Bahan tumpatan sementara Diberikan jika perawatan tidak dapat selesai dalam satu kali kunjungan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bahan tumpatan sementara Diberikan jika perawatan tidak dapat selesai dalam satu kali kunjungan."

Transkripsi

1 Bahan tumpatan sementara Diberikan jika perawatan tidak dapat selesai dalam satu kali kunjungan. Setelah kavitas di preparasi, tumpatan sementara berupa GIC dapat digunakan selama kurang lebih tiga minggu. GIC dipakai karena kemampuannya dalam melepas ion fluoride yang berguna untuk : Mendukung kontrol karies walaupun jumlah dan frekuensi dari refined carbohydrate dalam diet relatif tidak berubah.. Membentuk fluoroapatite yang kelarutannya lebih kecil daripada hydroxiapatite Menghambat demineralisasi Memperbaiki remineralisasi Menghambat metabolisme bakteri Mengurangi wettability dari struktur gigi Menghambat pembentukan plak Pilihan material lain sebagai bahan tumpatan sementara adalah zinc oxide eugenol (ZOE). Alasan dipakainya ZOE antara lain : Memiliki biokompatibilats yang baik Non toxic Tidak mudah chipping atau pecah Daya larut air yang rendah Dapat bertahan 2-3 bulan, walaupun terdapat chipping di pinggirannya ZOE sebaiknya tidak digunakan pada kavitas yang sudah mencapai pulpa karena dapat mengakibatkan inflamasi persistensi tanpa terbentuknya dentinal bridge, substansi yang terkalsifikasi pada pulpa yang terbuka. Selain itu ZOE memiliki efek anodyne karena memiliki kemampuan untuk melakukan penetrasi ke dalam dentin dan pulpa. ZOE Cement (Zinc Oxide-Eugenol Cement) a. Definisi dan Klasifikasi Digunakan sebagai material basis pada restorasi logam dan sebagai bahan tumpatan sementara atau bahan cetak; di dalamnya terjadi reaksi kompleks antara bubuk dan eugenol sehingga akhirnya set dan mengeras Diklasifikasikan sebagai intermediate restorative material dan memiliki sifat anestetik dan antibakterial Formula ZOE Cement untuk penggunaan sebagai bahan tumpatan sementara : Powder : Zinc Oxide 69%, white rosin 29,3% untuk menurunkan brittleness, zinc stearate 1% dan zinc acetate 0,7% sebagai plasticizer. Liquid : Eugeno 85%, olive oil 15% sebagai plasticizer. Jika digunakan sebagai luting cement, powder ZOE ditambahkan Alumina dan pada liquidnya ditambahkan ethoxybenzoic acid (EBA). b. Manipulasi Semakin banyak powder, maka semakin kuat semen dan konsistensinya semakin kental.powder dan liquid dicampur hingga didapat konsistensi yang diinginkan. Prosedur mixing : Reaksi ZOE tidak eksotermik maka tidak dibutuhkan mixing slab yang dingin. Mixing dapat dilakukan diatas disposable mixing pad dari pabrik atau dengan glass slab. Penggunaan glass slab direkomendasikan untuk semen dengan modifikasi EBA-Alumina. Pencampuran powder ke liquid tidak perlu secara incremental, sejumlah powder langsung dicampur dengan liquid, diaduk kemudian sejumlah kecil powder ditambahkan sampai mixing selesai. Pencampuran semen modifikasi EBA-Alumina : powder dan liquid ditakar sesuai dengan instruksi pabrik, dicampur selama 30 detik dan diasah selama 60 detik sehingga mencapai konsistensi krim. Penelitian menunjukkan bahwa semen ZOE yang dimodifikasi dengan EBA-Alimina pemakaiannya lebih mudah, tidak mudah chipping pada gigi yang simptomatik. Walaupun daya larutnya rendah dalam air, semen ZOE dengan EBA-Alumina ini mudah hancur dalam pemakaian gigi yang terlalu berlebihan. Oleh karena itu 2,6g/0,4ml ZOE dengan modifikasi polymer lebih baik daripada tipe modifikasi EBA-Alumina. Semua restorasi sementara ZOE dapat bertahan selama 2-3 bulan walaupun terdapat chipping pada tepi margin. c. Bahan Jadi 1. Cavit Bahan tumpatan yang self curing dan radiopaque Keuntungan : Terdapat 3 variasi; CAVIT, CAVIT-W dan CAVIT-G dengan tingkat surface hardness yang berbedabeda

2 Dapat melekat kuat dengan dentin, mudah diaplikasikan Proses cutingnya cepat dan void free Pemuaian yang terjadi hanya sedikit, hal ini memastikan bahwa mateial ini memiliki margin yang tersegel dengan baik Strukturnya kuat dan tidak dapat ditembus obat-obatan Aplikasi : Permukaan CAVIT yang sangat keras menjadikannya cocok digunakan untuk restorasi sementara di bagian oklusal dan sebagai temporary post attachments CAVIT-W yang final hardness nya lebih rendah dan adhesinya lebih kuat cocok digunakan khususnya setelah perawatan endodontic CAVIT-G ideal untuk preparasi inlay karena dapat seluruhnya dipindahkan tanpa menggunakan bur. 2. Cimpat Bahan tumpatan sementara non-eugenol, pre mixed dalam bentuk pasta. Cimpat akan mengeras dalam kavitas dibawah pengaruh temperature dan kelembaban rongga mulut. Mudah diaplikasikan, melekat baik dengan dentin dan tidak mengiritasi jaringan lunak mulut.pemuaian yang terjadi selama setting hanya sedikit karena itu cimpat dapat menyegel cavitas dengan rapat sehingga mencegah air merembes ke kavitas. Aplikasi : Cimpat S, tersedia dalam syringe sehingga mudah untuk dikeluarkan. Cimpat S digunakan sebagai restorasi sementara sebelum penggunaan inlay dan sebagai cementing untuk semua bentuk crown sementara. Cimpat tidak beracun dan tidak mengiritasi jaringan keras dan lunak, dapat digunakan pada kavitas yang sudah mendekati pulpa dan gingiva. Cimpat pink dapat digunakan diataas cotton wool atau secara langsung pada dasar kavitas. Juga dapat digunakan untuk memperbaiki crown sementara. Bahan tumpatan yang sangat cocok untuk digunakan diatas arsenical dressings. Cimpat white konsistensinya lebih lentur daripada cimpat pink. Durasi penggunaannya hanya sebentar, dapat dipindahkan dengan probe. Bahan Tumpatan Plastis GLASS IONOMER CEMENT (GIC) A. Komposisi Glass Ionomer Diperkenalkan pada tahun 1970 yang merupakan kombinasi dari penggabungan silikat dan seng polikarboksilat. Mengandung filler fluoroaluminosilicate glass yang merupakan ion yang dapat larut. Bahannya disupali dalam dua bentuk, yaitu bubuk dan cairan, namun komponen utama dari GI konvensional secara umum adalah : Asam polikarboksilat Fluoroaminosilicate (FSA) glass Air Tartaric acid Tartaric acid ditambahkan untuk mengontrol karakteristik working dan setting pada bahan. Bubuk mengandung fluoroaminosilicate glass dan ion seperti kalsium, strontium, dan lanthanum. Saat bubuk dan cairan dicampur, reaksi setting asam-basa pun dimulai antara FSA glass dengan asam polikarboksilat. GIC atau Glass Ionomers Cement terdiri dari dua tipe yaitu tipe I dan tipe II. GIC yang digunakan sebagai basis atau pelapik adalah GIC tipe II, sedangkan tipe I digunakan untuk bahan tambal pada kavitas. A. Reaksi Setting Reaksi setting GI merupakan reaksi asam basa antara asam polielektrolit dan aluminosilikat glass. Bubuk mengeluarkan silicon, Natrium, Flourin dan Kalsium. Silikon membentuk gel silica dan kalsium berikatan dengan polyacid sehingga GIC mulai mengeras ( initial set ). Setelah 24 jam, alumunium menggantikan kalsium dan berikatan dengan polyacid sehingga GIC mengeras sempurna ( Final Set ). Selama reaksi pengerasan, natrium menggantikan posisi hydrogen dari gugus karboksil serta berikatan dengan flourin, kemudian menyebar ke seluruh GIC untuk menambah kekerasan. B. Adhesi Setiap tumpatan yang dimasukkan kedalam kavitas harus memiliki sifat adhesi yang baik. Karena dengan adanya adhesi yang baik, ikatan antara gigi dengan bahan restorasi akan semakin kuat sehingga meyebabkan restorasi akan bertahan lama dan berkurangnya resiko kebocoran pada tepi gigi. Salah satu cara yang dapat meningkatkan adhesi pada struktur gigi terhadap bahan restorasi adalah penggunaan resin hidrofilik yang

