BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengembangan sistem sosial di masyarakat (WHO, 2010).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengembangan sistem sosial di masyarakat (WHO, 2010)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perlindungan kesehatan merupakan aspek penting untuk kesejahteraan manusia dalam mewujudkan sistem ekonomi yang berkelanjutan serta pengembangan sistem sosial di masyarakat (WHO, 2010). World Health Assembly (WHA) dalam sidangnya ke-58 pada tahun 2005 menyatakan perlunya pengembangan sistem pembiayaan kesehatan yang menjamin tersedianya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan memberikan perlindungan kepada mereka terhadap risiko keuangan (WHA, 2005). Oleh karena itu, World Health Organization (WHO) menetapkan bahwa jaminan kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage (UHC) adalah isu penting bagi negara maju dan berkembang sehingga penting agar negara mengembangkan sistem pembiayaaan kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat. Ketentuan ini penting untuk memastikan akses yang adil untuk semua warga negara, untuk tindakan preventif yang penting dan tepat, promotif, kuratif, dan rehabilitatif pelayanan kesehatan dengan biaya yang terjangkau (affordable cost) (PKMAK UGM, 2013). Banyak negara sudah mengambil inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial, antara lain Universal Health Coverage dimana pembiayaan kesehatan diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial (Kementerian Kesehatan, 2013 a ). 1

2 2 Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan asuransi sosial bagi kesehatan perorangan. Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, diantaranya adalah melalui Askes dan Jamsostek. Bagi masyarakat miskin dan tidak mampu, pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi, terbagi- bagi. Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali (Kementerian Kesehatan, 2013 a ). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN ini menyatakan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk Indonesia dimana jaminan social ini diberikan melalui penyelengaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan (Republik Indonesia, 2004). BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara JKN, wajib memberikan jaminan sosial yang menyeluruh kepada seluruh rakyat Indonesia. (Kementerian Kesehatan, 2013 b ). Definisi Jaminan kesehatan menurut Peraturan menteri kesehatan nomor 71 tahun 2013 adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

3 3 kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap penduduk yang telah membayar iuran atau setiap penduduk yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah (Kementerian Kesehatan, 2013 b ). BPJS Kesehatan harus bekerjasama dengan Fasilitas Kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi setiap penduduk. Fasilitas Kesehatan ini yaitu berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL). FKTP yang tidak memiliki sarana penunjang, diharusakan untuk membangun jejaring dengan Fasilitas Kesehatan penunjang untuk menjamin ketersediaan obat, bahan medis habis pakai, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan (Peraturan Presiden, 2013). Partisipasi dalam sistem jaminan kesehatan nasional dapat dilakukan dengan menjadi fasilitas kesehatan penunjang yang bekerja sama langsung dengan BPJS untuk menjamin kebutuhan obat rujuk balik yang disebut apotek program rujuk balik atau apotek menjalin kerjasama dengan praktek dokter keluarga yang disebut apotek jejaring, ataupun apotek yang terdapat dalam klinik pratama sebagai depo farmasi fasilitas kesehatan tingkat pertama. Apotek sebagai fasilitas kesehatan penunjang, tempat diselenggarakannya pelayanan kefarmasian menjadi syarat kerjasama FKTP apabila ingin bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, FKTP harus membuat perjanjian kerjasama dengan apotek sebagai syarat kerja sama (Kementerian Kesehatan, 2013 b ). Penerapan JKN di Indonesia mendorong perubahan model pembayaran dari model fee for service saja menjadi dua system pembayaran yaitu menjadi sistem pembayaran langsung dan juga sistem pembayaran kapitasi. Konsep

4 4 kapitasi merupakan suatu cara penekanan biaya dengan mengikutsertakan dokter primer atau dokter keluarga pada posisi ikut menanggung risiko keuangan seluruhnya atau sebagian (Hendrartini, 2008). Penggunaan sistem kapitasi ini di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Presiden nomor 32 tahun 2014 yang menyatakan bahwa pembayaran pelayanan kesehatan di FKTP dilakukan dengan dana kapitasi oleh BPJS Kesehatan (Peraturan Presiden, 2014). Sistem pembayaran langsung yang diterapkan untuk fasilitas kesehatan penunjang dilakukan secara kolektif dengan pengajuan klaim langsung kepada BPJS (Kementerian Kesehatan, 2013 a ). Terdapat berbagai macam kendala dan tantangan dalam upaya pelaksanaan JKN di Indonesia, salah satunya adalah adalah program JKN yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ternyata belum berjalan dengan maksimal karena masyarakat masih banyak yang belum memahami tentang program JKN (Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan, 2014). Kendala penerapan jaminan kesehatan secara nasional tidak hanya terjadi di Indonesia. Penelitian pada penyedia pelayanan kesehatan di Ghana, menyatakan bahwa sejak diterapkannya jaminan kesehatan yang menyeluruh, pasien tidak memiliki keleluasaan untuk memilih penyedia pelayanan kesehatan sehingga banyak pasien yang tidak menyukai penerapan sistem ini. Pasien di Ghana mengeluhkan tidak tercakupnya sebagian besar obat-obatan yang mereka butuhkan setelah penerapan sistem jaminan kesehatan (Baffour, dkk., 2013). Penelitian lainnya di Surakarta tentang pembayaran kapitasi kepada dokter keluarga di era JKN, menemukan bahwa adanya kesenjangan antara harapan akan

