BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Sudirman Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Yogyakarta dengan luas 32,50 km 2 berpenduduk jiwa dan 28,9 persennya ( jiwa) merupakan perempuan usia subur (15-44 tahun) (Badan Pusat Statistik and ORC Macro, 2008). Predikat sebagai kota wisata dan pendidikan, menjadikan kota Yogyakarta memiliki variasi kependudukan yang sangat luas baik dari sosial ekonomi, budaya serta karakteristik penduduk lainnya. Variasi demogratif yang tinggi inilah yang menyebabkan betapa kompleksnya masalah kesehatan yang mungkin muncul. Kota Yogyakarta memiliki profil kesehatan yang relatif lebih baik daripada kabupaten yang lain, persentase penduduk tidak bersekolah yang kecil, pendapatan per kapita yang cukup, dan cakupan kesehatan yang baik. Jumlah wanita usia subur dan produktif yang cukup besar membawa beberapa potensi masalah kesehatan yang lain pula. Profil kesehatan Propinsi DI Yogyakarta tahun 2007 menunjukkan angka pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif propinsi adalah 29,60 persen sedangkan ASI eksklusif untuk Kota Yogyakarta sebesar 40,29 persen. Angka untuk Kota Yogyakarta ini lebih rendah dari proporsi ASI eksklusif secara nasional untuk pemberian 4 bulan sebesar 55 persen, dan lebih tinggi untuk ASI eksklusif 6 bulan yaitu sebesar 39,5 persen (Badan Pusat Statistik and ORC Macro, 2003). Hasil SDKI 2007 ternyata menunjukkan penurunan menjadi 32,4 persen untuk proporsi pemberian ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan semua data yang ada masih lebih rendah dibandingkan target yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan sebesar 80 persen. Prevalensi ASI eksklusif yang rendah dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal atau faktor eksternal ibu. Faktor internal meliputi kesehatan fisik dan mental, keinginan menyusui dan pengalaman menyusui sebelumnya. Faktor eksternal dapat berupa faktor sosioekonomi, kondisi rumah tangga, dukungan pasangan atau keluarga serta dukungan dari staf rumah sakit serta metode
2 persalinan yang dilakukan (Hurst, 2007). Satu yang merupakan penyebab paling kuat adalah metode persalinan melalui bedah sesar. Bedah sesar merupakan faktor resiko yang menurunkan inisiasi ASI (Pérez-Escamilla et al., 1996). Bedah sesar juga memiliki hubungan negatif dengan breast milk transfered (BMT) pada usia 0 sampai dengan 6 hari pasca operasi (Evans et al., 2003). Pada gilirannya akan berdampak pada prevalensi ASI eksklusif 3 dan 6 bulan yang lebih rendah dibanding persalinan vaginal (Scott et al., 2006). Jumlah bedah sesar di Kota Yogyakarta nampaknya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, baik elektif maupun emergensi. Di rumah sakit HLMC Kota Yogyakarta, jumlah bedah sesar in-patient tahun 2006 sebanyak 86 kasus, sedangkan tahun 2007 mengalami peningkatan 2 kali lipat menjadi 164 kasus. Kasus operasi dalam program One Day Surgery (ODS) yang merupakan rujukan dari bidan dengan kasus emergensi menunjukkan tren yang tinggi, yaitu 458 kasus pada tahun 2006 dan sebanyak 626 kasus pada tahun Banyak penelitian dilakukan untuk menggali determinan ASI eksklusif dan yang secara khusus mempelajari pengaruh bedah sesar terhadap produksi susu. Peranan yang tampaknya cukup kritis untuk keberlangsungan menyusui adalah proses menyusui pada satu minggu pertama paska kelahiran meliputi inisiasi menyusui dan onset laktasi (OL) (Dewey et al., 2003). Kegagalan pengeluaran kolostrum dari payudara sejak dini berhubungan dengan prognosis yang buruk untuk keberhasilan laktasi (Neville and Morton, 2001). Sedangkan OL yang tertunda berkaitan dengan resiko yang lebih besar untuk penghentian ASI eksklusif sebelum 6 bulan (Hruschka et al., 2003). Proses menyusui pada minggu pertama pasca persalinan sangat berhubungan dengan mekanisme fisik dan hormonal dari ibu. Inisiasi menyusu dan praktek laktasi pada 24 jam pertama akan menjamin terjadinya refleks let down yang akan memicu terjadinya produksi ASI yang masif untuk mencapai OL pada laktogenesis fase II yang normalnya dicapai secara dramatis pada dua sampai tiga hari pasca melahirkan (Dewey et al., 2003). Penelitian yang sama di Indonesia masih tetap perlu dilakukan. De Amici et al. (2001) menyatakan bahwa ras/etnis merupakan prediktor independen untuk 2
