BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan usaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya salah satunya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan usaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya salah satunya"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan barang dan jasa merupakan hal yang dibutuhkan manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Manusia sebagai makhluk sosial pasti saling membutuhkan satu sama lain. Oleh karena itu, manusia melakukan usaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya salah satunya dengan cara jual beli. Menurut pasal 1457 KUH Perdata, jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang lain untuk membayar harga yang telah di janjikan. Dalam hal ini, pihak yang terkait untuk menyerahkan suatu benda disebut dengan penjual, sedangkan pihak yang terikat untuk membayar harga disebut dengan pembeli. 1 Konsumen merupakan elemen penting dalam aktivitas bisnis. Kegiatan bisnis dapat di pastikan selalu terkait dengan konsumen. Konsumen sebagai pihak yang memanfaatkan barang dan atau jasa, merupakan pihak yang semestinya mendapatkan perlindungan hukum. Memberikan perlindungan hukum pada konsumen, berarti memastikan terpenuhinya perlindungan hak-hak konsumen sebagaimana telah diatur oleh Undang- Undang. Aktivitas bisnis tidak terlepas dari aktivitas masyarakat dalam ruang lingkup ekonomi. Sebagaimana telah dikenal secara luas, prinsip ekonomi menyatakan bahwa kegiatan ekonomi adalah kegiatan untuk memperoleh 1 Hartini. Rahayu, 2002, Aspek Hukum Bisnis, Cetakan III, Malang, UMM Press, Hal.31 1

2 keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecilkecilnya. Dari tindakan tersebut, diperoleh keuntungan ekonomis yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. 2 Namun, prinsip ini salah diartikan oleh pelaku usaha guna untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Pedagang yang menjual barang yang diukur dengan satuan dalam melakukan kegiatan berdagangnya menggunakan alat yang dinamakan timbangan untuk menimbang barang yang dijual. Timbangan ini mempunyai macam-macam jenis seperti timbangan biasa dan timbangan digital. Dan timbangan yang sering dicurangi oleh pedagang adalah timbangan meja atau timbangan tradisional dan timbangan yang lain. Praktek kecurangan timbangan ini biasanya sering dilakukan oleh pedagang yang masih menggunakan timbangan meja atau timbangan tradisional. Sejumlah modus rekayasa timbangan banyak diungkapkan diberbagai bentuk timbangan. Pada timbangan meja misalnya, ada modus penambahan berat dengan menempelkan magnet di bawah tempat pemberat, atau menarik dengan benang untuk memberatkan timbangan. Untuk timbangan dacin, modus pemberatan dengan melonggarkan pendulum nolnya. 3 Jika pendulum nol terlihat kocak atau longgar, lebih baik jangan membeli di situ, tegas Helmi Kabid Metrologi Disperindag Provinsi Jawa januari 2013, pukul wib 3 diakses 24 januari 2013, pukul wib 2

3 Timur. Pendulum yang bergeser sedikit saja akan menambah berat hingga puluhan pons. 4 Sebenarnya persoalan memanipulasi timbangan atau lebih tepatnya mengurangi timbangan bukan barang baru lagi bagi para pedagang nakal. Tidak saja di malang, hampir diseluruh dunia pasti akan ditemukan akhlak buruk sebagian pedagang yang sengaja mengurangi timbangan. Bahkan jangan heran jika beberapa oknum pedagang dengan sengaja memodifikasi timbangan untuk mencari keuntungan. Timbangan yang dimodif ini secara kasat mata akan sama dengan timbangan pada umumnya. Para konsumen akan tahu setelah mereka menimbang ulang barang belanjaannya di rumah atau menggunakan timbangan lainnya. Tidak tanggung-tanggung, selisih yang akan diterima konsumen bisa mencapai 100 gram (1 ons). Memodifikasi timbangan merupakan bentuk kecurangan yang dilakukan sebagian pedagang. Hal ini dilakukan dengan maksud meraup keuntungan yang lebih besar. Sehingga tidak heran jika peminat modifikasi timbangan ini cukup banyak. Cara-cara berdagang ini tentu tidak bisa diterima secara hukum, baik hukum masyarakat, negara, terutama lagi agama. Dalam Undang-Undang nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal telah diatur bahwa alat ukur apapun harus dilakukan Kalibrasi dalam setahun sekali. Kalibrasi adalah merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. biasa dilakukan dengan 4 diakses 24 januari 2013, pukul wib 3