5 5 pelayanan baik dan kenyataan yang diterima oleh pasien yang ternyata tidak sesuai dengan harapan mereka. Perbedaan pokok yang berdampak langsung kepada pasien adalah sistem pelayanan obat di fasilitas kesehatan. Pada sistem kapitasi jasa, mekanismenya adalah pasien mendapatkan resep dan mengambil obat di apotek yang telah bekerjasama dengan BPJS. Keluhan yang timbul yaitu obat diambil di apotek yang jaraknya relatif jauh dari dokter, akibatnya pasien masih mengeluarkan biaya tambahan lagi untuk mendapatkan obat di apotek tersebut (Martiningsih, 2009). Selanjutnya penelitian oleh Christasani (2014) menyatakan bahwa pasien mengeluhkan keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan karena hanya bisa menggunakan kepesertaannya di fasilitas kesehatan tempat pasien terdaftar sesuai dengan yang tercantum pada kartu peserta. Penelitian Puliansari (2014) tentang kepuasan apoteker puskesmas terhadap pelayanan JKN di Yogyakarta, menyebutkan apoteker harus menginformasikan bahwa adanya keterbatasan pemberian jumlah obat sehingga pasien rujuk balik harus memilih untuk mengambil setiap minggu atau mengambil di apotek program rujuk balik. Keluhan yang sering dialami apotek program rujuk balik yaitu ada obat yang kosong cukup lama sehingga menjadi keluhan pasien akan pelayanan obat, selain itu masih banyak pasien yang membayar sendiri (Out of Pocket) untuk obat-obat yang diresepkan dikarenakan obat tidak ditanggung oleh BPJS. Sebesar 32,9% responden pada penelitian Baffour dkk (2013) memiliki persepsi yang buruk terhadap pelayanan kesehatan dengan sistem kapitasi. Kepadatan penduduk di fasilitas kesehatan berdampak semakin meningkatnya

6 6 jumlah pasien. Sebagian responden pun lebih memilih menebus resep di apotek dibandingkan ke rumah sakit karena mereka yakin tidak akan mendapatkan obat, bahkan ada obat yang tidak dijamin sehingga harus membayar sendiri (Baffour dkk, 2013). Persepsi merupakan suatu proses individu untuk menafsirkan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang bermakna. Persepsi seseorang dapat berbeda walaupun berada pada situasi yang sama (Robbins, 2001). Persepsi terhadap pelayanan di mulai dari kebutuhan pasien, hal ini berarti pelayanan yang baik bukan dilihat dari penyedia jasa layanan, namun dari sudut pandang pasien (Muchlas, 1999). Menurut Jacobalis (2000) faktor yang mempengaruhi persepsi pasien antara lain sosio-demografi pasien. Terdapat hubungan antara sosio-demografi pasien dengan persepsi terhadap pelayanan kesehatan. Karakteristik yang berhubungan dengan persepsi antara lain umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, sosial ekonomi, budaya, lingkungan, keperibadian dan pengalaman hidup pasien. Perbedaan signifikan terjadi pada jenis pekerjaan terhadap persepsi pada pelayanan kesehatan, kemudian pasien dengan pendidikan tinggi akan cenderung memiliki persepsi kurang baik terhadap pelayanan dibandingkan pasien dengan pendidikan rendah (Ifmaily, 2006). Provinsi D.I. Yogyakarta merupakan provinsi dengan angka harapan hidup tertinggi kedua di Indonesia. Tingginya harapan hidup ini menandakan keberhasilan pemerintah dalam menjalankan program pembangunan sosial ekonomi dan kesehatan penduduknya. Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki 5

7 7 kabupaten/kota, dimana tingkat kesehatan penduduknya berbeda-beda. Perbedaan tingkat kesehatan berhubungan dengan pelayanan kesehatan di daerah tersebut (Kementerian Kesehatan, 2014 c ). Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, perlu kiranya untuk mengetahui persepsi pasien terhadap pelayanan pada sistem pembayaran di era JKN di tiap fasilitas kesehatan penunjang, mengetahui pengaruh karakteristik pasien terhadap persepsi dan pengaruh status kepesertaan terhadap persepsi dalam penerapan sistem pembayaran di era JKN serta mengetahui kemampuan membayar (willingness to pay) untuk obat yang tidak ditanggung ataupun karena kekosongan obat sehingga pasien harus membayar sendiri untuk mendapatkan obat. Penelitian ini akan dilakukan di fasilitas kesehatan penunjang yang terdiri dari apotek jejaring, apotek program rujuk balik dan apotek klinik pratama di Provinsi D.I. Yogyakarta. B. Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan persepsi pasien rawat jalan di Apotek PRB, Apotek Jejaring, dan Apotek Klinik Pratama terhadap sistem pembiayaan di era JKN di D.I Yogyakarta? 2. Apakah terdapat pengaruh karakteristik pasien terhadap persepsi pasien rawat jalan di Apotek PRB, Apotek Jejaring, dan Apotek Klinik Pratama terhadap sistem pembiayaan di era JKN di D.I. Yogyakarta? 3. Apakah terdapat pengaruh status kepesertaan terhadap persepsi pasien rawat jalan di Apotek PRB, Apotek Jejaring, dan Apotek Klinik Pratama terhadap sistem pembiayaan di era JKN di D.I. Yogyakarta?