3 terjadinya laktogenesis cepat. Angka bedah sesar yang semakin meningkat dan data Badan Pusat Statistik and ORC Macro (2003) menunjukkan hanya 4 persen yang disusui setelah 1 jam pertama kehidupan dan 27 persen disusui dalam hari pertama kehidupan memperlihatkan bahwa pelayanan laktasi di Indonesia belum optimal. Hal ini diperburuk pula dengan peningkatan penggunaan susu formula sebagai pengganti ASI pada minggu pertama pasca persalinan (Sinusas and Gagliardi, 2001). Daerah Jawa Tengah, lebih dari 50 persen bayi di pedesaan dan persen di daerah miskin kota menerima cairan selain ASI dalam 7 hari hidup pertamanya. Mayoritas dari bayi-bayi tersebut menerima susu formula terutama di daerah miskin kota (Helen Keller Worldwide, 2002). Peneliti akan melakukan penelitian pada ibu yang melahirkan dengan berbagai metode. Tidak dilakukannya pengamatan khusus hanya pada bedah sesar disebabkan oleh rendahnya variasi inisiasi menyusu dini yang dilakukan paska operasi. Hasil yang diharapkan muncul dari penelitian ini adalah terbuktinya keterlambatan OL selama 6 hari pertama pasca persalinan bedah sesar. Data yang ada nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi perlunya intervensi pada pasca persalinan, misalnya inisiasi menyusu dini diterapkan secara rutin pada pasien bedah sesar serta perlu tidaknya pemberian suplemen non ASI yang sering digunakan pasca persalinan. Manakah dari faktor-faktor penyebab yang nantinya muncul akan masih dapat dimodifikasi untuk semakin meningkatkan kemampuan ibu memberikan ASI secara eksklusif dan kemampuan tenaga medis untuk memberikan advokasi yang baik tentang ASI pasca bedah sesar. Mengingat semakin menurunnya ASI eksklusif baik tingkat nasional maupun lokal, dan pengaruh jenis persalinan terhadap OL akan berdampak pada keberhasilan ASI eksklusif. OL merupakan ukuran kondisi dimana ibu mendapatkan persepsi bahwa ASI nya sudah keluar, yang pada payudara ditandai dengan mengerasnya konsistensi/breast hardness (Jawa: mentheng-mentheng ), rasa penuh atau berat (fullness/heaviness), dan dapat disertai merembesnya cairan kolostrum atau ASI (Hruschka et al., 2003). Adapun masalah yang akan diteliti 3
4 adalah apakah bedah sesar di Yogyakarta akan berpengaruh terhadap terlambatnya onset laktasi? B. Perumusan Masalah Catatan mengenai pemberian ASI eksklusif pada bayi di tingkat daerah masih rendah. Hingga saat ini di Indonesia, juga masih belum banyak data yang mengungkapkan praktek pemberian nutrisi pada 1 minggu pertama setelah kelahiran: frekuensi menyusui ASI dan susu formula yang mungkin diberikan, onset laktasi, dan pengelompokan masing-masing indikator keberhasilan menyusui tersebut berdasarkan jenis persalinan yang telah dilakukan (Suharyono et al., 1992). Faktor-faktor tersebut didukung juga dengan semakin tingginya frekuensi bedah sesar sebagai pertolongan persalinan yang diduga akan mempengaruhi pelayanan laktasi. Oleh karena itu akan diteliti apakah bedah sesar akan mempengaruhi keterlambatan onset laktasi pada ibu menyusui. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tercapainya perbaikan pelayanan laktasi. 2. Tujuan khusus a. Diketahuinya onset laktasi pada pasien pasca bedah sesar dan pasca persalinan vaginal. b. Diketahuinya perbandingan onset laktasi pada pasien pasca bedah sesar dengan pasien pasca persalinan vaginal. c. Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian onset laktasi setelah persalinan. D. Manfaat Penelitian Bagi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta khususnya pengelola program kesehatan ibu dan anak, hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan untuk 4
5 perencanaan kegiatan khususnya mengenai intervensi pada ibu pasca persalinan untuk perbaikan laktasi. Bagi masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai praktek pemberian makanan yang tepat bagi bayi yaitu ASI eksklusif, khususnya bagi ibu yang mengalami bedah sesar, sehingga berbagai hambatan yang ada pasca operasi dapat dikurangi dan mengoptimalkan pemberian ASI secara eksklusif. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah keterampilan dalam mengangkat suatu permasalahan dan melakukan penelitian, serta menyusunnya menjadi sebuah laporan ilmiah. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian sebelumnya yang serupa dengan penelitian ini adalah: 1. Chapman and Pérez-Escamilla (2000) melakukan validasi khusus pada kelompok pasien pasca bedah sesar terhadap persepsi ibu sebagai petanda OL dibandingkan dengan volume breast milk transferred (BMT) dan menentukan determinan dari OL yang tertunda berdasarkan dua pengukuran tersebut. Hasilnya persepsi ibu merupakan indikator yang sahih sebagai petanda OL dengan sensitifitas sebesar 71,4 persen dan spesifisitas 79,4 persen. Sedangkan determinan untuk terjadinya OL yang tertunda (defined by maternal perception) adalah inisiasi ASI lebih dari 105 menit dan bedah sesar yang tidak direncanakan. Dalam tinjauannya, peneliti diatas memasukkan ras/ ethnicity sebagai salah satu faktor yang dianalisis karena dalam penelitian sebelumnya dikatakan bahwa ras non-african American adalah faktor resiko untuk terjadinya OL yang tertunda. Hal ini juga didukung dengan penelitian De Amici (2001) yang memperlihatkan bahwa ras/ etnis merupakan prediktor independen untuk terjadinya laktogenesis yang lebih awal. Adanya perbedaan ras pada penelitian inilah yang merupakan faktor penyebab dilakukannya studi di Indonesia khususnya Jawa. 2. Pérez-Escamilla et al. (1996) meneliti tentang Association between cesarean delivery and breast-feeding outcome among Mexican women, yang 5
6 menunjukkan hasil bahwa bedah sesar merupakan faktor resiko untuk kegagalan inisiasi menyusui dini dan durasi menyusui yang pendek. Perbedaan dengan penelitian ini pada variabel luar, variabel dependen dan jenis analisis statistik yang akan dilakukan. 3. Evans et al. (2003) dengan judul studi: Effect of cesarean section on breast milk transfer to the normal term newborn over the first week of life, yang memperlihatkan hasil yaitu volume BMT pada 6 hari pasca bedah sesar sedikit jumlahnya bila dibandingkan dengan vaginal. Hasil penelitian ini digunakan oleh peneliti sebagai rujukan untuk memperoleh nilai rata-rata (mean) waktu kejadian OL pada pasien pasca bedah sesar yang memperoleh inisiasi menyusui sebagai proxy untuk menentukan persepsi ibu terhadap OL/ Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel dependen dan analisis statistik yang dilakukan. 4. Hruschka et al. (2003) mengamati Delayed onset of lactation and risk of ending full breast-feeding early in Rural Guatemala. Hasil yang ada menunjukkan bahwa OL yang tertunda (>3 hari pp.) berhubungan dengan resiko yang besar untuk berhentinya ASI eksklusif sebelum 6 bulan. Usulan dalam penelitian ini digunakan oleh peneliti untuk menentukan waktu kejadian menggunakan jam (bukan dengan hari atau proporsi) untuk menghilangkan bias misklasifikasi yang mungkin terjadi. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel luar, variabel dependen dan analisis statistik yang digunakan. 6
BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perempuan mendapat anugerah Tuhan untuk dapat mengandung, melahirkan,dan menyusui. Kodrat yang diberikan kepada perempuan ini ditandai oleh perangkat reproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dua puluh delapan hari pertama kehidupan bayi atau periode neonatal merupakan periode kehidupan yang rawan, dimana bayi rentan terhadap penyakit dan kematian (Adetola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral, air, lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nutrisi yang baik selama masa bayi akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu didukung dengan
Lebih terperincidemam tinggi, buah dada membengkak dan bernanah (abses) menyebabkan anak tidak boleh diberi ASI (Oswari 1986). Produksi ASI dipengaruhi konsumsi
29 KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan literatur kepustakaan, disusun diagram pohon tentang berbagai kemungkinan faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI eksklusif (Gambar 6). Menurut Delp et al. ( Hardinsyah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Target dari Millennium Development Goals yang keempat adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Target dari Millennium Development Goals yang keempat adalah menurunkan angka kematian bayi dan balita. Target yang ingin dicapai yaitu menurunkan angka kematian bayi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu dari 8 tujuan pembangunan millenium atau MDG s (Millenium Development Goals) yang terdapat pada tujuan ke 5 yaitu
Lebih terperinciHUBUNGAN JENIS PERSALINAN DENGAN ONSET LAKTASI PADA IBU POST PARTUM DI RS PKU MUHAMMADYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN JENIS PERSALINAN DENGAN ONSET LAKTASI PADA IBU POST PARTUM DI RS PKU MUHAMMADYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : LUCKY WIJAYA SARI 201410104164 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi alamiah yang terbaik bagi bayi. Hal ini dikarenakan ASI mengandung energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan
Lebih terperinciMENINGKATKAN FREKUENSI MENYUSUI MEMPERCEPAT ONSET LAKTASI
1 MENINGKATKAN FREKUENSI MENYUSUI MEMPERCEPAT ONSET LAKTASI Ida Nursanti 1 1 STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta ABSTRACT Background: The administration of breast milk since early after birth is highly
