PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS DAN PROGRAM KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS DAN PROGRAM KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA TAHUN"

Transkripsi

1 PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS DAN PROGRAM KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA TAHUN Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementeriaan Komunikasi dan Informatika 2017

2 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Jenderal Penyelenggaran Pos dan Informatika (Renstra Ditjen PPI ) merupakan turunan dari Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.21 Tahun 2016 tentang Perubahan PM. 22 No. Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika R encana strategis Jenderal PPI tahun merupakan panduan pelaksanaan tugas dan fungsi Jenderal PPI sekaligus baseline anggaran Ditjen PPI untuk 5 (lima) tahun ke depan yang disusun berdasarkan Nawacita, Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) Tahun , Peraturan presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun dan hasil evaluasi terhadap Rencana Strategis Ditjen PPI tahun serta analisa terhadap isu strategis yang i

3 terjadi di bidang pos, bidang telekomunikasi serta bidang penyiaran baik global maupun nasional. Pembangunan bidang komunikasi dan informatika 5 (lima) tahun ke depan diprioritaskan pada upaya mendukung pencapaian kedaulatan pangan, kecukupan energi, pengelolaan sumber daya maritim dan kelautan, pembangunan infrastruktur, percepatan pembangunan daerah perbatasan, peningkatan sektor pariwisata dan industri, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia dan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam mewujudkan prioritas tersebut Ditjen PPI akan menyusun program berdasarkan koridor tugas dan fungsi yang antara lain melaksanakan pengaturan, penyediaan infrastruktur, pengawasan dan pengendalian industri bidang pos, bidang telekomunikasi dan bidang penyiaran yang akan dijabarkan dalam rencana strategis Ditjen PPI tahun Mengingat pentingnya hal tersebut, maka semua satuan kerja di lingkungan Ditjen PPI, pimpinan dan staf harus melaksanakan program yang telah ditetapkan tersebut secara PROAKTIF (profesional, akuntabel, integritas dan inovatif) serta senantiasa berorientasi kepada peningkatan kinerja (performance improvement). Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaannya maka Renstra Ditjen PPI tahun akan dilakukan evaluasi setiap tahunnya dengan memperhatikan kebutuhan dan perubahanlingkungan strategis dengan mengacu kepada RPJMN tahun dan Renstra Kementerian Kominfo Tahun Jakarta, Juli 2017 Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Prof. Dr. Ahmad M. Ramli., SH., MH., FCBArb ii

4 iii

5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR TABEL...ix BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Capaian Program DJPPI Bidang Pos Bidang Telekomunikasi Bidang Penyiaran Kerangka Berpikir Potensi dan Permasalahan Potensi dan Permasalahan di Sektor TIK Nasional Potensi dan Permasalahan Bidang Telekomunikasi Potensi dan Permasalahan Bidang Pos Potensi dan Permasalahan Bidang Penyiaran Isu-Isu Strategis Ditjen PPI... Error! Bookmark not defined. 1.6 Revisi Rencana Strategis Ditjen PPI Dasar Pertimbangan Perubahan Revisi Rencana Stategis Kementerian Kominfo Hal-hal yang menjadi Revisi Rencana Stategis Ditjen PPI...20 BAB II VISI, MISI, DAN SASARAN PROGRAM Rumusan Visi Rumusan Misi Tujuan Sasaran...23 iv

6 2.4.1 Sasaran Strategis Kementerian Kominfo Sasaran Program Ditjen PPI Indikator Kinerja Indikator Kinerja Strategis Kementerian Kominfo Indikator Kinerja Program Jenderal PPI Program Prioritas Ditjen PPI... Error! Bookmark not defined Efisiensi Industri... Error! Bookmark not defined Analog Switch Over (ASO)... Error! Bookmark not defined Program Layanan Perizinan secara Online... Error! Bookmark not defined. BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI Arah Kebijakan dan Strategi Nasional NAWACITA RPJMN Rencana Pita Lebar Indonesia Program Prioritas Pengembangan Telekomunikasi dan Informatika Forum dan Kesepakatan Multilateral Arah Kebijakan dan Strategi Kementrian Komunikasi dan Informatika Pertimbangan dalam Menentukan Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen PPI... Error! Bookmark not defined Program Utama Ditjen PPI dalam mendukung Fokus Program Pemerintah... Error! Bookmark not defined Program Utama Ditjen PPI sebagai Leading SectorError! Bookmark not defined Rumah Transisi... Error! Bookmark not defined Tugas Pokok dan Fungsi Ditjen PPI... Error! Bookmark not defined. 3.4 Arah Kebijakan dan Strategi Jenderal PPI Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Pos Arah Kebijakan dan Strategi Bidang TelekomunikasiError! Bookmark not defined. v

7 3.4.3 Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Penyiaran Kebijakan dan Regulasi Bidang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran Strategi dan Implementasi Pembangunan Infrastruktur dan Aksesibilitas Strategi Pengawasan dan Pengendalian Dukungan Manajemen Kerangka Kelembagaan Jenderal PPI... Error! Bookmark not defined. BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN Target Kinerja Kebijakan dan Regulasi Bidang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran... Error! Bookmark not defined Pembangunan dan Penyediaan Infrastruktur dan Aksesibilitas... Error! Bookmark not defined. 4.2 Pembagian Peta Peran Masing-masing pada Ditjen PPI Pengawasan dan Pengendalian Kerangka Pendanaan...96 BAB V PENUTUP...97 LAMPIRAN... Error! Bookmark not defined. vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1 Ilustrasi Konvergensi TIK... 4 Gambar 1. 2 Kerangka berpikir Penyusunan Rencana Strategis DJPPI Gambar 1. 3 Isu-Isu Strategis Ditjen PPI... Error! Bookmark not defined. Gambar 1. 4 Perspektif dalam Penyusunan Regulasi Sektor TIK Error! Bookmark not defined. Gambar 1. 5 Kerangka Penyusunan Revisi Renstra Ditjen PPI...17 Gambar 1. 6 Perubahan Renstra Kominfo Gambar 1. 7 Pemetaan Sasaran Strategis Kominfo menjadi Sasaran Program Ditjen PPI...21 Gambar 2. 1 Fokus Kementerian Komunikasi dan Informatika...24 Gambar 2. 2 Pemetaan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kominfo dengan Indikator Sasaran Program Ditjen PPI...28 Gambar 2. 3 Konsep Efisiensi Industri dalam Industri TelekomunikasiError! Bookmark not defined. Gambar 2. 4 Tantangan Ditjen PPI dalam Menciptakan Efisiensi IndustriError! Bookmark not defined. Gambar 2. 5 Kerangka Regulasi dalam Menciptakan Efisiensi IndustriError! Bookmark not defined. Gambar 2. 6 Periode Penerapan Migrasi TV Analog ke Digital. Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 7 Distribusi Pengguna Pita Frekuensi berdasarkan WilayahError! Bookmark not defined. Gambar 2. 8 Distribusi Pengguna Pita Frekuensi berdasarkan Wilayah setelah ASO... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 9 Lima Aspek Utama Digitalisasi Penyiaran Televisi...64 Gambar Pihak-Pihak yang Berperan dalam Migrasi TV Analog ke Digital...65 Gambar Kondisi simulcast siaran TV digital dan analog saat inierror! Bookmark not defined. Gambar KOnsep SFN untuk Kanal Error! Bookmark not defined. Gambar Konsep Hybrid SFN dan MFN... Error! Bookmark not defined. Gambar Rencana Penataan Spektrum Frekuensi Radio.. Error! Bookmark not defined. vii

9 Gambar Driver Terwujudnya Layanan Prima Perizinan Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran... Error! Bookmark not defined. Gambar Program Prioritas Nasional di kembangkan Bapennas...40 Gambar 3. 2 Lima Kegiatan Prioritas Pengembangan TIK Nasional...41 Gambar 3. 3 Arah Kebijakan Kementerian Kominfo Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 4 Kebijakan Menteri Kominfo untuk Penyusunan Renstra 2016Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 5 Tugas dan Fungsi pada Ditjen PPI... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 6 Hubungan pada Ditjen PPI dengan BP3TIError! Bookmark not defined. Gambar 3. 7 Kebijakan Strategis Jangka menengah Sektor Pos...51 Gambar 3. 8 Struktur Industri Telekomunikasi Ideal... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.9 Tahapan Implementasi Digitalisasi Sistem Penyiaran Indonesia...59 Gambar Handicap kebijakan Penyiaran di Indonesia...60 Gambar Rumah industri penyiaran ke depan... Error! Bookmark not defined. Gambar Roadmap Landscape Transisi Industri Penyiaran ke depanerror! Bookmark not defined. Gambar Roadmap Program Kerja Penyiaran... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 1 Proses Manajemen Risiko... Error! Bookmark not defined. viii

10 DAFTAR TABEL Tabel 1. 1 Capaian Target Bidang Pos tahun Tabel 1. 2 Capaian Target Bidang Telekomunikasi tahun Tabel 1. 3 Capaian Target Bidang Penyiaran tahun Tabel 1. 4 Potensi dan Permasalahan Sektor Telekomunikasi...12 Tabel 1. 5 Potensi dan Permasalahan Sektor POS...14 Tabel 1. 6 Potensi dan Permasalahan Sektor Penyiaran...15 Tabel 1. 7 Sasaran Strategi dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kominfo...18 Tabel 1. 8 Sasaran Strategi dan Indikator Kinerja Utama Kominfo...20 Tabel 2. 1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Strategis Kementerian Kominfo...25 Tabel 2. 2 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program Jenderal PPI...26 Tabel 2. 3 Pemetaan Program Kerja untuk Efisiensi Industri TelekomunikasiError! Bookmark not defined. Tabel 2. 3 Pemetaan Program Kerja untuk Efisiensi Industri TelekomunikasiError! Bookmark not defined. Tabel 3. 1 Sasaran Kecepatan Akses... Error! Bookmark not defined. Tabel 3. 2 Penetrasi Akses di Perkotaan... Error! Bookmark not defined. Tabel 3. 3 Penetrasi Akses Perdesaan... Error! Bookmark not defined. Tabel 3. 4 Penetrasi Jaringan Backbone... Error! Bookmark not defined. Tabel 3. 5 Penetrasi Jaringan Backhaul... Error! Bookmark not defined. Tabel 3. 6 Target Penetrasi Terminal Pelanggan... Error! Bookmark not defined. Tabel 3. 7 Kebijakan dan Regulasi Bidang Pos...69 Tabel 3. 8 Kebijakan dan Regulasi Bidang Telekomunikasi...70 Tabel 3. 9 Kebijakan dan Regulasi Bidang Penyiaran...72 Tabel 4. 1 Target Pencapaian Kinerja Bidang Pos Error! Bookmark not defined. ix

11 Tabel 4. 2 Target Pencapaian Kinerja Bidang Telekomunikasi Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 3 Target Pencapaian Kinerja Bidang Penyiaran Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 4 Target Pencapaian Kinerja Dukungan Manajemen Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 5 Realisasi Penyediaan Infrastruktur dan Aksesibilitas Telekomunikasi Tahun Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 6 Rencana Pembangunan Tugu berkode Pos... Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 7 Peta Peran Masing-masing Pada Lingkungan Ditjen PPI...84 Tabel 4. 8 Identifikasi dan Mitigasi Risiko Sasaran Program Ditjen PPIError! Bookmark not defined. x

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum Era globalisasi dewasa yang menuntut pemerataan penyebaran informasi dan komunikasi menjadikan peran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sebagai penyalur informasi dan komunikasi menjadi sangat dibutuhkan. Kebutuhan akan informasi dan komunikasi menjadi kebutuhan primer masyarakat, terlebih bagi masyarakat yang mengandalkan informasi dan komunikasi sebagai pendongkrak produktivitasnya. Kebutuhan akan informasi dan komunikasi harus dijamin oleh pemerintah bagi setiap warganya, karena konektivitas nasional diyakini dapat meningkatkan produktivitas masyarakat yang akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan daya saing bangsa. Daya saing (competitiveness) adalah serangkaian perangkat, kebijakan, dan faktor yang menentukan level produktivitas suatu negara. Daya saing ditentukan oleh insitusi, infrastruktur, makroekonomi, pendidikan dasar dan kesehatan, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, pembangunan pasar finansial, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kompleksitas bisnis, dan inovasi. Sudah tidak dapat diragukan lagi bagaimana TIK sangat berperan penting dalam kemajuan dan perekonomian suatu negara. berdasarkan hasil studi mengenai Dampak sosial ekonomi dari internet terhadap negara-negara berkembang diperkirakan peningkatan penetrasi internet pita lebar sebesar 10% di negara berkembang, akan berdampak pada kenaikan PDB negara sebesar 1,38% (Sumber : The World Bank, 2010). Namun tentunya bukan hanya infrastruktur internet pita lebar yang menjadi fokus dari pengembangan Teknologi informasi dan komunikasi, namun juga infrastruktur lainnya yang disediakan melalui beberapa platform infrastruktur telekomunikasi seperti layanan seluler, layanan fixed serta infrastruktur lainnya seperti penyediaan layanan penyiaran dan layanan pos yang berbasiskan TIK. a. Telekomunikasi Infrastruktur telekomunikasi sebagai infrastruktur utama penyedia layanan komunikasi dan informasi tumbuh dengan cukup pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia distimulus oleh semakin tingginya permintaan terhadap layanan telekomunikasi oleh masyarakat. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi sebagai pemicu dari munculnya penyediapenyedia konten yang disediakan melalui jaringan telekomunikasi yang dibangun oleh penyelenggara jaringan telekomunikasi, sehingga menambah kompleksitas jenis penyediaan dalam industri telekomunikasi di Indonesia. Jaringan dan layanan telekomunikasi di Indonesia masih berpusat pada daerah-daerah yang menguntungkan, daerah dimana penyelenggara telekomunikasi menganggap investasi jaringannya akan 1

13 kembali dalam waktu yang wajar. Hal tersebut mengakibatkan ketimpangan akses dan digital di Indonesia masih menjadi permasalahan dalam upaya menciptakan konektivitas nasional yang terintegrasi. Berdasarkan GSMA (Global System for Mobile Communication Association) Report tahun 2014 diperoleh gambaran industri telekomunikasi di Indonesia bahwa dari jumlah sim card (Kartu Perdana) aktif sebanyak 315 juta kartu hanya digunakan oleh 103,7 juta penduduk, artinya rata-rata 1 penduduk di Indonesia memiliki kurang lebih 3 nomor pelanggan. Oleh karena itu, penetrasi layanan seluler di Indonesia baru menyentuh angka 41% dari 251,3 juta penduduk Indonesia pada tahun b. Penyiaran Pada tahun 2006, Kesepakatan Jenewa yang dilaksanakan oleh International Telecommunication Union (ITU) disetujui oleh mayoritas negara di dunia. Kesepakatan tersebut berisi komitmen untuk bermigrasi dari sistem siaran TV analog ke digital. Amerika Serikat memulainya sejak tahun 2009, Jepang sejak tahun 2011, Korea Selatan dan Cina serta Inggris sejak 2012, Brunei Darussalam sejak tahun tahun 2014, adapun Malaysia Singapura, Thailand, dan Filipina dimulai serentak tahun Indonesia menargetkan secara bertahap mulai tahun 2015 hingga tahun akhir tahun 2018 seluruh TV analog akan diganti menjadi TV digital (Digital Switch-over). Pemerintah telah memutuskan bahwa Indonesia juga sedang merencanakan perpindahan menuju era penyiaran digital dengan pemilihan standar teknologi siaran Digital Video Broadcasting Second Generation Terrestrial (DVB-T2). Kebijakan tersebut diambil dengan tujuan sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas penerimaan program siaran televisi, 2. Penciptaan program siaran televisi yang lebih bervariasi dan bermanfaat kepada masyarakat, 3. Penciptaan jaringan distribusi baru, 4. Penciptaan peluang bagi inovasi dan layanan nirkabel, dan 5. Peningkatan efisiensi pemanfaatan spektrum frekuensi radio untuk penyelenggaraan penyiaran. Digitalisasi ini bukan hanya memaksa adaptasi pada level mikro (teknologi dan bisnis) tetapi juga mendesak level makro (industri dan regulasi) untuk melakukan penyesuaianpenyesuaian akibat perubahan teknologi. Pada tingkatan mikro, input teknologi membawa perubahan pada prasyarat teknologi, ketersediaan set top box dalam digitalisasi, serta proses penguasaan teknologi tersebut. Perubahan tersebut mereproduksi dan memberi dampak pada lingkungan dan tren bisnis baik dari aspek proses maupun produk. Perubahan pada tren bisnis mengarahkan dampak lanjutan pada level makro yakni transformasi tren industri. Dalam hal digitalisasi misalnya, bukan hanya industri pertelevisian dan siaran/broadcasting yang akan 2

14 mengalami perubahan revolusioner, tetapi juga industri konten, komunikasi, informasi, serta industri-industri lain akan mengadopsi perubahan tren bisnis tersebut. Ketika industri berubah maka seluruh sendi-sendi dan kaidah-kaidah dalam industri tersebut juga akan berubah, seperti sistem kompetisi, sistem inovasi, strategi bisnis dan pemasaran, yang antara lain ditandai dengan terjadinya pailit, merger, akuisisi, bahkan kebangkrutan antara pelaku bisnis dalam industri. Ketika industri mengalami pergeseran terutama karena adanya inisiatif-inisiatif baru, pemerintah perlu menetapkan regulasi agar tercipta persaingan bisnis yang sehat, normatif, dan kompetitif serta tidak saling memangsa. Pemerintah juga perlu memberikan ruang advokasi pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebagai penyanggah utama ekonomi Indonesia terutama di saat krisis. c. Pos Indonesia sebagai negara dengan geografis yang sangat luas membutuhkan sektor logistik sebagai penggerak distribusi barang hingga dapat terdistribusi dengan merata. Guna meningkatkan peran sektor logistik di Indonesia, diperlukan perkuatan internal bidang Pos sebagai salah satu entitas yang bertanggung jawab dalam sektor logistik nasional. Perkuatan sektor Pos nasional dapat ditempuh melalui pengembangan teknologi untuk penyediaan layanan Pos Nasional. Peningkatan teknologi dalam penyediaan layanan pos membantu dalam mengefisienkan proses penyediaan layanan, sehingga dapat meningkatkan daya saing penyelenggara layanan pos nasional. Seperti halnya penyelenggara layanan pos asing yang memiliki sistim IT yang baik, sehingga mampu mengintegrasikan kegiatan logistik mereka dengan baik. Selain itu, pentingnya integrasi antar penyelenggara pos sangat diperlukan guna memperluas wilayah operasi layanan. Integrasi antar penyelenggara layanan pos lokal dan integrasi antar penyelenggara layanan pos lokal dengan asing perlu dijalin dengan baik. Dengan integrasi yang baik, penyelenggara layanan pos dapat memperluas area layanan walaupun tidak memiliki cukup banyak modal untuk melakukan pembangunan titik layanan pos di banyak wilayah layanan. Untuk itu, diperlukan regulasi yang dapat meningkatkan integrasi/kerjasama antar penyelenggara layanan pos untuk meningkatkan daya saing dan meningkatkan jangkauan layanan pos. Fenomena yang terjadi pada era TIK sekarang adalah konvergensi yang dapat disimpulkan dari berbagai sumber sebagai penyatuan atau integrasi berbagai layanan informasi dan komunikasi dari industri Telekomunikasi, Penyiaran, Internet dan Pos yang dapat diakses melalui suatu saluran komunikasi melalui suatu perangkat komunikasi. - Industri telekomunikasi yang memiliki layanan dasar suara sudah mulai digantikan dengan layanan pesan singkat dan layanan suara interaktif melalui berbagai konten Skype, Line call, Whatsapp Call, dan sebagainya. 3

15 - Industri penyiaran yang memiliki layanan dasar penyiaran melalui media televisi mulai digantikan dengan layanan OTT penyiaran yang dapat diakses pada telepon pintar maupun tablet - Industri Pos memiliki layanan dasar seperti layanan komunikasi tertulis/surat elektronik, layanan paket, layanan logistic, layanan transaksi keuangan dan keagenan pos. untuk komunikasi tertulis dan layanan transaksi keuangan dan keagenan pos yang semula secara konvensional sekarang sudah berbasis IT. Sedangkan untuk layanan logistic dimana didalam penyelenggaraan pos bersifat integrated, pada saat ini perannya telah bergeser dengan menggunakan aplikasi berbasis teknologi informasi (e-commnerce). Gambar 1. 1 Ilustrasi Konvergensi TIK Gambar diatas mengilustrasikan konvergensi yang terjadi pada industri TIK di Indonesia. Baik industri Telekomunikasi, Penyiaran, dan Pos akan menyatu dengan pemicu utama adanya internet broadband hingga menciptakan layanan-layanan yang terintegrasi atau konvergen dengan berbagai layanan konten-konten yang bermunculan. Namun fenomena konvergensi juga masih akan menyisakan layanan-layanan yang masih melekat dengan industri Telekomunikasi, Penyiaran, dan Pos tanpa adanya pengaruh dari internet. Tren ke depan tersebut memerlukan suatu rencana kebijakan dan regulasi industri di Indonesia, supaya pencapaian TIK sesuai dengan maksud dan tujuan TIK dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan Industri TIK dapat berkembang walaupun dalam kondisi konvergensi. 4

16 1.2 Capaian Program DJPPI Rencana strategis merupakan suatu naskah rencana yang berkesinambungan untuk membangun industri TIK di Indonesia secara terus-menerus. Keberhasilan dari sebuah rencana strategis dinyatakan dalam evaluasi pencapaian yang diukur setiap tahunnya pada sektor industri Telekomunikasi, Pos dan Penyiaran di Indonesia, posisi evaluasi sekarang adalah pada pencapaian Rencana Strategis Jenderal PPI tahun yang telah terlalui. Evaluasi Renstra tersebut menjadi tolok ukur dari efektivitas program kerja pada periode tersebut, dan akan menjadi pertimbangan dalam penyusunan Renstra DJPPI Bidang Pos Tabel 1. 1 Capaian Target Bidang Pos tahun Indikator Kinerja % Realisasi 2014 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Penyelesaian peraturan pelaksanaan Undang- Undang Nomor 38 tahun 2009 tentang Pos Jumlah KPC LPU yang mendapatkan dana PSO Pos 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 35% 35% KPC LPU KPC LPU KPC LPU KPC LPU KPC LPU KPC LPU KPC LPU KPC LPU 100% 5

17 1.2.2 Bidang Telekomunikasi Tabel 1. 2 Capaian Target Bidang Telekomunikasi tahun Indikator Kinerja % Realisasi 2014 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Persentase Terpenuhinya Regulasi dan Kebijakan di Era Konvergensi Jumlah Desa Dering yang Beroperasi Jumlah PLIK (Pusat Layanan Internet Kecamatan) yang beroperasi* Jumlah Base Transmission Station (BTS) telekomunikasi dan informatika di daerah perbatasan dan pulau terluar (Telinfo-Tuntas) 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% SSL PLIK SSL PLIK SSL PLIK BTS SSL PLIK SSL PLIK SSL PLIK SSL - 33,185 SSL 100% 18 BTS 286 BTS 287 BTS 286 BTS 287 BTS 100% Ibukota prov yang terhubung dengan jaringan backbone serat optik nasional Jumlah Ibukota Provinsi yang memiliki Nusantara Internet Exchange (NIX) Prosentase pencapaian target PNBP Kementerian Komunikasi dan Informatika 10 Prov (30%) 29 Prov (88%) 17 Prov (50%) 8 lokasi 4 lokasi 16 lokasi 29 Prov (88%) 34 Prov (100%) 30 Prov (88%) 33 Prov (100%) 33 provinisi 100% 8 lokasi 25 lokasi 9 lokasi 33 lokasi 19 lokasi 58% 100% 105% 100% 104% 100% 111% 100% 107,93% 107,93% 6