3 tidak begitu sensitif terhadap kelembaban bahan restorasi yang digunakan. Dengan adanya adhesi yang baik maka terjadi pengurangan kebocoran pada tepi kavitas C. Fluoride Release Ketika pencampuran, permukaan partkel glass akan dilarutkan oleh poly (alkenoic acid) dan akan terjadi pelepasan florida bebas, walaupun berada dalam matriks dalam bentuk AlF. Puncak awal pelepasan florida bisa tinggi, namun flow ini akan menurun cepat dalam 1-2 bulan. Resin-modified memiliki pola yang sama karena reaksi asam-basa tetap dominan. Fluride release tidak merusak sifat fisik karena fluoride bukan bagian integral dari matriks semen. Fluoride dapat ditukarkan dengan fluoride kembali kesemen dari aplikasi eksternal. Dengan demikian, topikal fluoride dan penggunaan fluride pada pasta gigi juga memberi efek tambahan pada semen. Efek dari fluoride release adalah plak kurang cenderung terakumulasi pada permukaan restorasi karena efek plorida yang anti bakteri ringan. Katika florida lepas, efek timbal balik kalsium dan ion fosfat ke glass ionomer untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dan ini menyebabkan maturasi dan pengerasan terjadi pada permukaan. D. Sifat-sifat GI 1. Memiliki kemampuan absorbsi air paling besar 2. Paling banyak melepaskan fluoride 3. Modulus flexural paling besar disbanding resin modified glass ionomer dan polyacid glass ionomer resin komposit 4. Compressive strength dan tensile strength conventional GIC lebih lemah dibandingkan material restoratif lainnya 5. Estetik lebih baik 6. Lebih tidak mengiritasi pulpa 7. Biokompatibel 8. Adhesive terhadap enamel dan dentin 9. Lebih resisten terhadap plak yang bersifat asam 10. Resistensi baik terhadap deformasi plastis 11. Manipulasi mudah 12. Permukaan tidak bisa dipolish sehalus permukaan komposit 13. Mudah terkontaminasi air pada early stages of set E. Manipulasi 1. Kocok bubuk yang ada dalam kemasan supaya rata. 2. Ambil bubuk dengan sendok peres yang ada pada kemasan. 3. Letakan bubuk tersebut pada glass slab dan bagi menjadi dua bagian yang sama rata. 4. Teteskan liquid sebanyak satu tetes ke atas bubuk bagian pertama tersebut kemudian aduk menggunakan spatula plastik. 5. Tambahkan bubuk bagian kedua setelah adukan bubuk yang pertama homogen. Lalu aduk kembali dengan spatula hingga keseluruhan adonan homogen dan tampak seperti pasta (waktu pengadukan detik). 6. Masukan GIC ke dalam kavitas menggunakan plastic filling dengan segera (working timenya 2 menit). 7. Ratakan tumpatan GIC kemudian segera lapisi dengan coating agent yaitu varnish agar terhindar dari kontaminasi cairan lain misalnya saliva didalam mulut. Indikasi Bahan Restorasi Plastis GIC menurut American Dental Association 1. Dapat digunakan sebagai restorasi tunggal atau dapat dipakai sebagai basis dan diatasnya dilapisi oleh resin komposit (restorasi sandwich). 2. Dapat digunakan secara luas pada abrasi servikal tanpa harus melakukan preparasi kavitas. 3. Mempunyai ketahanan terhadap abrasi dan keradiopakannya, sehingga dapat digunakan pada gigi posterior. 4. Meningkatkan perlekatan resin komposit, yaitu sebagai perantara untuk menambah retensi tumpatan komposit dengan cara pemberian etsa asam pada glass ionomer cement sehingga akan terjadi erosi dan permukaan semen menjadi kasar. Kekasaran permukaan semen ini dapat member retensi mekanis terhadap resin komposit. 5. Sifatnya yang dapat melepas fluor berperan dalam antikaries sehingga resiko terjadinya karies sekunder dibawah tumpatan jauh lebih kecil dibanding yang lain. Kontraindikasi Bahan Restorasi Plastis GIC menurut American Dental Association 1. Dalam hal estetik, warna bahan ini masih kurang baik dibanding komposit. 2. Kurang kuat bila digunakan pada gigi posterior dibandingkan dengan amalgam. 3. Warna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara tambalan dan permukaan gigi yang asli yang akan memberikan estetik yang kurang baik terutama pada tambalan kelas 3 dan 4.

4 Resin Komposit Resin komposit merupakan salah satu bahan tambal direct esthetic dan biasanya digunakan pada gigi anterior. A. Komposisi 1. Filler Merupakan partikel inorganic, bahan filler terdiri dari: quartz, silicat, barium, stronsium, atau glasses. Merupakan bagian terbesar dalam komposit resin. Fungsinya untuk menguatkan matriks resin, memberikan derajat translusensi yang tepat dan untuk mengontrol penyusutan volume komposit selama polimerisasi. Filler diberikan pada konsentrasi tinggi dan berguna untuk memberi kekerasan, menghambat perubahan bentuk matriks dan mengurangi ekspansi panas dari matriks. Komposit mungkin tampak radiopaque karena inkorporasi masa atom yang tinggi seperti; barium, strontium, zirconium pada partikel filler. 2. Matriks organik Matriks yang utama digunakan ialah dimethacrylate monomer yang disintesis oleh: bis- GMA (bisphenol- A-glycidyl methacrylate) atau UDMA (urethane dimetacrylate). Basis resin ini digunakan untuk mengontrol konsistensi pasta yang digunakan secara klinis. Sedangkan TEGMA (Triethylane glycol dimethacrylate) digunakan sebagai pengencer. Matrik terdiri dari ikatan rangkap karbon dan bereaksi membentuk polimer. 3. Coupling agent Coupling agent (silane) berfungsi untuk memperkuat ikatan antara filler anorganik ke matriks resin. Molekul silane memiliki kelompok reaktif pada kedua ujung rantainya yang akan menutupi permukaan partikel filler dengan pencampuran bersama oligomer dimana satu sisi bereaksi dengan resin komposit dan satu sisi bereaksi dengan anorganik filler lainnya agar ikatannya semakin kuat. Ikatan yang terbentuk ini nantinya akan mendistribusikan stress. Sehingga dihasilkan material yang memiliki sifat yang kuat, dan tahan abrasi. 4. Inisiator dan Akselerator Inisiator berfungsi untuk menginduksi terjadinya self curing, light curing dan dual curing. Inisiator umumnya berupa organik peroksida sedangkan akselerator berperan dalam meampercepat reaksi yang terjadi 5. Pigmen dan Komponen Lain Oksida anorganik ditambahkan untuk memberi warna yang cocok dengan warna gigi. Pigmen yang umum digunakan yaitu oxide of iron. UV absorber ditambahkan untuk meminimalisir perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi. Flourescent agent ditambahkan untuk menambah vitalitas optic pada komposit dan memberi warna serupa dengan gigi ( efek pemutih oleh refleksi cahaya biru ) B. Tipe atau klasifikasi resin komposit: Macrofilled Composites - Filler material quartznya berukuran µm - Content fillernya mengisi berat massa - Partikelnya berukuran besar sehingga dalam penggunaan restorasi terasa kasar dan secara kasat mata terlihat kasar - Memiliki sifat mekanik yang besar - Mengandung filler quartz dan glass dengan bentuk irregular - Opaque dan memiliki daya tahan yang rendah Microfilled composites - Mengandung filler colloidal silica - Partikel filler nya berukuran lebih kecil dibanding macrofilled sekitar µm - Permukaannya sangat halus, mengkilap, dan tampak seperti enamel - Content fillernya mengisi 40-50% berat massa, sehingga sifat mekanisnya kecil atau lemah - Memiliki sifat mekanik yang rendah Hybrid composites - Modifikasi kandungan filler dengan ukuran kecil, colloidal silica yang dicampur dengan glass - Komposit halus dan kuat, mengkilap namun akan kehilangan kehalusan karena waktu sehingga menjadi kasar dan tumpul - Rata-rata ukuran partikel nya sekitar µm, tetapi memiliki range - Tahan abrasi Nano filled composite - Memiliki ukuran partikel yang sangat kecil dan dapat masuk di antara beberapa rantai polimer - Volume inorganik filler mencapai 78,5 %