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orang tua dan tenaga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif diberikan sampai 6 bulan pertama kehidupan. Manfaat dari pemberian
Lebih terperinciKata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif
HUBUNGAN SIKAP IBU DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS M. THAHA KABUPATEN BENGKULU SELATAN Harlen Yunita Akademi Kebidanan Manna Abstrak: ASI eksklusif merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan di Indonesia saat ini adalah status kesehatan masyarakat yang masih rendah, antara lain ditandai dengan Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi. Target
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, maka penting penerapan optimal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan WHO/UNICEF menyatakan 60 % kematian balita berkaitan dengan keadaan kurang gizi, 2/3 dari kematian tersebut berkaitan dengan praktik pemberian makan yang kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan
Lebih terperinciHUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN ONSET LAKTASI PADA IBU POSTPARTUM DI RS PKU MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN ONSET LAKTASI PADA IBU POSTPARTUM DI RS PKU MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Oki Catur Ahad Diati 201410104472 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persalinan seksio sesar ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Dewasa ini cara ini jauh lebih aman daripada dahulu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan. gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) penerus bangsa dan harapan masa depan keluarga, masyarakat dan negara, perlu diberikan pembinaan terarah sedini mungkin,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 95 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2015 adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan
Lebih terperinciMENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016
MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016 PEMBERDAYAAN POTENSI DAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM RANGKA MENCAPAI DERAJAT KESEHATAN BAYI DENGAN MENGGALAKKAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Lebih terperinciINISIASI MENYUSU DINI MEMPERCEPAT ONSET LAKTASI. Retno Mawarti, Suci Mayasari STIKES Aisyiyah Yogyakarta
INISIASI MENYUSU DINI MEMPERCEPAT ONSET LAKTASI Retno Mawarti, Suci Mayasari STIKES Aisyiyah Yogyakarta E-mail: rossa_mate@yahoo.com Abstract: This study aimed to determine the relationship of Early Initiation
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat stategis, namun keadaan sosial budaya yang bersnekaragam menjadi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih tingginya angka kematian bayi dan rendahnya status gizi bayi sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Makin tinggi angka kematian ibu disuatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan sejak dini dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak hanya memberikan kesempatan pada bayi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pada tahun 2008 angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu program Millennium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pada tahun 2008 angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun di dunia ada sekitar 4 juta bayi meninggal karena penyakit infeksi terkait dengan perilaku ibu yang tidak memberikan kolostrum dan air susu ibu (ASI)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian dua dari empat sasaran tersebut, yaitu menurunnya angka kematian bayi dan menurunnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI di Indonesia antara lain meningkatkan
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. b. c. Mengingat :
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT
BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Pada tahun 2013
Lebih terperinciBeberapa penelitian menyebutkan status pekerjaan ibu sebagai hambatan pemberian ASI eksklusif. Sebuah penelitian di Vietnam menunjukkan bahwa ibu
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi beban ganda masalah gizi yaitu masalah gizi buruk dan gizi lebih. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini selaras dengan tujuan pembangunan Sustainable Development
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025, yang
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan wanita. Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) adalah kematian wanita hamil atau kematian dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa mempertimbangkan umur dan jenis kehamilan.