18 1.2.3 Bidang Penyiaran Tabel 1. 3 Capaian Target Bidang Penyiaran tahun Indikator Kinerja % Realisasi 2014 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Jumlah dokumen Grand Design dan Road Map Penyiaran Jumlah Desa Informasi yang dilengkapi Radio Komunitas * Prosentase Jangkauan jaringan TVRI dan RRI pada populasi penduduk 1 dok 1 dok 1 PM Grand Design dan Road Map Penyiaran 1 Dokumen RPM Grand Design dan Road Map Penyiaran 1 draft PP Grand Design dan Road Map Penyiaran 1 draft PP Grand Design dan Road Map Penyiaran - - 0% 76 desa 80 desa 200 desa 80 desa 350 desa 80 desa 500 desa 80 desa 16% 65% (TVRI), 86% (RRI) 66,65% (TVRI), 52,88% (RRI) 70% (TVRI), 87% (RRI) 66,65% (TVRI), 57,96% (RRI) 78% (TVRI), 88% (RRI) 66,65% (TVRI), 57,96% (RRI) 88% (TVRI), 90% (RRI) 76,56% (TVRI) 60,19% (RRI) 87% (TVRI) 66,87% (RRI) % Penetrasi Siaran TV Dgital Terhadap Populasi 15% 12,37% 20% 16,8% 30% 25,36% 35% 56,56% 61% 7

19 1.3 Kerangka Berpikir Penyusunan Rencana Strategis Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika tahun disusun dengan berpedoman pada Undang-Undang Pos, Undang-Undang Telekomunikas, Undang-Undang Penyiaran, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun , Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun , agenda (NAWACITA) Presiden/Wakil Presiden, Joko Widodo dan M. Jusuf Kalla, Forum pada anggota organisasi di dunia pada Bidang Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran, Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika ( ). Rencana Strategis Ditjen PPI yang merupakan kumpulan dari program kerja strategis sektor Penyelenggaraan Pos dan Informatika harus sejalan dengan target, program dan perjanjian internasional sektor Kementerian Komunikasi dan Informatika yang telah disusun atau disepakati sebelumnya. Hal tersebut menjadi faktor penentu terarahnya dan tercapainya target sektor Penyelenggaraan Pos dan Informatika yang sesuai dengan tujuan bangsa dan memberikan kontribusi dalam pengembangan pembangunan bangsa Indonesia. UUD 1945 UU POS UU TELEKOMUNIKASI UU PENYIARAN RPJPN RPI NAWACITA RPJMN Perjanjian Multilateral Renstra Kementerian Komunikasi dan Informatika Renstra Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Perjanjian Bilateral Gambar 1. 2 Kerangka berpikir Penyusunan Rencana Strategis DJPPI

20 Dalam Nawa cita dijelaskan bahwa pembangunan infrastruktur agenda Nawa Cita yang akan disasar adalah bagaimana program infrastruktur yang dilakukan dapat : (1) meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, (2) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing dipasar internasional, dan (3) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Secara khusus, dalam hal pembangunan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Presiden RI terpilih, Ir. Joko Widodo sangat percaya bahwa TIK akan dapat memperbaiki sistem birokrasi dan pelayanan rakyat. TIK juga diyakini dapat mendorong peningkatan pembangunan perekonomian bangsa yang telah didukung oleh beberapa penelitian lembaga internasional bahwa TIK berkontribusi langsung terhadap Produk Domestik Bruto suatu negara. Untuk itu, program pembangunan bidang TIK diusulkan sebagai kelanjutan dan re-focusing dan RJPMN yang juga sebagian tertuang dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) bidang Telematika, yang secara khusus didisain target dan milestone-nya dalam dokumen Indonesia Broadband Plan. Terdapat 5 program bidang TIK yang akan menjadi fokus dalam periode ini, yaitu: 1. Penyediaan bandwidth untuk rakyat sebesar 1 Gb per bulan per kapita dengan sebaran bandwidth di 100% kabupaten/kota; 2. Satelit multi fungsi untuk kepentingan pemerintah, baik untuk komunikasi, pengawasan daerah perbatasan, penanganan bencana alam, pemetaan dan Hankamnas; 3. Layanan e-government terintegrasi untuk 100% kabupaten/kota dengan Index e- government mencapai 3,4 (skala 4,0); 4. Berdirinya pusat industri kreatif nasional berbasis TIK, dan 5. Penunjukan Menkominfo sebagai Nasional CIO (Chief Information Officer) Untuk mendukung visi dan misi, strategi dan program pemerintah di bidang TIK, maka seluruh komponen pemangku kepentingan harus bekerja sama membangun kembali dan merevitalisasi beberapa aspek, meliputi: (1) regulasi yang efektif, (2) model kompetisi sehat dan khas Indonesia, (3) kelembagaan efektif, (4) TIK untuk ekonomi digital, (5) pengembangan infrastruktur TIK, (6) pengaturan sumber daya frekuensi, dan (7) pengembangan SDM TIK yang berdaya saing tinggi. Disamping itu Renstra Ditjen PPI juga merupakan pedoman dalam penyusunan program dan anggaran di lingkungan Ditjen PPI dalam koridor tahun , dimana ruang lingkup kerja dari Ditjen PPI meliputi dimensi yaitu antara lain : 9

21 1. Mempunyai tugas sebagai regulator ( Komersial Enterprise Action); 2. Mempunyai tugas untuk mendorong terwujudnya pemerataan infrastruktur telekomunikasi, pos dan penyiaran khususnya didaerah non komersial; 3. Mempunyai peran pengawasan dan pengendalian industri pos, telekomunikasi dan penyiaran. 1.4 Potensi Pemasalahan dan Tantangan Kedepan Potensi dan Permasalahan Perkembangan teknologi di sektor TIK telah mendorong berkembangnya berbagai macam layanan baru yang mendorong pertumbuhan industri dan perubahan perilaku masyarakat. Dengan berkembangnya layanan broadband diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Dalam implementasinya di Indonesia, perkembangan teknologi dan layanan di sektor TIK tidak serta merta dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan karena kecenderungan penyelenggara TIK lebih memilih melakukan pembangunan infrastruktur dan pemberian layanan TIK pada daerah-daerah yang ekonomi masyarakatnya sudah maju sehingga lebih profitable secara bisnis. Dampak dari adanya kecenderungnya penyelenggara tersebut menjadikan permasalahan dan tantangan bagi pemerintah antara lain menyangkut : a. Masih tingginya kesenjangan digital di wilayah Indonesia Kesenjangan digital (digital divide) selalu dikaitkan dengan perbedaan antara akses dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yang disebabkan karena ketimpangan dan perbedaan akibat ketidakseimbangan pertumbuhan TIK. Tingginya kesenjangan digital di wilayah Indonesia sangat terlihat dari adanya kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan baik menyangkut pembangunan infrastruktur, akses layanan dan pemanfaatan layanan TIK sendiri. Hal ini tentunya menjadi tantangan baik bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam menciptakan aksesibilitas dan keterjangkauan layanan bagi masyarakat termasuk merubah cara pandang masyarakat mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga pemerintah perlu meyakinkan dan melatih masyarakat bahwa penggunaan TIK mampu meningkatkan produktivitas, lapangan kerja, dan ketersediaan informasi yang cepat serta mudah digunakan di berbagai aspek bidang kehidupan. b. Masih banyaknya daerah yang belum mendapat akses layanan TIK Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait Statistik Telekomunikasi Indonesia 2015 dijelaskan bahwa dari desa di seluruh Indonesia masih terdapat sebanyak (9.4%) desa yang belum terlayani layanan TIK (tanpa sinyal). Sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Perbatasan, pada tahun terdapat 187 lokasi prioritas di 39 kab/kota wilayah perbatasan yang akan dilakukan percepatan penyediaan sarana dan prasarana telekomunikasi. Permasalahan yang perlu segera di atasi antara lain yaitu: masih rendahnya akses masyarakat perbatasan terhadap informasi (media audio visual dan 10

22 cetak); masih rendahnya akses masyarakat perbatasan terhadap jaringan telekomunikasi karena kurangnya sarana dan prasarana telekomunikasi; masih sulit dan mahalnya biaya komunikasi karena minimnya jumlah BTS yang dibangun (minim infrastruktur jalan, dan energi listrik); dan sinyal telekomunikasi dari negara tetangga lebih kuat dari sinyal telekomunikasi NKRI. c. Tingginya Tingkat Persaingan di Industri Telekomunikasi Dengan ditetapkannya UU 36 tahun 1999 dan aturan dibawahnya telah mendorong bermunculannya pemain baru dalam industri telekomunikasi. Namun karena hampir sebagian besar penyelenggara telekomunikasi cenderung memilih melaksanakan usahanya di daerah perkotaan, hal ini mengakibatkan terjadinya persaingan industri yang sangat ketat. Disisi lain karena besarnya biaya investasi pembangunan infrastrutkur di daerah perdesaan, penyelengara cenderung enggan membangun di daerah perdesaan, sehingga penyelenggara di daerah perdesaan cenderung hanya didominasi oleh satu atau dua penyelenggara saja. Tingginya tingkat persaingan industri di daerah perkotaan telah medorong terjadinya perang tarif layanan antar penyelenggara sehingga berdampak pada penurunan kualitas layanan dan juga penurunan Return on Investment (ROI) yang mengakibatkan menurunnya kemampuan investasi untuk membangun jaringan baru. d. Belum Efisiennya Infrastruktur TIK Nasional Adanya kecenderungan penyelenggara telekomunikasi hanya focus membangun infrastruktur di daerah perkotaan yang profitable telah mengakibatkan terjadinya tumpang tindih infrastruktur di daerah perkotaan. Tentunya ini mengakibatkan tidak efsiensinya pengunaan infrastruktur secara nasional karena kecenderung penyelenggara membangun sendiri-sendiri dengan kapasitas yang berlebih sehingga terjadi idle capacity. Sementara itu karena besarnya biaya pembangunan infrastruktur di daerah perdesaan, banyak penyelenggara enggan membangun infrastruktur didaerah perdesaan tersebut sehingga dapat menghambat target penetrasi akses layanan broadband ke seluruh wilayah di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mendorong pemerataan akses layanan di seluruh wilayah Indonesia dan dalam rangka menciptakan efisiensi pembangunan infrastruktur secara nasional, Pemerintah akan mendorong penyelenggara untuk melakukan infrastruktur sharing di wilayah-wilayah pedesaan agar biaya pembangunan infarstruktur yang di keluarkan oleh penyelenggara menjadi lebih murah dan masyarakat perdesaan dapat menikmati layanan TIK dengan baik Potensi dan Permasalahan Bidang Telekomunikasi Sebelum era Undang-Undang nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi disahkan, pembangunan sektor telekomunikasi di Indonesia sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah melalui PT. Telkom sebagai satu satunya penyelenggara telekomunikasi pada waktu itu. Setelah Pemerintah melihat banyak kekurangan pada Undang-Undang 3 tahun 1989, maka 11

23 pemerintah menetapkan Undang-undang telekomunikasi yang baru yakni Undang-Undang 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi yang semangatnya adalah mendorong sepenuhnya pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia kepada pihak swasta. Harapannya adalah agar pemerataan infrastruktur dan layanan telekomunikasi di Indonesia menjadi cepat berkembang. Namun, penyelenggara telekomunikasi yang berorientasi pada bisnis, tentunya akan melakukan investasi pembangunan jaringan telekomunikasi hanya di wilayah yang menurut mereka cukup menguntungkan. Sehingga semangat awal pemerintah melalui perubahan Undang-undang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Permasalahan tersebut perlu diselesaikan dalam program-program yang berkesinambungan ke depan dan dituangkan melalui Rencana Strategis Ditjen PPI ini. Namun, Indonesia sebagai negara besar dengan wilayah geografis yang luas juga memiliki banyak potensi sektor telekomunikasi yang apabila dimaksimalkan dengan baik akan menjadi keunggulan bersaing (competitive adventages) bagi Indonesia. Sektor telekomunikasi apabila dikembangkan dengan baik akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan perekonomian nasional, seperti halnya negara-negara maju yang pada umumnya memiliki sektor telekomunikasi yang baik. Berdasarkan hasil penelitian Bank Dunia, bahwa setiap peningkatan penetrasi broadband sebesar 10% maka akan berpengaruh kepada peningkatan GDP sebesar 1,38%. Secara lebih detail, berikut gambaran potensi dan permasalahan sektor telekomunikasi di Indonesia. Tabel 1. 4 Potensi dan Permasalahan Sektor Telekomunikasi POTENSI DAN PERMASALAHAN SEKTOR TELEKOMUNIKASI No POTENSI No PERMASALAHAN 1 Populasi masyarakat Indonesia yang cukup besar merupakan salah satu faktor yang mendorong perkembangan sektor telekomunikasi nasional 2 Terjadi defisit terhadap penggunaan kapasitas/bandwidth secara nasional disebabkan permintaan akan layanan telekomunikasi di Indonesia terus meningkat, mulai demand dari pengguna perorangan, sampai demand pelanggan M2M (Machine to Machine) 3 PNBP sektor telekomunikasi terus meningkat setiap tahunnya. 1 Pembangunan infrastruktur dan layanan telekomunikasi masih belum merata dan terkonsentrasi pada wilayah profitable. Sebagian daerah perbatasan dan lokasi tertentu belum terjangkau layanan dan infrastruktur telekomunikasi. 2 Pemanfaatan jaringan telekomunikasi eksisting yang masih belum efektif dan efisien, dimana banyak penyelenggara yang melakukan pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang sama pada lokasi yang sama, padahal jaringan tersebut masih belum terutilisasi dan ketatnya persaingan dalam industri telekomunikasi. 3 Kenaikan target PNBP sektor telekomunikasi seringkali dilakukan dengan kurang memperhitungkan kondisi ekonomi dan perkembangan industri 12

24 4 65% penduduk Indonesia pada tahun 2015 merupakan penduduk yang produktif (165 juta dari 250 juta penduduk), dan penetrasi telekomunikasi sudah mencapai lebih dari 100%. Sehingga potensi masyarakat produktif akan semakin optimal apabila didukung dengan fasilitas broadband, untuk menciptakan ekonomi broadband 5 Permintaan akses konten telekomunikasi semakin meningkat, dan penggunanya mulai merata ke seluruh lapisan masyarakat dan seluruh umur 6 Pertumbuhan pelanggan yang tinggi baik pengguna orang maupun mesin/perangkat 7 Permintaan layanan konvergensi seperti e-commerce, e-payment, e- banking meningkat pesat sebagai sarana transaksi keuangan digital 8 Semakin berkembangnya industri kreatif digital yang akan mendorong pengembangan konten lokal. 10 Banyaknya pemain di sektor Telekomunikasi sehingga memberikan pilihan layanan kepada masyarakat lebih banyak 4 Kendala dalam penggelaran Broadband di Indonesia: a. Koordinasi dengan Pemda mengenai pemanfaatan infrastruktur broadband (duct, menara) yang terkadang masih menimbulkan konflik b. Fokus pengembangan penyelenggara untuk jaringan broadband masih di daerah menguntungkan secara finansial 5 Konten lokal belum terlalu berkembang, dan mayoritas konten dikuasai oleh konten asing 6 Pertumbuhan yang tinggi menyebabkan kebutuhan akan perangkat yang tinggi akan tetapi masih rendahnya Tingkat Kandungan Dalam Negeri yang menyebabkan Defisit Neraca Perdangan mencapai Rp. 67 T tahun 2014(sumber : BPS) dan Hilangnya potensi penciptaan lapangan kerja. Selain itu memicu peredaran kartu perdana yang dimanfaatkan untuk SPAM dan FRAUD yang digunakan untuk tindakan kejahatan dan refiling trafik terminasi internasional dengan kerugian mencapai Rp. 1.2T. 7 Kendala yang sering dihadapi adalah permasalahan keamanan dalam akses konten pembayaran maupun akses lain, terkait dengan keamanan terhadap data pribadi, transaksi dan informasi yang terlibat dalam proses transaksi digital 8 Industri kreatif digital tidak dikelola dan dimonetisasi dengan baik oleh Pemerintah, padahal memiliki potensi yang sangat besar 10 Industri telekomunikasi di Indonesia sudah jenuh karena tingkat persaingan yang tinggi dan tidak sehat. Selain itu menyebabkan kualitas layanan yang diterima masyarakat semakin menurun, sedangkan harga layanan broadband masih relatif mahal dibandingkan dengan negara maju lainnya (diatas 5% dari UMR). 13

25 11 Kebutuhan Masyarakat dalam layanan panggilan darurat dan kebencanaan 12 Tingginya transaksi elektronik dan pengguna internet di Indonesia serta semakin banyaknya TIK yang digunakan oleh pemerintahan 11 Belum terintegrasinya nomor panggilan untuk menghadapi keadaan darurat sehingga menyebabkan kebingungan dan ketidaktahuan masyarakat akan nomor panggilan darurat yang harus dihubungi 12 Hampir semua sektor strategis dan retail menggunakan jaringan telekomunikasi publik. Lebih dari 1 juta serangan per hari masuk ke Indonesia yang mengancam keamanan internet dimana situs go.id menjadi peringkat utama target serangan. Indonesia belum mampu melakukan langkah strategis untuk mengantisipasi khususnya untuk melakukan pengamanan di sektor strategis dan melakukan upaya pencegahan dan mitigasinya Potensi dan Permasalahan Bidang Pos Industri Pos pada umumnya adalah industri padat karya dan kegiatan usahanya mencakup empat aktivitas inti, yaitu collecting, processing, transporting, dan delivery. Proses alur kerja pos mulai dari colleting, processing, dan transporting sampai dengan delivery tersebut kedepannya akan terhubung secara virtual melalui jaringan track dan trace serta dapat diakses langsung oleh masyarakat pemakai jasa pos melalui jaringan internet. Pada perkembangannnya industri Pos Indonesia terus melakukan inovasi dan diversifikasi produk. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tuntutan masyarakat yang besar. Namun hal diatas tidak terlepas dari tantangan yang dihadapi pada kondisi industri pos di Indonesia saat ini. Tantangan itu antara lain dalam sektor Pos nasional adalah pengembangan teknologi untuk menunjang penyediaan layanan Pos, serta peningkatan kerjasama untuk mengintegrasikan jaringan antar penyedia layanan pos secara nasional. Peningkatan aplikasi berbasis teknologi informasi dalam hal penyediaan layanan pos sangat membantu dalam rangka mengefisienkan proses penyediaan layanan. Tabel 1. 5 Potensi dan Permasalahan Sektor POS POTENSI DAN PERMASALAHAN BIDANG POS No POTENSI No PERMASALAHAN 1 Hampir semua ibu kota kecamatan dalam kota telah terjangkau layanan pos universal 2 Meningkatnya kebutuhan pembangunan sarana tugu berkode pos di wilayah/daerah perbatasan dan 1 Dana bantuan operasional layanan pos universal tersebut belum mampu mencukupi beban operasional layanan pos universal (LPU). 2 Jumlah tugu berkode pos yang dibangun didaerah perbatasan dan pulau terluar 14

26 pulau terdepan sebagai tanda kedaulan wilayah NKRI 3 Beberapa Penyelengara Pos Nasional telah menggunakan sistem layanan berbasis on-line 4 diperlukannya regulasi yang kondusif dibidang perposan untuk pengembangan industri perposan. 5 Besarnya dana masyarakat yang beredar di luar jangkauan lembaga keuangan 6 Pemanfaatan prangko yang digunakan sebagai alat edukasi masyarakat, penyebarluasan informasi, bukti pelunasan biaya kiriman pos dan sebagai benda filateli belum memadai sesuai dengan batasbatas kedaulatan wilayah NKRI. 3 Masih belum terdapatnya standar bidang pos termasuk standarisasi pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam proses bisnis pos 4 Belum terpenuhnya regulasi yang mampu sebagai penjabaran dari perkembangan industri pos yang memenuhi tantangan dan dinamika yang berkembanng saat ini dan kedepan. 5 Belum dimanfaatkan secara optimal sarana dan prasarana Pos untuk masyarakat (laku pandai/financial inclution/layanan keuangan tanpa kantor) 6 Masyarakat belum teredukasi terkait pemahaman yang lebih luas mengenai peran dan manfaat prangko Pemerintah belum maksimal dalam pengelolaan dan pelestarian prangko yang saat ini tergerus oleh teknologi informasi Potensi dan Permasalahan Bidang Penyiaran Perkembangan teknologi dalam industri penyiaran saat ini sedang beralih dari era analog menuju ke era digital dimana Sistem penyiaran televisi digital memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah peningkatan kualitas layanan siaran. Tahapan Implementasi migrasi dari teknologi analog ke teknologi digital antara lain mengaktifkan program siaran digital, menjalani masa simulcast (siaran analog dan digital beroperasi secara bersama-sama), dan implementasi analog switch-off (ASO). Migrasi penyiaran TV dari analog menuju digital merupakan suatu keniscayaan. Namun perjalan nya tidaklah mudah karena beberapa hal seperti diantaranya dengan adanya keputusan Mahkamah Agung telah memutuskan pembatalan Peraturan Menteri Kominfo No. 22/PER/M.KOMINFO/11/2011, Kementrian Kominfo tetap melanjutkan program TV Digital, karena pada dasarkan Kominfo tetap menghormati putusan MA. Selanjutnya potensi dan permasalahan dalam sektor penyiaran dapat dilihat sebagi berikut Tabel 1. 6 Potensi dan Permasalahan Sektor Penyiaran POTENSI DAN PERMASALAHAN BIDANG PENYIARAN No POTENSI No PERMASALAHAN 15

27 1 Perkembangan layanan penyiaran yang sudah masuk ke era OTT Penyiaran membuat pilihan masyarakat akan program siaran semakin luas 2 Ekosistem penyiaran digital memberikan banyak benefit berupa saluran yang lebih luas, dan juga kualitas saluran yang lebih bagus daripada analog 3 Potensi meningkatnya minat masyarakat akan penyelenggaraan Televisi Berbayar 4 Penyiaran akan berkembang ke arah konvergensi dengan jenis layanan yang semakin beragam 5 Besarnya permintaan untuk pengajuan Lembaga Penyiaran 6 Indonesia masih memiliki wilayah yang luas yang belum diakses oleh layanan penyiaran 7 Besarnya penyelenggara penyiaran di Indonesia baik nasional maupun lokal 1 Belum adanya pengaturan OTT menyebabkan OTT lebih sebagai ancaman terhadap penyelenggara siaran eksisting (LPS, LPB, LPK, LPP) 2 - Tertundanya proses migrasi TV analog ke Digital (ASO/Analog Switch-off) - Kurangnya pembinaan bagi lembaga penyiaran sebagai media pelestari kearifan lokal 3 Perlu ada penyesuaian terhadap rencana UU yang mengakomodasi Konvergensi ke depan, terkait dengan LPB akan diatur dalam UU Penyiaran atau UU Telekomunikasi 4 UU Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran dan Peraturan teknis lainnya perlu disesuaikan kembali mengikuti perkembangan teknologi digital dan broadband serta prinsip prinsip diversity of content dan diversity of ownership. 5 Belum adanya database perizinan penyiaran yang terintegrasi dengan database pengelolaan spektrum fekuensi 6 Hanya penyelenggara TVRI dan RRI yang memiliki komitmen pembangunan hingga ke daerah, sedangkan Lembaga penyiaran lain hanya sebatas daerah menguntungkan 7 Persaingan usaha industri penyiaran masih belum memiliki arah pengaturan yang jelas, masih banyak daerah yang over supply, padahal demand tidak ada 1.5 Revisi Rencana Strategis Ditjen PPI Dasar Pertimbangan Seiring dengan perkembangan teknologi dan industri yang ada, maka dalam implementasinya telah terjadi banyak perubahan baik dalam implementasi teknologi jaringan, perubahan layanan dengan berkembangnya layanan Over The Top (OTT), perubahan arah regulasi konvergensi, adanya pengembangan kelembagaan Badan Balai 16

