BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah berbagai bentuk tulisan, karangan, gubahan, yang didominasi oleh aspek-aspek estetis. Ciri utama yang lain karya sastra adalah kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama dan modern, daerah dan nasional (Ratna, 2011:476). Berdasarkan pendapat tersebut, maka sebuah karya sastra dapat dinikmati secara lisan maupun tertulis, tercipta dari waktu yang lampau (lama) ataupun modern (baru), dan bersifat (membawa budaya) dari kedaerahan maupun ruang lingkup nasional. Hal tersebut membuktikan bahwa karya sastra merupakan sebuah karya yang tidak terbatas untuk dinikmati, kapan pun terciptanya, dan dari manapun berasal. Karya sastra merupakan sebuah karya seni yang dapat dinikmati dalam berbagai bentuk, walaupun keseluruhan bentuk menikmatinya menggunakan kemampuan imajinasi pembacanya. Mulai dari mengimajinasikannya hingga membacanya menggunakan teknik-teknik tertentu sesuai dengan jenis karya sastra tersebut. Misalnya saja sebuah novel atau cerpen, novel atau cerpen merupakan sebuah karya sastra yang dapat dinikmati menggunakan kemampuan imajinasi pembacanya untuk membayangkan sebuah kejadian di suatu tempat dengan suasana tertentu. Hal ini berbeda dengan cara menikmati sebuah karya sastra berupa puisi yang dibacakan, imajinasi pendengar ataupun penonton dibangun melalui teknik-

2 2 teknik vokal pembaca puisi. Berbeda halnya dengan sebuah naskah drama yang pembentukan imajinasi penikmatnya, berasal dari pencerminan sebuah kehidupan karya sastra dalam kehidupan nyata. Riantiarno (2011:3) mengungkapkan drama merupakan hasil seni sastra (naskah) yang ungkapannya dalam wujud teater menekankan pada kekuatan unsur suara (kata, ucapan, dialog) baik tersurat maupun tersirat. Berdasarkan pendapat tersebut, proses sebuah pementasan drama berawal dari sebuah naskah yang tergolong dalam salah satu jenis karya sastra. Drama dalam pelaksanaannya menekankan pada kekuatan komunikasi antara pemain dengan pemain lain, ataupun antara para pemain dengan penoton jika dipandang secara umum melalui etika seni pertunjukkan. Berawal dari hubungan antara drama dan naskah drama yang telah dijelaskan, dapat dipahami bahwa eksistensi sastra berada dalam lingkaran sebuah seni pertunjukan khususnya drama. Seiring berjalannya waktu, proses pengaplikasian naskah drama dalam bentuk pementasan drama semakin kurang memperhatikan nilai-nilai yang tersirat dalam sebuah naskah drama. Hal tersebut mengakibatkan makna yang sebenarnya ingin disampaikan pengarang menjadi semakin pudar, meskipun makna yang tersurat tersampaikan secara tuntas ketika dialog diperankan. Hal yang sangat disayangkan, kekurangan ini sering terjadi di lingkungan akademik. Peristiwa ini mungkin diakibatkan oleh pemahaman yang kurang mendalam tentang pengetahuan dalam teknik menganalisis sebuah karya sastra. Kekurangan pemahaman dalam menganalisis naskah drama mengakibatkan proses pementasan drama belum tuntas.

3 3 Tidak dipungkiri, bahwa makna tersirat menjadi wilayah kekuasaan penonton untuk diinterpretasikan, namun seorang pelaku drama harus memahami secara utuh tentang isi maupun kandungan makna dalam sebuah naskah drama. Pemahaman ini digunakan untuk memberi ruang yang lebih spesifik bagi penonton dalam menginterpretasikan sebuah pementasan drama. Sesuai dengan penjelasan di atas, maka penggarapan naskah drama harus menggunakan teknik analisis naskah demi mendapat keutuhan makna secara tersurat maupun tersirat. Sobur (2006:141) menyatakan bahwa dimensi ruang dan waktu dalam sebuah cerita rekaan (karya sastra) mengandung tabiat tanda-menanda yang menyiratkan makna semiotika. Dari dua tataran antara mimetik dan semiotik (atau tataran kebahasaan dan mitis) sebuah karya sastra menemukan keutuhannya untuk dipahami dan dihayati. Hal ini membuktikan bahwa disiplin ilmu semiotik yang pada dasarnya sebagai ilmu tanda, dapat digunakan untuk menganalisis sebuah karya sastra. Karena kehidupan nyata dan kehidupan rekaan dalam sebuah karya sastra mempunyai satukesatuan yang utuh dan saling berkaitan. Merujuk pendapat di atas, pada dasarnya jika diperhatikan secara seksama, sebuah naskah drama berbentuk dialog. Dialog tersebut menguatkan komunikasi secara verbal dan tak verbal terjadi di dalamnya. Komunikasi yang terjadi inilah akan menjadi penghubung antara ilmu kebahasaan dalam hal ini adalah semiotik dan sebuah karya sastra (naskah drama) sebagai pokok penelitian. Beradasarkan teori atau pendapat yang menghubungkan antara sastra (karya sastra) dan semiotika, maka ilmu semiotik dipilih sebagai pisau bedah atau media

4 4 analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini. Hal tersebut bertujuan untuk mengungkapkan makna tersirat yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya. Peirce (dalam Sobur, 2006:41-42), mengklasifikasikan tanda menurut objeknya menjadi tiga yaitu, ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara petandanya bersifat alamiah. Indeks adalah hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya, yang mempunyai sifat arbitrer atau semena-mena. Berdasarkan pada penjelasan tersebut, perpektif Charles Sanders Peirce menunjukkan bahwa karya sastra dan semiotika mempunyai kesinambungan dalam menerjemahkan makna tersurat dan tersirat. Melalui penjelasan sebelumnya telah diterangkan bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan makna tersirat dalam sebuah naskah drama yang termasuk dari bagian karya sastra. Ketika dipahami dengan seksama dan jika dipandang melalui klasifikasi tanda menurut objeknya yang dijabarkan oleh Charles Sanders Peirce, naskah drama mempunyai keutuhan dari ketiga klasifikasi tersebut, yaitu naskah drama dapat mencerminkan sebuah ikon, naskah drama berisikan tentang indeks, dan naskah drama menyimpan sebuah simbol. Naskah drama mempunyai jenis yang berbeda dari jenis karya sastra lain. Diperhatikan dari bentuk fisiknya, naskah drama mempunyai beberapa bagian, yaitu judul, prolog (kalimat pembuka atau pengantar cerita), dialog (pembicaraan atau komunikasi dalam naskah drama), autodirector/kramagung (pembimbing gerak, gesture, atau lakuan), adegan (bagian dari babak/implementasi/perwujudan dari tiap

5 5 dialog), babak (bagian dari keseluruhan naskah drama), dan epilog (kalimat penutup atau penutup cerita). Sebagai sebuah karya sastra bagian-bagian fisik dari naskah drama mempunyai hubungan yang sangat erat dengan unsur pembangun karya satra, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Berawal dari bentuk fisik naskah drama, unsur pembangun karya sastra akan dapat ditentukan. Hubungan antara bentuk fisik sebagai unsur pembangun karya sastra, dapat ditemukan dengan menginterpretasi makna tersirat dari masing-masing bentuk fisik sebuah naskah drama. Interpretasi dalam penelitian ini akan menggunakan teori semiotik yang telah dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce. Alasan penelitian ini menggunakan teori tersebut adalah, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, naskah drama memiliki satu kesatuan dengan klasifikasi tanda menurut objeknya yang telah dicetuskan oleh Charles Sanders Peirce. Aminuddin (dalam Sobur, 2006:159), menjelaskan bahwa semiotika memiliki hubungan asosiatif dengan gagasan atau referensi serta referen atau dunia acuan. Berdasarkan pendapat tersebut, kajian semiotika memerlukan referen atau acuan dalam proses interpretasi ikon dan simbol. Penelitian ini menggunakan stratifikasi sosial yang merupakan bagian dari disiplin ilmu sosiologi sebagai acuan untuk menginterpretasi ikon dan simbol. Digunakannya stratifikasi sosial sebagai acuan untuk interpretasi berdasarkan pada makna tersurat yang disampaikan oleh naskah drama RT 0 RW 0 karya iwan Simatupang sebagai bahan analisis penelitian ini. Sedangkan untuk interpretasi indeks, penelitian ini tidak menggunakan konteks acuan dalam bentuk apapun. Hal tersebut disebabkan karena definisi indeks yang

6 6 menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petanda yang saling berkaitan berdasarkan hukum sebab akibat. Naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatupang yang ditulis pada tahun 1966 adalah sebuah naskah drama yang menceritakan sebuah kehidupan keseharian di kolong jembatan di sebuah kota besar. Jalan cerita dalam naskah drama RT 0 RW 0 ini dibawakan oleh enam tokoh yang hampir keseluruhannya hidup sebagai gelandangan. Keenam tokoh ini adalah (1) Kakek; (2) Pincang; (3) Ani; (4) Ina; (5) Bopeng; dan (6) Ati. Naskah drama ini menceritakan semangat hidup dari gelandangan yang mempunyai harapan untuk hidup lebih baik di kemudian hari. Hingga pada akhirnya, penantian mereka terjawab dengan munculnya sebuah kesempatan untuk mengubah nasib. Agustina (2013), berpendapat bahwa karya sastra Iwan Simatupang yang berjudul RT 0 RW 0 merupakan karya sastra yang mempunyai daya tarik tersendiri. Daya tarik yang bisa dilihat secara langsung, terletak pada judulnya RT 0 RW 0 hal ini sarat dengan muatan semiotika. Kemudian dari latar belakang pengarang yang menyebut dirinya sebagai manusia marjinal, maka karya sastra RT 0 RW 0 mempunyai muatan yang mampu merangkum pola pikir pengarang dalam menanggapi keadaan sosial yang tercermin dalam karyanya. Penelitian ini juga dibekali beberapa pengalaman secara langsung saat proses produksi pementasan naskah drama RT 0 RW 0, naskah ini mempunyai setting atau latar yang menarik yaitu di kolong jembatan.

7 7 Daya tarik dari naskah drama yang dikemukakan oleh Marinda Agustina melalui artikelnya, layak menjadi faktor pendukung untuk memilih naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan simatupang untuk menjadi bahan analisis dalam penelitian ini. Pemilihan naskah drama RT 0 RW 0 ini juga melalui proses diskusi dalam ruang lingkup mahasiswa yang aktif di kegiatan teater di Universitas Muhammadiyah Malang. Diskusi yang dilakukan pada tanggal 9 September 2013, menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa naskah drama RT 0 RW 0 ini menyimpan pikiran-pikiran Iwan Simatupang tentang kehidupan sosial yang tersisihkan. Bentuk pikiran Iwan Simatupang, dipahami dalam diskusi ini melalui kalimat yang diucapkan oleh setiap tokoh di dalam naskah tersebut. Berbekal nilai-nilai yang menarik pada naskah drama RT 0 RW 0, penelitian ini menggunakan naskah tersebut dengan alasan: (1) banyaknya nilai-nilai semiotika yang terkandung di dalamnya; (2) ditinjau dari isinya, naskah drama RT 0 RW 0 mempunyai makna tersirat yang ingin lebih ditonjolkan pengarang namun disampaikan melalui makna tersurat; (3) secara keseluruhan, naskah ini berisi tentang protes atas kehidupan dalam ruang lingkup yang luas dan menarik untuk diteliti. Melalui beberapa penjelasan tentang segi positif ataupun daya tarik naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatupang, maka penelitian naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatupang menggunakan teori semiotik perlu dilakukan. Penelitian ini merupakan kerja kritik sastra untuk mengapresiasi sebuah karya sastra dan menegaskan bahwa karya sastra merupakan cermin proses sosial.

8 8 Adapun penelitian lain yang membahas tentang kajian semiotika pada sebuah karya sastra, berjudul Kajian Semiotika dalam novel Jentera Bianglala karya Ahmad Tohari yang dilakukan oleh Muhammad Ali Imron (Universitas Muhammadiyah Malang: 2007). Penelitian ini lebih menekankan pada interpretasi kedudukan lambang sebagai representatif nilai-nilai kekuasaan yang terkandung dalam novel Jentera Bianglala karya Ahmad Tohari. Penelitian yang berjudul Kajian Semiotika Naskah Drama RT 0 RW 0 Karya Iwan Simatupang ini mempunyai banyak perbedaan dengan penelitian terdahulu yang menggunakan teori semiotika. Perbedaan tersebut terletak pada: 1) subjek yang digunakan sebagai sumber penelitian, belum pernah digunakan sebagai sumber penelitian lain meskipun dengan teori yang berbeda; 2) teori semiotika yang digunakan dalam penelitian ini membahas secara menyeluruh menurut klasifikasi tanda yang terbagi atas objeknya yaitu ikon, indeks, dan simbol; 3) konteks acuan stratifikasi sosial sebagai batasan interpretasi ikon dan simbol dalam penelitian ini, belum pernah digunakan dalam penelitian lain yang menggunakan semiotika sebagai media kajian karya sastra. Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dijabarkan, maka penelitian dengan judul "Kajian Semioatika dalam Naskah Drama RT 0 RW 0 Karya Iwan Simatupang, perlu dilakukan.

9 9 1.2 Jangkauan Masalah Semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki segala bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana tanda-tanda signs dan berdasarkan pada (sign system/code) sistem tanda (Segers dalam Sobur, 2006:16). Semiotika memiliki ruang lingkup yang luas, di dalamnya terdapat beberapa teori yang merupakan awal dari perkembangan ilmu ini. Tokoh Semiotika dunia adalah Ferdinand De Saussure dan Charles Sander Peirce. Di dalam bukunya (Semiotika Komunikasi), Sobur mengungkapkan bahwa kedua tokoh ini memiliki ruang kontradiksi yang secara historis dibangun di antara dua kubu semiotika. Sobur mengungkapkan bahwasanya, pembacaan mendalam terhadap Saussure dan Peirce justru memperlihatkan bahwa kedua tokoh semiotika ini sesungguhnya tidak saling berseteru, melainkan saling mengisi dan melengkapi. Semiotika signifikasi (semiotic of signification) yang identik dengan Saussure dan semiotika komunikasi (semiotik of communication) yang identik dengan Peirce, dengan demikian, tidak merupakan sebuah oposisi biner, melainkan sebuah totalitas teori bahasa yang saling menghidupi. Berdasarkan pemahaman dalam penelitian ini, bahwa sebuah karya sastra dalam hal ini RT 0 RW 0, adalah bentuk komunikasi dari seorang penulis kepada pembacanya yang isinya berupa komunikasi antara tokoh, maka penelitian ini menggunakan teori Charles Sander Peirce tentang semiotika sebagai acuan untuk menganalisis naskah drama RT 0 RW 0. Peirce (dalam Sobur, 2006:41) berdasarkan objeknya, membagi tanda atas ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara

10 10 penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat atau, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas adalah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut sebagai simbol. Jadi, simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer atau semena-mena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Contohnya saja, warna memiliki makna tertentu. Berdasarkan luasnya ruang lingkup pembahasan semiotika, maka penelitian ini berkonsentrasi hanya pada pemaknaan ikon, indeks, dan simbol yang terkandung dalam naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatupang. Sebuah naskah drama, pada dasarnya memiliki jangkauan yang cukup luas pula dalam pembahasannya. Sebab, sebuah karya sastra (naskah drama) merupakan sebuah struktur yang terdiri dari bermacam-macam unsur pembentuk struktur (pradopo, 2002:21). Struktur dalam karya sastra pada umumnya terbagi menjadi dua unsur yaitu, 1) unsur intrinsik dan 2) unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur pembangun sebuah karya sastra yang berasal dari dalam diri sastrawan. Sedangkan, unsur ekstrinsik merupakan unsur pembangun sebuah karya sastra yang berasal dari luar dan mempengaruhi seorang sastrawan dalam menciptakan karyanya. Dalam

11 11 penelitian ini, tidak ada pembahasan tentang unsur ekstrinsik sebab, unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berkaitan secara langsung oleh pengarang dan pengarang sendiri dalam hal ini Iwan Simtupang telah meninggal. Hal ini menyebabkan ketidak lengkapan data jika dikaitkan dengan perspektif semiotik dalam ruang lingkup penelitian ini Teori yang diungkapkan oleh Peirce jika diproyeksikan kepada naskah drama akan menjelaskan naskah drama dapat mencerminkan sebuah ikon, naskah drama berisikan tentang indeks, dan naskah drama dapat menjadi sebuah simbol. Naskah drama dapat mencerminkan sebuah ikon, persepsi tersebut berdasarkan pada analogi bahwa dalam naskah drama mempunyai suatu daya tarik tertentu yang dapat menjadi identitas atau sesuatu yang mewakili dari konteks tertentu sesuai dengan isi yang disampaikan naskah drama tersebut. Letak pembahasan ikon dalam penelitian ini hanya berkonsentrasi pada latar (setting) dan propeti (property) yang digunakan dalam naskah drama RT 0 RW 0. Hal tersebut mempunyai alasan, latar dan properti dalam naskah drama RT 0 RW 0 mampu memberi ruang yang lebih akurat untuk mengungkapkan wujud ikon dibanding dengan unsur instrinsik lain jika ditinjau dari deskripsi ikon dalam semiotika. Naskah drama berisikan tentang indeks, merujuk pada definisi indeks bahwa hubungan tanda dan petandanya tidak terlepas dari hubungan sebab akibat, jika perspektif tersebut digunakan pada sebuah naskah drama maka, sebuah naskah drama menyampaikan cerita menggunakan hubungan sebab akibat. Hal tersebut dapat dipahami melalui bentuk fisik naskah drama berupa dialog-dialog setiap tokoh dan

12 12 kramagung (autodirector) yang saling berkaitan dan membentuk sebuah jalan cerita. Berdasarkan keterkaitan antara indeks dan hubungan dialog, maka perspektif indeks dalam semiotika pada penelitian, ini dibatasi pembahasannya hanya pada dialog dan kramagung (autodirector). Naskah drama menyimpan sebuah simbol. Hubungan sebab akibat dalam sebuah naskah drama jika dipahami dengan seksama mengangkat sebuah kesepakatan yang terjadi di ruang lingkup masyarakat. Simbol yang terdapat dalam sebuah naskah drama dapat ditemukan dari kandungan isi dialog setiap tokoh. Berdasarkan keterkaitan antara simbol dan hubungan dialog, maka perspektif simbol dalam semiotika pada penelitian, dibatasi pembahasannya hanya pada dialog dan kramagung (autodirector). Penelitian yang berporos pada disiplin ilmu semiotika ini, menggunakan ruang yang lebih spesifik dalam kerja interpretasinya. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan nilai-nilai semiotika tidak meluas dalam mengartikan ikon dan simbol. Ruang interpretasi dalam penelitian ini menggunakan koridor stratifikasi sosial. Alasan digunakannya stratifikasi sosial sebagai ruang interpretasi dikarenakan isi dari cerita di dalam naskah drama RT 0 RW 0 merupakan perjuangan kaum gelandangan yang masih mempunyai cita-cita untuk meraih kehidupan yang lebih baik jika ditinjau secara sekilas. Koridor stratifikasi sosial dalam penelitian ini, tidak digunakan untuk proses interpretasi indeks. Hal tersebut disebabkan karena definisi indeks yang menyatakan bahwa penghubung penanda dan petandanya berlandaskan

13 13 pada hukum sebab akibat. Interpretasi indeks dalam penelitian ini berkonsentrasi pada keberadaan dialog dan kramagung sebagai pembangun jalan cerita. Kesimpulan dari jangkauan masalah ini, melahirkan sebuah batasan masalah. Pembatasan masalah penelitian ini terdapat pada teori semiotik dalam perspektif Charles Sanders Peirce yang telah diklasifikasikan menurut objeknya yaitu ikon, indeks, dan simbol. Klasifikasi yang telah ditunjukkan oleh Charles Sanders Peirce inilah yang pada akhirnya menjadi tolak balik dalam menganalisis bentuk fisik dan struktur (intrinsik (latar/setting)) yang terdapat pada karya sastra naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatupang dalam koridor stratifikasi sosial kecuali pembahasan indeks dalam penelitian. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan jangkauan masalah diatas, maka menghasilkan beberapa pertanyaan untuk memperjelas fokus penelitian, yaitu : 1) Bagaimana ikon yang ditunjukkan pada latar (setting) dan properti (property) dalam naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatupang? 2) Bagaimana indeks yang terdapat dalam hubungan antar dialog tokoh beserta kramagung/autodirector (pembimbing gesture, gerak, maupun lakuan) dalam naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatupang? 3) Bagaimana simbol-simbol yang terdapat dalam dialog tokoh beserta kramagung/ autodirector (pembimbing gesture, gerak, maupun lakuan) dalam naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatupang?

14 Tujuan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh deskripsi tentang : 1) Ikon yang ditunjukkan Iwan Simatupang melalui (latar dan properti) dalam naskah drama RT 0 RW 0 ; 2) Indeks yang terdapat dalam hubungan antar dialog tokoh beserta kramagung/autodirector (pembimbing gesture, gerak, maupun lakuan) dalam naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatupang; 3) Makna simbol-simbol yang terdapat dalam dialog tokoh beserta kramagung/ autodirector (pembimbing gesture, gerak, maupun lakuan) dalam naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatupang. 1.5 Manfaat Dalam penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain : Manfaat Teoretis : Memberikan landasan pengetahuan tentang naskah drama realis yang tidak hanya menampilkan gambaran kehidupan secara tersurat, namun juga tersirat jika mempunyai keinginan untuk melihat lebih dalam menggunakan analisis semiotika Manfaat Praktis : Secara praktis manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut;

15 15 1) Penikmat karya sastra (naskah drama) Memberikan pemahaman yang konverhensif terhadap sebuah kajian semiotika pada naskah drama, bahwa di dalam naskah drama menyimpan nilai-nilai semiotika yang patut dipahami guna menemukan makna tersirat yang sesungguhnya ingin disampaikan kepada masyarakat 2) Peneliti lain Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti lain yang akan mengkaji naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatupang dengan menggunakan teori yang berbeda atau menambahkan teori yang telah digunakan. 1.6 Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini diperlukan untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran terdapat istilah-istilah yang digunakan, maka perlu adanya definisi operasional. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperoleh kesamaan pengertian terhadap istilah yang digunakan. Definisi yang dimaksud antara lain; 1) Semiotika Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda tanda. 2) Ikon Ikon merupakan tanda yang hubungan antara penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah, atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.

16 16 3) Indeks Indeks merupakan tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah tanda dan petanda yang besifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang mengacu pada kenyataan. 4) Simbol Simbol merupakan tanda yang representatemannya merujuk kepada objek tertentu tanpa motivasi 5) Stratifikasi Sosial Stratifikasi sosial merupakan suatu pola budaya yang secara sosial diterima, dimana ditetapkan anggota-anggota masyarakat di dalam posisi dan status tertentu. 6) Kramagung/ autodirector Kramagung/ autodirector merupakan petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh. Dalam naskah drama, kramagung dituliskan dalam tanda kurung (biasanya dicetak miring) 7) RT 0 RW 0 RT 0 RW 0 merupakan sebuah naskah drama yang menceritakan sebuah kehidupan keseharian di kolong jembatan di sebuah kota besar. Jalan cerita dalam naskah drama RT 0 RW 0 ini dibawakan oleh enam tokoh yang hampir keseluruhannya hidup sebagai gelandangan. Keenam tokoh ini antara lain; Kakek, Pincang, Ani, Ina, Bopeng dan Ati. Naskah drama ini menceritakan semangat hidup dari gelandangan yang mempunyai harapan untuk hidup lebih baik dikemudian hari.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai seni pertunjukan, akan tetapi berlanjut dengan menunjukan fungsinya dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Type Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan yaitu untuk mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan budaya patriarki yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah hasil seni kreatif manusia yang menampilkan gambaran tentang kehidupan manusia, menggunakan seni bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra merupakan penjelasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pengkajian pendekatan analisis semiotik. Dengan jenis penelitian kualiatif, yaitu metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa sangat beragam dan memiliki kekhasan yang berbeda-beda. Salah satu. rubrik yang ada di dalam media Jawa Pos adalah Clekit.

BAB I PENDAHULUAN. massa sangat beragam dan memiliki kekhasan yang berbeda-beda. Salah satu. rubrik yang ada di dalam media Jawa Pos adalah Clekit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan bagian yang tidak terpisahkan di dalam masyarakat. Media massa merupakan bagian yang penting dalam memberikan informasi dan pengetahuan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak sekadar merealisasikan kata-kata, melainkan dengan sendirinya kata-kata itu mengandung

BAB I PENDAHULUAN. tidak sekadar merealisasikan kata-kata, melainkan dengan sendirinya kata-kata itu mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah proyeksi kenyataan yang diramu dengan menggunakan daya imajinasi pengarang dan disampaikan melalui media bahasa. Dalam wujudnya, bahasa tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah seni yang banyak memanfaatkan simbol atau tanda untuk mengungkapkan dunia bawah sadar agar kelihatan nyata dan lebih jelas, pengarang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Kritis Penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media dan pada akhirnya informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai

Lebih terperinci

Kajian Semiotika dalam. Naskah Drama. RT 0 RW 0 Karya Iwan Simatupang

Kajian Semiotika dalam. Naskah Drama. RT 0 RW 0 Karya Iwan Simatupang Kajian Semiotika dalam Naskah Drama RT 0 RW 0 Karya Iwan Simatupang SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh NUVANGGIT

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengajaran sastra di SMA, SMK dan sederajat selalu mendapatkan banyak perhatian. Pembicaraan masalah pengajaran sastra sudah sering dimuat di berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini peneliti ingin menggunakan sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis

Lebih terperinci

MAKSUD DAN TUJUAN. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak.

MAKSUD DAN TUJUAN. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak. ANALISIS SEMIOTIKA MAKSUD DAN TUJUAN Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak. Menganalisis sajak itu bertujuan memahami makna sajak SEMIOTIKA TOKOH SEMIOTIKA XXX PUISI

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk mendapatkan informasi terkini, wawasan maupun hiburan. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menhadi objek penelitian ialah tokoh. Tokoh merupakan satu bagian

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menhadi objek penelitian ialah tokoh. Tokoh merupakan satu bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra ialah proyeksi kenyataan yang diramu dengan menggunakan daya imajinasi pengarang dan disampaikan melalui media bahasa dan mengandung unsur-unsur yang membentuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi seseorang yang berasal dari pengalaman, pemikiran, perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi seseorang yang berasal dari pengalaman, pemikiran, perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi seseorang yang berasal dari pengalaman, pemikiran, perasaan yang dituangkan dalam bentuk bahasa dan dilukiskan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma konstruktifitis dapat dijelaskan melalui empat dimensi seperti diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: 1. Ontologis: relativism, realitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang dituangkan dalam bahasa. Kegiatan sastra merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya.

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni lukis merupakan bagian dari seni rupa yang objek penggambarannya bisa dilakukan pada media batu atau tembok, kertas, kanvas, dan kebanyakan pelukis memilih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode merupakan alat pemecah masalah, mencapai suatu tujuan atau untuk mendapatkan sebuah penyelesaian. Dalam metode terkandung teknik yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sedalam dalamnya melalui pengumpulan data sedalam dalamnya.riset ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sedalam dalamnya melalui pengumpulan data sedalam dalamnya.riset ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualtatif.penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma berpikir dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme yang memandang bahwa kehidupan sosial bukanlah sebuah realita yang natural akan tetapi hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paragdima Sebuah tontonan akan menjadi daya tarik tersendiri jika memiliki jalan cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

tersebut misalnya drama, cerpen, puisi, dan novel (Waluyo dan Soliman, oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal

tersebut misalnya drama, cerpen, puisi, dan novel (Waluyo dan Soliman, oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya imajinasi yang menggambarkan kehidupan bermasyarakat yang dapat dinikmati, dipahami, dan dapat dimanfaatkan oleh kalangan masyarakat. Hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, budaya adalah hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan nilai. Semakin banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk dari hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai seni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan

Lebih terperinci

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi semiotika Modul ke: Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi Fakultas 13Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalakan lampu sen bagian kanan yang berarti memberikan isyarat atau tanda

BAB I PENDAHULUAN. menyalakan lampu sen bagian kanan yang berarti memberikan isyarat atau tanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika seorang wasit meniup peluit, para pemain sepak bola bergegas memulai pertandingan. Perbuatan meniup peluit di sini diartikan sebagai tanda untuk memulai pertandingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU. THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU. Sinar Ilfat Nursal Hakim Charlina sinarilfat@ymail.com 0853555523813 Education of Indonesian Language and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sarana bagi seorang pengarang untuk menyampaikan suatu pemikiran atau gagasan berdasarkan problem-problem sosial yang terjadi di lingkungan

Lebih terperinci

Atikah Anindyarini Yuwono Suhartanto

Atikah Anindyarini Yuwono Suhartanto Atikah Anindyarini Yuwono Suhartanto Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Hak Cipta Buku ini dibeli Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika Nama : M. Teguh Alfianto Tugas : Semiotika (resume) NIM : D2C 307031 S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip Semiotika Kajian komunikasi saat ini telah membedakan dua jenis semiotikan, yakni semiotika komunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu, pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni yang kolektif, pertunjukan drama memiliki proses kreatifitas yang bertujuan agar dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif disini dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial selalu berbahasa. Bahasa senantiasa digunakan manusia dalam komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang

Lebih terperinci

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. semiotika Modul ke: Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. Fakultas 12Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pada hasil temuan penelitian dan analisis data mengenai struktur, pandangan dunia pengarang, struktur sosial pengarang, nilai edukatif, dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh

Lebih terperinci

Semiotika, Tanda dan Makna

Semiotika, Tanda dan Makna Modul 8 Semiotika, Tanda dan Makna Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami jenis-jenis semiotika. 8.1. Tiga Pendekatan Semiotika Berkenaan dengan studi semiotik pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini difokuskan pada aspek pendidikan (pesan) yang disampaikan pengarang melalui karya-karyanya dengan menggunakan kajian semiotika. Adapun subjek penelitiannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA.

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA. Pembelajaran menulis cerpen dituangkan dalam dua Standar Kompetensi (1) mengungkapkan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebuah imitasi. Karya sastra merupakan bentuk dari hasil sebuah kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebuah imitasi. Karya sastra merupakan bentuk dari hasil sebuah kreativitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi. Karya sastra merupakan bentuk dari hasil sebuah kreativitas imajinatif, pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film selain sebagai alat untuk mencurahkan ekspresi bagi penciptanya, juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya visualnya yang didukung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam hal ini penulis ingin mengetahui bagaimana nilai pendidikan pada film Batas. Dalam paradigma ini saya menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.

Lebih terperinci

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) 271 33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Sifat penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk konkret yang membangkitkan pesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci