arti keyakinan keagamaan.

17 Ragu terhadap keyakinan. Merasa kosong spiritual, perilaku berbohong. Perilaku mencuri. Perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL. Data: Malam begadang Tidur tidak teratur Mandi jarang Tidak rapi Suka berkelahi Perilaku seks bebas Penyalahgunaan zat, perokok berat. Motivasi menjalankan agama. Bantu menguatkan dengan pertolongan Tuhan. Bantu mengatur kegiatan keagamaan. Kelompok: Diskusikan nilai-nilai kebaikan. Lakukan kegiatan ibadah bersama. Keluarga: Diskusikan pentingnya kegiatan keagamaan. Bantu menyiapkan kegiatan keagamaan di rumah. Motivasi orangtua sebagai contoh untuk kegiaan keagamaan (do'a bersama). Tujuan: Klien mampu mengambil keputusan merubah dan memperbaiki gaya hidupnya. Klien: Identifikasi gaya hidup selama menggunakan zat. Diskusikan kerugian gaya hidup pengguna zat. Bantu kebiasaan mengontrol penggunaan zat/ merokok. Bantu latihan gaya hidup sehat: makan, mandi, tidur secara teratur. Kelompok: Diskusikan gaya hidup sehat dan manfaatnya Keluarga: Identifikasi gaya hidup keluarga Diskusikan keluarga sebagai model dan tempat berlatih untuk hidup sehat. Koping keluarga tidak efektif sehubungan dengan pola asuh yang salah. Tujuan: Keluarga mampu memberikan kenyamanan pada klien sehingga mampu berhenti menggunakan zat.

18 Data: Malu terhadap masyarakat. Komunikasi dengan klien sering konflik. Tidak percaya curiga dan menuduh terhadap klien. Kehilangan barang. Sering dibohongi. Keluarga: Identifikasi penerimaan keluarga terhadap masalah. Bantu menerima masalah. Identifikasi harapan untuksembuh total. Diskusikan arti kesembuhan. Identifikasi pola asuh dalam keluarga. Identifikasai kata atau perilaku yang meingkatkan sugesti klien. Bantu respon keluarga bila klien menggunakan zat. Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata yang menghargai dan mendukung klien untuk berhenti. Kelompok: Beri - kesempatan untuk mengeskspresikan perasan. Diskusikan cara menghadapi perilaku klien dan rencana sebelum pulang. Bantu mencapai kesepakatan tindak lanjut perawatan rehabilitasi mental. Gangguan kesadaran somnolent sehubungan dengan intoksikasi obat sedatif hipnotik. Tujuan: Klien mampu melakukan interaksi dan memberikan respon terhadap stimulus secara optimal. Klien: Observasi tanda-tanda vital terutama kesadaran, gejala kejang terutama 25 menit pada 3jam pertama, 30 menit pada 3jam kedua dan setiap 1 jam pada 24 jam berikutnya. Bekerja sama dengan dokter dalam pemberian terapi medis perhatikan dosis, reaksi pasien, dan lama pemberian. Memberikan rangsangan fisik secara terus menerus misalnya menepuk-nepuk bahu, memanggil nama

19 klien. Memberikan rasa nyaman dan aman dengan pengaturan posisi. Observasi keseimbangan cairan. Menjaga keselamatan diri klien selama kesadaran terganggu. Bila gelisah sulit diatasi, pertimbangkan untuk fiksasi. Keluarga: Berikan penjelasan tentang pengaruh zatadiktif terhadap kondisi fisik, sosial, dan emosional klien. Gangguan pemusatan perhatian sehubunga dengan dampak penggunaan zat adiktif. Tujuan: Klien mampu memusatkan perhatiannya. Klien: Mengkaji dan mengevaluasi dengan melakukan psikotes tingkat intelegensi pasien. Mengkaji sosial ekonomi dan tingkat pendidikan pasien. Memberikan kegiatan secara bertahap sesuai kebutuhan pasien. Memberikan reinforcement prestasi yang dicapai pasien. Mengikutsertakan dan membuat jadwal pada jamjam tertentu. Kelompok: Mengikutsertakan klien dalam kegiatan pertemuan kelompok setiap pagi; diberi tugas memebaca berita yang aktual, serta dibahas bersama klien lain. Mengikutsertakan klien pada seminar dan diskusi kelompokdengan topik-topiktertentu seperti AIDS, dampakzat adiktif, hidup sehat. Keluarga:

20 Ajarkan pada keluarga tentang prinsif-prinsif komunikasi terapeutik. 7. Evaluasi Evaluasi kemampuan klien dalam mengatasi keinginan menggunakan zat, misalnya dalam pikiran klien sudah tergambar masa depan yang lebih balk (tanpa zat), hidup yang lebih berharga dan keyakinan tidak akan lagi menggunakan zat. Perilaku klien untuk mengatakan tidak terhadap tawaran penggunaan zat dan menyuruh pergi. Evaluasi apakah hubungan klien dengan keluarga sudah terbina saling percaya dan kesempatan untuk saling mendukung melakukan komunikasai yang lebih efektif untuk sama-sama mengatasi keinginan menggunakan zat lagi oleh klien, serta masalah yang timbul akibat penggunaan zat. 8. Kesimpulan Asuhan keperawatan pada klien dengan pemakaian NAPZA harus dilakukan secara holistik (Biopsikososiospiritual) serta melibatkan seluruh tim kesehatan yang harus ditunjang dengan sistem dan perangkat hukum yang memadai. Masalah utama dalam merawat klien yang menggunakan NAPZA adalah kekambuhan. Upaya untuk membantu adalah dengan meningkatkan kemampuan untuk berhenti, kontrol diri dan perlu dikembangakan bantuan dari keluarga, kelompok, masyarakat serta lingkungan yang kondusif mencegah kambuh sehingga klien dapat memperpanjang jarak waktu pakai zat lagi atau sampai dapat berhenti total.

Penggunaan taraf awal, disebabkan oleh rasa ingin tahu, ingin mencari -pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai tahap awal

Penggunaan taraf awal, disebabkan oleh rasa ingin tahu, ingin mencari -pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai tahap awal PENYALAHGUNAAN ZAT Penyalahgunaan zat adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang dapat mempengaruhi tingkah laku, memori,

Lebih terperinci

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA Gambar 7.1, terdiri dari rokok, minuman keras dan obat-obatan yang semuanya tergolong pada zat adiktif dan psikotropika Gambar 7.1: Zat adiktif dan psikotropika 1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor : III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN Penyalahguanaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun

Lebih terperinci

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH Latar Belakang Kehamilan merupakan st proses luar biasa, dimana ibu bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang lain ataupun merusak lingkungan (Keliat dkk, 2011). Kemarahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

MENGHILANGKAN RACUN NAPZA DARI TUBUH KLIEN

MENGHILANGKAN RACUN NAPZA DARI TUBUH KLIEN DETOKSIFIKASI DETOKSIFIKASI ADALAH BENTUK TERAPI UNTUK MENGHILANGKAN RACUN NAPZA DARI TUBUH KLIEN PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN NARKOTIKA DAN ZAT ADIKTIF. (HAWARI, 2000) DETOKSIFIKASI ADALAH UPAYA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Halusinasi 2.1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan operasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

NAPZA. Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito

NAPZA. Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito NAPZA Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito POST TEST Apa yang dimaksud dengan Napza? Apa kerugian yang disebabkan oleh pemakaian Napza? Bagaimana cara pencegahan penyalahgunaan narkoba? SAY NO TO NAPZA!

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS I. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS 1. DEFINISI Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. xiv xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan walaupun minor/mayor merupakan pengalaman yang sulit dan bisa menimbulkan kecemasan bagi hampir semua pasien dan keluarganya. Kecemasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik

Lebih terperinci

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA TERHADAP KONDISI PSIKIS (MANTAN) PECANDU Tri Wahyu Blok Elektif: Drug Abuse Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, Jakarta 2010 Latar belakang Narkoba (NAPZA)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 I. INFORMASI WAWANCARA 1. Nomor Urut Responden... 2. Nama Responden...

Lebih terperinci

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping

Lebih terperinci

Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN )

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) A. PENGERTIAN Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang terus-menerus dimana seorang individu tidak melihat ada alternative

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolation (isolasi) merupakan mekanisme pertahanan dimana emosi diasingkan dari muatan impuls kesakitan atau memori (Cervone, 2011). Pikiran isolasi sosial ( social

Lebih terperinci

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari 1. Definisi Kecemasan mengandung arti sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengna perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (stuart & sundeeen,1995). Kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sejak dulu sudah dikenal adanya gangguan jiwa, misalnya dalam cerita Mahabarata dan Ramayana dikenal adanya Srikandi Edan, Gatot Kaca Gandrung. Pada

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id

Lebih terperinci

SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : Prodi Akuntansi

SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : Prodi Akuntansi SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : 15061143 Prodi Akuntansi Tugas Aplikom 1 Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2015 SAY NO TO DRUGS SEJAK Anak bisa berkomunikasi, mereka mulai menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan

Lebih terperinci

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Istilah kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) dalam tulisan ini merujuk pada segala bentuk kekerasan berbasis gender yang terjadi dalam konteks kehidupan berkeluarga.

