JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI PADANG 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI PADANG 2015"

Transkripsi

1 HALPERENCANAAN PERAWATAN DAN PERBAIKAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Diploma III (Ahli Madya) Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang oleh : Nama : Riki Ismael No Bp. : Program studi : Teknik Mesin Konsentrasi : Perawatan Dan Perbaikan JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI PADANG 2015 LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR Perencanaan Perawatan Dan Perbaikan Turbin Angin Sumbu Vertikal

2 Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Diploma III (Ahli Madya) Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang oleh : Nama : Riki Ismael No Bp. : Program studi : Teknik Mesin Konsentrasi : Perawatan Dan Perbaikan Pembimbing I Disetujui Oleh : Pembimbing II Ir.M.Elfian Hadi.,MT. Nip Dr. Yuli Yetri.,M.Si Nip Kepala Program studi Teknik Mesin Disahkan Oleh : Kepala Konsentrasi Perawatan dan Perbaikan Sir Anderson, ST., MT. Nip Rivanol Chadry, ST., MT. Nip Mengetahui : Ketua Jurusan Teknik Mesin Hanif, ST., MT. Nip

3 LEMBAR PENGESAHAN SIDANG TUGAS AKHIR Perencanaan Perawatan Dan Perbaikan Turbin Angin Sumbu Vertikal Tugas Akhir Ini Telah Diuji Dan Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Tugas Akhir Diploma III Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang Padang, 17 November 2015 Tim Penguji : Ketua Sekretaris Ir.M.Elfian Hadi.,MT. Nip Yazmendra Rosa, ST., MT. Nip Anggota Pendamping Andriyanto, ST., MT. Nip Eka Sunitra, ST., MT. Nip

4 ABSTRAK Turbin angin sumbu vertikal memiliki poros/sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Cara kerjanya adalah angin yang dihasilkan setiap waktunya digunakan untuk memutar turbin, kemudian ketika turbin berputar, maka dapat diteruskan untuk memutar salah satu bagian pada generator yaitu rotor di belakang turbin atau kincir angin. Setelah beberapa tahapan tersebut di atas berlalu, maka selanjutnya energi listrik dapat dihasilkan. Untuk menjaga turbin angin tetap dalam kondisi baik, maka di lakukanlah perencanaan perawatan dan perbaikannya. Perencanaan perawatan yang dilakukan pada turbin angin sumbu vertikal yaitu: perawatan rutin dan perawatan periodik. Dengan cara mengecek bearing, poros, baut-baut pengikat,dan permanent magnet alternator. Perbaikannya dengan mengganti komponen turbin angin apabila terjadi kerusakan yang parah. Kata Kunci : turbin angin sumbu vertikal, poros,bearing, permanent magnet alternator.

5 LEMBARAN TUGAS AKHIR POLITEKNIK NEGERI PADANG Nama : Riki Ismael No.Bp : Program Konsentrasi : Perawatan dan Perbaikan Jurusan : Teknik Mesin Judul Tugas Akhir : Perencanaan Perawatan Dan Perbaikan Turbin Angin Sumbu Vertikal. Uraian Tugas : Dimulai Tanggal :... Selesai Tanggal :... Pembimbing I Pembimbing II Ir.M.ELFIAN HADI.,MT Nip Dr.YULI YETRI.,M.Si Nip

6 LEMBARAN ASISTENSI TUGAS AKHIR POLITEKNIK NEGERI PADANG Nama : Riki Ismael No.Bp : Program Studi : Perawatan dan Perbaikan Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing I : Ir.M.Elfian Hadi.,MT Pembimbing II : Dr.Yuli Yetri.,M.Si Judul Tugas Akhir : Perencanaan perawatan dan perbaikan Turbin Angin Sumbu Vertikal. No Hari / Paraf Pembimbing Uraian Tugas Tanggal I II

7

8

9

10 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, serta berkat petunjuknya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Tugas akhir ini merupakan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Diploma III ( Ahli madya ). Adapun judul tugas akhir ini adalah Perencanaan Perawatan dan Perbaikan Turbin Angin Sumbu Vertikal. Sehubung selesesainya tugas akhir ini, yang mana tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. 1. Kedua orang tua (Ibu dan Ayah) yang senantiasa mendo akan dan menjadi motivasi tersendiri bagi penulis. 2. Bapak Ir.M.Elfian Hadi.,MT selaku dosen pembimbing I tugas akhir. 3. Ibu Dr.Yuli Yetli.,M.Si selaku dosen pembimbing II tugas akhir. 4. Semua rekan rekan yang telah membantu. Semoga bantuan yang telah diberikan berupa moril maupun materil dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda. Demikian tugas akhir ini penulis buat semoga bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Penulis berharap agar kiranya tugas ini dapat bermanfaat. Padang, 10 juli 2015 Penulis

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.....i HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR...ii LEMBAR PENGESAHAN SIDANG TUGAS AKHIR...iii ABSTRAK......iv LEMBARAN TUGAS AKHIR...v LEMBARAN ASISTENSI TUGAS AKHIR...vi KATA PENGANTAR...ix DAFTAR ISI...x DAFTAR GAMBAR...xii DAFTAR TABEL...xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus Batasan Masalah Metode Penulisan Sistematika Penulisan Tugas Akhir...2 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Energi Angin Terjadinya Angin Defenisi Turbin Angin Jenis Turbin Angin Turbin Angin Sumbu Horizontal ( TASH ) Turbin Angin Sumbu Vertikal ( TASV ) Pemilihan Sistem Transmisi Daya Alat Penunjang...13

12 BAB III MANAJEMEN PERAWATAN DAN PERBAIKAN 3.1 Pengertian Perawatan Tujuan Pemeliharaan Hubungan Antara Berbagai Bentuk Perawatan Bagan Pemeliharaan Faktor Penentu Keberhasilan Perawatan...23 BAB IV PERAWATAN DAN PERBAIKAN TURBIN ANGIN SUMBU VERITKAL 4.1 Sistem Perawatan Turbin Angin Sumbu Vertikal Perawatan Rutin Perawatan Periodik Perbaikan Kerusakan Turbin Angin Sumbu Vertikal...25 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran...30 DAFTAR PUSTAKA...31 LAMPIRAN

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Potensi Angin di Indonesia...5 Gambar 2.2 Angin planetary dalam atmosfer bumi...6 Gambar 2.3 Sketsa Sederhaana Kincir Angin.8 Gambar 2.4 Turbin angin sumbu horizontal...8 Gambar 2.5 Turbin angin Sumbu Vertikal...12 Gambar 2.6 Generator Magnet Permanent...15 Gambar 2.7 Struktur Fluks AF PMG...15 Gambar 2.8 Rotor...16 Gambar 2.9 Stator...16 Gambar 2.10 Bearing...17 Gambar 2.11 Poros...18 Gambar 3.1 Bagan Manajemen Pemeliharaan...22

14 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Defenisi Energi Angin...4

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses perawatan dan perbaikan pada suatu alat sangat mempengaruhi kinerja alat itu sendiri, apabila suatu alat terpelihara dan mendapatkan perawatan secara terjadwal, maka kita dapat mencegah terjadinya kerusakan sejak awal. Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Cara kerjanya adalah angin yang dihasilkan setiap waktunya digunakan untuk memutar turbin atau kincir angin tersebut, kemudian ketika turbin atau kincir tersebut berputar, maka dapat diteruskan juga untuk memutar salah satu bagian pada generator yaitu rotor di belakang turbin atau kincir angin. Setelah beberapa tahapan tersebut di atas berlalu, maka selanjutnya adalah energi listrik dapat dihasilkan. Sebelum energi listrik yang telah dihasilkan tadi digunakan, akan lebih baik jika energi listrik tersebut tadi disimpan dahulu kedalam baterai. Oleh karena itu, untuk menjaga kinerja turbin angin agar tetap bagus maka dalam hal ini perlu perawatan dan perbaikan yang baik. Atas pertimbangan di atas, maka penulis mengambil judul untuk tugas akhir ini adalah Perencanaan Perawatan dan Perbaikan Turbin Angin Sumbu Vertikal. Setelah memikirkan beberapa pertimbangan maka penulis mengangkat judul tersebut bertujuan untuk memahami dan mendalami tentang bagaimana perencanaan perawatan dan perbaikan yang baik untuk turbin angin sumbu vertikal. 1.2Tujuan Dalam penulisan proposal tugas akhir ini adapun tujuan yang akan dicapai adalah sebagai berikut : Tujuan Umum Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program diploma III Politeknik Negeri Padang.