4 membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Ketentuan mengenai penggunaan Alat UTTP diatur dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal: 1. Pasal 25 huruf d : Dilarang mempunyai, menaruh, memamerkan, memakai atau menyuruh memakai alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya yang setelah padanya dilakukan perbaikan atau perubahan yang dapat mempengaruhi panjang, isi, berat, atau penunjukannya, yang sebelum dipakai kembali tidak disahkan oleh pegawai yang berhak; 2. Pasal 25 huruf f : Dilarang mempunyai, menaruh, memamerkan, memakai atau menyuruh memakai alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya yang mempunyai tanda khusus yang memungkinkan orang menentukan ukuran, takaran, atau timbangan menurut dasar dan sebutan lain daripada yang dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang ini; 3. Pasal 25 huruf g : Dilarang mempunyai, menaruh, memamerkan, memakai atau menyuruh memakai alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya untuk keperluan lain daripada yang dimaksud dalam atau berdasarkan Undang-Undang ini; di tempat usaha; di tempat untuk menentukan ukuran atau timbangan untuk kepentingan umum; di tempat melakukan penyerahan-penyerahan; di tempat 4

5 menentukan pungutan atau upah yang didasarkan pada ukuran atau timbangan. Dari pasal-pasal di atas dapat dirumuskan bahwa penggunaan UTTP harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. UTTP yang telah mengalami perbaikan atau perubahan yang dapat mempengaruhi sifat metrologinya, sebelum digunakan harus ditera ulang oleh pegawai yang berhak; 2. Pada UTTP tidak boleh terdapat tanda-tanda khusus (misalnya garis, titik, coretan) yang memungkinkan penggunaan satuan lain selain yang telah ditentukan (satuan Sistem Internasional dan satuan lain yang berlaku); 3. UTTP tidak boleh digunakan selain untuk peruntukannya atau fungsinya, misalnya : neraca emas tidak boleh digunakan untuk menimbang obat, timbangan rumah tangga tidak boleh digunakan untuk keperluan jual beli, dll; 4. UTTP harus digunakan dalam kedudukan atau posisi yang telah ditentukan dalam peraturan teknis, yaitu dalam posisi datar atau rata; 5. UTTP tidak boleh digunakan untuk mengukur, menakar, atau menimbang muatan yang melebihi kapasitas maksimumnya; 5

6 6. UTTP tidak boleh digunakan untuk mengukur, menakar, atau menimbang kurang dari batas terendah yang telah ditentukan, atau yang disebut dengan minimum menimbang; 7. UTTP yang telah ditera atau ditera ulang tidak boleh ditambah dengan alat penunjuk lainnya atau alat tambahan. Ukuran Takaran Timbangan dan Perlengkapannya (UTTP) yang wajib ditera ulang telah di atur dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 1985 tentang Wajib Pembebasan untuk ditera dan/atau ditera ulang serta syarat-syarat bagi Alat-alat ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya menjelaskan : UTTP yang secara langsung atau tidak langsung digunakan atau disimpan dalam keadaan siap pakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk : a. Kepentingan umum b. Usaha c. Menyerahkan atau menerima barang d. Menentukan pungutan atau upah e. Menentukan produk akhir dalam perusahaan f. Melaksanakan peraturan perundang-undangan. wajib ditera dan ditera ulang. UPT Kemetrologian Malang dibentuk sebagai upaya pelaksanaan pelayanan tera dan tera ulang alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya milik pengusaha dan pedagang di wilayah Malang. Sehingga wewenang untuk melakukan pengujian dan pemeriksaan alat-alat 6