Lebih terperinciHUBUNGAN PARITAS DENGAN ONSET LAKTASI PADA IBU POST PARTUM DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN PARITAS DENGAN ONSET LAKTASI PADA IBU POST PARTUM DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Ida Ayu Sri Puspa Ningsih 201410104117 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciPENGARUH CARA PERSALINAN TERHADAP INISIASI LAKTASI
Vol. 1 No. 3 Desember 2014 Jurnal Kesehatan Reproduksi: 214-221 PENGARUH CARA PERSALINAN TERHADAP INISIASI LAKTASI Anna Ismiana 1, Irwan Taufiqurrahman 2, Rukmono Siswishanto 3 ABSTRACT Background: Breastfeeding
Lebih terperinci1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1998, pemerintah Indonesia sudah melakukan kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif yang dipelopori oleh World Health Organization (WHO). Pemberian
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI DI KELURAHAN WARNASARI KECAMATAN CITANGKIL KOTA CILEGON
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI DI KELURAHAN WARNASARI KECAMATAN CITANGKIL KOTA CILEGON Nurce Arifiati STIKES Faletehan Serang Banten Jl. Raya Cilegon Km. 06 Pelamunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi yang nilainya tidak bisa digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam menghasilkan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan program upaya kesehatan dalam rangka panjang salah satu tujuanya adalah meningkatkan status kesehataan reproduksi bagi wanita usia subur termasuk anak, remaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang paling lengkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif merupakan cara paling optimal memberikan makan pada bayi dan banyak manfaat yang diterima bagi ibu maupun bayinya. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan produk yang istimewa dan sangat spesifik, tak satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI mengandung cairan nutrisi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelenjar mammae ibu dan merupakan makanan bagi bayi (Siregar, 2004).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu atau sering disebut dengan ASI merupakan air susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu yang dimiliki ibu. ASI adalah suatu emulsi dari lemak, laktosa
Lebih terperinci4. HASIL. Universitas Indonesia
33 4. HASIL 4.1. Data Sebaran Subyek Dari 86 ibu yang menjadi sampel pada data umum akan ditampilkan data status gizi ibu menyusui berdasarkan indeks massa tubuh, data usia, penghasilan, pendidikan terakhir,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukan bahwa 57% tenaga kerja Indonesia adalah wanita Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukan bahwa 57% tenaga kerja Indonesia adalah wanita Indonesia. Dalam Konvensi Organisasi Pekerja Internasional
Lebih terperinciAMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta
AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta Berbagai metode atau cara ber KB secara modern sudah kita kenal melalui penggunaan alat kontrasepsi
Lebih terperinciprotein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450 / Men. Kes / SK / IV / 2004 telah menetapkan bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif di dunia masih rendah. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2012 hanya 39% bayi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui adalah cara yang paling efektif dan murah untuk menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di bawah enam bulan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling ideal bagi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan bayi. Keuntungan ASI akan lebih optimal jika bayi diberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu
24 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian makanan bergizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Seseorang dikatakan memiliki gizi baik apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dialami oleh perempuan daripada laki-laki, khususnya pada awal melahirkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi adalah masalah kesehatan yang penting dan lebih sering dialami oleh perempuan daripada laki-laki, khususnya pada awal melahirkan. Depresi menurut Kaplan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menyusui adalah cara normal memberikan nutrisi pada bayi untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui adalah cara normal memberikan nutrisi pada bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Hampir semua ibu dapat menyusui asalkan memiliki informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung perkembangan dan pembangunan suatu negara baik dalam segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan suatu indikator penting untuk menggambarkan kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu parameter utama kesehatan anak.