28 Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BPPPTI). Disamping itu Pemerintah dalam hal ini Kemkominfo akan melakukan percepatan pemerataan informasi dan lebih fokus untuk mendukung kebijakan nasional dalam hal konektivitas nasional maka berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo No. 21 Tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kominfo No. 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kominfo Tahun telah melakukan revisi rencana strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika terutama terkait sasaran strategis dan indikator kinerja sasaran strategis Kementerian Kominfo. Berdasarkan hal tersebut, Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Ditjen PPI) dianggap perlu melakukan penyesuaian terhadap Renstra Ditjen PPI tahun dengan berpedoman dan fokus untuk mendukung Renstra Kementrian Kominfo yang baru. Secara umum, dasar pertimbangan perlunya revisi Rencana strategis Ditjen PPI dapat dijabarkan sebagai berikut : Target dan Kebijakan Pemerintah RPJPN RPJMN RPI Nawa Cita Isu-Isu Strategis Perubahan Isu Industri Isu Teknologi Isu Kebijakan dan Regulasi Isu Kelembagaan Isu Capaian dan masalah Renstra eksisting Renstra Kominfo Renstra Ditjen PPI Identifikasi Masalah Perubahan Renstra Kominfo Alasan Perubaahn Renstra Kominfo Fokus PrioritasRevisi Renstra Kominfo Target,sasaran dan outcome Revisi Renstra Kominfo Revisi Renstra Kominfo Revisi Renstra Ditjen PPI Bidang Telekomunikasi Bidang Penyiaran Bidang Pos Bidang Kelembagaan dan SDM Gambar 1. 3 Kerangka Penyusunan Revisi Renstra Ditjen PPI Perubahan Rencana Stategis Kementerian Kominfo Perubahan rencana strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terjadi pada penentuan sasaran strategis dan indikator kinerja sasaran strategis yang mana pada Renstra Kominfo sebelumnya terdapat 4 (empat) sasaran strategis (SS) dirubah menjadi 3 (tiga) sasaran strategis (SS) seperti dijelaskan sebagai berikut : 17

29 Program Utama Kominfo Renstra Kominfo Eksisting 1. Pengembangan Broadband dan Efisiensi Industri 2. Pengembangan Content 3. Digitalisasi Industri 4. Government Public Relation (GPR) Revisi Renstra Kominfo 1. Pengembangan Broadband dan Efisiensi Industri 2. Pengembangan Content 3. Digitalisasi Industri 4. Government Public Relation (GPR) Sasaran Strategis Kominfo Terwujudnya Ketersediaan dan meningkatnya kualitas layanan komunikasi dan informasi untuk mendukung focus pembangunan pemerintah sebagai wujud kehadiran neagra dalammenyatakan kedaulatan dan pemerataan pembangunan Tersedianya aksespita lebar nasional, internet dan penyiaran dgital yang merata dan terjangkau untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendidikan, social, budaya dan hankam Terselenggaranya tata kelola Komunikasi dan Informasi yg efisien, berdaya saing dan aman Terciptanya budaya pelayanan, revolusi mental, reformasi birokrasi dan tata kelola Ken Kominfo yang berintegritas, bersih, efekstif dan efisien Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistemtik yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, efisien dan efektif Gambar 1. 4 Perubahan Sasaran Strategis Renstra Kominfo Perubahan Sasaran Strategis Kominfo juga mengakibatkan terjadinya perubahan pada Indikator Kerja Utama (IKU) termasuk perubahan pada target pencapaian kinerja untuk tahun yang secara umum dijabarkan sebagai berikut : Tabel 1. 7 Sasaran Strategi dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kominfo Sasaran Strategis/ Indikator Kinerja Utama SS.1. IKSS.1.1 Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik palapa ring (Jumlah Kab/kota: 514) IKSS.1.2 Persentase (%) Kab/Kota terlayani Akses broadband 4G LTE IKSS.1.3 (Jumlah Kab/kota: 514) Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri memperoleh akses telekomunikasi (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri : Desa)

30 Sasaran Strategis/ Indikator Kinerja Utama IKSS.1.4 IKSS.1.5 IKSS.1.6 IKSS.1.7 IKSS.1.8 IKSS.1.9 SS.2 Persentase (%) kecamatan di kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah lokpri kawasan Perbatasan : 187 kecamatan) Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/analog Switch Off (ASO) Persentase (%) nelayan dan petani go digital (Jumlah petani + nelayan per tahun 2013: 28,7 Juta) Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per tahun 2012: 56 juta) Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri tersedia layanan digital (Jumlah desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri: Desa) Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia IKSS.2.1 Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik (Survei Responden/Publik) SS.3 Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, efisien dan efektif IKSS.3.1 Opini Laporan Keuangan WTP WTP WTP WTP WTP IKSS.3.1 Indeks Reformasi Birokrasi B A A A A IKSS.3.1 Nilai Akuntabilitas Kinerja B A A A A Sumber : Peraturan Menteri No. 21 tahun 2016 tentang Perubahan Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun Adapun indikator kinerja utama Kementerian Komunikasi dan Informatika adalah sebagai berikut : 19

31 Tabel 1. 8 Sasaran Strategi dan Indikator Kinerja Utama Kominfo SS.1. Sasaran Strategis/ Indikator Kinerja Utama Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia IKU.1 Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik palapa ring (Jumlah Kab/kota: 514) IKU.2 Persentase (%) Kab/Kota terlayani Akses broadband 4G LTE (Jumlah Kab/kota: 514) SS.2 Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia IKU.3 Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik (Survei Responden/Publik) SS.3 Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, efisien dan efektif IKU.4 Indeks Reformasi Birokrasi B A A A A Sumber : Peraturan Menteri No. 21 tahun 2016 tentang Perubahan Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun Penyesuaian Rencana Stategis Ditjen PPI Dengan memperhatikan adanya perubahan rencana strategis Kementerian Kominfo tersebut, maka akan berdampak terhadap rencana strategis Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Ditjen PPI) yang juga mengalami perubahan mulai dari penjabaran sasaran program dan indikator kinerja sasaran program untuk dapat disesuaikan dengan target sebagaimana ditetapkan pada rencana strategis Kementerian Kominfo. Berikut kami jabarkan keterkaitan antara sasaran strategis Kominfo yang akan menjadi sasaran program Ditjen PPI sebagaimana berikut : 20

32 SS.1 Sasaran Strategis Kominfo SS.2 SS.3 Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, efisien dan efektif SP.1 SP.2 SP.3 SP.4 Terwujudnya industri pos, telekomunikasi dan penyiaran yang tertib administrasi, sehat, adil dan berkelanjutan. Terwujudnya pemerataan infrastruktur, ekosistem dan layanan pos, telekomunikasi dan penyiaran di seluruh wilayah Indonesia. Terwujudnya ASO (Analog Switch Off) Bidang Penyiaran. Ter laksanannya tata kelola Ditjen PPI yang bersih, efektif dan efisien. Sasaran Program DJPPI Gambar 1. 5 Pemetaan Sasaran Strategis Kominfo menjadi Sasaran Program Ditjen PPI Pada tabel diatas dijelaskan bahwa untuk mendukung dari sasaran strategis 1 (satu) kementerian kominfo maka diharapkan Ditjen PPI dapat melaksanakan kondisi industri pos, telekomunikasi dan penyiaran yang tertib administrasi, sehat, adil dan berkelanjutan (sasaran program 1). Hal ini sejalan dengan tugas dan fungsi yang diamanatkan kepada Ditjen PPI untuk menjaga iklim usaha pada bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran menjadi sehat dan berkelanjutan melalui regulasi dan kebijakan. Disamping itu dalam rangka menghilangkan kesenjangan informasi diseluruh wilayah Indonesia maka diperlukan adanya infrastruktur pada bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran dan juga diharapkan pemanfaatan dari infrastruktur tersebut dapat meningkatkan taraf hidup dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia (Sasaran Program 2). Untuk sasaran program 3 yaitu terwujudnya Analog Switched Off (ASO) pada bidang penyiaran, hal ini diharapkan apabila terwujud implementasi migrasi dari TV analog ke digital maka ada sumber daya frekuensi yang dapat dimanfaatkan untuk terciptanya penggunaan frekuensi yang efektif dan efisien dalam penyelenggaraan telekomunikasi dan penyiaran. Terhadap sasaran program ke 4, menggambarkan bahwa Ditjen PPI adalah Organisasi unit kerja eselon I yang wajib menjaga dan mematuhi aturan perundang-undangan dalam rangka penggunaan anggaran negara dalam pelaksanaan kinerja dengan memperhatikan azasazas good governance dan wajib dilakukan pelaporan secara transparan serta akuntabel. 21

33 BAB II VISI, MISI, DAN SASARAN PROGRAM 2.1 Rumusan Visi Rencana strategis (Renstra) Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun , disusun mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun RPJMN Tahun , disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda Pembangunan (Nawacita) Presiden dan wakil presiden periode Visi Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk tahun , mengacu kepada visi pembangunan nasional tahun , yaitu Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Visi Kementerian Komunikasi dan Informatika adalah visi institusi yang digunakan sebagai arahan kepada semua jajaran Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Rumusan itu disusun untuk mendukung tercapainya visi Pembangunan Nasional Tahun Untuk itu, seluruh sektor pembangunan dalam pemerintahan dan seluruh potensi bangsa wajib mewujudkan visi tersebut. Khusus Kementerian Komunikasi dan Informatika diharapkan dapat memberikan kontribusi melalui upaya mewujudkan masyarakat yang berpengetahuan, mandiri, dan berdaya saing tinggi melalui pemanfaatan TIK. Institusi yang memiliki kewajiban dan kewenangan serta tanggung jawab mewujudkan masyarakat informasi yang berpengetahuan, inovatif, komunikatif, mandiri, sejahtera, berdaya saing global berkarakter Indonesia tidak hanya Kementerian Komunikasi dan Informasi, tetapi juga pihak lain, baik lembaga pemerintah maupun nonpemerintah. Dalam konteks tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informasi memiliki fungsi sebagai perumus kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, kebijakan teknis, serta pelaksanaan kebijakan di bidang komunikasi dan informatika. Berdasarkan penjabaran diatas, maka Visi Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Ditjen PPI) sebagai jajaran Ditjen yang berada dibawah Kementerian Kominfo juga mengacu pada Visi Kementerian Kominfo tersebut terutama dalam hal penyelenggaraan pos dan informatika. 2.2 Rumusan Misi Dalam upaya untuk mewujudkan visi tersebut diatas, maka misi Ditjen PPI adalah melaksakan 7 misi pembangunan nasional melalui Penyelenggaraan Pos dan Informatika dalam rangka : 1. mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, 22

34 menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; 2. mewujudkan masyarakat maju berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum; 3. mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim; 4. mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera; 5. mewujudkan bangsa yang berdaya saing; 6. mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional; serta 7. mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. 2.3 Tujuan Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Ditjen PPI) berusaha mewujudkan tujuan dari Kementerian Kominfo dengan fokus pada penyelenggaraan pos dan informatika yang memiliki fungsi penyusunan regulasi, pengembangan dan pembinaan industri, pengawasan dan pengendalian dalam bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran. Oleh karena itu Tujuan dari Ditjen PPI lain adalah: a. Menciptakan kondisi lingkungan yang dapat mendorong pertumbuhan industri b. Menciptakan persaingan industri yang sehat dan fair c. Meningkatkan efisiensi industri komunikasi dan informatika; d. Meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi; e. Menciptakan sumber daya TIK yang unggul, produktif dan berdaya saing; f. Meningkatkan partisipasi publik terhadap pengambilan kebijakan publik; dan g. Menyediakan dukungan TIK dalam rangka pencapaian fokus pembangunan pemerintah Indonesia. 2.4 Sasaran Sasaran Strategis Kementerian Kominfo Sasaran strategis pembangunan komunikasi dan informatika tahun disusun berdasarkan 4 Fokus program utama Kementerian Kominfo yaitu: 1. Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai pendukung dari fokus pembangunan pemerintah di bidang pangan, maritim, energi, pariwisata, industri, infrastruktur, sumber daya manusia dan wilayah perbatasan 2. Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai leading sektor di bidang Telekomunikasi, Internet dan Penyiaran 3. Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai regulator yang mengatur kebijakan 23

35 di bidang Telekomunikasi, internet dan penyiaran 4. Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai bagian dari sistem birokrasi pemerintah yang harus dibenahi dalam rangka memberikan pelayanan publik yang prima. Program Utama Kemenkominfo berdasarkan nawacita dan agenda pembangunan nasional yang memberikan manfaat signifikan bagi rakyat dan negara. Gambar 2. 1 Fokus Kementerian Komunikasi dan Informatika Berdasarkan 4 fokus program utama tersebut di atas, maka sasaran strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun dirumuskan sebagai berikut: a. SS.1 Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia b. SS.2 Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia c. SS.3 Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, efisien dan efektif 24

36 2.4.2 Sasaran Program Ditjen PPI Dengan mengacu pada sasaran strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika diatas dan sesuai tugas pokok dan fungsinya, maka sasaran program Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika dirumuskan sebagai berikut: a. SP.1 Terwujudnya industri pos, telekomunikasi dan penyiaran yang tertib administrasi, sehat, adil dan berkelanjutan b. SP.2 Terwujudnya pemerataan infrastruktur, ekosistem dan layanan pos, telekomunikasi dan penyiaran di seluruh wilayah Indonesia c. SP.3 Terwujudnya ASO (Analog Switch Off) bidang Penyiaran d. SP.4 Terlaksanannya tata kelola Ditjen PPI yang bersih, efektif dan efisien. 2.5 Indikator Kinerja Indikator Kinerja Strategis Kementerian Kominfo Berdasarkan Sasaran strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika dapat dijabarkan indicator kinerja untuk masing-masing sasaran sebagai berikut : Tabel 2. 1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Strategis Kementerian Kominfo SS.1. Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia IKS.1.1 IKS.1.2 IKS.1.3 Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik palapa ring (Jumlah Kab/kota: 514) Persentase (%) Kab/Kota terlayani Akses broadband 4G LTE (Jumlah Kab/kota: 514) Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri : Desa) IKS.1.4 Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah kawasan perbatasan: 147 Lokasi) IKS.1.5 IKS.1.6 IKS.1.7 IKS.1.8 Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/analog Switch Off (ASO) Persentase (%) nelayan dan petani go digital (Jumlah petani + nelayan per tahun 2013: 28,7 Juta) Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per tahun 2012: 56 juta) 25

37 IKS.1.9 Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri tersedia layanan digital (Jumlah desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri: Desa) SS.2 Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia IKS.2.1 Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik (Survei Responden/Publik) SS.3 Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih IKS.3.1 IKS.3.2 IKS.3.3 Opini laporan keuangan Indeks Reformasi Birokrasi Nilai akuntabilitas kinerja Indikator Kinerja Program Jenderal PPI Berdasarkan Sasaran program DIrektorat Jenderal PPI dapat dijabarkan indikator kinerja untuk masing-masing sasaran sebagai berikut : Tabel 2. 2 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program Jenderal PPI SP.1 Terwujudnya industri pos, telekomunikasi dan penyiaran yang tertib administrasi, sehat, adil dan berkelanjutan IKP. 1.1 Jumlah kebijakan/regulasi yang mengikuti perkembangan dan mampu mendukung efisiensi penyelenggaraan bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran IKP. 1.2 Persentase keterjangkauan tarif layanan penyelenggaraan bidang telekomunikasi dibanding dengan GDP IKP. 1.3 IKP. 1.4 Presentase pencapaian PNBP bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran Persentase tingkat kepatuhan Penyelenggara Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran terhadap peraturan perundang undangan SP. 2 Terwujudnya pemerataan infrastruktur, ekosistem dan layanan pos, telekomunikasi dan penyiaran di seluruh wilayah Indonesia IKP. 2.1 IKP. 2.2 IKP. 2.3 Persentase peningkatan penetrasi fixed broadband di wilayah perkotaan Persentase peningkatan penetrasi fixed broadband di wilayah pedesaan Persentase peningkatan penetrasi mobile broadband di wilayah perkotaan 26

38 IKP. 2.4 IKP. 2.5 IKP. 2.6 IKP. 2.7 IKP. 2.8 Persentase peningkatan penetrasi mobile broadband di wilayah pedesaan Jumlah lokasi tersedianya infrastruktur penyiaran di wilayah Lokpri dan 3 T Jumlah KPCLPU yang beroperasi di seluruh wilayah Indonesia Prosentase tersedianya infrastruktur untuk keperluan khusus Jumlah tersediannya Sarana/Tugu Berkode Pos IKP. 2.9 Jumlah komunitas broadband yang memanfaatkan infrastruktur telekomunikasi/ broadband IKP Jumlah penerbitan perangko dan pembinaan filatelis SP. 3 Terwujudnya Implementasi migrasi TV Analog ke Digital/ Analog Switch Off (ASO) IKP. 3.1 IKP. 3.2 IKP. 3.3 Jumlah regulasi/kebijakan yang mengatur penyelenggaraan penyiaran digital Persentase penyediaan infrastruktur pemancar LPP TVRI dan RRI yang memiliki pemancar digital Jumlah lokasi yang dilaksanakan sosialisasi penyelenggaraan penyiaran digital SP. 4 Terlaksanannya tata kelola Ditjen PPI yang bersih, efektif dan effisien IKP. 4.1 IKP. 4.2 IKP. 4.3 IKP. 4.4 IKP. 4.5 Nilai akuntabilitas kinerja A Persentase pelaksanaan reformasi birokrasi sesuai dengan roadmap RB Persentase laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintah Persentase meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik Ditjen PPI Presentase Penyelesaian Proses Perizinan Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran yang tepat waktu, akuntabel dan transparan Secara umum pemetaan keterhubungan antara Renstra Kementerian Kominfo dikaitkan dengan Program Kerja dalam Renstra Ditjen PPI dapat digambarkan sebagai berikut 27

39 BAGAN PEMETAAN SASARAN PROGRAM DITJEN PPI TERHADAP SASARAN STRATEGIS KOMINFO Tujuan: Menjadikan bidang komunikasi dan informatika sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan sektor TIK nasional beserta ekosistemnya yang tangguh, efisien dan berdaya saing internasional sehingga tercipta peningkatan kesempatan kerja, penurunan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan antar-wilayah dengan tetap menjaga martabat, keamanan nasional, kedaulatan dan kemandirian bangsa SASARAN STRATEGI KOMINFO Sasaran Strategis 1: Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIKyang merata dan efisiendiseluruh wilayah Indonesia Sasaran Strategis 2: Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia Sasaran Strategis 3: Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi Informatika yang bersih, dan efisiendan efektif IKS. 1 : Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik palapa ring (Jumlah Kab/ kota: 514) IKS. 2: Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik palapa ring (Jumlah Kab/ kota: 514) IKS. 3: Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri : Desa) IKS. 4: Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah kawasan perbatasan: 147 Lokasi) IKS. 5: Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita IKS. 6: Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/analog Switch Off (ASO) IKS. 7: Persentase (%) nelayan dan petani go digital (Jumlah petani + nelayan per tahun 2013: 28,7 Juta) IKS.8: Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per tahun 2012: 56 juta) IKS. 9: Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri tersedia layanan digital (Jumlah desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri: Desa) IKS. 1 : Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasipublik (Survei Responden/Publik) IKS. 1 : Opini laporan keuangan IKS. 2: Indeks ReformasiBirokrasi IKS. 3: Tingkat akuntabilitas kinerja SASARAN PROGRAM DITJEN PPI SASARAN PROGRAM DITJEN PPI Sasaran Program 1: Terwujudnya industri pos, telekomunikasi dan penyiaran yang tertib administrasi, sehat, adil dan berkelanjutan Sasaran Program 2: Terwujudnya pemerataan infrastruktur, ekosistem dan layanan pos, telekomunikasi dan penyiaran di seluruh wilayah Indonesia. Sasaran Program 3: Terwujudnya ASO (Analog Switch Off) Bidang Penyiaran Adil industri yang mendapatkan perlakuan pemerintah, kesetaraan teknologi, yang adil dalam menyelenggarakan usahanya Sasaran Program 4: Terlaksanannya tata kelola Ditjen PPI yang bersih, efektif dan efisien IKP. 1.1 : Jumlah tersediannya kebijakan/regulasi yang mengikuti perkembangan dan mampu mendukung effisiensi penyelenggaraan bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran IKP. 1.2: Prosentase keterjangkauan tarif layanan penyelenggaraan bidang telekomunikasi yang terjangkau dibanding dengan GDP IKP. 1.3: Prosentase tercapainnya PNBP bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran IKP. 1.4 : Prosentase kepatuhan Penyelenggara Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran terhadap peraturan perundang - undangan IKP. 2.1 : Prosentase percepatan peningkatan penetrasi fixed broadband di wilayah perkotaan IKP. 2.2: Prosentase percepatan peningkatan penetrasi fixed broadband di wilayah pedesaan IKP. 2.3: Prosentase percepatan peningkatan penetrasi mobile broadband di wilayah perkotaan IKP. 2.4: Prosentase percepatan peningkatan penetrasi mobile broadband di wilayah pedesaan IKP.2.5: Prosentase tersediannya infrastruktur penyiaran di wilayah Lokpri dan 3 T IKP.3. 1 : Jumlah tersediannya regulasi penyelenggara penyiaran digital IKP. 3.2: Prosentase tersediannya infrastruktur pemancar LPP TVRI dan RRI yang memiliki pemancar digital IKP.3.3: Jumlah Provinsi yang dilaksanakan sosialisasi penyelenggaraan penyiaran digital industri yang dapat menyelenggarakan layanan di seluruh wilayah Indonesia secara merata Sehat Industri yang mampu melayani masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki sehingga mampu berkontribusi dalam peningkatan perekonomian negara melalui PNBP di sektor pos, telekomunikasi dan penyiaran Berkelanjutan industri yang mampu meningkatkan kompetensi SDM dan memberikan nilai tambah serta mengembangkan teknologi untuk dapat melakukan pelayanan secara berkesinambung Tertib Industri yang patuh terhadap peraturan administrasi perundang-undangan IKP. 5.1 : Nilai akuntabilitas kinerja A IKP. 5.2: Prosentase pelaksanaan reformasi birokrasi sesuai dengan roadmap RB IKP.5.3: Prosentase laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintah IKP. 5.4: Prosentase meningkatkannya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik IKP. 5.5 : Prosentase Penyelesaian Proses Perizinan Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran yang tepat waktu, akuntabel dan transparan IKP.2.6 : Jumlah KPCLPU yang beroperasi di seluruh wilayah Indonesia IKP. 2.7: Jumlah tersediannya infrastruktur keperluan khusus IKP. 2.8 : Jumlah tersediannya Sarana/Tugu Berkode Pos IKP. 2.9 : Jumlah komunitas broadband yang memanfaatkan infrastruktur telekomunikasi/ broadband IKP 2.10: Jumlah penerbitan prangko Gambar 2. 2 Pemetaan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kominfo dengan Indikator Sasaran Program Ditjen PPI 28

40 BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial maka salah satunya melakukan pembangunan infrastruktur komunikasi dan informatika di Indonesia yang memadai dan tersedianya layanan Komunikasi dan Informatika di semua daerah, tidak terkecuali di perdesaan, perbatasan negara, pulau terluar, hingga wilayah non-komersial lainnya. Untuk mencapai sasaran tersebut, negara harus mengoptimalkan pengelolaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit dengan efisien dalam pemakaian sumberdaya dan efektif dalam aplikasi penggunaannya serta pengaturan yang efektif dalam penyelenggaraan pos dan informatika sehingga dapat mewujudkan penggunaan TIK untuk menambah kesejahteraan masyarakat. Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat, mandiri, dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas yang disebut Nawacita yang kemudian diterjemahkan ke dalam agenda pembangunan RPJMN Tahun , yaitu: 1. menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara; 2. membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; 3. membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; 4. menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya; 5. meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; 6. meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; 7. mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik; 8. melakukan revolusi karakter bangsa; 9. memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. 29