16 Sebagai pengembangan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan secara teori maupun praktek Tujuan Khusus Untuk mengetahui bagaimana cara perencanaan perawatan turbin angin sumbu vertikal Untuk mengetahui bagaimana cara perbaikan turbin angin sumbu vertikal. 1.3 Batasan Masalah Agar pemahaman dalam penulisan proposal tugas akhir ini tidak mengembang, maka penulis membatasi masalah yang akan disajikan yaitu Perencanaan Perawatan Dan Perbaikan Turbin Angin Sumbu Vertikal. 1.4 Metode Penulisan Metode penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1) Metode Literatur, yaitu pengumpulan data dan informasi membaca referensi yang berhubungan dengan data yang sedang diamati, disamping itu mahasiswa dapat berdiskusi langsung dengan dosen pengajar. 2) Metode Observasi, yaitu melakukan pengambilan data dengan cara pengamatan langsung pada unit turbin angin. 3) Metode Wawancara, yaitu melakukan pengumpulan data dengan berdiskusi dengan dosen pembimbing. 1.5 Sistematika Penulisan Dalam pembuatan proposal tugas akhir ini beberapa bab yang akan ditampilkan yaitu : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

17 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tinjauan pustaka atau teori yang berhubungan dengan tugas akhir yang di angkatkan. Defenisi energi angin, terjadinya angin, defenisi turbin angin, jenis turbin angin, alat penunjang. BAB III MENAJEMEN PERAWATAN DAN PERBAIKAN Bab ini membahas tentang manajemen perawatan dan perbaikan. BAB IV PERAWATAN DAN PERBAIKAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL Dalam bab ini membahas cara kerja turbin angin sumbu vertikal, uraian perawatan, perbaikan turbin angin vertikal. BAB V PENUTUP Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari setiap bab. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

18 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Energi Angin Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan atau suhu udara. Pada kecepatan tertentu, pergerakan udara ini mampu memutar kincir atau baling-baling udara. Energi angin dapat disebut sebagai jenis konversi dari energi surya. Sinar matahari memanaskan tanah dan hal ini akan menyebabkan atmosfer menjadi hangat. Ketika udara panas naik, tekanan atmosfer bumi berkurang dan udara dingin akan bergerak untuk mengambil tempat tersebut. Udara dingin yang bergerak inilah yang disebut sebagai angin. Udara memiliki massa dan ketika bergerak, ia mengandung energi. Energi ini dapat diubah menjadi energi mekanik yang diterapkan dalam berbagai macam kegiatan, salah satunya pada turbin angin. Tabel 2.1 di bawah ini menunjukan batasbatas kecepatan angin yang dapat digunakan untuk menggerakan kincir dan untuk membangkitkan energi listrik. Tabel 2.1 Defenisi Energi Angin Nomor Beaufort Kekuatan angin Kecepatan rata-rata (km/jam) 0 Tenang <1 1 Sedikit tenang Sedikit hembusan angin Hembusan angin pelan Hembusan angin sedang Hembusan angin sejuk Hembusan angin kuat Mendekati kencang Kencang Kencang sekali Badai Badai dahsyat Badai topan >118

19 Skala kecepatan angin diukur dengan sistem Beaufort. Dua hal yang perlu dicatat mengenai pemanfaatan energi angin di Indonesia adalah : a. Penerapan energi angin di Indonesia tergolong masih rendah. Kapasitas saat ini baru mencapai 0,6 MW dari kapasitas terpasang optimum (25 MW), sedangkan potensi energi angin seluruhnya mencapai 73 GW. b. Jika diperiksa secara terperinci, potensi sumber energi angin yang dapat berlangsung terus-menerus di Indonesia berada di daerah terpencil, terutama di kawasan Timur Indonesia, yaitu NTB, NTT dan Maluku Tenggara serta bagian papua bisa di lihat pada (Gambar 2.1). Gambar 2.1 Peta Potensi Angin di Indonesia 2.2 Terjadinya Angin Energi angin benar-benar merupakan bentuk tidak langsung dari energi matahari, karena angin dipengaruhi oleh pemanasan yang tak merata pada kerak bumi oleh matahari.

20 Angin secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai angin planetary dan lokal. Angin planetary disebabkan oleh pemanasan yang lebih besar pada permukaan bumi dekat ekuator dari pada kutub Utara dan Selatan. Hal ini menyebabkan udara hangat di daerah tropis naik dan mengalir kembali ke ekuator di dekat permukaan bumi. Arah angin dipengaruhi oleh rotasi bumi, udara hangat menuju kutub di atas atmosfer diasumsikan ke arah timur (di kedua hemis fer), yang menyebabkan timbulnya prevailing westerlies dapat lihat pada Gambar 2.2 Pada saat yang sama, inersia udara dingin bergerak ke ekuator dekat permukaan bumi menyebabkannya bergerak ke Barat menghasilkan northest trade winds di hemisfer Utara southeast trade winds di hemisfer Selatan.Angin lokal disebabkan dua mekanisme. Yang pertama adalah perbedaan panas antara daratan dan air, dan yang kedua karena hill and mountain sides. Gambar 2.2 Angin planetary dalam atmosfer bumi

21 2.3 Definisi Turbin Angin Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi dan keperluan irigasi. Turbin angin terdahulu banyak digunakan di Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan windmill. Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin. Walaupun sampai saat ini penggunaan turbin angin masih belum dapat menyaingi pembangkit listrik konvensional (Co: PLTD, PLTU, dll), turbin angin m asih lebih dikembangkan oleh para ilmuan karena dalam waktu dekat manusia akan dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya alam tak terbaharui (Co: batubara dan minyak bumi) sebagai bahan dasar untuk membangkitkan listrik. Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibelakang bagian turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi listrik ini biasanya akan disimpan ke dalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Secara sederhana sketsa kincir angin dapat di lihat pada Gambar Jenis Turbin Angin Turbin angin sumbu horizontal (TASH) Turbin angin sumbu horizontal (TASH) memiliki poros rotor utama dan generator listrik di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling-baling angin (baling -baling cuaca) yang sederhana, sedangkan turbin berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang digandengkan ke sebuah servo motor.