Lebih terperinciBULAN BAKTI IKATAN SENAT MAHASISWA KEDOKTERAN INDONESIA 2014 KESEHATAN IBU DAN ANAK
BULAN BAKTI IKATAN SENAT MAHASISWA KEDOKTERAN INDONESIA 2014 KESEHATAN IBU DAN ANAK I. Latar belakang Sebagai Mahasiswa Kedokteran, isu mengenai Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tentu tidak asing lagi. Isu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa bayi antara usia 6 24 bulan merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena itu, masa ini merupakan kesempatan yang baik bagi orang tua untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu, pemberian ASI perlu mendapat
Lebih terperinciONSET LAKTASI TERLAMBAT SERING TERJADI PADA PRIMIPARA
10 Media Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 3, Desember 2012 ONSET LAKTASI TERLAMBAT SERING TERJADI PADA PRIMIPARA Rr. Fitriyana Kesumaningsih 1, Ida Nursanti 1 1 STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta ABSTRACT Background:
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM
PENELITIAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM Helmi Yenie* dan Mugiati* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Pembentukan manusia berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (GBHN) diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan kesehatan di dalam Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan gizi masyarakat dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO/UNICEF (1994), cara pemberian makanan pada bayi dan anak yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan meneruskan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memperoleh mutu pelayanan yang layak merupakan keinginan setiap individu. Hal ini menyangkut tentang kepuasaan individu dalam menerima pelayanan yang diberikan oleh
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Kematian ibu masih merupakan tantangan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah
Lebih terperinciGAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN
GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN 213 Ade Rochyatun Utami 1, Istichomah 2, Meyliya Qudrani 3 D III Kebidanan Politeknik Harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri untuk menyusu sesegera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang prima
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inisiasi menyusui dini adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli,2008). Ketika bayi
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN ONSET LAKTASI PADA IBU POST PARTUM DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN ONSET LAKTASI PADA IBU POST PARTUM DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : HAJERAH 201410104233 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan investasi manusia yang tak ternilai. Investasi ini mendukung manusia untuk beraktivitas dengan optimal. Nutrisi yang baik berperan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan di Indonesia (Hidayat, 2008). Masalah kesehatan anak ditandai dengan tingginya angka kematian
Lebih terperinciTERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta
TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta Email: sarwinantisyamsudin@yahoo.com Abstract: The purpose of this study was to know the effect
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi. Menurut World Health Organization (WHO) cara pemberian makanan pada bayi yaitu menyusui secara eksklusif sejak lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologis. Dua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah peristiwa kodrati bagi perempuan, seorang perempuan akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologis. Dua persoalan yang amat sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar mampu bersaing dengan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas dalam pemeliharaan status kesehatan holistik manusia telah dimulai sejak janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai usia lanjut. Dalam setiap tahapan dari siklus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Masalah pemberian ASI kepada bayi patut menjadi perhatian serius pemerintah dan masyarakat, mengingat bahwa ASI sangat penting bagi bayi. Pemberian ASI berarti
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung
5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat, baik dari kalangan pejabat tingkat atas sampai pada rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di kawasan ASEAN yaitu sebesar 228/ kelahiran hidup (SDKI. abortus (11%), infeksi (10%), (SDKI 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AKI ( angka kematian ibu ) merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat suatu negara. WHO memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap harinya akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengatur jarak kelahiran sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak (Rahman and Akter, 2009). Data di Indonesia jarak kelahiran kurang dari 18 bulan sebesar 6%,
Lebih terperinci