PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan restorasi yang baik dan dapat mengembalikan estetik merupakan kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit sangat populer dan disukai penggunanya, baik dokter gigi maupun pasien. Bahan ini pada mulanya digunakan untuk merestorasi gigi anterior karena warnanya menyerupai dengan gigi asli sehingga mendukung kecantikan wajah. Seiring dengan perkembangan, resin komposit semakin disempurnakan sifatnya sehingga tidak hanya digunakan untuk merestorasi gigi anterior saja, tetapi juga gigi posterior (Powers dan Sakaguchi, 2006). Resin komposit terus mengalami evolusi untuk menjadi material yang adekuat untuk pemakaian klinis. Salah satunya adalah dikembangkannya resin komposit dengan teknologi nano, seperti resin komposit nanohibrida dan nanofiller. Resin komposit ini mempunyai pengerutan polimerisasi yang rendah dan sifat estetik yang baik, serta sifat fisik yang sebanding dengan resin komposit hibrida dan mikrofil (Mitra dkk., 2003). Resin komposit juga memiliki keterbatasan, salah satunya adalah terjadinya pengerutan polimerisasi. Untuk mengurangi jumlah pengerutan, dianjurkan untuk menempatkan resin komposit secara berlapis (incremental). Namun apabila tidak dilakukan dengan benar maka bisa timbul celah di restorasi yang dapat menyebabkan sensitivitas pasca penumpatan dan karies sekunder. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa perusahaan mengembangkan 1

2 2 resin komposit dengan metode bulkfill. Metode bulkfill adalah metode penumpatan resin komposit dimana keseluruhan kavitas diisi dalam satu tahap pengisian kemudian disinar (Powers dan Wataha, 2008). Terdapat instrumen yang menggunakan vibrasi untuk kondensasi material. Prinsipnya vibrasi dapat menurunkan viskositas resin komposit sehingga memungkinkan material tersebut mengalir dan lebih mudah beradaptasi ke dinding kavitas tanpa terjadi gelembung udara (Sybron Dental Specialties Inc, 2011). SonicFill (Kerr Corporation) merupakan resin komposit nanohibrida yang diaktivasi dan dimasukkan dalam kavitas menggunakan handpiece dengan vibrasi sonik. SonicFill menggunakan resin komposit dengan modifiers khusus yang dapat bereaksi dengan energi sonik. Selama gelombang sonik diaplikasikan pada handpiece, modifiers akan meyebabkan viskositas resin komposit menurun hingga 87% dan menaikkan sifat alir resin komposit untuk penempatan dan adaptasi ke dinding kavitas yang lebih baik. Setelah energi sonik dihentikan, resin komposit kembali menjadi material yang lebih kental dan ideal untuk diukir dan dibentuk (Sybron Dental Specialties Inc, 2011). Konsistensi resin komposit SonicFill tidaklah sama persis dengan resin komposit flowable, namun vibrasi yang ada memungkinkan adaptasi ke dinding kavitas yang sama dengan resin komposit flowable. Kedalaman curing yang mencapai 5 mm dan pengerutan polimerisasi yang rendah (1,6%), memungkinkan SonicFill diaplikasikan secara bulkfill (Iovan dkk., 2011).

3 3 Restorasi resin komposit mengalami degradasi seiring waktu (Ortengren dkk., 2001). Penuaan resin komposit secara in vivo meliputi diskolorasi, kebocoran mikro, aus, tepi tumpatan terbuka, dan fraktur sehingga membutuhkan perbaikan atau penggantian restorasi. Penggantian restorasi total sering dilakukan pada praktek klinis sehari-hari (Mjor, 1981). Metode tersebut dirasakan sebagai perawatan yang berlebihan, karena pada kebanyakan kasus, sebagian besar restorasi masih dalam keadaan baik secara klinis maupun radiografis. Penggantian restorasi total malah bisa mengakibatkan pelemahan struktur gigi, pengurangan gigi sehat, cedera berulang pada pulpa (Mjor dkk., 1999), serta waktu kerja dan biaya yang lebih besar pula (Jokstad dkk., 2001). Salah satu konsep minimal invasive dentistry adalah memperbaiki kerusakan pada restorasi dengan melapisi resin komposit baru pada resin komposit yang sudah ada. Masalah utama pada prosedur ini adalah pembentukan pelekatan yang tahan lama antara resin komposit yang baru dengan resin komposit lama (Boyer dkk., 1984). Kekuatan pelekatan pada reparasi resin komposit hanya mencapai 20-80% dari kekuatan pelekatan awal (Roulet, 1987). Ketahanan reparasi restorasi resin komposit tergantung pada metode perlakuan permukaan dan usia restorasi. Ketika selapis resin komposit ditambahkan pada resin komposit segera setelah polimerisasi, pelekatan antara kedua lapisan terjadi dengan adanya monomer sisa pada oxygen inhibited layer. Momoner sisa ini akan akan berpolimerisasi dengan resin komposit yang baru (Soderholm dkk., 1984).

4 4 Resin komposit yang telah mengalami penuaan akan kehilangan monomer sisa seiring waktu, oleh karena itu terdapat beberapa teknik yang dianjurkan untuk memaksimalkan kekuatan reparasi resin komposit meliputi perlakuan permukaan dengan meningkatkan kekasaran permukaan (Shahdad dan Kennedy, 1998), dan aplikasi intermediate agent seperti pemberian silane (Kawamoto dkk., 2001), aplikasi bahan bonding (Padipatvuthikul dan Mair, 2007), dan aplikasi komposit flowable (Papacchini dkk., 2008). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan tercapainya kekuatan pelekatan reparasi yang tinggi pada resin komposit yang dilakukan pengasaran permukaan kemudian diikuti aplikasi intermediate agent, baik silane dan/atau bahan adhesif (Brosh dkk., 1997). Pengasaran permukaan meningkatkan mechanical interlocking, sedangkan aplikasi bahan adhesif meningkatkan wetting permukaan dan bonding kimiawi dengan komposit baru (Ilie dkk., 2007). Silane dapat berikatan secara kimiawi dengan filler pada resin komposit lama (Tezvergil dkk., 2003). Aplikasi silane pada reparasi resin komposit juga dapat meningkatkan wetting pada permukaan resin komposit lama sehingga meningkatkan adhesi resin komposit (Ozcan dkk, 2005). Anjuran aplikasi silane pada prosedur reparasi resin komposit masih belum ditetapkan karena pada beberapa penelitian didapatkan bahwa aplikasi silane dan bahan adhesif meningkatkan kekuatan pelekatan reparasi hanya sedikit lebih besar daripada aplikasi tunggal bahan adhesif (Fawzy, dkk, 2008). Selain itu permukaan dan dentin yang terkontaminasi cairan silane dapat menurunkan kekuatan pelekatan selama proses reparasi (Hamano dkk., 2011).

5 5 Tidak ada metode perlakuan permukaan yang direkomendasikan secara mutlak sebagai metode reparasi resin komposit, karena keefektifan tiap metode bervariasi tergantung pada jenis resin komposit. Loomans dkk (2011) menyarankan reparasi resin komposit dengan melakukan etsa asam fosfat atau sandblasting, serta menggunakan kombinasi silane dan bahan adhesif apabila tidak diketahui komposisi kimia resin komposit Pemberian resin komposit flowable dengan viskositas rendah pada reparasi restorasi resin komposit berbahan dasar metakrilat dilaporkan dapat menaikkan kekuatan pelekatan dibandingkan hanya penggunaan bahan adhesif tunggal (Papacchini dkk, 2008). Tipe kegagalan memberikan sumbangan besar pada penelitian mengenai reparasi resin komposit karena secara klinis lebih bisa menunjukkan keberhasilan reparasi resin komposit. Kegagalan kohesi mengindikasikan bahwa kekuatan pelekatan adhesi di bagian interfasial melebihi kekuatan kohesi di resin komposit. Hal tersebut mengindikasikan bagian yang paling lemah dalam pelekatan reparasi resin komposit bukanlah pada bagian interfasial adhesif melainkan pada resin komposit itu sendiri (Rinastiti dkk., 2011). B. Permasalahan Berdasar uraian latar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan apakah terdapat pengaruh aplikasi silane terhadap kekuatan geser pelekatan pada reparasi resin komposit nanohibrida dengan resin komposit bulkfill vibrasi sonik dan bagaimana tipe kegagalannya.

6 6 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh aplikasi silane terhadap kekuatan geser pelekatan pada reparasi resin komposit nanohibrida dengan resin komposit bulkfill vibrasi sonik dan bagaimana tipe kegagalannya. D. Keaslian Penelitian Penelitian yang hampir mirip telah dilakukan oleh Rodrigues-Jr dkk (2009) tentang pengaruh beberapa perlakuan permukaan terhadap kekuatan pelekatan reparasi resin komposit. Perlakuan permukaan tersebut berupa etsa asam hidrofluorik, abrasi menggunakan bur intan kasar, sandblasting menggunakan partikel alumina, dan silica coating, kemudian dilanjutkan aplikasi bahan adhesif, silane, maupun kombinasi keduanya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan sandblasting menggunakan partikel alumina dan silica coating memiliki kekuatan tarik pelekatan reparasi yang besar, tanpa memperhatikan intermediate agent yang digunakan. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah perlakuan permukaan resin komposit lama hanya dengan abrasi menggunakan kertas SiC yang setara dengan pengasaran dengan bur intan, kemudian dilanjutkan aplikasi bahan bonding dan kombinasi silane-bonding. Pada penelitian ini reparasi resin komposit baru menggunakan resin komposit bulkfill vibrasi sonik. Selain itu pada penelitian ini dilakukan analisis tipe kegagalan pelekatan resin komposit.

7 7 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain memberikan informasi ilmiah di bidang kedokteran gigi mengenai prosedur perlakuan permukaan yang tepat dalam mereparasi resin komposit.