5 - Mengkilap, memiliki kekuatan dan modulus yang tinggi - Memiliki kekuatan mekanik sama dengan mikrohibrid namun retains smoothness sama dengan microfill Nanohybrid composite - Smoothness dan wear pada komposit ditentukan oleh ukuran dan luasnya filler partikel - Sama dengan mikrohibrid, nanohibrid juga akan jadi tumpul C. Jenis Resin Komposit a. Self cured Resin ini memiliki initiator yaitu benzoil peroksida dan akselerator yaitu amine. Resin komposit dikeluarkan pada paper pad dengan jumlah yang sama dan diaduk selama 30 detik. Setelah itu dimasukkan ke dalam kavitas. Ketika memanipulasi resin komposit, masuknya udara harus dihindari selama pengadukan dan pemasukkan karena dapat menghasilkan bercak halus pada restorasi. b. Light Cured Resin komposit light cured menggunakan pasta tanpa pengadukan (menghilangkan variabel penting). Resin ini berbentuk syringe dan capsule. Setelah resin dikeluarkan, maka resin ditumpat dan disinari sengan sinar khusus. Waktu yang dibutuhkan untuk menyinari resin ini kurang dari detik dan ketebalan resin harus lebih tebal dr 2-2,5 mm. c. Dual Cured Terdiri dari dua pasta (inisiator dan akselerator), teraktivasi menggunakan sinar dan dilanjutkan dengan teknik self cured. Resin komposit dual cured digunakan untuk sementasi inlay keramik yang mungkin terlalu tebal untuk ditembus sinar guna mendapat perubahan monomer yang memuaskan D. Polimerisasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Polimerisasi 1. Initiation stage Sinar dengan λ = 468 nm yang dipaparkan pada komposit akan mengaktifkan radikal bebas yang ada di dalam pasta champoroquinone (initiator) dan organic amine (akselerator) 2. Propagation stage Terjadi penambahan monomer untuk memberikan pemanjangan rantai polimer 3. Terminasi stage Terjadi penambahan berat molekul dan kepadatan ikatan silang sampai pertumbuhan radikal bebas berakhir Ikatan silang ini dapat membuat polimer menjadi lebih kuat, lebih keras, dan lebih tahan terhadap pelarut Menurut El Mowafy (2005), faktor yang mempengaruhi kualitas polimerisasi resin komposit yaitu : a. Intensitas cahaya b. Lama penyinaran c. Panjang gelombang cahaya d. Ketebalan resin komposit e. Jarak ujung light curing unit dengan permukaan restorasi f. warna resin komposit g. komposisi bahan resin komposit E. Macam-Macam Sumber Cahaya 1. Quarz-Tungsten-Halogen (QTH) Beberapa unit bisa dikontrol untuk memberikan intensitas berbeda (step cure) atau pada intensitas yang bertambah (ramp cure) QTH light source terdiri dari broad-speactrum light bulb, beberapa penyaring reflector, fan, power supply dan light guide UV filter memblok jalannya UV wave length Dichroic reflector fokus ke cahaya di akhir light guide Output dari lampu bervariasi berkurang dengan penggunaan terus menerus dan intensitasnya tidak sama pada semua daerah pencahayaan dan menjadi paling besar di pusatnya Intensitas tinggi pada cahaya yang dilihat langsung, maka harus memakai kacamata Banyak energi cahaya terbuang karena QTH adalah sumber broad-spectrum dan hanya wave length yang di serap oleh chomphoroquinone 2. Blue-Light-Emitting Diodes (LED)

6 Menggunakan persambungan semi-konduktor yang diolah (p-n junction) berdasarkan gallium nitride untuk memancarkan sinar biru Input ini efektif untuk curing material dengan foto-inisiator champhoroquinone LED tidak memerlukan filter, longspan, tidak menghasilkan panas sepanas QTH Pemancar LED tidak disaring karena lebih efisien dalam mengaktivasi champhoroquinone foto-inisiator disbanding QTH Komposit cured oleh LED memiliki sifat flexural (lentur) sama dengan QTH Depth of cure dengan LED terlihat lebih tinggi F. Sifat-sifat Komposit Resin 1. Biocompatibility Bis-GMA, TEGDMA, UDMA memiliki sifat sitotoksik jika diuji pada bulk monomer Komponen komposit sedikit dapat menyebabkan alergi 2. Sifat Mekanik Knoop Hardness Knoop hardness composites lebih rendah dari enamel atau amalgam dentin Knoop hardness composite fine particle lebih besar daripada composite microfine particle 3. Sifat Fisik a. Working dan Setting Time Pengerasan beberapa menit setelah cahaya diberikan dalam intensitas tinggi Set berlanjut dalam 24 jam detik setelah penyinaran, permukaan komposit akan kehilangan kemampuan flow Setting time 3 5 menit b. Polymerization Shrinkage and Stress Komposit mengalami penyusutan volumetric setelah setting Penyinaran volumetric menghasilkan pertambahan tekanan kontraksi antara komposit dengan struktur gigi yang mengijinkan kebocoran marginal, sehingga saliva dan mikroorganisme masuk menyebabkan karies sekunder Low-shrinkage composite menunjukkan tekanan jika komposit punya modulus elastisitas tinggi Penambahan incremental dapat mengurangi penyusutan c. Sifat Thermal Konduktivitas komposit fine particle lebih besar daripada microfine particle, karena konduktivitas yang lebih besar pada anorganic filler yang dibandingkan dengan polymer matrix d. Water Sorption Penyerapan air pada komposit partikel hybrid lebih rendah dari komposit partikel microfine karena volume fraction yang lebih rendah Silane coupling agent penting untuk meminimalkan penurunan ikatan antara filler polimer dan sejumlah water sorption e. Solubility Intensitas cahaya kurang dan durasi kurang menyebabkan polimerisasi kurang pada bagian dasar Kebocoran menyebabkan penurunan ketahanan pemakaian dan abrasi komposit f. Color and Color Stability Discoloration disebabkan karena oksidasi dan hasil dari pertukaran air di dalam matriks polimer dan interaksinya dengan unreacted polimer dan initiator atau accelerator yang tidak dipakai G. Manipulasi Resin Komposit Sistem ini berupa komposit yang diaktifkan secara kimia dan dipasok dalam dua pasta. Satu pasta mengandung inisiator benzoil peroksida dan satu pasta mengandung aktivator amin tersier. a. Dalam jumlah yang sama, pasta dikeluarkan dan diletakkan pada mixing slab. b. Pencampuran dilakukan secara cepat selama detik. Pencampuran harus merata karena kehomogenan aktivator-inisiator akan mempengaruhi pemerataan polimerisasi. Untuk melakukan pencampuran, tidak dianjurkan menggunakan spatula logam karena kontaminasi logam pada komposit dapat mengakibatkan discoloration. c. Bila pengadukan telah sempurna, resin secepatnya dimasukkan ke dalam kavitas selama sifat plastis masih ada. Masuknya udara harus dihindari selama pencampuran dan pemasukan resin karena dapat menghasilkan bercak halus pada restorasi.

7 d. Material dengan viskositas tinggi sebaiknya dimasukkan ke dalam kavitas dengan menggunakan instrumen berbahan plastik. Sedangkan, material dengan viskositas rendah dapat dimasukkan dengan menggunakan suntikan. Sistem Satu Pasta Sistem ini merupakan komposit yang diaktifkan dengan sinar dan dipasok dalam suatu pasta tunggal yang tidak memerlukan pengadukan. a. Pada kavitas yang dalam, restorasi harus dibuat dalam beberapa lapisan dengan setiap lapis harus disinari sebelum lapisan berikutnya. b. Begitu memasukkan suatu lapisan, bahan dapat dibentuk sesuai bentuk yang diinginkan dan kemudian dikeraskan. c. Kemudian, dilakukan penyinaran dengan ujung sinar harus diletakkan sedekat mungkin dengan permukaan resin. Waktu pemaparan berkisar 40 detik dan ketebalan resin harus tidak lebih tebal dari 2,0-2,5 mm. Warna yang lebih gelap memerlukan pemaparan yang lebih lama. Sinar yang digunakan adalah sinar biru dengan panjang gelombang antara nm. d. Sinar yang dikeluarkan oleh unit lampu dapat menyebabkan kerusakan retina bila seseorang melihat secara langsung pada cahaya untuk periode waktu yang panjang. Untuk mencegahnya, jangan melihat langsung pada ujung sumber sinar dan minimalkan pengamatan terhadap pantulan sinar untuk periode yang lama. Bonding Agent A. Sejarah Perkembangan Bonding Agents 1. Pada tahun 1960an-1970an, yaitu generasi pertama dan generasi kedua. Tidak menganjurkan pengetsaan dentin. Mengandalkan adhesi ke smear layer. Kekuatan ikatannya masih lemah 2. Pada tahun 1980an, generasi ketiga. Awal memperkenalkan etsa asam dentin (acid etching of dentin) serta desain separate primer yang dirancang untuk menembus tubulus dentin sebagai metode untuk meningkatkan kekuatan ikatan. 3. Awal tahun 1990 dengan generasi keempat. Terbentuknya lapisan hybrid kolagen dan resin. Pada tahun ini juga diperkenalkan mengenai konsep wet bonding. 4. Pertengahan tahun 1990, generasi kelima. Mengkombinasikan primer dan perekat dalam satu botol. Mempertahankan kekuatan ikatan tinggi (high bond strength). 5. Akhir tahun 1990 sampai awal tahun 2000, generasi keenam. self-etching primer. Mengurangi kesensitivan pasca perawatan. Kekuatan ikatannya lebih rendah daripada generasi keempat dan kelima. 6. Akhir tahun 2002, generasi ketujuh. All-in-One. Mengkombinasikan etching, priming dan bonding. Bond strength nya baik. B. Komposisi Bonding Agent 1. Etchant Etching menggunakan phosphoric acid 37%, 35% atau 10% untuk demineralisasi struktur gigi, sehingga pada pori-pori gigi terbuka dan permukaan yang berhasil dietsa berwarna keputihan (frosted white). Etsa asam disebut juga conditioner. Larutan etsa merupakan cairan yang free-flowing sehingga sulit untuk mengontrol peletakannya. Gel etchant berkembang dengan penambahan sedikit microfiller/ cellulose thickening agent. Gel ini mengalir di bawah tekanan rendah. 2. Primers Primers adalah monomer, oligomer, atau polimer hidrofilik yang biasanya dibawa dalam pelarut. Pelarut yang digunakan pada primers adalah acetone, ethanol water, atau air. Pada beberapa primers level pelarut bisa mencapai 90% oleh karena itu primers memiliki evaporation rates, drying patterns, dan sifat penetrasi berbeda-beda, yang mempengaruhi kekuatan ikatan. 3. Adhesive Umumnya hidrofobik, dimethacrylate oligomer yng kompatibel dengan monomer yang digunakan di primer dan komposit. Oligomer ini dilarutkan dengan monomer dengan berat molekul yang lebih rendah. 4. Initiator dan Accelerator Sebagian bonding agent adalah light-cured dan mengandung activator, seperti camphoroquinon dan amin organic. Dual- cured bonding agent mengadung katalis untuk melakukan self-curing. 5. Fillers Walaupun sebagian besar bonding agent adalah unfilled, beberapa produk mengandung inorganic filler sekitar 0,5-40% dari beratnya. Filled bonding agent akan lebih mudah diletakan pada gigi dan menghasilkan kekuatan in vitro (in vitro strength) lebih tinggi. C. Generasi Bonding Agent Componen Komposisi Komponen Mayor 4th generation Etchant Phosphoric acid (32-37%