22 Sebagian besar memiliki sebuah gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar. Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, turbin biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin dibuat kaku agar mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit dimiringkan yang terlihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.3 Sketsa Sederhaana Kincir Angin Gambar 2.4 Turbin angin sumbu horizontal

23 Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas begitu penting, sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah angin). Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut jurusan angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap sejalan dengan angin, dan karena di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan demikian juga mengurangi resintensi angin dari bilah-bilah itu. Kelebihan Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH): 1) Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih kuat di tempat-tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan antara laju dan arah angin) antara dua titik yang jaraknya relatif dekat di dalam atmosfir bumi. Kelemahan Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH): 1) Menara yang tinggi serta bilah yang panjang sulit diangkut dan juga memerlukan biaya besar untuk pemasangannya. Biaya yang si butuhkan mencapai 20% dari seluruh biaya peralatan turbin angin. 2) TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang yang sangat tinggi dan mahal serta para operator yang tampil. 3) Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-bilah yang berat, gearbox, dan generator. 4) TASH yang tinggi bisa memengaruhi radar airport. 5) Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan mengganggu penampilan landscape. 6) Berbagai varian menderita kerusakan struktur yang disebabkan oleh turbulensi.

24 2.4.2 Turbin angin sumbu vertikal (TASV) Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki poros/sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi. VAWT mampu mendayagunakan angin dari berbagai arah. Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk keperluan perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah desain menghasilkan tenaga putaran yang berdenyut. Drag (gaya yang menahan pergerakan sebuah benda padat melalui fluida (zat cair atau gas) bisa saja tercipta saat kinci r berputar. Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap sebuah bangunan yang terlihat pada (Gambar 2.5). Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain mampu menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau mempersingkat umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi menara turbin kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini merupakan titik optimal bagi energi angin yang maksimal dan turbulensi angin yang minimal. Kelebihan Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV) : 1) Tidak membutuhkan struktur menara yang besar 2) Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat pemeliharaan bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah. 3) TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling yang terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan keaerodinamisan yang tinggi sembari mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi.

25 4) Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk kotak atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih besar untuk diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk lingkarannya TASH. 5) TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada TASH. Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik pada 10 km/jam (6 m.p.h. 6) TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat angin berhembus sangat kencang. 7) TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih tinggi dilarang dibangun. 8) TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan dari berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju angin (seperti gunung atau bukit yang puncaknya datar dan puncak bukit). 9) TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah. 10) Kincir pada TASV mudah dilihat dan dihindari burung. Kekurangan Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV) : 1) Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi TASH karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar. 2) TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih kencang di elevasi yang lebih tinggi. 3) Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang rendah, dan membutuhkan energi untuk mulai berputar. 4) Sebuah TASV yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya memberi tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor dibebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin bertiup.

26 Gambar 2.5 Turbin angin Sumbu Vertikal 2.5 Pemilihan Sistem Transmisi Daya Ketika putaran rotor dan daya motor sudah ditentukan, maka generator yang digunakan dipilih. Generator yang tersedia di pasaran memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Setiap generator memiliki kondisi kerja masing-masing. Untuk meneruskan daya yang dihasilkan rotor ke generator, perlu sistem transmisi yang konfigurasinya disesuaikan dengan kebutuhan daya yang ditransmisikan, putaran, dan konfigurasi turbin angin. Sistem transmisi daya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok menurut rasio putaran masukan dan keluarannya yaitu: a. Direct drive b. Speed Reducing c. Speed Increasing

27 Direct Drive yang dimaksud adalah transmisi daya langsung dengan menggunakan poros dan pasangan kopling. Yang penting dalam sistem transmisi direct drive adalah tidak ada penurunan atau peningkatan putaran. Sistem transmisi speed reducing adalah sistem transmisi daya dengan penurunan putaran, putaran keluar lebih rendah daripada putaran masuk. Sistem transmisi ini digunakan untuk meningkatkan momen gaya. Yang terakhir adalah sistem transmisi speed increasing, yaitu putaran keluar lebih tinggi dari putaran masuk, terjadi kenaikan putaran dengan konsekuensi momen gaya keluar menjadi lebih kecil. Pada penerapannya, sistem transmisi direct drive hanya menggunakan poros dan kopling jika diperlukan. Konstruksi direct drive lebih sederhana dibandingkan yang lainnya dan tidak memerlukan banyak ruang. Sedangkan untuk penerapan sistem transmisi speed reducing dan speed increasing diperlukan mekanisme pengubah putaran seperti pasangan roda gigi, atau sabuk dan puli. Turbin angin yang putaran rotornya berada dalam selang putaran kerja generator, maka transmisi daya yang digunakan adalah direct drive, rotor menggerakkan generator secara langsung. Sedangkan transmisi speed increasing karena pada umumnya putaran yang diperlukan generator lebih tinggi daripada putaran rotor. 2.6 Alat Penunjang Generator Generator adalah peralatan elektronika mekanik yang mengubah besaran energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Generator yang digunakan adalah Generator Magnet Permanen (PMG). Generator ini merupakan generator sinkron yang medan eksitasi dihasilkan oleh magnet permanen bukan kumparan sehingga fluks magnetik dihasilkan oleh medan magnet permanen.

28 Generator magnet permanen (PMG) merupakan generator yang biasa digunakan untuk industri maupun ketenagaan, mereka umumnya digunakan untuk mengubah output daya mekanik turbin uap, turbin gas, mesin reciprocating, turbin air dan turbin angin menjadi tenaga listrik untuk grid bahkan sebagai generator pada mobil listrik. Dalam generator magnet permanen yang terlihat pada (Gambar 2.6), medan magnet rotor dihasilkan oleh magnet permanen sehingga tidak memerlukan arus eksitasi DC. Magnet Permanen yang besar dan mahal yang membatasi peringkat ekonomi mesin sehingga kepadatan fluks magnet permanen kinerja tinggi terbatas. Kepadatan fluks tersebut juga mengakibatkan fluks sulit diatur sehingga tegangan dan arus keluaran generator tidak dengan mudah diatur seperti generator dengan lilitan. Dalam strukturnya aliran fluksnya, generator magnet permanen memiliki 2 jenis, yaitu : 1. Generator Magnet Permanen Fluks Axial (AF PMG) 2. Generator Magnet Permanen Fluks Radial (RF PMG) Tipe Generator Magnet Permanen yang digunakan pada tugas akhir ini adalah Generator Magnet Permanen Fluks Axial (AF PMG) yang terlihat pada (Gambar 2.7), generator ini merupakan generator permanen magnet yang memiliki arah medan fluks sejajar dengan sumbu putar. Fluks tersebut merupakan hasil dari gaya tarik menarik antara dua buah magnet permanen yang memiliki kutub yang berbeda. Penggunaan dua buah magnet yang terletak diantara dua buah slot disk rotor sehingga bahan stator merupakan bahan non-magnetik. Axial Fluks Generator Permanen Magnet memiliki sejumlah keunggulan yang berbeda dari radial-fluks, yaitu mereka dapat dirancang untuk memiliki (i) Rasio Daya Tinggi, seh ingga rasio bahan inti berkurang, (ii) planar dan mudah disesuaikan dengan kondisi udara, (iii) mengurangi kebisingan dan tingkat getaran. Selain itu, arah jalan airgap fluks dapat bervariasi, sehingga mengurangi topologi tambahan.