41 3.1.1 NAWACITA Dari sembilan agenda prioritas pemerintah tersebut, sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Komunikasi dan Informatika memfokuskan kepada tiga agenda prioritas. Ketiga agenda tersebut adalah Nawacita-2, Nawacita-3 dan Nawacita-6. Dalam rangka membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya, dalam RPJMN Tahun disusun ke dalam 5 sub agenda prioritas, yaitu sebagai berikut : 1. melanjutkan konsolidasi demokrasi untuk memulihkan kepercayaan publik; 2. meningkatkan peranan dan keterwakilan perempuan dalam politik dan pembangunan; 3. membangun transparasi dan akuntabilitas kinerja pemerintahan; 4. menyempurnakan dan meningkatkan kualitas reformasi birokrasi nasional (RBN); dan 5. meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik aesuai dengan tugas pokok dan fungsi, Kementerian Komunikasi dan Informatika memfokuskan kepada sub agenda prioritas 3), 4) dan 5). 1. NAWACITA 2 Agenda yang disampaikan pada NAWACITA 2 adalah membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Sasaran yang ingin diwujudkan adalah meningkatnya transparansi dan akuntabilitas dalam setiap proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang ditandai dengan terwujudnya sistem pelaporan dan kinerja instansi pemerintah, meningkatnya akses publik terhadap informasi kinerja instansi pemerintah; makin efektifnya penerapan e-pemerintahan untuk mendukung manajemen birokrasi secara modern; dan meningkatnya implementasi pemerintahan terbuka pada seluruh instansi pemerintah. Arah Kebijakan dan Strategi yang ditempuh antara lain: 1. Penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja instansi pemerintah secara terintegrasi, kredibel, dan dapat diakses publik yang akan ditempuh melalui strategi antara lain: a. penguatan pengawasan terhadap kinerja pembangunan nasional; dan b. pemantapan implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada seluruh instansi pusat dan daerah. 2. Penerapan e-government untuk mendukung bisnis proses pemerintahan dan pembangunan yang sederhana, efisien dan transparan, dan terintegrasi yang dilaksanakan melalui strategi, antara lain : a. penguatan kebijakan e-government yang mengatur kelembagaan e- government, b. penguatan sistem dan infrastruktur e-government yang terintegrasi; c. penyempurnaan/penguatan sistem pengadaan secara elektronik serta 30

42 pengembangan sistem katalog elektronik; dan d. penguatan sistem kearsipan berbasis TIK. 3. Penerapan open e-government merupakan upaya untuk mendukung terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka, partisipasif dan akuntabel dalam penyusunan kebijakan publik, serta pengawasan terhadap penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Strategi pelaksanaannya ditempuh antara lain : a. Pembentukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) pada setiap publik negara; b. peningkatan kesadaran masyarakat tentang keterbukaan informasi publik; publikasi semua proses perencanaan, c. penganggaran dan pelaksanaan anggaran kedalam website masing-masing K/L/D; d. penyediaan ruang partisipasi publik dalam menyusun dan mengawasi pelaksanaan kebijakan publik; e. pengembangan sistem publikasi informasi proaktif dan interaktif yang dapat diakses publik; f. diterbitkannya Standard Operating Procedure (SOP) layanan publik; g. pengelolaan Sistem dan Jaringan Informasi Kearsipan Nasional; dan h. penguatan lembaga pengarsipan karya-karya fotografi Indonesia. 1) Sub Agenda 3 Nawacita-2 Agenda yang ingin dilaksanakan oleh pemerintah dalam Sub Agenda 3 Nawacita-2 adalah membangun Transparasi dan Akuntabilitas Kinerja Pemerintahan. Sasaran yang ingin diwujudkan adalah meningkatnya kualitas birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik dalam mendukung peningkatan daya saing dan kinerja pembangunan nasional di berbagai bidang, yang ditandai dengan: terwujudnya kelembagaan birokrasi yang efektif dan efisien; meningkatkan kapasitas pengelolaan reformasi birokrasi; diimplementasikannya UU Aparatur Sipil Negara secara konsisten pada seluruh instansi pemerintah; dan meningkatnya kualitas pelayanan publik. Arah Kebijakan dan Strategi yang ditempuh antara lain : 1. Restrukturisasi kelembagaan birokrasi pemerintah agar efektif, efisien dan sinergis, yang ditempuh melalui strategi: a. penyempurnaan desain kelembagaan pemerintah (Kementerian, LPNK dan LNS); b. penataan kelembagaan internal pemerintah pusat dan daerah yang mencakup evaluasi/audit organisasi, penataan tugas, fungsi dan kewenangan, c. penyederhanaan struktur secara vertikal dan/atau horizontal; dan d. penguatan sinergitas antar lembaga baik di pusat maupun di daerah. 2. Penguatan kapasitas pengelolaan reformasi birokrasi nasional yang ditempuh dengan 31

43 strategi antara lain: a. penguatan kelembagaan dan tata kelola pengelolaan reformasi birokrasi nasional; b. penataan regulasi dan kebijakan di bidang aparatur negara; c. perluasan dan fasilitasi pelaksanaan RB pada instansi pemerintah daerah; dan d. penyempurnaan sistem evaluasi pelaksanaan RBN. 3. Penerapan manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) yang transparan, kompetitif, dan berbasis merit yang dilaksanakan melalui strategi antara lain: a. penetapan formasi dan pengadaan CPNS dilakukan dengan sangat selektif sesuai prioritas kebutuhan pembangunan dan instansi; b. penerapan sistem rekrutmen dan seleksi pegawai yang transparan, kompetitif, berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK); c. penguatan sistem dan kualitas penyelenggaraan diklat; d. penerapan sistem promosi secara terbuka, kompetitif, dan berbasis kompetensi didukung oleh makin efektifnya pengawasan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN); e. penerapan sistem manajemen kinerja pegawai; dan penguatan sistem informasi kepegawaian nasional. 4. Peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditempuh melalui strategi, antara lain: a. memastikan implementasi UU 25/2009 tentang Pelayanan Publik secara konsisten; b. mendorong inovasi pelayanan publik; serta c. peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik. 2) Sub Agenda 4 Nawacita-2 Agenda yang ingin dilaksanakan oleh pemerintah dalam Sub Agenda 4 Nawacita-2 adalah Penyempurnaan dan Peningkatan Kualitas Reformasi Birokrasi Nasional (RBN) sehingga pemerintah fokus kepada penguatan kapasitas dan efektivitas pengawasan pelayanan publik. Sasaran yang ingin diwujudkan untuk meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik adalah meningkatnya keterbukaan informasi publik dan komunikasi publik, meningkatnya akses masyarakat terhadap informasi publik, dan meningkatnya open government pada seluruh instansi pemerintah. Untuk mencapai sasaran tersebut arah kebijakan dan strategi yang akan ditempuh adalah membangun Keterbukaan Informasi Publik dan Komunikasi Publik, yang akan ditempuh dengan strategi: a. Pengembangan kebijakan bidang komunikasi dan informasi termasuk keterbukaan 32

44 informasi publik, pengelolaan dan penyebaran informasi publik; b. Fasilitasi untuk mendorong instansi pemerintah pusat dan daerah, wajib membuat laporan kinerja, serta membuka akses informasi publik sesuai dengan UU No. 14 tahun 2008 dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Negara yang transparan, efektif, efisien, dan akuntabel, serta dapat dipertanggungjawabkan; c. Fasilitasi dorongan bagi pembentukan dan penguatan peran PPID dalam mengelola dan memberikan pelayanan informasi secara berkualitas; d. Fasilitasi untuk mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan partisipasi publik dalam pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan keputusan; e. Penyediaan konten informasi publik berkualitas untuk meningkatkan kecerdasan dan pengembangan kerpriadian bangsa dan lingkungan sosialnya terutama di daerah terdepan, terluar, tertinggal, dan rawan konflik; f. Penguatan media center, media komunitas, media publik lainnya, kelompok informasi masyarakat (KIM), dan M- Pustika sebagai media penyebaran informasi publik yang efektif; g. Kampanye publik terkait revolusi mental; h. Penguatan SDM bidang komunikasi dan informasi; i. Penguatan Government Publik Relation (GPR) untuk membangun komunikasi interaktif antara pemerintah dan masyarakat; 3) Sub Agenda 5 Nawacita-2 Dalam Sub agenda 5 NAWACITA-2, pemerintah ingin meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik yang dilaksanakan melalui: 1. Penguatan Komisi Informasi Pusat (KIP); Dewan Pers; dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). 2. Mendorong masyarakat untuk dapat mengakses informasi publik dan memanfaatkannya, yang akan ditempuh dengan strategi: a. Penguatan kemitraan dengan pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, swasta, dan media untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya informasi publik dan berpartisipasi dalam proses penyusunan dan pengawasan kebijakan; b. Penguatan literasi media dalam peningkatan kesadaran, kemampuan, dan kapasitas masyarakat untuk memilih dan memanfaatkan media sesuai dengan kebutuhannya;dan 33

45 c. Diseminasi informasi publik terkait dengan prioritas program pembangunan nasional melalui berbagai media. Sasaran yang ingin diwujudkan untuk meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik adalah meningkatnya keterbukaan informasi publik dan komunikasi publik; meningkatnya akses masyarakat terhadap informasi publik; dan meningkatnya implementasi open government pada seluruh instansi pemerintah. Pengembangan kawasan perbatasan negara yang selama ini dianggap sebagai pinggiran negara, diarahkan menjadi halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan terdiri: (i) pendekatan keamanan (security approach), dan (ii) pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach), yang difokuskan pada 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dan 187 Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) di 41 Kabupaten/Kota dan 13 Provinsi. Arah kebijakan pengembangan kawasan perbatasan adalah mempercepat pembangunan kawasan perbatasan diberbagai bidang, terutama peningkatan bidang ekonomi, sosial dan keamanan, serta menempatkan kawasan perbatasan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga secara terintegrasi dan berwawasan lingkungan. 2. NAWACITA 3 Agenda NAWACITA-3 yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan. Untuk mempercepat pengembangan kawasan perbatasan tersebut ditempuh strategi pembangunan antara lain : 1. Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara berdasarkan karakteristik wilayah, potensi lokal, dan mempertimbangkan peluang pasar negara tetangga dengan didukung pembangunan infrastrktur transportasi, energi, sumber daya air dan telekomunikasi- informasi. 2. Membangun kedaulatan energi di perbatasan Kalimantan dan kedaulatan telekomunikasi dan informasi di seluruh wilayah perbatasan negara 3. NAWACITA 6 NAWACITA 6 merupakan program pemerintah untuk meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. Dalam rangka meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, di RPJMN Tahun disusun ke dalam 11 sub agenda prioritas, yaitu sebagai berikut : 34

46 1. membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan; 2. membangun transportasi umum masal perkotaan; 3. membangun perumahan dan kawasan pemukiman; 4. peningkatan efektivitas, dan efisiensi dalam pembiayaan infrastruktur; 5. penguatan investasi; 6. mendorong BUMN menjadi agen pembangunan; 7. peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi; 8. akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional; 9. pengembangan kapasitas perdagangan nasional; 10. peningkatan daya saing tenaga kerja; dan 11. peningkatan kualitas data dan informasi statistik dalam sensus ekonomi tahun Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, Kementerian Komunikasi dan Informatika memfokuskan kepada sub agenda prioritas 1). Beberapa sasaran yang ingin diwujudkan untuk membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan adalah sebagai berikut: 1. tersedianya layanan komunikasi dan informatika di perdesaan, perbatasan negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya melalui, jangkauan layanan akses telekomunikasi universal dan internet mencapai 100 persen di wilayah USO; 2. tersedianya layanan pitalebar dengan tujuan: a. terhubungnya jaringan tulang punggung serat optik nasional di seluruh pulau besar dan kabupaten/kota; b. tingkat penetrasi fixed pitalebar di perkotaan 71 persen rumah tangga dan 30 persen populasi, di perdesaan 49 persen rumah tangga dan 6 persen populasi; dan c. tingkat penetrasi mobile pitalebar (1 Mbps) di perkotaan 100 persen dan di perdesaan 52 persen. 3. pengoptimalisasian pengelolaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit melalui: a. migrasi sistem penyiaran televisi dari analog ke digital selesai (analog switch off); b. tersedianya alokasi spektrum frekuensi yang mendukung layanan pitalebar. 4. tercapainya tingkat literasi TIK nasional sebesar 75 persen; 35

47 5. tersedianya layanan e-government dan dikelolanya data sebagai asset strategis nasional melalui: a. indeks e-government nasional mencapai 3,4 (skala 4,0); b. jumlah pegawai pemerintah yang paham TIK menjadi 100 persen. Dengan arah kebijakan dan strategi sebagai berikut: 1. Mentransformasi Kewajiban Pelayanan Universal (Universal Service Obligation/USO) menjadi pitalebar-ready dengan cara reformulasi kebijakan penggunaan dana USO yang lebih berorientasi kepada ekosistem pitalebar (tidak hanya untuk penyediaan infrastruktur dan daerah perdesaan) dan memperkuat kelembagaan pengelola Dana USO; 2. Mengoptimalisasi pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit sebagai sumber daya terbatas melalui: a. Penataan ulang alokasi spektrum frekuensi (spektrum refarming) dengan prinsip netralitas teknologi; b. Optimalisasi frekuensi dan jaringan infrastruktur wireless pada instansi Pemerintah dengan implementasi konsep Government Radio Network (GRN); c. Konsolidasi infrastruktur dan spektrum bagi penyelenggara jaringan bergerak seluler, FWA, dan BWA maupun lembaga penyiaran dengan memperhatikan kebijakan dan regulasi kompetisi yang berkeadilan; d. Memastikan migrasi TV analog ke digital sesuai jadwal yang ditetapkan; e. Mempercepat ketersediaan spektrum di sub-1 GHz termasuk alokasi frekuensi digital dividend yang memadai untuk mempercepat distribusi pitalebar; f. Mendorong penggunaan spektrum frekuensi secara dinamis dan fleksibel: spektrum sharing, spektrum consolidation, mobile virtual network operator (MVNO); g. Melakukan optimalisasi dan konsolidasi sumber daya satelit nasional termasuk frekuensi maupun slot orbit, mendorong kerjasama dengan industry satelit global, dengan memperhatikan kepentingan nasional dan efisiensi spektrum; dan h. Mengkaji pembangunan satelit pitalebar nasional 3. Mempercepat implementasi e-government dengan mengutamakan prinsip keamanan, interoperabilitas dan cost effective melalui: a. Menetapkan Masterplan e-government Nasional sebagai rujukan bagi pengembangan e-government di seluruh instansi pemerintah; 36

48 b. Melakukan moratorium pembangunan fasilitas pusat data dan pusat pemulihan data oleh instansi pemerintah untuk kemudian bermigrasi ke pusat data bersama dengan memperhatikan solusi sistem yang efisien dan ramah lingkungan, antara lain komputasi awan (cloud computing); c. Membangun infrastruktur bersama yaitu jaringan komunikasi pemerintah yang aman (secured government network) serta fasilitas pusat data dan pusat pemulihan data yang terkonsolidasi. d. Mendorong pengembangan industri TIK dalam negeri melalui harmonisasi kebijakan, regulasi, dan program pemerintah, serta implementasi kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), insentif bagi peningkatan kualitas SDM TIK nasional, dan insentif bagi manufaktur lokal RPJMN Pembangunan komunikasi dan informatika di Indonesia harus menjadi gabungan antara pengembangan infrastruktur yang memadai dan tersedianya layanan Komunikasi dan Informatika di semua daerah, tidak terkecuali di perdesaan, perbatasan negara, pulau terluar, hingga wilayah non-komersial lainnya. Untuk mencapai sasaran tersebut, negara harus mengoptimalkan pengelolaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit dengan efisien dalam pemakaian sumberdaya dan efektif dalam aplikasi penggunaannya. Informasi yang dikelola dengan baik dan melibatkan sumber daya pitalebar (bandwidth) akan menghasilkan pengetahuan yang sangat khas bagi suatu negara sesuai dengan alam dan budayanya sehingga menjadi kekayaan yang sangat berharga. Pengetahuan itu dapat menjadi landasan dan berkontribusi bagi pembangunan berbagai sektor, seperti industri, pariwisata, maritim, energi, pertanian, dan pendidikan. Dengan arah kebijakan yang tepat, bidang komunikasi dan informatika akan berperan dalam mentransformasi masyarakat menuju masyarakat yang berdikari dan berdaya saing tinggi. Sasaran lain dalam pembangunan Komunikasi dan Informatika adalah menyediakan layanan e-government yang memadai disertai pengelolaan pusat data nasional sebagai kekayaan strategis bangsa. Dengan pelayanan berbasis elektronik, citra birokrasi yang bersih, profesional, dan siap melayani akan lebih mudah tercapai. Masyarakat juga dapat terlayani dengan lebih cepat, hemat waktu dan biaya, serta terukur dalam banyak hal, seperti pembiayaan hingga pelayanan tunggal satu pintu. Itulah yang menjadi salah satu hal penting dari sembilan agenda prioritas atau Nawacita pemerintah. Untuk mewujudkan sasaran tersebut, dibutuhkan kinerja yang baik tidak hanya dari sisi aparat pemerintah, tetapi juga masyarakat, minimal dengan tingkat literasi TIK nasional 75%. Dengan tingkat literasi itu, pemanfaatan TIK untuk hal positif dan bermanfaat akan menunjang kreativitas dan daya saing bangsa di tingkat internasional. Dengan meningkatnya masyarakat yang melek TIK, akses masyarakat terhadap informasi publik akan meningkat. 37

49 Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat, mandiri, dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas yang disebut Nawacita yang kemudian diterjemahkan ke dalam agenda pembangunan RPJMN Tahun , yaitu: 1. menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara; 2. membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; 3. membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; 4. menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya; 5. meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; 6. meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; 7. mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik; 8. melakukan revolusi karakter bangsa; 9. memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Dari sembilan agenda prioritas pemerintah tersebut, sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Komunikasi dan Informatika memfokuskan kepada tiga agenda prioritas. Ketiga agenda tersebut adalah Nawacita-2, Nawacita-3 dan Nawacita Rencana Pita Lebar Indonesia Pemerintah telah menyelesaikan penyusunan rencana pembangunan pitalebar nasional yang dituangkan dalam Rencana Pitalebar Indonesia dan ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun Pitalebar dalam Rencana Pitalebar Indonesia didefinisikan sebagai akses internet dengan jaminan konektivitas selalu tersambung, terjamin ketahanan dan keamanan informasinya serta memiliki kemampuan triple-play dengan kecepatan minimal 2 Mbps untuk akses tetap (fixed) dan 1 Mbps untuk akses bergerak (mobile). Walaupun pitalebar didefinisikan secara teknis, keberhasilan pembangunan pitalebar tidak saja dinilai dari penyediaan prasarana, tetapi juga dari tingkat adopsi dan kualitas penggunaannya dalam mendukung pertumbuhan pembangunan nasional dan daya saing Indonesia di tingkat global, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Dalam lima tahun ke depan (2019), pembangunan pitalebar nasional direncanakan dapat memberikan akses tetap di wilayah perkotaan ke 71% rumah tangga (20 Mbps) dan 30% populasi, serta akses bergerak ke seluruh populasi (1 Mbps). Adapun di wilayah perdesaan, prasarana pitalebar akses tetap diharapkan dapat menjangkau 49% rumah tangga (10 Mbps) dan 6% populasi, serta akses bergerak ke 52% populasi (1 Mbps). 38

50 Untuk meningkatkan adopsi layanan pitalebar oleh masyarakat luas, harga layanan pitalebar ditargetkan paling tinggi sebesar 5% dari rata-rata pendapatan bulanan pada akhir tahun Penguatan industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam negeri diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar terjaring (captive market) yang meliputi 4,5 juta orang Pegawai Negeri Sipil, 50 juta siswa, 3 juta pendidik, dan 60 juta rumah tangga pengguna internet. Dalam rangka mengubah potensi pitalebar menjadi manfaat nyata, pembangunan pitalebar perlu dipercepat. Untuk itu, pemerintah akan melakukan intervensi dalam bentuk regulasi dan/atau pendanaan yang bersifat stimulan dan katalisator tanpa mengambil alih atau berkompetisi dengan penyelenggara. Sebagai langkah awal, Program Unggulan yang mendorong pembangunan pitalebar nasional telah ditetapkan. Program Unggulan tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu (1) Konektivitas Ekonomi, yang terdiri atas Proyek Ring Palapa, Pipa Bersama, dan Proyek Percontohan Konektivitas Nirkabel untuk Pitalebar Perdesaan; (2) Konektivitas Pemerintah dalam bentuk Jaringan dan Pusat Data Pemerintah Terpadu; dan (3) Pendorong (enabling) yang terdiri atas Reformasi Dana Kewajiban Pelayanan Universal (Universal Service Obligation) serta Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Industri TIK Nasional. Selain itu, lima sektor prioritas pembangunan pitalebar juga telah ditetapkan, yaitu e- Pemerintahan, e-kesehatan, e-pendidikan, e-logistik, dan e-pengadaan. Kebutuhan pendanaan pembangunan pitalebar tahun untuk pelaksanaan enam Program Unggulan dan lima sektor prioritas diperkirakan mencapai Rp 278 triliun atau sekitar 0,46% dari PDB. Adapun kontribusi APBN diperkirakan mencapai 10% dari total kebutuhan pendanaan. Kontribusi APBN akan dikonfirmasi dalam proses penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Program Prioritas Pengembangan Telekomunikasi dan Informatika Focus pembangunan dan prioritas nasional adalah menjaga pertumbuhan ekonomi dan mendorongnya akan lebih mengakselerasi kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, Bappenas mendorong agar setiap K/L agar memprioritaskan belanja pemerintah untuk pencapaian sasaran prioritas nasional sebagaimana dimaksud, yang dilakukan dengan pendekatan Money Follow Program yang bersifat holistik, tematik, integrative, dan spasial. Kata kunci di atas, bahwa setiap program yang disusun oleh setiap K/L harus dengan pendekatan Money Follow Program yang bersifat holistik, tematik, integrative, dan spasial. Maka Bappenas menyusun 10 Prioritas Nasional sebagai acuan setiap K/L untuk menysusun program programnya. Berikut 10 Prioritas Nasional yang disusun oleh Bappenas. 39

51 Pendidikan Pendidikan Vokasi Peningkatan kualitas guru Kesehatan Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Preventif dan Promotif (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Perumahan dan Pemukiman Penyediaan Perumahan Layak Air Bersih dan Sanitasi Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata Pengembangan 3 Kawasan Pariwisata (dari 10) Pengembangan 5 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) (dari 10) Pengembangan 3 Kawasan Industri (KI) (dari 14) Perbaikan Iklim Investasi dan Penciptaan Lapangan Kerja Ketahanan Energi EBT dan Konservasi Energi Pemenuhan Kebutuhan Energi Ketahanan Pangan Peningkatan Produksi pangan Pembangunan sarana dan prasarana pertanian (termasuk irigasi) Penanggulangan Kemiskinan Jaminan dan Bantuan Sosial Tepat Sasaran Pemenuhan Kebutuhan Dasar Peningkatan Daya Saing UMKM dan Koperasi Infrastruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi (darat, laut, udara, dan inter-moda) Pengembangan Telekomunikasi dan Informatika Pembangunan wilayah Pembangunan Wilayah Perbatasan dan Daerah Tertinggal Pembangunan Perdesaan Reforma Agraria Pencegahan dan Penanggulangan Bencana (a.l Kebakaran Hutan) Percepatan Pembangunan Papua Politik, Hukum, dan Pertahanan Keamanan Penguatan Pertahanan Stabilitas Politik dan Keamanan Kepastian Hukum Reformasi Birokrasi PN yang terkait dengan Kominfo Gambar Program Prioritas Nasional di kembangkan Bapennas Sector telekomunikasi termasuk kepada salah satu dari 10 prioritas nasional, yaitu infrastruktur, konektivitas, dan kemaritiman. Dari prioritas nasional sector telekomunikasi tersebut, kemudian diterjemahkan kedalam 5 kegiatan prioritas dalam pengembangan telekomunikasi dan informatika. 40