8 Primer Adhesive Solvent 5th generation Etchant Primer-adhesive Solvent 6th generation Acidic primer-adhesive Solvent Citric acid (10%)/ calcium chloride (20%) Oxalic acid/aluminum nitrate NTG-GMA/BPDM, HEMA/GPDM 4-META/MMA, glutaraclehyde Acetone, ethanol/water Phosphoric acid PENTA, methacrylated phosphonates Acetone, ethanol/water, solvent free Methacrylated phosphates Water D. Enamel Bonding Enamel bonding bertujuan untuk meningkatkan energi pada permukaan enamel. Jika energi permukaan tinggi, maka permukaan enamel dapat mengikat atom dalam resin bonding. Selain itu resin akan lebih mudah masuk ke porus atau celah yang berada pada permukaan enamel. Proses ini diawali oleh pengetsaan permukaan enamel dengan phosporic acid. Etsa pada enamel akan menghilangkan sebagian kecil permukaan, mengurangi enamel rods (prisma) dan membuka porositas antar rods. Waktu yang digunakan untuk pengetsaan berkisar selama detik, namun untuk anak-anak harus diatas 60 detik karena pola enamel prisma tidak teratur. Setelah itu, gigi yang telah dietsa harus dibilas selama detik. Setelah itu permukaan gigi harus dikeringkan agar dapat menerima bonding resin. Setelah itu, bonding resin akan mengalir (flow) masuk ke dalam permukaan yang tidak rata dan memenuhi porus. Setelah memasuki porus akan terjadi polimerisasi dan pada tahap ini akan dihasilkan resin macrotages. Microtag akan terbentuk pada saat bahan adhesive mengalir menuju prisma yang sudah dietsa dengan melibatkan calcium hydroxyapatite. Oleh sebab itu, untuk menghasilkan ikatan yang baik terhadap resin bonding harus dilakukan pengetsaan E. Dentin Bonding Tidak seperti enamel, dentin terdiri atas zat organic dan bonding semakin sulit. Smear layer harus dihilangkan sehingga material dapat mencapai dentin dan berikatan dengannya. Harus ada jumlah sedikit kelembaban yang dipertahankan agar tidak mongering pada gigi, dan aplikasi material harus bisa melindungi pulpa, tidak mengiritasinya. Komponen dari dentin bonding agent terdiri dari tiga komponen essensial: Primer Coupling agent Sealer Dalam literatur kedokeran gigi, primer umumnya disebut dentine conditioner, dan terdiri atas berbagai asam yang mengubah penampakan permukaan dan karakteristik dentin. Satu factor besar pembeda dentin bonding agent adalah variasi dari dentine conditioner yang telah digunakan selama ini. Ini meliputi asam malat, EDTA, asam oxalate, asam fosfat, dan asan nitrat. Apa yang mereka miliki pada umumnya adalah mereka semua asam dan mereka mengubah smear layer menjadi tingkatan yang berbeda. Pengaplikasian asam pada permukaan dentin menghasilkan reaksi asam basa dengan hidroksiapatit. Ini menyebabkan hidroksiapatit menjadi larut dan menghasilkan pembukaan tubulus dentin dan membuat permukaan dentin terdemineralisasi yang umumnya hingga kedalaman 4 μm. Semakin kuat asam, semakin terlihat efeknya. Demikian, untuk EDTA, yang merupakan asam yang tidak terlalu kuat, hanya sebagian tubulus dentin yang terbuka, sementara itu untuk asam nitrat, yang merupaka asam kuat, semakin banyak pembukaan tubulus dentin yang terjadi. Peran dari primer adalah bereaksi sebagai adhesive dalam dentin bonding agent karena mempunyai metode mengikat hidrofobik komposit dan kompomer pada hidrofilik dentin. Dengan demikian, primer berperan sebagai media penyambung dan terdiri dari monomer dua fungsi yang terlarut dalam larutan yang sesuai. Monomer dua fungsi dalam kenyataannya sebuah coupling agent yang bisa menggabungkan dua material berbeda dengan jelas. Sistuasi ini dianalogikan seperti bonding resin pada glass di komposit, dimana silane coupling agent digunakan. Rumus umum untuk coupling agent dalam dentine conditioner sebagai berikut: Methacrylate Group Spacer group-reactive group M-S-R Methacrylate group (M) mempunyai kemampuan untuk mengikat resin komposit dan menyediakan ikatan kovalen. Methacrylate group harus mampu menyediakan metode yang memuaskan untuk polimerisasi dengan resin pada komposit. Spacer group harus bisa menyediakan fleksibelitas yang dibutuhkan terhadap coupling agent untuk meningkatkan potensi untuk mengikat reactive group. Reactive

9 group (R),merupakan polar pendent- atau end group. Ikatan polar akibat dari distribusi elektron asimetris dalam ikata. Reaksi polar terjadi sebagai akibat tekanan tarik-menarik anatar positif dan negative dalam molekul. Dengan demikian, polar pendent- dan end group di atas coupling agent bisa menggabungkan dengan molekul polar serupa dalam dentin, seperti grup hidroksi di atas apatit dan grup amino di atas kolagen. Daya tarik mungkin secara fisik sepenuhnya tetapi dalam beberapa hal, menghasilkan formasi dalam ikatan kimia. Sifat dari reactive group ini akan menentukan apakah ikatan akan pada apatit di dalam dentin atau pada kolagen. Dalam beberapa kasus, keduanya bisa terlibat. Sangat penting bahwa primer mampu menembus seluruhnya ked lam dan memenuhi lapisan kolagen yang terdemineralisasi. Jika ini tidak terjadi kemudian lapisan tipis kolagen yang terdemineralisasi akan tersisa. Lapisan ini tidak akan memperkuat resin dan akan membentuk daerak interfacial yag lemah. Aagar mencapai kedalam penembusan yang bagus, oleh karena itu coupling agent dilarutkan dalam pelarut, seperti etanol atau aseton. Pelarut sangat efektif dalam mengeluarkan air dan menggantinya, membawa coupling agent bersama dengannya dan menembus dentin yang terdemineralisasi. Dentin sealer yang terbaru menggunakan light atau dial cured unfilled Bis-GMA atau UDMA resin. Walaupun aplikasi dari unfilled resin secara langsung ke permukaan dentin yang tereaksi dengan asam, akan menghasilkan susuna resin-tag. Perbedaan besar antara tidak menggunakan primer, hidrofobik resin akan beradaptasi dengan lemah pada hidrofilik dentin. Ketika primer digunakan, aksinya untuk membuat permukaan dentin semakin hidrofobik, dengan demikian mencegah resin menyusut dari dinding dalam tublus dentin dan menjamin susunan struktur fitting resin-tag dengan kuat. Permukaan dentin is thus thoroughly sealed dengan resin yang terikat pada dentin melalui coupling agent pada primer. Sealer ini akan dengan mudah mengikat resin komposit. AMALGAM Amalgam adalah alloy dari merkuri dengan satu logam lain atau lebih. Dental amalgam mengacu pada sebuah jenis amalgam yang digunakan sebagai bahan tambal logam. Indikasi Amalgam digunakan untuk: - Tumpatan langsung, permanen, dan posterior - Penutup apeks akar setelah melakukan retrogade filling material - Sebagai tumpatan bagian lingual gigi anterior dengan kavitas kecil Kontraindikasi Amalgam tidak boleh digunakan untuk: - Pada anak-anak usia dibawah 6 tahun - Pada permukaan proksimal yang bersebelahan dengan tumpatan logam berbeda - Pada pasien yang memiliki alergi terhadap amalgam - Tumpatan yang mementingkan segi estetika. Kelebihan - Cara penggunaan mudah - Tidak terlalu sensitif terhadap teknik pengerjaan apabila dibandingkan dengan resin komposit yang jika terjadi sedikit kesalahan dalam satu tahapan akan memengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambalnya - Resistensi terhadap fraktur baik - Daya tahan sangat memuaskan, berpotensi untuk tahan sampai dua puluh lima tahun - Kuat untuk menahan beban oklusal bila ditempatkan dengan benar - Biaya paling murah dibandingkan bahan tumpatan langsung lain (ekonomis) - Dapat korosi dengan cepat di dalam lingkungan mulut, namun produk korosi ini akan menyumbat tepi-tepi yang berpotensi menimbulkan microleakage pada tiga minggu pertama semenjak penumpatan sehingga amalgam sangat resisten terhadap recurrent caries Kekurangan - Secara estetis, kehadiran amalgam dalam lingkungan mulut sangat tidak diharapkan - Berwarna abu-abu tua dan akan semakin gelap seiring terjadinya korosi - Melepas ion metalik ke sekeliling dentin, sehingga menyebabkan timbulnya warna biru pada struktur gigi yang tersisa - Reproduksi bentuk anatomis oklusal dan proksimal sulit diperoleh - Dapat menimbulkan alergi pada pasien yang mengidap alergi terhadap logam - Tidak boleh dibuang sembarangan karena mengandung merkuri - Pada awal pemakaian, pasien sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap panas dan dingin Komposisi