8 8 C. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian Hal Yang Membedakan Unit analisis Handayani dkk. (2009) Persepsi Konsumen Terhadap Pelayanan Apotek Di Tiga Kota Di Indonesia Setianto (2010) Persepsi Pasien Jamkesmas Terhadap Kualitas Pelayanan BLUD Wangaya, Kota Denpasar Penelitian yang dilakukan Analisis Persepsi Pasien serta Faktor yang Mempengaruhi terhadap Penerapan Sistem pembiayaan di Era JKN Subjek penelitian Pasien Apotek di Kota Jakarta, Yogyakarta, dan Makassar Pasien Peserta Jamkesmas BLUD Wangaya pasien rawat jalan di Fasilitas Kesehatan Penunjang : Apotek Jejaring, Apotek PRB dan Apotek Klinik Pratama Tempat penelitian Jakarta, Yogyakarta, Makassar Kota Denpasar D. I. Yogyakarta D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perbedaan persepsi pasien rawat jalan di Apotek PRB, Apotek Jejaring, dan Apotek Klinik Pratama terhadap sistem pembiayaan di era JKN di D.I. Yogyakarta. 2. Mengetahui pengaruh karakteristik pasien terhadap persepsi pasien rawat jalan di Apotek PRB, Apotek Jejaring, dan Apotek Klinik Pratama terhadap sistem pembiayaan di era JKN di D.I. Yogyakarta. 3. Mengetahui pengaruh status kepesertaan terhadap persepsi pasien rawat jalan di Apotek PRB, Apotek Jejaring, dan Apotek Klinik Pratama terhadap sistem pembiayaan di era JKN di D.I. Yogyakarta.

9 9 E. Manfaat Penelitian 1. Bagi BPJS Kesehatan Dengan diketahuinya persepsi pasien di Apotek PRB, Apotek Jejaring, dan Apotek Klinik Pratama terhadap sistem pembiayaan di era JKN maka dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan pelayanan JKN di fasilitas kesehatan penunjang sehingga pasien mendapatkan pelayanan kefarmasian yang terbaik. 2. Bagi Asosiasi Profesi Apoteker Hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan adanya peluang untuk meningkatkan peran Profesi Apoteker dalam hal pelayanan kesehatan dan kesejahteraan pasien. 3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan perbaikan pelayanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan penunjang kepada pasien, terutama terkait pelayanan obat-obatan. 4. Bagi Peneliti Lain Dengan diketahuinya persepsi pasien di di Apotek PRB, Apotek Jejaring, dan Apotek Klinik Pratama terhadap sistem pembiayaan di era JKN maka dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kualitas pelayanan di Fasilitas Kesehatan Penunjang sebagai upaya perbaikan pelayanan bagi pasien.

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Undang-Undang No.40 Tahun 2004 menyebutkan bahwa negara wajib melaksanakan Jaminan Sosial Nasional (SJSN) melalui mekanisme asuransi kesehatan nasional (Republik Indonesia, 2004). Pelaksanaan sistem ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat dengan layak yang diberikan kepada penduduk Indonesia yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah (Jaminan Kesehatan Nasional, 2014). Universal Health Coverage (UHC) yang ditetapkan oleh WHO menjadi isu penting bagi negara maju dan berkembang sehingga penting agar negara mengembangkan sistem pembiayaaan kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat. Ketentuan ini penting untuk memastikan akses yang adil untuk semua warga negara, untuk tindakan preventif yang penting dan tepat, promotif, kuratif, dan rehabilitatif pelayanan kesehatan dengan biaya yang terjangkau (affordable cost) (PKMAK UGM, 2013). Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia, hal ini lah yang melatar belakangi terselenggaranya JKN (Jaminan Kesehatan Nasional, 2014). Dalam UU No. 36 Tahun 2009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atau sumber daya dibidang kesehatan dan memperoleh 10

11 11 pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi diatas, pemerintah menyelenggarakan jaminan kesehatan masyarakat melalui JKN bagi kesehatan seluruh masyarakat Indonesia (Kementerian Kesehatan, 2013 a ). Kerjasama fasilitas kesehatan milik pemerintah dan swasta dengan BPJS bertujuan untuk memberikan manfaat pelayanan kesehatan bagi setiap orang berupa pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis pakai yang digunakan (Kementerian Kesehatan, 2004). Prinsip penerapan JKN di Indonesia mengacu pada prinsip gotong royong, berarti peserta membantu peserta yang kurang mampu atau peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi. Hal ini dapat diwujudkan karena kepesertaan yang bersifat wajib untuk seluruh penduduk sehingga dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Penyelenggarakan JKN oleh BPJS bukan untuk mencari laba (profit oriented). Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat yang akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Prinsip portabilitas yang diterapkan memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta, walaupun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Kementerian Kesehatan, 2013 a ). B. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) BPJS Kesehatan adalah badan hukum publik yang berfungsi menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia termasuk warga negara asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia

12 12 (Peraturan BPJS, 2014). Dibentuknya BPJS Kesehatan bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya dan terpenuhinya pemberian jaminan kebutuhan dasar hidup yang layak bagi peserta dan atau anggota keluarganya (Republik Indonesia, 2011). Fungsi dan tugas BPJS Kesehatan selanjutnya diatur melalui peraturan dan undang-undang yang berlaku. Diantara fungsi dan tugas tersebut salah satunya adalah mengelola dana iuran peserta JKN, membayarkan dan membiayai pelayanan kesehatan bagi peserta, dan melakukan sosialisasi penyelenggaraan JKN kepada peserta dan masyarakat Indonesia (Republik Indonesia, 2011). C. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS, fasilitas kesehatan ini digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang bersifat non spesialistik meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap (Kementerian Kesehatan, 2013 b ). Fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagai penyedia layanan kesehatan yaitu Puskesmas, praktik dokter, klinik pratama, Rumah Sakit kelas D Pratama (Kementrian Kesehatan, 2013 b ). Kerja sama Fasilitas Kesehatan dengan BPJS Kesehatan dilakukan melalui perjanjian kerja sama yang dilakukan antara pimpinan atau pemilik Fasilitas Kesehatan dengan BPJS Kesehatan. Untuk dapat melakukan kerja sama dengan BPJS Kesehatan, Fasilitas kesehatan tingkat pertama harus telah terakreditasi oleh BPJS dan memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam Peraturan Menteri

13 13 Kesehatan Republik Indonesia nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional. D. Fasilitas Kesehatan Penunjang Salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan adalah apotek. Apotek memiliki peran penting dalam program JKN untuk memberikan pelayanan kefarmasian terutama layanan obat kepada pasien. Apotek dituntut untuk memberikan pelayanan obat kepada peserta JKN dengan kualitas yang baik. Pada era JKN ini apotek berkedudukan sebagai fasilitas kesehatan penunjang, yaitu menunjang kebutuhan obat bagi peserta JKN. Jenis apotek sebagai fasilitas kesehatan penunjang adalah sebagai berikut : 1. Apotek Jejaring Nugraha (2014) menyebutkan bahwa Konsep Jejaring adalah mekanisme kerjasama yang dilakukan FKTP dengan Apotek dalam hal pelayanan kefarmasian jika fasilitas kesehatan tingkat pertama tidak mempunyai sarana kefarmasian. Tujuan dari adanya konsep jejaring ini adalah meningkatkan komitmen FKTP dalam memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif termasuk pelayanan kefarmasian melalui penerapan kolaborasi profesi dokter dan apoteker. Berdasarkan Peraturan Presiden Indonesia No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan menyebutkan bahwa penerapan konsep jejaring fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan apotek, fasilitas kesehatan rawat jalan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun jejaring dengan fasilitas kesehatan penunjang untuk menjamin ketersediaan obat, bahan medis habis pakai, dan pemeriksaaan penunjang yang dibutuhkan (Peraturan Presiden, 2013).

14 14 2. Apotek Klinik Pratama Klinik Pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar. Klinik adalah fasilitas kesehatan yang menyelenggarkan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik. Penyelenggara klinik dilakukan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan yang di pimpin oleh seorang tenga medis. Klinik sebagai penyedia layanan kesehatan harus melengkapi peralatan medis dan nonmedis sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan, harus memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan. Klinik rawat jalan yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian wajib memiliki apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sebagai penanggung jawab atau pendamping (Republik Indonesia, 2011). 3. Apotek Program Rujuk Balik Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta BPJS penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di FKTP atas rekomendasi/rujukan dari dokter spesialis/sub spesialis yang merawat disebut pelayanan program rujuk balik (Peraturan BPJS, 2014). Peserta BPJS Kesehatan berhak mendapat pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang dibutuhkan sesuai indikasi medisnya. BPJS Kesehatan juga bertugas menjamin kebutuhan obat program rujuk balik melalui apotek atau depo farmasi FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan (Kementerian Kesehatan, 2013 b ).

15 15 E. Sistem Pembiayaan JKN Pembiayaan pelayanan kesehatan pada era JKN terdiri dari dua sistem, yaitu sistem kapitasi dan sistem pembayaran langsung atau non-kapitasi. Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana fasilitas kesehatan menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta, per periode waktu tertentu untuk pelayanan yang telah diberikan. Sistem pembayaran kapitasi ini merupakan suatu cara pengendalian biaya dengan menempatkan fasilitas kesehatan pada posisi menanggung resiko. Perbedaan sistem pembayaran kapitasi dengan sistem pembayaran fee for service yaitu penghasilan akan meningkat jika semakin banyak pasien yang sakit dan berobat, sedangkan pada sistem pembayaran kapitasi fasilitas kesehatan akan mendapat penghasilan dalam jumlah yang sama baik saat peserta yang ditanggung itu sehat maupun sakit (Hasbullah, 2005). Sistem Pembiayaan melalui kapitasi ini memberikan manfaat penyederhanaan administrasi, efisiensi serta mutu pelayanan. Konsep kapitasi mendorong upaya-upaya pencegahan dan promotif, sehingga secara intrinsik dapat mengubah orientasi pelayanan dari kuratif ke preventif. Meskipun demikian, pelaksanaan konsep kapitasi juga harus selalu memperhatikan keadaan setempat. Agar mencapai bentuk yang ideal, diperlukan sistem informasi yang baik, sehingg data yang mendukung konsep ini benar-benar dapat memberi peluang kearah efisiensi (Sulastomo, 2002). Tarif pembayaran langsung merupakan besaran pembayaran klaim yang diberikan oleh BPJS Kesehatan kepada FKTP berdasarkan jenis dan jumlah