7 ukur, takar, timbang dan perlengkapannya merupakan tugas UPT Kemetrologian Malang. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim menertibkan timbangan milik pedagang. Kali ini Unit Pelayanan Teknis Kemeteorologian Malang menyasar pedagang di Pasar Merjosari. Pimpinan sidang tera ulang kemeteorologian, Purwadi menyatakan tera ulang di Kota Malang akan digelar sampai 31 Januari Sebelum menggelar tera ulang ini, pihaknya sudah menyebar surat pemanggilan tera ulang pada pedagang. Surat panggilan tera ulang untuk pedagang disebar melalui setiap unit pasar. Sedangkan pemanggilan tera ulang untuk pedagang di perkampungan disebar melalui kelurahan/kantor desa. "Tujuan tera ulang ini agar warga tertib ukur. Selain itu, juga untuk melindungi konsumen dan produsen," kata Purwadi. Tera ulang ini meliputi segala jenis alat ukur, diantaranya meteran, timbangan meja, timbangan elektronik, dan sebagainya. Timbangan yang tidak sesuai langsung diarahkan ke bagian reparasi. Bila pedagang merubah timbangannya setelah ditera ulang, pedagang terancam kurungan maksimal 6 bulan atau denda maksimal Rp 50 juta. 5 Walaupun telah membuka pos pelayanan tera ulang di Pasar dan melakukan inspeksi mendadak, tapi tetap saja banyak pedagang tidak mau menera ulang timbangannya. Lagipula sanksinya tidak pernah dijalankan secara tegas. Salah satu upaya perlindungan terhadap konsumen, Unit Pelayanan Teknis Kemetrologian Malang membuka pos ukur ulang. Pos ini bertujuan untuk mengukur kembali belanjaan yang telah dibeli konsumen apakah akurat atau tidak. Tetapi dalam prakteknya pos ukur ulang tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya, karena konsumen yang mengukur ulang hanya sedikit, sehingga pos ukur ulang tersebut tidak efektif. 5 diakses tanggal 24 januari 2013, pukul wib 7

8 Pelaku usaha yang mencurangi alat timbangan dalam hal ini telah melanggar kewajibannya yang telah diatur dalam pasal 7 Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyebutkan : a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku; e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Pelaku usaha yang telah melakukan pengurangan berat bersih pada timbangan telah merugikan konsumen karena perbuatan tersebut sudah melanggar kewajiban pelaku usaha sehingga mengakibatkan hak-hak konsumen menjadi terabaikan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih jauh tentang pelaksanaan penertiban alat timbangan dengan judul EFEKTIVITAS PELAYANAN TERA DAN TERA ULANG ALAT UKUR TAKAR TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA MILIK PELAKU USAHA PASAR MERJOSARI OLEH UPT 8

9 KEMETROLOGIAN MALANG (Studi di Kantor UPT Kemetrologian Malang). B. Rumusan masalah 1. Bagaimana Efektivitas Pelayanan Tera dan Tera ulang alat timbang milik Pedagang Pasar Merjosari oleh Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kemetrologian Malang? 2. Apa kendala-kendala yang dihadapi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kemetrologian Malang dalam melakukan pelayanan Tera dan Tera ualng alat timbang milik Pedagang Pasar Merjosari? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui Efektivitas Pelayanan Tera dan Tera ulang alat timbang milik Pelaku Usaha Pasar Merjosari oleh Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kemetrologian Malang. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kemetrologian Malang dalam melakukan Efektivitas Pelayanan Tera dan Tera ulang alat timbang milik Pelaku di Pasar Merjosari. 9

10 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan referensi penelitian tentang pelayanan tera dan tera ulang. b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dibidang karya ilmiah serta bahan masukan bagi penelitian sejenis dimasa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Penulis 1) Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang dalam bidang Hukum khususnya bidang hukum perdata. 2) Agar menambah pengetahuan dan wawasan serta pemahaman penulis mengenai pelaksanaan pengawasan dan penertiban alat timbangan milik pedagang oleh UPT Kemetrologian Malang. b. Pelaku Usaha Agar pedagang melakukan praktek yang benar dalam berdagang dan tertib dalam melaksanakan tera dan tera ulang terhadap alat timbangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak merugikan hak-hak konsumen. 10