10 Amalgam terdiri atas: a) merkuri: unsur khas dalam amalgam, terdapat dalam bentuk cairan/liquid b) amalgam alloy: campuran partikel-partikel logam padat. Menurut American National Standards Institute / American Dental Association (ANSI/ADA) No. 1 (ISO 24234), amalgam harus mengandung perak (Ag), timah (Sn), dan tembaga (Cu) sebagai bahan utamanya dan dapat mengandung indium, paladium, platina, seng, atau merkuri dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan komponen utamanya. Unsur-unsur yang terdapat pada amalgam: - Perak Perak meningkatkan kekuatan, meningkatkan setting ekspansi, mengurangi setting time, melindungi amalgam dari tarnish dan korosi, dan mengurangi flow. - Timah Timah membantu pembentukan komponen Ag-Sn (fasa gama yang bereaksi dengan merkuri). Semakin banyak timah, maka akan semakin rentan terhadap korosi. Timah juga meningkatkan setting time amalgam, namun mengurangi kekuatan, kekerasan, dan setting ekspansi amalgam. - Tembaga Tembaga mengurangi tarnish, korosi, dan creep, serta menguatkan amalgam. - Seng Seng dalam amalgam dapat menunda proses ekspansi jika pada saat kondensasi amalgam bercampur dengan cairan yang berbahan dasar air, seperti darah atau saliva. Oleh karena itu, praktisi kedokteran gigi perlu mengetahui apakah amalgam tersebut mengandung seng atau tidak. Jika ya, rubber dam perlu digunakan untuk mengisolasi. - Merkuri Merkuri memiliki titik beku -38,87 o C dan merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu ruangan. Menurut ketentuan ANSI/ADA, merkuri harus memiliki sifat: 1) Permukaan bersih dan memantulkan cahaya 2) Tidak ada bukti kontaminasi yang terlihat, karena merkuri yang sangat murni akan memperlihatkan bercak-bercak jika mengontaminasi logam sehingga menghasilkan permukaan yang kusam. Ketidakmurnian ini dapat mengurangi laju pencampuran. 3) Residu yang bersifat tidak mudah menguap <0,02% Fasa-fasa dalam Amalgam Dalam reaksinya dengan merkuri, alloy membentuk fasa-fasa yang disimbolkan dengan menggunakan huruf Yunani. Kode Fasa atau komponen γ gamma Ag 3Sn ε epsilon Cu 3Sn Berat% Ag Sn Cu Hg d dispersan γ 1 gama satu γ 2 gama dua η eta prime Ag-Cu eutektik Ag 2Hg Sn 7-8Hg Cu 6Sn a) Fasa pada alloy yang belum/tidak bereaksi Ketika merkuri bereaksi dengan partikel-partikel, logam dalam alloy biasanya hadir dalam bentuk fasa-fasa seperti di atas. Fasa γ dan ε ada di seluruh alloy yang belum bereaksi, sedang fase dispersant hanya ada di high copper. b) Fasa pada reaksi amalgamasi Pada amalgamasi, merkuri berkontak dengan partikel alloy sehingga membentuk fasa γ 1 dan η yang berada pada semua amalgam, dan produk γ 2 yang hanya ada pada low-copper amalgam. Klasifikasi Dental Amalgam Alloy a) Berdasarkan kandungan tembaga dan bentuk partikel Amalgam alloy dibagi dua berdasarkan kandungan tembaganya. - Low copper: jika kandungan tembaga 5% - High-copper: kandungan tembaga 13% - 30%, lebih dari 90% dental amalgam merupakan jenis ini.

11 Ada tiga jenis bentuk partikel amalgam alloy: - Lathe-cut (gambar A): merupakan partikel yang memiliki bentuk yang tidak beraturan. Terbentuk dengan pemotongan ingot alloy. - Spherical (gambar B): merupakan partikel yang memiliki bentuk bulat seperti bola. Terbentuk dengan atomisasi alloy ke dalam aliran gas. - Admixed (gambar C): partikel-partikel bercampur antara spherical dan lathe-cut. Berdasarkan kandungan tembaga dan bentuknya, amalgam alloy diklasifikasikan sebagai berikut. - Low-copper alloy Merupakan alloy yang memiliki kandungan tembaga sama dengan atau kurang dari 5%. Partikel-partikelnya bisa berbentuk spherical atau lathe-cut (salah satunya). Masing-masing bentuk mengandung perak dan timah dengan perbandingan yang mirip komponen intermetalik Ag3Sn. - High-copper alloy Merupakan alloy yang memiliki kandungan tembaga 13%-30%. High-copper alloy memiliki sifat fisik dan kimia yang lebih baik dibandingkan low-copper alloy karena ketidakhadiran fasa gama dua, sehingga mengurangi korosi dan creep (mulur). Terbagi menjadi dua: high-copper admixed alloy: bentuk partikel bercampur antara spherical dan lathe-cut. Jika komposisi Ag:Sn pada partikel berbeda, disebut admixed regular, sedangkan jika sama disebut admixed unicompositional. high-copper unicompositional alloy: partikel-partikelnya semua berbentuk spherical dengan komposisi Ag:Sn sama b) Berdasarkan kandungan seng - Zinc containing alloys: jika alloy mengandung >0,01% seng - Non zinc alloys: jika alloy mengandung <0,01% seng c) Berdasarkan keberadaan fasa gama dua (γ 2) - γ 2 containing: mengandung fasa gama dua, yaitu pada low copper amalgam - γ 2 free: tidak mengandung gama dua, yaitu pada high-copper amalgam Sifat Menurut ANSI/ADA, ada tiga sifat yang menentukan kualitas amalgam. (1) Kekuatan kompresi: setelah setting selama 1 jam minimal 80 MPa dan setelah 24 jam 300 MPa (2) Creep: maksimal 1% (3) Perubahan dimensi: setelah 5 menit sampai 24 jam berkisar antara -15 hingga +20 µm/cm. Sifat-sifat pada amalgam akan dijelaskan lebih lanjut. a) Sifat fisis - Creep/mulur Creep/mulur adalah deformasi progresif yang permanen pada amalgam ketika material diberi tekanan atau beban. Tekanan kunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. Low-copper amalgam memiliki nilai creep lebih tinggi 2,5% dibandingkan high-copper, dan menyebabkan lebih tingginya marginal fracture. - Dimensional change Terjadi kontraksi awal pada 20 menit setelah triturasi karena merkuri berdifusi ke dalam perak dan timah, lalu campuran tersebut larut dalam merkuri. Lalu setelahnya akan terjadi ekspansi karena kristalisasi fasa-fasa baru ini. Setelah enam hingga delapan jam, amalgam tidak akan mengalami perubahan dimensi atau dengan kata lain konstan. Faktor yang memengaruhi perubahan dimensi pada amalgam antara lain: jenis alloy yang digunakan: spherical lebih berkontraksi dibandingkan lathe cut atau admixed teknik kondensasi: semakin banyak merkuri yang dihilangkan dari alloy, semakin berkontraksi waktu triturasi: overtrituration akan menyebabkan kontraksi adanya seng dapat menyebabkan penundaan ekspansi selama 3-5 hari setelah penumpatan jika selama kondensasi atau triturasi, zinc-containing amalgam berkontak dengan darah atau

12 saliva. Penundaan ini diakibatkan karena seng bila bertemu dengan cairan berbahan dasar air akan membentuk seng oksida dan hidrogen. Ekspansi ini dapat menyebabkan sakitnya pulpa. Komposisi alloy: makin banyak perak akan semakin banyak ekspansi, makin banyak timah akan semakin sering kontraksi b) Sifat mekanis - Rigiditas/kekakuan Sifat rigiditas penting untuk restorasi daerah yang menerima beban kunyah. Modulus elastisitas amalgam besarnya sekitar GPa. Modulus elastisitas pada high-copper amalgam lebih besar dibandingkan low-copper, sehingga high-copper amalgam lebih kaku dibandingkan low-copper. - Compressive strength/daya tekan Amalgam merupakan bahan tambal logam yang paling kuat terhadap tekanan/kompresi, sehingga dapat digunakan untuk gigi posterior yang mengalami tekanan kunyah kuat. Jenis amalgam yang memiliki compressive strength paling tinggi adalah jenis high-copper unicompositional, yaitu 250 MPa setelah satu jam setting dan 450 MPa setelah tujuh hari setting. - Tensile strength/daya regang Nilai kekuatan tarik amalgam lebih kecil dibandingkan kekuatan kompresinya. Untuk mencegah terjadinya fraktur, material yang bersifat rapuh memerlukan dukungan yang cukup. Tensile strength pada setiap jenis amalgam bervariasi, dan jenis high-copper unicompositional masih paling tinggi. - Ekspansi termal Koefisien linier dari ekspansi termal amalgam adalah 25 mm/mm/ o C x 10-6 c) Sifat kimia - Korosi Korosi adalah serangan penghancuran dari sebuah logam oleh reaksi kimia atau elektrokimia dengan lingkungannya. Korosi berlebihan dapat menyebabkan amalgam kehilangan kekuatan, peningkatan porositas, penurunan integritas amalgam, dan lebih lanjut dapat menyebabkan lepasnya amalgam ke lingkungan mulut. Urutan kekebalan fasa dari yang paling kebal sampai yang kurang terhadap korosi adalah γ 1, γ, Ag 3Cu 2, ε, η, γ 2. Fasa γ 2 merupakan fasa yang paling mudah korosi, karena timah dalam fasa tersebut membentuk timah oksiklorida dan melepaskan merkuri. Reaksi pada low-copper amalgam: Sn 7-8 Hg + ½ O 2 + H 2 O + Cl Sn 4 (OH) 6 Cl 2 + Hg Untuk high-copper amalgam yang tidak memiliki fasa gama dua, yang beraksi dalam proses korosi adalah fasa eta prime (η ) dengan reaksi: Cu 6 Sn 5 + ½ O 2 + H 2 O + Cl - CuCl 2.3Cu(OH) 2 + SnO - Tarnish Amalgam sangat mudah mengalami perubahan warna setelah jangka waktu pemakaian yang lama. Tarnish muncul dari korosi permukaan yang disebabkan oleh oksidasi fasa Sn-Hg dalam low-copper amalgam, atau fasa yang mengandung Cu pada high-copper dengan pembentukan sebuah lapisan tipis oksida, sulfida, dan hidroksida. Tarnish pada high-copper amalgam berhubungan dengan fasa eta prme dan dispersan, sedangkan pada low copper fasa gama akan lebih sering mengalami tarnish dibanding fasa gama satu. d) Sifat biologis (biokompatibilitas) - Alergi

13 Amalgam dapat menyebabkan alergi yang bercirikan kemerahan, bersin-bersin, sulit bernapas, bersin-bersin, pembengkakan, atau gejala lainnya. Alergi ini biasanya timbul dalam 1-2 hari setelah tumpatan dan biasanya ketika amalgam sudah setting sempurna, lesi akan berkurang. - Amalgam tatoo Adalah terjebaknya komponen amalgam dalam jaringan mulut. Penyebabnya adalah pecahan amalgam yang masuk ke dalam luka, pecahan amalgam yang dipaksa masuk ke dalam mukosa, dan amalgam berlebih yang tertinggal dalam jaringan saat retrograde filling apeks. Amalgam tatoo akan terlihat seperti pigmentasi biru/hitam/abu-abu yang sedikit menonjol di sekitar tumpatan amalgam. - Merkuri Merkuri dalam keadaan bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat meracuni tubuh oleh karena itu merkuri di dalam amalgam dianggap berbahaya. Bahaya merkuri ini tidak hanya mengancam kesehatan pasien tetapi juga dokter gigi itu sendiri, uap merkuri yang terhirup pada saat mengaduk amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif pada dokter gigi tersebut. Merkuri yang terkandung dalam amalgam memamg dapat melakukan penetrasi ke dalam struktur gigi. Merkuri yang telah masuk ke dalam dentin dapat menyebabkan terjadinya diskolorisasi pada gigi,. Tidak hanya itu saja merkuri juga dapat berpenetrasi sampai pada pulpa gigi sehingga malah terjadi inflamasi pada gigi tersebut. Selain itu, tumpatan amalgam juga melepaskan sebagian kecil merkuri pada saat penguyahan makanan sehingga sebagian merkuri masuk dalam tubuh. Keraguan atas tingkat biokompatibilitas amalgam terhadap kesehatan tubuh seharusnya tidak perlu terjadi karena sebetulnya mengenai kemungkinan reaksi toksik pada pasien akidat penetrasi merkuri pada gigi serta alergi yang ditimbulkannya belum begitu jelas. Kontak pasien dengan uap merkuri selama pengisian tumpatan amalgam begitu singkat dan jumlah uap merkuri begitu kecil untuk dapat membahayakan tubuh. Bahaya pemakaian amalgam telah banyak dipelajari, perkiraan yang paling bisa diandalkan adalah bahwa merkuri dari tumpatan amalgam tidak cukup signifikan untuk dapat meracuni pasien. Manipulasi Proses pembentukan amalgam disebut amalgamasi. Secara garis besar, komponen utama alloy (Ag 3Sn) akan bereaksi dengan merkuri membentuk fase matriks utama pada amalgam (Ag 2Hg 3). a) Desain kavitas pada gigi Sebelum dilakukan penumpatan dengan amalgam, gigi harus dibersihkan dari jaringan karies. Jika tidak ada adhesi, perlu dilakukan penghilangan enamel di sekitar margin dan usahakan sudut marginal amalgam sedikitnya 70 o untuk meminimalisasi marginal fracture. b) Triturasi Adalah proses pencampuran merkuri dengan dental amalgam alloy. Proses triturasi berfungsi untuk mencampur bahan-bahan penyusun amalgam, membasahi seluruh permukaan alloy dengan merkuri, serta untuk menghilangkan lapisan oksida permukaan pada partikel-partikel alloy. Dulu, triturasi dilakukan secara manual menggunakan mortar dan pestle. Pada jaman sekarang, proses triturasi dilakukan dengan menaruh merkuri dan alloy menggunakan menggunakan amalgamator. Alloy dan merkuri ditaruh di dalam sebuah kapsul. Setelah diletakan dalam amalgamator, kapsul akan dipegang secara erat dan dalam kecepatan tinggi sehingga triturasi dapat dicapai. Kita hanya perlu mengatur waktu triturasinya saja. Pada amalgamator yang lebih modern, terdapat dua atau lebih pilihan kecepatan. Waktu triturasi yang normal adalah 8 detik. Jika waktu triturasi lebih sedikit atau mengalami undertrituration, jika lebih namanya overtrituration. - Undertrituration Jika undertrituration, permukaan alloy tidak mengalami wetting oleh merkuri secara sempurna, sehingga hubungan antara fasa matriks (gama 1) dengan partikel akan lemah. Hal ini dapat menyebabkan kekuatan melemah, porositas meningkat, korosi meningkat. Ciri khas dari amalgam yang undertrituration adalah permukaan lebih kasar, kering, dan jika dijatuhkan dari ketinggian 30cm akan hancur. - Normal Permukaan alloy terbasahi secara sempurna dengan merkuri. Ciri-cirinya berbentuk bulat setelah dikeluarkan dalam kapsul, mudah dikondensasikan, tetap bulat (hanya sedikit memipih) jika dijatuhkan dari ketinggian 30cm dan permukaannya tetap basah. - Overtrituration

14 Amalgam akan mengalami kekurangan plastisitas, working time memendek, dan kontraksi akhir meningkat. Ciri khas amalgam yang mengalami overtrituration adalah terasa panas, sulit dikeluarkan dari kapsul Reaksi selama triturasi akan berbeda tergantung jenis amalgam. - Reaksi low-copper amalgam alloy dengan mercury: γ (Ag 3 Sn) + Hg γ 1 (Ag 2 Hg 3 ) + γ 2 (Sn 7-8 Hg) + γ yang tidak bereaksi Pada low-copper amalgam, fasa yang dominan adalah fasa gama 1 (sekitar 54%-56% dari volume total). Fasa gama 27%-35% dan fasa gama 2 11%-13%. Selama pencampuran, merkuri berdifusi ke dalam partikel-partikel alloy dan bereaksi dengan partikel perak dan timah. Difusi ini akan membentuk: - Gabungan perak-merkuri = Ag 2Hg 3 = fasa gamma satu (γ 1) - Gabungan timah-merkuri = Sn7-8Hg = fasa gamma dua (γ 2) Semakin lama pencampuran, kristal γ 1 dan γ 2 yang terbentuk akan semakin banyak sehingga amalgam menjadi keras dan kuat. Rentang waktu antara selesai triturasi hingga amalgam mengeras disebur working time. - Reaksi high-copper amalgam alloy dengan mercury: Perbedaan utama antara low copper dan high copper tidak hanya dari persentase jumlah tembaga, tetapi juga dari efek tembaga pada restorasi amalgam. Adanya tembaga menyebabkan berkurangnya y2 (Sn 7-8Hg) setelah beberapa jam terbentuk. Sn 7-8Hg adalah bentuk yang paling mudah terkorosi dan menyebabkan waktu penggunaan menjadi lebih singkat. Pada high-copper admixed alloy, merkuri bereaksi lebih banyak dengan timah (Ag 3Sn). γ (Ag 3 Sn) + Eutetic (Ag-Cu) + Hg γ 1 (Ag 2 Hg 3 ) + η (Cu 6 Sn 5 ) + γ yang tidak bereaksi + Ag-Cu yang tidak bereaksi Pada high-copper unicompositional alloy, alloy mengandung ε (Cu3Sn) lebih banyak dibanding γ. Partikel-partikel yang berbentuk spherical ini umumnya cepat dingin, sehingga ε akan terlarut dalam γ. Ketika pencampuran, merkuri akan berdifusi ke partikel-partikel γ dan ε sehingga menghasilkan γ 1 dan η. Reaksi terjadi pada cincin di sekitar partikel spherical sehingga γ dan ε tidak ada yang tersisa di bagian cincin ini. Reaksi: [γ (Ag 3 Sn) + ε (Cu 3 Sn)] + Hg γ 1 (Ag 2 Hg 3 ) + η (Cu 6 Sn 5 ) + [γ dan ε yang tidak bereaksi] Jadi, reaksi merkuri dengan high-copper alloy, baik admixed maupun unicompositional, akan menghasilkan η dibandingkan γ 2. c) Kondensasi Kondensasi adalah peletakan amalgam secara inkremental dalam kavitas dan penekanan tiap inkrement ke inkremen sebelumnya. Kondensasi bertujuan untuk memadatkan alloy ke kavitas yang telah disiapkan, meminimalisasi rongga dan lapisan antara inkremen, mengadaptasikan amalgam ke margin, dinding, dan sudut kavitas, serta menghilangkan kelebihan merkuri yang tidak bereaksi. Kekuatan amalgam pun akan meningkat dan creep akan berkurang setelah proses kondensasi yang benar. Setelah dicampur, kondensasi amalgam harus dilakukan dengan segera. Semakin lama amalgam didiamkan, kekuatannya akan semakin berkurang. Karena itu, kondensasi harus dilakukat secepat mungkin dan selesai dalam waktu 3 hingga 4 menit setelah triturasi. Amalgam dikondensasi dengan menggunakan amalgam plugger. Amalgam yang baru saja dicampur tidak boleh disentuh dengan tangan kosong karena mengandung merkuri bebas, karena itu diharuskan memakai sarung tangan. Amalgam dikondensasikan secara inkremental, dan dimulai dari tengah hingga ke pinggir dan dinding kavitas. Setelah kondensasi, permukaan amalgam akan tampak mengkilap. d) Carving and Polishing Setelah dikondensasi, tumpatan diukir untuk membentuk struktur anatomis gigi yang seharusnya. Sebelumnya, amalgam dapat diburnish terlebih dahulu (precarve burnish) menggunakan burnisher besar selama 15 detik dan tekanannya ringan dari arah tengah restorasi ke luar (arah margin). Precarve burnish ini bertujuan untuk membuat merkuri berlebih. Jika carving terlalu dalam, amalgamnya dapat terkikis. Jika pada daerah marginal amalgam terlalu tipis, fraktur dapat terjadi

BAB 2 DENTAL AMALGAM. Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang

BAB 2 DENTAL AMALGAM. Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang BAB 2 DENTAL AMALGAM 2.1 Pengertian Dental Amalgam Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang salah satunya adalah merkuri. Kata amalgam juga didefenisikan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Resin Komposit Istilah komposit adalah kombinasi dua bahan atau lebih yang memiliki sifat berbeda untuk mendapatkan sifat yang lebih baik 7. Contoh bahan komposit alamiah adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI II.1 Tinjauan Pustaka Bahan tumpat gigi merupakan material kedokteran gigi yang digunakan untuk menumpat gigi yang telah berlubang. Bahan tumpat gigi yang paling

Lebih terperinci

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari BAB 2 RESIN KOMPOSIT Pencapaian estetik dan tidak dipakainya merkuri merupakan karakteristik yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari dan terkenal diantara para

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 22 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kebocoran mikro pada tumpatan GIC Fuji IX, GIC Fuji II, dan GIC Fuji II LC. Kebocoran mikro tersebut dapat terdeteksi dengan terlihatnya

Lebih terperinci

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit. BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN Resin komposit merupakan resin akrilik yang telah ditambah dengan bahan lain seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit. 2.1 Komposisi Resin Komposit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit Istilah bahan komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis bahan restorasi di bidang kedokteran gigi semakin banyak tersedia dengan berbagai macam karakteristik, yaitu komposisi, sifat, struktur, kelebihan dan kekurangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin komposit merupakan material restorasi sewarna gigi yang pada awalnya hanya digunakan sebagai bahan restorasi gigi anterior. Sampai saat ini resin komposit

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN ADHESIF. Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti menyatukan

BAB 2 BAHAN ADHESIF. Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti menyatukan BAB 2 BAHAN ADHESIF Salah satu material restorasi yang sering dipakai pada bidang keokteran gigi adalah resin komposit. Bahan resin komposit tersebut berikatan dengan struktur gigi melalui bahan adhesif.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Semen ionomer kaca telah digunakan secara luas dibidang kedokteran gigi. Sejak diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Ionomer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan restorasi resin komposit pertama sekali diperkenalkan oleh Bowen pada tahun 1962. 1 Resin komposit merupakan suatu bahan restorasi yang memiliki banyak kelebihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer digunakan oleh dokter gigi, terutama untuk merestorasi gigi anterior karena memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) SIKMR merupakan modifikasi dari semen ionomer kaca dan monomer resin sehingga bahan ini memiliki sifat fisis yang lebih baik dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama restorasi pada daerah yang tidak mendapat tekanan besar (Zoergibel dan Illie, 2012). Terlepas dari

Lebih terperinci

BAB 3 KONDENSASI PADA DENTAL AMALGAM. 3.1 Pengertian Kondensasi Amalgam. yang sudah dipreparasi dengan menggunakan alat yang disebut condenser.

BAB 3 KONDENSASI PADA DENTAL AMALGAM. 3.1 Pengertian Kondensasi Amalgam. yang sudah dipreparasi dengan menggunakan alat yang disebut condenser. BAB 3 KONDENSASI PADA DENTAL AMALGAM 3.1 Pengertian Kondensasi Amalgam Kondensasi merupakan penekanan amalgam setelah triturasi pada kavitas gigi yang sudah dipreparasi dengan menggunakan alat yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem adhesif dalam kedokteran gigi telah dipakai selama 30 tahun terakhir. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat diandalkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diantaranya perak (Ag), timah (Sn), tembaga (Cu), seng (Zn) bahan-bahan lain

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diantaranya perak (Ag), timah (Sn), tembaga (Cu), seng (Zn) bahan-bahan lain BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Amalgam Amalgam adalah bahan tambalan berupa campuran beberapa logam, diantaranya perak (Ag), timah (Sn), tembaga (Cu), seng (Zn) bahan-bahan lain seperti gallium, indium,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan atau kombinasi dua atau lebih bahan kimia yang berbeda dengan sifat- sifat unggul atau lebih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. 27 Dewasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. 27 Dewasa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan bahan restorasi estetik mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. 27 Dewasa ini, bahan restorasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Gigi desidui berada pada rongga mulut dalam waktu yang singkat tetapi ketika terjadi karies, gigi desidui perlu mendapatkan perhatian khusus terutama dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan restorasi gigi ada dua macam, yaitu restorasi langsung dan restorasi tidak langsung. Restorasi langsung adalah restorasi gigi yang dapat dibuat langsung

Lebih terperinci

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien dan dokter gigi mempunyai berbagai pilihan dalam memilih bahan material dan prosedur dalam merawat lesi karies atau gigi yang hilang.perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemakaian tumpatan sementara sangat diperlukan dalam bidang kedokteran gigi. Tujuan tumpatan sementara adalah menutup rongga jalan masuk saluran akar, mencegah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahkota gigi tiruan cekat merupakan suatu restorasi tetap yang menutupi permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi, kontur, serta melindungi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Material komposit sudah digunakan dibidang kedokteran gigi untuk merestorasi gigi sejak Bowen memperkenalkannya pada awal tahun 1960an (Joshi, 2008). Sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi mengembangkan berbagai jenis material restorasi sewarna gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi mengembangkan berbagai jenis material restorasi sewarna gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu dan teknologi di bidang kedokteran gigi semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan tersebut, masyarakat pun semakin sadar akan pentingnya faktor estetika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan semen resin semakin berkembang luas sebagai bahan sementasi baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen resin mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia kedokteran gigi seiring dengan perkembangan pada sistem dental adhesive, meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebocoran mikro Kebocoran mikro adalah mengalirnya cairan oral serta bakteria dan toksinnya ke dalam celah mikroskopis yang terletak antara permukaan gigi yang dipreparasi dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemutihan gigi adalah prosedur yang telah digunakan pada bidang kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin banyak dilakukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 2

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 2 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 2 Topik : Amalgam Kelompok : II-7 Tgl. Praktikum : 11 Oktober 2011 Pembimbing : Asti Meizarini, drg., MS Penyusun : 1. ILFI KARICHMA Y 021011112 2. ANNETE NABILA 021011113

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan restorasi yang memiliki nilai estetis yang tinggi merupakan keinginan masyarakat saat ini. Penggunaan resin komposit sebagai bahan restorasi di bidang kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan karena adanya aktivitas suatu jasad renik yang ditandai dengan demineralisasi atau hilangnya mineral

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat beberapa tahun terakhir. Teknologi bahan restorasi berkembang dari aspek kualitas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bidang kedokteran gigi bukan hanya mencakup tindakan preventif, kuratif dan promotif, melainkan juga estetik, menyebabkan kebutuhan terhadap restorasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Resin Komposit Resin komposit adalah gabungan dari partikel pengisi (filler) anorganik yang keras dengan matriks polimer organik resin yang lunak. Umumnya matriks resin dijumpai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun terakhir, ketertarikan pasien meningkat terhadap perawatan gigi estetik termasuk pemutihan gigi yang mengalami perubahan warna. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan baru di berbagai bidang tak terkecuali bidang kedokteran gigi. Terobosan baru senantiasa dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan bahan restorasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kekuatan mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan gigi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa ini, material restorasi resin komposit telah menjadi pilihan bagi para dokter gigi untuk merestorasi lesi karies pada gigi anterior sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan merupakan warna gigi normal manusia. Warna gigi ini ditentukan oleh warna dentin yang melapisi di

