SISTEM TV ANALOG BERWARNA DAN PROPAGASI GELOMBANG RADIONYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM TV ANALOG BERWARNA DAN PROPAGASI GELOMBANG RADIONYA"

Transkripsi

1 SISTEM TV ANALOG BERWARNA DAN PROPAGASI GELOMBANG RADIONYA ILHAM MAULANA D FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2015

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga makalah Sistem TV Analog Berwarna dan Propagasi Gelombang Radionya dapat terselesaikan. Walaupun dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kendala yang menghambat penyusunannya. Namun berkat kerja sama, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi. Makalah ini disusun sebagai penunjang terhadap nilai akhir yang didapat. Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen, teman-teman, serta pihak-pihak lainnya yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini yang tidak sempat disebutkan. Saya selaku penyusun makalah ini menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu dan masih dalam tahapan proses pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan. Walaupun demikian, saya tetap berharap makalah TV Analog Berwarna dan Propagasi Gelombang Radionya ini dapat memberi manfaat. Amin. Gowa, Mei 2015 Penyusun

3 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Kata pengantar... ii Daftar isi... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II PEMBAHASAN... 3 BAB III IMPLEMANTASI FLOWCHART BAB IV PENUTUP DAFTAR PUSTAKA... 48

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar. Pada masa awal perkembangannya, televisi menggunakan gabungan teknologi optik, mekanik, dan elektronik untuk merekam, menampilkan, dan menyiarkan gambar visual. Bagaimanapun, pada akhir 1920-an, sistem pertelevisian yang hanya menggunakan teknologi optik dan elektronik saja telah dikembangkan, dimana semua sistem televisi modern menerapkan teknologi ini. Walaupun sistem mekanik akhirnya tidak lagi digunakan, pengetahuan yang didapat dari pengembangan sistem elektromekanis sangatlah penting dalam pengembangan sistem televisi elektronik penuh. Kemudian ditemukannya televisi berwarna yang merupakan teknologi tercanggih. Televisi berwarna merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk menangkap siaran berupa suara dan gambar yang berwarna (bukan monokrom), maupun data-data grafis lainnya. Karena pada awal kemunculan televisi gambarnya hanya hitam-putih, maka teknologi televisi berwarna ini dianggap sebagai penemuan yang sangat besar bagi dunia penyiaran dalam media elektronik. Dengan adanya teori warna menyatakan bahwa semua warna dapat direproduksi dengan mencampur warna-warna dasar (primary colors): merah, biru, dan hijau. Televisi berwarna diwujudkan dengan cara memisahkan gambar yang akan ditampilkan ke dalam tiga warna dasar merah, biru, dan hijau dengan media kaca pemisah tiga warna. Setelah tahap pemisahan warna, selanjutnya warna yang telah terpisah tadi diubah menjadi sinyal-sinyal listrik dan kemudian sinyal listrik tersebut dikombinasikan oleh alat khusus. Sinyal yang telah terkombinasikan tadi lalu di terima oleh pesawat penerima (reciever) untuk kemudian dimasukkan ke dalam Cathode Ray Tube (CRT) atau biasa disebut dengan tabung sinar katode dan akhirnya gambar dapat ditampilkan di layar televisi.

5 Setiap televisi memiliki standar sistem video yang berupa sinyal elektronik. Dalam tiap-tiap negara di dunia standar sistem video dalam penggunaan televisi Analog dibagi menjadi tiga sistem. Kategori yang pertama adalah sistem NTSC, yang kedua sistem PAL, dan yang terakhir adalah sistem SECAM. Di Indonesia digunakan sistem video PAL. Sebagai media penyalur informasi, televisi merupakan alat yang sangat diandalkan. Dalam pendistribusian informasi tersebut akan mengalami tahapan-tahapan sebelum sampai ke penerima informasi, mulai dari pemancaran, sinyal, propagasi gelombangnya yaitu Propagasi Gelombang Radio yang dimana merupakan rambatan gelombang melalui udara dari antena pemancar ke antena penerima yang jaraknya bisa mencapai ribuan kilometer, Media perambatan atau biasa juga disebut saluran transmisi gelombang dapat berupa fisik yaitu sepasang kawat konduktor, kabel koaksial dan berupa non fisik yaitu gelombang radio atau sinar laser, dan barulah dapat diterima oleh penerima informasi. Tanpa disadari ternyata terdapat tahapan-tahapan yang kompleks dalam distribusi informasi dalam televisi yang berlangsung hingga informasi ditampilkan dalam televisi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah sistem pemancaran TV berwarna secara umum? 2. Bagaimana sistem pemancaran TV analog berwarna? 3. Jelaskan sinyal komposit TV analog berwarna? 4. Jelaskan propagasi gelombang TV analog berwarna? 5. Jelaskan sistem penerimaan TV analog berwarna? 1.3 Tujuan dan Kegunaan 1. Mengetahui sistem pemancaran TV berwarna. 2. Mengetahui sistem pemancaran TV analog berwarna. 3. Mengetahui sinyal komposit TV analog berwarna. 4. Mengetahui propogasi gelombang TV analog berwarna. 5. Mengetahui sistem penerimaan TV analog berwarna.

6 1.4 FlowChart Alur Penulisan MULAI PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN DAN KEGUNAAN LATAR BELAKANG PEMBAHASAN IMPLEMENTASI SISTEM ARCHITECTURE /FLOWCHART KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

7 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sistem Pemancaran TV berwarna secara Umum Gambar.2.3 menunjukkan sistem dasar metoda pemancaran TV berwarna. Untuk memancarkan sebuah gambar berwarna dengan sistem TV berwarna, sinar yang datang dari sebuah objek diuraikan menjadi tiga komponen warna cahaya : merah, hijau, dan biru memakai filter warna. Ketiga komponen warna itu diubah menjadi tiga sinyal video, (sinyal video merah, hijau, dan biru ) dalam tabung-tabung pengambilannya. Bila ketiga sinyal video itu ditransmisikan oleh tiga bagian pemancar yang tidak bergantung dan disampaikan ke masing-masing tabung gambar berwarna, maka gambar monokrom merah, hijau, dan biru dapat dilihat bersama-sama melalui susunan cermin setengah tembus, maka didapatkan gambar objek yang berwarna seperti yang asli. Metode transmisi ini disebut sistem pemancaran TV berwarna pararel, karena ketiga komponen warna itu dipancarkan secara pararel. (Rio, 2002) Seperti pada gambar, tiga jalur transmisi digunakan untuk memancarkan Sumber: Rio, 2002

8 Sumber: Rio, 2002 Seperti pada gambar, tiga jalur transmisi digunakan untuk memancarkan Ketiga sinyal komponen warna itu. Bila diinginkan untuk mendapatkan gambar dengan kualitas yang sama seperti gambar dan hitam putih, maka dibutuhkan lebar bidang yang tiga kali lipat daripada untuk tv hitam putih. (Rio, 2002) Untuk mengatasi kerugian itu, diinginkan untuk menggunakan sistem pemancaran TV berwarna secara beruntun. Gambar 2.4 menunjukkan sistem dasar pemancaran berurutan dan ketiga komponen warnanya ialah sinyal merah, hijau, dan biru diswitch secara berurutun. Bila ketiga sinyal komponen warna itu diswicth berurutan berubah tiap medan gambar, maka ini disebut sistem pemancaran medan berurutan. Dan bila diswich setiap perubahan elemen gambar, maka disebut sistem pemancaran titik berurutan. (Rio, 2002) 2.2 Sistem Pemancaran TV analog Berwarna Bakuan sistem pemancar TV berwarna yang dipakai di Indonesia ialah disebut PAL (Phase Alternation Line). Warna gambar asli dapat direproduksi dengan baik pada penerima TV berwarna kita. Penerima TV hitam putih dapat pula menerima sinyal itu dan mereproduksi gambar hitam putih yang sesuai pula dengan aslinya. Demikian pula bila

9 program TV hitam putih diterima oleh penerima berwarna, direproduksi gambar hitam putih yang sesuai. Sifat ini disebut: kompatibilitas. Agar mendapatkan sifat kompatibilitas yang baik maka perlu dilakukan suatu metode spesial. (Rio, 2002) Gambar 2.5 menunjukkan garis besar sistem pemancar TV berwarna. Gambar 2.5 (a) adalah bagian pemancarnya. Di sini cahaya datang dari sebuah objek melalui lensa-lensa kamera lalu dengan menggunakan cermin dichroic sinar itu dibagi ke dalam tiga komponen warna primer merah, hijau, dan biru. (Rio, 2002) Sumber: Rio, 2002

10 Dari gambar ketiga komponen warna primer itu masing-masing dirubah menjadi sinyal listrik oleh tiga tabung pengambil gambar (lihat gambar 2.2). Pengkode warna mengkode sinyal listrik tiga komponen warna itu menjadi sinyal TV video untuk tiap warna primer (sinyal video PAL). (Rio, 2002) Untuk dapat mereproduksi kembali bayangan optis itu, pada penerima bila ia menerima sinyal video itu, gambar harus disusun kembali dengan cara yang kebalikan dari penguraian elemen gambar di pemancar (pengirim). (Rio, 2002) Untuk maksud itu maka pada pengirim, di samping sinyal video harus ditambahkan sinyal sinkronisasi (sinyal informasi pembagi atau penyusun ) pada sinyal video tersebut di atas, semua sinyal dipancarkan lewat antena pemancar. Hal yang lain lagi yaitu suara diubah menjadi sinyal listrik melalui mikrofon, sama seperti pada pemancar radio biasa. Sinyal suara diperkuat hingga level yang sesuai kemudian dimasukkan ke pemancar dan dipancarkan dengan menggunakan gelombang pembawa yang berlainan dengan yang untuk gambar. Kedua gelombang video dan suara dipancarkan ke udara melalui antena. (Rio, 2002) Dengan cara tersebut gelombang TV ditransmisikan lewat udara dan diterima oleh antena penerima untuk mencapai penerima TV (lihat gambar 2.5 (b)). (Rio, 2002) Pada penerima, dipilih salah satu kanal TV dan gelombang yang diterima diperkuat serta dideteksi, maka kedua sinyal video dan suara dapat diambil. Sinyal video melalui primer merah, hijau, dan biru, lalu digunakan untuk menjalankan tabung gambar TV berwarna. (Rio, 2002) Layar tabung gambar TV terdiri dari titik-titik kecil atau garis-garis tipis dari bahan fosfor yang sangat merata, yang digunakan sebagai grup-tiga, satu grup yang terdiri dari tiap warna primer. Bila tiga macam berkas elektron mengenai titik-titik itu, maka tiap titik memberikan warna yang bersangkutan. Bila ketiga berkas elektron itu dikontrol sehingga mengenai suatu bintik yang sesuai dengan sebagian dari titik pada gambar yang ada di pengirim, bila seluruh luas tabung gambar dapat terkena oleh berkas elektron seperti hal di atas, maka akan didapatkan gambar pada tabung gambar sesuai dengan apa yang dipancarkan. (Rio, 2002)