52 Gambar 3. 2 Lima Kegiatan Prioritas Pengembangan TIK Nasional Kelima program di atas merupakan acuan bagi setiap sakter dalam lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menyusun program programnya guna mendukung semangat yang dituangkan oleh Bappenas, yaitu menjaga pertumbuhan ekonomi dan mendorongnya agar lebih meningkat guna mendorong kesejahteraan masyarakat Forum dan Kesepakatan Multilateral a. ITU Tujuan awal didirikannya ITU adalah untuk memfasilitasi dan membuat regulasi mengenai interkoneksi dan interoperabilitas jaringan telegraf. Pada saat ini telah berkembang mengurusi mengenai seluruh bidang TIK, baik mengatur mengenai spektrum frekuensi radio, orbit satelit, dan alokasinya, penyiaran digital, tata kelola internet, teknologi mobile, hingga standardisasi televisi 3D yang harus ditaati oleh semua negara anggotanya. Keikutsertaan atau partisipasi aktif Delegasi Indonesia pada forum-forum yang diselenggarakan oleh ITU adalah melalui penyampaian dokumen atau paper contribution yang menguraikan mengenai posisi Indonesia atas sejumlah isu yang dibahas dalam sidang. Pada tahun 2014, program dan kegiatan ITU yang diikuti oleh Kementerian Kominfo diantaranya WSIS+10 Multi Stakeholder Platform, ITU Council Working Group on WSIS, ITU Council 2014, WSIS+10 High Level Event, dll. Banyak manfaat konkrit yang secara umum diperoleh Indonesia selama menjadi negara anggota ITU salah satunya di dalam pembangunan dan perkembangan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) baik secara global maupun nasional, hal ini tercermin dengan diperolehnya asistensi expert dari ITU dalam proses penyusunan roadmap Indonesia Broadband Plan dan Indonesia diberikan prioritas untuk fellowship (beasiswa/sponsorship) 41

53 pada berbagai training/workshop yang diselenggarakan oleh ITU. Selain itu Indonesia juga memperoleh informasi dan kemudahan dalam mengkoordinasikan alokasi spectrum frekuensi dan orbit satelit antar negara, memperoleh kajian yang bermanfaat bagi masukan pembangunan sector dan regulasi telekomunikasi di Indonesia, penawaran untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek ITU serta penawaran asistensi expert ITU. Lebih lanjut diharapkan adanya Continued support dari Kemlu dan Kementerian Keuangan bagi proses penyelesaian Host Country Agreement ITU Area Office Jakarta antara Pemerintah Indonesia dengan ITU supaya dapat segera diselesaikan. b. UPU Universal Postal Union (UPU) merupakan forum utama bagi bertemunya para negara anggota dan para penyelenggara layanan pos (Postal Designated Operator) seluruh dunia guna merumuskan dan mentapkan peraturan pos internasional yang mencakup administrasi pos, operasional/tata laksana pos internasional, serta produk dan jasa layanan pos. UPU juga menyediakan asistensi teknis kepada negara anggotanya dalam mengembangkan sector pos. Indonesia telah menjadi anggota UPU sejak 1 Mei 1877 dan mendapatkan banyak manfaat konkrit sebagai anggota UPU baik dari sisi pemerintah (Kementrian Kominfo) maupun bagi PT Pos Indonesia (Persero). Dengan bergabung sebagai anggota UPU dan mengikatkan diri pada suatu perjanjian multilateral, maka wilayah NKRI menjadi bagian dari Satu Wilayah Pos Tunggal Dunia/Single Postal Territory yang memungkinkan Pemerintah Indonesia dapat menjamin hak masyarakatnya untuk berkomunikasi dengan penduduk dunia melalui layanan pos yang aman, akurat dan harga yang terjangkau. Bagi PT Pos Indonesia selaku operator Pos yang ditunjuk oleh pemerintah Indonesia untuk mengimplementasikan ketentuan dalam akta-akta/regulasi perposan dunia di Indonesia banyak juga mendapatkan manfaat, antara lain kesempatan untuk berkontribusi pada pengembangan e-services dengan menjadi Chairman Interconnectivity Group pada E- Services Committee di badan tetap UPU Postal Operation Council, kesempatan untuk mengembangkan kualitas layanan pos melalui pemanfaatan Quality of Service Fund, dll. Rencana pemanfaatan keanggotaan Indonesia dalam UPU yaitu Indonesia akan mencalonkan kembali sebagai anggota POC (Postal Operation Council) dan CA (Council of Administration) pada kongres UPU tahun 2016 mendatang di Instanbul, Turki. c. WSIS World Summit on the Information Society (WSIS) Forum 2015 telah diselenggarakan pada tanggal Mei 2015 di Jenewa, Swiss. Pertemuan tersebut mengusung tema Innovating Together: Enabling ICTs for Sustainable Development. Forum ini juga menjadi wadah koordinasi bagi implementasi kegiatan, saling tukar informasi dan pengalaman terbaik bagi seluruh stakeholders WSIS. Pembahasan substansi dalam forum ini ditujukan untuk mengembangkan kerja sama global dalam mewujudkan pemanfaatan ekosistem Information Communication and Technology (ICT). 42

54 Pertemuan WSIS Forum 2015 terdiri dari sesi High Level Statement dan High Panel Discussions yang menjadi sarana bagi para pemangku kebijakan tingkat tinggi untuk menyampaikan pandangan terkait capaian, tantangan, dan rekomendasi dalam kemajuan implementasi WSIS Action Lines serta langkah-langkah dalam integrasi kebijakan ICT dengan Post Development Agenda Selain itu, terdapat pula sesi panel dan diskusi interaktif yang ditujukan bagi seluruh multistakeholders WSIS dalam bentuk Country Workshops, Thematic Workshops, Interactive Sessions, serta WSIS Action Lines Facilitation Meeting. Secara umum, kesimpulan hasil WSIS Forum 2015 terpolaritas antara negara maju dan negara berkembang. Negara maju lebih menaruh perhatian besar pada isu-isu kebebasan berekspresi dan privasi dalam internet, sedangkan negara berkembang banyak menyuarakan kebutuhan akan transfer teknologi, ketersediaan akses informasi yang lebih terjangkau, serta peningkatan peran negara dalam menyeimbangkan keterbukaan informasi dengan dimensi etis dalam pemanfaatan internet oleh masyarakat. 3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika Arah kebijakan dan strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika didasarkan pada program utama Kementerian Komunikasi dan Informatika diarahkan pada 4 aspek, yaitu : a. Program Kominfo yang mendukung fokus pembangunan pemerintah Indonesia b. Program Kominfo sebagai leading sector c. Program legislasi di bidang Komunikasi dan Informatika tahun d. Program internal terkait reformasi birokrasi dan revolusi mental Secara umum program utama Kementerian Komunikasi dan Informatika tersebut dijabarkan dibawah ini : 43

55 Sumber : Rencana Strategis Kemkominfo, A. Program Kominfo yang mendukung Focus Pembangunan Pemerintah Indonesia 1. Mewujudkan Konektivitas Pitalebar Nasional Strategi Kementrian komunikasi dan Informatika dalam Mewujudkan Konektivitas Pitalebar nasional adalah: Terkait Universal Service Obligation (USO) a. Redesain USO i. Menyusun bisnis model redesain ii. Menetapkan PM tentang redesain USO b. Penyelenggaraan 3 pilot sistem desa pitalebar terpadu di desa nelayan, desa pertanian, dan desa pedalaman sesuai 50 lokasi prioritas BNPP c. Penyelenggaraan sistem desa pitalebar terpadu (desa nelayan, desa pertanian, dan desa pedalaman) di 50 lokasi prioritas BNPP d. Membangun 575 BTS di daerah tertinggal, terluar dan terpencil e. Menyediakan akses internet di 4000 lokasi (sesuai prioritas, seperti 100% sekolah SD-SMA termasuk madrasah) f. Revitalisasi dan optimalisasi National Internet Exchange (NIX) 44

56 Non-Universal Service Obligation (Non-USO) a. Design TIK environment sebagai acuan di area fokus pembangunan b. Koordinasi lokasi prioritas dengan K/L terkait dengan penyelenggara telekomunikasi c. Membuat kebijakan yang memberikan insentif kepada operator untuk memusatkan pengembangannya ke lokpri sektor unggulan sesuai model d. Memfasilitasi dan memonitor implementasi e. Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDEKA) ke 1000 desa f. Pembentukan 1500 agen perubahan Internet Cerdas, Kreatif, dan Produktif (i- CAKAP) di daerah perbatasan, tertinggal, dan terluar. 2. Mewujudkan Pemerintah Sebagai Government Public Relation (GPR) Government Public Relations (GPR) merupakan program prioritas untuk memastikan masyarakat mengetahui apa yang dilakukan pemerintah dan berpartisipasi dalam pembangunan. Implementasi GPR dilaksanakan sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik. Strategi Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam mewujudkan kebijakan pemerintah sebagai GPR adalah: a. Pemerintah sebagai penentu agenda (agenda setting ) isu-isu di masyarakat untuk membangun kepercayaan publik terhadap pemerintah sebagai sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya b. Membentuk lembaga jejaring komunikasi c. Menyusun dan memantau implementasi regulasi tentang GPR oleh K/L/D d. Menyediakan dan menyebarkan konten informasi publik ke seluruh Indonesia 3. Mendukung Revolusi Mental Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam medukung revolusi mental adalah: a. Menyusun strategi komunikasi dalam rangka efektifitas diseminasi informasi tentang revolusi mental b. Diseminasi informasi ke seluruh pelosok Indonesia terkait revolusi mental B. Program Kominfo sebagai Leading Sector Program Kominfo sebagai leading sector diarahkan pada pengembangan infrstrutkur akses pita lebar (broadband) dengan teknologi 4G, penciptaan industri yang efisien, pengembangan cyber security, digitalisasi industri dan government public relation (GPR). 1. Pengembangan Infrastruktur Akses Pitalebar termasuk Layanan 4G 45

57 Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mendukung pengembangan infrastruktur pitalebar termasuk layanan 4G adalah: a. Menata Sumber Daya spektrum frekuensi radio b. Menjaga keberlangsungan orbit satelit Indonesia, agar tetap menjadi milik dan kendali Indonesia c. Menggelar jaringan tulang punggung serat optik nasional (Palapa Ring) untuk menghubungkan 497 kab/kota di Indonesia 2. Efisiensi industri telekomunikasi Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mendorong efisiensi industri telekomunikasi adalah: a. Mendorong operator telekomunikasi untuk berkonsolidasi dalam rangka efisiensi industri telekomunikasi b. Membangun infrastruktur pasif bersama (Passive infrastructure sharing) dalam rangka meringankan biaya investasi pembangunan infrastruktur telekomunikasi c. E-Licensing Spektrum Radio (Machine to machine) 3. Mendorong Peningkatan Jumlah Kandungan Dalam Negeri pada Alat dan Perangkat Telekomunikasi Kebijakan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mendorong peningkatan jumlah kandungan dalam negeri pada alat dan perangkat telekomunkasi merupakan bentuk keberpihakan pemerintah terhadap industri telekomunikasi. Strateginya adalah dengan memantau dan mengawasi implementasi regulasi tentang TKDN alat dan perangkat telekomunikasi. Tujuannya adalah untuk mengurangi impor alat dan perangkat telekomunikasi yang menjadi salah satu pemicu defisit neraca perdagangan. 4. Mengintegrasikan Nomor Panggilan Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mengintegrasikan nomor panggilan untuk menghadapi keadaan darurat nasional adalah dengan menyediakan nomor panggilan tunggal darurat (single emergency number) 5. Penataan Registrasi Prabayar Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mencegah penyalahgunaan sarana telekomunikasi dan peredaran kartu prabayar yang tidak terkendali yang mengakibatkan maraknya SMS spam, penipuan, penawaran yang tidak dikehendaki dan SARA serta tidak dapat dilakukannya traceability jika terjadi pelanggaran, maka perlu dilakukan revisi/perkuatan regulasi tentang registrasi pelanggan dan tata niaga distribusi kartu prabayar. Untuk memastikan pelaksanaanya diperlukan langkah-langkah guna menunjang implementasi regulasi berupa: a. Dibuat sarana yang menampung aduan langsung dari masyarakat yang bekerjasama dengan operator; 46

58 b. Dilakukan perjanjian kerjasama dengan Ditjen Dukcapil Kemendagri dalam rangka pemanfaatan data kependudukan dalam pelaksanaan registrasi kartu prabayar; c. Pelaksanaan uji petik lapangan secara acak secara berkala untuk memastikan regulasi dipatuhi oleh penyelenggara dan menjatuhkan sanksi adminitratif jika terjadi pelanggaran 6. Mengurangi Peredaran Perangkat Telepon Seluler Ilegal Strategi Kementerian Komunikasi dan Informastika dalam mengurangi peredaran perangkat telepon seluler ilegal yang berpotensi merugikan negara dalam hal kontribusi pajak, adalah dengan : a. Merumuskan strategi/kebijakan penataan registrasi IMEI untuk perangkat telepon seluler; b. Mendukung K/L terkait dalam dalam rangka pengendalian masuknya perangkat telepon seluler ilegal ke dalam negeri; c. Memastikan penyelenggara meregistrasi seluruh IMEI perangkat pelanggannya. Melakukan monitoring pelaksanaan registrasi IMEI perangkat telekomunikasi pelanggan 7. Meningkatkan Keamanan Informasi dan Optimalisasi tata Kelola Internet Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam meningkatkan keamanan informasi dan optimalisasi tata kelola internet, adalah dengan: a. Menyiapkan rujukan standardisasi security untuk sektor strategis b. Menerapkan Sertifikasi sistem elektronik strategis c. Pembentukan Panel untuk penanganan situs bermuatan negatif d. Pemberian tanda daftar sistem penyelenggaraan elektronik e. Penyusunan dan pengesahan PM Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) dan PM Lembaga Sertifikasi Keandalan (LSK) 8. Mendorong Pertumbuhan e-commerce Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mendorong pertumbuhan e-commerce nasional, adalah dengan: a. Merumuskan Roadmap e-commerce Nasional untuk 5-19 tahun ke depan b. Melakukan pengumpulan data proliferasi e-commerce c. Mendorong pengembangan dan peningkatan jumlah start up company 9. Menerapkan DNS dalam Rangka Mengurangi Konten Ilegal Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menerapkan DNS dalam rangka mengurangi konten ilegal, berbahaya, dan malware, adalah dengan: a. Menetapkan PM tentang DNS Nasional (Tersedianya DNS Nasional) b. Diharapkan 4 penyelenggara jaringan telekomunikasi sudah menerapkan DNS Nasional pada Q c. Implementasi DNS Nasional secara menyeluruh 47

59 10. Mengintegrasikan Layanan e-government Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mengintegrasikan layanan e-government nasional, adalah dengan: a. Menyusun masterplan dan memastikan penetapan perpres e-government sebagai dasar penerapan layanan e-government b. Mendorong tercapainya index PeGI Nasional 3,4 c. Integrasi database dan layanan e-government di instansi pemerintah 11. Mempercepat Proses Migrasi TV Analog ke Digital Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mempercepat proses migrasi TV analog ke digital (digitalisasi), adalah dengan: a. Menyusun kebijakan/regulasi percepatan migrasi TV analog ke digital b. Memastikan migrasi TV analog ke digital selesai sesuai jadwal switch off (2018) c. Mendorong percepatan revisi UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang merupakan inisiatif DPR d. Menciptakan ekosistem penyelenggaraan penyiaran digital melalui landscape industri penyiaran yang baru yang mengadopsi semangat konvergensi C1. Program Legislasi Nasional 1. Memastikan Terselesaikannya Revisi UU ITE Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menyusun revisi UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE, adalah dengan: a. Konsolidasi naskah akademik tentang UU ITE dengan seluruh stakeholder b. Menyampaikan naskah akademik dan RUU perubahan kepada DPR melalui Presiden 2. Penyusunan Revisi UU Penyiaran Bersama DPR Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menyusun Revisi UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, adalah dengan: a. Menyusun naskah akademik dan daftar inventarisasi masalah dengan melibatkan partisipasi publik dan seluruh stakeholder sebagai bahan pembahasan dengan DPR b. Menyusun rancangan perundang-undangan sebagai pelaksana turunan undang-undang 3. Penyusunan RUU RTRI Bersama DPR Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menyusun RUU tentang Radio Televisi Republik Indonesia (RTRI), adalah dengan menyusun naskah akademik dan daftar inventarisasi masalah dengan melibatkan partisipasi publik dan seluruh stakeholder sebagai bahan pembahasan dengan DPR. 4. Memastikan Terselesaikannya RUU Bidang Komunikasi dan Informatika 48

60 Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menyusun beberapa RUU bidang komunikasi dan informatika, adalah dengan menyusun naskah akademik sebagai bahan pembahasan dengan DPR terkait: a. Perlindungan data pribadi b. Migrasi Televisi Terestrial dari Analog ke Digital c. Konvergensi Telematika (Revisi UU Telekomunikasi) d. Pos C2. Program Internal terkait Reformasi Birokrasi dan Revolusi Mental 1. Merubah paradigma birokrasi dari perizinan menjadi pelayanan, dengan melakukan program change management Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam merubah paradigma pelayanan dengan melakukan program change management, adalah dengan: a. Launching budaya organisasi reformasi birokrasi dan pelayanan kemkominfo b. Menetapkan PM tentang pelayanan publik di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika, untuk mendorong ASN Kementerian Komunikasi dan Informatika agar berorientasi pelayanan c. Menerapkan implementasi Reformasi Birokrasi secara menyeluruh di Kementerian Komunikasi dan Informatika d. Menyusun sistem dan mekanisme di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika e. Mempercepat proses perizinan di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika f. Memastikan indeks PeGI Kementerian Komunikasi dan Informatika sesuai dengan target rata-rata nasional 2. Melakukan Kajian Terkait Kesiapan Masyarakat dalam Penerapan Pitalebar Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam melakukan kajian kesiapan masyarakat untuk penerapan pitalebar, adalah dengan: a. Menyusun desain riset, studi literatur, dan pemetaan terhadap stakeholder b. Analisa dan penyusunan rekomendasi hasil riset terkait kesiapan tenaga kerja dalam menghadapi pitalebar 3. Menerapkan metode Risk Based Internal Audit Program Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menerapkan metode Risk Based Internal Audit Program, adalah dengan: a. Pengawalan terhadap proses pengadaan b. Review atau evaluasi atas pengelolaan PNBP dan anggaran c. Audit kinerja atas program utama Kementerian Komunikasi dan Informatika 49

61 d. Audit atas pengelolaan BMN (termasuk hibah) e. Pendampingan atas penyusunan Laporan Keuangan f. Tindak lanjut hasil pemeriksaan eksternal 3.3 Arah Kebijakan dan Strategi Jenderal PPI Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Pos Arah Kebijakan Sektor Pos Integrasi ekonomi di kawasan ASEAN mulai diberlakukan pada tahun Untuk menyambut hal tersebut, semua sektor pendukung integrasi ekonomi di kawasan ASEAN harus dibenahi, salah satunya sektor logistik. Indonesia sebagai negara yang memiliki geografis yang besar, sektor logistik memiliki potensi untuk berkembang dengan pesat kedepannya. Industri pengiriman di Indonesia harus berkembangan seiring dengan adanya Integrasi Ekonomi di kawasan ASEAN yang merupakan suatu potensi besar bagi penyelenggara pos lokal. Apabila potensi tersebut tidak ditangkap, maka akan direbut perusahaan asing. Tantangan lainnya dalam sektor Pos nasional adalah pengembangan teknologi untuk menunjang penyediaan layanan Pos, serta peningkatan integrasi antar penyedia layanan pos nasional. Peningkatan teknologi dalam penyediaan layanan pos membantu dalam mengefisienkan proses penyediaan layanan, sehingga dapat meningkatkan daya saing penyelenggara layanan pos nasional. Seperti halnya penyelenggara layanan pos asing yang memiliki sistim IT yang baik, sehingga mampu mengintegrasikan kegiatan logistik mereka dengan baik. Selain itu, pentingnya integrasi antar penyelenggara pos sangat diperlukan guna mempurluas wilayah operasi layanan. Integrasi antar penyelenggara layanan pos lokal dan integrasi antar penyelenggara layanan pos lokal dengan asing perlu dijalin dengan baik. Dengan integrasi yang baik, penyelenggara layanan pos dapat memperluas area layanan walaupun tidak memiliki cukup banyak modal untuk melakukan pembangunan titik layanan pos di banyak wilayah layanan. Untuk itu, diperlukan regulasi yang dapat meningkatkan integrasi/kerjasama antar penyelenggara layanan pos untuk meningkatkan daya saing dan meningkatkan jangkauan layanan pos. Penyelenggaraan pos apabila dibandingkan dengan penyelenggaraan di bidang Informatika (telekomunikasi dan penyiaran) memang bukan termasuk bisnis yang interaktif. Perkembangan informatika melalui kecanggihan teknologi dan penetrasi layanan ke masyarakat lambat laun memakan porsi bisnis pos, masyarakat yang dahulunya berkomunikasi melalui surat fisik mulai beralih dengan menggunakan sarana elektronik baik melalui telekomunikasi maupun penyiaran (televisi dan radio). Untuk itu, eksistensi layanan Pos yang merupakan tanggung jawab pemerintah perlu mendapatkan perhatian serius. Salah satu layanan yang dapat disediakan oleh PT. Pos adalah layanan laku pandai (financial inclution). Tingginya angka unbankeble people 50

62 (masyarakat yang tidak memiliki tabungan di Bank) merupakan potensi yang cukup baik untuk dilayani oleh PT.Pos. PT. Pos dengan luas cakupannya yang hampir menjangkau seluruh wilayah Indonesia, merupakan alternatif solusi yang cukup menjanjikan untuk memberikan akses layanan keuangan bagi masyarakat, utamanya masyarakat menengah ke bawah yang belum memiliki akun bank. Akses ke lembaga keuangan dapat membantu masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah untuk menabung atau mandapatkan pinjaman mikro dengan bunga yang relatif rendah, mengingat biaya administrasi Bank yang cukup tinggi bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Untuk menjaga eksistensi layanan Pos, maka RPJMN mentargetkan pembangunan sektor pos yang berkelanjutan. Berikut sasaran program yang ingin dicapai dalam sektor Pos antara lain: a. Tersedianya Tools regulator guna mendorong industri Pos yang berdaya saing dan ramah lingkungan. b. Tersedianya infrastruktur dan layanan pos yang merata dan terjangkau baik komersial maupun universal. c. Tersedianya infrastruktur dan layanan pos yang merata dan terjangkau baik komersial maupun universal. Berdasarkan poin sasaran program di atas, maka arah kebijakan yang akan ditempuh sektor Pos dalam 5 tahun ke depan antara lain dapat dijabarkan oleh gambar di bawah ini. Regulasi pos termasuk DNI Penyehatan Industri Pos terutama BUMN PNBP Sektor Pos Kewajiban Layanan Pos Universal Infrastruktur Tugu Pos Kode Administrasi Wilayah Perizinan layanan Pos Standarisasi jasa pos Tarif dan Interkoneksi Pengembangan prangko dan pembinaan Filateli Layanan keuangan tanpa kantor atau laku pandai Hubungan internasional Gambar 3. 3 Kebijakan Strategis Jangka menengah Sektor Pos Strategi Sektor Pos 1. Pemerataan layanan Pos Nasioal a. Membangun titik layanan Pos (sarana dan prasarana) di desa lintas batas negara melalui dana APBN. 51