29 Gambar 2.6 Generator Magnet Permanent Gambar 2.7 Struktur Fluks AF PMG

30 2.6.2 Komponen Generator Rotor Rotor merupakan bagian dari generator yang berputar, pada generator magnet permanen fluks axial yang berfungsi sebagai rotor adalah magnet permanen. Rotor terdiri dari beberapa pasang magnet permanen yang dipasang saling berhadapan dan tarik menarik satu dengan yang lainnya yang terlihat pada Gambar 2.8 di bawah ini. Gambar 2.8 Rotor Stator Stator merupakan bagian dari generator yang tidak bergerak atau diam, pada generator fluks axial yang berfungsi sebagai stator adalah kumparan (coil) yang terlihat pada Gambar 2.9 di bawah ini. Gambar 2.9 Stator

31 2.6.2 Bearing Bearing adalah suatu komponen yang berfungsi untuk mengurangi gesekan pada machine atau komponen-komponen yang bergerak dan saling menekan antara satu dengan yang lainnya, gambar bearing bisa di lihat pada Gambar 2.10 di bawah ini: Gambar 2.10 Bearing Bila gerakan dua permukaan yang saling berhubungan terhambat, maka akan menimbulkan panas. Hambatan ini dikenal sebagai gesekan (friction). Gesekan yang terus menerus akan menyebabkan panas yang makin lama semakin meningkat dan menyebabkan keausan pada komponen tersebut. Gesekan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada komponen dan alat tidak bisa bekerja Poros Poros adalah elemen mesin yang berbentuk batang dan umumnya berpenampang lingkaran, berfungsi untuk memindahkan putaran atau mendukung sesuatu beban dengan atau tanpa meneruskan daya. Beban yang didukung oleh poros pada umumnya adalah roda gigi, roda daya (fly wheel), roda ban (pulley), roda gesek, dan lain lain. Poros hampir terdapat pada setiap konstruksi mesin dengan fungsi yang berbeda beda seperti yang terlihat pada Gambar 2.11.

32 Gambar 2.11 Poros Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakara tali, puli sabuk mesin, piringan kabel, tromol kabel, roda jalan dan roda gigi, dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang berputar. Contohnya sebuah poros dukung yang berputar, yaitu poros roda keran pemutar gerobak. Pada turbin angin sumbu vertikal ini menggunakan poros gandar, poros gandar merupakan poros yang tidak mendapatkan beban puntir, fungsinya hanya sebagai penahan beban, biasanya tidak berputar. Contohnya seperti yang dipasang pada roda-roda kereta barang, atau pada as truk bagian depan.

33 3.1 Perawatan BAB III Manajemen Perawatan Dan Perbaikan Perawatan merupakan aspek yang sangat penting dalam menjaga kondisi seluruh komponen mesin agar dapat beroperasi dengan baik saat diperlukan dan digunakan. Mesin-mesin dan peralatan yang digunakan dalam kuantitas waktu yang cukup tinggi akan cepat mengalami kerusakan jika kita mengabaikan bentuk-bentuk perawatan pada mesin dan peralatan. Kerusakan kecil hingga kerusakan besar akan dapat menghambat aktivitas pabrik yang akhirnya akan mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk memperbaiki atau penggantian mesin dan peralatan. Kemajuan teknologi proses permesinan ternyata menimbulkan pengaruh yang cukup signifikan terhadap manajemen perawatan terhadap mesin atau peralatan. Semakin canggih suatu mesin atau peralatan berarti semakin rumit juga penanganan perawatan dan perbaikannya. 3.2 Tujuan Pemeliharaan Adapun tujuan dari perawatan adalah sebagai berikut : 1) Mempunyai umur (masa guna) lebih panjang. 2) Mempunyai keandalan yang tinggi. 3) Mempunyai daya mampu yang tinggi. 4) Mempunyai efisiensi yang tinggi. 5) Selalu menunjukkan penampilan (performance) optimal. 6) Mampu beroperasi dalam jangka waktu panjang dan mengurangi waktu tidak siap pakai. 7) Terhindar dari pemborosan biaya, material, suku cadang dan alat-alat kerja. 8) Tetap dalam keadaan baik dan selalu dalam keadaan siap pakai. 9) Teratur rapi dan memberikan suasana yang menyenangkan dalam jangka waktu yang tepat dan memberikan keuntungan.

34 Cara memberikan layanan yang tepat dalam perawatan adalah sebagai berikut : 1) Kemampuan personil untuk merawat dan tidak sekedar memiliki keterampilan untuk memperbaiki mesin. 2) Ketersediaan data mesin. 3) Kelancaran arus informasi. 4) Kejelasan standar pengerjaan. 5) Kejelasan perintah kerja. 6) Kemampuan, kemauan membuat rencana perawatan. 7) Keselamatan dan keamanan kerja. 8) Ketelitian kerja. 9) Kelengkapan fasilitas kerja. 10) Kesesuaian sistem dan prosedur. 3.3 Hubungan Antara Berbagai Bentuk Perawatan Perawatan yang dilakukan dapat berupa perawatan terencana dan perawatan tidak terencana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram Gambar ) Pemeliharaan Terencana (Planned Maintenance) Perawatan terencana adalah perawatan yang terorganisir dan dilaksanakan dengan pemikiran sebelumnya dengan pengawasan dan catatan-catatan untuk melaksanakan tindakan pemeliharaan. Tujuan perawatan tersebut adalah untuk menghindari kerusakan fasilitas yang tiba-tiba dan mempertahankan fungsi aset yang tersedia. Perawatan ini dijalankan secara berkala berdasarkan kondisi atau waktu yang telah ditentukan. Pemeliharaan terencana dibagi menjadi tiga macam yaitu: a. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance) Perawatan pencegahan adalah perawatan yang dilakukan dengan interval tertentu dengan maksud untuk meniadakan kemungkinan terjadinya gangguan, kemacetan atau kerusakan mesin.

35 Perawatan pencegahan meliputi pemeriksaan yang berdasarkan : Inspeksi dengan cara melihat, mendengar dan memeriksa Penyetelan mesin pada selang waktu yang telah ditentukan Penggantian suku cadang yang telah usang tetapi belum rusak Bahan habis pakai diganti atau ditambahkan lagi, misalnya minyak pelumas. b. Pemeliharaan Korektif (Corrective Maintenance) Perawatan korektif adalah perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah berhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. Perawatan korektif ini terbagi tiga macam yaitu: 1) Shutdown Maintenance Adalah suatu pekerjaan maintenance yang hanya dilakukan apabila fasilitas yang bersangkutan tidak bekerja atau berhenti. 2) Break down Maintenence Adalah suatu pekerjaan yang dilakukan berdasarkan perencanaan sebelumnya atas suatu fasilitas yang telah diduga. 3) Running Maintenence Adalah perawatan berjalan yang merupakan sistem perawatan yang dilakukan pada saat perawatan sedang beroperasi, cara perawatan ini termasuk jenis perawatan yang direncanakan. Adapun bentuk dari perawatan correctif antara lain adalah: Reparasi Suatu bentuk perawatan dengan melakukan penggantian pada bagian komponen-komponen yang tidak layak pakai.

36 Overhoul Adalah pengujian dan perbaikan menyeluruh dari suatu peralatan, sampai kondisi yang lebih baik, overhoul biasanya dilakukan dengan melakukan pembongkaran dan pemasangan secara keseluruhan dari peralatan. c. Pemeliharaan Prediktif Adalah suatu usaha pemeliharaan dengan cara pemantauan peralatan yang ada untuk memperkirakan lebih awal kerusakan yang akan terjadi. 2) Pemeliharaan Tidak Terencana (Unplanned Maintenance) Perawatan yang tidak terencana adalah perawatan yang dilaksanakan diluar dari rencana yang telah dijadwalkan. Yang termasuk pada perawatan ini adalah Emergency Maintenance. Emergency maintenance ini dilakukan apabila mesin sama sekali tidak hidup dikarenakan kerusakan atau kelalaian yang tidak mungkin untuk dilakukan pengoperasian. Gambar 3.1. Bagan Manajemen Pemeliharaan