11 Untuk dapat mereproduksi dengan cara itu maka gambar objek dipancarkan, gerak dari ketiga berkas elektron itu harus sinkron dengan proses pembagian pada pemancar. Untuk maksud itu pada tabung gambar dipasang kumpulan difleksi. Sinyal video dikirim bersamaan dengan arus (arus gigi gergaji) yang dikontrol oleh sinyal sinkronisasi. Arus ini mengalir dalam kumparan difleksi yang membuat berkas elektron mengulas tabung secara teratur. Gambar 2.6 memperlihatkan bagaimana sebuah gambar diuraikan dan disusun kembali. Sinyal suara diperkuat dengan penguat suara dan direproduksi di speaker (lihat gambar 2.5 (b)). (Rio, 2002) Metoda yang telah diuraikan di atas merupakan teori garis besar dari pengirim dan penerima TV berwarna. Untuk mengetahui lebih dalam teori TV berwarna, perlu mempelajari teori yang lebih mendetail. Kita akan menjelaskan metoda dasar TV berwarna lebih dalam. (Rio, 2002) Sumber: Rio, 2002 Di amerika dan jepang pemancar TV berwarna menggunakan sistem baku NTSC. Pada sistem baku NTSC juga memiliki sifat kompabilitas yang sama seperti pada sistem baku PAL. Artinya akan didapatkan gambar yang baik pula bila program pemancar TV berwarna ditangkap oleh penerima TV hitam-putih. (Rio, 2002)

12 Sistem baku TV berwarna NTSC hamper sama dengan sistem PAL perbedaan terletak pada metoda pembuatan sinyal sub pembawa warnanya. (Rio, 2002) 2.3 Sinyal Komposit TV Berwarna Sumber: Rio, 2002 Dalam sistem baku PAL bahwa (Rio, 2002) : 1. Titik-titik gambar gelombang TV berwarna harus dapat dilihat pada penerima TV hitam-putih. 2. Titik-titik gambar gelombang TV hitam-putih harus dapat dilihat pada penerima TV berwarna. Untuk memenuhi syarat tersebut maka harus dipancarkan sinyal luminan yang mengatur terangnya gambar yang diterima (sama sifatnya dengan sinyal video TV hitamputih) dan sinyal krominan yang mengatur tingkat warna serta kroma yang dibentuk dari tiga warna primer merah-hijau-biru (lihat gambar 2.14). (Rio, 2002)

13 Sumber: Rio, 2002 Dengan cara tersebut, bila siaran program TV berwarna diterima dengan penerima hitam-putih maka hanya sinyal luminannya yang berguna, sedangkan bila diterima oleh penerima TV berwarna sinyal luminan dan sinyal krominan kedua-duanya digunakan dan dari kedua sinyal tadi akhirnya pada tabung gambar, ketiga warna primer merah-hijaubiru dihasilkan kembali dan digunakan untuk membentuk gambar berwarna. menghasilkan sinyal warna merah-hijau-biru. (Rio, 2002) Bila disiarkan sinyal-sinyal tiga komponen ( ER EY), ( EG - EY), dan ( EB EY) maka untuk mendapatkan warna primer ( ER, EG, EB) dapat dibentuk dengan menggunakan EY sebagai berikut (Rio, 2002): (ER EY) + EY = ER (EG EY) + EY = EB (EB EY) + EY = EB Ketiga sinyal (ER EY), ( EG - EY), dan ( EB EY) disebut sinyal perbedaan warna. Pembicaraan berikut menjelaskan metoda bagaimana membuat kedua sinyal luminan dan sinyal krominan itu. (Rio, 2002) Sinyal luminan : Seperti ditunjukkan pada gambar 2.15 sinyal luminan dibuat dari 3 sinyal warna primer seperti yang diambil oleh tabung pengambil, dan dicampur dalam

14 perbandingan yang tetap dengan memakai rangkaian matrik. Karena mata manusia peka terhadap kuat cahaya paling tinggi pada warna hijau kemudian warna merah dan akhirnya kepekaan terendah pada warna biru, pencampuran dibuat dengan memperhatikan sifat kepekaan tersebut ; yaitu komponen luminan pada masing-masing sinyal output camera dicampur dengan perbandingan 59% hijau, 30% merah, dan 11% biru. Perbandingan ini diperlihatkan sebagai berikut (Rio, 2002) ; EY = 0,299 ER + 0,587 EG + 0,114 EB Bila diambil objek putih terang maka output ketiga tabung gambar sama, kamera berwarna telah diatur sehingga bila mengambil objek putih maka output masing-masing tabung gambar levelnya sama dan berharga 1 Volt. Misalkan bila masing-masing berharga 1 Volt, harga EY menjadi 1 Volt juga dari rumus di atas. (Rio, 2002) Bila kamera mengambil objek merah maka ER = 1 Volt dan EG serta EB = ) Volt. Sehingga EY berharga 0,299 Volt. Dengan cara itu maka komponen luminan mempunyai kuat cahaya yang sama seperti video TV hitam-putih. Dan sinyal ini mempunyai komponen lebar bidang frekuensi dari nol hingga 5 MHz. (Rio, 2002) Sumber: Rio, 2002

15 (2) Sinyal perbedaan warna : Pada sinyal TV berwarna komposit, terdapat sinyal yang lain kecuali sinyal luminan (EY) yang memberi pesan (informasi) tingkat warna dan kroma, yaitu disebut sinyal perbedaan warna yang diwakili oleh ER EY dan EB EY. (Rio, 2002) Sinyal perbedaan warna ini dibentuk pula dari warna primer yaitu dengan jalan mengurangi dengan sinyal luminan melalui rangkaian matrik. ( Dalam rangkaian sesungguhnya sinyal luminan dengan polaritas berlawanan dicampur dengan sinyal warna primer). Sinyal perbedaan warna itu berubah dengan berubahnya tingkat warna dan kroma dari objek. (Rio, 2002) Dibawah ini menjelaskan bagaimana proses pembentukan sinyal luminan dan sinyal perbedaan warna. (Rio, 2002) EY = 0,299 ER + 0,587 EG + 0,114 EB (1) ER EY = 0,701 ER 0,587 EG 0,114 EB (2) EB EY = -0,299 ER 0,587 EG + 0,886 EB (3) EG EY = -0,299 ER + 0,413 EG 0,114 EB (4) Pada persamaan tersebut sinyal (EG EY) dibuat dengan mencampur sinyal (ER EY) dan (EB EY ) sebagai berikut (Rio, 2002) : Dari (1) : 0,299 ER + 0,587 EG + 0,114 EB EY = 0 (5) EY dapat dibuktikan oleh ; EY = 0,299 EY + 0,587 EY + 0,114 EY (6) Maka dari (5) dan (6) didapatkan ; 0,299 (ER EY) + 0,587 (EG EY) + 0,114 (EB EY ) = 0 0,587 (EG EY) = -0,299 (ER EY) - 0,114 (EB EY ) (EG EY) = -(0,299/0,5870) (ER EY) (0,114/0,587) (EB EY )

16 (EG EY) = -0,51 (ER EY) 0,19 (EB EY ) Maka bila rangkaian mencampur 51% (ER EY) dengan 19% (EG EY) dan polaritas berlawanan dihasilkan (EG EY). Sehingga bila dikirim sinyal perbedaan warna (ER EY) dan (EB EY ) di dalam penerima TV berwarna dengan mudah dapat dihasilkan (EG EY) sebagai sinyal perbedaan warna yang lain. (Rio, 2002) Dalam sitem baku PAL, sinyal perbedaan warna (ER EY) dan (EB EY ) masing-masing disebut sinyal U dan sinyal V. Lebar bidang frekuensi dari masing-masing sinyal tersebut adalah 1,3 MHz. (Rio, 2002) 2.4 Propagasi Gelombang Secara Umum dalam pentransmisian sinyal informasi dari satu tempat ke tempat lain dapat dilakukan melalui beberapa media, baik media fisik, yang berupa kabel/kawat (wire) maupun media nonfisik (bukan kabel/kawat), yang lebih dikenal dengan wireless, seperti halnya udara bebas.(rubiyanti,2010) Dengan beberapa pertimbangan teknis dan terutama ekonomis, untuk komunikasi pentransmisian gelombang dalam jarak yang jauh, akan lebih efisien apabila menggunakan udara bebas sebagai media transmisinya. Hal ini memungkinkan karena gelombang radio atau RF (radio frequency) akan diradiasikan oleh antena sebagai matching device antara sistem pemancar dan udara bebas dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetik. Gelombang ini merambat atau berpropagasi melalui udara dari antena pemancar ke antena penerima yang jaraknya bisa mencapai beberapa kilometer, bahkan ratusan sampai ribuan kilometer. gelombang elektromagnetik berpropagasi antara dua tempat. Pada Gambar 6-1 diperlihatkan beberapa jenis lintasan propagasi yang merupakan mekanisme perambatan gelombang radio di udara bebas. (Rubiyanti,2010)

17 Sumber : Rubiyanti,2010 Gambar 1. Mekanisme Propagasi Gelombang Gelombang Radio dan Spektrum Elektromagnetik Gelombang radio termasuk keluarga radiasi elektromagnetik meliputi infra merah (radiasi panas), cahaya tampak (visible light), ultraviolet, sinar-x, dan bahkan panjang gelombang Gamma yang lebih pendek dan sinar kosmik. Gelombang elektromagnetik berasal dari interaksi antara medan listrik dan medan magnet seperti pada Gambar 2 (Reed, 2004).

18 Gambar 2. Medan listrik dan magnet pada gelombang elektromagnetik Pembagian spektrum gelombang elektromagnetik dapat di lihat pada Gambar 3 berikut ini. Gambar 3. Spektrum elektromagnetik Menurut John (1988: 8-10) Nilai panjang gelombang λ berhubungan dengan frekuensi f dan kecepatan gelombang v, dimana kecepatan gelombang bergantung pada media. Dalam kasus ini medianya adalah ruang bebas (free space/vacuum). λ= v / f dimana : v= c (ruang bebas)= 3 x 10 8 m s -1 Pada Gambar 4 ditunjukkan hubungan antara panjang gelombang dan frekuensi pada v = c. Banyak jenis frekuensi yang ada seperti Gambar 3 diatas. Berikut ini adalah daftar frekuensi yang lebih rinci dalam tabel 1.