11 c. Masyarakat Bagi masyarakat umum, dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan bagi masyarakat atau konsumen mengenai hak-hak sebagai konsumen. d. Bagi Pemerintah Penulisan hukum ini diharapkan dapat dijadikan sebagai saran bagi pemerintah khususnya UPT Kemetrologian Malang pelaksanaan pengawasan dan penertiban alat timbang milik pedagang. E. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis sosiologis, yang berarti melihat hukum sebagai perilaku manusia dalam masyarakat. 6 Atau dengan kata lain pendekatan yuridis sosiologis dapat diartikan sebagai pendekatan yang dititikberatkan pada aturan hukum/yuridis yang dikaitkan dengan fakta-fakta tentang perilaku masyarakat. Pendekatan penelitian disebut yuridis sosiologis apabila jawaban permasalahannya dicari melalui studi kepustakaan dan melalui studi lapangan. 7 Metode pendekatan yuridis sosiologis dalam penulisan ini akan bertumpu pada aturan-aturan hukum mengenai alat timbang sebagaimana 6 Pedoman Penulisan Hukum, 2012, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah, Malang, Hal: Muslan Abdurrahman, 2009, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, Malang, UMM Press, Hal:

12 yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal, Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 1985 Tentang Wajib Pembebasan untuk ditera dan/atau ditera ulang serta syarat-syarat bagi Alat-alat ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya, serta aturanaturan hukum lain maupun pendapat para ahli yang relevan dengan obyek yang diteliti, kemudian dikaitkan dengan kenyataan sosial berupa pelayana tera dan tera ulang alat timbang yang dilakukan oleh UPT Kemetrologian Malang. 2. Lokasi penelitian Tempat lokasi penelitian merupakan tempat dimana wilayah yang akan menjadi tempat peneliti sebagai objek lapangan dimana peneliti mendapatkan informasi, gambaran, dat-data yang diteliti dari tempat tersebut. Penelitian ini dilakukan di instansi yang terkait tentang perlindungan konsumen, Unit Pelayanan Teknis Kemetrologian Malang, dan Pasar Merjosari Kecamatan Lowokwaru. Alasan dipilihnya Pasar Merjosari sebagai lokasi penelitian adalah pada saat penulis melakukan pengamatan atau observasi, pada saat itu pelaksanaan sidang tera ulang bertempat di Pasar Merjosari Kecamatan Lowokwaru. 3. Jenis Sumber Data a. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian dan merupakan sumber utama penulisan. Data ini dapat di 12

13 peroleh dari proses wawancara dengan narasumber yaitu pedagang maupun pihak lain yang bersangkutan, serta data-data yang di peroleh dari UPT Kemetrologian Malang serta dokumen-dokumen yang berkaitan. b. Data Sekunder Data sekunder dapat berupa aturan-aturan hukum yang meliputi peraturan perundang-undangan khususnya yang berkaitan dengan penertiban alat timbang yakni Undang-Undang Nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal, Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 1985 tentang Wajib Pembebasan untuk ditera dan/atau ditera ulang serta syarat-syarat bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya, serta data lain yang diperlukan untuk menunjang data primer, seperti buku-buku, jurnal, majalah, koran, tesis, media elektronik, dan lain-lain yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti. c. Data Tersier Data tersier yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung data primer dan data sekunder, seperti kamus, ensiklopedia dan lain-lain. 13

14 4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian a. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui proses pengamatan secara langsung obyek yang diteliti, pengamatan disisni berarti pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan. Pengamatan dilakukan untuk melihat proses pelayanan tera dan tera ulang alat timbang milik pedagang pasar merjosari oleh UPT Kemetrologian Malang. b. Wawancara Metode wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan responden guna memperoleh pendapat, gambaran, terkait permasalahan yang diteliti. 1. Dalam hal ini Penulis melakukan wawancara Responden yang telah dipilih (purpossive sampling) serta pihak-pihak dalam instansi terkait antara lain : a. Bapak Ismiyadi Kepala Seksi Massa dan Timbangan Unit Pelayanan Teknis Kemetrologian Malang. b. Ibu Titik Kepala bidang Perlindungan Konsumen Disperindag Kota Malang. 2. Wawancara juga dilakukan dengan metode random sampling dimana cara pengambilan sampel secara random (tidak pandang bulu), artinya setiap elemen dari populasi mendapat kesempatan 14