37 3.4 Faktor Penentu Keberhasilan Pemeliharaan 1) Keahlian Operator Untuk Merawat Keahlian operator untuk merawat merupakan suatu hal yang harus dikuasai semua anggota yang terlibat dalam kegiatan harus benar-benar mempunyai suatu keterampilan dan pengetahuan yang mendasari kegiatan perawatan tersebut baik secara teori maupun secara praktek. 2) Ketersediaan Data Mesin Ketersediaan data mesin yang lengkap berpengaruh sekali terhadap keberhasilan perawatan. Kita tidak mungkin melakukan suatu tindakan perawatan yang baik terhadap suatu mesin seandainya kita tidak memiliki data yang lengkap terhadap mesin yang kita rawat, karena untuk merencanakan tindakan perawatan suatu mesin kita berpedoman pada data-data yang dimilikinya. 3) Kelancaran Arus Informasi Arus informasi yang dimaksud meliputi segala hal yang berhubungan dengan kegiatan perawatan terhadap suatu mesin. Setiap personil harus mengetahui segala informasi mengenai perawatan yang dilakukan agar setiap perawatan dapat berjalan dengan lancar. Arus informasi ini haruslah lancaryang melibatkan semua personil yang ikut serta dalam kegiatan perawatan. 4) Kejelasan Perintah Kerja Setiap perintah yang diberikan kepada personil yang langsung terjun kelapangan harus benar-benar jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam operasional perawatan. Dalam hal ini pihak yang memberikan perintah kerja harus dapat merinci setiap perintah yang diberikan dengan sejelas-jelasnya dan memastikan semua pihak yang melaksanakan perawatan dilapangan telah memahami tentang apa yang akan dilakukan sesuai dengan perintah yang diberikan.

38 5) Ketersediaan Standar Pekerjaan Standar pekerjaan ini sangat dibutuhkan sekali dalam melakukan kegiatan perawatan karena digunakan sebagai acuan dalam merawat suatu mesin, apakah suatu perawatan yang dilakukan telah sesuai dengan yang kita harapkan atau belum. Oleh karena itu ketersediaan standar pengerjaan ini ikut menentukan keberhasilan suatu perawatan. 6) Keamanan dan Kemampuan Membuat Rencana Perawatan Dengan kemampuan membuat suatu rencana perawatan maka akan banyak sekali keuntungan yang diperoleh, diantaranya adalah tindakan perawatan lebih dapat dipastikan terlaksana, biaya perawatan dapat diklasifikasikan secara tepat, pemakaian peralatan dapat diketahui lebih baik. 7) Kedisiplinan Personil Perawatan Sebagaimana kita ketahui dalam pekerjaan apapun kedisiplinan memegang peran utama untuk memperoleh suatu keberhasilan, demikian pula halnya dengan kegiatan perawatan. Setiap personil yang terlibat harus benar-benar menerapkan kedisiplinan dalam segala kegiatan yang dilakukan sehingga akan mengurangi resiko kegagalan suatu tindakan, atau kegiatan perawatan yang dilakukan akibat kecendrungan untuk tidak disiplin. Kedisiplinan tidak mengandung atasan atau bawahan, semua pihak yang telah direncanakan menurut jadwal yang telah dibuat selalu ikut serta dalam kegiatan perawatan. 8) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja meliputi semua aspek yang berhubungan dengan kegiatan perawatan itu sendiri baik personil yang merawat, mesin atau peralatan yang digunakan untuk merawat. Dengan terjaminnya keselamatan dan keamanan kerja berarti juga menentukan tercapainya keberhasilan dalam perawatan.

39 9) Kelengkapan Fasilitas Kerja Hal ini tidak diragukan akan berpengaruh kepada keberhasilan perawatan dimana semakin lengkap fasilitas kerja seperti peralatan yag memadai, maka semakin besar pula kemungkinan suatu kegiatan perawatan akan berhasil. Sebaliknya jika suatu fasilitas kurang mendukung, maka dengan sendirinya suatu perawatan tersebut akan terhalang dan keberhasilan akan sulit untuk diraih. 10) Inspeksi Inspeksi merupakan proses yang dapat berupa pengukuran, pengkajian dengan maksud untuk membandingkan suatu unit dengan kebutuhan yang dapat diaplikasikan. Isnpeksi juga termasuk bagian dari preventive maintenance yang dapat juga didefinisikan sebagai perlengkapan untuk : Memastikan perlengkapan bekerja sesuai dengan rencana Mengevaluasi potensi yang menimbulkan masalah mekanik, hidrolik dan listrik Memperkirakan waktu terjadinya kerusakan Mengidentifikasi komponen-komponen atau fungsi yang dapat mempercepat kerusakan Membuat jadwal perbaikan pada waktu yamg cocok untuk mencegah timbulnya kerusakan pada mesin atau alat. Adapun beberapa keuntungan dari inspeksi ini adalah : Perawatan yang sederhana dan teratur jauh lebih murah Umur fasilitas panjang Sedikit terjadi kerusakan Tidak mengganggu jadwal operasi fasilitas Mengurangi atau memperkecil down time (waktu nganggur) Menjamin tersedia suku cadang

40 BAB IV PERAWATAN DAN PERBAIKAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL 4.1 Sistem Perawatan Turbin Angin Sumbu Vertikal Perawatan adalah suatu usaha / kegiatan yang dilakukan terhadap suatu peralatan, untuk mencegah kerusakan atau mengembalikan / memulihkan kepada keadaan normal, dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor ekonomis Perawatan Rutin Perawatan rutin adalah perawatan yang dilaksanakan frekuensi kurang dari 1 tahun, sesuai jangka waktunya seperti perawatan harian. Perawatan harian dilakukan setiap hari, tujuannya untuk mengontrol bagian atau komponen turbin tetap dalam kondisi baik. Umumnya pekerjaan harian ini lebih banyak pada pemeriksaan secara visual dan mendengarkan getaran atau bunyi. Adapun pekerjaan yang dilakukan pada perawatan harian ini adalah sebagai berikut: a. Memeriksa pelumasan bearing b. Memeriksa pelumasan poros c. Memeriksa komponen yang mengalami korosi d. Memeriksa baut-baut pengikat pada komponen turbin Perawatan Periodik Perawatan Periodik adalah dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu misalnya setiap satu minggu sekali, lalu meningkat setiap bulan sekali, dan akhirnya setiap setahun sekali. Perawatan periodik dapat pula dilakukan dengan lamanya jam kerja mesin atau fasilitas produksi tersebut sebagai jadwal kegiatan, misalnya setiap seratus jam kerja mesin sekali atau seterusnya. Jadi, sifat kegiatan perawatan ini tetap secara periodik atau berkala. 4.2 Perbaikan Kerusakan Turbin Angin Sumbu Vertikal A. Bearing Indikasi kerusakan : Penyebab bearing mengalami kerusakan yaitu: 1.Kesalahan bahan

41 a. faktor produsen: yaitu retaknya bantalan setelah produksi baik retak halus maupun berat, kesalahan toleransi, kesalahan celah bantalan. b. faktor konsumen: yaitu kurangnya pengetahuan tentang karakteristik pada bearing 2. Penggunaan bearing melewati batas waktu penggunaannya. 3. Pemasangan bearing pada poros yang tidak hati-hati dan tidak sesuai standart yang di tentukan. - Perbaikan yang dilakukan adalah dengan cara mengganti bearing B. Poros Indikasi kerusakan: 1.Poros cepat haus - Penyebab poros cepat haus karna ada gesekan antara poros dengan bantalan. - Perbaikan yang di lakukan adalah memberikan pelumas pada poros supaya tidak cepat haus. 2. poros dan plat dudukan poros mengalami karatan (korosi) - Penyebab poros dan dudukan poros mengalami karatan (korosi) adanya reaksi antara poros dan zat-zat disekitarnya, karena udara yang lembab (oksigen dan air) mengorosi (bereaksi) terhadap poros. - Perbaikan yang di lakukan yaitu dengan menghindari kontak dengan salah satu oksigen atau air, dengan cara memberikan lapisan penutup. Lapisan penutup ini dapat terdiri dari berbagai bahan dan dapat di lapisi dengan berbagai cara salah satunya dengan minyak atau gemuk.untuk poros digunakan oli atau gemuk dan untuk dudukan poros di gunakan cat. C. Permanent Magnet Alternator Indikasi kerusakan : 1. Coil - Penyebab coil rusak - Perbaikan yang di lakukan yaitu coil di ganti dengan yang baru 2. magnetnya pecah - Penyebab magnet pecah

42 - Perbaikan yang dilakukan yaitu magnet di ganti dengan yang baru D. Sudu Turbin Indikasi Kerusakan : 1. kegagalan sambungan paku keling - Penyebab kegagalan paku keling yaitu: a. Robek pada salah satu sisi plat b. Robek pada garis sumbu lubang paku keling dan bersilangan dengan garis gaya. c. Kerusakan paku keling karena beban geser - Perbaikanya yang di lakukan dengan mengganti paku keling atau membuat lubang yang baru untuk dudukan paku keling. 2. Lengan Sudu dan plat dudukan lengan sudu mengalami karatan (korosi) Indikasi kerusakan: Terjadinya korosi pada lengan dan plat dudukan lengan sudu. - Penyebab lengan dan plat dudukan sudu mengalami karatan (korosi) adanya reaksi antara lengan sudu dan plat dudukan lengan dengan zat-zat disekitarnya, karena udara yang lembab (oksigen dan air) mengorosi (bereaksi) terhadap poros sehingga muncul zat baru yaitu zat padat bewarna coklat kemerahan. - Perbaikan yang di lakukan yaitu dengan menghindari kontak dengan salah satu oksigen atau air, dengan cara memberikan lapisan penutup. Lapisan penutup ini dapat terdiri dari berbagai bahan dan dapat di lapisi dengan berbagai cara salah satunya dengan cara pengecatan pada lengan dan plat dudukan lengan sudu turbin angin. E. rangka mengalami karatan (korosi) - Penyebab rangka mengalami korosi adanya reaksi antara poros dan zat-zat disekitarnya, karena udara yang lembab (oksigen dan air) mengorosi (bereaksi) terhadap poros sehingga muncul zat baru yaitu zat padat bewarna coklat kemerahan. - Perbaikan yang di lakukan yaitu dengan menghindari kontak dengan salah satu oksigen atau air, dengan cara memberikan lapisan penutup.

43 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan perencanaan perawatan dan perbaikan pada turbin angin sumbu vertikal, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Komponen utama transmisi kijang komando adalah: a. Bearing b. Poros c. Permanent Magnet Alternator d. Support Plate e. Plat Dudukan Lengan f. Lengan Sudu g. Sudu Turbin h. Rangka i. Plat dudukan Poros 2. Cara kerja dari turbin angin sumbu vertikal Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki poros/sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi. VAWT mampu mendaya gunakan angin dari berbagai arah. Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk keperluan perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah desain menghasilkan tenaga putaran yang berdenyut. Drag (gaya yang menahan pergerakan sebuah benda padat melalui fluida (zat cair atau gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar.

44 Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap sebuah bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain mampu menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau mempersingkat umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi menara turbin kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini merupakan titik optimal bagi energi angin yang maksimal dan turbulensi angin yang minimal. 3. Perawatan preventif yang dilakukan pada turbin angin sumbu vertical yaitu : a) Pembersihan (cleaning) Pembersihan bagian luar pada komponen turbin angin sumbu vertikal dari kotoran yang menempel. Dapat digunakan kuas atau majun yang telah dibasahkan untuk melakukan pembersihan ini. Pekerjaan ini di lakukan untuk menghindari terjadinya pengeroposan pada komponen turbin angin sumbu vertikal yang diakibatkan oleh kotoran yang menempel. b) Pelumasasn (lubrication) 1) Pemeriksaan minyak pelumas pada komponen turbin angin sumbu vertikal setelah 2) Penggantian minyak pelumas pada komponen turbin angin sumbu vertikal harus benar-benar di ganti suapaya tidak berdampak pada komponen yang lain di karenakan kondisi pelumas yang telah memburuk. c) Pemeriksaan kondisi (Check condition). Lakukan pemeriksaan kondisi pada turbin angin sumbu vertikal apakah dapat bekerja dengan baik, dan apabila di temui kejanggalan pada komponen turbin angin sumbu vertikal saat di periksa berarti komponennya

45 ada yang sedang mengalami masalah, dan dianjurkan untuk di lakukan pemeriksaan. d) Penggantian komponen (replacement) Ganti komponen turbin angin sumbu vertikal yang telah mengalami kerusakan. Jika tidak akan berdampak terhadap kerja turbin angin sumbu vertikal. 4. Permasalahan yang terjadi pada turbin angin sumbu vertikal dan tindakan perbaikan yang dilakukan. a) Gigi kecepatan dua susah kembali kepada posisi netral. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan mengganti dari komponen syncronizeeriing gigi kecepatan dua yang telah mengalami keausan. b) Bunyi kasar yang keluar pada saat transmisi sedang beroperasi. Terjadi karena oli pelumas pada transmisi yang sudah tidak bagus lagi, tindakan perbaikannya adalah dengan mengganti oli pelumas dengan yang baru. Jenis pelumasan yang digunakan adalah SAE Saran Adapun saran yang bisa penulis berikan yaitu: 1. Kalau bisa komponen-komponen turbin angin sumbu vertikal yang mudah terkena karatan (korosi) diberi lapisan seperti stainisteel, cat dan gemuk. 2. Rutinlah memeriksa kondisi pelumasan pada komponen turbin angin sumbu vertikal terutama pada bearing dan poros, apabila tidak diperhatikan maka akan berakibat kerja dari turbin angin tidak maksimal. 3. Pada turbin angin sumbu vertikal yang dibuat sekarang ini masih banyak kekurangan, kalau bisa di kembangkan supaya arus dari turbin angin yang di hasilkan lebih besar dan bisa digunakan untuk untuk masyarakat banyak.

46 DAFTAR PUSTAKA Krenz, Jerrold H. Energy Conversion And Utilization, Allyn And Bacon Inc., Boston, Nursuhud, Djati, Diklat Mesin Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin FTI- ITS, Surabaya, Nurshu, Djati dan Astu Pudjasarna Mesin Konversi Energi. Yogyakarta : Penerbit Andi. 8. Sularso, dan Kiyokatsu Suga Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita. 9. Santoso, Alb. Joko Konversi Energi. Yogyakarta : Pusat Studi Energi dan Penerbit Atma Jaya Yogyakarta di akses pada 29 september 2015

47 LAMPIRAN No Nama Komponen Gambar Komponen 1 Turbin Angin Sumbu Vertikal 2 Bearing 3 Permanent Magnet Alternator

48 3 Poros 4 Lengan Sudu 5 Plat Dudukan Lengan Sudu

49 6 Rangka Turbin Angin Sumbu Vertikal

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Literatur Beberapa penelitian yang telah melakukan penelitian terkait ilmu yang menyangkut tentang turbin angin, antara lain: Bambang setioko (2007), Kenaikan harga BBM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Proses perancangan suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam pendesainan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TORI

BAB II LANDASAN TORI BAB II LANDASAN TORI Proses perancangan suatu alat ataupun yang mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemodelan Matematika (Mathematical Modeling) (biasanya bertujuan untuk memahami realita tersebut) dan mempunyai feature

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemodelan Matematika (Mathematical Modeling) (biasanya bertujuan untuk memahami realita tersebut) dan mempunyai feature II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemodelan Matematika (Mathematical Modeling) Model adalah representasi penyederhanaan dari sebuah realita yang complex (biasanya bertujuan untuk memahami realita tersebut) dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Energi Angin Angin merupakan udara yang bergerak akibat adanya rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Turbin Angin Bila terdapat suatu mesin dengan sudu berputar yang dapat mengonversikan energi kinetik angin menjadi energi mekanik maka disebut juga turbin angin. Jika energi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PROFIL DAN JUMLAH SUDU PADA VARIASI KECEPATAN ANGIN TERHADAP DAYA DAN PUTARAN TURBIN ANGIN SAVONIUS MENGGUNAKAN SUDU PENGARAH DENGAN LUAS SAPUAN ROTOR 0,90 M 2 SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Prinsip Kerja Turbin Angin Prinsip kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir. Lalu putaran kincir digunakan untuk memutar

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, listrik merupakan kebutuhan primer masyarakat pada umumnya. Faktor yang paling berpengaruh pada peningkatan kebutuhan listrik adalah majunya teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo adalah pulau kecil dengan pesona alam yang mengagumkan. Terletak disebelah utara Kota Probolinggo sekitar

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA). BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sudu Sudu adalah baling baling pada turbin angin. Sudu pada turbin angin sendiri biasanya dihubungkan dengan rotor pada turbin angin. Sudu merupakan salah satu bagian dari turbin

Lebih terperinci

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin [4] Salah satu energi terbaru yang berkembang pesat di dunia saat ini adalah energi angin. Energi angin merupakan energi terbaru yang sangat fleksibel. Energi angin

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS TUGAS AKHIR

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PROTOTIPE TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS TUGAS AKHIR Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Strata I pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain daya angin, daya turbin angin, TSR (Tip Speed Ratio), aspect ratio, overlap ratio, BHP (Break Horse

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Blade Falon Dasar dari usulan penelitian ini adalah konsep turbin angin yang berdaya tinggi buatan Amerika yang diberi nama Blade Falon. Blade Falon merupakan desain sudu turbin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Kenaikan harga BBM mendorong masyarakat untuk mencari alternatif energi baru yang murah dan mudah didapat untuk mendapatkan tenaga listrik. Tenaga angin merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Beberapa penelitian yang telah melakukan penelitian terkait ilmu yang menyangkut tentang turbin angin, antara lain: Kenaikan harga BBM mendorong masyarakat untuk

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka semakin maju suatu negara, semakin besar energi listrik yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. maka semakin maju suatu negara, semakin besar energi listrik yang dibutuhkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan suatu kebutuhan utama yang sangat dibutuhkan pada zaman modern ini. Jika dilihat dari kebutuhan energi listrik tiap negara, maka semakin maju

Lebih terperinci

TURBIN ANGIN 1. Energi Angin

TURBIN ANGIN 1. Energi Angin TURBIN ANGIN 1. Energi Angin Angin merupakan udara yang bergerak disebabkan beberapa adanya perbedaan tekanan pada atmosfer bumi (Napitupulu dkk, 2013: 49). Energi angin merupakan sumber energi penting

Lebih terperinci

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU Muhammad Suprapto Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi Banjarmasin Email : Muhammadsuprapto13@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin BAB I LANDASAN TEORI 1.1 Fenomena angin Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan lebih tinggi ke tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA TURBIN ANGIN SAVONIUS DUA TINGKAT EMPAT SUDU LENGKUNG L

UNJUK KERJA TURBIN ANGIN SAVONIUS DUA TINGKAT EMPAT SUDU LENGKUNG L SNTMUT - 1 ISBN: 97--71-- UNJUK KERJA TURBIN ANGIN SAVONIUS DUA TINGKAT EMPAT SUDU LENGKUNG L Syamsul Bahri W 1), Taufan Arif Adlie 1), Hamdani ) 1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Samudra

Lebih terperinci

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA 3.1 Mesin Bubut Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari logam, gunanya untuk membentuk benda kerja dengan cara menyayat, gerakan utamanya adalah

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN. 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear )

BAB IV PEMBAHASAAN. 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear ) BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear ) Differential gear atau sering dikenal dengan nama gardan adalah komponen pada mobil yang berfungsi untuk meneruskan tenaga mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

Pembangkit Listrik Tenaga Air. BY : Sulistiyono

Pembangkit Listrik Tenaga Air. BY : Sulistiyono Pembangkit Listrik Tenaga Air BY : Sulistiyono Pembangkit listrik tenaga air Tenaga air bahasa Inggris: 'hydropower' adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Air merupakan sumber energi yang

Lebih terperinci

Bab 2 Dasar Teori Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan (2.1)

Bab 2 Dasar Teori Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan (2.1) Bab Dasar Teori.1. Prinsip Konversi Energi Angin Energi kinetik dalam benda bergerak dirumuskan dengan persamaan E = 1 mv (.1) dimana: m : massa udara yang bergerak (kg) v : adalah kecepatan angin (m/s).

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT Novi Caroko 1,a, Wahyudi 1,b, Aditya Ivanda 1,c Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK

KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK Ilmi Abdullah 1, Jufrizal Nurdin 2*, Hasanuddin 3 1,2,3) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang BAB II TEORI DASAR A. Pengertian Kerupuk Kerupuk adalah sejenis makanan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang kemudian ditambahkan dengan

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN A. Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi

Lebih terperinci

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal A. Pendahuluan Angin merupakan sumberdaya alam yang tidak akan habis.berbeda dengan sumber daya alam yang berasal dari fosil seperti gas dan minyak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turbin angin pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya. Turbin angin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pembangkit Listrik Tenaga Uap merupakan pembangkit yang memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik. Pembangkit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa refrensi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Tugas akhir yang ditulis oleh Muhammad

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin BAB DASAR TEORI.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis energi.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Umum Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka. konversi dari energi kinetik angin. Turbin angin awalnya dibuat untuk

2. Tinjauan Pustaka. konversi dari energi kinetik angin. Turbin angin awalnya dibuat untuk 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah elemen utama dari sebuah pembangkit listrik tenaga angin dan digunakan untuk memproduksi energi listrik yang merupakan hasil konversi dari energi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Perawatan Berkala 40 Jam Pembersihan Conveyor Belt pengecekan ketajaman pisau. Mesin Tidak Rusak 8 Jam PengecekanTombo l-tombol Emergency Mesin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco G16ADP 2 langkah 160cc Dari pembongkaran yang dilkukan didapat spesifikasi komponen kopling kering mekanis

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KINCIR ANGIN SAVONIUS sebagai SUMBER ENERGI LISTRIK

PENGGUNAAN KINCIR ANGIN SAVONIUS sebagai SUMBER ENERGI LISTRIK PENGGUNAAN KINCIR ANGIN SAVONIUS sebagai SUMBER ENERGI LISTRIK Dosen Pengampu : Drs. Purwandari Disusun Oleh : Rizcy Dwi Prastikasari (09421.127) Septya Sri Ekawaty (09421.135) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS 4.1 Pengujian Turbin Angin Turbin angin yang telah dirancang, dibuat, dan dirakit perlu diuji untuk mengetahui kinerja turbin angin tersebut. Pengujian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjelasan umum mesin Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Dalam hal ini, mesin

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Perawatan (Maintenance) Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kopling Kopling adalah satu bagian yang mutlak di perlukan pada kendaraan di mana penggerak utamanya di peroleh dari hasil pembakaran di dalam silinder mesin. Sumber :

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH GO INFOTECH Volume 20 No. 2, Desember 2014 ISSN : x

JURNAL ILMIAH GO INFOTECH Volume 20 No. 2, Desember 2014 ISSN : x KINCIR ANGIN SUMBU VERTIKAL UNTUK WARUNG HIK DI DESA JETAK Dwi kuncoro, Haryanto, Siti Nandiroh STMIK AUB SURAKARTA E-mail: Kuncoro@STMIK-AUB.ac.id ABSTRACT Almost every year we can be sure of electricity

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu TINJAUAN PUSTAKA Pencampuran Secara ideal, proses pencampuran dimulai dengan mengelompokkan masingmasing komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu sama lain dalam bentuk

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007) 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Dinamometer Dinamometer adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengukur torsi (torque) dan daya (power) yang diproduksi oleh suatu mesin motor atau penggerak berputar

Lebih terperinci

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION SESSION 12 POWER PLANT OPERATION OUTLINE 1. Perencanaan Operasi Pembangkit 2. Manajemen Operasi Pembangkit 3. Tanggung Jawab Operator 4. Proses Operasi Pembangkit 1. PERENCANAAN OPERASI PEMBANGKIT Perkiraan

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah baterai. Baterai memberikan kita sumber energi listrik mobile yang

1BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah baterai. Baterai memberikan kita sumber energi listrik mobile yang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Dewasa ini penggunaan energi listrik berubah dari energi listrik yang statis (berasal dari pembangkitan) menjadi energi listrik yang dapat dibawa kemana saja, contohnya

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. padi dan sebagainya. Di daerah daerah terpencil, misalnya terbuat dari bambu

TINJAUAN LITERATUR. padi dan sebagainya. Di daerah daerah terpencil, misalnya terbuat dari bambu TINJAUAN LITERATUR Kincir Air Ribuan tahun yang lalu manusia telah memanfaatkan tenaga air untuk beberapa keperluan, misalnya untuk menaikkan air keperluan irigasi, menggiling padi dan sebagainya. Di daerah

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto Dosen Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal E-mail : soebyakto@gmail.com ABSTRAK Tenaga angin sering disebut sebagai

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 4415 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

STUDI PEMAKAIAN SUPERKONDUKTOR PADA GENERATOR ARUS BOLAK- BALIK

STUDI PEMAKAIAN SUPERKONDUKTOR PADA GENERATOR ARUS BOLAK- BALIK STUDI PEMAKAIAN SUPERKONDUKTOR PADA GENERATOR ARUS BOLAK- BALIK Tantri Wahyuni Fakultas Teknik Universitas Majalengka Tantri_wahyuni80@yahoo.co.id Abstrak Pada suhu kritis tertentu, nilai resistansi dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis PEMBAHASAN A. Konstruksi Gunting Pemotong Plat Mesin pemotong plat mempunyai beberapa jenis, manual dengan menggunakan tuas maupun dengan tenaga hidrolis (gambar 1.1), pada mesin pemotong plat hidrolis

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Strata-1 Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012 DESAIN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DENGAN TURBIN HORISONTAL DAN GENERATOR MAGNET PERMANEN TIPE AXIAL KECEPATAN RENDAH Hasyim Asy ari 1, Aris Budiman 2, Wahyu Setiyawan 3 1,2,3) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR AXIAL KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN 8 BUAH MAGNET PERMANEN DENGAN DIMENSI 10 X 10 X 1 CM

NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR AXIAL KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN 8 BUAH MAGNET PERMANEN DENGAN DIMENSI 10 X 10 X 1 CM NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR AXIAL KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN 8 BUAH MAGNET PERMANEN DENGAN DIMENSI 10 X 10 X 1 CM Disusun untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, merupakan bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam dan tidak akan pernah habis. Pada dasarnya angin terjadi karena ada perbedaan suhu antara lokasi

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi

Lebih terperinci

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK 2.1 Lingkup Kerja Praktek di PT. Safari Dharma Sakti Lingkup kerja praktek di PT.Safari Dharma Sakti pemeliharaan secara berkala kendaraan bus Mercedes Benz dan Hino meliputi

Lebih terperinci

KONSTRUKSI GENERATOR DC

KONSTRUKSI GENERATOR DC KONSTRUKSI GENERATOR DC Disusun oleh : HENDRIL SATRIYAN PURNAMA 1300022054 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2015 I. DEFINISI GENERATOR DC Generator

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara

BAB II TEORI DASAR. Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Definisi Angin Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara antara satu tempat dan tempat yang lain (Yusman, 2005). Adapun penyebab perbedaan tekanan udara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pompa Pompa adalah peralatan mekanis untuk meningkatkan energi tekanan pada cairan yang di pompa. Pompa mengubah energi mekanis dari mesin penggerak pompa menjadi energi

Lebih terperinci

BAB. Penerapan Energi

BAB. Penerapan Energi BAB 7 Penerapan Energi Ibu guru di sekolah menceritakan tentang kegunaan kincir angin di negeri Belanda. Setelah menerangkan, ibu guru menugaskan siswa Kelas 3 membuat kincir angin dari karton. Nina, Siti,

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Di Susun Oleh: 1. VENDRO HARI SANDI 2013110057 2. YOFANDI AGUNG YULIO 2013110052 3. RANDA MARDEL YUSRA 2013110061 4. RAHMAT SURYADI 2013110063 5. SYAFLIWANUR

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Start Pemeriksaan awal per periodik Ada kerusakan Lepas wick assy dari TM Penggantian wick assy baru N Perbaikan Wick Assembly Y Tes Lubricator sesuai

Lebih terperinci

BAB III. 3.1 Pemeliharan dan perawatan propeller

BAB III. 3.1 Pemeliharan dan perawatan propeller BAB III 3.1 Pemeliharan dan perawatan propeller 3.2 Manajemen Manajemen merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam mengatur sumber daya sumber daya yang dimilikinya agar

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMBELAJARAN TRANSMISI MANUAL 4 KECEPATAN (PERAWATAN DAN PERBAIKAN)

RANCANG BANGUN ALAT PEMBELAJARAN TRANSMISI MANUAL 4 KECEPATAN (PERAWATAN DAN PERBAIKAN) RANCANG BANGUN ALAT PEMBELAJARAN TRANSMISI MANUAL 4 KECEPATAN (PERAWATAN DAN PERBAIKAN) LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Makalah Seminar Kerja Praktek PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Rieza Dwi Baskara. 1, Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Standar Pengujian Tarik Standar pengujian tarik yang digunakan adalah American Society for Testing Materials (ASTM) E 8M-04 sebagai acuan metode pengujian standar pengujian tarik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULASI PROTOTYPE WHEEL LOADER PELEPAS RODA DENGAN SISTEM MEKANIS (PERAWATAN) Oleh : AGUNG RIZKI SALAS

RANCANG BANGUN SIMULASI PROTOTYPE WHEEL LOADER PELEPAS RODA DENGAN SISTEM MEKANIS (PERAWATAN) Oleh : AGUNG RIZKI SALAS RANCANG BANGUN SIMULASI PROTOTYPE WHEEL LOADER PELEPAS RODA DENGAN SISTEM MEKANIS (PERAWATAN) Oleh : AGUNG RIZKI SALAS 0610 3020 0840 Pembimbing I Menyetujui, Palembang, Juli 2014 Pembimbing II H.Azharuddin.

Lebih terperinci

DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN ABSTRACT

DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN ABSTRACT JURNAL AUSTENIT VOLUME 3, NOMOR 2, OKTOBER 2011 DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Dalom Staf Edukatif Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Digester Digester berasal dari kata Digest yang berarti aduk, jadi yang dimaksud dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau melumatkan

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci