UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UKL - UPL)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UKL - UPL)"

Transkripsi

1 UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UKL - UPL) PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER DI KABUPATEN BOJONEGORO 2017

2

3

4

5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR iii SURAT PERNYATAAN iv DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN xi BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Manfaat Tujuan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Manfaat Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Identitas Pemrakarsa dan Penanggung Jawab Rencana Usaha dan/atau Kegiatan 3 BAB 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Tahap Percontohan (Pilot Project) Tahap Pengembangan Perencanaan Teknis Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang Komponen Tahapan Kegiatan Tahap Pra Konstruksi (Persiapan) Tahap Konstruksi Tahap Operasi Waktu Pelaksanaan Kegiatan Konstruksi 42 BAB 3 RONA LINGKUNGAN HIDUP Wilayah Administrasi Kabupaten Bojonegoro Kondisi Fisik Wilayah Iklim Topografi Geologi Hidrologi 50 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER v

6 Sungai Mata Air Air Tanah Waduk Jenis Tanah Penggunaan Lahan Sosial Ekonomi Kependudukan Perekonomian Sosial Budaya Kondisi Pertanian Komoditas Pertanian 78 BAB 4 DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Tahap Pra Konstruksi Perubahan Persepsi Masyarakat Tahap Konstruksi Kesempatan Kerja Perubahan Persepsi Masyarakat Gangguan Lalu Lintas Peningkatan Kebisingan Peningkatan Timbulan Sampah Penurunan Kualitas Udara Gangguan Estetika Tahap Operasi Kesempatan Kerja Keresahan Masyarakat Perubahan Persepsi Masyarakat Peningkatan Timbulan Sampah Ketersediaan Air Sungai Kebisingan Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup 100 BAB 5 JUMLAH DAN JENIS IZIN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (PPLH) YANG DIBUTUHKAN 106 DAFTAR PUSTAKA 107 LAMPIRAN 109 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER vi

7 Tabel DAFTAR TABEL Lokasi rencana pengembangan irigasi pompa tersier TIRTA di Kabupaten Bojonegoro... 6 Tabel Spesifikasi teknis rencana pengembangan irigasi tersier di Kabupaten Bojonegoro Tabel Daftar daerah irigasi dan keberadaan Hippa < 1000 di Kabupaten Bojonegoro Tabel Proyeksi kebutuhan tenaga kerja konstruksi pengembangan jaringan tersier Tabel Proyeksi kebutuhan material untuk pengembangan saluran irigasi beton Tabel Proyeksi ritase kendaraan pengangkut material Tabel Proyeksi ritase kendaraan pengangkut pipa Tabel Proyeksi kebutuhan tenaga kerja operasional jaringan irigasi tersier Tabel Jumlah petani yang menerima layanan rencana pengembangan jaringan irigasi tersier di Kabupaten Bojonegoro Tabel Jadwal kegiatan rencana pengembangan jaringan irigasi tersier di Kabupaten Bojonegoro (Sumber: TIRTA Paladium, 2017) Tabel 3. 1 Kecamatan di Kabupaten Bojonegoro Tabel 3. 2 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Bojonegoro Tahun Tabel 3. 3 Rata-rata suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Kabupaten Bojonegoro Tahun Tabel 3. 4 Luas Wilayah Menurut Kemiringan Tanah di Kabupaten Bojonegoro Tabel 3. 5 Luas Wilayah Menurut Ketinggian Tempat di Kabupaten Bojonegoro Tabel 3. 6 Nama, Panjang dan Debit Air Sungai di Kabupaten Bojonegoro Tabel 3. 7 Analisis Kualitas Air Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro Tabel 3. 8 Jumlah Debit Pada Tiap Mata Air Tabel 3. 9 Data Waduk/Embung yang Ada Di Kabupaten Bojonegoro Tahun Tabel Luas Areal Menurut Jenis Tanah Di Kabupaten Bojonegoro Tabel Perkembangan Penggunaan lahan Kabupaten Bojonegoro Tahun 1994, Tahun 2010 dan Rencana Tahun Tabel Jumlah Penduduk di wilayah studi Tabel Jumlah Kelahiran dan Kematian di Kabupaten Bojonegoro Tahun Tabel Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Bojonegoro Tahun DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER vii

8 Tabel Perbandingan luas lahan dan hasil panen bagi petani yang menggunakan irigasi dan tidak di Kabupaten Bojonegoro Tahun Tabel Jumlah Fasilitas Pendidikan di Wilayah Studi Tahun Tabel Jumlah Penduduk Menurut Agama di Area Proyek Tahun Tabel Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Bojonegoro Tahun Tabel Jumlah Fasilitas Kesehatan di Wilayah Studi Tahun Tabel Jumlah Tenaga Kesehatan di Wilayah Studi Tahun Tabel Luas Lahan Sawah Menurut Kecamatan dan Jenis Pengairan di Kabupaten Bojonegoro (Ha), Tabel Luas Panen Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, Ubi Jalar Tahun Tabel Pola tanam, hasil produksi, harga gabah basah, dan biaya irigasi di setiap jaringan irigasi Tabel Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Produksi Perikanan Tangkap dari Perairan Umum, Tabel Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Produksi Perikanan Budidaya, Tabel 4. 1 Ringkasan dampak lingkungan yang akan terjadi Tabel 4. 2 Dampak penting lingkungan yang akan terjadi Tabel 4. 3 Matrik Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Pengembangan dan Pengoperasian Irigasi Pompa Tingkat Tersier DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar Peta proyek pengembangan irigasi pompa tingkat tersier Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi Pilanggede Gambar Kondisi eksisting jaringan irigasi Pilanggede Gambar Kondisi jaringan eksisting layanan irigasi Malo Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi Malo Gambar Kondisi jaringan eksisting layanan irigasi Leran Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi Leran Gambar Kondisi jaringan eksisting layanan irigasi Leran Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi Kemiri Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan irigasi pompa tingkat tersier Sukoharjo Gambar Pompa utama dan pompa imbalan jaringan irigasi pompa tingkat tersier Sukoharjo Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan irigasi pompa tingkat tersier Ngablak-Ngulanan Gambar Kondisi jaringan eksisting layanan irigasi Ngablak - Ngulanan Gambar Kondisi jaringan eksisting layanan irigasi Kanten Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan irigasi pompa tingkat tersier Kanten Gambar Lokasi rumah pompa induk jaringan irigasi Piyak Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan irigasi pompa tingkat tersier Piyak Gambar Kondisi saluran irigasi jaringan Bakalan Gambar Lokasi perencanaan pengembangan irigasi pompa tingkat tersier Bakalan Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi pompa tingkat tersier Kedungprimpen Gambar Saluran Irigasi Tersier di Pilanggede Gambar Irigasi Pipa di Malo Gambar Desain saluran irigasi tersier di Pilanggede menggunakan pasangan batu dan semen Gambar Rencana jaringan irigasi Malo Gambar Peta Pola Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro Gambar 3. 1 Peta Geologi Lembar Bojonegro Gambar 3. 2 Formasi batuan di wilayah studi pengembangan irigasi tersier DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER ix

10 Gambar 3. 3 Histograf Tinggi Muka Air Harian (m) Tahun 2016 di Pos AWLR Cepu Gambar 3. 4 Histograf Tinggi Muka Air Harian (m) Tahun 2016 di Pos AWLR Bojonegoro Gambar 3. 5 Lokasi Sumber Daya Air (Mata air, Sungai dan Waduk) Gambar 3. 6 Tutupan Lahan Kabupaten Bojonegoro Tahun Gambar 3. 7 Tutupan Lahan Kabupaten Bojonegoro Tahun Gambar 3. 8 Piramida Penduduk Kabupaten Bojonegoro Tahun Gambar 3. 9 Laju Pertumbuhan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kabupaten Bojonegoro Tahun Gambar Persentase Tenaga Kerja per Sektor Usaha di Kabupaten Bojonegoro Tahun Gambar Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bojonegoro Tahun Gambar Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bojonegoro Tahun Gambar Perbandingan pendapatan dan pengeluaran petani Gambar Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas di Kabupaten Bojonegoro yang Melek Huruf dan Buta Huruf Menurut Jenis Kelamin Tahun Gambar Persentase Pendidikan Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas di Kabupaten Bojonegoro Tahun Gambar Angka Kematian Bayi di Kabupaten Bojonegoro Gambar Sumber Air di Kabupaten Bojonegoro Gambar Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kabupaten Bojonegoro Tahun Gambar Perbandingan luas panen dan produksi padi di wilayah studi tahun 2014 dan DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER x

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Arahan Dokumen Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Lampiran 2 Hasil Laboratorium Kualitas Air Sungai Bengawan Solo Lampiran 3 Dokumentasi Sosialisasi Kegiatan Pengembangan Irigasi Pompa Tersier di Kabupaten Bojonegoro Lampiran 4 Peta Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Kegiatan Pengembangan Irigasi Pompa Tersier di Kabupaten Bojonegoro Lampiran 5 Berita Acara Rapat Pembahasan Dokumen UKL-UPL Kegiatan Pengembangan Irigasi Pompa Tingkat Tersier di Kabupaten Bojonegoro Lampiran 6 Rekomendasi UKL-UPL Kegiatan Pengembangan Irigasi Pompa Tingkat Tersier di Kabupaten Bojonegoro DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER xi

12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian, mengingat fungsi dan perannya dalam penyediaan pangan bagi penduduk, pakan dan energi, serta tempat bergantungnya mata pencaharian penduduk di perdesaan. Sektor ini mempunyai sumbangan yang signifikan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), peningkatan devisa dan peningkatan kesejahteraan petani, sehingga pembangunan pertanian dapat dikatakan sebagai motor penggerak dan penyangga perekonomian nasional. Program pengembangan jaringan irigasi merupakan salah upaya dalam rangka meningkatkan produksi padi. Kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengelolaan sistem irigasi di tingkat usaha tani telah ditetapkan dalam 2 (dua) landasan hukum yaitu UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi. Melalui dua kebijakan tersebut diharapkan partisipasi dan peran serta petani dalam pengelolaan irigasi dapat semakin ditingkatkan dan dilakukan dalam setiap tahapan kegiatan sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemantauan dan evaluasi, pemanfaatan hasil, dan pembiayaannya, sehingga petani mempunyai rasa memilki dan rasa tanggung jawab (sense of belonging and sense of responsibility) terhadap hasil pembangunan sarana dan prasarana irigasi tersebut. Dengan demikian, melalui pengelolaan irigasi diharapkan mampu menciptakan petani dan Himpunan Petani Pengguna Air (HIPPA) yang kuat dan mandiri sekaligus menjadi penopang pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di wilayah perdesaan. Dalam rangka meningkatkan akses ke sumber daya air bagi petani kecil, Australia- Indonesia Partnership for Rural Economic Development (AIP-RURAL) yang merupakan inisiatif kemitraan antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Australia menggagas suatu program yaitu Tertiary Irrigation Technical Assistance (TIRTA). Program pengembangan oleh TIRTA ini mendukung terciptanya skema irigasi tersier yang dikelola oleh HIPPA dan memberdayakan warga setempat secara mandiri dan berkesinambungan. Program pengembangan oleh TIRTA difokuskan pada wilayah Indonesia bagian timur, yaitu wilayah Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua dan DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 1

13 Papua Barat. Program pengembangan oleh TIRTA telah berjalan di wilayah Jawa Timur saat ini adalah di Kabupaten Bojonegoro. Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang akan menjadi lokasi dilakukannya kegiatan pengembangan irigasi pompa tingkat tersier oleh TIRTA. Hal ini dikarenakan wilayah Kabupaten Bojonegoro adalah wilayah yang potensial untuk dikembangkannya lahan sawah untuk kegiatan ketahanan pangan Indonesia. Selaras dengan visi yang dimilikinya, Kabupaten Bojonegoro dapat menjadi lumbung pangan negeri apabila produktivitas padi di wilayah ini tinggi. Selain itu, ciri khas yang membedakan Kabupaten Bojonegoro dengan daerah lainnya, yaitu adanya Sungai Bengawan Solo yang mengalir sepanjang Bojonegoro bagian selatan ke utara dan memanjang ke bagian timur Kabupaten Bojonegoro, juga menjadi salah satu alasan dilakukannya kegiatan pengembangan irigasi tingkat tersier di Kabupaten Bojonegoro Pengembangan Irigasi Pompa Tingkat Tersier diperkirakan dapat menimbulkan dampak erhadap lingkungan hidup, baik yang bersifat positif maupun negatif. Dampak terhadap lingkungan hidup yang diperkirakan timbul, antara lain gangguan lalu lintas, penurunan kualitas udara, peingkatan kebisingan, peningkatan kesempatan kerja serta perubahan persepsi masyarakat. Rencana kegiatan pengembangan irigasi pompa tingkat tersier oleh TIRTA berdasarkan hasil penapisan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur adalah termasuk kegiatan yang tidak termasuk dalam kegiatan yang wajib AMDAL melainkan cukup UKL- UPL. Ketentuan tersebut tercantum dalam surat Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur No.660/1498/111.2/2017 Tanggal 3 Pebruari 2017; perihal Arahan Dokumen Lingkungan. Keputusan tersebut sejalan dengan yang disebutkan pada Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL sebagaimana dimaksud maka wajib memiliki Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL- UPL). Sistematika penyusunan dokumen UKL-UPL mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup, lampiran IV. Dalam proses selanjutnya Penilaian Dokumen UKL-UPL pengembangan irigasi pompa tingkat tersier ini dilakukan oleh Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Bojonegoro sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 2

14 Lingkungan. Melalui penerapan UKL-UPL ini diharapkan akan menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Rencana usaha dan kegiatan pengembangan irigasi pompa tingkat tersier TIRTA bertujuan: a. Meningkatkan kinerja jaringan irigasi tersier sehingga dapat meningkatkan fungsi layanan irigasi. b. Meningkatkan produksi dan produktivitas padi melalui penambahan luas areal tanam dan/atau layanan jaringan irigasi. c. Melalui proyek ini, meningkatkan partisipasi petani dalam pengelolaan jaringan irigasi Manfaat Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Beberapa manfaat yang akan didapatkan dengan pengembangan irigasi pompa tingkat tersier ini adalah sebagai berikut : a. Mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun musim penghujan. b. Meningkatnya produksi dan produktivitas padi melalui penambahan indeks pertanaman dan/atau intensitas pertanaman (IP). c. Meningkatkan pendapatan penduduk sekitar lokasi kegiatan karena hasil pangan/pertanian meningkat d. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah terutama dari sektor pertanian Identitas Pemrakarsa dan Penanggung Jawab Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penyusunan dokumen UKL UPL pengembangan irigasi pompa tingkat tersier di beberapa Daerah irigasi di prakarsai oleh Dinas Pengairan Kabupaten Bojonegoro dengan mendapat dukungan penuh dari Program pengembangan oleh TIRTA (Tertiary Irrigation Technical Assistance), dibawah payung program AIP-Rural (Australia Indonesia Patnership for Rural Economic Development). DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 3

15 Adapun identitas pemrakarsa kegiatan tersebut adalah: a. Nama Instansi : Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air b. Penanggung Jawab : Edi Susanto, S.Sos, MSi c. Jabatan : Kepala Dinas d. Alamat : Jl. Basuki Rahcmad No. 4a Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur e. Telepon/Fax : f. Bidang Usaha/Kegiatan : Pengembangan irigasi pompa tingkat tersier g. Jenis Usaha/Kegiatan : Irigasi pompa tingkat tersier h. Alamat Usaha/Kegiatan : Kabupaten Bojonegoro, DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 4

16 BAB 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN 2.1 Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Rencana kegiatan yang di prakarsai Dinas Pekerjaan Umun Sumberdaya air dalam pengembangan irigasi pompa tingkat tersier di beberapa wilayah irigasi kabupaten Bojonegoro di lakukan dengan pertimbangan antara lain : Bahwa pengelolaan sumber daya air dan irigasi memainkan peranan yang sangat penting dalam pembangunan sosial ekonomi Indonesia terkait dengan ketahanan pangan. Lahan pertanian beririgasi menghasilkan 85% dari produksi beras nasional dan 95% dari Indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan pokok. Irigasi juga memegang peranan penting yang signifikan terhadap pendapatan petani. Banyak skema irigasi di Indonesia yang tidak beroperasi secara efektif dan mengalami defesiensi dalam perawatan sebagai akibat dari manajemen yang buruk, serta kurangnya investasi pembiayaan yang diperlukan. Berdasarkan hal tersebut, melalui program pengembangan oleh TIRTA akan dilaksanakan program untuk mendukung terciptanya skema irigasi tersier yang dikelola oleh HIPPA dan memberdayakan warga setempat secara mandiri dan berkesinambungan di Kabupaten Bojonegoro, program tersebut yaitu program pengembangan jaringan irigasi tersier. 2.2 Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Program pengembangan irigasi pompa tingkat tersier melaui program pengembangan oleh TIRTA di Kabupaten Bojonegoro akan dilakukan dalam dua tahapan, yaitu tahap percontohan (pilot project) dan tahap pengembangan. Untuk tahap percontohan (pilot project) akan dilakukan di Daerah Irigasi (DI) Pilanggede, DI. Leran (Leran/Sukoharjo), DI. Ngulanan (Ngablak/Ngulanan), DI. Pacal (Bakalan/Kedungprimpen/Piyak - Kanor). Lokasi rencana pengembangan irigasi pompa tersier di Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat padatabel DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 5

17 Tabel Lokasi rencana pengembangan irigasi pompa tersier TIRTA di Kabupaten Bojonegoro No Nama Jaringan Kecamatan Desa 1. Jaringan Pilanggede Balen Pilanggede Petak Ngujung 2. Jaringan Malo Malo Tambakromo Sumberejo 3. Jaringan Leran Kalitidu Leran Letak Geografis Pompa Utama 7 9'27.00" S '39.99" E 7 7'43.35" S '40.35" E 7 8'35.26" S '4.35" E 4. Jaringan Kemiri Malo Kemiri Kacangan Sidomukti Pompa I 7 8'23.24" S '2.17" E Pompa II 7 9'0.57" S '41.57" E Kasiman Besah Sekaran Pompa III 7 8'55.76" S '25.42" E 5. Jaringan Sukoharjo Kalitidu Sukoharjo 6. Jaringan Ngablak-Ngulanan Dander Ngablak Ngulanan 7. Jaringan Kanten Trucuk Kanten 7 8'46.65" S '17.21" E 7 9'18.79" S '36.67" E 7 6'54.07" S '56.51" E 8. Jaringan Piyak Kanor 9. Jaringan Bakalan Kapas Bojonegoro Kanor 10. Jaringan Kedungprimpen Baureno Sumber: TIRTA Paladium, 2017 Sedeng Bakung Bakalan Bogo Semanding Kedungprimpen Temu Pomahan Sembunglor 7 7'41.67" S 112 0'41.54" E 7 9'27.43" S '47.75" E Pompa I 7 8'23.24" S '2.17" E Pompa II 7 9'0.57" S '41.57" E DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 6

18 Penentuan lokasi pengembangan irigasi pompa melalui program TIRTA didasarkan pada hasil survey area potensial dan permohonan (proposal) dari pengelola layanan irigasi dan berdasarkan studi Program Design Document (PDD) - Tertiary Irrigation Technical Assistance (TIRTA), yang telah mempertimbangkan beberapa faktor utama yang berkaitan dengan ketersediaan air dari jaringan interkoneksi, jalan akses dan luas area yang diairi. Lokasi rencana pengembangan irigasi pompa tingkat tersier TIRTA disajikan pada Gambar DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 7

19 Gambar Peta proyek pengembangan irigasi pompa tingkat tersier. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 8

20 2.3 Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Target pengembangan irigasi pompa tingkat tersier melaui program TIRTA di Kabupaten Bojonegoro mencakup area layanan ± Ha atau dapat meningkatkan daerah layanan sekitar 43 % dari area layanan eksisting (1.526 Ha). Rencana pengembangan dan luas peningkatan area layanan akan dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap percontohan (pilot project) dan tahap pengembangan, dengan uraian sebagai berikut: Tahap Percontohan (Pilot Project) a. Jaringan irigasi pompa tersier Pilanggede Jaringan irigasi pompa tersier Pilanggede terletak di wilayah administrasi Kecamatan Balen. Jaringan irigasi di wilayah Pilanggede di kelola oleh warga setempat. Wilayah eksisting yang dilayani jaringan irigasi Pilanggede adalah persawahan yang ada di dua desa, yaitu Desa Pilanggede dan Desa Sarirejo. Persawahan di Desa Pilanggede yang merupakan wilayah eksisting pelayanan jaringan irigasi adalah di Dusun Pilangsari dan sebagian persawahan di Dusun Templek seluas 100 Ha serta Dusun Kaligede seluas 60 Ha. Sedangkan wilayah Desa Sarirejo yang telah dilayani jaringan irigasi seluas 51 Ha. Kegiatan pengembangan jaringan irigasi Pilanggede direncanakan untuk meningkatkan layanan seluas ± 60 Ha pada area persawahan di wilayah Dusun Karangdowo dan sebagian persawahan di Dusun Templek. Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi Pilanggede dapat dilihat pada Gambar Intervensi program pengembangan oleh TIRTA di wilayah jaringan Pilanggede bertujuan untuk kegiatan perbaikan/peningkatan saluran irigasi. Peningkatan jaringan irigasi yang tadinya berupa saluran tanah menjadi saluran semen (konkret) pada saluran utama sudah dimulai dan akan berlanjut ke tahap pengembangan saluran semen (konkret) dengan panjang ± 500 meter dan lebar ± 0.70 meter yang akan dapat mengairi wilayah persawahan di wilayah Dusun Karangdowo dan sebagian persawahan di Dusun Templek. Kondisi saluran jaringan irigasi tersier eksisting Pilanggede dapat dilihat pada Gambar DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 9

21 Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi Pilanggede Gambar Kondisi eksisting jaringan irigasi Pilanggede b. Jaringan irigasi pompa tersier Malo Jaringan eksisting maupun pengembangan irigasi pompa tersier Malo terletak di wilayah administrasi Kecamatan Malo. Jaringan irigasi Malo pada awalnya merupakan bantuan pemerintah dengan area layanan eksisting untuk wilayah Dusun Petak dan Dusun Ngujung dengan luasan total 70 Ha. Pada saat ini jaringan irigasi di wilayah Malo di kelola oleh Gabungan Himpunan Petani Pengguna Air (GHIPPA) dengan nama Berkah Tirta Mandiri yang merupakan gabungan dari 8 HIPPA. GHIPPA ini baru mulai mengelola jaringan irigasi pada bulan Juni 2016 meneruskan pengelola sebelumnya. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 10

22 Pengelola jaringan irigasi Malo mendapatkan hambatan pada biaya operasional jaringan irigasi tersebut, sehingga program pengembangan oleh TIRTA pada jaringan ini adalah adanya peningkatan layanan jaringan dengan perbaikan interkoneksi pipa (section pipe) dan penggantian pipa hisap dari pompa pusat ke bak penampung sejauh ± 1 Km dari pipa 12 menjadi pipa 14. Adanya perbaikan jaringan irigasi tersebut diharapkan dapat memperluas layanan irigasi sehingga penghasilan para petani yang terkena jaringan irigasi semakin meningkat. Peningkatan penghasilan petani secara otomatis akan meningkatkan pendapatan GHIPPA, sehingga dapat mensejahterakan anggotanya baik itu dengan adanya insentif bagi pengurusnya maupun sebagai modal adanya koperasi GHIPPA. Gambar Kondisi jaringan eksisting layanan irigasi Malo Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi Malo dapat dilihat pada Gambar Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi Malo DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 11

23 Berdasarkan Gambar 2. 5 diatas, tahap pertama pengembangan perluasan layanan seluas 285 Ha meliputi Desa Tambakromo, Sumberejo dan Kedungrejo, sedangkan tahap kedua memiliki area perluasan 200 Ha meliputi Desa Ngujung, Tinawun, Banaran dan Ketileng. c. Jaringan irigasi pompa tersier Leran Jaringan irigasi pompa tersier Leran berada dalam wilayan administrasi Desa Leran, Kecamatan Kalitidu. Jaringan irigasi eksisting di daerah ini dioperasionalkan dan dikelola dengan memberdayakan warga setempat. Gambar Kondisi jaringan eksisting layanan irigasi Leran Wilayah eksisting layanan jaringan irigasi tersier Leran terbagi dua, yaitu sebelah Utara jalan raya seluas 13 Ha dan sebelah Selatan jalan raya dan rel kereta api seluas 23 Ha. Sedangkan wilayah pengembangan areal layanan irigasi Leran berada di sebelah Selatan area eksisting yang 23 Ha, areal layanan pengembangan seluas 30 Ha. Lokasi layanan irigasi baik existing maupun pengembangan dapat dilihat pada gambar Gambar Pada wilayah jaringan irigasi Leran, program pengembangan oleh TIRTA yang direncanakan yaitu pada improvement pipa, menambah jaringan yang telah ada berupa penyambungan pipa PVC 8 dengan panjang ± 334 meter dan lebar ± 32 cm. Sedangkan untuk operasional dan pemeliharaan pompa serta saluran pipa dilaksanakan oleh pihak pengelola. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 12