15 yang sama untuk dipilih menjadi sampel. 8 Adapun jumlah responden yang dijadikan sampel dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Daftar Responden Pedagang Pasar Merjosari No Nama Jenis dagangan 1 Bayitno Ayam potong 2 Ninuk Ayam potong 3 Yuli Ayam potong 4 Mislin Buah dan sayuran 5 Solikhah Warung 6 Muslimin Warung 7 Kasiatun Warung 8 Siti Ikan 9 Jumiatun Ikan 10 Dasri Buah dan sayuran 11 Iwan Daging 12 Kasiadi Daging 13 Naning Daging 14 Lisa Emas 15 Pasri Emas Sumber : Data responden menggunakan sampel c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan cara pengambilan gambar secara runtut mengenai objek penelitian yang hubungannya dengan upaya pelaksanaan penertiban alat timbang milik pedagang d. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dan memahami berbagai referensi baik aturan 8 Muslan Abdurrahman, Op.Cit. Hal

16 perundang-undangan, buku, jurnal, tesis, skripsi, majalah, koran, media elektronik, dan hal lain yang berkaitan dengan obyek penelitian guna mendukung data-data atau informasi yang telah dikumpulkan. 5. Analisis Data Setelah memperoleh data, informasi dan referensi yang berkaitan dengan obyek penelitian, maka penulis perlu untuk melakukan analisa dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka, atau perhitungan. Menurut Muslan, data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka, artinya data dituturkan melalui uraian-uraian kalimat semata. 9 Metode deskriptif kualitatif dalam penelitian ini yaitu dengan menggambarkan/mendeskripsikan mengenai kondisi pedagang dan pelaksanaan penertiban UPT Kemetrologian Malang terhadap alat timbang milik pedagang pasar, kemudian hasil penggambaran obyek berupa data yang diperoleh dari lapangan diuraikan dan dianalisa berdasarkan aturanaturan hukum tentang alat timbang yakni, Undang-Undang Nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal, Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 1985 Tentang Wajib Pembebasan untuk ditera dan/atau ditera ulang serta syaratsyarat bagi Alat-alat ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya, Peraturan Menteri Perdagangan RI No.08/M-DAG/PER/3/2010 Tentang Alat-alat ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) yang Wajib ditera dan ditera Ulang, Peraturan Menteri Perdagangan nomor 74/M- 9 Op.cit. Hal:

17 DAG/PER/12/2012 tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan perlengkapannya asal impor maupun aturan-aruran hukum lain yang relevan, sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang nyata dan dapat dipertanggungjawabkan. F. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam memberikan gambaran yang jelas dan singkat tentang isi dari skripsi ini maka dibuat suatu karya tulis dalam bentuk yang sistematis dan kronologis, dan untuk memahami keseluruhan isi dari skripsi ini, maka sistematika penulisan terdiri dari beberapa bab, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN, Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSATAKA Dalam bab ini membahas mengenai uraian doktrin, pendapat para ahli, kajian yuridis serta bahan-bahan kerangka teori yang dipakai oleh penulis untuk mendukung analisa terhadap masalah yang diteliti. BAB III : PEMBAHASAN 17

18 Dalam bab ini adalah pembahasan permasalahan yang menjadi fokus kajian. Didalam bab ini peneliti menuangkan data-data hasil penelitian yang kemudian dianalisa yang didukung dengan teknis pengumpulan data primer dan sekunder yang peneliti paparkan dalam bab sebelumnya, dengan tujuan untuk mendukung analisa terhadap permasalahan yang diteliti. BAB IV : PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan berisi saransaran yang perlu untuk disampaikan guna dalam memberikan masukan terhadap hasil penelitian dan untuk menjawab permasalahan-permasalahan. 18

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 06 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA DAN TERA ULANG ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap konsumen atau pembeli. menggunakan berbagai cara dan salah satu caranya adalah berbuat curang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap konsumen atau pembeli. menggunakan berbagai cara dan salah satu caranya adalah berbuat curang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan diarahkan untuk mendukung tumbuhnya dunia usaha diharapkan mampu menghasilkan beraneka barang dan jasa yang pada akhirnya mampu untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG TERA DAN ATAU TERA ULANG ALAT UKUR, ALAT TAKAR, ALAT TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 4.