Lebih terperinci

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Stres Kerja 2.1.1. Pengertian Stres Menurut Vaughan dan Hogh (2002) stres adalah suatu kondisi psikologis yang terjadi ketika suatu stimulus diterima sebagai suatu hambatan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (BNN, 2007). Narkoba atau napza adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) merupakan salah satu permasalahan yang menjadi ancaman serius bagi Bangsa Indonesia. Penyalahgunaan NAPZA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Narkoba 1.1.1 Pengertian Narkoba Narkoba adalah senyawa kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati dan perilaku seseorang jika masuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan

Lebih terperinci

WITHDRAWAL SYNDROME BY : KELOMPOK 4

WITHDRAWAL SYNDROME BY : KELOMPOK 4 WITHDRAWAL SYNDROME BY : KELOMPOK 4 DEFINISI Withdrawal syndrome, atau dikenal juga dengan discontinuation syndrome, merupakan kumpulan gejala yang dapat terjadi pada individu yang kecanduan obat dan alkohol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Adapun istilah lainnya yaitu Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif

Lebih terperinci

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun 1950-an. Weiss (1947) menggambarkan beda perawatan kesehatan jiwa dengan perawatan umum

Lebih terperinci

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas Nama : Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : 19671215 200003 1 002 Departemen Mata Kuliah Topik : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas : Keperawatan Komunitas : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas LAPORAN WHO (2002)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB II JENIS-JENIS NARKOBA DAN SIFAT PENGGUNANYA

BAB II JENIS-JENIS NARKOBA DAN SIFAT PENGGUNANYA BAB II JENIS-JENIS NARKOBA DAN SIFAT PENGGUNANYA 2.1 Pengertian Narkoba Narkoba berasal dari kata narcotic yang berarti obat bius. Kata narcotic tersebut merupakan turunan dari kata narkan (bahasa yunani)

Lebih terperinci

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun 2012(RUU KESWA,2012) adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, dan spiritual

Lebih terperinci

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) Tanggal Pemeriksaan : Pemeriksa : Nama Pasien : Umur : Jenis Kelamin : Pekerjaan : Pendidikan Terakhir : Status Perkawinan : Agama : Suku Bangsa : Lamanya di dalam

Lebih terperinci

IDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman

IDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG NARKOBA DAN PERILAKU PENCEGAHAN NARKOBA PADA MAHASISWA FAKULTAS KOMUNIKASI JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS ESA UNGGUL Saya adalah

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE 1 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia,

Lebih terperinci

DETEKSI DINI STRES DI TEMPAT KERJA DAN PENANGGULANGANNYA

DETEKSI DINI STRES DI TEMPAT KERJA DAN PENANGGULANGANNYA Environment & Social Responsibility Division ESR Weekly Tips no. 30/III/2006 Sent: 20 Maret 2006 DETEKSI DINI STRES DI TEMPAT KERJA DAN PENANGGULANGANNYA Sebagian besar bahkan mungkin semua orang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gangguan Harga Diri Rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan

Lebih terperinci

DRUG ABUSE KELOMPOK 5

DRUG ABUSE KELOMPOK 5 DRUG ABUSE KELOMPOK 5 Pertanyaan Umum 1. Identitas Pribadi Nama Pasien : Umur : tahun (*pria/wanita) Alamat : Suku : Agama : Pendidikan terakhir : Pekerjaan : Aktivitas sehari-hari : Status pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Metodologi Asuhan Keperawatan

Metodologi Asuhan Keperawatan Metodologi Asuhan Keperawatan A. Pendahuluan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

Lebih terperinci

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya B A B 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi, dan tingkah laku dimana individu tidak mampu menyesuaikan diri

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur 1.2.1 Pengkajian Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya

Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya Remaja, Orang tua, dan Keluarga Remaja dan Orang tua pada masa remaja, sering terjadi ketegangan / tekanan dalam diri remaja karena ingin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan manifestasi klinis dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

Pengertian Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat d

Pengertian Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat d KEHILANGAN & BERDUKA Oleh Mfm Pengertian Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat diartikan juga sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Alasan merokok Pertama kali seorang remaja ingin mencoba untuk merokok dikarenakan di pengaruhi oleh beberapa hal yaitu, ingin coba-coba, pengaruh dari teman

Lebih terperinci