19 Gambar 4. Panjang gelombang berbanding frekuensi untuk v = c

20 2.4.2 Polarisasi Gelombang Elektromagnetik J, Herman (1986: 1.43) menyatakan polarisasi gelombang didefinisikan sebagai sifat gelombang elektromagnetik yang menjelaskan arah dan amplitudo vektor kuat medan magnet sebagai fungsi waktu. Ada tiga macam polarisasi gelombang yaitu polarisasi linier, polarisasi lingkaran, dan polarisasi eliptis. Gambar 5. Polarisasi gelombang elektromagnetik Gelombang Ruang Bebas (Free Space) Pembiasan (Refraction) oleh Atmosfir Bumi Pada atmosfir bumi terjadi pembiasan gelombang sekitar 18 km dari permukaan bumi di daerah khatulistiwa dan sampai sekitar 8 dan 11 km di daerah kutub selatan dan utara. Untuk itu radius bumi diubah disesuaikan demikian hingga kelengkungan relatif antara gelombang dan bumi tetap seperti yang ditunjukkan Gambar 6 Radius kelengkungan bumi yang telah disesuaikan dengan perbandingan antara radius efektif bumi dan radius bumi yang sesungguhnya disebut dengan faktor K. Pada kondisi atmosfir normal, dalam perhitungan radius bumi ekuivalen biasanya digunakan K = 4/3 (J, Herman, 1986: 3.2). Sumber: J, Herman, 1986 Gambar 6. Radius efektif bumi

21 Sumber: J, Herman, 1986 Gambar 7. Profil lintasan (path profile) dengan faktor K = 4/ Propagasi Line of Sight (LOS) Propagasi gelombang pada frekuensi diatas 30 MHz memanfaatkan gelombang langsung dan gelombang pantul oleh permukaan bumi. Pada Gambar 8 berikut ini adalah gambaran dari propagasi Line of Sight (LOS). (Aswoyo, 2006) Sumber: Aswoyo, 2006 Gambar 8. Daerah Freshnel di sekitar lintasan langsung

22 Pada propagasi LOS terdapat daerah yang harus dan wajib terhindar dari halangan, daerah itu disebut dengan daerah fresnel (fresnel zone). Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Sumber: Aswoyo, 2006 Gambar 9. Pemetaan daerah-daerah Freshnel Berdasarkan Gambar 9 dan keterangan di atas, F1 disebut sebagai radius daerah Freshnel pertama, yang dirumuskan dengan (Aswoyo, 2006: 101) : Redaman pada ruang bebas (free space loss) Redaman LOS berharga rata-rata sama dengan redaman ruang bebas. Dalam perhitungan redaman lintasan dianggap tetap sehingga untuk LOS adalah (J, Herman, 1986: 3.29): Lp = 32, log d (km) + 20 log f (MHz) (2.5) Difraksi (Diffraction) dan Hamburan (Scattering) Difraksi oleh Penghalang (Knife Edge Diffraction) Difraksi adalah kemampuan gelombang untuk berbelok setelah mengalami benturan dengan penghalang. J, Herman (1986: 4.5) menyatakan difraksi oleh bukit, pohon, bangunan dan lain-lain sulit sekali dihitung, akan tetapi perkiraan redamannya dapat diperoleh dengan mengingat harga-harga ekstrim yang disebabkan oleh difraksi rintangan tajam yang menyerap sempurna (Knife Edge Diffraction).

23 Sumber: J, Herman, 1986 Gambar 10. Difraksi pada penghalang Hamburan oleh Troposfir (Troposphere Scatter) Sistem komunikasi radio yang mengunakan sifat hamburan gelombang elektromagnetik oleh partikel-partikel troposfir yang disebut sistem tropo atau thin line troposcattering sistem. Jaraknya berkisar km dan frekuensi yang dipakai yaitu MHz berada di daerah UHF dan SHF. (J, Herman,1986). Sumber: J, Herman, 1986 Gambar 11. Mekanisme hambuiran oleh troposfir.

24 2.4.5 Gelombang Langit (Sky Wave) Propagasi Troposfir (Troposphere Scatter) propagasi troposfir bisa dianggap sebagai kasus dari propagasi gelombang langit. Gelombang tidak ditujukan ke ionosfir, tetapi ditujukan ke troposfir. Batas troposfir hanya sekitar 6,5 mil atau 11 km dari permukaan bumi. Frekuensi yang bisa digunakan adalah sekitar 35 MHz sampai dengan 10 GHz dengan jarak jangkau mencapai 400 km. (Rubiyanti,2010) Ionosfir Ionosfir tersusun dari 3 (tiga) lapisan, mulai dari yang terbawah yang disebut dengan lapisan D, E dan F. Sedangkan lapisan F dibagi menjadi dua, yaitu lapisan F1 dan F2 (yang lebih atas), seperti Gambar 12. (Rubiyanti,2010) Sumber : Rubiyanti,2010 Gambar 12. Lapisan ionosfir

25 Untuk lebih jelasnya tentang fenomena masing-masing lapisan pada ionosfir klik tombol nama-nama lapisan ionosfir. (Rubiyanti,2010) 1. Lapisan D terletak sekitar 40 km 90 km. Ionisasi di lapisan D sangat rendah, karena lapisan ini adalah daerah yang paling jauh dari matahari. Lapisan ini mampu membiaskan gelombang-gelombang yang berfrekuensi rendah. Frekuensi-frekuensi yang tinggi, terus dilewatkan tetapi mengalami redaman. Setelah matahari terbenam, lapisan ini segera menghilang karena ion-ionnya dengan cepat bergabung kembali menjadi molekulmolekul. 2. Lapisan E terletak sekitar 90 km 150 km. Lapisan ini, dikenal juga dengan lapisan Kenelly Heaviside, karena orang-orang inilah yang pertama kali menyebutkan keberadaan lapisan E ini. Setelah matahari terbenam, pada lapisan ini juga terjadi penggabungan ionion menjadi molekul-molekul, tetapi kecepatan penggabungannya lebih rendah dibandingkan dengan lapisan D, dan baru bergabung seluruhnya pada tengah malam. Lapisan ini mampu membiaskan gelombang dengan frekuensi lebih tinggi dari gelombang yang bisa dibiaskan lapisan D. Dalam praktek, lapisan E mampu membiaskan gelombang hingga frekuensi 20 MHz. 3. Lapisan F terdapat pada ketinggian sekitar 150 km 400 km. Selama siang hari, lapisan F terpecah menjadi dua, yaitu lapisan F1 dan F2. Level ionisasi pada lapisan ini sedemikian tinggi dan berubah dengan cepat se iring dengan pergantian siang dan malam. Pada siang hari, bagian atmosfir yang paling dekat dengan matahari mengalami ionisasi yang paling hebat. Karena atmosfir di daerah ini sangat renggang, maka penggabungan kembali ionion menjadi molekul terjadi sangat lambat (setelah terbenam matahari). Karena itu, lapisan ini terionisasi relatif konstan setiap saat. Lapisan F bermanfaat sekali untuk transmisi jarak jauh pada frekuensi tinggi dan mampu membiaskan gelombang pada frekuensi hingga 30 MHz Propagasi Gelombang dalam Ionosfir Gelombang yang berpropagasi melalui lapisan ionosfir ini disebut sebagai gelombang ionosfir (ionospheric wave) atau juga disebut gelombang langit (sky wave). Aksi pembiasan pada

26 lapisan ionosfir dan permukaan bumi tersebut disebut dengan skipping. (Rubiyanti,2010) Sumber : Rubiyanti,2010 Gambar 13. Ilustrasi efek skipping gelombang ionosfir Ionosfir tersusun dari 3 (tiga) lapisan, mulai dari yang terbawah yang disebut dengan lapisan D, E dan F. Sedangkan lapisan F dibagi menjadi dua, yaitu lapisan F1 dan F2 (yang lebih atas), seperti Gambar 6-4. Ada atau tidaknya lapisan-lapisan ini dalam atmosfir dan ketinggiannya di atas permukaan bumi, berubah-ubah sesuai dengan posisi matahari. Pada siang hari (tengah hari), radiasi dari matahari adalah terbesar, sedangkan di malam hari adalah minimum. Saat radiasi matahari tidak ada, banyak ionion yang bergabung kembali menjadi molekul-molekul. Keadaan ini menetukan posisi dan banyaknya lapisan dalam ionosfir. Karena posisi matahari berubah-ubah terhadap titik-titik tertentu di bumi, dimana perubahan itu bisa harian, bulanan, dan tahunan, maka karakteristik yang pasti dari lapisan-lapisan tersebut sulit untuk ditentukan/dipastikan.untuk lebih jelasnya tentang fenomena masing-masing lapisan pada ionosfir diberikan berikut ini (Rubiyanti,2010) : Lapisan D terletak sekitar 40 km 90 km. Ionisasi di lapisan D sangat rendah, karena lapisan ini adalah daerah yang paling jauh dari matahari. Lapisan ini mampu membiaskan gelombang-gelombang yang berfrekuensi rendah.

27 Frekuensi-frekuensi yang tinggi, terus dilewatkan tetapi mengalami redaman. Setelah matahari terbenam, lapisan ini segera menghilang karena ionionnyamdengan cepat bergabung kembali menjadi molekul-molekul. Lapisan E terletak sekitar 90 km 150 km. Lapisan ini, dikenal juga dengan lapisan Kenelly Heaviside, karena orang-orang inilah yang pertama kali menyebutkan keberadaan lapisan E ini. Setelah matahari terbenam, pada lapisan ini juga terjadi penggabungan ion-ion menjadi molekul-molekul, tetapi kecepatan penggabungannya lebih rendah dibandingkan dengan lapisan D, dan baru bergabung seluruhnya pada tengah malam. Lapisan ini mampu membiaskan gelombang dengan frekuensi lebih tinggi dari gelombang yang bisa dibiaskan lapisan D. Dalam praktek, lapisan E mampu membiaskan gelombang hingga frekuensi 20 MHz. Lapisan F terdapat pada ketinggian sekitar 150 km 400 km. Selama siang hari, lapisan F terpecah menjadi dua, yaitu lapisan F1 dan F2. Level ionisasi pada lapisan ini sedemikian tinggi dan berubah dengan cepat se iring dengan pergantian siang dan malam. Pada siang hari, bagian atmosfir yang paling dekat dengan matahari mengalami ionisasi yang paling hebat. Karena atmosfir di daerah ini sangat renggang, maka penggabungan kembali ionion menjadi molekul terjadi sanga t lambat (setelah terbenam matahari). Karena itu, lapisan ini terionisasi relatif konstan setiap saat. Lapisan F bermanfaat sekali untuk transmisi jarak jauh pada frekuensi tinggi dan mampu membiaskan gelombang pada frekuensi hingga 30 MHz. Sebagai tambaha n, pada lapisan-lapisan ionosfir yang ditunjukkan di atas, ada juga variasi-variasi lain yang tidak menentu yang terjadi akibat dari partikel-partikel radiasi dari matahari, sehingga mengakibatkan kacau atau rusaknya propagasi Gelombang radio. Jenis badai ini dapat berlangsugn beberapa hari, tetapi komunikasi masih dapat dipertahankan dengan menurunkan frekuensi kerjanya. Radiasi yang berlebihan dari matahari, juga dapat mengakibatkan ionisasi yang berat sekali pada daerah/lapisan bawah yang dapat menyebab-kan komunikasi black out sama sekali untuk gelombang dengan frekuensi di atas 1 MHz Gelombang Permukaan Bumi (Ground Wave) Gelombang tanah (ground wave) adalah gelombang radio yang berpropagasi di sepanjang permukaan bumi/tanah. Gelombang ini sering disebut dengan gelombang permukaan (surface