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 4. WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG TERA DAN ATAU TERA ULANG ALAT UKUR, ALAT TAKAR, ALAT TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah ilmu tentang ukur-mengukur secara luas. Di Indonesia, metrologi dikelompokkan menjadi 3 kategori utama yaitu metrologi legal, metrologi industri dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG R I A U PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL [LN 1981/11, TLN 3193]

UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL [LN 1981/11, TLN 3193] UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL [LN 1981/11, TLN 3193] BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 32 (1) Barangsiapa melakukan perbuatan yang tercantum dalam Pasal 25 1, Pasal 26 2, Pasal

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1566, 2014 KEMENDAG. Alat Ukur. Takar. Timbang. Perlengkapannya. Satuan Ukur. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71/M-DAG/PER/10/2014

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.674, 2017 KEMENDAG. Pengawasan Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG PENGAWASAN METROLOGI LEGAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transaksi jual beli barang atau jasa. Menurut ilmu ekonomi, pasar berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. transaksi jual beli barang atau jasa. Menurut ilmu ekonomi, pasar berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa. Menurut ilmu ekonomi, pasar berkaitan dengan kegiatannya bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akan menghasilkan sesuatu dari rangkaian tersebut. Misalnya. rangkaian radio menghasilkan suara, handphone menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dan akan menghasilkan sesuatu dari rangkaian tersebut. Misalnya. rangkaian radio menghasilkan suara, handphone menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Barang elektronik merupakan barang yang digunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Barang elektronik merupakan suatu rangkaian dari berbagai komponen yang bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dalam Alinea ke-iv Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dalam Alinea ke-iv Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dalam Alinea ke-iv Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk selanjutnya disebut UUD 1945 yang berbunyi Kemudian dari pada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 10 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 10 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 10 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G REGISTRASI ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP)

Lebih terperinci

BAB I INTRODUKSI. Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang. Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari

BAB I INTRODUKSI. Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang. Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari BAB I INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari pemerintah provinsi kepada pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN

PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, 2 Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 08 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 08 TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP) YANG DIGUNAKAN UNTUK TRANSAKSI BARANG DI KABUPATEN SELAYAR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1985 TENTANG WAJIB DAN PEMBEBASAN UNTUK DITERA DAN/ATAU DITERA ULANG SERTA SYARAT-SYARAT BAGI ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG, DAN PERLENGKAPANNYA PRESIDEN

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/ TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar sejatinya adalah wahana jual beli antara pedagang dengan pembeli, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar sejatinya adalah wahana jual beli antara pedagang dengan pembeli, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar sejatinya adalah wahana jual beli antara pedagang dengan pembeli, yang memiliki keinginan sama, sama-sama untung. Pedagang dapat uang dari hasil jualan, pembeli

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 14, 2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup menurut tingkat kehidupan masing-masing. Dengan demikian, mencari

BAB I PENDAHULUAN. hidup menurut tingkat kehidupan masing-masing. Dengan demikian, mencari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perekonomian nasional harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan beraneka barang dan atau jasa. 1 Dalam praktiknya, kebutuhan

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1217, 2016 KEMENDAG. UPT. Bidang Kemetrologian dan Bidang Standardisasi dan Pengendalian Mutu. Orta PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/8/2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Balai Metrologi sebagai salah satu UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, merupakan instansi yang berwenang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa untuk melindungi kepentingan masyarakat

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG UNIT KERJA DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah dilaksanakan sebanyak empat tahapan dalam kurun waktu empat tahun (1999, 2000, 2001, dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 14 TAHUN 2008

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 14 TAHUN 2008 PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI BIAYA TERA, ALAT-ALAT UKUR,TAKAR,TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA SERTA PENGUJIAN BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1985

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1985 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1985 TENTANG WAJIB DAN PEMBEBASAN UNTUK DITERA DAN/ATAU DITERA ULANG SERTA SYARAT-SYARAT BAGI ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG, DAN PERLENGKAPANNYA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEMETROLOG IAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEMETROLOG IAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEMETROLOG IAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Gubernur Sulewesi Tengah, Menumbang : a. Bahwa semakin

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA, TERA ULANG DAN KALIBRASI ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANGAN DAN PERLENGKAPANNYA SERTA PENGUJIAN KUANTA BARANG DALAM

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1565, 2014 KEMENDAG. Alat Ukur. Takar. Timbang. Perlengkapan. Tera dan Tera Ulang. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/M-DAG/PER/10/2014 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.77, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA APBN. Pajak. PNBP. Kementerian Perdagangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5300) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1985 TENTANG WAJIB DAN PEMBEBASAN UNTUK DITERA DAN/ATAU DITERA ULANG SERTA SYARAT-SYARAT BAGI ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG, DAN PERLENGKAPANNYA PRESIDEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan. No.390, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Metrologi. Legal. Unit Kerja. UPT. Pelaksana. Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peredaran minuman beralkohol di Indonesia pada saat ini sudah cukup luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peredaran minuman beralkohol di Indonesia pada saat ini sudah cukup luas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peredaran minuman beralkohol di Indonesia pada saat ini sudah cukup luas karena hampir di setiap daerah di wilayah hukum Indonesia terdapat toko-toko kecil hingga

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 11, 1981 (LEMBAGA INTERNASIONAL. PERDAGANGAN. TINDAK PIDANA. KUHP. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 50/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG UNIT KERJA DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan merupakan kebutuhan utama atau primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan tidak hanya dapat dilihat sebagai sarana kebutuhan hidup, tetapi

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA QANUN KOTA LANGSA NOMOR 14 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DALAM KOTA LANGSA

WALIKOTA LANGSA QANUN KOTA LANGSA NOMOR 14 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DALAM KOTA LANGSA WALIKOTA LANGSA QANUN KOTA LANGSA NOMOR 14 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DALAM KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PASAR BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang pengukuran. Pengukuran terjadi sejak manusia lahir sampai meninggal. Hal ini membuktikan bahwa seluruh fase kehidupan manusia

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2017 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2017 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 11 Tahun 2017 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PELAYANAN TERA/TERA ULANG Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE 2009-2014 TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keinginan manusia untuk tampil cantik dan sempurna khususnya wanita merupakan suatu hal yang wajar. Untuk mencapai tujuannya, banyak wanita yang menghabiskan uangnya

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 06 TAHUN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) METROLOGI LEGAL PADA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 73 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 73 TAHUN 2002 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 73 TAHUN 2002 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI BIAYA TERA / TERA ULANG DAN

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/M-DAG/PER/11/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG KEMETROLOGIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 80/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar rakyatnya hidup dari mengolah tanah untuk mencukupi

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN RINCIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS METROLOGI PADA DINAS PERINDUSTRIAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN - 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1719, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Unit Metrologi Legal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/M-DAG/PER/11/2016 TENTANG UNIT METROLOGI LEGAL DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup adalah pengetahuan dasar tentang bagaimana makhluk hidup berfungsi dan bagaimana merreka berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan mereka.

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KONSUMEN PENGGUNAAN ALAT UKUR,TAKAR, TIMBANGAN DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP) PASAR PANAM PEKANBARU

PERLINDUNGAN KONSUMEN PENGGUNAAN ALAT UKUR,TAKAR, TIMBANGAN DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP) PASAR PANAM PEKANBARU PERLINDUNGAN KONSUMEN PENGGUNAAN ALAT UKUR,TAKAR, TIMBANGAN DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP) PASAR PANAM PEKANBARU Meriza Elpha Darnia Email : mee_phania@yahoo.com Rika Lestari Email : syifa_richa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

j. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. (3) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat

j. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. (3) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat BAB XLIII BALAI PENGELOLA LABORATORIUM METROLOGI PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BANTEN Pasal 198 Susunan Organisasi Balai Pengelola Laboratorium Metrologi pada Dinas Perindustrian Dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 15, 2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 1 No. 7, 2003 LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa pengendalian produksi

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PERGUDANGAN

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PERGUDANGAN WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PERGUDANGAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, : a. bahwa sesuai dengan perkembangan perindustrian dan perdagangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian dapat di artikan sebagai proses, prinsip-prinsip dan tata

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian dapat di artikan sebagai proses, prinsip-prinsip dan tata 41 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian dapat di artikan sebagai proses, prinsip-prinsip dan tata cara yang digunakan untuk memecahkan sebuah permasalahan dengan cara melakukan penelitian. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PASAR KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function).

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function). Fungsi dari perlindungan kepada masyarakat yaitu upaya pemerintah daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1991 TENTANG TENTANG STANDAR NASIONAL INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1991 TENTANG TENTANG STANDAR NASIONAL INDONESIA. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1991 TENTANG TENTANG STANDAR NASIONAL INDONESIA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa dalam rangka peningkatan produktivitas dan daya guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlengkapan kendaraan bermotor sudah di atur dalam Undang-Undang No

BAB I PENDAHULUAN. perlengkapan kendaraan bermotor sudah di atur dalam Undang-Undang No 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui kasus pelanggaran kendaraan bermotor saat ini semakin banyak bahakan menjadi salah satu polemik di Negeri ini, mengingat masih kurangnya kesadaran

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb No.1199, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. UTTP. Izin Pembuatan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/7/2016 TENTANG IZIN PEMBUATAN ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya di bidang perindustrian, khususnya dalam perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi produk barang dan/atau

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) (Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Karyawan)

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) (Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Karyawan) PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) (Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Karyawan) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 62/M-DAG/PER/12/2009 TENTANG KEWAJIBAN PENCANTUMAN LABEL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 62/M-DAG/PER/12/2009 TENTANG KEWAJIBAN PENCANTUMAN LABEL

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARO JAMBI, Menimbang : a. bahwa Pajak Air

Lebih terperinci

daerah dalam melaksanakan pengawasan UTTP melalui kegiatan pos ukur ulang. Adapun tujuan penerbitan Petunjuk Teknis Pelaksanaan POSKUR adalah:

daerah dalam melaksanakan pengawasan UTTP melalui kegiatan pos ukur ulang. Adapun tujuan penerbitan Petunjuk Teknis Pelaksanaan POSKUR adalah: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu wujud keberhasilan pembinaan terhadap pelaksanaan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, melalui pelaksanaan kegiatan Pos Ukur Ulang (POSKUR)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DAN PENDAFTARAN DI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI (SIUJK)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI (SIUJK) PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI (SIUJK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG BARAT Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMETROLOGIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menegakkan rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menegakkan rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan berdasarkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan titik awal tekat bersama dari kedua insan pria dan wanita sebagai suami istri untuk membentuk, memelihara dan menegakkan rumah tangga (keluarga)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melindungi kepentingan umum perlu adanya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 33 KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 635/MPP/Kep/10/2004 TENTANG TANDA TERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN ALAT TAKAR DAN TIMBANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA PALU MUSLIMIN BOROALLO/ STB: D

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN ALAT TAKAR DAN TIMBANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA PALU MUSLIMIN BOROALLO/ STB: D TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN ALAT TAKAR DAN TIMBANGAN PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA PALU MUSLIMIN BOROALLO/ STB: D 101 09 454 Pembimbing : I.Dr. H. Saleh Muliadi, S.H.,M.H. II.Awaliah.S.H,M.M.H.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini dijalankan menjadikan kebutuhan akan lembaga pendidikan sebagai wadah pencerdasan dan pembentukan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 19, 1991 ( EKONOMI. INDUSTRI. PERDAGANGAN Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2014 PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 03 Tahun : 2010 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DAN

Lebih terperinci