63 b. Mengembangkan titik layanan Pos di wilayah non komersial dengan pola kemitraan saling menguntungkan. c. Mempersiapkan pengaturan/regulasi berkaitan dengan formulasi kontribusi penyelenggara Pos untuk penyelenggaraan LPU. 2. Peningkatan kerjasama penyelenggaraan Pos nasional a. Mengembangkan kerjasama atau kemitraan antar penyelenggara pos untuk LPU. b. Mendukung pelaksanaan kerjasama atau kemitraan antar penyelenggara Pos untuk LPK. c. Merealisasikan kerjasama antar penyelenggara Pos dalam sistem distribusi untuk mendukung sistem logistik nasional. d. Memantapkan kerjasama teknis listas sektoral dalam perhubungan nasional khususnya sub sistem distribusi (wajib angkut pos) e. Memantapkan kerjasama teknis lintas sektoral untuk mendukung sistem logistik nasional. f. Mempersiapkan/membuat pengaturan tentang kerjasama lintas sektoral dalam rangka mendukung sistem pembayaran nasional. 3. Pengaturan persaingan usaha dan kompetisi penyelenggaraan pos nasional a. Mempersiapkan dan membuat pengaturan tentang kompetisi dan persaingan usaha yang sehat. b. Memberikan pengaturan dalam metode perhitungan tarif berbasis biaya. 4. Peningkatan daya saing pos nasional a. Melaksanakan standarisasi tentang pemanfaatan teknologi untuk proses bisnis Pos. b. Memberikan pengaturan/regulasi tentang sertifikasi SDM layanan Pos dalam rangka pencapaian standar pelayanan minimal. c. Mempersiapkan pemanfaatan properti penyelenggara Pos untuk mendukung sub sistem pergudangan dalam sistem logistik nasional. d. Mempersipkan infrastruktur penyelenggara Pos dalam sistem pembayaran terpadu bagi berbagai kepentingan. e. Meningkatkan posisi tawar penyelenggara Pos nasional melalui kerjasama penyelenggara Pos domestik dengan penyelenggara Pos asing. f. Membangun citra positif antar penyelenggara Pos dalam negeri dalam menghadapi pasar global. g. Mempersiapkan sistem perizinan on-line yang lebih efisien dan transparan. 52

64 3.3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Telekomunikasi Efisiensi Industri Telekomunikasi Arah dan kebijakan sektor telekomunikasi secara umum diarahkan pada adanya efisiensi industri dan transformasi industri menuju industri yang ideal sehingga penyelenggaraan industri telekomunikasi di Indonesia menjadi sehat dan terus berkembang. Perkembangan sektor telekomunikasi di Indonesia dewasa ini berkembang cukup pesat, ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah pengguna layanan telekomunikasi yang telah melebihi populasi penduduk Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh lahirnya era persaingan industri telekomunikasi dari yang awalnya monopoli dan duopoli yang ditandai dengan adanya Undang-Undang nomor 36 tahun 1999 menggantikan Undang-Undang nomor 3 tahun Era Kompetisi pada sektor telekomunikasi ditandai dengan banyaknya jumlah penyelenggara telekomunikasi yang bersaing dalam menyediakan layanan telekomunikasi bagi masyarakat. Kondisi industri telekomunikasi saat ini yang sudah full kompetisi ternyata dinilai kurang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan negara melalui sektor telekomunikasi. indikatornya adalah industri telekomunikasi belum dapat menciptakan pemerataan infrastruktur dan layanan telekomunikasi hingga ke seluruh pelosok negeri. Hingga saat ini masih sangat banyak wilayah Indonesia yang belum terjangkau oleh layanan telekomunikasi. selain memang karena rendahnya komitmen penyelenggara telekomunikasi untuk membangun infrastruktur jaringan dan layanan telekomunikasi, peran negara juga masih kurang optimal dalam pemerataan jaringan dan layanan telekomunikasi. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi sebagaimana diamanatkan oleh UU 36 tahun 1999 dilakukan oleh swasta dengan tujuan meningkatkan penetrasi infrastruktur dan layanan telekomunikasi. Namun pada kenyataannya Pembangunan infrastruktur telekomunikasi oleh swasta ternyata menimbulkan permasalahan baru. Swasta yang profitoriented tentunya melakukan pembangunan infrastruktur dengan perhitungan bisnis yang cukup detail, sehingga banyak daerah yang tidak profitable minim infrastruktur telekomunikasi atau bahkan tidak terdapat infrastruktur dan layanan telekomunikasi. Akibatnya, terjadi ketimpangan digital (Digital Devide) di Indonesia, karena layanan telekomunikasi haya dapat dinikmati oleh masyarakat di daerah urban yang profitable, sedangkan di daerah rural yang dianggap kurang profitable akan minim sekali infrastruktur telekomunikasi. Infrastruktur telekomunikasi yang merupakan infrastruktur dasar dalam pengembangan infrastruktur broadband di Indonesia perlu menjadi konsen pemerintah ke depan. Pengembangan infrastruktur dan layanan broadband yang diikuti dengan adopsi dan utilisasi oleh masyarakat akan memberikan keuntungan yang besar, baik bagi masyarakat secara personal, maupun dampak besar bagi perekonomian negara secara makro. Dari penjelasan diatas maka didapatkan isu-isu yang strategis yang akan dihadapi adalah sebagai berikut : 1. Terjadi inefisiensi dalam pembangunan dan pemerataan infrastruktur telekomunikasi; 53

65 2. Terjadi inefisiensi dikarenakan belum adanya koopetisi diantara operator dalam rangka efisiensi biaya penyelenggaraan; 3. Efektifitas penyelenggaraan telekomunikasi belum dicapai dengan baik; 4. Integrase layanan telekomunikasi dengan layanan digital sebagai bagian monetasi jaringan belum optimal; 5. Penggunaan telekomunikasi untuk layanan kebencanaan dan layanan kepemerintahan harus didukung infrastruktur dan standardisasi penyediaannya Berdasarkan hal tersebut dalam rangka mewujudkan efisiensi industri bidang telekomunikasi yang diharapkan terciptanya penyelenggaraan industri telekomunikasi yang tertib administrasi, sehat, adil dan berkelanjutan maka program strategis Ditjen PPI akan di arahkan ke kebijakan dan regulasi untuk mendukung efisiensi bidang telekomunikasi. Adapun dapat digambarkan dengan skema dibawah ini : 54

66 Gambar 3.8 Driver Tree Program Efisiensi Industri Telekomunikasi Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Penyiaran Efisiensi Industri Penyiaran Arah dan kebijakan sektor penyiaran secara umum diarahkan pada adanya efisiensi industri dan transformasi industri menuju industri yang ideal melalui migrasi penyelenggaraan penyiaran analog menjadi penyiaran digital dan kebijakan digital dividen. Dalam UU No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran disebutkan bahwa sistem penyiaran nasional dibentuk untuk menjaga integrasi nasional, kemajemukan masyarakat Indonesia dan terlaksananya otonomi daerah, yang menjamin terciptanya tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Lembaga penyiaran merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggungjawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial. Pertumbuhan industri penyiaran secara tren menunjukan grafik yang naik terutama pada penyiaran radio. Namun ada data lain yang menunjukan industri radio kurang bergairah. Ada dua indikator yang menunjukan perkembangan bisnis industri radio di negeri kita kurang menggairahkan. Indikator pertama; dari pasar pengiklan yaitu dimana % RadEx (belanja iklan radio) terhadap AdEx (belanja iklan secara keseluruhan) yang cenderung turun terus terutama satu dekade terakhir. National radio expenditure Indonesia dari angka 3,5 % turun terus sampai menembus level di bawah 2%. Bahkan jumlahnya dalam rupiah sempat menurun. Sedangkan sebagai perbandingan di negara-negara tetangga dan di beberapa negara maju masih bisa di atas 5%. Indikator kedua; dari pasar pendengar, % Radio Reach (prosentase perbandingan jumlah pendengar radio terhadap jumlah populasi penduduk) yang juga cenderung menurun 10 tahun terakhir. Rata-rata % radio reach 50-60%. Dari angka tersebut dapat diketahui bahwa saat ini dari 10 orang, hanya 5 hingga 6 orang yang masih mau mendengarkan radio. Dari indikator tersebut maka dibutuhkan adanya kondisi dimana didapatkan jumlah penyelenggara penyiaran yang ideal dan optimal. Dibutuhkan pemetaan terhadap market dan ketersediaan sumber daya frekuensi agar didapatkan penyelenggaraan industri penyiaran yang efisien. Disamping itu diperlukan juga adanya pola kerjasama khususnya apabila implementasi dari migrasi TV analog ke digital telah dilaksanakan maka akan tercipta struktur industri yang baru yaitu adanya penyelenggara Multiplexer dan penyelenggara konten siaran. Berdasarkan hal tersebut dalam rangka menjalanakan funsi regulator DItjen PPI telah membuat strategi untuk dapat men- drive dan mengarahkan program kerja ke arah kebijakan terwujudnya efisiensi industri telekomunikasi, adapun dapat dijelaskan pada diagram dibawah ini : 55

67 Gambar 3. 9 Driver Tree Program Efisiensi Industri Penyiaran Implementasi Migrasi TV Analog Ke Digital (ASO) Sejarah sistem penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada 17 Agustus 1962 yang ditandai dengan mulai beroperasinya Televisi Republik Indonesia (TVRI) dengan siaran pertamanya adalah peringatan ulang tahun ke 17 proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dari halaman Istana Merdeka Jakarta. Pada awalnya TVRI adalah proyek khusus untuk menyukseskan penyelenggaraan Asian Games ke 4 di Jakarta. Siaran TVRI sehubungan dengan Asian Games dikoordinir oleh Organizing Comitte Asian Games IV yang dibentuk khusus untuk event olahraga, di bawah naungan Biro Radio dan Televisi Departemen Penerangan. Mulai 12 November 1962 TVRI mengudara secara reguler setiap hari. Pada 1 Maret 1963 TVRI mulai menayangkan iklan seiring dengan ditetapkannya TVRI sebagai televisi berbadan hukum yayasan melalui keputusan presiden RI nomer 215 tahun Namun pada tahun 1981 dengan berbagai alasan politis TVRI tidak diijinkan lagi menayangkan iklan. mapping bisnis media yang dijalani operator Mulai tahun 1988 TVRI mulai mendapat teman dalam penyiaran di Indonesia. Pemerintah telah mulai mengijinkan televisi swasta beroperasi di Indonesia, yaitu RCTI (1988), SCTV (1989), TPI (1990), ANTV (1993), INDOSIAR (1995), MetroTV (2000), Trans7 (2001), TransTV (2001), TVOne (2002) dan GlobalTV (2002). Siaran televisi digital di Indonesia sudah tidak dapat terelakkan lagi keberadaannya. Sistem penyiaran digital merupakan perkembangan yang sangat pesat di dunia penyiaran dimana terdapat peningkatan kapasitas layanan melalui efisiensi pemanfaatan spektrum frekuensi radio. Sistem penyiaran televisi digital bukan hanya mampu menyalurkan data gambar dan 56

68 suara tetapi juga memiliki kemampuan multifungsi dan multimedia seperti layanan interaktif dan bahkan informasi peringatan dini bencana. Mulai awal tahun 2012, Indonesia melalui Peraturan Menteri Kominfo No. 05 tahun 2012, mengadopsi standar penyiaran televisi digital terestrial Digital Video Broadcasting - Terrestrial second generation (DVB-T2) yang merupakan pengembangan dari standar digital DVB-T yang sebelumnya ditetapkan pada tahun Dalam hal ini, pemerintah berusaha untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat dan menganggapnya sebagai suatu peluang bagi pengembangan industri penyiaran nasional ke depan. Sebelum menetapkan standar digital tersebut, pemerintah terlebih dahulu melakukan kajian dan konsultasi publik dengan melibatkan para stakeholders terkait. Penyiaran televisi digital terrestrial adalah penyiaran yang menggunakan frekuensi radio VHF / UHF seperti halnya penyiaran analog, akan tetapi dengan format konten yang digital. Dalam penyiaran televisi analog, semakin jauh dari stasiun pemancar televisi signal akan makin melemah dan penerimaan gambar menjadi buruk dan berbayang. Lain halnya dengan penyiaran televisi digital yang terus menyampaikan gambar dan suara dengan jernih sampai pada titik dimana signal tidak dapat diterima lagi. Singkat kata, penyiaran TV digital hanya mengenal dua status: Terima (1) atau Tidak (0). Artinya, apabila perangkat penerima siaran digital dapat menangkap sinyal, maka program siaran akan diterima. Sebaliknya, jika sinyal tidak diterima maka gambar-suara tidak muncul. Dengan siaran digital, kualitas gambar dan suara yang diterima pemirsa jauh lebih baik dibandingkan siaran analog, dimana tidak ada lagi gambar yang berbayang atau segala bentuk noise (bintik-bintik semut) pada monitor TV. Pada era penyiaran digital, penonton TV tidak hanya menonton program siaran tetapi juga bisa mendapat fasilitas tambahan seperti EPG (Electronic Program Guide) untuk mengetahui acara-acara yang telah dan akan ditayangkan kemudian. Dengan siaran digital, terdapat kemampuan penyediaan layanan interaktif dimana pemirsa dapat secara langsung memberikan rating terhadap suara program siaran. Salah satu visi Indonesia pada tahun 2045 adalah Indonesia yang maju dan modern, dimana Indonesia menginginkan meraih urutan 8 besar dunia. Salah satu aspek yang perlu dibenahi dalam mencapai Indonesia yang maju dan modern adalah aspek penyiaran. Berdasarkan kesepakatan International Telecommunication Union (ITU) melalui Geneva 2006 Frequency Plan Agreement, disepakati bahwa tanggal 17 Juli 2015 merupakan batas waktu bagi Negara di seluruh dunia untuk melakukan migrasi dari penyiaran analog menuju penyiaran digital. Kesepakatan migrasi ini direspon positif oleh pemerintah melalui Kementrian Komunikasi dan Informatika dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 22 tahun PM tersebut pada intinya memuat pembagian jenis penyelenggaraan penyiaran menjadi 2, yaitu penyelenggara multiplexing dan penyelenggara konten siaran, selanjutnya membagi wilayah Indonesia dalam zona-zona siaran dan menyerahkan pengisian zona tersebut kepada swasta dengan jaminan pemerintah, dan yang terakhir semua penyelenggara swasta yang memiliki izin penyelenggara siara analog, secara otomatis memperoleh izin 57

69 siara digital, walaupun tidak semua penyelenggara swasta dapat menjadi penyelenggara multipleksing. Namun, pada tanggal 26 September 2013 melalui keputusan Mahkamah Agung Nomor 38P/HUM/2012, PM 22 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to Air) dibatalkan oleh Mahkamah Agung. Banyak hal yang menjadi dasar dan pertimbangan Mahkamah Agung membatalkan Peraturan Menteri tersebut, salah satunya karena PM nomor 22 tahun 2011 ini dianggap bertentangan dengan UU 32 tahun 2002 tentang penyiaran. PM tersebut dianggap tidak memiliki dasar yuridis dan sandaran Undang-undang yang berlaku. Keputusan tersebut jelas membuat rencana analog switch-off pada sektor penyiaran yang direncanakan pada Juli 2015 akan menjadi terganggu, selain itu, sudah terdapat pemenang tender di beberapa zona yang sudah terlanjut membangun infrastruktur multiplexer untuk menyediakan layanan siaran digital. Potensi keterlambatan implementasi analog switch-off menimbulkan beberapa kerugian bila dilihat dari beberapa perspektif, berikut potensi yang hilang akibat potensi keterlambatan analog switch-off dari beberapa perspektif: 1. Perspektif Konsumen: Kualitas gambar dan suara lebih baik (jernih, tajam, dan tidak bersemut ), pilihan program siaran lebih banyak (1 kanal bisa 12 program), layanan interaktif seperti (Electronic Program Guide/EPG, cuaca, arus lalin, bahkan berbelanja), High Definition Television (HDTV), Early Warning System (EWS); 2. Perspektif Lembaga Penyiaran: Efisiensi infrastruktur dan biaya operasional, Potensi pendapatan sewa mux dari penyelenggara jasa siaran menjadi hilang karena penyelenggara mux sudah membangun infrastruktur multiplexer namun tidak mendapatkan pendapatan sewa dari penyelenggara jasa siaran. 3. Perspektif Industri Kreatif: Menumbuhkan industri konten kreatif dan inovatif. 4. Perspektif Industri Perangkat: Peluang industri manufaktur nasional untuk memproduksi Set Up Box lokal. 5. Perspektif Pemerintah: Efisiensi penggunaan spektrum frekuensi radio (digital devidend). Potensi keterlambatan implementasi ASO tersebut bertentangan dengan rencana yang disusun dan diharapkan dapat terealisasi terkait implementasi Digital Switch-over di Indonesia. Berikut gambaran kondisi yang diharapkan pemerintah terkait migrasi ke siaran TV Digital. 58

70 Gambar 3.4 Tahapan Implementasi Digitalisasi Sistem Penyiaran Indonesia Berdasarkan roadmap pada gambar di atas, jelas bahwa analog switch-off yang diharapkan pemerintah sesuai dengan ketentuan batas waktu analog switch-off oleh ITU yaitu pada tahun Selain permasalahan digitalisasi penyiaran sebagaimana di jelaskan di atas. terdapat beberapa isu lain pada industri penyiaran, baik isu dari sisi regulator, maupun isu dari penyelenggara penyiaran itu sendiri. Seperti diketahui sebelumnya, salah satu fokus Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam sektor penyiaran dalam mendukung target pembangunan Indonesia adalah digitalisasi sistem penyiaran nasional. Untuk menyiapkan digitalisasi agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan target yang telah ditetapkan, maka terdapat beberapa ekosistem yang perlu dibentuk untuk mendukung digitalisasi tersebut. Hal pertama yang akan menjadi fokus dalam menyiapkan agar target digitalisasi sektor penyiaran dapat berjalan dengan baik adalah melakukan penataan industri sektor penyiaran di Indonesia. Penataan industri penyiaran dilakukan dengan menyusun landscape industri penyiaran berikut pengaturannya terkait merger & akuisisi, pengaturan persaingan usaha, dan pengaturan lainnya. Secara umum, berikut handicap kebijakan sektor penyiaran yang akan menjadi fokus dari regulator. 59

71 Handicap Regulasi Penyiaran Gambar 3. 5 Handicap kebijakan Penyiaran di Indonesia Gambar diatas menunjukkan adanya handicap pada regulasi saat ini yang memerlukan rancangan kebijakan ke depan yang diterjemahkan dalam kebutuhan regulasi penyiaran ke depan. Terdapat 8 handicap regulasi pada penyiaran yang penyelesaiannya dapat diterjemahkan dalam kebutuhan adanya 4 kebijakan dasar dalam sektor penyiaran yakni kebijakan pasar, kebijakan infrastruktur dan sumber daya, kebijakan konten, dan juga kebijakan perizinan. 4 (empat) kebijakan tersebut diterjemahkan dalam pengaturan industri dalam bentuk regulasi industri penyiaran guna melakukan perbaikan atas handicap yang terjadi yang dapat diringkas sebagai berikut: 1. Handicap ekosistem industri dan pasar Ekosistem industri dan pasar penyiaran berkembang ke arah digital yang akan menciptakan suatu struktur industri yang baru yang melibatkan adanya pemain baru seperti pemain mux dan juga penyedia konten yang semakin besar yang diwarnai juga oleh pemain OTT penyiaran. Permasalahan yang juga terjadi di industri penyiaran adalah pada dasarnya izin yang dikeluarkan ada setiap daerah hingga kini dinilai belum optimal karena perizinan sangat mudah diberikan dan berakibat pada rendahnya skala ekonomi industri penyiaran 60

72 pada banyak daerah, karena besarnya jumlah penyelenggara siaran lokal dibandingkan dengan rendahnya skala ekonomi penyiaran di daerah tersebut (pendapatan dari iklan) sehingga banyak penyelenggara siaran yang tidak memperoleh profit dan benefit atas izinnya dan pada akhirnya dibeli oleh pemain nasional yang kuat. Handicap tersebut perlu diselesaikan dengan kebijakan pasar yakni: a. Roadmap industri dan struktur penyiaran digital b. Merger dan akuisisi c. Peluang usaha dan moratorium d. Persaingan usaha 2. Handicap pemanfaatan spektrum frekuensi Spektrum frekuensi merupakan resource yang sangat dominan dalam teknologi nirkabel baik telekomunikasi maupun penyiaran, permasalahan yang terjadi pada industri penyiaran yang menyelenggarakan layanan nirkabel pada spektrum frekuensi 700 Mhz memiliki keterkaitan dengan rencana digitalisasi teknologi yang dapat menghemat penggunaan spektrum frekuensi dimana kanal penyiaran 8 MHz apabila dipergunakan untuk teknologi analog hanya dapat dipergunakan untuk 1 penyelenggara siaran saja, namun apabila digunakan teknologi digital dapat membawa hingga 8 konten siaran. Digitalisasi pada spektrum frekuensi 700 MHz juga bermanfaat untuk roadmap pita lebar Indonesia yang juga semakin memerlukan spektrum frekuensi yang lebih lebar, dan dinilai spektrum frekuensi 700 MHz sangat potensial untuk penyelenggaraan pita lebar nirkabel dengan teknologi LTE (Long Term Evolution). Handicap spektrum frekuensi akan diselesaikan dengan kebijakan sumber daya sebagai berikut: a. Single Frequency Network dan atau Multi Frequency Network b. Penataan ulang spektrum frekuensi c. Digital divident d. Frequency refarming 3. Handicap perizinan dan database perizinan Pada era digital, perubahan teknologi akan merubah struktur industri digital yakni dengan adanya pemain tambahan yang menyelenggarakan mux. Era konvergensi juga akan membawa penyelenggara LPB yang tadinya murni penyelenggara penyiaran namun bersifat penyelenggara telekomunikasi konvergensi yang menyediakan konten penyiaran karena LPB menggunakan infrastruktur telekomunikasi. Begitu juga dengan database perizinan penyiaran yang masih belum optimal dalam mengelola data-data izin penyiaran, yang ke depan harus disinkronkan dengan database spektrum frekuensi dan juga perizinan yang online sehingga memudahkan dalam proses perizinan, memberikan transparansi dan juga pelayanan publik yang lebih optimal. Handicap pada perizinan dan database perizinan diatasi dengan kebijakan perizinan dengan berbagai regulasi sebagai berikut: 61

73 a. Penyederhanaan & update layer lisensi konvergensi b. Skema besar & update proses perijinan c. Review EUCS d. Migrasi Lisensi e. Mekanisme Perijinan f. Monitoring & Evaluasi g. Sistem pelaporan h. Pengembangan database dan sinkronisasi database perijinan secara keseluruhan 4. Handicap tarif Handicap tarif meliputi adanya kebutuhan untuk penetapan tarif mux yang optimal bagi industri penyiaran, dimana tarif yang berlaku merupakan tarif yang memberikan benefit bagi seluruh pihak yakni penyelenggara multipleks dan juga lembaga penyiaran yang menyewa mux. Handicap lainnya adalah belum optimalnya PNBP dari sektor penyiaran yang menggunakan spektrum frekuensi yang sangat terbatas dan juga PNBP dari perizinan penyiaran, contohnya biaya izin yang sama antar pemain lokal dan pemain nasional, biaya spektrum frekuensi yang masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan nilai spektrum apabila diterapkan pada industri telekomunikasi. Handicap tarif akan dimerupakan permasalahan yang akan muncul ke depan yang akan diselesaikan dengan kebijakan dan regulasi sebagai berikut: a. Review Biaya IPP & Perpanjangan b. Biaya Administrasi c. Kewajiban PNBP Spektrum d. Penetapan tarif sewa Mux 5. Handicap pemerataan cakupan layanan dan digitalisasi penyiaran Permasalahan utama penyelenggaraan penyiaran di Indonesia adalah terkait belum meratanya cakupan layanan penyiaran di Indonesia yang harus dipecahkan secara bersama oleh pemerintah bersama dengan partisipasi dari seluruh penyelenggara penyiaran di Indonesia. Sedangkan permasalahan terkait digitalisasi penyiaran adalah adanya hambatan yang terjadi pada rencana digitalisasi penyiaran yakni masalah penyelenggaraan penyiaran pada era digital dan rencana implementasi penyiaran digital yang masih memerlukan sinkronisasi antara pemerintah dengan industri penyiaran yakni Lembaga Penyiaran dan juga terhadap penyedia konten penyiaran ke depan. Handicap pemerataan cakupan layanan dan digitalisasi penyiaran tersebut akan diselesaikan dengan rencana kebijakan dan regulasi sebagai berikut: a. Revitalisasi TVRI dan RRI b. Kebijakan Komitmen cakupan layanan kepada penyelenggara c. Keamanan infrastruktur penyiaran d. Multiplexing digital 62

74 e. Set Top Box f. TKDN 6. Handicap konten penyiaran Konten penyiaran merupakan hal yang sangat krusial bagi industri penyiaran karena konten merupakan informasi yang disampaikan kepada masyarakat dan wajib memenuhi kriteria konten yang sehat, begitu juga dengan kekuatan dari penyedia konten lokal yang membawa kearifan lokal dan budaya lokal harus mampu bersaing dengan konten-konten dari luar negeri. Handicap konten penyiaran akan diatasi dengan kebijakan dan regulasi sebagai berikut: a. Pembinaan konten lokal b. Etika konten c. OTT broadcasting Saat ini, sebagai regulator, Kementrian Komunikasi dan Informasi Teknologi ( Kemkominfo ) membentuk tim yang terdiri dari dua direktorat PPI dan SDPPI, untuk memimpin pelaksanaan, memantau dan melaporkan kemajuan dalam pelaksanaan progam ini. Para pihak yang telah ditunjuk ini diharapkan mampu bekerja sama untuk menjamin keberhasilan program ini. Dilihat dari kebutuhan yang ada, maka migrasi ini merupakan keadaan yang mendesak dimana diperlukan kerjasama yang terintegrasi serta langkah-langkah pasti untuk melakukan percepatan implementasi digitalisasi penyiaran televisi. Untuk merealisasikan Migrasi TV Analog ke Digital pada tahun 2019 dan menghasilkan digital dividend, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah (dengan dukungan para pihak yang berkepentingan) akan berfokus ke beberapa aspek utama yaitu: 1. Landasan hukum Mempersiapkan serta melaksanakan undang-undang penyiaran yang saat ini masi dalam proses revisi.. 2. Infrastruktur dan pengelolaan frekuensi Optimalisasi infrastruktur TV digital dilakukan baik untuk perangkat pemancar dan perangkat penerima siaran TV digital dengan tujuan mempercepat proses migrasi analog ke digital. Persiapan perangkat pemancar ini berfokus kepada 3 hal utama yaitu pengalokasian frekuensi yang efisien, pembangunan infrastruktur mux, dan perangkat penyiaran. Sedangkan, persiapan perangkat penerima bertujuan untuk memastikan agar seluruh masyarakat dapat memiliki perangkat untuk menonton TV Digital, mengingat Indonesia masih didominasi oleh penggunaan TV analog. 3. Penyelenggaraan industri penyiaran Dalam pengimplementasian program digitalisasi, diperlukan adanya penyusunan konsep model bisnis penyiaran yang jelas, yang masing-masing memiliki tanggung jawab tersendiri, baik sebagai penyedia infrastruktur dan/atau lembaga penyiaran dan/atau operator infrastruktur. Oleh karena itu Kemkominfo akan mengambil langkah untuk mempersiapkan model bisnis yang optimal. Tanpa terbatas oleh model bisnis yang ditentukan, pihak yang berperan sebagai operator infrastruktur akan bekerja sama dengan Kemkominfo untuk melakukan perencanaan konten TV Digital. 63

75 4. Sosialisasi Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kesiapan masyarakat untuk menyambut era TV Digital, pemerintah telah melakukan sosialisasi melalui Billboard TV Digital di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya. Sosialisasi juga dilakukan melalui media sosial twitter dengan juga Fan Page Facebook TV digital.kominfo. Namun program sosialisasi ini belum bekerja secara efektif yang dibuktikan dengan rendahnya kesadaran masayarakat akan program digitalisasi ini. Oleh karena itu, Kemkominfo harus mengambil langkah untuk menerapkan program sosialisasi dengan cakupan yang lebih luas hingga skala nasional mengingat penonton TV di Indonesia tidak hanya terbatas pada kota besar saja. 5. Realisasi Digital Dividend Di akhir program, ketika Migrasi TV Analog ke Digital telah diimplementasikan secara menyeluruh, maka Kemkominfo akan mengambil langkah selanjutnya untuk mengalokasikan frekuensi yang dibebaskan untuk kepentingan lain seperti telekomunikasi 4G dan Tanggap Darurat (Public Protection and Disaster Relief (PPDR)). Tujuan ASO Gambar 2. 3 Lima Aspek Utama Digitalisasi Penyiaran Televisi Menghasilkan Digital Dividend dari efisiensi sprektrum frekuensi radio yang dihasilkan oleh migrasi dari TV Analog ke TV Digital yang dapat digunakan untuk menghasilkan telekomunikasi 4G, memperluas jangkauan frekuensi ke daerah rural dan merealisasikan Tanggap Darurat (Public Protection and Disaster Relief (PPDR)) Sasaran ASO 1. Terdapat landasan hukum yang memadai 2. Tersedianya infrastruktur untuk proses digitalisasi penyiaran televisi. 3. Memastikan kesiapan lembaga penyiaran dan operator mux terkait konten dan penyiaran digital. 4. Penerimaan masyarakat akan implementasi digitalisasi penyiaran televisi 5. Terealisasinya digital dividend.menyiapkan infrastruktur TV Digital Manfaat ASO Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional serta membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan. 64

76 Penerima Manfaat ASO Secara garis besar, penerima manfaat bagi pelaksanaan program Migrasi TV Analog ke Digital yaitu: 1. Pemerintah. 2. Lembaga Penyiaran. 3. Produsen serta distributor Televisi dan Penyiaran 4. Masyarakat Pihak Terkait Manfaat ASO Secara lebih detail, terdapat juga lembaga-lembaga lain yang terkena dampak dan berperan dalam proses pelaksanaan Migrasi TV Analog ke Digital seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2. 4 Pihak-Pihak yang Berperan dalam Migrasi TV Analog ke Digital Dalam rangka meningkatkan upaya penyelarasan program kerja dengan visi dan misi Kemkominfo, maka dibutuhkan pendekatan yang berbasis kebutuhan untuk memastikan manfaat yang dicapai selara dengan proyek-proyek yang disusun. Berdasarkan hasil diskusi dengan SDPPI dan PPI maka telah disusun suatu pohon kebutuhan (driver-tree) untuk memetakan daftar proyek dan aktivitas. Selaras dengan manfaat yang ingin dicapai, telah diidentifikasi hal-hal yang perlu dilakukan. Berikut adalah driver-tree yang dimaksud : 65

77 66

78 67

79 68

80 Gambar Driver Tree Program Implementasi TV Analog ke Digital (Analog Switch Off) Kebijakan dan Regulasi Bidang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran Setelah dijelaskan arah kebijakan dan strategi yang ingin dicapai oleh Jenderal PPI seperti yang telah dijelaskan di atas, maka langkah selanjutnya adalah menyusun instrumen regulasi yang dibutuhkan oleh Ditjen PPI untuk mendukung Ditjen PPI dalam mencapai arah kebijakan dan strategi sebagaimana disebutkan di atas. Kerangka regulasi masing-masing sektor ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor tersebut dalam upayanya meningkatkan pemanfaatan TIK oleh masyarakat guna meningkatkan perekonomian negara serta meningkatkan daya saing bangsa. Bidang Pos Fokus sektor Pos Nasional dalam 5 tahun ke depan adalah revitalisasi PT. Pos sebagai BUMN sektor logistik, penyehatan persaingan usaha dan kompetisi penyelenggaraan layanan Pos, peningkatan kualitas Pos nasional, dan kerjasama penyelenggaraan Nasional. Tabel 3. 1 Kebijakan dan Regulasi Bidang Pos No Regulasi yang Dibutuhkan Tujuan Regulasi 1 Regulasi persaiangan usaha/ kompetisi Regulasi pengaturan/regulasi tentang pencegahan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan pemberian sanksi terhadap pihak yang melakkukan pelanggaran 2 Regulasi standarisasi teknis pos 3 Regulasi kerja sama pos domestik Regulasi ini dibuat akan dijadikan sebagai rujukan standar bidang pos termasuk standarisasi pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam proses bisnis pos Membuat pengaturan/panduan tentang kerjasama antar penyelenggara pos dalam sistem distribusi untuk mendukung sistem logistik nasional yang dijalankan guna menghadapi 69

81 4 Regulasi pemanfaatan properti penyelenggara pos 5 Regulasi penyehatan pos nasional 6 Regulasi keterhubungan/ kemitraan antar penyelenggara pos LPU 7 Regulasi Interkoneksi antar penyelenggara Pos pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN dibidang logistik pos. Regulasi bertujuan untuk memberi aturan mengenai pemilikan properti penyelenggara pos dalam rangka mendukung sistem logistik nasional dan mendukung silognas dalam mengahadapi pelaksanaan MEA. Regulasi bertujuan rangka penyiapan menghadapi keterbukaan pasar yang pendanaannya dialokasikan dari APBN Regulasi bertujuan untuk memberi arahan mengenai mekanisme bentuk keterhubungan/ kemitraan antar penyelenggara LPU beserta mekanisme jika terjadi perselisihan/ dispute antar penyelenggara. Regulasi bertujuan untuk mendorong adanya efisiensi dalam industri pos dengan melakukan sharing pemanfaatan infrastrutkur yang dimiliki oleh masing-masing penyelenggara pos Bidang Telekomunikasi Fokus pemerintah pada sektor telekomunikasi di masa transisi menuju industri ideal adalah terkait penyederhanaan jumlah penyelenggara telekomunikasi melalui konsolidasi dan reposisi, serta permasalahan efisiensi industri terkait pemanfaatan jaringan telekomunikasi dan pengembangan coverage layanan broadband nasional. Untuk menciptakan terwujudnya hal tersebut diatas, maka diperlukan berbagai regulasi yang mendukung dalam sektor telekomunikasi antara lain adalah: Tabel 3. 2 Kebijakan dan Regulasi Bidang Telekomunikasi No Regulasi yang Dibutuhkan Tujuan Regulasi 1 Regulasi Persaingan Tujuan dari regulasi ini adalah agar penyelenggara Usaha telekomunikasi dapat bersaing secara sehat dalam menyediakan layanan telekomunikasi. Secara detail regulasi ini perlu mengatur terkait penetapan pasar yang bersangkutan, penetapan penyelenggara dominan dan non dominan pada masing-masing jenis pasar yang bersangkutan. Dengan begitu pemerintah dapat menetapkan regulasi yang berbeda pada masing-masing jenis pasar guna meningkatkan efektivitas penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia. 2 Reguasi Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi Regulasi ini dibutuhkan agar pasar pada layer jaringan didorong untuk menjadi monopoli alamiah dengan menggunakan beberapa kebijakan, seperti komitmen minimum dan modal minimum. Dengan begitu, penyelenggaraan pada layer jaringan (baik fasilitas jaringan maupun layanan jaringan) akan lebih sedikit dan mendorong efisiensi industri. Selain itu dalam rangka mendorong perluasan wilayah layanan perlu dibuat 70

82 3 Regulasi Penyelenggaraan Telekomunikasi Jasa 4 Regulasi Penggunaan Infrastruktur secara Bersama dan keterbukaan akses dalam Penyelenggaraan Telekomunikasi 5 Regulasi Kartu Perdana, Voucher, Merek Produk, dan Paket Layanan kebijakan pembangunan dan penyediaan jaringan yang dapat tersebar merata di seluruh pelosok Indonesia Regulasi penyelenggaraan jasa telekomunikasi dibutuhkan agar penyelenggara jasa telekomunikasi dalam menyediakan layanannya didorong untuk memanfaatkan jaringan milik penyelenggara jaringan dengan beberapa skema yang ditawarkan oleh regulator. Pada layer jasa, maka akan didorong untuk kompetisi penuh, sehingga pemerintah akan fokus pada perlindungan pengguna layanan. Regulasi penggunaan infrastruktur secara bersama dan keterbukaan akses dibutuhkan oleh penyelenggara pada masa transisi agar mendorong efisiensi dalam penggunaan sumber daya telekomunikasi. Regulasi ini bertujuan agar penyelenggara telekomunikasi menjual kartu perdana berdasarkan biaya produksi dan dengan memperharikan nilai deposit didalamnya. Hal lainnya adalah agar pengguna dapat dengan mudah melakukan migrasi dari satu paket layanan ke paket layanan lainnya, dari satu merek produk ke merek produk lainnya, dan dari kartu pra-bayar ke kartu pasca bayar. Hal tersebut diharapkan akan mengurangi tingkat churn pengguna layanan serta dalam rangka melakukan efisiensi penomoran 6 Regulasi MVNO Regulasi MVNO bertujuan untuk memberikan pilihan layanan kepada pengguna melalui layanan telekomunikasi yang ditawarkan oleh MVNO dengan menggunakan jaringan milik penyelenggara seluler. Regulasi MVNO ini juga bertujuan untuk memfasilitasi penyelenggara jaringan telekomunikasi yang ingin melakukan reposisi menjadi penyelenggara jasa telekomunikasi. 7 Regulasi Interkoneksi Regulasi ini bertujuan untuk mengakomodir beberapa perubahan mendasar yang berpengaruh terhadap perhitungan biaya interkoneksi, sehingga lebih menggambarkan biaya aktual penyediaan layanan interkoneksi oleh masing-masing penyelenggara. Serta bertujuan untuk meningkatkan akurasi hasil perhitungan biaya interkoneksi. Selain itu dengan berkembangnya teknologi jaringan berbasis IP, maka perlu dipersiapkan kebijakan dan regulasi terkait interkoneksi IP 8 Regulasi Tarif Semangatnya adalah menciptakan kebijakan tarif broadband yang affordable dan rasional bagi pelanggan serta mencegah terjadinya predatory pricing yang dapat memicu persaingan usaha tidak sehat yang mengakibatkan sebagian besar penyelenggara telekomunikasi mengalami kerugian dan merugikan perkembangan industri kedepan. Kebijakan tarif tersebut antara lain menyangkut kebijakan tarif retail layanan voice pada jaringan Fixed dan selular, kebijakan tarif layanan data dan broadband, serta kebijakan tarif sewa jaringan 71

83 9 Regulasi Penomoran Mendorong terciptakan efisiensi penggunaan serta alokasi penomoran yang dapat mendorong terjadinya efisiensi industri termasuk kebijakan penomoran dengan berkembangnnya teknologi IP 10 Regulasi Market Review dan Analysis 11 Regulasi Percepatan Pengembangan Infrastruktur Pita Lebar 12 Regulasi Pengembangan Ekosistem Pita Lebar Regulasi ini sebagai dasar dalam melakukan analisis industri dan mengetahui bagaimana kinerja industri secara menyeluruh. Dengan mengetahui kinerja industri secara menyeluruh maka akan lebih mudah bagi Pemerintah dalam membuat kebijakan dalam pengembangan industri Regulasi ini nantinya akan berbentuk Inpres, yang tujuannya secara langsung mengintruksikan kepada stakeholder industri telekomunikasi (pemerintah dan penyelenggara telekomunikasi) untuk melakukan koordinasi dalam upaya percepatan pengembangan infrastruktur dan aplikasi broadband nasional. Rendahnya penetrasi dan utilisasi layanan pita lebar tidak hanya disebabkan oleh terbatasnya jaringan pita lebar yang tersedia tetapi juga karena belum terbentuknya ekosistem pita lebar yang dapat mendorong berkembangnya layanan pita lebar. Perlu kebijakan dan regulasi pengembangan ekosistem pita lebar yang dapat mendorong dan mempercepat peningkatan penetrasi dan utilisasi pita lebar di seluruh Indonesia. Bidang Penyiaran Dalam mendukung program kerja Ditjen PPI di bidang Penyiaran diperlukan berbagai regulasi yang mendukung dalam sektor pernyiaran terutama terkait kebijakan dan regulasi untuk menciptakan efisiensi industri penyiaran, migrasi penyelenggaran penyiaran analog menjadi penyelenggaraan penyiaran digital serta kebijakan digital dividen antara lain: Tabel 3. 3 Kebijakan dan Regulasi Bidang Penyiaran No Regulasi yang DIbutuhkan Tujuan Regulasi 1 Regulasi pengaturan Regulasi ini mengatur bagaimana penyelenggara mux siaran kualitas layanan siaran TV dan radio digital memberi kualitas siaran yang baik sesuai dengan standar yang disyaratkan 2 Regulasi Lembaga siaran Komunitas 3 Regulasi TKDN perangkat TV Digital 4 Regulasi penyehatan RRI dan TVRI Regulasi yang mengatur lebaga siaran komunitas tentang cara perizinan, tata cara siaran dan pendanaan Regulasi ini dibutuhkan agar perangkat TV digital, baik perangkat Televisi, Set up Box, dan perangkat pendukung lainnya mengandung TKDN. Hal tersebut dibutuhkan guna mendorong industri perangkat TV digital dalam negeri juga berkembang seiring dengan rencana analog switch-off yang sudah di depan mata. Regulasi ini bertujuan agar TVRI dan RRI dapat eksis serta memilki konten yang menarik bagi masyarakat Indonesia 72

84 5 Regulasi peluang usaha dan moratorium 6 Regulasi persaingan usaha 7 Regulasi Penyelenggaran Multipleksing 8 Regulasi penyelenggaraan TV digital 9 Regulasi konten dan OTT Penyiaran 10 Regulasi komitmen penyelenggara Regulasi ini bertujuan untuk menjadi acuan bagi KPI dan KPID dalam memberikan izin penyiaran kepada pemohon izin, terkait dengan aturan untuk menentukan kebijakan peluang usaha dan moratorium baik lokal maupun nasional Regulasi ini bertujuan untuk menjaga iklim kompetisi pada penyelenggaraan penyiaran di Indonesia. Mengatur mengenai perangkat bagi regulator untuk mengawasi kompetisi dan tindakan apabila terjadi praktek anti kompetisi. Regulasi ini bertujuan untuk meregulasi penyelenggara multipleks terkait dengan tarif, komitmen penyelenggaraan, kerjasama, kewajiban layanan, dan lain sebagainya Regulasi ini bertujuan untuk menyusun kerangka regulasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan TV digital di Indonesia baik yang menyangkut perizinan, alokasi frekuensi, IPP, model bisnis, sharing channel dan lainnya. Regulasi ini bertujuan untuk meregulasi konten penyiaran baik lokal, nasional, konten luar negeri dan juga konten yang berupa OTT penyiaran Regulasi komitmen penyelenggara penyiaran ditujukan untuk meningkatkan jangkauan layanan maupun jaringan penyiaran, serta kualitas layanan penyiaran kepada masyarakat 11 Regulasi Set Top Box Regulasi set top box bertujuan untuk dapat mengatur pengembangan teknologi set top box dan juga terkait dengan faktor keamanan serta standarisasi set top box Strategi dan Implementasi Pembangunan Infrastruktur dan Aksesibilitas Pembangunan infrastruktur guna meningkatkan aksesibilitas layanan pos dan informatika di Indonesia saat ini merupakan prioritas pemerintah melalui Kementrian Komunikasi dan Informatika. Pembangunan dilakukan baik di wilayah perkotaan, perdesaan, maupun wilayah terpencil, terluar, dan terdepan guna menjamin seluruh masyarakat mendapatkan akses layanan pos dan informatika. Semakin tinggi penetrasi infrastruktur layanan pos dan informatika diyakini akan meningkatkan daya saing bangsa apabila layanan tersebut dapat dimanfaatkan secara produktif oleh masyarakat. Pembangunan infrastruktur dan aksesibilitas terbagi menjadi 2 fokus utama, yaitu: 1. pembangunan infrastruktur di wilayah perdesaan dan wilayah terpencil, terluar, terdepan; 2. pembangunan infrastruktur yang sifatnya kebutuhan masyarakat baik di perkotaan maupun perdesaan. Pembangunan pada wilayah perdesaan dan wilayah terpencil, terluar, terdepan yang tertinggal bidang telekomunikasi dilakukan melalui Universal Service Obligation (USO). Seperti diketahui pelaksanaan USO dinilai banyak pihak masih kurang efektif, sehingga membutuhkan suatu reformasi pelaksanaan USO. Kajian mengenai skema non-cash USO 73

85 oleh penyelenggara telekomunikasi akan dikaji lebih lanjut, apabila hal tersebut dinilai dapat lebih efektif dalam menyelesaikan permasalahan digital devide di Indonesia. Selanjutnya terkait pelaksanaan Public Servive Obligation (PSO) yang dilakukan untuk menyediakan jasa pos sesuai yang dilakukan untuk kantor pos cabang layanan pos universal (KPC-LPU). Kedepan, guna meningkatkan akses layanan keuangan di seluruh wilayah Indonesia, terutama untuk masyarakat berpenghasilan mengenah ke bawah, maka layanan keuangan oleh PT. Pos harus dikembangkan. Hal tersebut sangat penting guna memudahkan masyarakat meningkatkan produktivitas melalui penyediaan layanan keuangan yang terjangkau oleh masyarakat. Kedua, terkait pembangunan infrastruktur yang sifatnya merupakan kebutuhan masyarakat, seperti halnya layanan Emergency Call dan Public Protection Disaster Relief (PPDR). Kedua sistem tersebut diyakini merupakan kebutuhan mendesak masyarakat saat ini yang diyakini akan meminimalisir jatuhnya korban jiwa akibat tindak kriminal ataupun bencana alam. Dibutuhkan sinergitas antar seluruh stakeholder guna membangun sistem ini, baik pemerintah, regulator, maupun penyelenggara pos dan informatika Strategi Pengawasan dan Pengendalian Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan salah satu fungsi dari Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika yang meliputi kegiatan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian serta penegakan hukum. Dalam pelaksanannnya, kegiatan pengawasan meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh penyelenggaraan pos dan informatika agar penyelenggaraannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Fungsi monitoring dan evaluasi penyelenggara pos dan informatika meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pemenuhan seluruh kewajiban penyelenggara sebagaimana tertuang dalam peraturan perundangundangan dan komitmen yang tertuang dalam izin penyelenggaraan. Seluruh kewajiban dan komitmen penyelenggara pos dan informatika wajib dilaporkan secara berkala dalam bentuk laporan penyelenggaraan untuk dilakukan verifikasi dan pengecekan guna penilaian capaian komitmen dan kewajiban. Hasil dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai rekomendasi pembaharauan izin maupun penetapan sanksi admistratif sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Fungsi pengendalian merupakan fungsi yang bertujuan untuk memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap seluruh penyelenggara pos dan informatika, yang kegiatannnya meliputi: pemberian sosialisasi, asistensi dan bimbingan teknis dalam pelaksanaan penyelenggaraan pos dan informatika. Tujuannya adalah untuk menjaga agar iklim industri pos dan informatika dapat tumbuh dan berkembang serta dapat berdaya saing baik di dalam negeri maupun di kancah internasional. Fungsi pengendalian juga dilaksanakan melalui penegakan hukum (low inforcement) terhadap seluruh pelanggaran penyelenggaraan pos dan informatika. Tujuan penegakan hukum ini adalah untuk memberikan kepastian hukum, mengurangi potensi kerugian negara, 74

86 melindungi industri, melindungi konsumen dan menjamin tertib penyelenggaraan pos dan informatika Dukungan Manajemen Dukungan manajemen sangat diperlukan dalam memastikan bahwa setiap tugas dan fungsi yang menjadi kewenangan Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika dapat terlaksana dengan baik. Pemanfaatan ICT dalam operasional Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika merupakan suatu bentuk dukungan manajemen yang efektif dan efisien membantu Dirjen PPI dalam menyelesaikan tugas dan fungsinya. Seperti halnya, pemanfaatan ICT dalam mengurus perizinan penyelenggaraan pos dan informatika. Dukungan manajemen yang efektif dan efisien dapat dicapai dengan melakukan reformasi birokrasi yang menyeluruh terhadap semua struktur organisasi dan kelembagaan Dirjen PPI. REFORMASI BIROKRASI Undang-undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional mengamanatkan bahwa pembangunan aparatur Negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk mendukung keberhasilan pembangunan bidang lainnya. Sebagai wujud komitmen nasional untuk melakukan reformasi birokrasi, pemerintah telah menetapkan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan menjadi prioritas utama dalam Perpres Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Makna reformasi birokrasi adalah: Perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan Indonesia;Pertaruhan besar bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan abad ke-21; Berkaitan dengan ribuan proses tumpang tindih antar fungsi-fungsi pemerintahan, melibatkan jutaan pegawai, dan memerlukan anggaran yang tidak sedikit; Upaya menata ulang proses birokrasi dari tingkat tertinggi hingga terendah dan melakukan terobosan baru dengan langkah-langkah bertahap, konkret, realistis, sungguh-sungguh, berfikir di luar kebiasaan/ rutinitas yang ada, dan dengan upaya luar biasa; Upaya merivisi dan membangun berbagai regulasi,memodernkan berbagai kebijakan dan praktek manajemen pemerintah pusat dan daerah, dan menyesuaikan tugas fungsi instansi pemerintah dengan paradigma dan peran baru. Atas dasar makna, tersebut, pelaksanaan reformasi birokrasi diharapkan dapat mengurangi dan akhirnya menghilangkan setiap penyalahgunaan kewenangan publik oleh pejabat di instansi yang bersangkutan; Menjadikan Negara yang memiliki birokrasi yang bersih, mampu, dan melayani; Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat; meningkatkan mutu perumusan dan pelaksanaan kebijakan/program instansi; Meningkatkan efisiensi (biaya dan waktu) dalam pelaksanaan semua segi tugas organisasi; menjadikan birokrasi Indonesia Antisipasi, proaktif, dan efektif dalam menghadapi globalisasi dan dinamika perubahan lingkungan strategis. 75

87 Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pemerintahan di Indonesia pada dasarnya dimulai sejak akhir tahun 2006 yang dilakukan melalui project di Kementerian Keuangan, Mahkamah Agung, dan Badan Pemeriksa Keuangan. Sejak itu, dikembangkan konsep dan kebijakan Reformasi Birokrasi yang komprehensif yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkan Peraturan Menteri PAN dan RB No. 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi yang saat ini telah diperbaharui menjadi Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun Sasaran Road Map Reformasi Birokrasi Tahun tidak banyak mengalami perubahan dari tahun yang difokuskan kepada birokrasi yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien dan memiliki pelayanan publik berkualitas, hal ini telah disesuaikan dengan visi misi Nawacita Presiden RI. Penilaian capaian reformasi birokrasi masih berdasarkan pada 9 (sembilan) area implementasi kebijakan RB nasional, yaitu : Mental Aparatur Manajemen Perubahan, pengawasan, akuntabilitas, kelembagaan, tatalaksana, SDM ASN, Peraturan Perundang undangan dan Pelayanan Publik serta monitoring dan evaluasi. Dasar hukum dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi telah ditetapkan beberapa PM PAN dan RB dari No. 7 sampai dengan No. 15 yang meliputi pedoman tentang Pengajuan dokumen usulan sampai dengan mekanisme persetujuan pelaksanaan reformasi birokrasi dan tunjangan kinerja. PERIZINAN ONLINE Salah satu tugas dan fungsi Ditjen PPI adalah layanan public perizinan bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran. Sesuai dengan agenda Nawacita ke -2 bahwa dalam rangka membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya serta agenda Nawacita ke-4 memperkuat reformasi system dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya, maka perlu diwujudkan dengan layanan public yang baik. Layanan public perizinan ini merupakan enabler dalam mendorong pertumbuhan serta perkembangan industri pos, telekomunikasi dan penyiaran serta bertujuan untuk mendorong dunia usaha sebagai pelaku utama dalam pembangunan pos sertapitalebar untuk masuk kedalam kondisi yang lebih kompetitif dengan memangkas birokrasi dan jumlah hari yang dioerlukan dalam penerbitan izin, mendorong operator untuk membangun jaringan pos dan pitalebar secara lebih merata, memastikan perlindungan keamanan kepada penyelenggara, serta menoingkatkan kualitas dan keamanan informasi kepada pengguna layanan secara berkesinambungan. Layanan perizinan juga sebagai upaya dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dapat diterapkan dengan memberikan layanan yang mudah, cepat, dan transparan sehingga pemohon izin mengetahui informasi tentang status dari permohonan izinnya 76

88 Kualitas pelayanan publik menjadi salah satu indikator kinerja birokrasi dan keberhasilan pelaksanaan pemerintah, karena salah satu tugas utama pemerintahan saat ini adalah memperbaiki kualitas pelayanan publik. Dengan demikian setiap departemen diharapkan dapat membuat berbagai kreativitas dan inovasi dalam pelayanan publik. Hal ini menjadikan kinerja pelayanan publik menjadi salah satu dimensi yang strategis dalam menilai keberhasilan pelaksanaan reformasi tata pemerintahan. Dari sisi reformasi tata pemerintahan, Ditjen PPI melihat bahwa kinerja pelayanan publik dapat menjadi indicator penting untuk menilai apakah tata pemerintahan yang baik memiliki tanda-tanda untuk terwujud di Indonesia. Karena itu Ditjen PPI juga berupaya memberikan kontribusi untuk mempercepat terwujudnya tata pemerintahan yang baik dan mendorong proses kebijakan menjadi lebih partisipatif, responsif dan akuntabel. Dalam konteks sebagaimana tersebut diatas, maka perlu suatu upaya bagi perbaikan pelayanan publik di lingkungan Ditjen PPI yang menjadi tolok ukur pelaksanaan maupun inovasi terhadap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, terutama menyangkut pelayanan perizinan. Untuk maksud tersebut, Ditjen PPI dalam menghadapi tuntutan masyarakat akan pengelolaan perizinan yang handal dan prima sehingga mampu menangani keperluan perizinan saat ini dan kebutuhan mendatang, akan melakukan kegiatan Pembangunan Sistem Perizinan Online. Berikut adalah gambaran mengenai strategi program kerja pada Ditjen PPI : Gambar Driver Tree Program Layanan Perizinan Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran Online AKUNTABILITAS KINERJA DAN ANGGARAN 77

RENCANA STRATEGIS DITJEN

RENCANA STRATEGIS DITJEN PENYUSUNAN REVISI RENCANA STRATEGIS DITJEN PPI 2015-2019 1 Agenda Pembahasan Kerangka Penyusunan Renstra PPI Identifikasi Perubahan Renstra Kominfo Mapping Perubahan Renstra Kominfo ke Renstra DJPPI Rencana

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN 2015-2019 DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Eko Kurniawan 55415120005 Jurnal Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI Gumilang Hardjakoesoema

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS Sesuai tugas dan fungsi Dinas Komunikasi dan InformatikaKabupaten Pacitan berperan melaksanakan uruan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika, bidang

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Lampiran : 1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 04 /Per/M/Kominfo/3/2010 Tanggal : 30 Maret 2010 INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1 Satuan Kerja : KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013 Ringkasan Eksekutif LAKIP Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas

Lebih terperinci

TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT

TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT Ditjen SDPPI Kementerian Kominfo TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT DR.Ir. ISMAIL, MT. Direktur Jenderal SDPPI Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian

Lebih terperinci

TEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM

TEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM TEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM APA YANG TERJADI KETIKA FREKUENSI TIDAK DIATUR? Harmful interference audience Tayangan Lembaga Media ACUAN PENGATURAN FREKUENSI

Lebih terperinci

PERSYARATAN PENDIRIAN DAN PERIZINAN LPPL WORKSHOP PENYIARAN PERBATASAN

PERSYARATAN PENDIRIAN DAN PERIZINAN LPPL WORKSHOP PENYIARAN PERBATASAN PERSYARATAN PENDIRIAN DAN PERIZINAN LPPL WORKSHOP PENYIARAN PERBATASAN DASAR HUKUM UU 32/2002 tentang Penyiaran PP No. 11,12,13,50, 51, 52 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran LPP, LPS, LPK dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini dunia berada dalam era globalisasi informasi. Ramalan Marshall McLuhan pada tahun 1960-an bahwa kehidupan dunia akan merupakan suatu kehidupan desa yang mendunia

Lebih terperinci

Kementerian Komunikasi dan Informatika

Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika PENDAHULUAN Ringkasan Eksekutif Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan wujud pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi

Lebih terperinci

Peluang dan Tantangan Industri Media dan Konten Prospek Bisnis Penyiaran di Indonesia yang Dipengaruhi Kemajuan Teknologi

Peluang dan Tantangan Industri Media dan Konten Prospek Bisnis Penyiaran di Indonesia yang Dipengaruhi Kemajuan Teknologi KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIA REPUBLIK INDONESIA Peluang dan Tantangan Industri Media dan Konten Prospek Bisnis Penyiaran di Indonesia yang Dipengaruhi Kemajuan Teknologi Rakornas KADIN Bidang

Lebih terperinci

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 I. Program Pengelolaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika *) Kegiatan Prioritas Nasional: 1.1 Perencanaan dan Rekayasa Alokasi Spektrum Frekuensi MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi Peningkatan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau dikenal pula dengan nama Information and Communication Technology (ICT), khususnya melalui

Lebih terperinci

LAPORAN CAPAIAN PERJANJIAN KINERJA B03 TAHUN 2017

LAPORAN CAPAIAN PERJANJIAN KINERJA B03 TAHUN 2017 No 1. SASARAN TRATEGIS Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia INDIKATOR KINERJA MENTERI 1. Persentase (%) kab/kota terhubung

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.980, 2015 KEMEN-KOMINFO. Pelayanan. Universal. Kewajiban. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015

Lebih terperinci

PELUANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN DAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK MEWUJUDKAN IKLIM PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT DI BIDANG PENYIARAN

PELUANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN DAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK MEWUJUDKAN IKLIM PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT DI BIDANG PENYIARAN PELUANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN DAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK MEWUJUDKAN IKLIM PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT DI BIDANG PENYIARAN Bekasi, 16 Februari 2018 Direktorat Penyiaran Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

Kebijakan Akselerasi Pengembangan Broadband di Indonesia

Kebijakan Akselerasi Pengembangan Broadband di Indonesia Kebijakan Akselerasi Pengembangan Broadband di Indonesia Dr. Syukri Batubara Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika RAKORNAS KEMENTERIAN KOMUNIKSI DAN INFORMATIKA Agenda Presentasi Definisi Broadband

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar yang dideklarasikan dalam WSIS untuk mewujudkan masyarakat informasi antara lain diperlukannya peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar yang dideklarasikan dalam WSIS untuk mewujudkan masyarakat informasi antara lain diperlukannya peran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat internasional mengusung isu mengenai adanya kesenjangan informasi (informasi gap) dan kesenjangan dijital (digital divide) di dalam sebuah forum yang disebut

Lebih terperinci

2011, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunika

2011, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunika No.652, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. ICT-Fund. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 21/PER/M.KOMINFO/10/2011

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PER/M.KOMINFO/10/2011 TENTANG PEMANFAATAN PEMBIAYAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (ICT FUND) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN KEWAJIBAN PELAYANAN UNIVERSAL TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

Kebijakan dan Rencana ke Depan Indonesia ICT Whitepaper

Kebijakan dan Rencana ke Depan Indonesia ICT Whitepaper Kebijakan dan Rencana ke Depan 2010 Indonesia ICT Whitepaper 5 Sukses ICT Pilar penting penggerak pembangunan Pembangkit dan penyerap tenaga kerja Sumber devisa baru Pilar penting pencerdasan bangsa Alat

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika

Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika 5 Ringkasan Eksekutif Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan wujud pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kinerja

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kinerja PENDAHULUAN PERENCANAAN KINERJA Ringkasan Eksekutif Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan wujud pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi yang dijabarkan ke dalam

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2012 UNIT YANG MENGUASAI

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2012 UNIT YANG MENGUASAI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI Jl. Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta 10110., Telp/Fax.: (021) 3452841; E-mail : pelayanan@mail.kominfo.go.id DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR PM KOMINFO TERKAIT PERIZINAN DAN INVESTASI

DAFTAR PM KOMINFO TERKAIT PERIZINAN DAN INVESTASI DAFTAR PM KOMINFO TERKAIT PERIZINAN DAN INVESTASI No Nomor Regulasi Nama regulasi Status Regulasi Keterkaitan Keterangan I Peraturan Pemerintah I.1 52 Tahun 2000 Penyelenggaraan Telekomunikasi Dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia. baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan, bisnis, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia. baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan, bisnis, kesehatan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia Telekomunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan,

Lebih terperinci

RINGKASAN DRAFT RENSTRA Kementerian Komunikasi dan Informatika

RINGKASAN DRAFT RENSTRA Kementerian Komunikasi dan Informatika RINGKASAN DRAFT RENSTRA 2015-2019 Kementerian Komunikasi dan Informatika 1 Daftar Isi 1. Program utama Kemkominfo. 3 2. Sasaran Strategis. 4 3. Tantangan dan Potensi. 5 4. Strategi. 14 2 Program Utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

Perubahan lingkungan eksternal. 1. Pasar TV analog yang sudah jenuh. 2. Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel. Perkembangan teknologi

Perubahan lingkungan eksternal. 1. Pasar TV analog yang sudah jenuh. 2. Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel. Perkembangan teknologi Televisi digital atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi. Alasan pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari perkembangan siaran TV (Televisi) di Indonesia diperoleh bahwa TV merupakan suatu media informasi yang sangat strategis dan efektif bagi masyarakat untuk mendapatkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA VISI, MISI, DAN SASARAN STRATEGIS

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA VISI, MISI, DAN SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA VISI, MISI, DAN SASARAN STRATEGIS 2.1. Rumusan Visi Rumusan Visi Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan Visi Institusi yang digunakan sebagai arahan kepada

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARAA PERINGATAN HARI ULANG KE- 70 KEMERDEKAAN RI 17 Agustus 2015

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARAA PERINGATAN HARI ULANG KE- 70 KEMERDEKAAN RI 17 Agustus 2015 SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARAA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE- 70 KEMERDEKAAN RI 17 Agustus 2015 Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Selamat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM (KPU/USO) ICT DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

KEBIJAKAN KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM (KPU/USO) ICT DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEBIJAKAN KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM (KPU/USO) ICT DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA AGENDA I. SEKILAS KPU ICT A. Latar Belakang B. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Komunikasi dan Informatika Visi Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pacitan mengacu pada visi Kepala Daerah

Lebih terperinci

RESUME PENYIARAN TV DIGITAL

RESUME PENYIARAN TV DIGITAL RESUME PENYIARAN TV DIGITAL PBB KESEPAKATAN DUNIA Road TV Digital Indonesia 103 IPP Terbengkalai 24 September 2014 IMPLEMENTASI > 85% ASO: ü USA ü EROPA ü ASIA ü dll Bagaimana dengan RI Sebagai Anggota

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN FASTEL USO WHITE PAPER PELUANG USAHA DI BIDANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

PEMBANGUNAN FASTEL USO WHITE PAPER PELUANG USAHA DI BIDANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI T PEMBANGUNAN FASTEL USO WHITE PAPER PELUANG USAHA DI BIDANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT TELEKOMUNIKASI Kata Pengantar Dokumen white paper ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya peningkatan kemandirian dan daya saing sebuah negara di dunia internasional. Hal ini dimaksudkan agar

Lebih terperinci

Kontribusi Kemkominfo melalui PROGRAM USO DAN ICT FUND dalam rangka penyediaan TIK di Wilayah Papua dan Papua Barat

Kontribusi Kemkominfo melalui PROGRAM USO DAN ICT FUND dalam rangka penyediaan TIK di Wilayah Papua dan Papua Barat Kontribusi Kemkominfo melalui PROGRAM USO DAN ICT FUND dalam rangka penyediaan TIK di Wilayah Papua dan Papua Barat BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (BP3TI) DIREKTORAT

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN AKSES INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK DI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G DRAFT PERATURAN MENTERI PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL DAN PENYIARAN MULTIPLEKSING MELALUI SISTEM TERESTRIAL

Lebih terperinci

LOGO. NATIONAL BROADBAND ECONOMY Strategi: Teknologi, Regulasi dan Pendanaan

LOGO. NATIONAL BROADBAND ECONOMY Strategi: Teknologi, Regulasi dan Pendanaan LOGO NATIONAL BROADBAND ECONOMY Strategi: Teknologi, Regulasi dan Pendanaan DR. MUHAMMAD BUDI SETIAWAN, M.ENG Direktur Jenderal SDPPI Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia Jakarta, 11 December

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

LKj Kemkominfo Tahun 2016 menyajikan hasil pengukuran sasaran kinerja yang dicapai melalui pelaksanaan program dan kegiatan selama periode Tahun 2016

LKj Kemkominfo Tahun 2016 menyajikan hasil pengukuran sasaran kinerja yang dicapai melalui pelaksanaan program dan kegiatan selama periode Tahun 2016 LKj Kemkominfo Tahun 2016 menyajikan hasil pengukuran sasaran kinerja yang dicapai melalui pelaksanaan program dan kegiatan selama periode Tahun 2016 berdasarkan capaian Indikator Kinerja Kementerian Komunikasi

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2012 SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN PEMBIAYAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI LAYANAN PITA LEBAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

HANDOUT PRESENTASI MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PADA SEMINAR BROADBAND ECONOMY DI JAKARTA PADA TANGGAL 11 DESEMBER 2012

HANDOUT PRESENTASI MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PADA SEMINAR BROADBAND ECONOMY DI JAKARTA PADA TANGGAL 11 DESEMBER 2012 HANDOUT PRESENTASI MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PADA SEMINAR BROADBAND ECONOMY DI JAKARTA PADA TANGGAL 11 DESEMBER 2012 Assalamualaikum Waramatullahiwabaraku, Yang terhormat Bapak

Lebih terperinci

Manfaat Teknologi Nirkabel bagi Masyarakat. Oleh : Harjoni Desky, S.Sos.I., M.Si Senin, 25 Oktober :26

Manfaat Teknologi Nirkabel bagi Masyarakat. Oleh : Harjoni Desky, S.Sos.I., M.Si Senin, 25 Oktober :26 KOPI, Kenyataan bahwa era globalisasi membuat jarak antara suatu daerah dengan daerah lainnya seolah kabur bahkan tak berjarak lagi serta berimplikasi pada semakin meningkatnya arus informasi yang beredar

Lebih terperinci

Teknologi & frekuensi Penyiaran. Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom

Teknologi & frekuensi Penyiaran. Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom Teknologi & frekuensi Penyiaran Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom Apa yang terjadi ketika frekuensi tidak diatur? Harmful interference audience Tayangan Lembaga Media Acuan Pengaturan Frekuensi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

Roadmap Perbankan Syariah Indonesia

Roadmap Perbankan Syariah Indonesia Roadmap Perbankan Syariah Indonesia 2015-2019 UIKA Bogor, 15 Maret 2016 Departemen Perbankan Syariah AGENDA I. Pendahuluan II. Dasar Pemikiran Ekonomi dan Perbankan Syariah III. Kondisi dan Isu Strategis

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

Kebijakan dan Strategi e-government Dalam Mendukung e-nawacita

Kebijakan dan Strategi e-government Dalam Mendukung e-nawacita DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN DAN TATA LAKSANA TAHUN 2015 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Kebijakan dan Strategi e-government Dalam Mendukung e-nawacita PERUBAHAN POLA KERJA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Roadmap Keuangan Syariah Indonesia

Roadmap Keuangan Syariah Indonesia Roadmap Keuangan Syariah Indonesia 2015-2019 Keselarasan Nilai Ekonomi Syariah Nilai-nilai ekonomi syariah memiliki kesamaan dengan nilai-nilai luhur dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia 7 Keselarasan

Lebih terperinci

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Ir. Deddy S. Bratakusumah, BE., MURP., M.Sc, PhD. DEPUTI BIDANG TATALAKSANA deddys@menpan.go.id

Lebih terperinci

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Jenis dan tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Komunikasi

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Jenis dan tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Komunikasi 5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Jenis dan tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Komunikasi dan Informatika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2014

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2014 DAFTAR INFOR PUBLIK INFOR YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 24 Jl. Medan Merdeka Barat No.9, Jakarta 110 Telp.: 021-345 2841; Website http://ppid.kominfo.go.id

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI RI TAHUN 2013

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI RI TAHUN 2013 DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI RI TAHUN 2013 1 2 3 4 Penyediaan Jasa Akses Internet Pada Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi Internet

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

Sukses MP3EI melalui Pembangunan Infrastruktur Broadband

Sukses MP3EI melalui Pembangunan Infrastruktur Broadband Sukses MP3EI melalui Pembangunan Infrastruktur Broadband KEYNOTE SPEECH MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN dalam SEMINAR NASIONAL BROADBAND ECONOMY Kementerian Komunikasi dan Informatika Hotel Borobudur,

Lebih terperinci

Bab 2 Profil Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi

Bab 2 Profil Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Bab 2 Profil Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi 2.1. Visi Terciptanya pembinaan penyelenggaraan pos dan telekomunikasi yang dinamis dengan peran aktif seluruh potensi nasional. 2.2. Misi Meningkatkan

Lebih terperinci

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272 REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272 Apa itu Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) MEA adalah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk meminimalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masyarakat yang buta akan informasi. Internet (interconnectionnetworking)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masyarakat yang buta akan informasi. Internet (interconnectionnetworking) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini manusia dihadapkan pada era globalisasi yang merupakan salah satu dampak dari perkembangan teknologi informasi (internet). Semakin derasnya arus globalisasi

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar penyelenggaraan kepemerintahan di Indonesia mengamanatkan bahwa salah satu tujuan didirikan Negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT DASAR PENYUSUNAN RIK 1. UU No. 18

Lebih terperinci

Peran RelawanT dalam Mendukung Program Kementerian Kominfo

Peran RelawanT dalam Mendukung Program Kementerian Kominfo Peran RelawanT dalam Mendukung Program Kementerian Kominfo Mariam F. Barata Sekretaris Ditjen Aplikasi Informatika KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIK Visi dan Misi Kementerian Kominfo VISI Terwujudnya

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, KONSULTASI PUBLIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAPORAN PERUBAHAN DATA PERIZINAN, BIAYA IZIN, SISTEM STASIUN JARINGAN, DAN DAERAH

Lebih terperinci

Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia

Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor : 6 tahun 2001 Tanggal : 24 april 2001 Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia Pendahuluan Pesatnya kemajuan teknologi

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 07 /PER/M.KOMINFO/01/2009 TENTANG PENATAAN PITA FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN LAYANAN PITA LEBAR

Lebih terperinci

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sumbawa pada tahun anggaran 2017 telah menyusun tema pembangunan daerah yang berorientasi pada upaya Pemantapan Pelayanan Publik dan Percepatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan.

BERITA NEGARA. No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Pembangunan bidang komunikasi dan informatikan berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Komunikasi dan Informatika

Lebih terperinci

Y. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Penyelenggaraan pelayanan pos di perdesaan.

Y. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Penyelenggaraan pelayanan pos di perdesaan. - 1 - Y. PEMBAGIAN URUSAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1. Pos dan Telekomunikasi 1. Pos 1. Perumusan kebijakan di bidang produk dan tarif pos, operasi pos, penyelenggara pos, prangko dan filateli. 2. Perumusan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5542 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Kesehatan. Sistem Informasi. Data. Pengelolaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 126) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

Perumusan pengaturan norma, kriteria, pedoman dan prosedur. tarif pos, operasi pos, prangko dan filateli.

Perumusan pengaturan norma, kriteria, pedoman dan prosedur. tarif pos, operasi pos, prangko dan filateli. - 614 - Y. PEMBAGIAN URUSAN BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1. Pos dan Telekomunikasi 1. Pos 1. Perumusan kebijakan di bidang produk dan tarif pos, operasi pos, penyelenggara pos, prangko dan filateli.

Lebih terperinci

Y. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

Y. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI - 466 - Y. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1. Pos dan Telekomunikasi 1. Pos 1. Perumusan kebijakan di bidang produk dan tarif pos, operasi pos, penyelenggara pos, prangko

Lebih terperinci

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan ( REVISI I ) KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) 205 209 merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH RENCANA PENGANGGARAN SUMBER DANA (APBN/APBD) PERKIRAAN BIAYA (Rp)

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH RENCANA PENGANGGARAN SUMBER DANA (APBN/APBD) PERKIRAAN BIAYA (Rp) lampiran : (2-15) RENCANA UMUM BARANG/JASA PEMERINTAH : DITJEN PENYELENGGARAAN : KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN : SEKRETARIAT DITJEN PPI : WINARTO NO SUB / LOKASI (PROPINSI/KAB/ KOTA) PERKIRAAN BIAYA (Rp)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA 2015-2019 DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 1 LANDASAN

Lebih terperinci