28 wave). Untuk berkomunikasi dengan menggunakan media gelombang tanah, maka gelombang harus terpolarisasi secara vertikal, karena bumi akan menghubung-singkatkan medan listriknya bila berpolarisasi horisontal. Gelombang tanah sangat tidak efektif pada frekuensi di atas 2 MHz. Propagasi gelombang tanah merupakan satu-satunya cara untuk berkomunikasi di dalam lautan. (Rubiyanti,2010) Untuk memperkecil redaman laut, maka digunakan frekuensi yang sangat rendah, yaitu band ELF (Extremely Low Frequency), yaitu antara 30 hingga 300 Hz. Dalam pemakaian tertentu dengan frekuensi 100 Hz, redamannya hanya sekitar 0,3 db per meter. Redaman ini akan meningkat drastis bila frekuensinya makin tinggi, misalnya pada 1 GHz redamannya menjadi 1000 db per meter. (Rubiyanti,2010) Permukaan Bumi sebagai Penumpu Gelombang Elektromagnetik Gelombang permukaan bumi berpolarisasi vertikal, karena setiap komponen horisontalnya akan dihubung singkat oleh permukaan bumi. Daerah frekuensi utama gelombang ini adalah 30 khz 3 MHz yaitu band MF dan LF dan konfigurasi medannya terlihat seperti pada gambar. ( J, Herman, 1986) Perubahan kadar air mempunyai pengaruh yang besar terhadap gelombang tanah. Redaman gelombang tanah berbanding lurus terhadap impedansi permukaan tanah. Impedansi ini merupakan fungsi dari konduktivitas dan frekuensi. Jika bumi mempunyai konduktivitas yang tinggi, maka redaman (penyerapan energi gelombang) akan berkurang. Dengan demikian, propagasi gelombang tanah di atas air, terutama air garam (air laut) jauh lebih baik dari pada di tanah kering (berkonduktivitas rendah), seperti padang pasir. Rugi-rugi (redaman) tanah akan meningkat dengan cepat dengan semakin besarnya frekuensi. Karena alasan tersebut, gelombang tanah sangat tidak efektif pada frekuensi di atas 2 MHz. ( J, Herman, 1986)

29 Sumber: J, Herman, 1986 Gambar 14. Perambatan Gelombang permukaan bumi Propagasi Gelombang dalam Air Laut Propagasi gelombang permukaan merupakan satu-satunya cara untuk berkomunikasi di dalam lautan Untuk memperkecil redaman laut, maka digunakan frekuensi yang sangat rendah, yaitu band ELF (Extremely Low Frequency), yaitu antara 30 hingga 300 Hz. Dalam pemakaian tertentu dengan frekuensi 100 Hz, redamannya hanya sekitar 0,3 db per meter. Redaman ini akan meningkat drastis bila frekuensinya makin tinggi, misalnya pada 1 GHz redamannya menjadi 1000 db per meter. ( J, Herman, 1986) Gambar 15. Perambatan antara dua antena dalam air laut

30 2.5 Propagasi Gelombang Radio pada TV Berwarna Analog Penyebaran Sinyal Suara TV Pembawa suara TV yang besarnya 5,5 MHz lebih tinggi dari pembawa gambar, dimodulasikan secara modulasi-frekuensi dengan sinyal suara, dan dipancarkan melalui antena yang sama seperti pada pembawa gambar. Pada sistem pemancaran suara, menggunakan sistem modulasi-frekuensi, dengan deviasi maksimum frekuensi ±50 KHz dan konstanta waktu dari preempasi dan de-empasi ±50 μ detik. (Rio, 2002) Gambar. 3.5 menunjukkan prinsip dasar transmisi yang memakai karakteristik respon frekuensi pre-empasis (pada pemancar) dan de-empasis (pada penerima) sistim suara TV berwarna. Pada pemancar, daerah frekuensi respon yang tinggi dari suara di pre-empasis ; sedangkan pada penerima daerah ini di de-empasis. Maka hasinya dengan cara tersebut respon frekuensi suara TV berwarna menjadi rata. (Rio, 2002) Dengan sistim transmisi suara seperti itu maka gangguan dari luar dapat direduksi. Secara umum, S/N (yaitu sinyal/gangguan noise) sinyal yang dipancarkan secara FM (modulasi frekuensi) adalah sebanding dengan indek-modulasi (perbandingan deviasi frekuensi dengan frekuensi pemodulasi) sinyal FM itu yang diartikan dengan deviasi frekuensi yaitu penyimpangannya terhadap frekuensi pusat pembawa suara; dan yang diartikan dengan frekuensi pemodulasi yaitu frekuensi gelombang suara yang memodulasi. Bila frekuensi pemodulasi semakin tinggi maka S/N dari sinyal bertambah kecil sehingga kualitas suara semakin jelek. (Rio, 2002)

31 Sumber: Rio, 2002 Distribusi energy umum dari suara ditunjukkan pada gambar 3.5 (a). tampak bahwa energy suara rendah pada daerah frekuensi tinggi. Bila gelombang pembawa suara dimodulasi dengan suara maka pada daerah frekuensi tinggi deviasi frekuensinya kecil, S/N dari sinyal menjadi kecil dan kualitas suara menjadi jelek. (Rio, 2002) Agar dapat mengatasi hal ini, pada pemancar derajat modulasi pada daerah frekuensi tinggi dibesarkan (emphasize) seperti yang terlihat pada gambar 3.5 (b) ini disebut pre-empasis; dan pada penerima pembesaran respon frekuensi rendah diperbesar seperti pada gambar 3.5 (d). kedua pembesaran itu diintegrasikan sehingga outputnya menjadi karakteristik yang datar. Maka menjadi mungkin untuk menghindarkan S/N yang mengecil, atau suara yang menjadi jelek dapat dihindarkan. (Rio, 2002) Gelombang Radio pada TV yang Terpolarisasi Ada dua macam bidang gelombang TV yang terpolarisasi. Macam pertama yaitu bidang terpolarisasi horizontal, di mana bidang getaran sejajar dengan tanah. Yang lain adalah bidang terpolarisasi vertikal, di mana getaran tegak lurus terhadap permukaan tanah. (Rio, 2002)

32 Sumber: Rio, 2002 Bila elemen antena pada pemancar dibuat horizontal maka didapatkan gelombang TV terpolarisasi horizontal; dan bila elemen antena tegak lurus dengan tanah didapatkan gelombang TV terpolarisasi vertikal. (Rio, 2002) Bila harus diterima gelombang TV terpolarisasi horizontal maka elemen antena pada penerima harus diletakkan horizontal pula seperti gambar 3.6 (a). sebaliknya bila harus diterima gelombang TV terpolarisasi vertikal, maka elemen antena penerima harus vertikal seperti gambar 3.6 (b). (Rio, 2002) Bila gelombang TV terpolarisasi horizontal diterima dengan elemen antena vertikal, atau sebaliknya maka efesiensi antena sangat rendah yang berarti bahwa tegangan yang diinduksikan pada terminal antena sangat kecil, sehingga penerima gambar yang baik tidak dapat dihasilkan. (Rio, 2002)

33 2.5.3 Propagasi Rektilinier Gelombang TV Dari antena pemancar TV gelobambang merambat ke antena penerima dengan garis lurus seperti sinar. Bila ada penghalang seperti misalnya bangunan yang tinggi atau gunung antara antena pemancar dan antena penerima, maka gelombang TV yang merambat ke antena penerima menjadi sangat kecil, dan gambar yang diterima sangat banyak noise (derau) nya; bahkan kadangkadang sama sekali tidak dapat ditangkap (lihat gambar 3.7 (a)). (Rio, 2002) Sumber: Rio, 2002 Juga gelombang TV dipantulkan oleh dinding bangunan tinggi atau gunung yang curam. Maka gelombang TV yang datang langsung dari pemancar dan yang didefleksikan oleh dinding bangunan tinggi mencapai antena penerima dengan waktu yang berbeda. Lihat gambar 3.7 (b). Akibatnya warna gambar yang diterima melebar dan bahkan timbul banyangan gambar. (Rio, 2002)

34 2.5.4 Gelombang TV UHF Seperti diterangkan, gelombang VHF berkisar 47 MHz hingga 230 MHz yang lazim digunakan, juga gelombang TV UHF berkisar antara 590MHz hingga 770 MHz. (Rio, 2002) Karena gelombang TV UHF lebih pendek daripada gelombang TV VHF, maka gelombang mempunyai sifat lebih menyerupai sinar daripada VHF dan juga tidak dapat dipropogasikan (dirambatkan) pada jarak jauh (di permukaaan bumi). Dengan alasan itu gelombang TV UHF selama merambat menerima sedikit gangguan dibanding dengan gelombang TV VHF. (Rio, 2002) Bila ada penghalang seperti bangunan dan pohon pada jalur propagasinya, gelombang TV UHF sangat banyak diredam. (Rio, 2002) Ketika menerima gelombang TV UHF, sinyal yang diinduksikan pada terminal output antena penerima sangat banyak berubah yang sangat bergantung pada letak dan tinggi antena penerima (lihat gambar 3.8). bila menerima gelombang TV UHF memerlukan perhatian besar pada tinggi dan letak penerimanya. (Rio, 2002) Sumber: Rio, 2002

35 2.6 Sistem Penerimaan TV Analog Berwarna TV Warna harus kompatibel dengan TV monochrome, maksudnya siaran TV warna harus bisa ditangkap pada penerima hitam putih, dan sebaliknya siaran TV warna harus dapat ditangkap penerima TV hitamputih. Sinyal video dari kamera monochrome dinyatakan dengan gelap dan terang, aras kegelapan yang berbeda beda (grey-level). Sinyal video yang menyatakan gelap-terang ini disebut sebagai sinyal luminansi (Y). Sinyal video dilengkapi dengan sinyal pemadaman (blanking) dan sinkronisasi yang menghasilkan Sinyal video komposit (Ycomp). (Waluyanti, 2008) Sumber: Waluyanti, 2008 Sinyal video komposit berupa memodulasi AM terhadap sinyal pembawa gambar (fp) dan sinyal audio memodulasi FM terhadap sinyal pembawa suara (fa). Spektrum bidang dasar (baseband) TV hitam putih mempunyai BW 6 MHz seperti yang digunakan di Indonesia dan Sebagian besar Eropa, seperti terlihat pada gambar 6-4 di bawah ini. Sinyal gambar sudah menempati sekitar 5 MHz, berbeda dengan sinyal audio Hifi yang bidang dasarnya hanya menempati sekitar 15 khz. Jika untuk sinyal gambar digunakan modulasi FM, tentu bidang frekuensinya menjadi sangat lebar. Oleh karena itu digunakan modulasi AM tanpa menggunakan DSB karena akan menyebabkan pemborosan frekuensi, yaitu sekitar 10 MHz. Sinyal gambar mengandung frekuensi yang sangat mendekati nol. Maka jika memakai SSB, kesulitan akan muncul dalam hal membuat pemotongan yang tajam didekat frekuensi nol. Digunakan AM VSB (Vestigial Side Band), yaitu dengan memancarkan USB dan sedikit LSB-nya. Untuk menghindari

36 cross-talk dan agar suaranya HiFi, maka untuk suara digunakan modulasi FM dengan BW yang cukup (0,5MHz). (Waluyanti, 2008) Sumber: Waluyanti, 2008 Secara garis besar blok diagram di atas memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: Rangkaian Penala (Tuner) Contohnya dapat dilihat pada gambar 6-6. Rangkaian penala berfungsi untuk menerima sinyal masukan (gelombang TV) dari antena dan mengubahnya menjadi sinyal frekuensi IF. (Waluyanti, 2008) Tuner mempunyai tiga bagian utama sebagai berikut : 1. RF Amplifier, berfungsi untuk memperkuat sinyal yang diterima antena.