16 16 pelayanan kesehatan yang diberikan (Kementerian Kesehatan, 2014 b ). Obat yang diberikan pada fasilitas kesehatan penunjang untuk program rujuk balik diberikan diluar sistem kapitasi. Biaya Obat yang dikeluarkan oleh apotek program rujuk balik dibayarkan oleh BPJS Kesehatan setelah dilakukan klaim secara kolektif oleh apotek (Kementerian Kesehatan, 2014 a ). 1. Kualitas Obat Rustamaji dalam seminar yang diadakan oleh Fakultas kedokteran tentang Pengendalian mutu obat dalam sistem JKN, menyampaikan tema Pengendalian Mutu Obat dalam Pelayanan Kesehatan Berbasis Managed Care menjelaskan bahwa penggunaan obat di fasilitas kesehatan sangat penting, karena obat dapat meyelamatkan nyawa orang, obat dapat meningkatkan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan (PKMAK UGM, 2013). Untuk mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan, pelaku industri farmasi diharapkan dapat memproduksi obatobatan yang aman, berkualitas tinggi, dan sesuai dengan pasien (Kompasiana, 2014). Pembayaran kesehatan di era JKN yang dilakukan melalui sistem kapitasi fasilitas kesehatan harus tetap menjamin kemanfaatan, keamanan dan kualitas obat yang diberikan kepada pasien. Jika obat yang diberikan di Fasilitas Kesehatan berlebihan maka dokter akan merugi, sehingga perlu dilakukan monitoring (PKMAK UGM, 2014). Menurut Peraturan Presiden No. 51 tahun 2009 Pasal 31 ayat 1, setiap tenaga kefarmasian dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian wajib menyelenggarakan kendali mtu dan kendali biaya. Kendali mutu yang dimaksud

17 17 yaitu suatu sistem pemberian Pelayanan Kefarmasian yang efektif, efisien, dan berkualitas dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kefarmasian (Peraturan Pemerintah, 2009). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan di JKN menyebutkan bahwa setiap Peserta JKN berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan, pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan oleh peserta (Kementerian Kesehatan, 2013 b ). 2. Jumlah Obat Bentuk upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah adanya pelayanan obat, kemudahan memperoleh obat yang dibutuhkan, keterjangkauan dan dalam jumlah yang mencukupi (Harmaniaty dkk., 2015). Penerapan sistem JKN mengakibatkan peningkatan jumlah pasien di Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) Tingkat I, terlalu banyak pasien yang memanfaatkannya secara berlebihan dimana sebenarnya pada kasus tertentu pasien tidak memerlukan pengobatan. Dampak bagi pasien adalah pemberian obat dengan jumlah yang terbatas (Januraga, 2008). 3. Ketersediaan Obat Penerapan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) di Indonesia memiliki banyak tujuan, salah satunya adalah agar terwujudnya ketersediaan obat di fasilitas kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Peraturan Presiden, 2012). Ketersediaan obat dengan jumlah yang cukup menjadi isu utama dalam JKN. Penerapan JKN berpengaruh terhadap sistem pengelolaan obat sehingga perlu adanya kebijakan teknis yang mengatur pengelolaan obat untuk menjamin

18 18 ketersediaan dan mutu obat guna mendukung pelayanan kesehatan mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (PKMAK UGM, 2014). BPJS dan Fasilitas Kesehatan di era JKN wajib memberikan pelayanan secara paripurna dalam penyediaan obat. Fasilitas Kesehatan dan jejaring wajib menyediakan obat untuk memenuhi kebutuhan obat (Peraturan BPJS, 2014 ; Kementerian Kesehatan, 2013 b ). Putri, 2014 dalam buku saku JKN menjelaskan bahwa fasilitas kesehatan rawat jalan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun jaringan dengan Fasilitas Kesehatan Penunjang untuk menjamin ketersediaan obat, bahan medis habis pakai,dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan (Putri, 2014). 4. Pembayaran Obat Tujuan diselenggarakannya asuransi kesehatan yaitu untuk mengurangi risiko masyarakat menanggung biaya kesehatan dari kantong sendiri, dalam jumlah yang sulit diprediksi dan kadang-kadang memerlukan biaya yang sangat besar. Untuk itu diperlukan suatu jaminan dalam bentuk asuransi kesehatan karena peserta membayar premi dengan besaran tetap. Dengan demikian pembiayaan kesehatan ditanggung bersama secara gotong royong oleh keseluruhan peserta, sehingga tidak memberatkan secara orang per orang. Peserta BPJS dapat membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang harus dibayar jika peserta menginginkan peningkatan kelas perawatan, yang disebut dengan iur biaya (additional charge) (Kementerian Kesehatan, 2013 a ).