24 Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi Leran Tahap Pengembangan a. Jaringan irigasi pompa tersier Kemiri Jaringan irigasi pompa tersier Kemiri merupakan salah satu jaringan tahap pengembangan dari program TIRTA. Jaringan irigasi Kemiri meliputi dua wilayah administrasi yaitu Kecamatan Malo dan Kecamatan Kasiman. Jaringan irigasi Kemiri telah beroperasional dan dikelola dengan memberdayakan warga setempat. Gambar Kondisi jaringan eksisting layanan irigasi Leran Jaringan irigasi kemiri pada saat ini telah melayani areal persawahan di Desa Kemiri seluas 200 Ha, dan direncanakan akan mengembangkan layanan irigasi guna mengairi lahan persawahan 400 Ha yang meliputi wilayah Desa Kacangan (100 Ha), DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 13

25 Desa Sidomukti (200 Ha), Desa Besah (50 Ha), Desa Sekaran (35 Ha) serta sebagian kecil Desa Kemiri (15 Ha) yang belum terlayani jaringan irigasi sebelumnya. Untuk memperluas layanan irigasi tersebut maka pengelola jaringan irigasi bersama program pengembangan TIRTA akan melakukan pengembangan saluran irigasi dengan menambah pompa imbalan dan saluran pipa PVC 14 dengan panjang ± 1500 meter sehingga dapat mengairi areal rencana perluasan layanan jaringan. Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi Kemiri b. Jaringan irigasi pompa tersier Sukoharjo Jaringan irigasi Sukoharjo terletak berhimpitan jaringan irigasi Leran, tepatnya di sebelah Timurnya. Jaringan irigasi ini berada di wilayah administrasi Dusun Sukoharjo, Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu. Pada saat ini jaringan irigasi Sukoharjo dioperasionalkan dan dikelola dengan memberdayakan warga setempat. Wilayah layanan eksisting jaringan irigasi tersier Sukoharjo seluas 250 Ha dan akan dikembangkan dalam 2 tahap, untuk tahap pertama pengembangan dilakukan untuk 400 Ha lahan sawah meliputi wilayah 4 desa, yaitu Desa Sukoharjo seluas ± 140 Ha, Desa Ngulanan seluas ± 84 Ha, Desa Sumbertlaseh seluas ± 11 Ha dan Desa Leran seluas ± 165 Ha. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 14

26 Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan irigasi pompa tingkat tersier Sukoharjo Kemudian setelah semua sawah terlayani untuk tahap pertama, melanjutkan untuk 300 Ha lahan sawah lagi sebagai tahap kedua. Area pengembangan pada tahap kedua mencakup tiga wilayah desa yaitu, Desa Leran ± 40 Ha, Desa Sumbertlaseh ± 8 Ha, serta Desa Ngumpakdalem seluas 252 Ha. Gambar Pompa utama dan pompa imbalan jaringan irigasi pompa tingkat tersier Sukoharjo Dalam rangka melakukan perluasan layanan pada tahap pertama, pengelola jaringan irigasi bersama dengan program pengembangan TIRTA akan melakukan penyambungan jaringan menggunakan pipa PVC 14 sepanjang 944 meter. Selain melakukan penyambungan pipa, untuk memperlancar aliran air maka untuk saluran saluran tanah akan diperbaiki menjadi saluran semen. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 15

27 c. Jaringan irigasi pompa tersier Ngablak-Ngulanan Jaringan irigasi tersier Ngablak-Ngulanan terletak bersebelahan dengan jaringan irigasi Sukoharjo. Pada saat ini jaringan irigasi Ngablak-Ngulanan melayani area irigasi seluas 150 Ha meliputi persawahan di wilayah Desa Ngablak seluas ± 70 Ha, Desa Leran seluas ± 7 Ha dan ± 73 Ha berada di Desa Ngulanan. Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan irigasi pompa tingkat tersier Ngablak-Ngulanan Berdasarkan gambar diatas wilayah rencana perluasan layanan jaringan irigasi seluas ± 150 Ha berada pada wilayah Desa Ngablak seluas ± 13 Ha, Desa Sumbertlaseh seluas ± 80 Ha dan sisanya berada di wilayah administrasi Desa Ngulanan seluas ± 57 Ha. Untuk meningkatkan layanan pengelolaan jaringan irigasi tersier pihak pengelola bersama dengan program pengembangan TIRTA akan melakukan perbaikan saluran utama yang tadinya menggunakan saluran tanah menjadi saluran semen. Selain itu upaya lain guna memperluas layanan irigasi tersebut adalah memperpanjang saluran irigasi semen sepanjang 543 m. Adapun jaringan eksisting untuk saluran irigasi tersier Ngablak Ngulanan dapat dilihat pada gambar berikut ini. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 16

28 Gambar Kondisi jaringan eksisting layanan irigasi Ngablak - Ngulanan d. Jaringan irigasi pompa tersier Kanten Jaringan irigasi tersier kanten berada di sebelah Utara Sungai Bengawan Solo dan termasuk dalam wilayah administrasi Desa Kanten, Kecamatan Trucuk. Jaringan irigasi ini dikelola dengan memberdayakan warga setempat. Kondisi eksisting jaringan irigasi tersier dapat dilihat pada gambar berikut Gambar Kondisi jaringan eksisting layanan irigasi Kanten Pada saat ini jaringan irigasi tersier Kanten telah melayani area persawahan di Desa Kanten seluas 38 Ha. Untuk meningkatkan taraf hidup petani di wilayah ini dengan cara meningkatkan hasil pertanian mereka. Berdasarkan hal tersebut maka direncanakan untuk dilakukan pengembangan jaringan irigasi, sehingga semakin banyak petani yang menerima manfaat pengairan jaringan irigasi. Dengan semakin DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 17

29 banyaknya lahan area pelayanan irigasi tersier, diharapkan hasil pertanian akan meningkat pula. Pengembangan jaringan irigasi tersier Kanten yang akan dilakukan oleh warga setempat bersama program pengembangan TIRTA terbagi dalam tiga skema pengembangan, yaitu: 1) Skema pertama: pada skema tahap ini perluasan layanan jaringan seluas 20 Ha dengan melakukan penyambungan pipa pipa PVC 6 dengan panjang ± 436 meter dari rencana embung ke rencana bak pembagi. 2) Skema kedua: pada skema ini di bagi dalam 2 tahap, tahap pertama perluasan layanan jaringan seluas ± 90 Ha, dan tahap kedua ± 52 Ha. Untuk dapat melayani area tersebut akan direncanakan pengembangan jaringan dengan melakukan penambahan 1 pompa imbalan, 3 bak pembagi dan penyambungan saluran pipa PVC sepanjang 1022 meter. 3) Skema ke tiga: pada skema tahap ini perluasan layanan jaringan seluas 80 Ha, pada skema ini akan dilakukan pengembangan dengan cara memperbaiki saluran air yang menghubungkan antara pompa induk dengan rencana pompa imbalan berupa saluran semen sejauh 1500 meter dan saluran Pipa PVC sejaun 399 meter dari pompa imbalan ke bak pembagi. Lokasi gambaran rencana area pengembangan layanan irigasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan irigasi pompa tingkat tersier Kanten DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 18

30 e. Jaringan Irigasi Piyak Jaringan irigasi pompa tersier Piyak merupakan jaringan irigasi baru. Jaringan ini merupakan bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro dan direncanakan akan dikelola oleh GHIPPA Sumber Barokah. Pada saat ini bantuan tersebut belum diserah terimakan kepada GHIPPA Sumber Barokah. GHIPPA ini baru terbentuk dan merupakan gabungan dari petani petani dari 5 desa yaitu Desa sedeng, Bakung, Bungur, Simorejo dan Sumberwangi. Jaringan irigasi Piyak sebenarnya diperuntukan untuk ke lima desa tersebut namun keberadaan rumah pompa utama berada di wilayah administrasi Desa Piyak. Kondisi rumah pompa di Desa Piyak dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar Lokasi rumah pompa induk jaringan irigasi Piyak Pada tahap awal rencana layanan untuk jaringan irigasi ini adalah untuk mengairi areal persawahan di Desa Sedeng (244 Ha) dan Desa Bakung (127 Ha), kemudian ke depan akan dikembangkan layanannya secara bertahap untuk tiga desa lainnya. Jaringan irigasi Piyak menggunakan saluran pipa untuk menghubungkan pompa pusat/utama dengan pompa imbalan dan bak pembagi. Adapun desain teknis dari jaringan irigasi tersier Piyak eksisting dapat dilihat pada lampiran. Jaringan irigasi tersier Piyak sementara ini jaringannya hanya bisa mengairi wilayah Desa Sedeng dan sebagian Desa Bakung. Untuk itu diperlukan pengembangan jaringan agar bisa mengairi 3 desa lainnya. Pengembangan jaringan irigasi dibagi dalam 2 tahap: Tahap pertama dilakukan untuk dapat mengairi semua wilayah Desa Sedeng dan Bakung. TIRTA akan membantu meningkatkan kemampuan manajemen dan layanan air dari GHIPPA untuk Desa Sedeng dan Bakung, sehingga area seluas 371 Ha dapat teraliri. Tahap kedua adalah pengembangan luas layanan jaringan irigasi 520 Ha meliputi 3 desa, yaitu Desa Bungur (114 Ha), Simorejo (217 Ha) dan Sumberwangi (189 Ha). DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 19

31 Lokasi gambaran rencana area pengembangan layanan irigasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan irigasi pompa tingkat tersier Piyak f. Jaringan Irigasi Bakalan Jaringan irigasi pompa tersier Bakalan berada di wilayah administrasi di Desa Bakalan, Kecamatan Kapas. Jaringan irigasi tersier Bakalan pada saat ini melayani 164 Ha, dengan sumber air dari irigasi teknis waduk Pacal yang dibangun oleh pemerintah. Jaringan irigasi teknis waduk Pacal yang menuju Desa Bakalan dilengkapi oleh beberapa saluran beton/semen dengan pintu pintu air kecil. Kondisi jaringan irigasi yang ada sekarang inii dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar Kondisi saluran irigasi jaringan Bakalan DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 20

32 Sumber air dari irigasi teknis waduk Pacal tidak tersedia terus sepanjang tahun, sumber airnya hanya tersedia pada: Bulan Januari sampai bulan April (MH) untuk tanaman padi. Bulan Mei sampai bulan Juli (MK1) air masih tersisa sedikit sehingga ada sebagian petani di Desa Bakalan berspekulasi menanam palawija (kacang Hijau). Desa Bakalan sebetulnya memiliki potensi sumber air lain selain dari irigasi teknis tersebut, yaitu dari embung yang telah dibangun oleh pemerintah dan juga sumur bor yang juga bantuan pemerintah dari tahun Kedua potensi sumber air tersebut masih belum difungsikan sampai sekarang ini. Selain itu lokasi Desa Bakalan juga tidak terlalu jauh dari Sungai Bengawan Solo ± 900 meter, sehingga potensi sumber air dari sungai Bengawan Solo juga dapat dipertimbangkan. Berdasarkan hal-hal diatas maka, TIRTA akan melakukan identifikasi area dan alternatif penjajakan kerjasama dalam mengembangkan jaringan irigasi Bakalan. Pengembangan jaringan irigasi tersier Bakalan ini diharapkan dapat melayani seluruh area persawahan di Desa Bakalan (155 Ha) khususnya pada musim kemarau, sehingga musim tanam menjadi 3 kali setahun seperti yang diharapkan para petani dapat terwujud. Lokasi rencana pengembangan jaringan irigasi Bakalan dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar Lokasi perencanaan pengembangan irigasi pompa tingkat tersier Bakalan DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 21

33 g. Jaringan Irigasi Kedungprimpen Jaringan irigasi pompa tersier Kedungprimpen pada saat ini dikelola oleh BUMDES Kedungprimpen, memiliki luas layanan irigasi 280 Ha di wilayah administrasi Desa Kedungprimpen Kecamatan Kanor. Seperti halnya dengan dengan jaringan irigasi Bakalan, pengelola jaringan irigasi Kedungprimpen pada saat ini sedangng melakukan penjajakan dengan TIRTA untuk bekerjasama mengembangkan jaringan irigasinya. Diharapkan denga nadanya pengembangan jaringan irigasi Kedungprimpen ini diharapkan dapat memperluas layanan irigasi ke 3 desa di sebelah Selatan Desa Kedungprimpen, yaitu: Wilayah Desa Temu, Kecamatan Kanor seluas ± 125 Ha, Wilayah Desa Pomahan, Kecamatan Baureno seluas ± 130 Ha, Wilayah Desa Sembonglor, Kecamatan Baureno seluas ± 157 Ha. Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini Gambar Lokasi area eksisting dan gambaran rencana lokasi pengembangan layanan irigasi pompa tingkat tersier Kedungprimpen Rencananya akan dilakukan pengembangan saluran irigasi dengan menambah jaringan yang telah ada berupa penyambungan pipa PVC. Pada jaringan irigasi bakalan masih pada tahap perencanaan belum masuk pada proses kajian kelayakan. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 22

34 2.4 Perencanaan Teknis Pengembangan jaringan irigasi pompa tersier di Kabupaten Bojonegoro secara keseluruhan direncanakan pada 10 wilayah jaringan irigasi. Rencana pengembangan jaringan hanya pada jaringan teknis irigasi sehingga memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan pembuang air lebih secara efisien. Gambaran rencana pengembangan yang akan dilakukan dapat dilihat pada Tabel Rencana pengembangan dan luas peningkatan area layanan akan dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap percontohan (pilot project) dan tahap pengembangan. Berdasarkan hasil kajian mengenai kelayakan pengembangan jaringan irigasi yang telah dilakukan oleh pemrakarsa, maka kegiatan tahap percontohan (pilot project) akan dimulai untuk jaringan irigasi tersier pada wilayah jaringan Pilanggede, jaringan Malo dan jaringan Leran. Gambar Saluran Irigasi Tersier di Pilanggede Gambar Irigasi Pipa di Malo Jaringan irigasi Pilanggede dipilih sebagai representasi pengembangan saluran irigasi tersier (pasangan batu dan semen), sedangkan jaringan Malo sebagai representasi pengembangan irigasi saluran pipa. Desain saluran irigasi semen di Pilanggede seperi yang terlihat pada Gambar juga digunakan untuk jaringan irigasi di Ngablak- Ngulanan. Sedangkan jaringan irigasi Malo menjadi representasi jaringan yang menggunakan pipa PVC, gambaran skema jaringan irigasi Malo dapat dilihat pada Gambar DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 23

35 Tabel Spesifikasi teknis rencana pengembangan irigasi tersier di Kabupaten Bojonegoro No. Jaringan irigasi Existing (Ha) Ekspansi (Ha) Sistem Pengaturan Air ke Petak Sawah Spesifikasi Pompa Lama Penggunaan Pompa Kebutuhan Bahan Bakar Jadwal Pemeliharaan Pompa A. Tahap Percontohan (Pilot Project) 1. Jaringan Pilanggede saluran tanah 10 inc pipa hisap 24 jam/hari 350 liter/hari tidak tentu tidak ada jadwal, 2. Jaringan Malo bila ada pipa / manual, Pompa Torishima (3 unit) + 24 jam/hari 195 liter/hari kerusakan tenaga manusia dynamo (3 unit) dilakukan perbaikan 3. Jaringan Leran B. Tahap Pengembangan 1. Jaringan Kemiri Jaringan Sukoharjo Jaringan Ngablak/Ngulanan 226 Tahap 1 : 400 Ha Tahap 2 : 300 Ha Jaringan Kanten Jaringan Piyak 127 Tahap 1 : 371 Ha Tahap 2 : 520 Ha 6. Jaringan Bakalan Jaringan Kedungprimpen Sumber : Tirta Paladium, 2017 pipa / saluran tanah menggunakan mesin imbalan pipa dan saluran tanah saluran/saluran tanah menggunakan sistem grafitasi pipa / saluran tanah pipa / saluran tanah pipa / saluran tanah Pompa merk Torishima (1 unit), pompa imbalan merk Intan (1 unit) + dynamo Siemens (1 unit) Pompa merk Cina 10 inch dan 14 inch (3 unit) + dynamo + mesin diesel Pompa merk Cina 14 inch (3 unit) + 2 dynamo merk Tatung + 1 unit mesin 6 diesel silinder Pompa merk HB 10 inch (2 unit) dan Pompa merk Tambak 10 inch (2 unit) - (label spec sudah hilang) + 2 diesel 6 silinder (2 unit) Pompa merk Intan 8 inch + mesin diesel Dongfeng 24 PK + Pompa Torishima (1 unit) Pompa induk merk Torishima ( 3 unit) + dynamo Siemens (3 unit) Pompa dari semanding (3 unit pompa + 3 unit dynamo) Pompa Induk (3 unit) + dynamo merk tatung (3 unit) 12 jam/hari 8 jam/hari selama 75 hari pompa induk listrik 23 liter/hari, pompa imbalan 25 liter/hari 200 liter/hari 24 jam/hari 200 liter/hari 24 jam/hari 200 liter/hari 5 jam/hari 35 liter/hari setiap musim selalu dilakukan service setiap musim selalu dilakukan service setiap musim selalu dilakukan service setiap jam sekali dalam satu musim melakukan dua kali perbaikan Masih dalam tahap penjajakan / perencanaan Masih dalam tahap penjajakan / perencanaan Masih dalam tahap penjajakan / perencanaan Kebutuhan Olie 200 liter/musim 7 liter/musim 7 liter/musim 180 liter/musim 7 liter/musim DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 24

36 Gambar Desain saluran irigasi tersier di Pilanggede menggunakan pasangan batu dan semen DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 25

37 Gambar Rencana jaringan irigasi Malo DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 26

38 2.5 Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang Rencana kegiatan pengembangan irigasi pompa tingkat tersier TIRTA beserta fasilitas pendukungnya yang tersebar di beberapa Daerah irigasi di Bojonegoro, seluruhnya telah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bojonogoro sebagai kawasan jaringan irigasi. Areal yang di intervensi program pengembangan oleh TIRTA telah ada di daftar Daerah irigasi dan keberadaan Hippa < 1000 Ha yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 26 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro Tahun Gambaran daftar daerah irigasi dan keberadaan Hippa < 1000 disajikan pada Tabel 2. 3 dan peta pola ruang wilayah Kabupaten Bojonegoro disajikan pada Gambar DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 27

39 Tabel Daftar daerah irigasi dan keberadaan Hippa < 1000 di Kabupaten Bojonegoro. No Daerah Irigasi (DI) Jaringan Irigasi (JI) Luas areal (ha) Desa Kecamatan Nama Hippa tunggal Nama ghippa/induk Ket 1 Bayemgede Bayemgede 165 Bayemgede Kepohbaru Sumber Rejeki Kali/cek dam 2 Sumberoto Sumberoto 105 Sumberoto Kepohbaru Sumber Rejeki Kali/cek dam 3 Cengkir Cengkir 120 Cengkir Kepohbaru Sumber Pangan Waduk 4 Sidomukti Sidomukti 100 Sidomukti Kepohbaru Tirto Mukti Embung 5 Ngranggonanyar Ngranggonanyar 100 Ngranggonanyar Kepohbaru Tirto Langgeng Kali/cek dam 6 Sumber Karan Sumber Karan 60 Sumber Karan Baureno Tirto Sari Bumi Sumber 7 Kalisari Kalisari 85 Kalisari Baureno Tirto Sari Makmur Pompa B Solo 8 Tanggungan Tanggungan 40 Tanggungan Baureno Tirto Kamolan Makmur Pompa B Solo 9 Tlogoagung Tlogoagung 50 Tlogoagung Baureno Tlogo Makmur Kali/cek dam 10 Tulungagung Tulungagung 30 Tulungagung Baureno Sumber Makmur Kali/cek dam 11 Selorejo Selorejo 30 Selorejo Baureno Karya makmur Kali/cek dam 12 Pasinan Pasinan 36 Pasinan Baureno Bumi Subur Waduk 13 Kadungrejo Kadungrejo 50 Kadungrejo Baureno Sidodadi Kali/cek dam 14 Lebaksari Lebaksari 40 Lebaksari Baureno Sido Makmur Pompa B Solo 15 Pucangarum Pucangarum 50 Pucangarum Baureno Sarwo Tentrem Pompa B Solo 16 Kedungprimpen Kedungprimpen Kedungprimpen Baureno - Pompa B Solo 17 Tondomulo Tondomulo 75 Tondomulo Kedungadem Tirto Sri Rejeki Waduk 18 Drokilo Drokilo 75 Drokilo Kedungadem Tirto Indra Jaya Waduk 19 Tumbrasanom Tumbrasanom 100 Tumbrasanom Kedungadem Agung Tirto Kali/cek dam 20 Kedungrejo Kedungrejo 20 Kedungrejo Kedungadem - Kali/cek dam 21 Tlogoagung Tlogoagung 25 Tlogoagung Kedungadem - Kali/cek dam 22 Panjang Panjang 161 Panjang Kedungadem Karya makmur Waduk Mlidek Kedungadem Tirto Mulyo Waduk Tumbrasanom Kedungadem Agung Tirto Waduk 23 Panunggalan Panunggalan 35 Panunggalan Sugihwaras Tirto Makmur Kali/cek dam 24 Geger Geger 30 Geger Sugihwaras - Kali/cek dam 25 Kadungrejo Kadungrejo 25 Kadungrejo Sugihwaras - Kali/cek dam 26 Kabalan Kabalan 97 Kabalan Kanor Tirto Tani Maju Pompa B Solo 27 Canga'an Canga'an 74 Canga'an Kanor Tirto Sumber Hidup Pompa B Solo 28 Teleng Teleng 120 Teleng Sumberejo Tirto Sumber Rejeki Waduk 29 Karangdinoyo Karangdinoyo 44 Karangdinoyo Sumberejo Tirto Sumber Mulyo Waduk DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 28

40 No Daerah Irigasi (DI) Jaringan Irigasi (JI) Luas areal (ha) Desa Kecamatan Nama Hippa tunggal Nama ghippa/induk Ket 30 Wotan I + II Wotan I + II 90 Wotan Sumberejo Tirto Antang Waduk 31 Tlogohaji Tlogohaji 30 Tlogohaji Sumberejo Tirto Aji Waduk Ngampal Sumberejo Tirto Miguno Waduk 32 Pilanggede Pilanggede 98 Pilanggede Balen Tirto Sumber Sari Pompa B Solo 33 Mulyorejo Mulyorejo 168 Mulyorejo Balen Tirto sari Mulyo Pompa B Solo 34 Kedungbondo Kedungbondo 100 Kedungbondo Balen Tirto Sumber Rejeki Pompa B Solo 35 Sekaran Sekaran 70 Sekaran Balen Tirto Kencono Pompa B Solo 36 Sarirejo Sarirejo 162 Sarirejo Balen Tirto Mardi Utomo Pompa B Solo 37 Garas Penganten 100 Penganten Balen Rukun Makmur Embung 38 Dunglumbu Dunglumbu 60 Wedi Kapas Noto Tirto Kali/cek dam 39 Grobogan Grobogan 15 Sembung Kapas Sambung Tirto Kali/cek dam 20 Tapelan Kapas Karya Tirto Kali/cek dam 25 Tanjungharjo Kapas Tirto Karya Tani Kali/cek dam 40 Sumberjo kidul Sumberjo kidul 60 Sumberjo kidul Sukosewu Sumber Tirto Embung 41 Mulyoagung Mulyoagung 77 Mulyoagung Bojonegoro Tirto Agung Pompa B Solo 42 Kalirejo Kalirejo 140 Kalirejo Bojonegoro Tirto Mulyo Pompa B Solo 43 Semanding Semanding 53 Semanding Bojonegoro Manding Tirto Pompa B Solo 44 Ngunut Ngunut 387 Jetak Bojonegoro Margo dadi Tirto Sumber Rejeki Sumber Pacul Bojonegoro Margo Mulyo Sumber Sumberagung Dander Sumber Rejeki Sumber Somodikaran Dander Tirto Mulyo Sumber Ngumpakdalem Dander Tirto Margo Mulyo Sumber Sumbertlaseh Dander Sumber Tirto Sumber Ngulanan Dander Tirto Sari Sumber 45 Dander Dander 758 Ngumpakdalem Dander Tirto Margo Mulyo Tirto Wono Sumber Somodikaran Dander Tirto Mulyo Sumber Sendangrejo Dander Tirto Sido Makmur Sumber Dander Dander Tirto Wono Sumber Karangsono Dander Suko Mandiri Sumber Ngraseh Dander Tirto Agung Sumber Mojoranu Dander Ranu Tirto Sumber 46 Sampang Sampang 116 Buntalan Temayang Tirto Makmur Sumber DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 29

41 No Daerah Irigasi (DI) Jaringan Irigasi (JI) Luas areal (ha) Desa Kecamatan Nama Hippa tunggal Nama ghippa/induk Ket 47 Soko Soko 70 Soko Temayang Tirto Soko Mulyo Sumber 48 Pajeng Pajeng 80 Pajeng Gondang Tirto Argo Sumber 49 Plumpung Plumpung 71.4 Pajeng Gondang Tirto Argo Sumber 50 Krondonan Krondonan 50 Krondonan Gondang Tirto Tani Makmur Kali/cek dam 51 Krondonan I Krondonan I 100 Krondonan Gondang Tirto Tani Makmur Kali/cek dam 52 Krondonan II Krondonan II 45 Krondonan Gondang Tirto Tani Makmur Kali/cek dam 53 Krondonan III Krondonan III 122 Krondonan Gondang Tirto Tani Makmur Kali/cek dam 54 Tengaring Tengaring 80 Krondonan Gondang Tirto Tani Makmur Kali/cek dam 55 Ngasinan Ngasinan 37 Krondonan Gondang Tirto Tani Makmur Kali/cek dam 56 Jomblangjati Jomblangjati 59 Krondonan Gondang Tirto Tani Makmur Kali/cek dam 57 Bandotan Bandotan 30 Krondonan Gondang Tirto Tani Makmur Kali/cek dam 58 Tadahan Tadahan 33 Krondonan Gondang Tirto Tani Makmur Kali/cek dam 59 Jari Jari 30 Jari Gondang Tirto Tani Subur Kali/cek dam 60 Selogajah Selogajah 34 Jari Gondang Tirto Tani Subur Kali/cek dam 61 Gunungkambing Gunungkambing 75 Jari Gondang Tirto Tani Subur Kali/cek dam 62 Sambongrejo Sambongrejo 116 Senganten Gondang Tirto Walujo Kali/cek dam 63 Plumpung II Plumpung II 40 Gondang Gondang Tirto Ingin Maju Sumber 64 Sambongrejo Sambongrejo 185 Sambongrejo Gondang Tirto sambong Makmur Kali/cek dam 65 Ngrenjengan Ngrenjengan 40 Sambongrejo Gondang Tirto sambong Makmur Kali/cek dam 66 Kenongorejo Kenongorejo 35 Sambongrejo Gondang Tirto sambong Makmur Kali/cek dam 67 Rondomori Rondomori 151 Gondang Gondang Tirto Ingin Maju Sumber Sambongrejo Gondang Tirto sambong Makmur Sumber Senganten Gondang Tirto Walujo Sumber 68 Sumber Klino Sumber Klino 219 Klino Sekar Tirto Makmur Sumber 69 Sumber Molekat Sumber Molekat 81 Klino Sekar Tirto Makmur Sumber 70 Atmopawiro I Atmopawiro I 85 Klino Sekar Tirto Makmur Kali/cek dam 71 Atmopawiro II Atmopawiro II 112 Klino Sekar Tirto Makmur Kali/cek dam 72 Atmopawiro III Atmopawiro III 34 Klino Sekar Tirto Makmur Kali/cek dam 73 Gayam Gayam 45 Klino Sekar Tirto Makmur Kali/cek dam 74 Sengon Sengon 25 Sengon Ngambon - Kali/cek dam 75 Kepyak Kepyak 20 Kepyak Ngambon - Kali/cek dam DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 30

42 No Daerah Irigasi (DI) Jaringan Irigasi (JI) Luas areal (ha) Desa Kecamatan Nama Hippa tunggal Nama ghippa/induk Ket 76 Bubulan Bubulan 100 Bubulan Bubulan Tirto Wono Sumber 77 Cancung Cancung 60 Cancung Bubulan Tirto Tani Makmur Sumber 78 Bilo Bilo 34 Pungpungan Kalitidu Tirto Sedyo Utomo Kali/cek dam 79 Katur Katur 110 Katur Kalitidu Tirto Wono Makmur Kali/cek dam 80 Ngraho Ngraho 144 Ngraho Kalitidu Tirto Sumber Makmur Pompa B Solo 81 Balongdayaan Balongdayaan 40 Wotangare Kalitidu Tirto Malowopati Embung 82 Sudu Sudu 141 Sudu Kalitidu Tirto Sumber Rejeki Pompa B Solo 83 Ngringinrejo Ngringinrejo 65 Ngringinrejo Kalitidu Tirto Ringin Makmur Pompa B Solo 84 Leran Leran 40 Leran Kalitidu Tirto Agung Pompa B Solo 85 Pungpungan Pungpungan 70 Pungpungan Kalitidu Tirto Sedyo Utomo Pompa B Solo 86 Mojosari Mojosari 150 Mojosari Kalitidu Tirto Rakyat Sejahtera Pompa B Solo 87 Manukan Manukan 80 Manukan Kalitidu Tirto Maju Makmur Pompa B Solo 88 Cengungklung Cengungklung 150 Cengungklung Kalitidu Tirto sari Mulyo Pompa B Solo 89 Wadang Wadang 100 Wadang Ngasem Tirto Wono Embung 90 Tulungrejo Tulungrejo 110 Tulungrejo Trucuk Mugi Lestari Pompa B Solo 91 Sumberkentong Sumberkentong 84 Sumberjokentong Trucuk Banyu Panguripan Pompa B Solo 92 Trucuk Trucuk 125 Trucuk Trucuk Tirto Bolu Sari Pompa B Solo 93 Padang Padang 189 Padang Trucuk Tirto Gawe Utomo Pompa B Solo 94 Kanten Kanten 50 Kanten Trucuk Sumber Rejeki Pompa B Solo 95 Sudah Sudah 100 Sudah Malo Tirto Sumber Sukses Pompa B Solo 96 Ketileng Ketileng 210 Ketileng Malo Tirto Teleng Makmur Pompa B Solo 97 Banaran Banaran 30 Banaran Malo Tirto Lancar Pompa B Solo 98 Kacangan Kacangan 75 Kacangan Malo Tirto Tani Maju Makmur Pompa B Solo 99 Ngujung Ngujung 100 Ngujung Malo Tirto Sri Rejeki Pompa B Solo 100 Rendeng Rendeng 68 Rendeng Malo Tirto makmur Pompa B Solo 101 Kemiri Kemiri 100 Kemiri Malo Tirto Agung Rejeki Pompa B Solo 102 Tulungagung Tulungagung 90 Tulungagung Malo Tirto Agung Makmur Pompa B Solo 103 Sumberejo Sumberejo 100 Sumberejo Malo - Pompa B Solo 104 Beji Beji 60 Beji Kedewan Tirto Bangkit Sumber 105 Hargomulyo Hargomulyo 60 Hargomulyo Kedewan Tirto Pancuran Sumber 106 Kedewan Kedewan 50 Kedewan Kedewan - Sumber 107 Sambeng Sambeng 60 Sambeng Kasiman Tirto Sambeng Mulyo Sumber DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 31

43 No Daerah Irigasi (DI) Jaringan Irigasi (JI) Luas areal (ha) Desa Kecamatan Nama Hippa tunggal Nama ghippa/induk Ket 108 Tembeling Tembeling 150 Tembeling Kasiman Tirto Maju Makmur Pompa B Solo 109 Betet Betet 30 Betet Kasiman - Pompa B Solo 110 Ngradin Ngradin 50 Ngradin Padangan Tirto Agung Rahayu Waduk 111 Sonorejo Sonorejo 120 Sonorejo Padangan Tirto Tani Mulyo Waduk 112 Purworejo Purworejo 165 Purworejo Padangan Purworejo Tirto Makmur Waduk Nguken Padangan Tirto Wening Waduk Sidorejo Padangan Tirto Sidorejo Makmur Waduk Cendono Padangan Cendono Rukun Waduk 113 Nolo Nolo 60 Ngasinan Padangan Temulus Nolo Waduk 114 Temulus Temulus 80 Ngasinan Padangan Temulus Nolo Waduk 115 Prangi Prangi 100 Prangi Padangan Tirto Agung Waduk + pompa 116 Banjarrejo Banjarrejo 71 Banjarrejo Padangan Tirto Banjar Agung Pompa B Solo 117 Tebon Tebon 50 Tebon Padangan Tirto Yoso Pompa B Solo 118 Dengok Dengok 104 Dengok Padangan Tirto Mekas Sari Pompa B Solo 119 Purwosari Purwosari 40 Purwosari Purwosari Tirto Sari Agung Waduk 120 Watang Watang 50 Tambakrejo Tambakrejo Tirto Tambak Subur Waduk 121 Rowoglondang Rowoglondang 111 Gading Tambakrejo Tirto Gading Makmur Waduk Kalirejo Ngraho Tirto Guyangan Makmur Waduk 122 Sugihwaras Sugihwaras 50 Sugihwaras Ngraho Tirto Bumi Makmur Kali/cek dam 123 Sumberarum Sumberarum 105 Sumberarum Ngraho Sumber Barokah Waduk 124 Tapelan Tapelan 60 Tapelan Ngraho Tirto Udi Bogo Waduk + pompa 125 Payaman Payaman 72 Payaman Ngraho Tirto Sri Rejeki Pompa B Solo 126 Mojorejo Mojorejo 65 Mojorejo Ngraho Tirto Rejo Pompa B Solo 127 Jumok Jumok 85 Jumok Ngraho Tirto Jumok Mulyo Pompa B Solo 128 Luwihaji Luwihaji 93 Luwihaji Ngraho Tirto Rahayu Pompa B Solo 129 Margomulyo Margomulyo 10 Margomulyo Margomulyo - Kali/cek dam 130 Geneng Geneng 60 Geneng Margomulyo Tirto Geneng Mulyo Waduk TOTAL Sumber : Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 26 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro Tahun Keterangan: Lokasi yang diwarnai Biru merupakan lokasi rencana pengembangan irigasi tersier TIRTA DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 32

44 Gambar Peta Pola Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 33

45 2.6 Komponen Tahapan Kegiatan Berdasarkan pasal 63 Undang-undang No.7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air harus berdasarkan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, tahapan kegiatan yang terdiri dari survey, investigasi dan desain dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan berpedoman pada norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang tercantum pada Acuan Normatif yaitu Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Jaringan Irigasi yang dikeluarkan oleh SDA Tahap Pra Konstruksi (Persiapan) Kegiatan kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pra konstruksi (persiapan) adalah sebagai berikut a. Survei, Investigasi dan Desain Sederhana (SID) SID dimaksudkan untuk verifikasi calon petani dan calon lokasi yang sesuai dengan kriteria Rehabilitasi Jaringan Irigasi baik dari segi teknis maupun sosial. Pelaksanaan SID dilaksanakan oleh Tim Teknis / Koordinator Lapangan yang berkoordinasi dengan instansi terkait. Hasil dari pelaksanaan SID berupa: Letak lokasi berdasarkan daerah administratif dan koordinat lintang dan bujur dengan menggunakan Global Positioning System/GPS atau ekstrapolasi dari peta topografi yang tersedia Gambar/sketsa/peta situasi lokasi sederhana Luas layanan oncoran (command area) yang akan diair Penyusunan rencana usulan kegiatan yang disusun dan disetujui oleh Tim teknis/koordinator lapangan serta diketahui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten. b. Sosialisasi Rencana Kegiatan Pengembangan Tahap awal Rencana Pengembangan irigasi pompa tingkat tersier adalah melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat sekitar rencana yang diprakirakan akan terkena dampak dari kegiatan pembangunan. Pada saat ini jaringan irigasi tersebut sudah ada namun akan ditingkatkan layanannya sehingga masyarakat di sekitar lokasi kegiatan umumnya sudah mengetahui adanya rencana tersebut. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 34

46 c. Pembebasan Lahan Pengembangan jaringan irigasi memerlukan lahan untuk saluran maupun pompa imbalan serta bak pembagi. Pengembangan irigasi yang dilakukan di Kabupaten Bojonegoro adalah perbaikan saluran irigasi. Perbaikan tersebut terbagi dua yaitu perbaikan saluran yang asalnya merupakan saluran tanah menjadi saluran semen. Untuk jenis perbaikan ini tidak memerlukan pembebasan lahan. Sedangkan uktuk penyambungan saluran pipa PVC membutuhkan lahan untuk memasangnya. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, masyarakat di sekitar pengembangan jaringan irigasi tersier telah memiliki kesepakatan dengan pengelola jaringan irigasi baik dengan kelompok GHIPPA maupun warga setempat. Pada umumnya kesepakatan tersebut adalah apabila lahan dari warga tersebut terpakai untuk jaringan irigasi maka ketika melakukan pembayaran jasa irigasi, warga yang memiliki lahan tersebut pembayarannya dikurangi sepersatunya. Misalkan, Bapak A tanahnya terkena jaringan irigasi, maka ketika membayar biaya layanan irigasi yang seharusnya Bapak A bayar 1/5 dipotong menjadi 1/6 hasil panen Tahap Konstruksi Kegiatan kegiatan yang akan dilakukan pada tahap konstruksi adalah sebagai berikut a. Rekruitment tenaga kerja konstruksi Pelaksanaan konstruksi rehabilitasi jaringan irigasi pada area percontohan yaitu jaringan Pilanggede, Malo dan Leran direncanakan oleh pengelola dan TIRTA akan tetapi pada pelaksanaannya pekerjaan konstruksi dilakukan oleh pihak ketiga (kontraktor) dan diharapkan dari warga lokal. Berdasarkan data dari TIRTA keperluan tenaga kerja untuk konstruksi bagi masing masing pekerjaan pengembangan jaringan dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel Proyeksi kebutuhan tenaga kerja konstruksi pengembangan jaringan tersier No Jaringan Pengembangan Jenis Pengembangan Saluran Kebutuhan Pekerja 1. Jaringan Pilanggede Beton orang 2. Jaringan Kemiri Pipa PVC 6 orang 3. Jaringan Sukoharjo Pipa PVC 6 orang 4. Jaringan Ngulanan Beton 10 orang 5. Jaringan Kanten Pipa PVC 4 orang 6. Jaringan Malo Pipa PVC 10 orang 7. Jaringan Leran Pipa PVC 6 orang DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 35

47 No Jaringan Pengembangan Jenis Pengembangan Kebutuhan Pekerja Saluran 8. Jaringan Piyak Pipa PVC 6 orang 9. Jaringan Bakalan Pipa PVC 6 orang 10. Jaringan Kedungprimpen Pipa PVC 6 orang Sumber: TIRTA Paladium, 2017 Kontraktor pelaksana pekerjaan konstruksi diprioritaskan merupakan kontraktor lokal di sekitar wilayah Kabupaten Bojonegoro, sehingga mengetahui betul betul kondisi wilayah yang akan dikerjakan. b. Mobilisasi alat dan Material Konstruksi Kegiatan pengembangan irigasi pompa tingkat tersier yang meliputi pekerjaan pembersihan lahan dan rehabilitasi jaringan yang letaknya tidak di pinggir jalan tidak memerlukan peralatan berat, hanya peralatan sederhana seperti cangkul, linggis, sekop dan lainnya. Sedangkan untuk pekerjaan rehabilitasi saluran yang letaknya dipinggir jalan menggunakan backhoe kecil. Adapun material yang diperlukan untuk merehabilitasi saluran irigasi adalah sebagai berikut: 1) Rehabilitasi saluran beton, material yang dibutuhkan yaitu pasir, batu dan semen. Berdasarkan desain pada Gambar diatas, maka proyeksi kebutuhan material untuk pengembangan saluran tersier pada jaringan Pilanggede dan Ngulanan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Proyeksi kebutuhan material untuk pengembangan saluran irigasi beton Jaringan Pilanggede Jaringan Ngulanan No Material Satuan (panjang 500m) (panjang 1500m) Batu curing m³ , ,00 montong 2. Semen sak Pasir cor m³ ,16 382,80 dan pasang Sumber: TIRTA Paladium, 2017 Kendaraan pengangkut material yang digunakan biasanya merupan jenis truk engkel. Kendaraan ini dapat mengangkut material sekali angkut sebanyak 29 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 36

48 m³ dan 400 sak semen, sehingga jumlah ritase kendaraan pengangkut material dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel Proyeksi ritase kendaraan pengangkut material No Material Satuan Jaringan Pilanggede (panjang 500m) Jaringan Ngulanan (panjang 1500m) 1. Batu curing montong rit Semen rit Pasir cor dan pasang rit 7 13 Total Sumber: TIRTA Paladium, 2017 Berdasarkan Tabel 2.6 di atas jumlah ritase kendaraan total untuk mengangkut material pekerjaan pengembangan saluran irigasi tersier jaringan Pilanggede adalah 30 rit truk engkel. Pengangkutan material ini dilakukan secara bertahap karena pekerjaan konstruksi direncanakan dilakukan selama 3 bulan atau 90 hari. Dengan memperhitungkan ritase kendaraan pengangkut dan jadwal pelaksanaan konstruksi, maka dapat diasumsikan ritase pengangkutan material per harinya adalah 0,3 rit/hari. Untuk jaringan Ngablak/Ngulanan, pekerjaan konstruksi dilakukan selama 1 bulan. Dengan jumlah ritase kendaraan pengangkut material sebanyak 57 rit, maka dapat diasumsikan jumlah ritase kendaraan pengangkut material pada setiap harinya adalah 1,9 rit/hari atau 2 rit/hari.. 2) Rehabiltasi saluran pipa, material yang dibutuhkan hanya pipa PVC. Penggunaan pipa dalam sistem jaringan irigasi/pengairan karena pipa Polyvinyl Chloride (PVC) terbuat dari plastik dan beberapa kombinasi vinyl lainnya. Pipa PVC memiliki sifat yang tahan lama, tidak gampang dirusak dan juga tidak berkarat atau membusuk. Pipa PVC yang biasa digunakan untuk pengairan merupakan tipe AW karena merupakan jenis paling tebal, pipa ini biasanya dijual dalam ukuran panjang 4 meter. Tabel Proyeksi ritase kendaraan pengangkut pipa No Jaringan Pengembangan Panjang Pipa (m) Ukuran pipa Jumlah pipa yang dibutuhkan Jumlah ritase pengangkutan 1. Jaringan Kemiri Jaringan Malo Jaringan Sukoharjo DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 37

49 No Jaringan Pengembangan Panjang Pipa (m) Ukuran pipa Jumlah pipa yang dibutuhkan Jumlah ritase pengangkutan 4. Jaringan Kanten Jaringan Leran Jaringan Piyak Jaringan Bakalan 8. Jaringan Masih dalam proses kajian Kedungprimpen Sumber: TIRTA Paladium, 2017 Kendaraan pengangkut material yang digunakan adalah truk engkel, dengan spesifikasi panjang 6-7 meter, lebar 2,3-2,5 meter, tinggi 2,0-2,5 meter. Berdasarkan Tabel 2.7 diatas jumlah ritase kendaraan total untuk mengangkut material pekerjaan pengembangan saluran irigasi tersier jaringan Kemiri adalah 14 rit truk engkel. Pengangkutan material ini dilakukan secara bertahap karena pekerjaan konstruksi direncanakan dilakukan selama 3 bulan atau 90 hari. Dengan memperhitungkan ritase kendaraan pengangkut dan jadwal pelaksanaan konstruksi, maka dapat diasumsikan ritase pengangkutan pipa per harinya adalah 0,15 rit/hari. Untuk jaringan Sukoharjo, pekerjaan konstruksi dilakukan selama 3 bulan. Dengan jumlah ritase kendaraan pengangkut material sebanyak 3 rit, maka dapat diasumsikan jumlah ritase kendaraan pengangkut material pada setiap harinya adalah 0,03 rit/hari. Pekerjaan konstruksi jaringan Kanten dilakukan selama 1 bulan. Dengan jumlah ritase kendaraan pengangkut material sebanyak 1 rit, maka dapat diasumsikan jumlah ritase kendaraan pengangkut material pada setiap harinya adalah 0,03 rit/hari. Sedangkan jaringan Malo, dengan lama waktu konstruksi selama 2 bulan dan jumlah ritase 5 rit, maka jumlah ritase per harinya adalah 0,08 rit/hari. Semua material dan pipa yang diperlukan didapat langsung dari pihak ketiga (toko/distributor). Kegiatan mobilisasi pengangkut material maupun pipa memiliki jumlah ritasi kecil (maksimal 1 rit/hari) sehingga diperkirakan tidak menimbulkan dampak lingkungan. c. Penyiapan lahan Penyiapan lahan untuk setiap jaringan irigasi berbeda-beda karena ada 2 jenis jaringan irigasi yaitu saluran semen-batu dan pipa. Penyiapan lahan pada umumnya DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 38

50 adalah pekerjaan membersihkan lahan yang diperlukan untuk pembangunan jaringan dari kotoran, rerumputan, semak belukar, pepohonan, tonggak-tonggak dan semua rintangan permukaan. Bedanya untuk saluran semen-batu pembersihan dan penyiapan lahan sampai dengan kedalaman 1 m dari permukaan tanah. Hasil-hasil dari pembersihan (rerumputan, semak belukar, pepohonan, tonggaktonggak dan sampah lainnya) akan dibakar sampai habis pada lokasi yang aman, dijaga dan tidak membahayakan/merugikan lingkungan sekitarnya. Sisa pembakaran yang dipastikan tidak ada lagi api yang menyala/membara ditanam dan diurug kembali secara rapi. d. Pelaksanaan pembangunan jaringan irigasi Kegiatan konstruksi rehabilitasi jaringan irigasi disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dibutuhkan serta telah berdasar pada Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Jaringan Irigasi yang dikeluarkan oleh SDA, antara lain: 1) Merehabilitasi jaringan irigasi tersier (semen-batu), antara lain: a) Pekerjaan galian tanah biasa Melakukan penandaan pada lokasi yang diperlukan, panjang, arah aliran dan kelandaian sesuai gambar. Penggalian secara manual dengan ukuran dan kelandaian galian sesuai gambar, hasil galian dipindahkan ke lokasi yang tepat dan diratakan sehingga dapat mencegah dampak lingkungan yang mungkin terjadi. Melakukan pemeriksaan akhir terhadap pelaksanaan pekerjaan Mendokumentasikan hasil pekerjaan sebagai bahan laporan. b) Pekerjan pasangan Mencampurkan semen, pasir dan air kemudian membersihkan dan membasahi seluruh permukaan batu sebelum dipasang. Pembuatan profil tiap jarak 10 m kecuali pada tempat-tempat tertentu sesuai petunjuk. Pemasangan lubang-lubang pembuang (drain/weep Hole) untuk mengurangi tekanan air setiap luas 2 m² yang terbuat dari pipa PVC Ø 2" (dua inchi) dan pada ujung pipa PVC yang tertanam di tanah dibungkus dengan ijuk dan di luar sisi ijuk dipasang kerikil yang berfungsi sebagai saringan air sehingga tidak terjadi penggerusan tanah pada bagian dalam tanggul atau pasangan batu. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 39

51 Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan (plester dan acian). Mendokumentasikan hasil pekerjaan sebagai bahan laporan. c) Pekerjaan siaran Mencampurkan semen, pasir dan air kemudian membasahi serta membersihkan bidang muka pasangan dari kotoran yang melekat. Melakukan pekerjaan siaran dengan ketentuan siar tenggelam (masuk ke dalam 1 cm), siar rata (rata dengan muka batu), dan siar timbul (timbul dengan tebal 1 cm, lebar 2 cm). Penyelesaian dan perapihan setelah siaran selesai. Mendokumentasikan hasil pekerjaan sebagai bahan laporan. 2) Merehabilitasi jaringan irigasi tersier (pipa), antara lain: a) Pipa PVC ditempatkan pada jalur yang telah ditetapkan selanjutnya pada salah satu ujungnya disumbat dengan ijuk dan diikat dengan baik sehingga mudah untuk dipindahkan. b) Kualitas pipa dikontrol berdasarkan ketebalan pipa yang digunakan yang dipasang. Untuk mencegah terjadinya erosi di belakang pasangan, maka pada ujung pemasukan pipa diberikan filter berupa ijuk dan koral. e. Pelepasan tenaga kerja konstruksi Pekerjaan konstruksi pada pengembangan jaringan di lakukan oleh pihak ketiga sehingga pada tahap ini adalah merupakan serah terima pekerjaan dari kontraktor ke pengelola. Pelepasan pekerja tidak menimbulkan dampak karena merupakan tangggung jawab pihak kontraktor akan tetapi pengelola dan TIRTA tetap harus menekankan prinsip transparan apabila ada warga sekitar yang menjadi pekerja kontrak pada perusahaan montraktor tersebut Tahap Operasi a. Rekruitment tenaga kerja operasi Pada tahap operasional, jaringan irigasi pompa tersier sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari pengelola jaringan irigasi baik itu GHIPPA maupun warga setempat. Pengelola direncanakan akan menambah pengatur air irigasi yang telah ada untuk mengatur air irigasi pada wilayah pengembangannya. Rencananya pengelola jaringan irigasi akan membutuhkan beberapa orang pekerja untuk operasi dan pemeliharaan. Penerimaan pekerja akan diprioritaskan bagi masyarakat setempat yang sesuai dengan kualifikasi pekerja yang diperlukan. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 40

52 Secara lengkap kebutuhan pekerja pada saat operasional jaringan adalah sebagai berikut: Tabel Proyeksi kebutuhan tenaga kerja operasional jaringan irigasi tersier No Operasional Jaringan Jenis Saluran Kebutuhan Pekerja 1. Jaringan Pilanggede Beton 4 orang 2. Jaringan Malo Pipa PVC 2 orang 3. Jaringan Kemiri Pipa PVC 4 orang 4. Jaringan Sukoharjo Pipa PVC 4 orang 5. Jaringan Ngulanan Beton 4 orang 6. Jaringan Kanten Pipa PVC 2 orang 7. Jaringan Leran Pipa PVC 3 orang 8. Jaringan Piyak Pipa PVC 3 orang 9. Jaringan Bakalan Pipa PVC 3 orang 10. Jaringan Kedungprimpen Pipa PVC 3 orang Sumber: TIRTA Paladium, 2017 b. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi Kegiatan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier dikelola/dilaksanakan oleh pihak yang berbeda-beda pada setiap jaringan irigasi. Kegiatan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi Pilanggede, Leran, Kemiri, Sukoharjo, dan Ngablak-Ngulanan dilaksanakan oleh pihak warga setempat, sedangkan jaringan irigasi Malo dan Piyak dilaksanakan oleh pihak GHIPPA. Kegiatan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier terbagi kepada dua bagian yaitu kegiatan operasional dan pemeliharaan pompa serta saluran. Operasional pompa tergantung pada kapasitas pompa, jadwal dan pola tanam serta luasan setiap jenis tanaman. Untuk menjaga pompa tetep beroperasi dengan baik maka diperlukan pemeliharaan terhadap pompa tersebut. Setiap mesin pompa dilakukan servis secara periodik. Selain pemeliharaan pompa juga dilakukan pemeliharaan terhadap saluran irigasi tersier tersebut. Saluran irigasi dilakukan pemantauan dan pemeliharaan rutin. Pola pemeliharaan pompa dan jaringan serta kapasitas pompa yang digunakan untuk mengairi sawah pada setiap jaringan adapat dilihat pada Tabel Operasional jaringan irigasi juga tidak terlepas dari ada tidaknya ketersediaan air di Sungai Bengawan Solo. Pemantauan ketersediaan air di Sungai Bengawan Solo bekerjasama dengan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo diperlukan agar keberlangsungan operasional jaringan irigasi pompa tersier terjaga. Pemantauan DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 41

53 ketersediaan air Sungai Bengawan Solo sangat diperlukan karena rencana pengembangan jaringan irigasi di Kabupaten Bojonegoro diharapkan dapat melayani ribuan petani. Jumlah petani penerima layanan jaringan irigasi setiap wilayah jaringan irigasi tersier dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Jumlah petani yang menerima layanan rencana pengembangan jaringan irigasi tersier di Kabupaten Bojonegoro No Operasional Jaringan Jumlah Petani Pemakai Air 1. Jaringan Pilanggede 400 petani 2. Jaringan Malo 2556 petani 3. Jaringan Kemiri 1035 petani 4. Jaringan Sukoharjo 560 petani 5. Jaringan Ngablak/Ngulanan 280 petani 6. Jaringan Kanten 573 petani 7. Jaringan Leran 70 petani 8. Jaringan Piyak 770 petani 9. Jaringan Bakalan 420 petani 10. Jaringan Kedungprimpen 910 petani Sumber: TIRTA Paladium, Waktu Pelaksanaan Kegiatan Konstruksi Waktu pelaksanaan rencana kegiatan konstruksi pengembangan jaringan irigasi tersier di kabupaten Bojonegoro dilakukan secara bertahap, dimulai dengan 2 (dua) wilayah jaringan terlebih dahulu yaitu jaringan Pilanggede dan jaringan Malo sebagai pilot project. Setelah ketiga jaringan tersebut kemudian dilanjutkan ke jaringan yang lainnya digolongkan sebagai Future plan. Jadwal kegiatan konstruksi secara lengkap per wilayah jaringan dapat dilihat pada tabel berikut. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 42

54 Tabel Jadwal kegiatan rencana pengembangan jaringan irigasi tersier di Kabupaten Bojonegoro (Sumber: TIRTA Paladium, 2017) DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 43

55 BAB 3 RONA LINGKUNGAN HIDUP 3.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro berada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Secara geografis, Kabupaten Bojonegoro terletak pada koordinat sampai Bujur Timur dan 6 59 sampai 7 37 Lintang Selatan. Secara administrasi Kabupaten Bojonegoro dibagi menjadi 28 kecamatan dengan 419 desa dan 11 kelurahan. Luas wilayah keseluruhan adalah Km². Berikut merupakan batas administrasi wilayah Kabupaten Bojonegoro. Sebelah Utara : Kabupaten Tuban Sebelah Barat : Kabupaten Blora Sebelah Selatan : Kabupaten Madiun Sebelah Timur : Kabupaten Lamongan Tabel 3. 1 Kecamatan di Kabupaten Bojonegoro No Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas Wilayah (Km²) Persentase dari Luas Kabupaten (%) 1. Margomulyo Margomulyo Ngraho Ngrao Tambakrejo Tambakrejo Ngambon Ngambon Sekar Sekar Bubulan Bubulan Gondang Gondang Temayang Temayang Sugihwaras Sugihwaras Kedungadem Kedungadem Kepohbaru Kepohbaru Baureno Baureno Kanor Tambahrejo Sumberejo Sumberejo Balen Balen Sukosewu Sukosewu Kapas Kapas Bojonegoro Mojokampung Trucuk Trucuk Dander Dander Ngasem Ngasem Gayam Gayam Kalitidu Kalitidu Malo Malo DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 44

56 No Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas Wilayah (Km²) Persentase dari Luas Kabupaten (%) 25. Purwosari Purwosari Padangan Padangan Kasiman Kasiman Kedewan Kedewan Sumber : Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka Kondisi Fisik Wilayah Elemen-elemen yang terkait dengan kondisi fisik ini meliputi topografi, iklim, hidrologi, dan jenis tanah. Berbagai potensi yang berhubungan dengan fisik dasar di wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat diuraikan sebagai berikut Iklim Kabupaten Bojonegoro sebagai daerah yang beriklim tropis yang terdiri atas dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Untuk memonitor curah hujan yang jatuh, di Kabupaten Bojonegoro tersedia 22 buah stasiun penangkar hujan yang tersebar di 15 kecamatan. Untuk menanggulangi kekurangan air untuk keperluan pengairan lahan pertanian di musim kemarau, dilakukan dengan menaikkan air dari Sungai Bengawan Solo melalui pompanisasi. Yang tersebar di 8 kecamatan yang meliputi 24 desa. Berdasarkan data curah hujan pada Kabupaten Bojonegoro dalam angka Tahun 2016 diketahui bahwa musim hujan turun tidak konsisten (Bulan Desember sampai Februari dan April), begitupula musim kemarau (Bulan Maret selanjutnya Bulan Mei sampai dengan Bulan November). Tabel 3. 2 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 No. Bulan Curah Hujan (mm³) Hari Hujan 1. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka, 2016 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 45

57 Suhu dan kelembaban udara sangat erat hubungannya, karena jika kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara. Semakin tinggi suhu udara, maka kelembaban udaranya semakin kecil. Hal ini dikarenakan dengan tingginya suhu udara akan terjadi presipitasi (pengembunan) molekul air yang dikandung udara sehingga muatan air dalam udara menurun. (Lakitan, 2002). Suhu udara rata-rata di Kabupaten Bojonegoro tahunan antara 28 31ºC dengan kelembaban udara rata-rata %. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3. 3 Rata-rata suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 No. Bulan Suhu Udara Kelembaban Udara Kecepatan Penyinaran (ºC) (%) Angin Matahari Rataratrata Rata- Maks Min Maks Min (knot) (%) 1. Januari , ,6 3,50 39,40 2. Februari , ,0 4,06 56,20 3. Maret , ,7 8,50 47,80 4. April , ,9 7,10 51,60 5. Mei , ,8 14,80 67,00 6. Juni , ,4 13,40 53,10 7. Juli , ,2 16,20 6,10 8. Agustus , ,1 26,40 44,70 9. September , ,4 496,10 78, Oktober , ,5 50,50 59, November , ,6 32, Desember , ,5 2,68 38,10 Sumber: Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka, 2016 Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di Kabupaten Bojonegoro juga sangat erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kelembapan udara dalam berbagai hubungan yaitu: 1. Pengaruh tanah dan air, semakin banyak jumlah uap air baik diudara maupun didalam tanah, maka kelembapan akan semakin tinggi. 2. Ada atau tidaknya vegetasi, semakin rapatnya jarak antara vegetasi maka kelembapan makin tinggi, namun suhu akan menjadi sangat rendah. 3. Pengaruh ketinggian tempat, semakin tingginya suatu tempat maka suhu ditempat tersebut akan semakin rendah dan kelembapan udara semakin tinggi. 4. Pengaruh aktivitas manusia dipersemaian terbuka. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 46

58 3.2.2 Topografi Keadaan topografi Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh keadaan tanah yang berbukit yang berada di sebelah selatan (Pegunungan Kapur Selatan) dan sebelah utara (Pegunungan Kapur Utara) yang mengapit dataran rendah yang berada di sepanjang aliran Bengawan Solo yang merupakan daerah pertanian yang subur. Wilayah Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh lahan dengan kemiringan yang relatif datar. Secara garis besar, gambaran luas wilayah menurut permukaan/kemiringan tanah disajikan pada Tabel 3. 4 berikut: Tabel 3. 4 Luas Wilayah Menurut Kemiringan Tanah di Kabupaten Bojonegoro No. Kemiringan Tanah (%) Luas (Ha) Persen (%) 1. 0% 2% 127, % - 14,99 % 83, % - 39,99 % 17, > 40% 2, Jumlah 230, Sumber: Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka, 2013 Dari Tabel di atas, terlihat bahwa wilayah Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh kemiringan kurang dari 2% sebesar 55,10%, adapun kemiringan di atas 40% sebesar 1,24%. Ketinggian tempat di atas permukaan laut juga merupakan faktor yang menentukan perubahan iklim suatu wilayah, sehingga sangat berpengaruh terhadap usaha-usaha di bidang pertanian. Keadaan topografi wilayah Kabupaten Bojonegoro menurut ketinggian dapat dilihat pada Tabel 3. 5 berikut. Tabel 3. 5 Luas Wilayah Menurut Ketinggian Tempat di Kabupaten Bojonegoro No. Ketinggian Tempat (m dpl) Luas (Ha) Persen (%) m 25 m 43, m 99,99 m 104, m 499,99 m 82, > 500 m , Sumber: Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka, 2013 Berdasarkan table diatas permukaan tanah di Kabupaten Bojonegoro rata-rata berada pada ketinggian dari permukaan laut yang relatif rendah, yaitu berada pada ketinggian antara m dari permukaan laut. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 47

59 3.2.3 Geologi Daerah wilayah studi yang terletak di bantaran Sungai Bengawan Solo Kabupaten Bojonegoro berdasarkan Peta Geologi lembar Bojonegoro (Gambar 3.1) termasuk kedalam wilayah Zona Mendala Geologi Rembang. Wilayah Zona Mendala Geologi Rembang merupakan bagian dari cekungan sedimentasi Jawa Timur bagian Utara (East Java Geosyncline). Berdasarkan Gambar 3.1 diatas wilayah studi termasuk pada section I J Mendala Geologi Rembang, dimana terdiri dari formasi batuan: a. Aluvium (Qal), tersusun atas batuan lempung, pasir, kerikil dan kerakal. b. Formasi Lidah (QTl), tersusun atas batuan batulempung, setempat bersisipan batupasir dan batugamping. c. Formasi Mundu (Tpm), tersusun atas batuan Napal (Marl) yaitu batulempung yang mempunyai komposisi karbonat yang tinggi, yaitu antara 30% - 60%. d. Formasi Ledok (Tml), tersusun atas batuan perselingan kalkerenit, batupasir dan napal. e. Formasi Wonocolo (Tmw), tersusun atas batuan napal, bersisipan kalkerenit dan batulempung. f. Formasi Bulu (Tmb), tersusun atas batuankalkerenit. g. Formasi Ngrayong (Tmn), tersusun atas batuan perselingan batupasir dan batulempung pasiran dengan sisipan batulempung karbonan dan setempat batu gamping. h. Formasi Tawun (Tmt), tersusun atas batuan batulempung pasiran dengan sisipan batupasir dan batu gamping. Secara visualisasi, formasi batuan di wilayah studi pengembangan jaringan irigasi tersier dapat dilihat pada gambar Gambar DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 48

60 Gambar 3. 1 Peta Geologi Lembar Bojonegro DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 49

61 . Gambar 3. 2 Formasi batuan di wilayah studi pengembangan irigasi tersier Hidrologi Terdapat dua jenis sumber daya alam air yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro. Kedua jenis sumber daya alam ini memiliki karakter dan fungsi yang berbeda. Sumber daya tersebut adalah sumber daya alam air sungai, mata air dan air tanah. Selain dua jenis sumber daya alam diatas juga terdapat sumber daya alam air yang telah termanfaatkan dan dikelola oleh Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten Bojonegoro yang diwujudkan dalam bentuk pemanfaatan waduk dan saluran irigasi. Kondisi dan karakter sumber-sumber daya alam air tersebut secara rinci dapat dijelaskan pada uraian dibawah ini: Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa, sungai ini mengalir dari selatan, menjadi batas alam dari Provinsi Jawa Tengah, kemudian mengalir dari arah timur dan bermuara di Ujung Pangkah Gresik, Jawa Timur. Sungai Bengawan Solo melewati 9 kabupaten/kotamadya di Jawa Tengah dan 11 kabupaten/kotamadya di Jawa DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 50

62 Timur (Fithrina, 2009). Salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang dilalui Bengawan Solo adalah Bojonegoro. Jaringan aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro terbagi dalam beberapa ordo sungai yang membedakan antara sungai besar, sungai dan anak sungai. Dimana pada kabupaten wilayah Bojonegoro terdapat satu sungai yang menjadi hulu dari semua sungai yaitu Sungai Bengawan Solo. Sungai ini merupakan sungai besar yang menjadi induk sungai dari seluruh sungai di kabupaten Bojonegoro. Sementara sungai lainnya terklasifikasi sebagai anak sungai yang meliputi anak sungai Tinggang, anak sungai Gandong, anak sungai Tidu, anak sungai Pacal, anak sungai Merkuris, anak sungai Semarmendem. Tabel 3.6 berikut menjelaskan tentang nama, panjang, dan Debit Air Sungai di Kabupaten Bojonegoro. Tabel 3. 6 Nama, Panjang dan Debit Air Sungai di Kabupaten Bojonegoro No. Nama Panjang (Km) Debit (m³/detik) 1 Kaduk Pandan Tinggang Gemongan Gandong Tidu Tengah Grogolan Kedungbajul Pacal Loro Besuki Mekuris Deru Ingas Semarmendem Pohwates Sumber : Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka, Tahun 2013 a. Kualitas air sungai Seperti halnya sungai-sungai lain di Indonesia, air Bengawan Solo Bojonegoro dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya pertanian, perikanan, industri bahkan kegiatan domestik. Pemanfaatan air Sungai Bengawan Solo yang besar di Kabupaten Bojonegoro untuk berbagai keperluan seperti pertanian, perikanan, industri bahkan kegiatan domestik akan berpotensi mencemari Sungai Bengawan Solo. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 51

63 Astirin dkk, (2002) yang meneliti kualitas air sungai Bengawan Solo di Kabupaten Surakarta, menyatakan bahwa pembuangan limbah secara langsung tanpa diolah sebelumnya, marak terjadi, khususnya di sekitar bantaran sungai. Selain itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro (2013) menyebutkan bahwa baku mutu air Bengawan Solo di Desa Kuncen, Kecamatan Padangan, Bojonegoro, mulai mendapatkan cemaran berupa berbagai limbah industri dari daerah hulu di Jawa Tengah. Nunik (2013) dari Lembaga Swadaya Masyarakat Gita Pertiwi mengatakan bahwa sebagian besar bahan pencemar berasal dari limbah rumah tangga, yaitu sebesar 80%. Tingkat pencemaran suatu perairan dapat diketahui melalui berbagai cara, yaitu berdasarkan parameter fisika, biologis, dan kimiawi. Menurut Soegianto (2004) salah satu penilaian kualitas perairan secara biologis adalah berdasarkan indeks keanekaragaman plankton. Nontji (2008) menyatakan bahwa plankton umumnya digunakan sebagai indikator kesehatan lingkungan perairan karena sensitivitasnya yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dan waktu hidupnya yang pendek. Beberapa penelitian menggunakan indeks keanekaragaman plankton untuk menilai kualitas perairan. Berdasarkan hasil penelitian Heri P. (2014), dinyatakan bahwa berdasarkan indeks keanekaragaman plankton kualitas perairan sungai bengawan Solo Kabupaten Bojonegoro di Enam stasiun titik pengamatan (Desa Mayang Geneng, Desa Kanten, Desa Sumbang Timun, Desa Padang, Desa Ledok Wetan dan Desa Banjarjo) termasuk kategori baik. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya fitoplankton yang meliputi 36 spesies serta zooplankton yang terdiri atas 3 spesies. Kualitas perairan sungai Bengawan Solo kabupaten Bojonegoro secara keseluruhan berdasarkan indeks keanekaragaman plankton Sungai Bengawan Solo adalah 2,3481 (kategori baik). Hasil analisis Laboratorium UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tuban di beberapa titik yang mewakili kualitas air Sungai Bengawan Solo yang melewati wilayah Kabupaten Bojonegoro. Hasil analisis kualitas air Sungai Bengawan Solo yang melewati wilayah Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada Tabel berikut ini. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 52

64 Tabel 3. 7 Analisis Kualitas Air Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa di semua titik sampling kualitas air Sungai Bengawan Solo ada tiga parameter yang melebihi baku mutu yaitu parameter Kadmium, Seng dan Khlorin Bebas. Kadar Kadmium, Seng dan Khlorin Bebas di perairan Sungai Bengawan Solo kemungkinan karena adanya buangan limbah industri serta kemungkinan dari proses erosi tanah serta pelapukan batuan induk di sepanjang aliran sungai. Sedangkan kadar Nitrit yang melebihi baku mutu di Kecamatan Kasimam di karenakan lokasi sungai yang berdekatan dengan lahan pertanian disebabkan oleh pengotoran lahan pertanian atau penggunaan pupuk yang berlebihan sehingga menyebabkan eutrofikasi. b. Tinggi Muka Air Tinggi muka air sungai sangat menentukan dalam menjamin keberlangsungan operasional jaringan irigasi pompa tersier. Berdasarkan data dari BBWS Bengawan Solo ketinggian rata-rata muka air per bulan dalam 5 tahun terakhir di beberapa pos DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 53

65 pemantauan yang berdekatan dengan lokasi rencana kegiatan pengembangan irigasi pompa tersier adalah sebagai berikut: Pos AWLR Cepu (inti 2008) Tinggi muka air harian pada Tahun 2016 yang terpantau di Pos AWLR Cepu yang terletak di Desa Dengok, Kecamatan Pandangan Kabupaten Bojonegoro dapat dilihat pada Histograf dibawah ini Gambar 3. 3 Histograf Tinggi Muka Air Harian (m) Tahun 2016 di Pos AWLR Cepu Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa tinggi muka air (TMA) harian terendah pada tahun 2016 berada pada bulan September yaitu -0,17 m, sedangkan yang tertinggi ada pada bulan Desember yaitu 6,61 m. Pos AWLR Bojonegoro (inti 2011) Tinggi muka air harian pada Tahun 2016 yang terpantau di Pos AWLR Bojonegoro yang terletak di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro, nilai terendah terdapat pada bulan Januari (-0,53 m) dan nilai tertinggi pada bulan Desember yaitu 7,71 m. Nilai tinggi muka air pada akhir bulan November sampai dengan awal January sangat tinggi dikarenakan pada masa-masa ini terjadi curah hujan yang cukup tinggi pula baik di sekitar Hulu, tengah maupun hilir. Tinggi muka air harian di Pos AWLR Bojonegoro dapat dilihat pada Histograf dibawah ini DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 54

66 Gambar 3. 4 Histograf Tinggi Muka Air Harian (m) Tahun 2016 di Pos AWLR Bojonegoro Mata Air Mata air yang terdapat pada wilayah kabupaten Bojonegoro tersebar pada 12 Kecamatan. Jumlah mata air yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro ini adalah sebanyak 44 unit dengan jumlah debit air yang cukup variatif satu sama lainnya. Range debit air di tiap mata air di Kabupaten Bojonegoro adalah 1 hingga 825 liter per detiknya. Gambaran kondisi mata air di kabupaten Bojonegoro disajikan pada Tabel 3.8. Tabel 3. 8 Jumlah Debit Pada Tiap Mata Air Debit Debit Sumber Air Bujur Lintang Musim Musim Desa-Kecamatan Timur Selatan Hujan Kemarau (L/dt) (L/dt) Ngunut 111, Ngunut-Dander Kunci 111, Kunci-Dander Rondomori 111, Sambengrejo- Gondang Klino 111, Klino-Sekar Molekat 111, Molekat-Sekar Gunungsari 112, Gunungsari- Baureno Sd. Brojul 111, Kebonagung- Padangan Sd. Sonorejo 111, Sonorejo-Padangan 5 1 Sd. Budengan 111, Ngradin-Padangan 5 1 Kedungsari 111, Kedungsari- Temayang 5 2 Cancung 111, Cacung-Bubulan Sumber : Balai PSAWS Bengawan Solo Di Bojonegoro DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 55

67 Air Tanah Dilihat dari sudut pandang geomorfologi, terdapat tiga sistem air tanah di Kabupaten Bojonegoro yakni Sistem Akuifer Perbukitan Selatan (SAPS), Sistem Akuifer Dataran Bojonegoro (SADB) dan Sistem Akuifer Perbukitan Utara (SAPU). Sistem akuifer SAPS dan SAPU secara hidrogeologis sebenarnya lebih sesuai disebut sebagai akuitard. a. Sistem Akuifer Perbukitan Selatan, pada dataran tinggi bersifat heterogen dan anisotropik terbentang dari barat sampai timur pada bagian paling selatan Bojonegoro. Air tanah dapat dijumpai pada kedalaman yang dangkal terutama pada cekungan/lembah-lembah perbukitan, tetapi hanya bersifat sementara. Batuan penyusun yang dominan adalah campuran antara batu lempung, napal, batu pasir dan batu gamping (klastik maupun terumbu). Sistem utama yang berkembang adalah sistem air tanah percelahan (fractured aquifer). Akuifer ini dikategorikan berpotensi langka, terdapat pada celah atau lorong, setempat-setempat dalam jumlah sangat terbatas pada lembah-lembah antara bukit, sehingga lebih tepat disebut akuitard. b. Sistem Akuifer Dataran Bojonegoro, terbentang dari barat sampai timur pada bagian tengah daerah penelitian memanjang seberannya di kanan kiri Sungai Bengawan Solo sampai kaki bukit, baik perbukitan selatan maupun utara. Material SADB didominasi oleh pasir dan pasir lempungan. Secara hidrogeologis, sistem akuifer ini dapat dianggap bersifat homogen dan isotropik sehingga variasi nilai permeabilitas batuan ke segala arah mempunyai magnitudo yang relatif sama. Dari tiga sistem akuifer yang ada di daerah penelitian, sistem ini merupakan akuifer yang berpotensi paling baik. Akuifer ini memiliki keterusan sedang hingga rendah dengan muka air tanah (MAT) beragam dari sangat dangkal hingga lebih dari 10 m. c. Sistem Akuifer Perbukitan Utara, pada dataran tinggi berifat heterogen dan anisotropik terletak pada bagian barat laut daerah penelitian. Air tanah dapat dijumpai pada kedalaman yang dangkal terutama pada cekungan/lembah-lembah perbukitan, tetapi hanya bersifat sementara. Batuan penyusun yang dominan adalah campuran antara batu lempung, napal, batu pasir dan kalkarenit. Sistem utama yang berkembang adalah sistem air tanah percelahan (fractured aquifer). Akuifer ini dikategorikan berpotensi rendah hingga sangat rendah, terdapat pada celah atau lorong, setempat-setempat dalam jumlah sangat terbatas pada lembah-lembah antara bukit, sehingga lebih tepat disebut akuitard. Secara garis besar arah aliran air tanah Kabupaten Bojonegoro ada dua arah yaitu (1) dari perbukitan selatan arah aliran airnya adalah ke utara menuju daerah Sungai DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 56

68 Bengawan Solo dan (2) dari perbukitan utara arah aliran airnya ke arah selatan juga menuju daerah Sungai Bengawan Solo. Oleh karena itu penyebaran air tanah tidaklah merata di seluruh wilayah Kabupaten Bojonegoro, dimana keterdapatan serta potensinya akan sangat tergantung pada sifat lapisan akuifernya. Sedangkan sifat akuifer tersebut akan ditentukan oleh parameter dari akuifernya, yang antara lain menyangkut kapasitas jenis dan keterusannya Waduk Pada wilayah Kabupaten Bojonegoro terdapat 36 waduk dimana hanya 6 waduk dan selebihnya dikelola oleh pemerintah Desa dan diantaranya yang merupakan wewenang Dinas Pekerjaan Umum. Nama waduk yang berada dibawah wewenang Dinas Pekerjaan Umum tersebut ialah: Waduk Pacal Waduk Leran Waduk Purworejo Waduk Panjang Waduk Tlogohaji Waduk Pasinan Untuk lebih lengkapnya data waduk/embung yang ada di Kabupaten Bojonegoro pada Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 3.9. Terkait dengan keberadaan waduk pacal sebagai pusat suplai air untuk irigasi kawasan sawah di Kabupaten Bojonegoro maka terdapat saluran irigasi dengan kelas primer yang ditetapkan menjadi kawasan Lindung Setempat. Saluran irigasi primer ini secara keseluruhan memilliki panjang saluran sepanjang 47,157 Km. Pada wilayah Kabupaten Bojonegoro saluran irigasi primer yang menjadi kawasan ini terdapat pada Daerah Irigasi (DI) Pacal, yaitu: SI Pacal kiri SI Kendal SI Pacal Kanan SI Suplesi Mekuris SI Suplesi Kerja SI Kerjo SI Pacal DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 57

69 Tabel 3. 9 Data Waduk/Embung yang Ada Di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010 No Nama Waduk Lokasi Volume Air (m³) Luas Areal Desa Kecamatan Isi Waduk/ Embung Keadaan Sekarang (Ha) Keterangan 1. Pacal Kedungsumber Temayang 23,000,000 23,000, Purworejo Purworejo Padangan 250, , Disuplai Pompa 3. Prangi Prangi Padangan 300, , Disuplai Pompa JICA 4. Temulus Ngasinan Padangan 45,100 45, Ngasinan/Nolo Ngasinan Padangan 100, , Sonorejo Sonorejo Padangan 150, , Ngradin Ngradin Padangan 100, , Tapelan Tapelan Ngraho 120, , Disuplai Pompa JICA 9. Sumberarum Sumberarum Ngraho 100, , Disuplai Pompa JICA 10. Geneng Geneng Margomulyo 40,000 40, Watang Tambakrejo Tambakrejo 35,000 35, Rowoglandang Gading Tambakrejo 1,000,000 1,000, Bibis Purwosari Purwosari 30,000 30, Sambeng Sambeng Kasiman 30,000 30, Tumo Hargomulyo Kedewan 2,000 2, Beji Dilem Kedewan 60,000 60, Sumberrejo Sumberrejo Malo 300, , Wotangare Wotangare Kalitidu 150, , Wadang Wadang Ngasem Leran Leran Kalitidu 1,000,000 1,000, Wotanngare Wotangare Kalitidu 150, , Pajeng Pajeng Gondang 80,000 80, Grobokan Bendo Kapas 36,750 36, Suplai D.I Pirang 24. Buntung Sumberjokidul Sukosewu 150, , Suplai D.I Pacal 25. Mayangkawis Mayangkawis Balen Suplai D.I Pacal 26. Garas Penganten Balen 150, , Suplai D.I Pacal DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 58

70 No Nama Waduk Lokasi Volume Air (m³) Luas Areal Desa Kecamatan Isi Waduk/ Embung Keadaan Sekarang (Ha) Keterangan 27. Barong Ngampal Sumberrejo 150, , Suplai D.I Pacal 28. Tlogohaji Tlogohaji Sumberrejo 45,000 45, Wotan Wotan Sumberrejo 100, , Growok Sumberharjo Sumberrejo 100, , Pasinan Pasinan Baureno 49,200 49, Panjang Panjang Kedungadem 80,000 80, Tumbrasanom Tumbrasanom Kedungadem 80,000 80, Drokilo Drokilo Kedungadem 20,000 20, Cengkir Cengkir Kepohbaru 200, , Sidomukti Sidomukti Kepohbaru 77,000 77, TOTAL 28,280,050 28,280, Sumber : Dinas PU Pengairan Kabupaten Bojonegoro, 2013 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 59

71 Gambar 3. 5 Lokasi Sumber Daya Air (Mata air, Sungai dan Waduk) DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 60

72 3.2.5 Jenis Tanah Wilayah Kabupaten Bojonegoro dibelah oleh Sungai Bengawan Solo dari Barat sampai ke Timur. Bagian Utara merupakan daerah aliran sungai Bengawan Solo yang cukup subur, sedangkan dibagian selatan adalah Pegunungan kapur bagian dari Rangkaian Pegunungan Kendeng. Berdasarkan hal tersebut di Kabupaten Bojonegoro terdiri dari beberapa jenis tanah akan tetapi pada umumnya berupa Grumusol. Jenis dan luasan tanah di Kabupaten Bojonegoro lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut. Tabel Luas Areal Menurut Jenis Tanah Di Kabupaten Bojonegoro No. Jenis Tanah Luas (Ha) Persen (%) 1 Alluvial 46, Grumusol 88, Litosol 50, Medeteran 44, Jumlah 230, Sumber: Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka, 2013 Wilayah studi pengembangan jaringan irigasi berada termasuk dataran rendah berada pada ketinggian dibawah 25 m yaitu di sepanjang DAS Bengawan Solo. Di daerah ini didominasi oleh tanah Alluvial. Tanah Alluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari lumpur dan pasir halus yang mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun di kanan kiri aliran sungai besar. Tanah Alluvial memiliki warna tanah kelabu, tekstur liat, struktur gumpal, konsentrasi keras, permeabilitas rendah, peka terhadap erosi dan jenis tanah ini sangat subur Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Bojonegoro hingga pada Tahun 2012 masih didominasi oleh guna lahan hutan yaitu seluas ,36 Ha atau 40,67 % dari luas keseluruhan lahan. Penggunaan tanah lainnya berupa sawah dan permukiman. Pada pemanfaatan lahan sering terjadi perubahan tata guna lahan yang disebabkan oleh proses perkembangan wilayah dan kebutuhan pergerakan masyarakat. Tutupan lahan atau penggunaan lahan merupakan salah satu unsur indikator yang berpengaruh terhadap laju perkembangan pembangunan di suatu wilayah. Kabupaten Bojonegoro dengan luas wilayah sebesar Ha. Untuk lebih detail tentang perkembangan penggunaan lahan di Kabupaten Bojonegoro, dapat dilihat pada Tabel DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 61

73 Tabel Perkembangan Penggunaan lahan Kabupaten Bojonegoro Tahun 1994, Tahun 2010 dan Rencana Tahun 2030 Jenis Penggunaan Lahan A. Kawasan Lindung Tahun 1994 Tahun 2010 Rencana Tahun 2030 (Ha) % (Ha) % (Ha) % Hutan Lindung - - 1, , Sungai (sempadan sungai) 1, , , Danau/Bendungan dan waduk B. Kawasan Budidaya Hutan 1, Hutan Produksi 93, , Hutan Rakyat , Perkebunan 76, , , Sawah Sawah Irigasi (Lahan Basah) 50, , , Sawah Tadah Hujan (Sawah Kering) 55, , , Semak Belukar 7, Rawa Padang Rumput 1, Pemukiman 19, , , Ladang 14, , Pertambangan Perindustrian - - 3, Lainnya - - 6, Total 230, , , Sumber: RTRW Kabupaten Bojonegoro DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 62

74 Gambar 3. 6 Tutupan Lahan Kabupaten Bojonegoro Tahun 1994 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 63

75 Gambar 3. 7 Tutupan Lahan Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 64

76 3.3 Sosial Ekonomi Kependudukan a. Jumlah Penduduk Penduduk menjadi pertimbangan penting dalam perencanaan daerah. Penduduk merupakan salah satu potensi wilayah yang dapat mendorong perkembangan wilayah tersebut. Jumlah penduduk Kabupaten Bojonegoro pada Tahun 2015 mencapai jiwa. Kepadatan penduduk tingkat Kabupaten Bojonegoro mencapai 542 jiwa per km². Kondisi kependudukan Kabupaten Bojonegoro tahun 2015 disajikan pada Tabel di bawah ini. Tabel No. Kecamatan/ Kabupaten Jumlah Penduduk di wilayah studi Luas Wilayah (Km 2 ) Populasi (Jiwa) Rumah Tangga Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 ) Populasi Menurut Kelompok Umur Rasio Beban Ketergant ungan 1. Balen ,574 22,719 1, Trucuk ,963 13,925 1, Dander ,700 29, Kalitidu ,375 17, Malo ,324 10, Kanor ,441 20,727 1, Kapas ,154 17,795 1,154 11,007 37,628 6, Baureno ,558 25,613 1, Kab. Bojonegoro ,249, , , , , Sumber: Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka, 2016 Berdasarkan tabeldiatas, rasio beban ketergantungan di Kabupaten Bojonegoro adalah yang dibulatkan menjadi 38. Hal ini berarti bahwa 1 jiwa penduduk produktif (15-64 tahun) menanggung 38 jiwa penduduk inproduktif (0-14 tahun) dan non produktif (15-64 tahun). Jumlah penduduk di Kabupaten Bojonegoro menurut kelompok umur disajikan dengan piramida penduduk pada Gambar Gambar 3. 8 Piramida Penduduk Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 65

77 Tabel Jumlah Kelahiran dan Kematian di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 No. Kecamatan Kelahiran Kematian Jumlah CBR Jumlah CDR 1. Balen 26 0, ,64 2. Trucuk 11 0, ,30 3. Dander 32 0, ,84 4. Kalitidu 20 0, ,29 5. Malo 6 0, ,83 6. Kanor 21 0, ,43 7. Kapas 20 0, ,99 8. Baureno 17 0, ,68 Sumber : Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka 2016 Berdasarkan Tabel 3. 13, terlihat bahwa tingkat kelahiran dan kematian di wilayah studi tergolong rendah. Hal ini dikarenakan, nilai Crude Birth Rate (CBR) di wilayah studi maksimal adalah 1 jiwa yang lahir per 1000 jiwa penduduk. Sedangkan untuk nilai Crude Death Rate (CDR) di wilayah studi maksimal adalah 3 jiwa yang meninggal per 1000 jiwa penduduk. b. Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan salah satu indikator ketenagakerjaan yang menggambarkan perbandingan antara angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Berdasarkan data BPS (2016), TPAK di Bojonegoro pada tahun 2015 sebesar 66,22% yang berarti dari 100 penduduk usia kerja terdapat sekitar 66 orang yang aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja dan pengangguran). Gambar dibawah ini menunjukkan laju pertumbuhan dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Bojonegoro. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 66

78 Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 Gambar 3. 9 Laju Pertumbuhan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 Jumlah penduduk Kabupaten Bojonegoro yang terserap dalam kegiatan ekonomi mencapai 608,181 jiwa. Penyerapan tenaga kerja terbanyak terjadi pada kelompok umur tahun sebanyak 80,852 jiwa dan penyerapan terendah terjadi pada golongan umur tahun sebesar 14,863 jiwa. Secara rinci, jumlah penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja di Kabupaten Bojonegoro disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah ,059 5,804 14, ,121 13,300 37, ,455 15,509 51, ,709 26,253 67, ,646 29,789 73, ,988 32,864 80, ,459 26,408 74, ,432 28,197 70, ,686 19,434 54, ,307 34,761 82,068 Jumlah 375, , ,181 Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Bojonegoro 2016 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 67

79 Penduduk Kabupaten Bojonegoro bekerja di berbagai sektor. Adapun sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja berturut-turut adalah sektor pertanian 41%, sektor jasa dan lainnya 19%, serta sektor perdagangan 7%. Persentase penyerapan tenaga kerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Bojonegoro disajikan pada grafik di bawah ini. Sumber: Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka Tahun 2015 Gambar Persentase Tenaga Kerja per Sektor Usaha di Kabupaten Bojonegoro Tahun Perekonomian Laju pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bojonegoro dengan migas mengalami peningkatan dari tahun 2013 hingga Namun, jika tanpa migas, nilai PDRB Kabupaten Bojonegoro mengalami penurunan. Peningkatan nilai PDRB dengan terjadi secara signifikan pada tahun 2015 yaitu sebesar 17.42% dari yang sebelumnya 2,29% pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa sektor migas menyumbang nilai yang cukup besar untuk PDRB Kabupaten Bojonegoro. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Bojonegoro disajikan pada gambar di bawah ini. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 68

80 Sumber: Kabupaten Bojonegoro Dalam AngkaTahun 2015 Gambar Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bojonegoro tahun 2015 didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 38%, kemudian diikuti oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 18%. Distribusi persentase PDRB di Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2015 ditampilkan pada gambar di bawah ini. Sumber: Kabupaten Bojonegoro Dalam AngkaTahun 2015 Gambar Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 69

81 Berdasarkan gambar diatas sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor kedua terbesar penyumbang pendapatan bagi Kabupaten Bojonegoro. Pendapatan dari sektor pertanian ini dapat lebih ditingkatkan kedepannya mengingat pada saat ini jaringan irigasi di Kabupaten Bojonegoro belum merata dirasakan oleh petani, sehingga hasil panen yang dihasilkan oleh para petani di Bojonegoro belum maksimal. Berdasarkan hasil Laporan Survey (2016) yang dilakukan oleh tim TIRTA terhadap 30 orang petani dengan irigasi dan tanpa irigasi didapat hasil sebagai berikut. Tabel Perbandingan luas lahan dan hasil panen bagi petani yang menggunakan irigasi dan tidak di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 Petani Luas Lahan (Ha) Hasil Panen (ton) Petani dengan Irigasi Petani tanpa irigasi Sumber: Laporan Survey Tahap II TIRTA (2016) Berdasarkan dari data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa perbandingan penghasilan bagi petani yang menggunakan atau yang terlayani jaringan irigasi lebih besar 20% dari pada petani yang belum teraliri jaringan irigasi. Berbanding lurus dengan pendapatan, petani yang terlayani jaringan irigasi juga memiliki pengeluaran biaya produksi yang lebih tinggi disbanding dengan petani yang belum terairi oleh irigasi. Perbandingan biaya produksi yang dikeluarkan antara petani yang terlayani jaringan irigasi dengan petani yang belum teraliri jaringan irigasi dapat dilihat pada gambar berikut ini. Sumber: Kabupaten Bojonegoro Dalam AngkaTahun 2015 Gambar Perbandingan pendapatan dan pengeluaran petani DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 70

82 Masyarakat di wilayah studi jaringan irigasi tersier di Kabupaten Bojonegoro mayoritas merupakan petani baik pada lahn sendiri maupun lahan sewa. Bagi para petani yang menyewa lahan untuk bercocok tanam umumnya di Kabupaten Bojonegoro dikenai biaya sewa sebesar Rp /Bau dengan asumsi 1 Bau = 0,74 Ha Sosial Budaya a. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM. Pembangunan di bidang pendidikan baik secara formal maupun non formal mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Ukuran dasar tingkat pendidikan adalah kemampuan penduduk 10 tahun ke atas untuk baca-tulis huruf latin dan atau huruf lainnya (melek huruf). Kemampuan baca-tulis merupakan kemampuan intelektual minimum karena sebagian besar informasi dan ilmu pengetahuan diperoleh melalui membaca. Angka buta huruf merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan antar wilayah, mengingat buta huruf selalu identik dengan keterbelakangan serta ketidakberdayaan yang umumnya menjadi ciri masyarakat marginal. Pada tahun 2015, masih ada sekitar 9,50 persen penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Bojonegoro yang buta huruf (belum melek huruf). Secara umum, angka buta huruf laki-laki lebih rendah dibanding angka buta huruf perempuan, yaitu 5,49 persen dibanding 13,36 persen. Sedangkan Angka buta huruf laki-laki adalah sebesar 29,12 persen, sedangkan perempuan sebesar 70,88 persen. Sumber: Kabupaten Bojonegoro Dalam AngkaTahun 2015 Gambar Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas di Kabupaten Bojonegoro yang Melek Huruf dan Buta Huruf Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 71

83 Jika dilihat partisipasi sekolah penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Bojonegoro, sebesar 15,13% sedang bersekolah, 76,23% tidak bersekolah lagi dan sebesar 8,64% persen tidak/belum pernah sekolah. Selain indikator angka buta huruf dan partisipasi sekolah, terdapat indikator lain dalam melihat faktor pendidikan suatu wilayah, yaitu pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan (ijazah tertinggi yang dimiliki) merupakan indikator pokok kualitas SDM, karena semakin tinggi ijazah yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah mencerminkan kualitas penduduk di daerah tersebut. Persentase pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Bojonegoro disajikan pada gambar di bawah ini. Sumber: Kabupaten Bojonegoro Dalam AngkaTahun 2015 Gambar Persentase Pendidikan Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 Pendidikan tertinggi di Kabupaten Bojonegoro adalah tamatan tingkat Sekolah Dasar, yaitu sebesar 36%. Pendidikan tertinggi berikutnya yang banyak ditamatkan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas adalah tingkat Sekolah Menengah Petama sebesar 23%. Penduduk di Kabupaten Bojonegoro yang tidak mempunyai ijazah terbilang cukup banyak karna memiliki persentase sebesar 20% dari total tamatan pendidikan yang ada. Fasilitas pendidikan di Kabupaten Bojonegoro dapat dikatakan sudah merata karena fasilitas pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Menengah Atas sudah terdapat di hampir semua Kecamatan. Jumlah fasilitas pendidikan disajikan pada tabel di bawah ini. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 72

84 Tabel Jumlah Fasilitas Pendidikan di Wilayah Studi Tahun 2015 No. Kecamatan TK SD SMP SMA SMK 1. Balen Trucuk Dander Kalitidu Malo Kanor Kapas Baureno Sumber : Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka 2016 b. Agama Mayoritas penduduk di area proyek beragama Islam. Selain Islam, terdapat agama lain yang dianut oleh masyarakat di area proyek, yaitu Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan lainnya. Jumlah masyarakat menurut agama disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Agama di Area Proyek Tahun 2015 No. Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya 1. Balen 70, Trucuk 44, Dander 91, Kalitidu 55, Malo 35, Kanor 65, Kapas 56, Baureno 87, Sumber : Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka 2016 Untuk menunjang kegiatan agama, terdapat fasilitas-fasilitas peribadatan, seperti masjid, mushola, dan gereja protestan. Secara rinci, jumlah fasilitas peribadatan disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 No. Kecamatan Masjid Mushola Gereja Protestan 1. Balen Trucuk Dander Kalitidu Malo Kanor 56-1 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 73

85 No. Kecamatan Masjid Mushola Gereja Protestan 7. Kapas Baureno Kabupaten Bojonegoro 1, Sumber : Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka 2016 c. Kesehatan Mortalitas Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam Kelahiran Hidup (KH) pada tahun yang sama. AKB merupakan indikator derajat kesehatan yang sangat penting karena kelompok bayi merupakan kelompok yang sangat rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Berdasarkan hasil laporan dari puskesmas dan jaringannya, pada tahun 2014 jumlah kematian bayi di Kabupaten Bojonegoro sebanyak 216 kasus atau 11,84 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi tahun 2014 lebih rendah sedikit dibandingkan dengan tahun 2013 lalu yang mencapai 11,89 per 1000 KH. Meskipun AKB di Kabupaten Bojonegoro lebih rendah dari target MDGs yaitu sebesar 23 per KH pada tahun 2015, namun ada kecenderungan untuk terus meningkat selama 6 tahun terakhir (dapat dilihat pada Gambar di bawah ini), sehingga diperlukan upaya-upaya strategis untuk menekan kenaikan Angka Kematian Bayi di Kabupaten Bojonegoro. Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Bojonegoro 2015 Gambar Angka Kematian Bayi di Kabupaten Bojonegoro DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 74

86 Sumber Air dan Sanitasi Mayoritas penduduk di Kabupaten Bojonegoro menggunakan sumber air berupa sumur bor/pompa untuk kegiatan sehari-harinya, baik itu untuk minum, memasak, maupun mandi (cuci). Selain sumur bor/pompa, sumber air kedua terbanyak yang digunakan untuk minum adalah air isi ulang. Sedangkan untuk kegiatan memasak dan mandi (cuci), sumber air kedua terbanyak yang digunakan adalah sumur tak terlindung. Sumber : Statistik Kesejahteraan Kabupaten Bojonegoro 2015 Gambar Sumber Air di Kabupaten Bojonegoro Kondisi perumahan masyarakat di wilayah studi jaringan irigasi tersier di Kabupaten Bojonegoro mayoritas memiliki rumah beton yang berdingding kayu, walaupun demikian semua warga tidak ada yang menggunakan sungai sebagai tempat MCK sehari hari. Masyarakat memiliki sarana MCK sendiri dalam rumah masing masing. Pola pengelolaan sampah Masyarakat di wilayah studi jaringan irigasi tersier di Kabupaten Bojonegoro memiliki karakteristik yang sama perihal penenganan sampah yang ditimbulkan akibat kegiatan sehari hari. Mereka semua mengelola sampah yang timbul dengan cara dibuang ke lubang tempat sampah yang ada dipekarangan, dan ketika penuh maka dibakar. Hal ini dilakukan karena masih memiliki pekarangan yang luas. Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan yang terdapat di area proyek adalah rumah sakit, puskesmas, posyandu, klinik, dan polindes. Adapun tenaga kesehatan di area proyek terbagi menjadi tenaga medis, keperawatan, kebidanan, kefarmasian, dan tenaga DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 75

87 kesehatan lainnya. Jumlah fasilitas dan tenaga kesehatan di area proyek secara rinci disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel Jumlah Fasilitas Kesehatan di Wilayah Studi Tahun 2015 No. Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Posyandu Klinik Polindes 1. Balen Trucuk Dander Kalitidu Malo Kanor Kapas Baureno Sumber : Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka 2016 Tabel Jumlah Tenaga Kesehatan di Wilayah Studi Tahun 2015 No. Kecamatan Tenaga Medis Tenaga Keperawatan Tenaga Kebidanan Tenaga Kefarmasian Tenaga Kesehatan Lainnya 1. Balen Trucuk Dander Kalitidu Malo Kanor Kapas Baureno Sumber : Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka 2016 Pola Penyebaran Penyakit Jenis penyakit yang paling banyak terdapat di Kabupaten Bojonegoro adalah penyakit Infeksi Akut Saluran Pernafasan Atas dengan persentase sebesar 23% dari total 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Bojonegoro. Secara rinci, 10 penyakit terbanyak yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro disajikan pada gambar di bawah ini. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 76

88 Gambar Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015 d. Budaya dan adat istiadat Di wilayah studi, terdapat beberapa budaya yang masih dipertahankan masyarakat hingga saat ini. Salah satu budaya tersebut adalah kegiatan gotong royong. Hampir di semua daerah jaringan irigasi, kegiatan gotong royong masih dilakukan oleh masyarakat. Selain itu kenyamanan dan kerukunan antar sesama warga masih tetap terjaga karena masyarakat yang tinggal di wilayah studi masih merupakan penduduk asli. Selain kegiatan gotong royong, di beberapa daerah jaringan irigasi juga terdapat tradisi leluhur yang secara rutin dilakukan, yaitu tradisi sedekah bumi hasil panen. Sebagai contoh, masyarakat di daerah jaringan Malo dan Sukoharjo rutin melakukannya dengan cara yang berbeda. Kegiatan sedekah bumi di daerah jaringan irigasi Malo dilakukan setelah selesai panen ke-2. Untuk di Dusun Petak, kegiatan tersebut dilakukan dengan acara wayangan, sedangkan di Dusun Ngujung dengan acara selamatan. Pada daerah jaringan irigasi Sukoharjo, kegiatan sedekah bumi dilaksanakan pada setiap bulan Agustus. Pada acara ini biasanya dilakukan dua kebiasaan yang berbeda, pertama adalah berdoa bersama di tempat yang dikeramatkan yang merupakan petilasan 1 Joko Popok. Pada petilasan ini juga terdapat pohon Randu Alas, sama seperti tempat yang dikeramatkan di desa lainnya. Acara kedua pada sedekah bumi adalah acara wayangan yang bertempat di balai Desa Sukoharjo 1 Petilasan adalah istilah yang diambil dari Bahsa Jawa (kata dasar "tilas" atau bekas) yang menunjuk pada suatu tempat yang pernah disinggahi atau didiami oleh seseorang (yang penting) DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 77

89 Tetapi ada juga daeran yang sudah tidak pernah melakukan acara tradisi sedekah bumi yaitu di daerah jaringan irigasi Pilanggede dan Piyak. Faktor budaya juga masih dijungjung tinggi oleh sebagian masyarakat di daerah studi jaringan irigasi Kabupaten Bojonegoro. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya tempat-tempat yang dikeramatkan oleh warga, semisal di wilayan jaringan Malo tepatnya di Dusun Ngujung masih terdapat tempat yang dikeramatkan, tempat tersebut berupa makam leluhur. Pada tempat ini biasanya oleh warga setempat dijadikan tempat untuk melaksanakan acara sedekah bumi setiap tahunnya. Begitupula di Dusun Petak, di dusun ini malah terdapat 2 tempat yang dikeramatkan, yaitu makam Wali Hasnawi/Kali Jaran yang letaknya di tepi sawah warga dan makam Mbah Ringin, di mana di area ini terdapat pohon asam dan pohin Randu Alas yang berukuran besar dan telah ada sejak leluhur pertama atau 7 turunan warga setempat. Sedangkan diwilayah jaringan irigasi Pilanggede, terdapat 2 tempat yang dikeramatkan yaitu Sabuk Alu letaknya di dekat sungai kecil dekat dengan persawahan, konon di tempat ini sering didatangi oleh warga dari luar daerah Pilanggede untuk mencari benda ghaib. Kedua, tempat dimana terdapat pohon Randu Alas dan juga dikala waktu tertentu sering ada warga dari luar desa yang berziarah. 3.4 Kondisi Pertanian Komoditas Pertanian a. Tanaman Pangan Lahan-lahan sawah di Kabupaten Bojonegoro dibedakan menjadi lahan sawah dengan jenis pengairan irigasi dan non rigasi. Lahan-lahan sawah yang berada di area proyek, lebih banyak yang menggunakan pengairan irigasi dibanding non irigasi. Luas lahan sawah berdasarkan jenis pengairan disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel Luas Lahan Sawah Menurut Kecamatan dan Jenis Pengairan di Kabupaten Bojonegoro (Ha), 2015 No. Kecamatan Irigasi Non Irigasi 1. Balen 4, Trucuk 1, Dander 1,522 2, Kalitidu 1, Malo 325 1, Kanor 4, DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 78

90 No. Kecamatan Irigasi Non Irigasi 7. Kapas 2, Baureno 2,348 2,065 Sumber : Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka 2016 Komoditas padi di Kabupaten Bojonegoro mayoritas mengalami peningkatan di tahun 2015, jika dibandingkan dengan tahun Hanya Kecamatan Dander dan Kalitidu yang jumlah produksi padinya mengalami penurunan. Hal ini dapat dikarenakan luas panen di Kecamatan Dander dan Kalitidu juga mengalami penurunan. Luas panen dan jumlah produksi padi di Kabupaten Bojonegoro disajikan pada Gambar Selain komoditas padi, tanaman pangan lainnya yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro adalah jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubi jalar. Luas panen dan jumlah produksi komoditas jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubi jalar disajikan pada Tabel Sumber : Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka 2016 Gambar Perbandingan luas panen dan produksi padi di wilayah studi tahun 2014 dan 2015 Tabel Luas Panen Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, Ubi Jalar Tahun 2015 No. Kecamatan Luas Panen (Ha) Jagung Kedelai Kacang Tanah Ubi Jalar Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1. Balen 40-2,247 4, Trucuk 914 4, , Dander 1,120-1,126 2, ,222 1, Kalitidu Malo 1,410 7, DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 79

91 No. Kecamatan Luas Panen (Ha) Jagung Kedelai Kacang Tanah Ubi Jalar Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 6. Kanor Kapas Baureno 586 3, Sumber : Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka 2016 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan warga di lokasi studi, pola tanam, hasil produksi, harga gabah basah, dan biaya irigasi di setiap jaringan irigasi berbeda-beda. Secara rinci, pola tanam, hasil produksi, harga gabah basah, dan biaya irigasi disajikan di setiap jaringan pada tabel di bawah ini. Tabel Pola tanam, hasil produksi, harga gabah basah, dan biaya irigasi di setiap jaringan irigasi No. Jaringan Irigasi Pola Tanam 1. Pilanggede 2 musim per tahun: April-Agustus September- Desember 1 musim pemulihan tanah 2. Malo - 2 musim per tahun - 1musim pemulihan tanah 3. Sukoharjo - 2 musim per tahun - 1 musim untuk menanam palawija (jagung) atau semangka (pola padi-padi-palawija) Hasil Produksi - Sistem tegel, 1 ha : 7 8 ton - Sistem jejer legowo, 1 ha : ± 11 ton - Dusun Ngujung : Musim ke-1: 7 8 ton Musim ke-2: 5 6 ton - Dusun Petak : Musim ke-1: 8 9 ton Musim ke-2: 6 7 ton - Musim ke-1 : 5 6 ton - Musim ke-2 : 4 5 ton - Musim ke-3 : belum terlihat hasilnya 4. Piyak - 2 musim per tahun Sistem jejer legowo, 1 ha : 7 8 ton Harga Gabah Basah Rp 3.100/Kg Rp 3.100/Kg Rp 3.700/Kg Rp 4.500/Kg Rp 3.500/Kg Biaya Layanan Pengairan 1/5 bagian dari hasil panen 1/6 bagian dari hasil panen - Musim 1 : 1/4 bagian dari hasil panen - Musim 2 : 1/5 bagian dari hasil panen - Musim 3 : 1/6 bagian dari hasil panen 1/6 bagian dari hasil panen DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 80

92 b. Perikanan Komoditas ikan dari perikanan tangkap di Kabupaten Bojonegoro hanya komoditas ikan yang berasal dari perikanan tangkap di perairan umum, sedangkan perikanan laut tidak ada. Tabel menunjukkan jumlah rumah tangga dan jumlah produksi perikanan tangkap dari perairan umum di area proyek. Tabel Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Produksi Perikanan Tangkap dari Perairan Umum, 2015 No. Kecamatan Tahun 2014 Tahun 2015 Rumah Tangga Produksi Rumah Tangga Produksi 1. Balen Trucuk Dander Kalitidu Malo Kanor Kapas Baureno Sumber : Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka 2016 Selain perikanan tangkap, perikanan budidaya juga terdapat di Kabupaten Bojonegoro. Perikanan budidaya di kolam dan sawah adalah jenis perikanan budidaya yang banyak dilakukan di Kabupaten Bojonegoro. Secara rinci, perikanan budidaya di area proyek disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Produksi Perikanan Budidaya, 2015 No. Kecamatan Kolam Rumah Tangga Produksi (Ton) Sawah Rumah Tangga Produksi (Ton) 1. Balen Trucuk Dander Kalitidu Malo Kanor Kapas Baureno Sumber : Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka 2016 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 81

93 BAB 4 DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP Pada hakekatnya pengelolaan lingkungan hidup mengandung arti pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari suatu kegiatan yang dalam hal ini adalah kegiatan pengembangan dan pengoperasian irigasi pompa tingkat tersier. Pengelolaan lingkungan hidup akan berorientasi pada upaya pengelolaan lingkungan hidup yang tepat dan dapat dioperasionalkan. Kegiatan pengembangan dan pengoperasian irigasi pompa tingkat tersier diprakirakan akan memberikan pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap terjadinya perubahan kualitas lingkungan hidup, pada komponen Fisik-kimia, Biologi maupun Sosekbud-kesmas. 4.1 Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Tahap Pra Konstruksi Perubahan Persepsi Masyarakat Perubahan persepsi masyarakat pada tahap pra konstruksi diperkirakan timbul akibat kegiatan sosialisasi rencana kegiatan pengembangan dan pembebasan lahan. Sedangkan untuk kegiatan Survei, Investigasi, dan Desain Sederhana (SID) diperkirakan tidak ada dampak yang timbul karena merupakan studi dan untuk keperluan internal. Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan pengembangan irigasi pompa tersier dilakukan untuk memberikan penjelasan terhadap kegiatan yang akan dilakukan. Pada saat ini jaringan irigasi tersebut sudah ada namun akan ditingkatkan layanannya seluas Ha di Kabupaten Bojonegoro dibagi dalam 10 jaringan irigasi, sehingga masyarakat di sekitar lokasi kegiatan umumnya sudah mengetahui adanya rencana tersebut. Walaupun demikian kegiatan sosialisasi tetap dilaksanakan untuk memperjelas rencana kegiatan pengembangan jaringan tersebut. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 82

94 Pengadaan lahan untuk pengembangan jaringan irigasi paling banyak diperuntukan untuk jaringan pipa, sedangkan jaringan semen tidak membutuhkan lahan karena hanya memperbaiki saluran yang telah ada dari saluran tanah menjadi saluran semen. Lahan yang diperlukan untuk pengembangan jaringan irigasi pipa memiliki lebar bervariasi tergantung ukuran pipa PVC nya, paling lebar 0,4 m. peletakan pipa biasanya di pinggir pematang sawah. Pengelola jaringan irigasi akan melakukan system sewa lahan untuk lahan sawah yang terkena saluran pipa irigasi. Petani dan pengelola bersepakat mengenai besaran sewa lahan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, masyarakat di sekitar pengembangan jaringan irigasi tersier telah memiliki kesepakatan dengan pengelola jaringan irigasi baik dengan kelompok GHIPPA maupun warga setempat mengenai besaran yang harus dibayarkan oleh pengelola kepada petani untuk sewa lahan tersebut. Pembayaran sewa lahan dilakukan pengelola jaringan irigasi dengan cara melakukan pemotongan biaya petani yang harus dibayarkan untuk jasa layanan irigasi sebesar sepersatunya. Semisal Bapak A tanahnya terkena jaringan irigasi, maka ketika membayar biaya layanan irigasi, yang seharusnya Bapak A bayar 1/5 dipotong menjadi 1/6 hasil panen. Potensi timbulnya perubahan persepsi masyarakan diperkirakan timbul pada kegiatan pengadaan lahan karena apabila tidak ada kesepahaman antara petani dan pengelola jaringan irigasi maka sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana pengembangan jaringan irigasi tersier akan menjadi negatif Tahap Konstruksi Kesempatan Kerja Pelaksanaan konstruksi pengembangan jaringan irigasi rencananya akan dikerjakan oleh kontraktor sehingga penerimaan tenaga kerja konnstruksi sepenuhnya merupakan hak dari kontraktor. Pengelola jaringan irigasi rencananya akan melakukan koordinasi dengan kontraktor untuk memprioritaskan tenaga kerja lokal sebagai tenaga kerja konstruksinya Perubahan Persepsi Masyarakat Perubahan persepsi masyarakat diperkirakan tibul akibat adanya kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi, penyiapan lahan, pelaksanaan pembangunan jaringan irigasi (jaringan semen batu dan jaringan pipa). Sedangkan untuk kegiatan penerimaan dan pelepasan tenaga kerja konstruksi diperkirakan tidak akan menimbulkan dampak perubahan persepsi masyarakat karena kegiatan tersebut merupakan tanggung jawab dari kontraktor kerja. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 83

95 Kegiatan pelaksanaan mobilisasi alat dan material dilakukan secara bertahap di setiap wilayah jaringan irigasi pompa tersier. Berdasarkan data pada BAB 2 diatas diketahui bahwa rata rata ritase kendaraan perhari tidak banyak hanya 2 rit/hari sehingga tidak mengganggu masyarakat. Selain itu berdasarkan wawancara dengan warga sekitar lokasi pengembangan jariangan irigasi apabila ada mobilisasi alat berat seperti backhoe, masyarakat terutama anak kecil sangat senang. Hal ini disebabkan karena para anak kecil tersebut belum pernah melihat backhoe sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut kegiatan mobilisasi alat berat dan material pengembangan jaringan irigasi pompa tersier tidak akan menyebabkan perubahan persepsi masyarakat menjadi negatif. Penyiapan lahan untuk setiap jaringan irigasi berbeda-beda karena ada 2 jenis jaringan irigasi yaitu saluran semen-batu dan pipa. Penyiapan lahan pada umumnya adalah pekerjaan membersihkan lahan yang diperlukan untuk pembangunan jaringan dari kotoran, rerumputan, semak belukar, pepohonan, tonggak-tonggak dan semua rintangan permukaan. Bedanya untuk saluran semen-batu pembersihan dan penyiapan lahan sampai dengan kedalaman 1 m dari permukaan tanah. Hasil-hasil dari pembersihan (rerumputan, semak belukar, pepohonan, tonggak-tonggak dan sampah lainnya) akan dibakar sampai habis pada lokasi yang aman, dijaga dan tidak membahayakan/merugikan lingkungan sekitarnya. Sisa pembakaran yang dipastikan tidak ada lagi api yang menyala/membara ditanam dan diurug kembali secara rapi. Kegiatan penyiapan lahan dapat menyebabkan adanya perubahan persepsi masyarakat menjadi negatif apabila kesehatan masyarakat disekitar lokasi rencana kegiatan menurun akibat gangguan asap yang dihasilkan olehpembakaran semak hasil pekerjaan penyiapan lahan Pekerjaan jaringan irigasi yang diperkirakan akan menimbulkan persepsi masyarakat yaitu ketika proses pengerukan untuk pemasangan pipa PVC. Hasil kerukan tanah dibiarkan di pinggir jalan atau persawahan dalam jangka waktu yang lama menunggu pemasangan pipa terlebih dahulu. Setelah pipa PVC terpasang baru tanah hasil kerukan tersebut dikembalikan semula. Lamanya waktu pemasangan pipa akan mempengaruhi seberapa lama tanah kerukan tersebut dikembalikan, hal ini berpengaruh terhadap perubahan persepsi masyarakat. Semakin cepat proses pengembalian tanah tersebut maka persepsi masyarakat tidak akan berubah jadi negative, sebaliknya apabila proses pemasangan pipa memakan waktu lama maka persepsi masyarakat akan berubah menjadi negatif dikarenakan tumpukan tanah tersebut mengganggu aktifitas warga. Selain itu apabila material konstruksi diletakkan dipinggir jalan dan memakan bahu jalan sehingga mengganggu aktivitas warga sehari hari maka persepsi masyarakat akan DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 84

96 berubah menjadi negatif terhadap rencana kegiatan. Hal ini dikarenakan kegiatan konstruksi dijadwalkan akan berlangsung selama 2 bulan Gangguan Lalu Lintas Kegiatan mobilisasi alat berat dan material konstruksi direncanakan akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya selama 2 bulan sehingga volume kendaraan pengangkut tidak banyak. Sesuai dengan rencana kegiatan mobilisasi diperkirakan maksimal 2 ritase per harinya, sehingga aktivitas warga tidak terganggu serta tidak memerlukan tempat penyimpanan yang luas. Berdasarkan hal tersebut dampak gangguan lalu lintas dari kegiatan konstruksi diperkirakan tidak menimbulkan dampak negatif Peningkatan Kebisingan Peningkatan kebisingan yang diperkirakan timbul akibat kegiatan mobilisasi alat berat dan material. Kegiatan mobilisasi material konstruksi disesuaikan dengan tahapan dan kebutuhannya, diperkirakan dalam dua ritase pengiriman dalam satu hari. Berdasarkan hal tersebut peningkatan kebisingan diperkirakan hanya sesaat, sehingga dampaknya kecil. Walaupun demikian perlu dilakukan pengelolaan Peningkatan Timbulan Sampah Peningkatan timbulan sampah terjadi pada kegiatan penyiapan lahan. Pada umumnya kegiatan penyiapan lahan adalah pekerjaan membersihkan lahan yang diperlukan untuk pembangunan jaringan dari kotoran kotoran. Hasil-hasil dari dari pembersihan (rerumputan, semak belukar, pepohonan, tonggak-tonggak dan sampah lainnya) akan dibakar sampai habis pada lokasi yang aman, dijaga dan tidak membahayakan/merugikan lingkungan sekitarnya Penurunan Kualitas Udara Dampak penurunan kualitas udara merupakan dampak turunan dari adanya pembakaran timbulan sampah hasil dari kegiatan penyiapan lahan. Kegiatan pembakaran ini dilakukan disuatu tempat yang jauh dari pemukimam dan hanya dilakukan satu kali setelah sampah terkumpul semua pada kegiatan konstruksi. Atas dasar tersebut maka diprediksi bahwa pembakaran sampah tidak menimbulkan peningkatan debu yang mengganggu kualitas udara di pemukiman sekitar area kegiatan pengembangan jaringan irigasi. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 85

97 Gangguan Estetika Gangguan estetika dapat terjadi akibat adanya pelaksanaan pembangunan saluran irigasi (saluran semen-batu dan saluran pipa). Jenis kegiatan pembangunan saluran irigasi diperkirakan akan menimbulkan dampak gangguan estetika dikarenakan sisa-sisa kotoran seperti timbunan tanah hasil galian, ceceran semen serta sisa sisa potongan pipa. Rencana pengembangan saluran irigasi tersier bervariasi dari panjang 300 m 1500 m, sehingga apabila sisa-sisa material hasil dari kegiatan pembangunan tidak di kelola dengan baik akan mengurangi nilai estetika lingkungan sepanjang saluran tersebut Tahap Operasi Kesempatan Kerja Pada tahap operasional, jaringan irigasi pompa tersier sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari pengelola jaringan irigasi baik itu GHIPPA maupun warga setempat. Karena sifatnya merupakan pengembangan dari jaringan irigasi yang telah ada, maka tenaga kerja pada tahap operasional adalah tenaga kerja tambahan senbagai pengatur air pada jaringan tersebut. GHIPPA maupun warga setempat memiliki cara tersendiri dalam merekrut tenaga kerja pengatur air di jaringannya, berdasarkan luas area pengembangan daerah irigasi maka pekerja yang diperlukan rata-rata 2 4 orang dan merupakan warga tempatan yang menguasai wilayah layanan pengembangan. Berdasarkan wawancara dengan petugas pembagi air jaringan irigasi eksisting, penghasilan petugas pembagi air (tenaga kerja operasional) berbeda berdasarkan pengelola jaringan irigasi. Apabila pengelolanya merupakan warga setempat maka pengatur air dibagi per wilayah, dalam satu wilayah biasanya dikelola oleh 2 5 orang dengan penghasilan antara 7% - 10% dari hasil pemasukan pembayaran jasa layanan irigasi. Sedangkan untuk jaringan irigasi yang dikelola oleh GHIPPA penentuan petugas dan besarnya upah untuk petugas pembagi air berdasarkan hasil musyawarah anggotanya Keresahan Masyarakat Keresahan masyarakat diperkirakan akan timbul dari kegiatan operasional jaringan irigasi ketika air irigasi tidak sampai ke lahannya. Apabila sawah petani tidak tergenangi air maka dimungkinkan tanaman padi tidak tumbuh secara baik sehingga hasil yang didapat akan berkurang. Selain itu keresahan masyarakat juga akan muncul ketika DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 86

98 dampak kebisingan yang ditimbulkan oleh beroperasinya pipa imbalan yang menggunakan diesel di dekat kawasan pemukiman tidak diminimalisir Perubahan Persepsi Masyarakat Perekrutan tenaga kerja operasional apabila tidak dilakukan secara transparan oleh warga setempat maupun GHIPPA selaku pengelola akan merubah persepsi masyarakat terhadap kegiatan irigasi. Perubahan persepsi masyarakat juga dapat menjadi negatif pada kegiatan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi dikarenakan tidak meratanya pasokan air ke sawah dan juga apabila terjadi kerusakan terhadap pompa sehingga tidak bisa menjamin kebutuhan air. Tetapi sebaliknya apabila sawah para petani terairi dengan lancar dan cukup maka persepsi masyarakat akan positif. Selain itu kesepakatan untuk pembayaran biaya layanan irigasi juga harus saling menguntungkan antara petani dan warga setempat. Apabila salah satu ada yang dirugikan maka persepsi akan berubah jadi negatif. Sedangkan untuk jaringan irigasi yang dikelola oleh GHIPPA penentuan biaya dan cara pembayaran layanan irigasi harus diputuskan berdasarkan musyawarah, sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda di masyarakat Peningkatan Timbulan Sampah Pemeliharaan rutin terhadap pompa menghasilkan sampah berupa bekas tempat pelumas, akan tetapi jumlahnya sangat sedikit. Pemeliharaan rutin untuk pompa biasanya dilakukan per satu musim dan rata rata untuk satu pompa biasanya memerlukan 7 liter oli, sehingga botol bekas hanya 2 buah. Sedangkan pemeliharaan saluran irigasi menghasilkan kotoran (rerumputan, semak, pepohonan, dan lain-lain) yang menghambat kelancaran saluran irigasi terutama saluran irigasi semen. Sehingga pemeliharaan saluran diperkirakan tidak akan menghasilkan banyak sampah kerena hanya daun dan ranting kecil yang jatuh dan menghambat saluran Ketersediaan Air Sungai Dampak ketersediaan air sungai merupakan dampak yang bukan disebabkan oleh operasional jaringan irigasi melainkan dampak luaran / daya dukung dari sungai yang akan mempengaruhi operasional jaringan irigasi. Pemantauan ketersediaan air dilakukan bekerjasama dengan instansi terkait (Balai PSAWS Bengawan Solo/BBWS Bengawan Solo/Dinas PU Pengairan) sehingga perlakuan pengelolaan air irigasi dapat diatur sesuai dengan ketersediaan airnya. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 87

99 Kebisingan Dampak kebisingan pada kegiatan operasional diakibatkan oleh operasional pompa imbalan diesel yang penempatannya dekat dengan perkampungan penduduk. Kebisingan yang ditimbulkan apabila tidak ditangani atau diminimalisir akan menyebabkan keresahan di masyarakat sehingga akan merubah persepsi masyarakat menjadi tidak baik terhadap kegiatan pengembangan jaringan irigasi. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 88

100 Tabel 4. 1 Ringkasan dampak lingkungan yang akan terjadi NO JENIS DAMPAK SUMBER DAMPAK BESARAN DAMPAK A TAHAP PRA KONSTRUKSI 1 Perubahan persepsi masyarakat Survei, Investigasi dan Desain Sederhana (SID) Tahap kegiatan SID berupa desk study dan pengukuran lahan diperkirakan tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup sekitar area rencana pengembangan jaringan irigasi tersier (pompa) B TAHAP KONSTRUKSI Sosialisasi Rencana Kegiatan Pengembangan Pengadaan lahan Peningkatan pelayanan jaringan irigasi eksisting, umumnya masyarakat di sekitar lokasi kegiatan sudah mengetahui adanya rencana tersebut. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan untuk memperjelas/memeratakan informasi mengenai rencana pengembangan jaringan irigasi dan peningkatan pelayanannya melalui terjaganya supply air dari sungai Bengawan Solo terutama pada musim kemarau. Pengembangan jaringan irigasi akan mencetak lahan baru. Tidak adanya kesepahaman antara petani dan pengelola jaringan irigasi (investor) dapat memunculkan persepsi negatif 1. Kesempatan kerja Rekruitment Tenaga Kerja Konstruksi Rencana pengembangan jaringan irigasi di Kabupaten Bojonegoro akan dikerjakan oleh kontraktror sehingga penerimaan tenaga kerja konstruksi sepenuhnya merupakan hak dari kontraktor. Pengelola jaringan irigasi akan melakukan koordinasi dengan kontraktor untuk memprioritaskan tenaga kerja lokal sebagai tenaga kerja konstruksinya. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 89

101 NO JENIS DAMPAK SUMBER DAMPAK BESARAN DAMPAK 2. Perubahan persepsi masyarakat Mobilisasi Material Konstruksi Kegiatan mobilisasi material konstruksi berpotensi menimbulkan persepsi negatif di masyarakat. Untuk kegiatan pengembangan jaringan irigasi di Kabupaten Bojonegoro, frekuensi rata rata kendaraan per hari ± 2 rit/hari relatif kecil, sehingga kekhawatiran munculnya persepsi negatif terkait kegiatan ini dapat ditiadakan. Penyiapan Lahan Adanya penurunan kualitas udara pada area yang akan disiapkan lahannya untuk pesawahan. Persepsi negatif masyarakat akan muncul apabila kesehatan masyarakat di sekitar lokasi rencana kegiatan menurun akibat gangguan asap yang dihasilkan oleh pembakaran semak hasil pekerjaan penyiapan lahan Pelaksanaan Pembangunan Jaringan Irigasi Jaringan saluran terbuka yang terbuat dari pasangan batu Jaringan saluran tertutup dengan menggunakan system perpipaan. Penerimaan dan Pelepasan Tenaga Kerja Konstruksi Pembuatan saluran terbuka dan tertutup untuk saluran irigasi dari mulai Intake sampai dengan pelayanan ke sawah sawah akan mengasilkan tumpukan tanah disepanjang saluran yang akan dibuat. Lamanya pengerjaan dan tidak adanya kesepakan jalur irigasi dengan masyarkat pemilik lahan akan menimbulkan perubahan persepsi negatif. Penerimaan dan pelepasan tenaga kerja konstruksi diperkirakan tidak akan menimbulkan dampak perubahan persepsi di masyarakat masyarakat karena kegiatan tersebut merupakan tanggung jawab dari kontraktor. Umumnya kontraktor dalam penerimaan tenaga kerja baik lokal maupun yang didatangkan dari luar lokasi kegiatan, membuatkan suatu kesepakatan kerja sesuai prosedur yang berlaku. hal ini untuk menghindari konflik yang akan terjadi DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 90

102 NO JENIS DAMPAK SUMBER DAMPAK BESARAN DAMPAK 3. Gangguan lalu lintas Mobilisasi Material Konstruksi Kegiatan pengembangan saluran irigasi dilaksanakan dalam kurun waktu ± 2 bulan. Tidak banyak material yang akan diangkut ke lokasi kegiatan, volume kendaraan pengangkut tidak banyak diperkirakan maksimal 2 ritase per harinya. Tidak memerlukan tempat penyimpanan yang luas karena material langsung dipasang. Dampak gangguan lalu lintas dari kegiatan ini relatif kecil dan tidak berdampak terhadap peningkatan volume laluintas. 4. Peningkatan kebisingan Mobilisasi Material Konstruksi Jumlah kendaraan yang digunakan untuk kegiatan mobilisasi material konstruksi relatif sedikit dengan frekuensi 2 ritasi/hari. Diprakirakan tidak ada peningkatan intensitas kebisingan yang signifikan, dan kalupun ada fluktuasi peningkatan intensitas kebisingan hanya terjadi sesaat. 5. Peningkatan timbulan sampah Penyiapan Lahan Sampah dari kegiatan pengembangan jaringan irigasi tersier, umumnya dihasilkan pada saat kegiatan penyiapan lahan dengan membersihkan kotoran kotoran berupa rerumputan, semak belukar, pepohonan, tonggak-tonggak dan sampah lainnya. Sampah tersebut biasanya langsung dibakar sampai habis pada lokasi yang aman, dijaga dan tidak embahayakan/merugikan lingkungan sekitarnya. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 91

103 NO JENIS DAMPAK SUMBER DAMPAK BESARAN DAMPAK 6. Penurunan kualitas udara Penyiapan Lahan Adanya pembakaran sampah hasil dari pembersihan lahan di lokasi kegiatan akan menurunkan kualitas udara berupa meningkatnya partikulat, debu dan COx, NOx dan SOx. Relatif kecilnya volume sampah yang dibakar serta rendahnya intensitas pembakaran, sebaran partikulat tidak akan meluas dan bersifat lokal (setempat). Umumnya jarak area pertanian dan permukiman penduduk relatif jauh sehingga tidak akan menggangu masyarakat sekitarnya. 7. Gangguan estetika Pelaksanaan Pembangunan Jaringan Irigasi Jaringan saluran terbuka yang terbuat dari pasangan batu Jaringan saluran tertutup dengan menggunakan system perpipaan. Rencana pengembangan saluran irigasi tersier bervariasi dari panjang 300 m 1500 m. Adanya sisa-sisa kotoran seperti timbunan tanah hasil galian, ceceran semen serta sisa sisa potongan pipa berpotensi menurunakn estetika lingkungan sepanjang saluran tersebut apabila tidak segera ditangani dengan baik. C TAHAP OPERASI 1. Kesempatan kerja Rekruitment Tenaga Kerja Operasi Tenaga kerja yang diperlukan di tahap opersional relatif sedikit kurang dari 5 orang. Peluang dan kesempatan kerja diprioritaskan untuk tenaga kerja lokal yang menguasai wilayah layanan pengembangan dan merupakan tenaga kerja tambahan sebagai pengatur air pada jaringan irigasi. Berdasarkan luas area pengembangan daerah irigasi, pekerja yang diperlukan rata-rata 2 4 orang DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 92

104 NO JENIS DAMPAK SUMBER DAMPAK BESARAN DAMPAK 2. Keresahan masyarakat Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Terganggunya pengairan lahan pertanian karena supply air irigasi yang tidak lancar dapat mengakibatkan keresahan pada pemilik lahan. Apabila terjadi secara kontinyu dan berulang berdampak pada menurunya hasil panen. Hal ini yang dikhawatirkan oleh petani. terganggunya supply air irigasi ke lahan pertanian, umumnya diakibatkan oleh adanya kerusakan pada Intake kerena adanya erosi pada dinding sungai Bengawan Solo, adanya keruskan pada pompa dan kerusakan pada jaringan distribusi air. 3. Konflik sosial Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Kesepakatan harga retribusi untuk penggunaan air irigasi Dilanggarnya kesepakatan system dan besarnya pembayaran pemakaian air oleh petani atau investor. Umumnya system pembayaran untuk retribusi penggunaan air untuk lahan pertanian antara petani dan investor disepakati dengan cara: (1) pembayaran uang tunai; (2) pembayaran dari hasil panen, dan (3) mengalokasi luasan lahan pertanian yang sudah tanam padi, apabila sudah waktunya untuk dipanen, investor yang akan mengambilnya. Kesepakatan No. 3 yang paling rawan untuk terjadinya konflik antara investor dan petani. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 93

105 NO JENIS DAMPAK SUMBER DAMPAK BESARAN DAMPAK 4. Perubahan persepsi masyarakat Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Terjaganya supply air untuk irigasi lahan pertanian akan berdampak positif terhadap munculnya persepsi di masyarakat. Perubahan persepsi masyarakat menjadi negatif akan muncul apabila sering terjadinya gangguan terhadp supply air ke lahan pertanian mereka. Operasi dan pemeliharaan system jaringan irigasi oleh pengelola (Investor) menjadi penting agar dampak positif dapat dipertahankan. Kesepakatan untuk pembayaran biaya layanan irigasi yang saling menguntungkan antara petani dan pengelola (investor) harus disepakati diawal 5. Peningkatan timbulan sampah Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Volume sampah hasil dari operasi dan pemeliharaan rutin. Pemeliharaan rutin pompa biasanya per satu musim dan rata rata untuk satu pompa biasanya memerlukan 7 liter oli, sehingga botol bekas hanya 2 buah. Sedangkan pemeliharaan saluran irigasi menghasilkan kotoran (rerumputan, semak, pepohonan, dan lain-lain) yang menghambat kelancaran saluran irigasi terutama saluran irigasi semen. Pemeliharaan saluran diperkirakan tidak akan menghasilkan banyak sampah karena hanya daun dan ranting kecil yang jatuh dan menghambat saluran. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 94

106 NO JENIS DAMPAK SUMBER DAMPAK BESARAN DAMPAK 6 Ketersediaan pasokan air untuk saluran irigasi Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Penggunaan air untuk saluran Irigasi di 11 Lokasi Kabupaten Bojonegoro. Menurunnya debit air sungai bengawan solo akan berpengaruh terhadap ketersediaan air untuk mengaliri lahan pertanian. Data Water Balance dari BBWS, menunjukkan bahwa pada saat debit minimum sungai Bengawan Solo, masih aman untuk dapat mensupply air untuk keperluan pertanian. Terganggunya pasokan air ke area pertanian sering diakibatkan oleh adanya kerusakan pada system jaringan irigasi, mulai dari Intake, Pompa. Khusus untuk Intake, karena tidak direncanakan dan dibangun dengan baik, posisi intake sering terkena erosi lereng sungai Bengawan solo, akibatnya letak Intake sering dilakukan pergeseran. 7 Kebisingan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Dampak kebisingan pada kegiatan operasional diakibatkan oleh operasional pompa imbalan diesel yang penempatannya dekat dengan perkampungan penduduk. Kebisingan yang ditimbulkan apabila tidak ditangani atau diminimalisir akan menyebabkan keresahan di masyarakat sehingga akan merubah persepsi masyarakat menjadi tidak baik terhadap kegiatan pengembangan jaringan irigasi DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 95

107 Dari hasil ringkasan dampak pada Tabel 4.1 didapat beberapa dampak yang perlu dilakukan pengelolaan dan pemantauan dari kegiatan pengembangan jaringan irigasi di Kabupaten Bojonegoro, sehingga dalam rangka mempertahankan mutu lingkungan permasalahan tersebut harus dapat diatasi dengan baik. Berdasarkan hasil evaluasi dampak potensial maka diperoleh dampak penting berdasarkan tahapan kegiatan adalah sebagai berikut: Tabel 4. 2 Dampak penting lingkungan yang akan terjadi No Jenis Dampak Sumber Dampak A TAHAP PRA KONSTRUKSI 1. Perubahan persepsi masyarakat Sosialisasi rencana kegiatan pengembangan Pengadaan lahan B TAHAP KONSTRUKSI 1. Perubahan persepsi masyarakat Mobilisasi alat dan material konstruksi Penyiapan lahan Pelaksanaan pembangunan jaringan irigasi 2. Peningkatan kebisingan Mobilisasi alat dan material konstruksi 3. Peningkatan timbulan sampah Penyiapan lahan 4. Gangguan Estetika Pelaksanaan pembangunan jaringan irigasi C TAHAP OPERASIONAL 1. Kesempatan kerja Recruitment tenaga kerja operasi 2. Keresahan masyarakat Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi 3. Konflik sosial Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi 4. Perubahan persepsi masyarakat Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi 5. Ketersediaan pasokan air untuk saluran irigasi Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi 6. Kebisingan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Matrik keterikatan dampak dari kegiatan pengembangan jaringan irigasi pompa tersier dapat dilihat pada gambar dibawah ini: DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 96

108 Gambar 4. 1 Diagram Alir Dampak Penting DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 97

109 4.2 Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan ditujukan untuk menekan atau meminimalkan dampak negatif yang terjadi dan memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan akibat kegiatan pengembangan irigasi pompa tingkat tersier. Dampak negatif dan positif yang akan terjadi perlu dikelola dengan baik, agar kualitas lingkungan yang ada berada pada kondisi keseimbangan ekosistem yang dinamis. Upaya pengelolaan lingkungan terhadap sumber penyebab dampak negatif dan positif akibat dari kegiatan pengembangan irigasi pompa tingkat tersier, ditempuh melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi-budaya dan pendekatan pelaksana/institusi, secara rinci dituangkan dalam uraian berikut: a. Pendekatan Teknologi Pendekatan teknologi berkaitan tentang efisiensi teknologi yang diterapkan serta adanya kemungkinan pengembangan lanjutan. Berdasarkan pendekatan teknologi, dampak lingkungan yang timbul akan dikelola melalui penerapan teknologi menyangkut perangkat keras dan aturan yang digunakan untuk mengalirkan dan mendistribusikan air ke semua tingkat di dalam lingkup internal proyek tersebut (mulai dari sumber air hingga lahan usaha tani). Upaya pengelolaan lingkungan melalui pendekatan teknologi: Menempatkan hasil-hasil dari pembersihan (rerumputan, semak belukar, pepohonan, tonggak-tonggak dan sampah lainnya) pada lokasi yang aman serta jauh dari pemukiman. Pemasangan lubang-lubang pembuang (drain/ Weep Hole) untuk mengurangi tekanan air setiap luas 2 m² yang terbuat dari pipa PVC Ø 2" (dua inchi) dan pada ujung pipa PVC yang tertanam di tanah dibungkus dengan ijuk dan di luar sisi ijuk dipasang kerikil yang berfungsi sebagai saringan air sehingga tidak terjadi penggerusan tanah pada bagian dalam tanggul atau pasangan batu. Pada saluran irigasi pipa, untuk mencegah terjadinya erosi di belakang pasangan, maka pada ujung pemasukan pipa diberikan filter berupa ijuk dan koral. Terkait dengan upaya untuk meminimalisir kebisingan pada operasional pompa imbalan maka dibuat rumah pompa dan genset yang dilengkapi dengan peredam kebisingan sesuai dengan standar rumah pompa. b. Pendekatan Sosial Ekonomi Dalam pendekatan sosial-ekonomi-budaya ini, peran serta masyarakat merupakan faktor penting dalam aspek pembangunan berkelanjutan. Peran serta masyarakat DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 98

110 dalam memanfaatkan dan merawat saranan dan prasarana irigasi bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah. Dalam pelaksanaannya, efektivitas dalam aspek peran serta masyarakat dan swasta tersebut sangat erat dipengaruhi oleh aspek pengaturan manajemen serta organisasi kelembagaan yang mengaturnya, dan tidak terlepas dari tanggung jawab dan kewenangannya Melalui pendekatan ini dampak lingkungan akan dikelola melalui upaya-upaya yang berorientasi kepada perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tercakup di dalam wilayah dampak dan wilayah pengelolaan lingkungan. Pengelolaan dampak lngkungan dengan pendekatan sosial ekonomi dan budaya yang ditempuh antara lain: Sedini mungkin melakukan sosialisasi rencana kegiatan proyek pada masyarakat dengan cara praktis dan sederhana agar mudah diterima oleh masyarakat Melakukan musyawarahan anggota GHIPPA dalam menentukan berapa orang yang diperlukan dalam operasional jaringan irigasi, pembagian kerjanya serta besaran insentifnya. Menanggapi dan meninadaklanjuti apabila ada keluhan/protes terhadap semua tahapan kegiatan pengembangan jaringan irigasi tersier. Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan masyarakat sekitar guna mencegah timbulnya konflik sosial. c. Pendekatan Institusional Selain kedua pendekatan tersebut diatas, pengelolaan lingkungan irigasi pompa tingkat tersier memerlukan pendekatan institusional secara lintas sektoral mengingat dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas pembangunannya mencakup berbagai komponen lingkungan, yang penanganannya melibatkan berbagai instansi pemerintah dan non-pemerintah. Disamping itu, melalui pendekatan ini juga, diupayakan optimalisasi mekanisme kerjasama antar kelembagaan, baik kelembagaan pemerintah ataupun swasta seperti himpunan petani pemakai air (HIPPA) yang akan ditempuh dalam upaya penanganan dan pengelolaan jaringan irigasi pompa tingkat tersier maupun bangunan air lainnya. Pendekatan institusi merupakan mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh pemrakarsa kegiatan dalam menanggulangi dampak penting sebagai berikut: Sosialisai rencana kegiatan dilakukan dengan melibatkan formal leader, informal leader, pemuka agama serta masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Bekerjasama dengan pemerintah desa dalam menangani bekas oli yang telah terkumpul. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 99

111 Kerjasama dengan instansi yang berkepentingan dan berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup. Kerjasama dengan instansi yang berkepentingan dan berkaitan dengan pengelolaan lingkungan serta operasional irigasi (Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum dan Balai Besar Sungai Bengawan Solo). Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup secara berkala kepada pihakpihak yang berkepentingan. 4.3 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Program pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan ditujukan untuk mencari bahan evaluasi pengelolaan yang telah dilakukan, sehingga pengelolaan yang dilakukan maksimal. Upaya pemantauan lingkungan merupakan suatu kegiatan untuk mengevaluasi dan mengontrol upaya pemantauan yang telah dilakukan dan sejauh mana hasil pemantauan yang diperoleh, apakah kualitas lingkungan menurun atau akan menjadi lebih baik. Berkaitan dengan upaya pengendalian dampak negatif yang akan terjadi akibat dari kegiatan proyek, maka upaya pemantauannya akan disusun berdasarkan tahap kegiatannya yaitu tahap pra konstruksi, konstruksi, dan operasi. Pendekatan upaya pemantauan lingkungan yang dilakukan meliputi: a. Pendekatan dimensi ruang Untuk mendapatkan hasil pemantauan yang sesuai dengan yang diharapkan, maka ditetapkan lokasi pemantauan. b. Pendekatan dimensi waktu Dalam melaksanakan pemantauan lingkungan yang bersifat dinamis, maka diperlukan pertimbangan waktu, mengingat kondisi lingkungan dapat berubah setiap waktu. c. Pendekatan azas keterpaduan Dilakukan untuk mendapatkan keterpaduan dalam perencanaan, evaluasi dan monitoring. d. Pendekatan jenis dampak Pemilihan jenis dampak yang dipantau berdasarkan hasil prediksi dampak lingkungan yang akan timbul akibat suatu aktifitas dan diadakan pengelolaan lingkungan yang telah disusun terlebih dahulu. Pemantauan lingkungan yang dilakukan mencakup dua kategori yaitu dampak negatif dan dampak positif. Adapun upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang akan dilaksanakan oleh pemrakarsa secara rinci diuraikan sebagai berikut: DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 100

112 Tabel 4. 3 Matrik Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Pengembangan dan Pengoperasian Irigasi Pompa Tingkat Tersier No Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Jenis Dampak Sumber Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Periode Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup Keterangan Tahap Pra Konstruksi 1. Perubahan persepsi masyarakat Sosialisasi rencana kegiatan pengembangan Pada saat ini jaringan irigasi tersebut sudah ada namun akan ditingkatkan layanannya sehingga masyarakat di sekitar lokasi kegiatan umumnya sudah mengetahui adanya rencana tersebut. Walaupun demikian kegiatan sosialisasi tetap dilaksanakan untuk memperjelas rencana kegiatan pengembangan jaringan tersebut Sedini mungkin melakukan sosialisasi rencana kegiatan proyek pada masyarakat dengan cara praktis dan sederhana agar mudah diterima oleh masyarakat. Sosialisai rencana kegiatan dilakukan dengan melibatkan formal leader, informal leader, pemuka agama serta masyarakat sekitar lokasi kegiatan Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Sekali sebelum tahap konstruksi berlangsung Melakukan pengamatan dan pengawasan pada saat kegiatan sosialisasi dengan cara wawancara langsung dengan tokoh masyarakat dan instansi terkait tentang rencana kegiatan Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Sekali sebelum tahap konstruksi berlangsung Instansi pelaksana: - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Pengelola HIPPA - TIRTA Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro - BBWS Bengawan Solo Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro Pengadaan lahan Lahan yang digunakan untuk pengembangan saluran irigasi berupa jaringan saluran terbuka yang terbuat dari pasangan batu dan atau jaringan saluran tertutup dengan menggunakan system perpipaan. Melakukan musyawarah dengan petani untuk menentukan besaran cara pembayaran sewa lahan yang digunakan untuk saluran irigasi pipa maupun semen Melakukan koordinasi dengan pihak pemerintahan desa apabila jaringan pengembangan irigasi melalui diatas tanah desa. Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Sekali sebelum tahap konstruksi berlangsung Melakukan wawancara langsung dengan petani dan aparat desa terkait kesesuaian harga dan cara pembayaran sewa tanah Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Sekali sebelum tahap konstruksi berlangsung Instansi pelaksana: - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Pengelola HIPPA - TIRTA Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro - BBWS Bengawan Solo Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro Tahap Konstruksi 1. Perubahan persepsi masyarakat Mobilisasi alat dan material konstruksi Kegiatan mobilisasi alat dilakukan sekali selama masa konstruksi serta mobilisasi material diperkirakan 2 rit dalam sehari selama masa konstruksi Melakukan kegiatan mobilisasi di pagi hari ketika semua warga melakukan aktivitas diluar rumah Menggunakan mobil pengangkut material yang tidak menimbulkan kebisingan (knalpot yang diubah suai) Mengusulkan kepada kontraktor untuk menggunakan tenaga kerja lokal Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap konstruksi berlangsung Melakukan pengamatan dan pengawasan pada saat kegiatanmobilisasi tenaga kerja dengan cara wawancara langsung dengan masyarakat terkait kegiatan penyiapan lahan Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap konstruksi berlangsung Instansi pelaksana: - Pengelola HIPPA - TIRTA - Kontraktor pelaksana Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 101

113 No Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Jenis Dampak Sumber Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Periode Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup Keterangan Penyiapan Lahan Adanya timbunan tanah hasil kerukan bagi jaringan yang menggunakan saluran batu (Pilanggede 800 m & Ngulanan 400 m) serta timbulnya sisa kotoran (semak, ranting dll) sepanjang jaringan di 7 wilayah Menanggapi dan meninadaklanjuti apabila ada keluhan/protes terhadap kegiatan pembakaran hasil-hasil dari pembersihan lahan Rencana lahan jaringan irigasi tersier Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama pekerjaan penyiapan lahan berlangsung Melakukan pengamatan dan pengawasan pada saat kegiatanpenyiapan lahan dengan cara wawancara langsung dengan masyarakat terkait kegiatan penyiapan lahan Rencana lahan jaringan irigasi tersier Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama pekerjaan penyiapan lahan berlangsung Instansi pelaksana: - Pengelola HIPPA - TIRTA - Kontraktor pelaksana Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro Pelaksanaan pembangunan jaringan irigasi Respon positif dari masyarakat terhadap pekerjaan pembangunan jaringan irigasi tersier dalam bentuk tidak adanya keluhan, protes, dan keberatan sampai berakhirnya pelaksanaan konstruksi Menanggapi dan meninadaklanjuti apabila ada keluhan/protes terhadap belum dirapihkannya sisa sisa material pembangunan saluran Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan masyarakat sekitar guna mencegah timbulnya konflik sosial Rencana lahan jaringan irigasi tersier Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap konstruksi berlangsung Melakukan pengamatan dan pengawasan pada saat kegiatan konstruksi dengan cara wawancara langsung dengan masyarakat terkait pelaksanaan pembangunan saluran irigasi Rencana lahan jaringan irigasi tersier Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap konstruksi berlangsung Instansi pelaksana: - Pengelola HIPPA - TIRTA - Kontraktor pelaksana Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro 2. Peningkatan Kebisingan Mobilisasi alat dan material konstruksi Kegiatan mobilisasi alat dilakukan sekali selama masa konstruksi serta mobilisasi material diperkirakan 2 rit dalam sehari selama masa konstruksi Melakukan kegiatan mobilisasi di pagi hari ketika semua warga melakukan aktivitas diluar rumah Menggunakan mobil pengangkut material yang tidak menimbulkan kebisingan (knalpot yang diubah suai) Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap konstruksi berlangsung Melakukan pengamatan dan pengawasan pada saat kegiatanmobilisasi tenaga kerja dengan cara wawancara langsung dengan masyarakat terkait kegiatan penyiapan lahan Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap konstruksi berlangsung Instansi pelaksana: - Pengelola HIPPA - TIRTA - Kontraktor pelaksana Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 102

114 No Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Jenis Dampak Sumber Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Periode Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup Keterangan 3. Peningkatan timbulan sampah Penyiapan Lahan Adanya timbunan tanah hasil kerukan bagi jaringan yang menggunakan saluran batu (Pilanggede 800 m & Ngulanan 400 m) serta timbulnya sisa kotoran (semak, ranting dll) sepanjang jaringan di 7 wilayah Menempatkan hasil-hasil dari pembersihan (rerumputan, semak belukar, pepohonan, tonggak-tonggak dan sampah lainnya) pada lokasi yang aman serta jauh dari pemukiman Membakar sampai habis hasil-hasil dari pembersihan tersebut sambil dijaga agar tidak membahayakan Memastikan tidak ada api lagi yang menyala/membara dan mengurug kembali secara rapi Rencana lahan jaringan irigasi tersier Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Satu kali setelah kegiatan penyiapan lahan berlangsung Melakukan pengamatan/observasi langsung dilapangan Rencana lahan jaringan irigasi tersier Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Satu kali setelah kegiatan penyiapan lahan berlangsung Instansi pelaksana: - Pengelola HIPPA - TIRTA - Kontraktor pelaksana Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro 4. Gangguan estetika Pelaksanaan pembangunan jaringan irigasi Adanya sisa sisa material hasil dari kegiatan pembangunan saluran irigasi sepanjang 300 m 1500 m akan mengganggu gangguan kenyamanan bagi warga ketika pergi ke sawah Memindahkan hasil galian ke lokasi yang tepat dan telah disepakati musyawaran anggota GHIPPA dan kemudian diratakan Secepatnya memasang pipa setelah pengerukan tanah sehingga tidak terlalu lama terlihat adanya tumpukan tanah Pemasangan lubang-lubang pembuang (drain/ Weep Hole) untuk mengurangi tekanan air setiap luas 2 m² yang terbuat dari pipa PVC Ø 2" (dua inchi) dan pada ujung pipa PVC yang tertanam di tanah dibungkus dengan ijuk dan di luar sisi ijuk dipasang kerikil yang berfungsi sebagai saringan air sehingga tidak terjadi penggerusan tanah pada bagian dalam tanggul atau pasangan batu. Sehingga saluran tidak gampang roboh/terkena erosi Pada saluran irigasi pipa, untuk mencegah terjadinya erosi di belakang pasangan, maka pada ujung pemasukan pipa diberikan filter berupa ijuk dan koral Rencana lahan jaringan irigasi tersier Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap konstruksi berlangsung Melakukan pengamatan/observasi langsung dilapangan Rencana lahan jaringan irigasi tersier Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap konstruksi berlangsung Instansi pelaksana: - Pengelola HIPPA - TIRTA - Kontraktor pelaksana Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro Mendokumentasikan hasil pekerjaan sebagai bahan laporan Tahap Operasi 1. Perubahan persepsi masyarakat Rekruitment tenaga kerja operasi Respon positif dari masyarakat terhadap penerimaan 2-5 orang tenaga kerja operasional jaringan irigasi tersier Bagi pengelola irigasi agar melakukan penerimaan pekerja pengatur air dengan transparan Melakukan musyawarahan anggota GHIPPA dalam menentukan berapa orang yang diperlukan dalam operasional jaringan irigasi, pembagian kerjanya serta besaran insentifnya Menanggapi dan meninadaklanjuti apabila ada keluhan/protes terhadap kinerja tenaga kerja yang ditunjuk Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Sekali selama tahap penerimaan tenaga kerja operasional berlangsung Melakukan pengamatan dengan cara wawancara langsung dengan tokoh masyarakat dan observasi lapangan Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Sekali selama tahap penerimaan tenaga kerja operasional berlangsung Instansi pelaksana: - Pengelola Irigasi (warga setempat/ghippa) Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - BBWS Bengawan Solo Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 103

115 No Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Jenis Dampak Sumber Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Periode Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup Keterangan Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi Perubahan persepsi masyarakat terhadap manajemen operasional jaringan irigasi terjadi apabila operasional jaringan irigasi tersebut tidak optimal yang disebabkan oleh pemeliharaan jaringan tidak baik. Tidak optimalnya jaringan irigasi dapat mempengaruhi hasil panen yang didapat Menanggapi dan meninadaklanjuti apabila ada keluhan/protes terhadap kegiatan operasional jaringan irigasi Melakukan monitoring dan evaluasi dari kinerja operasional jaringan irigasi tersier Kerjasama dengan instansi yang berkepentingan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup dan monitoring Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan masyarakat sekitar guna mencegah timbulnya konflik sosial Jaringan irigasi tersier Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap operasional berlangsung Melakukan pengamatan dan pengawasan pada saat kegiatan operasi dengan cara wawancara langsung dengan masyarakat terkait pelaksanaan pembangunan saluran irigasi Jaringan irigasi tersier Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap operasional berlangsung Instansi pelaksana: - Pengelola Irigasi (warga setempat/ghippa) Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - BBWS Bengawan Solo Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro 2. Keresahan masyarakat Rekruitment tenaga kerja operasi Respon positif dari masyarakat terhadap penerimaan 2-5 orang tenaga kerja operasional jaringan irigasi tersier Bagi pengelola irigasi agar melakukan penerimaan pekerja pengatur air dengan transparan Melakukan musyawarahan anggota GHIPPA dalam menentukan berapa orang yang diperlukan dalam operasional jaringan irigasi, pembagian kerjanya serta besaran insentifnya Menanggapi dan meninadaklanjuti apabila ada keluhan/protes terhadap kinerja tenaga kerja yang ditunjuk Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Sekali selama tahap penerimaan tenaga kerja operasional berlangsung Melakukan pengamatan dengan cara wawancara langsung dengan tokoh masyarakat dan observasi lapangan Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Sekali selama tahap penerimaan tenaga kerja operasional berlangsung Instansi pelaksana: - Pengelola Irigasi (warga setempat GHIPPA) Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - BBWS Bengawan Solo Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro 3. Konflik sosial Kesepakatan harga retribusi untuk penggunaan air irigasi Dilanggarnya kesepakatan system dan besarnya pembayaran pemakaian air oleh petani atau investor. Umumnya system pembayaran untuk retribusi penggunaan air untuk lahan pertanian antara petani dan investor disepakati dengan cara: (1) pembayaran uang tunai; (2) pembayaran dari hasil panen, dan (3) mengalokasi luasan lahan pertanian yang sudah tanam padi, apabila sudah waktunya untuk dipanen, investor yang akan mengambilnya. Kesepakatan No. 3 yang paling rawan untuk terjadinya konflik antara investor dan petani. Mensepakati system pembayaran penggunaan air oleh petani kepada pengelola (Investor) dan yang tidak akan bermasalah pada saat panen selesai. Jaringan irigasi tersier Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap operasi berlangsung Melakukan pengamatan/observasi langsung dilapangan Jaringan irigasi tersier Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap operasi berlangsung Instansi pelaksana: - Pengelola HIPPA - TIRTA - Kontraktor pelaksana Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 104

116 No Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Jenis Dampak Sumber Dampak Besaran Dampak Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Periode Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup Keterangan 4. Kesempatan kerja Rekruitment tenaga kerja operasi Adanya kesempatan kerja di tujuh wilayah jaringan dengan keperluan pekerja tiap jaringan antara 2 4 orang Pengelola irigasi (warga setempatghippa) memberikan informasi yang transfaran dan jelas kepada masyarakat sekitar lokasi kegiatan terkait dengan kebijakan dalam proses rekruitment dan sistem kerja yang bekerja di bidang irigasi Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Sekali selama tahap penerimaan tenaga kerja operasional berlangsung Melakukan pengamatan dengan cara wawancara langsung dengan tokoh masyarakat dan observasi lapangan Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Sekali selama tahap penerimaan tenaga kerja operasional berlangsung Instansi pelaksana: - Pengelola Irigasi (warga setempat /GHIPPA) Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - BBWS Bengawan Solo Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro 5. Ketersediaan pasokan air untuk saluran irigasi Operasional dsn pemeliharaan pompa & jaringan Penggunaan air untuk saluran Irigasi di 11 Lokasi Kabupaten Bojonegoro. Menurunnya debit air sungai bengawan solo akan berpengaruh terhadap ketersediaan air untuk mengaliri lahan pertanian. Terganggunya pasokan air ke area pertanian sering diakibatkan oleh adanya kerusakan pada system jaringan irigasi, mulai dari Intake, Pompa. Khusus untuk Intake, karena tidak direncanakan dan dibangun dengan baik, posisi intake sering terkena erosi lereng sungai Bengawan solo, akibatnya letak Intake sering dilakukan pergeseran. Melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan secara rutin dan disiplin sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan untuk semua unit mulai dari Intake, pompa dan saluran irigasi. Merevie ulang penempatan lokasi intake agar tidak selalu digeser karena terkena erosi dinding sungai Bengawan Solo Konstruksi intake dibuat sesuai dengan kondisi tanah di lokasi penempatan. Mengatur debet air oncoran sesuai dengan kebutuhan ketika level air tinggi Mengatur pengairan lokasi oncoran apabila debet air lagi kurang Kerjasama dengan instansi yang berkepentingan dan berkaitan dengan operasional irigasi (Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum dan Balai Besar Sungai Bengawan Solo) Sungai Bengawan Solo di dekat daerah Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap operasional berlangsung Melakukan pengamatan dan pengawasan pada saat kegiatan konstruksi dengan cara wawancara langsung dengan masyarakat terkait pelaksanaan pembangunan saluran irigasi Sungai Bengawan Solo di dekat daerah Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap operasional berlangsung Instansi pelaksana: - Pengelola Irigasi (warga setempat/ghippa) Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - BBWS Bengawan Solo Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro 6. Peningkatan Kebisingan Operasional dsn pemeliharaan pompa & jaringan Adanya keluhan dari masyarakat terhadap kebisingan yang dihasilkan dari operasional pompa imbalan yang penempatannya dekat dengan pemukiman Membangun rumah pompa dan genset yang dilengkapi dengan peredam kebisingan sesuai dengan standar yang berlaku Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo Selama tahap operasional berlangsung Malakukan pengamatan langsung di dekat rumah pompa imbalan yang lokasinya berdekatan dengan pemukiman Desa Pilanggede, Kec. Balen Desa Ngulanan, Kec. Dander Desa Leran & Desa Sukoharjo, Kec. Kalitidu Desa Kanten, Kec. Trucuk Desa Ngujung & Desa Kemiri, Kec. Malo 3 bulan sekali selama tahap operasional berlangsung Instansi pelaksana: - Pengelola Irigasi (warga setempat/ghippa) Instansi pengawas: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro Instansi penetrima laporan: - DLH Kab. Bojonegoro - Dinas PU SDA Kab. Bojonegoro - Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 105

117 BAB 5 JUMLAH DAN JENIS IZIN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (PPLH) YANG DIBUTUHKAN Setiap rencana kegiatan memiliki dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang tidak hanya mengkaji dampakdampak yang timbul tetapi juga melakukan pengelolaan lingkungan akibat dari dampak yang ditimbulkan (baik pada kegiatan di tahap pra konstruksi, konstruksi, dan operasional). Dalam pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan, diperlukan izin untuk melaksanakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kegiatan pengembangan irigasi pompa tingkat tersier, berdasarkan Peraturan Pemerintan Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 30 Tahun 2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi, baik dalam rencana dan operasional membutuhkan dukungan izin-izin seperti berikut: Izin prinsip alokasi air dari pemerintah Kabupaten Bojonegoro (Bupati). Izin lokasi dari pemerintah Kabupaten Bojonegoro (Bupati). Izin pemakaian air untuk irigasi dari pemerintah Kabupaten Bojonegoro (Bupati). Izin dan persetujuan desain dari pemerintah Kabupaten Bojonegoro (Bupati). Rekomendasi Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 106

118 DAFTAR PUSTAKA, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta, 2009, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup., 2012, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan., 2012, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Astirin OP, Setyawan AD, Harini M, Keragaman Plankton sebagai Indikator Kualitas Sungai di Kota Surakarta. Jurnal Biodeversitas 3(2): Cyber Extension Institut Pertanian Bogor, 2014, Peningkatan Produktivitas Dan Pengamanan Produksi Padi Di Kab. Bojonegoro Melalui Pemantapan Regulasi Pola Tanam, Gerakan Tanam Serempak Dan Teknik Jajar Legowo, Djajadiningrat, Suma T, and Harsono Amir. Penilaian Secara Cepat Sumber Sumber Pencemaran Air, Tanah dan Udara. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, DLH Kota Bojonegoro, Sungai Bengawan Solo Bojonegoro Tercemar. Diakses dari tanggal 20 November Heri Prasetyo E. W., Tarzan Purnomo, Reni Ambarwati, 2014, Kualitas Perairan Sungai Bengawan Solo di Wilayah Kabupaten Bojonegoro Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Plankton, LenteraBio Vol. 3 No. 3, September 2014: HT, Odum. EKologi SIstem: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Dadjah Mada University Press, HT, Odum, and Emil Salim. Himpunan Peraturan Perundang Undangan di Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup Edisi Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup, DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 107

119 M, Farid, Amanda W, Wahyu P Sari, Sena Pradipta, Jan Weber, and Idris Maxdoni Kamil. Pandual Penilaian AMDAL atau UKL/UPL Untuk Kegiatan Pembangunan PerumahanISBN No Jakarta: Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan KEMLH, Nontji A, 2008, Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Press : Jakarta. Nunik, 2013, Pencemaran Di Bantaran Bengawan Solo. diakases tanggal 22 November Perpustakaan Emil Salim. Himpunan Peraturan Perundang Undangan Di Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup Edisi Jakarta: Perpustakaan Emil Salim, S, Fardiaz. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius, Soegianto A, 2004, Metode Pendugaan Pencemaran Perairan dengan Indikator Biologis. Surabaya: Airlangga University Press. UNP, and WHO. Water Quality Monitoring First Ed. London: E and HJSpon, DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 108

120 LAMPIRAN DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 109

121 Lampiran 1 Surat Arahan Dokumen Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Halaman 1 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 110

122 Halaman 2 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 111

123 Lampiran 2 Hasil Laboratorium Kualitas Air Sungai Bengawan Solo DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 112

124 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 113

125 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 114

126 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 115

127 Lampiran 3 Dokumentasi Sosialisasi Kegiatan Pengembangan Irigasi Pompa Tersier di Kabupaten Bojonegoro Pendekatan Langsung Dengan Petani, Pengelola dan Pengatur Air Irigasi Pendekatan Persfektif Gender DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 116

128 Lampiran 4 Peta Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Kegiatan Pengembangan Irigasi Pompa Tersier di Kabupaten Bojonegoro DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 117

129 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 118

130 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 119

131 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 120

132 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 121

133 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 122

134 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 123

135 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 124

136 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 125

137 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 126

138 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 127

139 Lampiran 5 Berita Acara Rapat Pembahasan Dokumen UKL-UPL Kegiatan Pengembangan Irigasi Pompa Tingkat Tersier di Kabupaten Bojonegoro DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 128

140 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 129

141 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 130

142 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 131

143 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 132

144 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 133

145 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 134

146 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 135

147 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 136

148 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 137

149 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 138

150 Lampiran 6 Rekomendasi UKL-UPL Kegiatan Pengembangan Irigasi Pompa Tingkat Tersier di Kabupaten Bojonegoro DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 139

151 DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 140

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG BATAS WILAYAH KABUPATEN BOJONEGORO PROVINSI JAWA TIMUR MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG BATAS WILAYAH KABUPATEN BOJONEGORO PROVINSI JAWA TIMUR MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG BATAS WILAYAH KABUPATEN BOJONEGORO PROVINSI JAWA TIMUR MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

ADD KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2014

ADD KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2014 1 BOJONEGORO Campurejo 241.298.000,00 2 BOJONEGORO Kalirejo 226.975.000,00 3 BOJONEGORO Kauman 231.376.000,00 4 BOJONEGORO Mulyoagung 226.160.000,00 5 BOJONEGORO Pacul 251.056.000,00 6 BOJONEGORO Semanding

Lebih terperinci

Alokasi Dana Desa (ADD) Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014

Alokasi Dana Desa (ADD) Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014 Alokasi Dana Desa (ADD) Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014 KECAMATAN DESA INDUK PERUBAHAN BOJONEGORO Campurejo 241.298.000,00 606.498.000,00 BOJONEGORO Kalirejo 226.975.000,00 387.892.000,00 BOJONEGORO Kauman

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO ALOKASI DANA DESA (APBD DAN APBN) TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO ALOKASI DANA DESA (APBD DAN APBN) TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO ALOKASI DANA DESA (APBD DAN APBN) TAHUN 2017 Kecamatan Desa APBD APBN Total Bojonegoro Campurejo 420.067.000,00 770.000.600,00 1.190.067.600,00 Bojonegoro Kalirejo 397.741.000,00

Lebih terperinci

ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN ANGGARAN 2016

ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN ANGGARAN 2016 ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN ANGGARAN 2016 NO DESA KECAMATAN APBD APBN TOTAL ADD 1 Campurejo BOJONEGORO 1.003.033.400 604.666.000 1.607.699.400 2 Kalirejo BOJONEGORO 677.696.800 620.291.600

Lebih terperinci

DATA PENGALAMAN PERUSAHAAN (PENGAWASAN TEKNIS)

DATA PENGALAMAN PERUSAHAAN (PENGAWASAN TEKNIS) DATA PENGALAMAN PERUSAHAAN (PENGAWASAN TEKNIS) Nama Selesai 8 9 1 Pengawasan Rehabilitasi SDN Besah II Kec. Kasiman Sipil Dinas PU 640/289/PWS.BPG/412.34/2015 15.526.000,00 20 April 2015 17 Agustus 2015

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 DRAFT-4 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa pertanian mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

ADD KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2010

ADD KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2010 1 KEC. KOTA - DS. Campurjo 383.433.217,31 2 KEC. KOTA - DS. Kalirejo 114.016.677,82 3 KEC. KOTA - DS. Kauman 80.192.890,45 4 KEC. KOTA - DS. Mulyoagung 117.669.751,08 5 KEC. KOTA - DS. Pacul 77.239.398,70

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan Nani Heryani, telp.0251-8312760, hp 08129918252, heryani_nani@yahoo.com ABSTRAK Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

KOMPILASI LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI DAN PENGGUNAAN DANA HIBAH BAGIAN BULAN JANUARI S/D SEPTEMBER

KOMPILASI LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI DAN PENGGUNAAN DANA HIBAH BAGIAN BULAN JANUARI S/D SEPTEMBER KOMPILASI LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI DAN PENGGUNAAN DANA HIBAH BAGIAN BULAN JANUARI S/D SEPTEMBER 2017 No. NAMA PENERMA HIBAH ANGGARAN REALISASI SISA BELANJA Pemerintah Pusat 1 Hibah kepada Sub

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan sistem irigasi serta untuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan otonomi,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 4 /KEP./ /2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN PENGAMBILAN AIR TANAH

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 4 /KEP./ /2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN PENGAMBILAN AIR TANAH PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id KEPUTUSAN

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA TANAM TAHUNAN PERIODE 2014-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini krisis air merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten Rembang, yang aktifitas ekonomi didukung oleh kegiatan di sektor pertanian dan perikanan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Kedung Bondo merupakan salah satu desa yang terletak di daerah paling

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a. bahwa air mempunyai fungsi sosial dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih.

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. [Type text] [Type text] [Type tex[type text] [T KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Studi Penerapan Mekanisme Insentif

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan dan Manfaat... 8 1.4 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 28 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG TATA TANAM TAHUNAN PERIODE 2015-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI 1 / 70 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41

Lebih terperinci

DATA PENGALAMAN PERUSAHAAN (PERENCANAAN TEKNIS)

DATA PENGALAMAN PERUSAHAAN (PERENCANAAN TEKNIS) DATA PENGALAMAN PERUSAHAAN (PERENCANAAN TEKNIS) Nama Selesai Menurut 1 Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Pembangunan Sipil Dinas PU 620/006/SPK.PJ-PRC/412.34/2013 33.850.000,00 31 Januari 2013 31 Maret

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang tergolong besar di dunia. Indonesia juga termasuk dalam negara dengan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

IRIGASI AIR TANAH DALAM / IRIGASI TEKANAN/POMPA

IRIGASI AIR TANAH DALAM / IRIGASI TEKANAN/POMPA IRIGASI AIR TANAH DALAM / IRIGASI TEKANAN/POMPA IRIGASI AIR TANAH DALAM LATAR BELAKANG Kekeringan yang menyebabkan terjadinya kegagalan usaha pertanian, perkebunan, dan peternakan adalah penyebabnya. Menyadari

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen penting pendukung

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan

Lebih terperinci

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan KERANGKA ACUAN KERJA PENYUSUNAN DOKUMEN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL UPL) RENCANA PEMBANGUNAN PELABUHAN A. LATAR BELAKANG Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 31 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG TATA TANAM TAHUNAN PERIODE 2016-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010-2035. Proyeksi jumlah penduduk ini berdasarkan perhitungan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa perubahan sistem

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KRITERIA DAN SYARAT KAWASAN PERTANIAN DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan air untuk pertanian di Indonesia merupakan hal yang sangat penting, untuk tercapainya hasil panen yang di inginkan, yang merupakan salah satu program pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG 1 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KRITERIA, PERSYARATAN, DAN TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 84 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan 105 o 45 Bujur Timur dan 5

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa irigasi sebagai salah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang. Tanaman apabila kekurangan air akan menderit (stress)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi semakin pesat, banyak orang. mulai mencari berbagai produk yang dapat memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi semakin pesat, banyak orang. mulai mencari berbagai produk yang dapat memudahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi semakin pesat, banyak orang mulai mencari berbagai produk yang dapat memudahkan pekerjaan mereka. Tuntutan pekerjaan berbanding terbalik dengan

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN7 BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN DAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL KABUPATEN TULUNGAGUNG

Lebih terperinci

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang No.771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Bendungan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sumber daya air adalah merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 24 TAHUN 2009 SERI E. 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008. A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.

Lebih terperinci

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015) No. 62 /11 /94 /Th. VII, 2 November Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun (Berdasarkan Angka Ramalan II ) A. PADI Produksi padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 204.891 ton gabah kering

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia memposisikan pembangunan pertanian sebagai basis utama

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia memposisikan pembangunan pertanian sebagai basis utama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pemerintah Indonesia memposisikan pembangunan pertanian sebagai basis utama untuk menanggulangi dampak krisis ekonomi yang lebih parah lagi. Sejalan dengan

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id KEPUTUSAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id KEPUTUSAN

Lebih terperinci

Air Irigasi: Mendatangkan Kemakmuran dan Kesejahteraan Petani Rarang

Air Irigasi: Mendatangkan Kemakmuran dan Kesejahteraan Petani Rarang Air Irigasi: Mendatangkan Kemakmuran dan Kesejahteraan Petani Rarang Segala yang hidup itu dari air (QS Al Anbiya: 30). Semua makhluk hidup butuh air, jadi tiada kehidupan tanpa air. Dengan demikian kedudukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa peran sektor pertanian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan pembangunan sektor pertanian dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa irigasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung oleh ketersediaannya air yang cukup merupakan faktor fisik pendukung majunya potensi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP Menimbang : Mengingat : a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG Kajian Alternatif Penyediaan Air Baku I Wayan Mundra Hirijanto KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG I Wayan Mundra

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka menunjang ketahanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah

Lebih terperinci