37 2. Lokal Osilator, berfungsi untuk membangkitkan sinyal frekuensi tinggi. Besar frekuensi osilator dibuat selalu lebih besar dibandingkan frekuensi RF yang diterima antena (sebesar frekuensi-rf+if). 3. Mixer, oleh mixer sinyal RF dan sinyal osilator dicampur sehingga menghasilkan frekuensi menengah atau IF. PAL tuner umumnya mempunyai frekuensi IF 38,9MHz, tetapi ada yang mempunyai frekuensi 38MHz, sedangkan NTSC tuner mempunyai frekuensi IF 42,75MHz. Sumber: Waluyanti, Mixer Berfungsi sebagai pencampur frekuensi tinggi dari pemancar dan osilator lokal menjadi frekuensi menengah (Intermediet Frequency /IF). Gelombang TV yang diterima TV dicampur dengan output osilator local dengan menggunakan pencampur (mixer) dan diubah menjadi sinyal IF (Intermediate) gambar yang mempunyai frekuensi sama dengan selisih kedua frekuensi. Frekuensi pembawa sinyal IF gambar adalah 38,9 Mhz dan frekuensi pembawa sinyal suara adalah 33,4MHz. (Waluyanti, 2008) Sound IF (Intermediate Frequency) Amplifier Berfungsi sebagai penguat sinyal suara yang termodulasi gelombang FM 5,5 MHz yang kemudian diumpankan ke detector dimana sebelum masuk ke begian detector terlebih dahulu difilter dengan frekuensi kerja 5,5 MHz, sehingga selain frekuensi gelombang 5,5 FM, maka akan ditahan dan melewatkan sinyal suara saja. (Waluyanti, 2008)

38 Sumber: Waluyanti, FM (Frequency Modulation) Detector Berfungsi sebagai pemisah frekuensi suara dari pembawanya (carrier frequency) yang termodulasi FM. (Waluyanti, 2008) Power Amplifier (Sound Output) Berfungsi sebagai penguat sinyal suara untuk mendapatkan sinyal yang cukup untuk menggetarkan loudspeaker. (Waluyanti, 2008) Loudspeaker Berfungsi sebagai alat pengolah sinyal suara agar dapat didengar oleh manusia, yaitu dengan mengubah sinyal suara menjadi suara. (Waluyanti, 2008) Penguat IF (Intermediate Frequency) Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal output yang dihasilkan Tuner hingga kali. Karena output tuner merupakan sinyal yang lemah dan sangat tergantung pada jarak pemancar, posisi penerima, dan bentang alam. Rangkaian ini juga berguna untuk membuang gelombanglain yang tidak dibutuhkan dan meredam interferensi pelayangan gelombang pembawa suara yang mengganggu gambar. (Waluyanti, 2008)

39 Dalam penguat IF gambar, untuk mencegah sinyal-sinyal pengganggu yang tidak diperlukan, dipergunakan dua buah penjebak (trap), yaitu penjebak pembawa suara kanal rendah yang berdekatan, dan perangkap bembawa gambar kanal tinggi yang berdekatan, dan juga pelayangan (beat) antar pembawa-pembawa itu, dihilangkan. Pada waktu menerima gelombang TV warna interfrensi pelayangan dari pembawa suara dengan sub pembawa warna merusak gambar yang dihasilkan. Untuk menghilangkan interfrensi pelayangan pembawa suara, maka pembawa suara diredam sekitar 54dB dalam penguat IF gambar dan pula dalam detector video berikutnya. Maka penerima TV warna berbeda dengan penerima TV hitam putih. Pembawa suara pada TV warna dikeluarkan sebelum tingkat detector video dan diberikan ke detektor IF suara yang dipasang terpisah dengan detector video. (Waluyanti, 2008) Sumber: Waluyanti, Rangkaian Detektor Video Sinyal video komposit dideteksi oleh detektor video dari sinyal IF gambar. Biasanya untuk rangkaian detektor video digunakan detector dioda. Rangkaian ini berfungsi sebagai pendeteksi sinyal video komposit yang keluar dari penguat IF gambar. Selain itu, rangkaian ini berfungsi pula sebagai peredam dari sinyal yang mengganggu karena apabila ada sinyal lain yang masuk akan mengakibatkan buruknya kualitas gambar. Salah satu sinyal yang diredam adalah sinyal suara. Ada dua macam metode deteksi, pertama menggunakan detector dioda dan yang lain digunakan detector pulsa sinkronisasi, ini diproduksi berkat perkembangan teknologi IC. Pada metode deektor sinkronisasi, pulsa sinkronisasi diambil dari pembawa IF gambar dan diberikan ke

40 detector sinkronisasi. Sinyal output hasil deteksi akan keluar hanya bila diberikan pulsa sinkronisasi. (Waluyanti, 2008) Video Amplifier Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal luminan yang berasal dari detektor video sehingga dapat menjalankan layar kaca atau CRT (catode ray tube}. Di dalam rangkaian penguat video terdapat pula rangkaian ABL (automatic brightnees level) atau pengatur kuat cahaya otomatis yang berfungsi untuk melindungi rangkaian tegangan tinggi dari tegangan muatan lebih yang disebabkan oleh kuat cahaya pada layar kaca. Sebuah jaringan penunda (delay line) dipasang pada kedua penguat depan untuk menunda memperlambat sinyal luminan. Pada penguat tingkat kedua dan tingkat ketiga, penguatan atau kontras gambar dapat diatur. Dan untuk menghilangkan komponen krominan sub pembawa, dipasang penjebak 4,43 MHz. Lebih lanjut sebuah rangkaian pengoreksi respon frekuensi tinggi gambar juga dipasang. Pada tingkat akir penguat, dipasang rangkaian rangkaian penyetel kuat cahaya, rangkaian penghilang garis flyback, ABL (automatic Brightness Limiter) dan rangkaian pembangkit komponen DC untuk gambar. (Waluyanti, 2008) Sumber: Waluyanti, AGC (Automatic Gain Control) Penguatan penerima TV warna dikontrol secara otomatis dengan rangkain AGC yang tergantung pada kuat medang gelombang TV yang diterima, sehingga output detector video dapat dibuat selalu konstan. Gambar di bawah ini menunjukan diagram AGC. Dengan mendeteksi

41 perubahan output detector video dapat dibuat tegangan AGC yang diumpan balikkan ke penguat HF dan penguat IF gambar. (Waluyanti, 2008) Sumber: Waluyanti, 2008 Ada tiga macam metode mendeteksi tegangan AGC dari sinyal video komposit, yaitu: Menggunakan tingkat rata-rata AGC tipe ini memakai deteksi tingkat rata-rata (average level) sinyal video komposit. Karena rangkaian tipe AGC ini sangat sederhana dan dikontorl oleh harga rata-rata sinyal video komposit maka gangguan oleh derau (noise) sangat kecil. Tetapi harga rata-rata berubah, terhadap sinyal pemodulasi, juga kontras gambar dirubah, maka AGC ini sekarang tidak dipakai lagi. (Waluyanti, 2008) Menggunakan deteksi tingkat puncak (pick level) AGC tipe ini diatur oleh tingkat puncak hitam sinyal video komposit, yaitu tingkat ujungujung pulsa sinkronisasi yang tidak dirubah oleh sinyal prooduksi. Meskipun output tegangan feedback AGC tipe ini besar, bila terdapat derau yang melebihi pulsa sinkronisasi maka tegangan AGC dapat dirubah oleh derau tadi. Maka dipasang rangkaian pembuang derau sebelum rangkaian deteksi AGC itu. (Waluyanti, 2008) Metode penguncian (keyed) AGC jenis ini bekerja pada saat ketika ada pulsa sinkronisasi horizontal, dan ini lebih sedikit tergantung oleh derau (nois). Sebagai tambahan karena dapat dipilih konstanta waktu pengisian/pemuatan yang kecil maka sistim AGC terkunci ini dapat mengikuti perubahan dengan cepat terhadap sinyal input seperti misalnya gejala flutter/menggelempar.(waluyanti, 2008)

42 Rangkaian Defleksi Sinkronisasi Rangkaian ini terdiri dari empat blok, yaitu: rangkaian sinkronisasi, rangkaian defleksi vertikal, rangkaian defleksi horizontal, dan rangkaian pembangkit tegangan tinggi. Bagian-bagian dari rangkaian horisontal meliputi : 1. Osilator Horisontal, Sebagai pembangkit pulsa frekuensi horisontal. Pada sistem CCIR frekuensi horisontalnya adalah Hz, dan pada sistem FCC frekuensi horisontalnya adalah Hz. (Waluyanti, 2008) 2. Horisontal Driver, dipakai untuk memperkuat frekuensi horizontal dari osilator guna menyediakan arus yang cukup untuk mendriver transistor horisontal output (HOT), sehingga transistor HOT berlaku sebagai saklar. (Waluyanti, 2008) 3. Horisontal Output (HOT), output berfungsi untuk menyediakan power arus gigi gergaji untuk diumpankan ke kumparan defleksi horisontal. Dari transistor HOT kemudian dikopel secara kapasitip ke kumparan defleksi yoke. Pada umumnya transistor HOT TV warna mendapat tegangan DC sekitar 110 V. Trafo plyback (FBT, HVT) dipasang pada bagian HOT, dengan memanfaatkan arus gigi gergaji saat horisontal retrace yang dapat menginduksikan tegangan sangat tinggi. (Waluyanti, 2008) Defleksi Yoke Horizontal, Sumber: Waluyanti, 2008 Defleksi Yoke Horizontal Berfungsi sebagai berikut :