19 19 Pelaksanaan JKN dilakukan berdasarkan prinsip ekuitas yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medisnya. Peraturan BPJS No. 1 Tahun 2014 juga menyatakan bahwa pelayanan obat dan bahan medis habis pakai di fasilitas kesehatan tingkat pertama sudah termasuk dalam komponen kapitasi yang dibayarkan BPJS Kesehatan. F. Persepsi Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia (Schiffman dan Lazaar, 2004). Menurut Notoatmodjo Persepsi merupakan pengamatan yang merupakan kombinasi penglihatan, penciuman, pendengaran serta pengalaman masa lalu. Persepsi dinyatakan sebagai proses menafsir sensasi-sensasi dan memberikan arti kepada stimuli. Persepsi merupakan penafsiran realitas dan masing-masing orang memandang realitas dari sudut perspektif yang berbeda (Notoatmodjo, 2010). Menurut Simamora dan Bilson, Terdapat beberapa pengaruh yang cenderung membelokkan persepsi mereka individu, yaitu sebagai berikut : 1. Penampilan fisik Berbagai studi mengenai penampilan fisik telah menemukan bahwa model yang menarik lebih persuasif dan mempunyai pengaruh yang lebih positif terhadap sikap dan perilaku konsumen.

20 20 2. Stereotip Stereotip ini menimbulkan harapan mengenai bagaimana situasi, orang, atau peristiwa tertentu akan terjadi dan stereotip ini merupakan faktor penentu yang penting bagaimana stimuli tersebut dirasakan. 3. Petunjuk yang tidak relevan Ketika diperlukan untuk membuat perkembangan yang sulit melalui persepsi, para konsumen sering kali memberi respon pada stimuli yang tidak relevan. 4. Kesan pertama Kesan pertama cenderung pribadi, namun dalam membentuk kesan tersebut, penerima belum mengetahui stimuli mana yang relevan, penting, atau yang dapat diramalkan menjadi perilaku lainnya. 5. Terlalu cepat mengambil keputusan Banyak orang yang terlalu cepat mengambil kesimpulan sebelum meneliti semua keterangan atau bukti yang berhubungan (Simamora dan Bilson, 2002). Dari beberapa pendapat mengenai persepsi dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, melalui indera dan tiap-tiap individu dapat memberikan arti yang berbeda. Persepsi dapat diartikan juga sebagai proses seorang individu memilih, mengorganisasi dan menafsirkan masukan-masukan informasi untuk menciptakan sebuah gambar yang bermakna tentang dunia (Kotler, 1994).

21 21 Umur Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Sosial Ekonomi Persepsi Pekerjaan Budaya Lingkungan Fisik Kepribadian & Pengalaman Hidup Pasien Gambar 1. Variabel yang Mempengaruhi Persepsi (Jacobalis, 2000) Variabel yang menentukan persespsi pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan adalah demografi ( umur, jenis kelamin ), tingkat pendidikan, latar belakang social ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman hidup pasien (Jacobalis, 2000). G. Status Kepesertaan JKN Menurut Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan, Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran (Peraturan Presiden, 2013). Peserta JKN meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut: 1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu. 2. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas:

22 22 a. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya yaitu : Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri, pegawai swasta. b. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya yaitu : pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri. c. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas: Investor, pemberi kerja, penerima pension, veteran, Perintis Kemerdekaan. d. Penerima pensiun terdiri atas: pegawai negeri sipil yang berhenti dengan hak pension, anggota TNI dan anggota Polri yang berhenti dengan hak pension, pejabat negara yang berhenti dengan hak pension, janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pension (Kementerian Kesehatan, 2013 a ) Pelaksanaan JKN di Indonesia melalui berbagai tahapan. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang jaminan kesehatan tahapan pelaksanaan JKN yaitu tahap pertama dimulai pada 1 Januari 2014, kepesertaannya meliputi: 1. PBI Jaminan Kesehatan 2. Anggota TNI/PNS di lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya 3. Anggota Polri/PNS di lingkungan Polri dan anggota keluarganya 4. Peserta asuransi kesehatan PT Askes (Persero) beserta anggota keluarganya 5. Peserta jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan anggota keluarganya.

23 23 Selanjutnya tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019 (Peraturan Presiden, 2013). H. Landasan Teori Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan jaminan kesehatan dengan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak (Kementerian Kesehatan, 2013 a ). JKN diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang memiliki tanggung jawab mewujudkan terselenggara dan terpenuhinya pemberian jaminan kebutuhan dasar hidup yang layak bagi peserta dan atau anggota keluarganya (Peraturan BPJS, 2014). Pembayaran pelayanan kesehatan di era JKN dilakukan melalui sistem kapitasi dan sistem pembayaran langsung kepada fasilitas kesehatan penunjang dari hasil iuran peserta tiap bulan (Hasbullah, 2005). Fasilitas kesehatan penunjang merupakan fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan FKTP untuk memberikan pelayanan kefarmasian terutama penyediaan obat, bahan medis habis pakai, alat kesehatan dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan (Peraturan Presiden, 2013). Fasilitas kesehatan penunjang ini terdiri dari : Apotek PRB, Apotek Jejaring, dan Apotek Klinik Pratama. Pelayanan kesehatan yang komprehensif yang diberikan di fasilitas kesehatan harus mencakup semua biaya terutama yang mencakup obat-obatan. Pemerintah harus bekerjasama dengan fasilitas kesehatan dalam hal penyediaan obat (Mulupi dkk, 2013).