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk 18 I. Pendahuluan A. Latar Belakang Perkembangan bidang kedokteran gigi bukan hanya mencakup tindakan preventif, kuratif dan promotif, melainkan juga estetik, menyebabkan kebutuhan terhadap restorasi estetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal utama yang harus dimiliki seorang dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan restorasi yang sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah penyakit infeksi gigi dan mulut yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan warna yang terjadi pada gigi sering menimbulkan masalah estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan karena banyak orang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan restorasi yang digunakan untuk menggantikan struktur jaringan keras gigi yang hilang harus memiliki karakteristik yang mendekati gigi asli. Salah satu bahan restorasi estetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Resin komposit merupakan salah satu bahan restorasi yang sering digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena memiliki nilai estetis yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Senyum yang sehat adalah senyum yang terbentuk dari jaringan mulut yang sehat. Setiap orang mendambakan memiliki gigi yang sehat dan putih berseri karena selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Estetik gigi geligi dewasa ini sangat diperhatikan dalam menunjang penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek yang diperhatikan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 23 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 4.2 Sampel Penelitian dan Bahan Uji Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi premolar manusia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Resin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Resin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan bahan restorasi estetik mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Resin komposit berkembang sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penilitian Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen dan semen ionomer kaca tipe 1 terhadap restorasi indirect veneer resin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi adalah proses penghancuran atau perlunakan dari email maupun dentin. Proses tersebut terjadi karena demineralisasi yang progresif pada jaringan keras dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan restorasi yang baik dan dapat mengembalikan estetik merupakan kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit sangat populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki berbagai macam masalah kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T Indonesia pada Riset

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahan restorasi di bidang kedokteran gigi yang saat ini banyak digunakan adalah resin komposit. Hal ini berhubungan dengan estetik yang didapatkan dari restorasi resin

Lebih terperinci

3 Universitas Indonesia

3 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kaca (SIK) Semen Ionomer Kaca (SIK) pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971, yang terdiri dari bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan larutan

Lebih terperinci

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit Nevi Yanti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Beberapa tahun belakangan ini, penggunaan resin komposit telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin komposit mulai banyak digunakan sebagai bahan restorasi anterior maupun posterior karena permintaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Veneer a. Definisi Veneer adalah bahan lapisan sewarna gigi untuk mengembalikan kerusakan lokal atau umum dan perubahan warna instrinsik. Biasanya, veneer

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit 2.1.1 Definisi Resin Komposit Resin Komposit merupakan gabungan atau kombinasi dua atau lebih bahan kimia berbeda dengan sifat-sifat unggul atau lebih baik dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit Perkembangan resin komposit sebagai bahan restorasi dimulai dari akhir tahun 1950-an dan awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Ortodontik Ortodontik berasal dari Bahasa Yunani, ortho yang berarti lurus atau teratur, dan odons berarti gigi. Sehingga, ortodontik merupakan spesialisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Sistem adhesif dalam kedokteran gigi telah dipakai selama 30 tahun terakhir. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat diandalkan dan bertahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat akan penampilan terus meningkat saat ini, tuntutan pasien akan penampilan gigi yang baik juga sangat tinggi. Salah satu perawatan gigi yang

Lebih terperinci

DENTAL AMALGAM. HENU SUMEKAR,drg., Sp.KG

DENTAL AMALGAM. HENU SUMEKAR,drg., Sp.KG DENTAL AMALGAM HENU SUMEKAR,drg., Sp.KG PENDAHULUAN Ditemukan oleh Bell dari Inggris pd Th 1819 sebagai silver amalgam. Sebelum ditemukan silver amalgam, cara menumpat gigi dilakukan memakai emas yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap yaitu preparasi, sterilisasi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap yaitu preparasi, sterilisasi dan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Perawatan saluran akar bertujuan untuk mempertahankan fungsi gigi. Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap yaitu preparasi, sterilisasi dan obturasi saluran akar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Estetika dalam bidang kedokteran gigi tidak dapat dilepaskan dari estetika secara universal. Samra dkk. (2007) mengatakan bahwa warna, bentuk dan tekstur permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem stomatognasi dalam kedokteran gigi merupakan ilmu yang di

BAB I PENDAHULUAN. Sistem stomatognasi dalam kedokteran gigi merupakan ilmu yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem stomatognasi dalam kedokteran gigi merupakan ilmu yang di dalamnya mempertimbangkan hubungan antara gigi geligi, rahang, persendian temporomandibula, kraniofasial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan masalah di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh bakteri, jaringan host, substrat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Jenis bahan restorasi dibidang kedokteran gigi semakin banyak tersedia dengan berbagai macam karakteristik. Perkembangan bahan restorasi kedokteran gigi dimulai ketika Bowen (1960)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan merestorasi gigi tidak hanya untuk menghilangkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya (Ford, 1993).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin komposit secara luas telah digunakan untuk merestorasi lesi karies di daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut untuk berikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang semakin tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang semakin tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi antara lain dapat disebabkan oleh karies, penyakit periodontal, trauma dan atrisi berat. Selain itu, meningkatnya usia sering dihubungkan dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karies dini, tersedia dalam bentuk bahan resin maupun glass ionomer cement dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karies dini, tersedia dalam bentuk bahan resin maupun glass ionomer cement dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Fissure sealant Fissure sealant merupakan salah satu bahan kedokteran gigi untuk pencegahan karies dini, tersedia dalam bentuk bahan resin maupun glass ionomer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyempitan saluran pernapasan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain kavitas Kelas II konvensional berbentuk box dan bahan restorasi resin komposit tidak selalu kompatibel karena (1) kebocoran tepi gingival (gingival marginal),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Veneer a. Pengertian Veneer adalah sebuah bahan pelapis yang sewarna dengan gigi diaplikasikan pada sebagian atau seluruh permukaan gigi yang mengalami cacat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan suatu kerusakan jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu mikroorganisme yang ditandai dengan demineralisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dalam kedokteran gigi seiring dengan perkembangan pada sistem dental adhesive. Selain itu kebutuhan masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang membutuhkan perawatan saluran akar pada umumnya mengalami kerusakan pada jaringan pulpa dan mahkota, baik karena proses karies, restorasi sebelumnya atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan meningkatnya ekspektasi pasien, seorang dokter gigi dalam mengambil keputusan untuk merestorasi gigi tidak hanya mempertimbangkan masalah estetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang sering dialami oleh masyarakat adalah gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang terjadi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk mempertahankan gigi dalam rongga mulut serta mengembalikan keadaan gigi agar dapat diterima secara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit Partikel Nano Resin komposit adalah gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang unggul. Bahan-bahan ini memiliki sifat mekanis yang baik dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. B. Identifikasi Variabel 1. Variabel Pengaruh a. Self adhesif semen (RelyX TM U200, 3M ESPE,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resin komposit merupakan salah satu bahan restorasi sewarna gigi yang banyak digunakan saat ini karena memiliki nilai estetis yang tinggi dibandingkan dengan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resin komposit semakin populer karena memiliki estetis yang baik. Tumpatan resin komposit tidak dapat berikatan secara alami dengan struktur gigi, ikatan ini diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. restorasi general (Heymaan et al, 2011). depan karena faktor intrinsik (Heymaan et al, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. restorasi general (Heymaan et al, 2011). depan karena faktor intrinsik (Heymaan et al, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Veneer a. Definisi Veneer adalah material lapisan sewarna gigi yang diaplikasikan untuk gigi yang berubah warna dengan cara restorasi lokal maupun restorasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehilangan satu gigi atau lebih dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan fungsional gigi yang masih ada. Hilangnya keseimbangan fungsional gigi dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah ekperimental laboratoris murni.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah ekperimental laboratoris murni. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah ekperimental laboratoris murni. B. Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah gigi premolar post ektraksi yang bersih dari karies

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa BAB IV PEMBAHASAN Menurut Roberson (2006) tujuan dari restorasi adalah membentuk gigi seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa restorasi setelah perawatan endodontik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies atau gigi berlubang merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi baik pada email maupun dentin yang disebabkan oleh metabolisme mikroorganisme dalam plak

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental laboratorik 4.2. Sampel Penelitian dan Bahan Uji Sampel yang digunakan adalah resin pit dan fissure sealant

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Resin komposit merupakan salah satu bahan restorasi yang dapat digunakan untuk merestorasi kavitas Klas V. Namun, komposit berbasis resin yang menunjukan, shrinkage polimerisasi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kemajuan ilmu dan teknologi di bidang kedokteran gigi semakin berkembang terutama pada bahan komposit dan bahan adhesif. Sejalan dengan perkembangan tersebut, masyarakat juga telah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Restorasi dengan menggunakan resin komposit dapat menghasilkan warna yang menyerupai gigi asli. 2,4 Tetapi kelemahan dari bahan ini adalah sering terjadinya shrinkage selama polimerisasi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Resin komposit mulai dikenal sebagai bahan restorasi gigi yang dapat meminimalisir kekurangan resin akrilik dan semen silikat pada tahun 1940. 8,24 Resin komposit juga telah digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1 BAB V HASIL PENELITIAN Survei ini berlangsung selama periode bulan April hingga Juli 2008. Keseluruhan pengambilan data sekunder dari kartu status pasien dilakukan di RSGMP FKG UI dengan subyek survei

Lebih terperinci