43 1. Menghasilkan arus defleksi yang cukup untuk Deflection Yoke untuk scanning electric beam dalam arah horizontal. (Waluyanti, 2008) 2. Membangkitkan tegangan tinggi melalui gulungan skunder fly back, dan tegangan ini diumpankan ke elektroda anoda CRT dan elektroda fokus. (Waluyanti, 2008) High Voltage Supply (Fly Back) High Voltage Supply (Fly Back) Berfungsi sebagai penghasil tegangan tinggi untuk dapat mencatu (mengaktifkan) layer CRT agar dapat menghasilkan elektron-elektron yang dapat menampilkan gambar. Tegangan input yang diolah berasl dari tegangan VCC dengan dipengaruhi adanya kerja transistor horizontal output dengan frekuensi tinggi. Tegangan tinggi ini digunakan untuk mencatu anoda CRT, sedangkan tegangan menengah digunakan untuk mencatu rangkaian video output serta katoda dan grid CRT.(Waluyanti, 2008) Rangkaian Catu Daya (Power Supply) Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah tegangan AC menjadi DC yang selanjutnya didistribusikan ke seluruh rangkaian. Pada gambar di bawah, rangkaian catu daya dibatasi oleh garis putih pada PCB dan daerah di dalam kotak merah. Daerah di dalam garis putih adalah rangkaian input yang merupakan daerah tegangan tinggi (live area). Sementara itu, daerah di dalam kotak merah adalah output catu daya yang selanjutnya mendistribusikan tegangan DC ke seluruh rangkaian TV.(Waluyanti, 2008) Sumber: Waluyanti, 2008

44 BAB III IMPLEMENTASI SISTEM ARCHITECTURE/FLOWCHART 3.1 Flowchart Sistem Pemancaran TV Analog Berwarna Sumber: Rio, 2002 Sumber: Rio, 2002

45 Sumber: Rio, 2002

46 Sumber: Rio, Flowchart Sinyal Komposit TV Analog Berwarna Sumber: Rio, 2002

47 Sumber: Rio, Flowchart Sistem Penerimaan TV Analog Berwarna Sumber: Waluyanti, 2008

48 Sumber: Rio, 2002 Sumber: Rio, 2002

49 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Pemancar TV analog berwarna mempunyai 3 buah kamera yaitu kamera optic merah, biru, dan hijau yang digunakan untuk menangkap gambar dan kemudian di kirim. Gambar yang dikirim, diperkuat oleh camera video amplifier. bagian mixing dan monitoring akan memilih gambar yang terbaik dan akan diperkuat lagi sinyal gambar yang membentuk video oleh video amplifier. frekuensi controlled oscillator menghasilkan gelombang pembawa dan kemudian gelombang pembawa diperkuat oleh carrier amplifier dan kemudian dimodulasikan antara gelombang pembawa dengan sinyal video tersebut. Sinyal video yang telah ditumpangkan pada gelombang pembawa akan diatur pengiriman sinyalnya setelah melalui sideband filter oleh synchronous signal generator dan akhirnya dikirim/dipancarkan oleh antenna. 2. sinyal komposit TV analog berwarna dibagi menjadi sinyal luminan yang mengatur terangnya gambar yang diterima (sama sifatnya dengan sinyal video TV hitam-putih) dan sinyal krominan yang mengatur tingkat warna serta kroma yang dibentuk dari tiga warna primer merah-hijau-biru. 3. Propogasi gelombang radio pada TV analog berwarna memiliki lintasan line of sight(langsung) dan lintasan pantulan. Gelombang radio pada TV termasuk gelombang space wave yang memiliki keandalan yang tinggi, merambat seperti cahaya, mempunyai jarak jangkau ±60 KM dan tidak diengaruhi ionosfir. Gelombang TV akan mengalami gangguan jika ada gunung dan gedung tinggi sehingga gelombangnya akan didifraksikan, direfleksikan, dan dihamburkan. 4. penerimaan TV analog berwarna pertama rangkaian pelana akan menerima sinyal masuk kemudian dikirim ke mixer dan sound IF Amplifier dan FM detector akan memisahkan sinyal suara dengan gelombang pembawa, kemudian sinyal suara dikuatkan oleh power Amplifier dan dikirim ke loudspeaker yang akan menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, rangkaian receiver dan transmitter dibuat dengan prinsip kerjanya menggunakan pantulan gelombang. Penggunaannya, rangkaian transmitter

Lebih terperinci

Radio dan Medan Elektromagnetik

Radio dan Medan Elektromagnetik Radio dan Medan Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat, Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Umum elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Fakultas FIKOM Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON SHORT WAVE (SW) CARA KERJA PEMANCAR RADIO Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA TRANSCEIVER Oleh : Sunarto YBØUSJ

PRINSIP KERJA TRANSCEIVER Oleh : Sunarto YBØUSJ PRINSIP KERJA TRANSCEIVER Oleh : Sunarto YBØUSJ UMUM Radio communication transceiver adalah pesawat pemancar radio sekaligus berfungsi ganda sebagai pesawat penerima radio yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

PEMBACAAN & PENYAJIAN GAMBAR

PEMBACAAN & PENYAJIAN GAMBAR TELEVISI Paul Nipkow mengembangkan teknologi berputar-disc untuk mengirim gambar pada tahun 1884. Ia menemukan gagasan membedah gambar dan mengirimnya secara berurutan. Penemuan tabung sinar katode (1897)

Lebih terperinci

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat Yogo Tri Saputro 17411549 Teknik Elektro Latar Belakang Pada dasarnya pemancar

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang. elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang

BAB II TEORI DASAR. Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang. elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang BAB II TEORI DASAR 2.1. PROPAGASI GELOMBANG Propagasi gelombang adalah suatu proses perambatan gelombang elektromagnetik dengan media ruang hampa. Antenna pemancar memang didesain untuk memancarkan sinyal

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah BAB II PEMBAHASAN.1. Pengertian Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah sinyal berfrekuensi tinggi dan sinyal berfrekuensi rendah.

Lebih terperinci

Analisis Processor Utama IC STV 2286 Pada Televisi Berwarna Polytron MX / 20323

Analisis Processor Utama IC STV 2286 Pada Televisi Berwarna Polytron MX / 20323 1 Analisis Processor Utama IC STV 2286 Pada Televisi Berwarna Polytron MX / 20323 Toni Suhartanto *, Darjat **, Ajub Ajulian Z. ** Abstrak Televisi berwarna merupakan sebuah peralatan elektronik yang terdiri

Lebih terperinci

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT 4.1 Komunikasi Radio Komunikasi radio merupakan hubungan komunikasi yang mempergunakan media udara dan menggunakan gelombang

Lebih terperinci

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Materi II TEORI DASAR ANTENNA Materi II TEORI DASAR ANTENNA 2.1 Radiasi Gelombang Elektromagnetik Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara

Lebih terperinci

Blok Diagram Sebuah Osiloskop

Blok Diagram Sebuah Osiloskop OSILOSKOP BAB VI Kegunaan Osiloskop Untuk mengamati secara visual tingkah tegangan bolak balik dan tegangan searah. Sebagai alat ukur: tegangan searah dan tegangan bolak balik. : tegangan (Vpp) berbagai

Lebih terperinci

Waktu : 4 x 50 Menit Topik : Pengenalan Televisi Kode : 05/ELK-ELA166/2008 Judul : Colour Matrix dan Vidio Amplifier

Waktu : 4 x 50 Menit Topik : Pengenalan Televisi Kode : 05/ELK-ELA166/2008 Judul : Colour Matrix dan Vidio Amplifier LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI DISPLAY DAN TELEVISI OLEH : MUHAMMAD HUSIN 2005 / 66350 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK TEKNIK ELEKTRONIKA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2008 A. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH

BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH. GELOMBANG MENENGAH Berdasarkan spektrum frekuensi radio, pita frekuensi menengah adalah gelombang dengan rentang frekuensi yang terletak antara 300 khz sampai 3 MHz

Lebih terperinci

Pendahuluan 1.1 Latar Belakang. Dasar Teori

Pendahuluan 1.1 Latar Belakang. Dasar Teori Televisi Hitam Putih Danang Dwi D, Deni Ade P, Hilda K, Yunianto Panji N Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang Abstrak Televisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENELITIAN TERDAHULU Sebelumnya penelitian ini di kembangkan oleh mustofa, dkk. (2010). Penelitian terdahulu dilakukan untuk mencoba membuat alat komunikasi bawah air dengan

Lebih terperinci

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL VII. PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO VII.1. BLOK DIAGRAM PEMANCAR AM / FM a. MOD Sinyal AM / FM / SSB Antena b. MOD AMP POWER Mikr s.akustik s. Listrik f LO LOCAL OSCIL Antena c. MOD FREK FREQ. MULTI PLIER

Lebih terperinci

PEMANCAR&PENERIMA RADIO

PEMANCAR&PENERIMA RADIO PEMANCAR&PENERIMA RADIO Gelombang elektromagnetik gelombang yang dapat membawa pesan berupa sinyal gambar dan suara yang memiliki sifat, dapat mengarungi udara dengan kecepatan sangat tinggi sehingga gelombang

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON CARA KERJA PENERIMA RADIO Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan Template Modul

Lebih terperinci

Propagasi gelombang radio atau gelombang elektromagnetik dipengaruhi oleh banyak faktor dalam bentuk yang sangat kompleks kondisi yang sangat

Propagasi gelombang radio atau gelombang elektromagnetik dipengaruhi oleh banyak faktor dalam bentuk yang sangat kompleks kondisi yang sangat Propagasi gelombang radio atau gelombang elektromagnetik dipengaruhi oleh banyak faktor dalam bentuk yang sangat kompleks kondisi yang sangat bergantung pada keadaan cuaca dan fenomena luar angkasa yang

Lebih terperinci

VIII. PRINSIP PER-TELEVISI-AN

VIII. PRINSIP PER-TELEVISI-AN V. PRNSP PER-TELEVS-AN V.1 BANDWDTH DAN PENGERTAN KANAL TV Sebagaimana diketahui sinyal TV terdiri atas : 1. Sinyal video yang lazim disebut sebagai sinyal gambar 2. Sunyal audio yang merupakan sinyal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketidakstabilan sinyal bagi Provider Telekomunikasi menjadi permasalahan yang sangat komplek terutama pada pemancar BTS (Base Transceiver Station) di daerah remote

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Pengertian sistem jaringan komunikasi Radio Gelombang Mikro yang paling sederhana adalah saling berkomunikasinya antara titik A dan titik B dengan menggunakan perangkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu adalah penelitian yang mencoba membuat alat komunikasi bawah air dengan cara mengirimkan bit yang di tandai oleh nyala lampu yang berbasis

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR TELEVISI

BAB II TEORI DASAR TELEVISI BAB II TEORI DASAR TELEVISI 2.1 Sistem Televisi Pada dasarnya sebuah gambar pada layar pesawat televisi adalah suatu susunan dari banyaknya daerah-daerah kecil. Setiap daerah kecil dari gambar tersebut

Lebih terperinci

FT UNP Padang Lembaran : Job Sheet. Waktu : 4 x 50 Topik : Bagian Blok TV Kode : 08/ELK-ELA166/2008 Judul : Horizontal dan High Voltage Amplifier

FT UNP Padang Lembaran : Job Sheet. Waktu : 4 x 50 Topik : Bagian Blok TV Kode : 08/ELK-ELA166/2008 Judul : Horizontal dan High Voltage Amplifier FT UNP Padang Lembaran : Job Sheet Jurusan: PT. Elektronika Mata Kuliah : Teknologi TV & Display Waktu : 4 x 50 Topik : Bagian Blok TV Kode : 08/ELK-ELA166/2008 Judul : Horizontal dan High Voltage Amplifier

Lebih terperinci

Transmisi Signal Wireless. Pertemuan IV

Transmisi Signal Wireless. Pertemuan IV Transmisi Signal Wireless Pertemuan IV 1. Panjang Gelombang (Wavelength) Adalah jarak antar 1 ujung puncak gelombang dengan puncak lainnya secara horizontal. Gelombang adalah sinyal sinus. Sinyal ini awalnya

Lebih terperinci

Telekomunikasi Radio. Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta

Telekomunikasi Radio. Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta Telekomunikasi Radio Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta Telekomunikasi Radio Merupakan suatu bentuk komunikasi modern yang memanfaatkan gelombang radio sebagai sarana untuk membawa suatu pesan

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN SAW FILTER SEBAGAI FILTER SINYAL IF

BAB III PENGGUNAAN SAW FILTER SEBAGAI FILTER SINYAL IF BAB III PENGGUNAAN SAW FILTER SEBAGAI FILTER SINYAL IF 3.1. Pendahuluan Fungsi SAW Filter sendiri dalam unit IF pada televisi adalah untuk memberikan bentuk respon sinyal IF yang dihasilkan dari tuner

Lebih terperinci

ELECTROMAGNETIC WAVE AND ITS CHARACTERISTICS

ELECTROMAGNETIC WAVE AND ITS CHARACTERISTICS WIRELESS COMMUNICATION Oleh: Eko Marpanaji INTRODUCTION Seperti dijelaskan pada Chapter 1, bahwa komunikasi tanpa kabel menjadi pilihan utama dalam membangun sistem komunikasi dimasa datang. Ada beberapa

Lebih terperinci

Pemancar&Penerima Televisi

Pemancar&Penerima Televisi Pemancar&Penerima Televisi Pemancar Bagian yg sangat vital bagi stasiun penyiaran radio&tv agar tetap mengudara Pemancar TV dibagi 2 bagian utama: sistem suara&sistem gambar Diubah menjadi gelombang elektromagnetik

Lebih terperinci

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A VI. ANALISA DATA Percobaan SSB dan DSB yang pertama sinyal audio dengan gelombang sinus 1kHz dan amplitudo 2Vpp dimodulasi dengan carrier. Sinyal audio digabung

Lebih terperinci

PROPAGASI UMUM PEMBAGIAN BAND FREKUENSI RADIO

PROPAGASI UMUM PEMBAGIAN BAND FREKUENSI RADIO PROPAGASI UMUM Apabila kita berbicara tentang propagasi maka kita menyentuh pengetahuan yang berhubungan dengan pancaran gelombang radio. Seperti kita ketahui bahwa apabila kita transmit, pesawat kita

Lebih terperinci

M. Ihsan Z

M. Ihsan Z I. Tujuan Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu : 1. Mengidentifikasi blok-blok dan tata letak diagram dari syncron dan vertical amplifier 2. Mengidentifikasi komponen yang ada pada

Lebih terperinci

Telekomunikasi: penyampaian informasi atau hubungan antara satu titik dengan titik yang lainnya yang berjarak jauh. Pengantar Telekomunikasi

Telekomunikasi: penyampaian informasi atau hubungan antara satu titik dengan titik yang lainnya yang berjarak jauh. Pengantar Telekomunikasi PENGANTAR TELEKOMUNIKASI PENGANTAR TELEKOMUNIKASI 3 Pengertian Telekomunikasi Tele : Jauh Komunikasi: Penyampaian informasi atau hubungan Transmisi antara satu titik dengan titik yang lainnya. Telekomunikasi:

Lebih terperinci

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864 TEORI MAXWELL TEORI MAXWELL Maxwell adalah salah seorang ilmuwan fisika yang berjasa dalam kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang berhubungan dengan gelombang. Maxwell berhasil mempersatukan penemuanpenumuan

Lebih terperinci

1. Pengertian Penguat RF

1. Pengertian Penguat RF 1. Pengertian Penguat RF Secara umum penguat adalah peralatan yang menggunakan tenaga yang kecil untuk mengendalikan tenaga yang lebih besar. Dalam peralatan elektronik dibutuhkan suatu penguat yang dapat

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI DTG1E3 DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Klasifikasi Sistem Telekomunikasi By : Dwi Andi Nurmantris Dimana Kita? Dimana Kita? BLOK SISTEM TELEKOMUNIKASI Message Input Sinyal Input Sinyal Kirim Message Output

Lebih terperinci

BAB 6 SISTEM PENERIMA TELEVISI

BAB 6 SISTEM PENERIMA TELEVISI TEKNIK AUDIO VIDEO Sri Waluyanti dkk BAB 6 SISTEM PENERIMA TELEVISI 6.1. Pendahuluan Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III PRINSIP DASAR MODEL PROPAGASI

BAB III PRINSIP DASAR MODEL PROPAGASI BAB III PRINSIP DASAR MODEL PROPAGASI 3.1 Pengertian Propagasi Seperti kita ketahui, bahwa dalam pentransmisian sinyal informasi dari satu tempat ke tempat lain dapat dilakukan melalui beberapa media,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK TV DAN DISPLAY BLOK TUNER DONAL INDRA 05 / / 3E2

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK TV DAN DISPLAY BLOK TUNER DONAL INDRA 05 / / 3E2 LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK TV DAN DISPLAY BLOK TUNER DONAL INDRA 0 / 64 / E JURUSAN ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 008 FT UNP Padang Lembaran : Job Sheet Jurusan : Pend. TeElektronika

Lebih terperinci

menggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan sinyal-sinyal suara dan sinyal-sinyal gambar

menggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan sinyal-sinyal suara dan sinyal-sinyal gambar X. BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Sistem Alat yang dibuat merupakan pemancar televisi berwama dengan menggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan

Lebih terperinci

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 Mulia Raja Harahap, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Bandung, Februari 2015 Penyusun. (Agung Rismawan)

Kata Pengantar. Bandung, Februari 2015 Penyusun. (Agung Rismawan) Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya

Lebih terperinci

Pengertian dan Cara Kerja Televisi

Pengertian dan Cara Kerja Televisi Pengertian dan Cara Kerja Televisi Cara kerja televisi Agar dapat bekerja dan menampilkan gambar dari stasiun tv favorit mu, televisi terdiri dari bagaian-bagian yang saling menunjang agar bisa berfungsi.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM VIDEO KAMERA VIDEO KELOMPOK : 6 ISA MAHFUDI NIM KELAS / Abs : JTD-2A / 13

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM VIDEO KAMERA VIDEO KELOMPOK : 6 ISA MAHFUDI NIM KELAS / Abs : JTD-2A / 13 LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM VIDEO KAMERA VIDEO KELOMPOK Oleh : 3 ISA MAHFUDI NAMA ISA MAHFUDI : ISA MAHFUDI NIM. 1141160018 NIM (NIM. 1141160018) : 1141160018 KELAS / Abs : JTD-2A / 13 KELOMPOK : 6 Kelompok

Lebih terperinci

Jenis-jenis monitor. Monitor TFT LCD

Jenis-jenis monitor. Monitor TFT LCD Jenis-jenis monitor Monitor Catoda Ray Tube (CRT) Monitor ini merupakan monitor yang mempunyai tabung yang memproduksi elektron untuk menembak layar, sehingga tercipta gambar di layar seperti cara kerja

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO No Percobaan : 01 Judul Percobaan Nama Praktikan : Perambatan Gelombang Mikro : Arien Maharani NIM : TEKNIK TELEKOMUNIKASI D3 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal

Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal dua macam sumber informasi, yaitu ide-ide yang bersumber dari

Lebih terperinci

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK =================================================

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Bila dalam kawat PQ terjadi perubahan-perubahan tegangan baik besar maupun arahnya, maka dalam kawat PQ

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pendahuluan Telekomunikasi = Tele -- komunikasi Tele = jauh Komunikasi = proses pertukaran informasi Telekomunikasi = Proses pertukaran

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng DASAR TELEKOMUNIKASI Kholistianingsih, S.T., M.Eng KONTRAK PEMBELAJARAN UAS : 35% UTS : 35% TUGAS : 20% KEHADIRAN : 10% KEHADIRAN 0 SEMUA KOMPONEN HARUS ADA jika ada satu komponen yang kosong NILAI = E

Lebih terperinci

: SMKN 3 AMUNTAI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

: SMKN 3 AMUNTAI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMKN 3 AMUNTAI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMK : SMKN 3 AMUNTAI Mata Pelajaran : Teori Produktif AV Kelas/Semester : Standar Kompetensi : Perbaikan dan perawatan televisi Indikator : Televisi

Lebih terperinci

Energi dan Ketenagalistrikan

Energi dan Ketenagalistrikan ANALISIS KONSUMSI ENERGI LISTRIK PADA TELEVISI CRT DAN LED Tri Anggono dan Khalif Ahadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan dan Energi Baru dan Terbarukan anggono_tri@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SENSOR MEKANIK KETINGGIAN LEVEL AIR Transduser adalah alat yang mengubah suatu energi dari satu bentuk ke bentuk lain. Sebuah tranduser digunakan untuk mengkonversi suatu besaran

Lebih terperinci

FT UNP PADANG Lembaran : Job Sheet. Waktu : 4 x 50 Topik : Display. Kode : 09/ELK-ELA 166/2007 Judul : Tabung Gambar

FT UNP PADANG Lembaran : Job Sheet. Waktu : 4 x 50 Topik : Display. Kode : 09/ELK-ELA 166/2007 Judul : Tabung Gambar FT UNP PADANG Lembaran : Job Sheet Jurusan : PT. Elektronika Mata Kuliah : Teknologi Display & TV Waktu : 4 x 50 Topik : Display Kode : 09/ELK-ELA 166/2007 Judul : A. TUJUAN Setelah melakukan praktikum

Lebih terperinci

Dasar-dasar Penyiaran

Dasar-dasar Penyiaran Modul ke: Dasar-dasar Penyiaran Gelombang Electro Magnetic & Pengaturan Frekuensi Fakultas Ilmu Komunikasi Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi Broadcasting Gelombang Electro Magnetic Gelombang

Lebih terperinci

BAB VI TELEVISI. Gambar 6.1 Pengiriman Gambar secara Berurutan. Gambar 6.2 Penguraian Gambar dengan Jumlah Titik yang Berbeda

BAB VI TELEVISI. Gambar 6.1 Pengiriman Gambar secara Berurutan. Gambar 6.2 Penguraian Gambar dengan Jumlah Titik yang Berbeda 706 6.1 Prinsip Pengiriman Gambar BAB VI TELEVISI 6.1.1 Penguraian Gambar dan Penyusunan Gambar Dengan mata, kita dapat melihat sebuah gambar dalam sekali pandang. Dalam pesawat televisi, sebagai media

Lebih terperinci

PERALATAN GELOMBANG MIKRO

PERALATAN GELOMBANG MIKRO 5 6 PERALATAN GELOMBANG MIKRO dipancarkan gelombang mikro. Berikut dibicarakan sistem pembangkit gelombang mikro yang umum digunakan, mulai yang sederhana yaitu: klystron, magnetron, maser dan TWTA. 4.1.1

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER Eko Supriyatno, Siswanto Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta Email : anzo.siswanto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau 7 BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau komponen yang digunakan, antara lain teori tentang: 1. Sistem Monitoring Ruangan 2. Modulasi Digital

Lebih terperinci

Spektrum Gelombang Elektromagnetik

Spektrum Gelombang Elektromagnetik Spektrum Gelombang Elektromagnetik Gelombang elektromagnetik yang dirumuskan oleh Maxwell ternyata terbentang dalam rentang frekuensi yang luas. Sebagai sebuah gejala gelombang, gelombang elektromagnetik

Lebih terperinci

PROPAGASI. Oleh : Sunarto YB0USJ

PROPAGASI. Oleh : Sunarto YB0USJ PROPAGASI Oleh : Sunarto YB0USJ UMUM Apabila kita berbicara tentang propagasi maka kita menyentuh pengetahuan yang berhubungan dengan pancaran gelombang radio. Seperti kita ketahui bahwa apabila kita transmit,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. tracking untuk mengarahkan antena. Sistem tracking adalah suatu sistem yang

BAB II TEORI DASAR. tracking untuk mengarahkan antena. Sistem tracking adalah suatu sistem yang BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Kualitas suatu sistem komunikasi sangat ditentukan oleh kuat sinyal yang diterima. Salah satu cara agar sinyal dapat diterima secara maksimal adalah dengan mengarahkan antena

Lebih terperinci

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band High Frequency (HF). Mahasiswa

Lebih terperinci

ALOKASI FREKUENSI RADIO (RADIO FREQUENCY) DAN MEKANISME PERAMBATAN GELOMBANGNYA. Sinyal RF ( + informasi)

ALOKASI FREKUENSI RADIO (RADIO FREQUENCY) DAN MEKANISME PERAMBATAN GELOMBANGNYA. Sinyal RF ( + informasi) IV. LOKSI FREKUENSI RDIO (RDIO FREQUENCY) DN MEKNISME PERMTN GELOMNGNY Sinyal RF ( + informasi) Rx Gbr.IV.1: Sinyal RF sebagai pembawa informasi dari ke Rx Frekuensi radio (radio frequency : RF) adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ABSTRAK Transceiver (transmitter receiver) tidak hanya digunakan untuk komunikasi suara saja tetapi dapat digunakan untuk komunikasi data dengan menggunakan sebuah modem. Untuk komunikasi jarak jauh biasa

Lebih terperinci

Transducer merupakan suatu perangkat / alat yang dapat merobah suatu besaran menjadi besaran lain, atau sebaliknya.

Transducer merupakan suatu perangkat / alat yang dapat merobah suatu besaran menjadi besaran lain, atau sebaliknya. III. TRANSDUCER III.1. PENGERTIAN DAN MACAM TRANSDUCER Transducer merupakan suatu perangkat / alat yang dapat merobah suatu besaran menjadi besaran lain, atau sebaliknya. BESARAN NON LISTRIK TRANSDUCER

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan antenna saat ini semakin berkembang terutama untuk system komunikasi. Antenna adalah salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis. Perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari

Lebih terperinci

BAB III FRAME SYNCHRONIZER FA-9100 SEBAGAI KWALITAS SINYAL VIDEO

BAB III FRAME SYNCHRONIZER FA-9100 SEBAGAI KWALITAS SINYAL VIDEO BAB III FRAME SYNCHRONIZER FA-9100 SEBAGAI KWALITAS SINYAL VIDEO 3.1 Sinyal Video Sinyal video dihasilkan dari kombinasi antar sinyal-sinyal elektronik dan merupakan standar televisi. Sinyal video yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gelombang Gelombang adalah gejala dari perambatan usikan (gangguan) di dalam suatu medium. Pada peristiwa rambatan tersebut tidak disertai dengan perpindahan tempat yang permanen

Lebih terperinci

Jenis dan Sifat Gelombang

Jenis dan Sifat Gelombang Jenis dan Sifat Gelombang Gelombang Transversal, Gelombang Longitudinal, Gelombang Permukaan Gelombang Transversal Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah pergerakan partikel pada medium (arah

Lebih terperinci

Stasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran

Stasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran Stasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran Stasiun Relay Fungsi stasiun relay : menerima gelombang elektromagnetik dari stasiun pemancar, kemudian memancar luaskan gelombang itu didaerahnya.

Lebih terperinci

Pemancar dan Penerima FM

Pemancar dan Penerima FM Pemancar dan Penerima FM Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga budihardja.murtianta@staff.uksw.edu Ringkasan

Lebih terperinci

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot ACTION TOOLS OUTPUT INFORMATION MEKANIK MOTOR MOTOR DRIVER CPU SISTEM KENDALI SENSOR Gambar 1 Bagian-bagian Robot Gambar 1 menunjukkan bagian-bagian robot secara garis besar. Tidak seluruh bagian ada pada

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 206/207 JUDUL SINGLE SIDEBANDD-DOUBLE SIDEBAND (SSB-DSB) GRUP 2 3C PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa

TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa Disusun oleh: (Telkom Group) 1. Alwin Bahari 2. Aulya Rahman F 3. Firman Anggoro 4. Gunawan 5. Hafiz Maulana 6. Irfan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER 3 GANJIL 2017/2018 DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T Sinyal Digital Selain diwakili oleh sinyal analog, informasi juga dapat diwakili oleh sinyal digital.

Lebih terperinci

STRUKTUR DIAGRAM PONSEL FUNGSI DAN GEJALA KERUSAKAN KOMPONEN

STRUKTUR DIAGRAM PONSEL FUNGSI DAN GEJALA KERUSAKAN KOMPONEN STRUKTUR DIAGRAM PONSEL FUNGSI DAN GEJALA KERUSAKAN KOMPONEN Pada bab ini kami akan memberikan beberapa penjelasan mengenai struktur diagram ponsel beserta fungsi dan gejala kerusakan dari setiap komponen

Lebih terperinci

Nomor Dokumen F.1 PPK 02. Nomor Revisi 0.0. Tanggal Terbit

Nomor Dokumen F.1 PPK 02. Nomor Revisi 0.0. Tanggal Terbit 1 dari 5 FT Padang Lembaran : Job Sheet Jurusan : PT. Elektronika Mata Kuliah : Teknologi Display & TV Waktu : 4 x 50 Topik : Pengenalan Televisi Kode : 01/PTE-ELA166/2008 Judul : Blok Diagram TV 1. Tujuan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB II SALURAN TRANSMISI BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak

Lebih terperinci

Sistem Telekomunikasi

Sistem Telekomunikasi Sistem Telekomunikasi Pertemuan ke,6 Gelombang Elektromagnetik Taufal hidayat MT. email :taufal.hidayat@itp.ac.id ; blog : catatansangpendidik.wordpress.com 1 10/21/2015 Outline I Pengertian gelombang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengukuran Catu Daya Pada pengujian catu daya dilakukan beberapa pengukuran terhadap IC regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L78012. Maka untuk regulator

Lebih terperinci

PENGUKURAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK BEBAS PADA AREA URBAN DAN RURAL

PENGUKURAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK BEBAS PADA AREA URBAN DAN RURAL PENGUKURAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK BEBAS PADA AREA URBAN DAN RURAL MANA HILUL IRFAN 2207100051 Dosen Pembimbing : Eko Setijadi, ST., MT., Ph.D Dr. Ir. Wirawan, DEA Latar Belakang 2 Green Telecommunication

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kardiawarman, Ph.D. Modul 7 Fisika Terapan 1

PENDAHULUAN. Kardiawarman, Ph.D. Modul 7 Fisika Terapan 1 PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Rangkaian Elektronika Dalam eknologi Audio Visual yang mencakup: teknik pemancar dan penerima audio, serta pemancar dan penerima audio-video.

Lebih terperinci

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com MODULASI Adri Priadana ilkomadri.com Pengertian Modulasi Merupakan suatu proses penumpangan atau penggabungan sinyal informasi (pemodulasi) kepada gelombang pembawa (carrier), sehingga memungkinkan sinyal

Lebih terperinci

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI - S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI Dengan kemajuan teknologi, telekomunikasi menjadi lebih cepat, lebih andal dan lebih murah dibandingkan dengan metode komunikasi

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM PENGOLAHAN SINYAL VIDEO PADA EXCITER NEC PCU-1120SSP/1 DI STASIUN TRANSMISI TRANS TV SEMARANG

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM PENGOLAHAN SINYAL VIDEO PADA EXCITER NEC PCU-1120SSP/1 DI STASIUN TRANSMISI TRANS TV SEMARANG MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM PENGOLAHAN SINYAL VIDEO PADA EXCITER NEC PCU-1120SSP/1 DI STASIUN TRANSMISI TRANS TV SEMARANG M. Hidayat Al Rizqy (L2F008056), Yuli Christiyono, S.T., M.T. (1968071197021001)

Lebih terperinci

Contoh Soal soal Ujian Amatir Radio, Tahun 2000

Contoh Soal soal Ujian Amatir Radio, Tahun 2000 Contoh Soal soal Ujian Amatir Radio, Tahun 2000 Mata Ujian: Teknik Radio Waktu 45 menit Petunjuk cara menjawab: a. Jawablah dengan memberi tanda silang (x) untuk jawaban yang Saudara anggap benar b. Apabila

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT 1 Hilridya Sagita, 2 Eri Prasetyo dan 3 Arifin 1,2 Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Jakarta 3 STMIK Bidakara,

Lebih terperinci