24 24 Pelaksanaan JKN masih memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan yang harus dibenahi secara berkelanjutan untuk memberi pelayanan kesehatan yang paripurna kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat bukan dilihat dari penyedia jasa layanan kesehatan, namun dilihat dari sudut pandang pasien. Sudut pandang pasien yang berbeda maka akan menghasilkan persepsi yang berbeda pula terhadap pelayanan kesehatan (Muchlas, 2012). Semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap suatu objek yang dipersepsikan maka semakin baik persepsi yang terbentuk begitu pula sebaliknya (Sobur, 2003). Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia (Sugihartono dkk, 2007). Perbedaan cara interpretasi dan karakteristik pasien seperti status sosioekonomi dan demografi berpengaruh terhadap persepsi dan dapat menyebabkan perbedaan persepsi (Mulupi dkk, 2013). Variabel yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut demografi (usia, jenis kelamin), tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, kepribadian dan pengalaman hidup (Jacobalis, 2000). Terdapat hubungan antara persepsi dan pembuatan keputusan. Pembuatan keputusan terjadi sebagai reaksi terhadap problem, kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang membutuhkan pertimbangan. Keputusan dibuat berdasarkan pertimbangan yang ada, dimana kualitas keputusan ini dipengaruhi persepsi (Kotler, 2000).

25 25 I. Kerangka Konsep Penelitian Jenis Apotek Sosio-demografi 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Penghasilan Perbulan Persepsi Pasien Terhadap Sistem Pembiayaan JKN 1. Kualitas Obat 2. Jumlah Obat 3. Ketersediaan Obat 4. Pembayaran Obat Jenis Kepesertaan 1. Penerimaan Biaya Iuran (PBI) 2. Askes 3. Jamsostek 4. Jaminan Kesehatan TNI/POLRI 5. Mandiri Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2. Skema Konsep Penelitian

26 26 J. Hipotesis 1. Terdapat perbedaan persepsi pasien rawat jalan di Apotek PRB, Apotek Jejaring, dan Apotek Klinik Pratama terhadap sistem pembiayaan di era JKN di D.I. Yogyakarta. 2. Terdapat pengaruh karakteristik pasien terhadap persepsi pasien rawat jalan di Apotek PRB, Apotek Jejaring, dan Apotek Klinik Pratama terhadap sistem pembiayaan di era JKN di D.I Yogyakarta. 3. Terdapat pengaruh status kepesertaan terhadap persepsi pasien rawat jalan di Apotek PRB, Apotek Jejaring, dan Apotek Klinik Pratama terhadap sistem pembiayaan di era JKN D.I. Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

Lebih terperinci

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan. DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH mutupelayanankesehatan.net I. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi akibat adanya pengindraan terhadap objek tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabat sehingga pemerintah mengembangkan Sistem Jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) merupakan isu penting yang telah ditetapkan WHO (World Health Organization) bagi negara maju dan negara berkembang sehingga penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek kehidupan turut mengalami perubahan. Arus teknologi dan informasi sedemikian berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa didunia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan,yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

VI. PENUTUP A. Kesimpulan VI. PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Secara umum peran Dokter Puskesmas sebagai gatekeeper belum berjalan optimal karena berbagai kendala, yaitu : a. Aspek Input :

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup,

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup, BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA A. Perlunya Pembentukan JKN Tak ada yang abadi dalam kehidupan ini kecuali perubahan itu sendiri.setiap manusia mengalami perubahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan adalah sesuatu yang pasti dijalani oleh seseorang yang terlahir di dunia ini. Hidup itu sendiri adalah hak asasi manusia, wajib dijunjung tinggi keberadaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan sistem kesehatan nasional (SKN), bahwa pembangunan kesehatan harus merata di seluruh wilayah di Indonesia, namun kenyataannya pembangunan pada aspek kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi. 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Sleman

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi. 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Sleman BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Bantul terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebijakan pemerintah memberikan dana pelayanan kesehatan, yang secara implisit merupakan pemahaman pemerintah atas tanggung jawab kepentingan umum. Sebagai negara berkembang,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan, 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan, bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menjamin hak-hak kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan yang baik dari segi fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak hanya dilihat dari tidak adanya suatu penyakit atau kelemahan saja (WHO,

Lebih terperinci

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN Sekretaris Ditjen Binfar Alkes Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Di Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan 9-12 November 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara ekonomis (Ps. 1 point (1) UU Nomor 23/1992 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implementasi dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah dimulai sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional pada Pelayanan Kesehatan Primer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional pada Pelayanan Kesehatan Primer BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jaminan Kesehatan Nasional 2.1.1. Definisi Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan kesehatan yang memastikan semua orang dapat menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan tanpa harus mengalami

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia untuk dapat hidup layak, produktif, serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf hidupnya. Namun demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional, pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan secara

Lebih terperinci

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS 1. Apa itu JKN dan BPJS Kesehatan dan apa bedanya? JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Kata manfaat diartikan sebagai guna; faedah; untung, sedangkan pemanfaatan adalah proses; cara; perbuatan memanfaatkan. Dan pelayanan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diketahui kelemahan dan kekurangan jasa pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diketahui kelemahan dan kekurangan jasa pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era sekarang ini semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, akan mengakibatkan tuntutan peningkatan pelayanan kesehatan. Salah satu mengantisipasi

Lebih terperinci

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT Senin, 2 Januari 2014. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, pada pasal 25 Ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak untuk memiliki tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang memadai merupakan hak asasi manusia yang tercantum dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jaminan Kesehatan di Indonesia bukanlah barang baru, dahulu pada awalnya Indonesia memiliki asuransi kesehatan untuk pegawai negeri sipil yang merupakan lanjutan dari

Lebih terperinci

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KABUPATEN DHARMASRAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Berdasarkan Undang Undang nomor

Lebih terperinci

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero) BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero) DASAR HUKUM 1 JANUARI 2014, PT ASKES (PERSERO) MENJADI BPJS KESEHATAN 1 DASAR HUKUM Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak untuk hidup sehat dan sejahtera merupakan bagian dari hak asasi manusia yang diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dalam UU nomor 40 tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dalam UU nomor 40 tahun BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem jaminan kesehatan di Indonesia mulai berlaku dan dikenal dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dalam UU nomor 40 tahun 2004. Program-program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) sebagai bagian dari reformasi sistem kesehatan pada saat ini telah dilaksanakan oleh hampir setengah negara di dunia dengan berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA KLAIM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN PADA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 1. Pengertian BPJS Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asuransi (Insurance) 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi menurut UU tentang usaha perasuransian adalah Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak adalah kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah keadaan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan sebenarnya telah dirintis sejak lama. Hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan sebenarnya telah dirintis sejak lama. Hal ini dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemerintah berkewajiban untuk melindungi hak atas kesehatan, yang merupakan salah satu hak vital kehidupan yang diakui oleh segenap bangsabangsa di dunia. Usaha pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap penduduk yang hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik kesehatan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Harus disadari bahwa hidup dan kebebasan manusia akan menjadi tanpa makna jika kesehatannya tidak terurus. karena itu kesehatan sebagai isu HAM, dalam hal ini hak

Lebih terperinci

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero) DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero) AGENDA KESIAPAN SEBAGAI BPJS TANTANGAN 2 2 PERJALANAN PANJANG ASKES Menkes 1966-1978 Prof Dr GA Siwabessy Cita-cita: Asuransi kesehatan bagi rakyat semesta BPDPK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28 H dan UU Nomor 36/2009 tentang kesehatan). Oleh karenanya setiap individu, keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah memberikan kepastian perlindungan dasar kepada warga negara Indonesia. Salah

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014

1 BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak azazi setiap warga negara sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara RI 1945 diamanatkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana yang tercantum

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, padapasal 25 Ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI KEPULAUAN MERANTI BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, pada pasal 25 Ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan

Lebih terperinci

https://k3dkebumen.files.wordpress.com

https://k3dkebumen.files.wordpress.com MEKANISME PENGELOLAAN DAN PENATAUSAHAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN https://k3dkebumen.files.wordpress.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredensialing dan Rekredensialing Ada beberapa definisi mengenai kredensialing dan rekredensialing yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Payne (1999) mendefinisikan kredensialing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang kesejahteraan sosial sudah pasti berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan,

Lebih terperinci

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu serta pemerataan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasioal (SJSN). Sistem Jaminan Sosial

Lebih terperinci

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional Pencapaian dan Tantangan Program Jaminan Kesehatan Nasional drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 28 Desember 2017 1. Pendahuluan 2. Asas Dan Prinsip 3. Pencapaian JKN 4. Tantangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1400, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Jaminan Kesehatan Nasional. Pelayanan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tertera dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tahun 2003 pemerintah menyiapkan rancangan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) 1. Rancangan SJSN disosialisasikan ke berbagai pihak termasuk ke Perguruan Tinggi dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PASIEN PENERIMA BANTUAN IURAN 2.1.1.Pengertian pasien penerima bantuan iuran Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit menyebutkan bahwa pasien

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No.556, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPJS Kesehatan. FKTP. Pemerataan Peserta. PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEMERATAAN PESERTA DI FASILITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan

Lebih terperinci

MAKALAH Sistem Pembiayaan Kesehatan Masyarakat di Indonesia (BPJS)

MAKALAH Sistem Pembiayaan Kesehatan Masyarakat di Indonesia (BPJS) MAKALAH Sistem Pembiayaan Kesehatan Masyarakat di Indonesia (BPJS) Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Community in Health Nursing Kelompok 1 Kelas 2 Wahyu Nur Indahsah 135070201111027 Putri Perdana Sari

Lebih terperinci

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan Buku Saku FAQ (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan BPJS_card_6.indd 1 3/8/2013 4:51:26 PM BPJS Kesehatan Buku saku FAQ (Frequently Asked Questions) Kementerian Kesehatan RI Cetakan Pertama, Maret

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN, PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN KOORDINASI MANFAAT DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu komponen vital bagi setiap individu karena kesehatan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara kesejahteraan (walfare state), telah mencantumkan dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan

Lebih terperinci