A. Pengertian Weda. B. Bahasa Weda

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. Pengertian Weda. B. Bahasa Weda"

Transkripsi

1 A. Pengertian Weda Sumber ajaran agama Hindu adalah Kitab Suci Weda, yaitu kitab yang berisikan ajaran kesucian yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi. Weda merupakan jiwa yang meresapi seluruh ajaran Hindu, laksana sumber air yang mengalir terus melalui sungai-sungai yang amat panjang dalam sepanjang abad. Weda adalah sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Weda secara ethimologinya berasal dari kata "Vid" (bahasa sansekerta), yang artinya mengetahui atau pengetahuan. Weda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci Weda dikenal pula dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Weda adalah wahyu yang diterima melalui pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para maha Rsi. Juga disebut kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan demikian yang dimaksud dengan Weda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh diragukan kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa. B. Bahasa Weda Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok dalam mempelajari Sansekerta. Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh Rsi Wararuci. C. Pembagian dan Isi Weda Weda adalah kitab suci yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan oleh manusia. Berdasarkan materi, isi dan luas lingkupnya, maka jenis buku weda itu banyak. maha Rsi Manu membagi jenis isi Weda itu ke dalam dua kelompok besar yaitu Weda Sruti dan Weda Smerti. Pembagian ini juga dipergunakan untuk menamakan semua jenis buku yang dikelompokkan sebagai kitab Weda, baik yang telah berkembang dan tumbuh menurut tafsir sebagaimana dilakukan secara turun temurun menurut tradisi maupun sebagai wahyu yang berlaku secara institusional ilmiah. Kelompok Weda Sruti isinya hanya memuat wahyu, sedangkan kelompok Smerti isinya bersumber dari Weda Sruti, jadi merupakan manual, yakni buku pedoman yang sisinya

2 tidak bertentangan dengan Sruti. Baik Sruti maupun Smerti, keduanya adalah sumber ajaran agama Hindu yang tidak boleh diragukan kebenarannya. Agaknya sloka berikut ini mempertegas pernyataan di atas. Srutistu wedo wijneyo dharma sastram tu wai smerth, te sarrtheswamimamsye tab hyam dharmohi nirbabhau. (M. Dh.11.1o). Artinya: Sesungguhnya Sruti adalah Weda, demikian pula Smrti itu adalah dharma sastra, keduanya harus tidak boleh diragukan dalam hal apapun juga karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber ajaran agama Hindu. (Dharma) Weda khilo dharma mulam smrti sile ca tad widam, acarasca iwa sadhunam atmanastustireqaca. (M. Dh. II.6). Artinya: Seluruh Weda merupakan sumber utama dari pada agama Hindu (Dharma), kemudian barulah Smerti di samping Sila (kebiasaan- kebiasaan yang baik dari orangorang yang menghayati Weda). dan kemudian acara yaitu tradisi dari orang-orang suci serta akhirnya Atmasturi (rasa puas diri sendiri). Srutir wedah samakhyato dharmasastram tu wai smrth, te sarwatheswam imamsye tabhyam dharmo winir bhrtah. (S.S.37). Artinya: Ketahuilah olehmu Sruti itu adalah Weda (dan) Smerti itu sesungguhnya adalah dharmasastra; keduanya harus diyakini kebenarannya dan dijadikan jalan serta dituruti agar sempurnalah dalam dharma itu. Dari sloka-sloka diatas, maka tegaslah bahwa Sruti dan Smerti merupakan dasar utama ajaran Hindu yang kebenarannya tidak boleh dibantah. Sruti dan Smerti merupakan dasar yang harus dipegang teguh, supaya dituruti ajarannya untuk setiap usaha. Pengumpulan berbagai mantra menjadi himpunan buku-buku adalah merupakan usaha kodifikasi Weda. Sloka-sloka yang ribuan banyaknya telah diturunkan ke dunia ini tidak diturunkan sekaligus atau bersamaan ditempat yang sama, melainkan tidak bersamaan dan dari jaman ke jaman meliputi ribuan tahun. 1. Sruti

3 Kelompok Śruti, menurut Bhagawan Manu merupakan Weda yang sebenarnya, atau Weda originair. Menurut sifat isinya Weda ini dibagi batas tiga bagian, yaitu : a. Bagian Mantra. b. Bagian Brahmana (Karma Kanda). c. Bagian Upanisad/Aranyaka (Joăna kanda). a. Mantra. Bagian Mantra terdiri atas empat himpunan (samhita) yang disebut catur Weda samhita, yaitu : o Rg. Weda atau Rg Wedasamhita. o Sama Weda atau Samawedasamhita. o Yajur Weda atau Yajurwedasamhita. o Atharwa Weda atau Atharwaweda samhita Dari keempat kelompok Weda itu, tiga kelompok pertama sering disebut-sebut sebagai mantra yang berdiri sendiri. Karena itu disebut Tri Weda. Pengenalan catur Weda hanya karena kenyataan Weda itu secara sistematik telah dikelompokkan atas empat Weda. Pembagian empat kelompok ini itu yaitu : Rg. Weda Samhita merupakan kumpulan mantra yang memuat ajaran-ajaran umum dalam bentuk pujaan (Rc. atau Rcas). Arc. = memuja (Arc. Rc). Samawedasamhita merupakan kumpulan mantra yang memuat ajaran umum. mengenai lagu-lagu pujaan (saman). Yajur Weda samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran umum mengenai pokok-pokok yajus, (pluralnya Yajumsi). Jenis Weda ini ada dua macam, yaitu: o Yajurweda hitam (Krşra Yajurweda) yang terdiri atas beberapa resensi a.l. Taiyiriya samhita dan Maitrayanisamhita. o Yajur weda putih (Śukla yajurweda). yang juga disebut Wajasaneji samhita. Atharwa weda samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran yang bersifat magis (atharwan). Kitab Rg. Weda merupakan kumpulan dari sloka-sloka yang tertua. Kitab ini dikumpulkan dalam berbagai resensi seperti resensi Sakala, Baskala, Aswalayana, Sankhyayana dan Mandukeya. Dari lima macam resensi ini yang masih terpelihara adalah resensi Sakala sedangkan resensi-resensi lainnya banyak yang tidak sempurna lagi karena mantra-mantranya hilang. Didalam mempelajari ajaran-ajaran Hindu dewasa ini para sarjana umumnya berpedoman pada resensi Sakala untuk mengetahui seluruh ajaran yang terdapat didalam Rg. Weda itu. Berdasarkan resensi itu. Rg. WEDA samhita terdiri atas 1017 hymn (mantra) atau 1028 mantra

4 termasuk bagian mantra Walakhitanya. Atau disebut pula terdiri atas 10580½ stanza at.au kata-kata atau suku kata. Rg. Weda terbagi atas 10 Mandala yang tidak sama panjangnya. Disamping pembagian atau 10 Mandala, Rg. Weda dibagi pula atas 8 bagian yang disebut Astaka Mandala merupakan himpunan sloka-sloka dan keluarga-keluarga Maha Rsi tunggal sedangkan mandala 1, 9, 10 merupakan himpunan sloka-sloka dari banyak Maha Rsi. Samaweda terdiri atas mantra-mantra yang berasal dari Rg. Weda. Menurut penelitian Samaweda terdiri atas 1810 Mantra atau kadang-kadang ada yang mengatakan Samaweda terbagi atas dua bagian yaitu bagian arcika terdiri atas mantra-mantra pujaan yang bersumber dari Rg. Weda dan bagian Uttararcika yaitu himpunan mantra-mantra yang bersifat tambahan. Kitab ini terdiri atas beberapa buku nyanyian pujaan (gana). Dan kitab-kitab yang ada, yang masih dapat kita jumpai a.l. Ranayaniya, Kautuma dan Jaiminiya (Talawakara). Walaupun demikian didalam usaha penulisan kembali kitab Samaweda itu telah diusahakan sedemikian rupa supaya tidak banyak yang hilang. Yajurweda terdirii atas mantra-mantra yang sebagian besar berasal dari Rg. Weda, ditambah dengan beberapa mantra yang merupakan tambahan baru. Tambahan ini umumnya berbentuk prosa. Menurut Bhagawan Patapjali, kitab ini terdiri atas 101 resensi yang sebagian besar sudah lenyap. Kita ini terbagi atas dua aliran, yaitu: Yajurweda hitam (Krsna Yajurweda). Kitab ini terdiri atas 4 resensi yaitu: o Katakhassamhita. o Mapisthalakathasamhita. o Taithiriyasamhita (Terdiri atas dua aliran yaitu Apastamba dan Hiranyakesin). Yajur Weda putih (śukla yajurweda, juga dikenal Wajasaneyi samhita). Kitab ini terdiri atas 2 resensi yaitu : o Kanwa dan o Madhyandina. Antara kedua resensi itu hanya terdapat sedikit perbedaan Yajurweda putih ini terdiri atas 1975 mantra yang isinya umumnya menguraikan berbagai jenis yajna besar seperti Wejapeya, Aswamedha, Sarwamedha dan berbagai jenis yajna lainnya. Bagian terakhir dari Weda ini memuat sloka-sloka yang kemudian dijadikan Isopanisad. Perbedaan pokok antara Yajurweda Putih dengan Yajurweda hitam hanya sedikit saja Yajurweda putih terdiri atas mantra-mantra dan doa-doa yang harus diucapkan pendeta didalam upacara sedangkan mantra-mantra didalam Yajurweda hitam

5 terdapat pula mantra-mantra yang menguraikan arti Yajna. Bagian terakhir ini merupakan bagian tertua dari Yajurweda itu. Di dalam Weda ini kita jumpai pula pokok-pokok upacara Darsapurnamasa yaitu upacara yang harus dilakukan pada saat-saat bulan purnama dan bulan gelap, disamping berbagai jenis upacaraupacara besar yang penting artinya dilakukan setiap harinya. Atharwaweda yang disebut Atharwangira, merupakan kumpulan mantra-mantra yang juga banyak berasal dari Rg. Weda. Kitab ini memiliki 5987 mantra (puisi dan prosa). Kitab ini terpelihara dalam dua resensi, yaitu: Resensi Saunaka. Resensi ini paling terkenal dan terdiri atas 21 buku. Resensi Paippalada. b. Brahmana (Karma Kanda) Bagian kedua yang terpenting dan kitab Sruti ini adalah bagian yang disebut Brahmana atau Karma Kanda. Himpunan buku-buku ini disebut Brahmana. Tiap-tiap mantra (Rg. Sama, Yajur, Atharwa) memiliki Brahmana. Brahmana berarti doa. Jadi kitab Brahmana adalah kitab yang berisi himpunan doa-doa yang dipergunakan upacara yajna. Kadang-kadang Brahmana diartikan penjelasan yang menjelaskan arti kata ucapan mantra. Kitab Rg. Weda memiliki dua jenis buku Brahmana, yaitu Aitareya Brahmana dan Kausitaki Brahmana (Sankhyana Brahmana). Kitab Brahmana yang pertama terdiri atas 40 Bab dan yang kedua terdiri atas 30 Bab. Kitab Samaweda memiliki kitab Tandya Brahmana yang juga sering dikenal dengan nama Pancawimsa. Kitab ini memuat legenda (ceritra-ceritra kuno) yang dikaitkan dengan upacara yajna. Disamping itu ada pula Sadwimsa Brahmana. Kitab ini terbagi atas 25 buku dimana bagian terakhir yang terkenal adalah kitab Adbhuta Brahmana, merupakan jenis Wedangga yang memuat mengenai ramalan-ramalan dan penjelasan mengenai berbagai mukjizat. Yajurweda memiliki beberapa kitab Brahmana pula. Yajurweda hitam (Krsna Yajurweda) memiliki Taittiriya Brahmana. Kitab ini merupakan lanjutan Taittiriya samhita Kitab ini yang menguraikan simbolisasi,,purusamedha yang telah diartikan secara salah didalam tradisi Yajurweda putih (Sukla Yajurweda) memiliki Saptatha Brahmana. Nama ini disebut demikian karena kitab ini terdiri atas 100 adhyaya. Bagian terakhir dari kitab ini merupakan sumber bagi kitab Brhadaranyaka upanisad. Didalam kitab Brabmana ini mula-mula kita jumpai ceritera Sakuntala, Pururawa, Urwasi dan ceritera-ceritera tentang ikan. Atharwa weda ini memiliki kitab Gopathabrabmana. c. Upanisad dan Arapyaka (Joăna kanda).

6 Aranyaka atau Upanisad adalah himpunan mantra-mantra yang membabas berbagai aspek teori mengenai ke-tuhan-an. Himpunan ini merupakan bagian Joăna Kanda dari pada Weda Śruti. Sebagaimana halnya dengan tiap-tiap Mantra memiliki kitab Brahmana, demikian pula tiap-tiap mantra ini memiliki kitab-kitab Aranyaka atau Upanisad. Kelompok kitab-kitab ini disebut Rahasiya Jqăna karena isinya membahas hal-hal yang bersifat rahasia. Didalam penelitian mengenai berbagai naskah kitab suci Hindu Dr. G. Sriniwasa Murti didalam introduksi kitab Saiwa Upanisad mengemukakan bahwa tiap-tiap Sakha (cabang ilmu) Weda merupakan satu upanisad. Dari catatan yang ada: Rg.Weda terdiri atas 2l sakha. Sama Weda terdiri atas 1000 sakha. Yajur Weda terdiri atas 109 Sakha, dan AtharwaWedaterdlijatas5osakha. Berdasarkan jumlah sakha yaitu 1180 sakha maka jumlah Upanisad sayogyanya ada sebanyak 1180 buah buku tetapi berdasarkan catatan Muktikopanisad jumlah upanisad yang disebut secara tegas adalah sebanyak 108 buah buku. Adapun perincian daripada kitab-kitab upanisad itu adalah sebagai berikut: Upanisad yang tergolong jenis Rg. Weda, yaitu antara lain: Aitareya, Kausitaki, Nada-bindu, Atmaprabodha, Nirwana, Mudgala, Aksamalika, Tripura, Saubhagya dan Bahwrca Upanisad, yang semuanya berjumlah sepuluh Upanisad. Upanisad yang tergolong jenis Sama Weda adalah : Kena, Chandogya, Aruni, Maitrayani, Maitreyi, Wajrasucika, Yogacudamani, Wasudewa, Mahat, Sanyasa, Awyakta, Kondika, Sawirei, Rudraksajabala, Darsana dan Jabali. Semuanya berjumlah enam belas Upanisad. Upanisad yang tergolong jenis Yajurweda, adalah : o Untuk jenis Yajur Weda Hitam, terdiri atas Kathawali, Taittiriyaka, Brahma, Kaiwalya, Swetaswatara, Garbha, Narayana, Amrtabindu, Asartanada, Katagnirudra, K ausika, Sarwasara, Sukharahasya, Tejobindu, Dhyanabindu, Brahmawidya, Yogatattwa, Daksinamurti, Skanda Sariraka, Yogasikha, Ekaksara, Aksi, Awadhuta, Katha, Rudrahrdaya, Yogakundalini, Pancabrahma, Pranagnihotra, Waraha, Kalisandarana dan Saraswatirahasya. sernuanya berjumlah tiga puluh dua Upanisad. o Untuk Jenis Yajur Putih, terdiri atas: Isawasya, Brhadaranyaka, Jabala, Hamsa, Paramahamsa, Subata, Mantrika, Niralambha. Trisikhibrahmana, Mandalabrahmana, Adwanyataraka, Pingala Bhiksu, Turiyatita, Adhyatma, Tarasara, Yajnawalkya, Satyayani dan Muktika, semuanya berjumlah sembilan belas Upanisad.

7 Upanisad yang tergolong jenis Atharwaweda, yaitu, antara lain: Prasna, Munduka, Mandukya, Athawasira, Atharwasikha, Brhajjabala, Nrsimhatapini, Naradapariwrajaka, Sita, Sarabha, Mahanarayana, Ramarahasya, Ramatapini, Sandilya, Paramahamsa pariwrajaka, Annapurna, Surya, Atma, Pasupata, Parabrahmana, Tripuratapini, Dewi, Bhawana, Brahma, Gamapati, Mahawakya, Gopalatapini, Krsna, Hayagriwa, Dattatreya dan Garuda Upanisad, semuanya berjumlah tiga puluh satu Upanisad. Dengan memperhatikan deretan nama-nama kelompok Mantra, Brahmana dan Upanisad diatas, jelas bahwa kitab Sruti meliputi jumlah yang cukup banyak. Untuk mendalami Dharma, semua buku-buku itu adalah merupakan sumber utama dan kedudukannya mutlak perlu dihayati. 2. Smrti Smrti adalah Weda juga, karena kedudukannya dipersamakan dengan Weda (Sruti). Manawa Dharmasastra. II. 10. Srutistu wedo wijpeyo dharmaśastram tu wai smrtih te sarwãrtheswamimămsye tăbhyăm dharmohi nirbabhau. Artinya : Sesungguhnya Sruti adalah Weda dan Smrti adalah dharmasastra; keduanya tidak boleh diragukan karena keduanya adalah sumber dari hukum suci. Dan ketentuan itu jelas bahwa Dharmasastra berusaha menunjukkan tingkat kedudukan Smrti sama dengan Sruti. Dalam peterjemahan istilah Smrti itu kadang-kadang mengandung banyak arti seperti : Sejenis kelompok buku Weda yang lahir dan ingatan. Nama untuk menyebutkan tradisi yang bersumber pada kebiasaan yang disebut didalam Weda (Mds. II. 12.). Nama jenis kitab Dharmasastra. Istilah ini lebih sempit artinya jika dibanding dengan istilah Smrti menurut arti kelompok a. Menurut tradisi dan lazim telah diterima dibidang ilmiah istilah Smrti adalah untuk menyebutkan jenis kelompok Weda yang disusun kembali berdasarkan ingatan. Penyusunan ini didasarkan atas pengelompokan isi materi secara lebih sistematis manurut bidang profesi. Secara garis besarnya, Smrti depat digolongkan kedalam dua kelompok Wedasmrti, yaitu: Kelompok Wedangga (Batang Tubuh Weda) Kelompok Upaweda (Weda tambahan).

8 a. Kelompok Wedangga. Adapun kelompok Wedangga ini terdiri atas enam bidang Weda, yaitu : o Siksa (Phonetika) o Wyakarana (Tata Bahasa) o Chanda (lagu) o Nirukta (Sinonim dan Antonim) o Jyotisa (Astronomi) o Kalpa (Ritual). 1) Sika (Phonetik) Untuk dapat memahami Weda dengan tepat cabang ilmu Weda yang disebut Siksa penting artinya. Kodifikasi Weda yang diuraikan berdasarkan ilmu phonetika erat sekali hubungannya dengan ilmu Weda Sruti. Isinya memuat petunjukpetunjuk tentang cara yang tepat dalam pengucapan mantra serta tinggi rendah tekanan suara. Buku-buku siksa ini disebut Pratisakhya yang dihubungkan dengan berbagai resensi Weda Sruti. Diantara buku-buku Pratiskhya yang ada, antara lain: Rg. Wedapratisakhya, himpunan Bhagawan Saunaka berasal dari resensi Sakala. Taittiriyapratisakhyasutra berasal dari resensi Taitiriya dari Krsna Yajur Weda. Wajasaneyipratisakhyasutra himpunan Bhagawan Katyayana berasal dari resensi Madhyandina (Sukla Yajurweda). Samapratisakhya untuk Sama Weda Atharwawedapratisakhyasutra (caturadhyayika) untuk kitab Atharwa Weda. Penulis-penulis lainnya yang juga membahas Pratisakhya itu antara lain Maha Rsi Bharadwaja, Maha Rsi Wyasa (Abyasa), Maha Rsi Wasistha dan Yajnawalkya. 2) Wyakarana (Tata Bahasa). Wyakarana sebagai suplemen batang tubuh Weda dianggap sangat penting dan menentukan karena untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti tidak mungkin tanpa bantuan pengertian dan bahasa yang benar. Asal mula teori pengajaran Wyakarana, bersumber pada kitab Pratisakhya. Diantara pemuka-pemuka agama yang mengkodifikasi tata bahasa itu antara lain Sakatayana, Panini, Patanjali dan Yaska. Dari nama-nama itu yang terkenal adalah Bhagawan Panini yang menulis Astadhyayi dan Patanjali Bhasa. Dari Bhagawan Patanjali kita mengenal kata bhasa untuk menyebutkan bahasa sanskerta populer dan Daiwiwak (Bahasa para Dewa-Dewa) untuk bahasa sanskerta yang terdapat didalam kitab Weda, mula-mula disebut oleh Panini. 3) Chanda (lagu). Chanda adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu. Peranan Chanda di dalam sejarah penulisan Weda karena dengan

9 chanda itu semua sloka-sloka itu dapat dipelihara turun-temurun seperti nyanyian yang mudah diingat. Di antara berbagai jenis kitab Chanda yang masih terdapat dewasa ini adalah dua buah buku, yaitu : Nidanasutra dan Chandasutra. Kitab terakhir ini dihimpun oleh Bhagawan Pinggala. 4) Nirukta. Kelompok jenis kitab Nirukta isinya terutarna memuat berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang terdapat didalam Weda. Kitab tertua dan jenis ini dihimpun oleh Bhagawan Yaska bernama Nirukta, ditulis pada tahun S.M. Kitab ini membahas tiga masalah yaitu : Naighantukakanda, memuat kata-kata yang sama artinya. Naighamakanda (Aikapadika), memuat kata-kata yang berarti ganda. Daiwatakanda (menghimpun nama Dewa-Dewa r yang ada diangkasa, bumi dan surga. 5) Jyotisa (astronomi). Kelompok Jyotisa merupakan pelengkap Weda yang isinya memiuat pokokpokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam melakukan Yajoa. Isinya yang penting membahas peredaran tata surya, bulan dan badan angkasa lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh didalam pelaksanaan yadnya. Satu-satunya buku Jyotisa yang rnasih kita jumpai adalah Jyotisawedăngga yang penulisnya sendiri tidak dikenal. Kitab ini dihubungkan dengan Yajurweda dan Rg. Weda. 6) Kalpa. Kelompok kalpa ini merupakan kelompok Wedangga yang terbesar dan yang terpenting. Isinya banyak bersumber pada kitab Brahmana dan sedikit pada kitabkitab Mantra. Menurut jenis isinya kelompok ini terbagi atas beberapa bidang, yaitu: Bidang Śrauta. Bidang Grhya. Bidang Dharma, dan Bidang Sulwa. Sautra atau Śrautrasütra memuat berbagai ajaran mengenai tatacara melakukan yajna, penebusan dosa dan lain-lain, yang berhubungan dengan upacara keagamaan baik upacara besar, upacara kecil dan upacara harian. Demikian pula kitab Gŗhya atau Gŗhyasútra memuat berbagai ajaran mengenai peraturan pelaksanaan yadnya yang harus dilakukan oleh orang-orang yang telah berumah tangga. Disamping itu terdapat pula jenis kitab-kitab Kalpa yang tergolong dalam bidang Srauta dan Gŗhya yaitu kitab Srăddakalpa dan Pitrimedhaśütra. Kitab ini

10 memuat pokok-pokok ajaran mengenai tata-cara upacara yang berhubungan dengan arwah orang-orang yang telah meninggal. Ada pula kitab Prayascittasutra yang merupakan supllemen dari kitab Atharwa Weda. Dari semua jenis Kalpa yang terpenting adalah bagian Dharmasutra, yang membahas berbagai aspek mengenai peraturan hidup bermasyarakat dan bernegara. Demikian pentingnya kitab ini sehingga menimbulkan kesan hahwa yang dimaksud Weda Smrti adalah Dharmasastra. Para penulis Dharmasastra yang terkenal adalah : Bhagawan Manu. Bhagawan Apastamba. Bhagawan Bhaudhayana. Bhagawan Harita. Bhagawan Wisnu. Bhagawan Wasistha. Bhagawan Waikanasa. Bhagawan Sankha Likhita. Bhagawan Yajnawalkya. Dan Bhagawan Parasara. Diantara nama-nama itu yang terkenal adalah Bhagawan Manu (Maha Rsi Manu autor Manawadharmasastra) yang karyanya ditulis oleh Bhagawan Bhrgu. Menurut tradisi, tiap yuga mempunyai ciri-ciri khas dan mempunyai dharmasastra tersendiri, antara lain : Manu menulis Manawadharmasastra untuk Satyayuga. Yajnawalkya menulis Dharmasastra untuk Tritayuga. Sankha Likhita menulis Dharmasastra untuk Dwaparayuga, dan Parasara menulis Dharmasastra untuk Kaliyuga. Walaupun pembagian itu telah ada namun secara materiil isinya overlapping antara yang satu dengan yang lain karena itu sifatnya saling mengisi. Bagian terakhir dari jenis Kalpa adalah kelompok kitab Sulwasutra. Kitab ini memuat peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat tempat peribadatan (Pura, Candi), bangunan-bangunan lain, dan lain-lain yang berhubungan dengan ilmu arsitektur. Kelompok jenis ini memiliki beberapa buku antara lain Silpasastra, Kautama, Mayamata, Wastuwidya, Manasara, Wisnudharmatarapurana dan sebagainya. b. Kelompok Upadewa Kelompok Upadewa adalah kelompok kedua yang sama pentingnya dengan Wedangga. Kelompok ini kodifikasinya terdiri atas beberapa cabang ilmu, yaitu:

11 Jenis Itihasa. Jenis Purana. Jenis Arthasastra. Jenis Ayurweda. Dan Jenis Gandharwaweda. 1) Jenis Itihasa. Jenis Itihasa merupakan jenis epos yang terdiri atas dua macam yaitu: Rämayana terdiri atas tujuh kanda. Mahabharata, terdiri atas 18 buah Buku (Parwa) dan dua buku supplemen Mahabharata yaitu kitab Hariwamsa dan Bhagawadgita. Ramayana ditulis oleh Bhagawan Walmiki. Menurut tradisi, kejadian yang dilukiskan didalam Ramayana menggambarkan kehidupan pada jaman Tretayuga tetapi menurut kritikus Barat berpendapat bahwa Ramayana sudah selesai ditulis sebelum th. 500 S.M. Diduga ceriteranya telah populer 3100 S.M. Ramayana merupakan epos Aryanisasi yang ditulis dalam bentuk stanza, meliputi buah stanza. Penulisnya sendiri menamakannya puisi, ăkhyăyana, gita dan samhita. Seluruh isi dikelompokkan kedalam tujuh kanda, yaitu, Bala kanda, Ayodhyakanda, Aranyakahda, Kiskindhakanda, Sundarakanda, Yuddhakanda dan Uttarakanda. Tiap-tiap kanda itu merupakan satu kejadian yang menggamharkan ceritera yang menarik. Kitab ini dikenal sebagai Adikawya sedangkan Walmiki dikenal sebagai Adikawi. Banyak gubahan ditulis dalam berbagai bentuk versi baru seperti Ramayanatatwapadika ditulis oleh Maheswaratirtha, Amrtakataka oleh Śri Răma, Kakawin Ramayana oleh Mpu Yogiswara, dan sehagainya. Tentang kedudukan Itihsa diantara Weda itu disebutkan secara sepintas lalu saja didalam Weda Sruti dimana didalam Weda Sruti kita jumpai istilah-istilah akhyayana. Purãna dan Itihasa. Akhyayana merupakan himpunan ceritera-ceritera tradisi kuna dan kadang-kadang Akhyayana itu dimasukkan pula kedalam Itihasa. Itihasa berasal dari tiga kata yaitu Iti ha asa yang artinya : Sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya. Jadi Itihasa memuat unsur sejarah yang memuat macam-macam isi. Menurut kritikus Barat, Ramayana dibandingkan sebagai kitab Illiad karya Homer. Berbeda halnya dengan Ramayana, Mahabharata, lebih muda umurnya dan menurut Prof. Pargiter kejadian Bhäratayuddha diperkirakan pada S.M. Tetapi tradisi meletakkan kejadian itu pada permulaan zaman kaliyuga, 3101 S.M. Kitab Mahabharata menceriterakan kehidupan keluarga Bharata dan isinya menggambarkan pecahnya perang saudara antara bangsa Arya sendiri. Kitab ini

12 meliputi 18 buah buku (Parwa) yaitu Adiparwa, Sabhaparwa, Wanaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa Sauptikaparwa, Santiparwa, Anusasana parwa, Aswamedhikaparwa, Asramawasikaparwa, Mausalaparwa, Mahaprasthanikaparwa dan Swargarohana parwa. Parwa ke 12 yang merupakan parwa terpanjang yaitu meliputi stanza. Seluruh parwa meliputi 8 x besarnya Illiad dan Odyessy. Menurut tradisi Mahabharata ditulis oleh Bhagawan Wyasa (Abyasa). Disamping kedelapan belas Parwa itu terdapat pula dua buku suplemen yaitu Hariwamsa dan Bhagawadgita. Bhagawan Wyasa dikenal pula dengan nama Krsnadwipayana, putra Maha Rsi Parasara. Maha Rsi Abyasa (Wyasa) terkenal bukan saja karena karya Mahabharata-nya tetapi juga karena karyanya dalam usaha menyusun sistematika Weda yang disumbangkan dalam menyusun kodifikasi catur Weda itu. Mahabharata banyak menggambarkan kehidupan keagamaan, sosial dan politik menurut ajaran Hindu, yang mirip dengan Dharmasastra dan Wisnusmrti. Hariwamsa membahas mengenai asal mula keluarga Bhatara Krsna seperti pula yang dapat kita jumpai didalam Wisnupurana dan Bhawisyaparwa. 2) Jenis Purna. Jenis ini merupakan kumpulan ceritera-ceritera kuno yang isinya memuat,,case law dan tradisi tempat setempat. Adapun jenis-jenis kitab Purana itu ialah Bhrahmanda, Bhrahmawaiwarta, Markandya, Bhawisya, Wamana, Brahma, Wisnu, Narada, Bhagawata, Garuda, Padma, Waraha, Matsya, Kurma Lingga, Siwa, Skanda, dan Agni. Kadang-kadang ada pula yang menambahkan dengan nama Wayupurana, tetapi nyatanya kitab ini kadang-kadang dikelompokkan kedalam kitab Bhagawata purana. Berdasarkan sifatnya kedelapan belas purana itu dibagi atas tiga kelompok, yaitu: Stwikapurana terdiri dan Wisnu, Nrada, Bhgawata, Garuda, Padma dan Waraha. Rajasikapurana terdiri dari Brahmanda, Brahmawaiwarta, Markandeya Bhawisya, Wamana dan Brahma. Tamasikapurãna terdiri dari Matsyapurana, Kúrmapurana, Linggapurana, Siwapurana, Skandapurana dan Agnipuräna. Kitab-kitab Purana sangat penting karena memuat ceritera-ceritera yang menggambarkan pembuktian-pembuktian hukum yang pernah dijalankan. Kitab ini merupakan kumpulan-kumpulan jurisprudensi. Pada umumnya, suatu Purana yang lengkap dan baik memuat lima macam pokok isi. Menurut Wisnupurana III , meliputi hal-hal sebagai berikut:

13 Ceritera tentang pencipta dunia (cosmogony). Ceritera tentang bagaimana tanda dan terjadinya pralaya (qiamat/akhir jaman). Ceritera yang menjelaskan silsilah dewa-dewa dan bhatara. Ceritera mengenai jaman Manu atau Manwantara dan Ceritera mengenai silsilah keturunan dan perkembangan dinasti Suryawangsa dan Candrawangsa. Definisi di atas tidaklah selalu sama, karena pada umumnya kitab-kitab Purana lainnya tidak sebanyak itu masalah isinya. Isi kitab-kitab Purana lainnya memuat pokok-pokok pemikiran yang menguraikan tentang ceritera kejadian alam semesta, doa-doa dan mantra untuk sembahyang, cara melakukan puasa, tatacara upacara keagamaan dan petunjuk-petunjuk mengenai cara bertirtayatra atau berziarah ketempat-tempat suci. Adapun peranan terpenting dari Purana ialah: karena kitab-kitab memuat pokok-pokok ajaran mengenai Theisme (Ke- Tuhanan) yang dianut menurut berbagai madzab Hindu. Kitab-kitab Purana ini banyak yang telah digubah ke dalam bahasa Jawa Kuno atau bahasa Kawi yang dipelihara diberbagai Puri. Umumnya masih dalam rontal/lontar. Sejarah penulisan Purana dimulai pada tahun 500 S.M. dan mencapai kesempurnaan pada tahun 600 M. ketika Maha Raja Harsa Wardana memerintah wilayah Aryawarta. Sebagai diketahui bahwa jaman pemerintahan Harsawardana adalah merupakan zaman keemasan Hindu sehingga para pemukapemuka agama benar-benar memanfaatkan waktunya untuk pengabdian sepenuhnya bagi kepentingan agama. 3) Arthasastra. Jenis arthasastra adalah jenis ilmu pemerintahan Negara. Isinya merupakan pokok-pokok pemikiran ilmu politik. Ada beberapa buku yang dikodifikasikan menurut bidang ini antara lain, kitab Usana. Nitisara, Sukraniti dan Arthasastra. Jenis terakhir inilah yang paling lengkap. Pokok-pokok ajaran Arthasastra terdapat pula didalam Ramayana dan Mahabharata. Sebagai cabang ilmu, jenis iimu ini disebut Nitisastra atau Rajadharma atau Dandaniti. Bhagawan Brhaspati mempergunakan istilah Arthasastra, yang kemudian, Kautilya (Canakya) didalam menulis kitabnya mempergunakan istilah Arthasastra. Ada beberapa Acarya terkenal dibidang Nitisastra mewakili empat pandangan teori ilmu politik, yaitu Bhagawan Brhaspati, Bhagawan Usana, Bhagawan Parasara dan Rsi Canakya sendiri. Penulis-penulis lainnya seperti Wisalaksa, Bharadwaja, Dandin dan Wisnugupta banyak pula sumbangan mereka.

14 Jenis-jenis Arthasastra yang banyak digubah di Indonesia adalah jenis Usana dan Nitisara disamping catatan-catatan kecil yang merupakan ajaran nibandha didalam bidang nitisastra. Umumnya naskah-naskah itu tidak lengkap lagi sehingga bila ingin mengadakan rekonstruksi diperlukan data-data dan bahan-bahan lain untuk penulisannya kembali. 4) Ãyurweda Jenis kitab yang dikodifikasikan dibawah titel isi adalah kitab-kitab yang menurut materi isinya menyangkut bidang ilmu kedokteran. Ada banyak buku terkenal antara lain Ayurweda, Carakasamhita, Susrutasamhita Kasyapasamhita Astanggahrdaya, Yogasara dan Kamasutra. Pada umumnya kitab Ayurweda erat sekali hubungannya dengan kitab-kitab Dharmasastra dan Purana. Ajaran umum yang menjadi hakekat isi seluruh kitab ini adalah menyangkut bidang kesehatan jasmani dan rokhani dengan berbagai sistim sifatnya. Jadi Ayurweda adalah filsafat kehidupan baik etis maupun medis. Oleh karena itu luas lingkup bidang isi ajaran yang dikodifikasikan didalam bidang Ayurweda ini meliputi bidang yang sangat luas dan yang merupakan hal-hal yang hidup. Menurut materinya, Ayur Weda meliputi delapan bidang ajaran umum, yaitu: Salya yaitu ajaran mengenai ilmu bedah. Salkya yaitu ajaran mengenai ilmu penyakit. Kayakitsa yaitu ajaran mengenai ilmu obat-obatan. Bhutawidya yaitu ajaran mengenai ilmu psikotherapy. Kaumarabhrtya yaitu ajaran mengenai pendidikan anak-anak dan merupakan dasar bagi ilmu jiwa anak-anak. Agadatantra yaitu ilmu toxikoloki. Rasayamatantra yaitu ilmu mukjizat, Wajikaranatantra yaitu ilmu jiwa remaja. Diantara jenis-jenis buku Ayurweda yang banyak disebut namanya disamping Ayurweda yang ditulis oleh Maha Rsi Punarwasu, terdapat pula kitab Carakasamhita. Kitab inipun memuat delapan bidang ajaran, yaitu: Sutrathana yaitu ilmu pengobatan. Nidanasthana yaitu ajaran umum mengenai berbagai jenis penyakit yang umum. Wimanasthana yaitu ilmu pathology. Sarithana yaitu ilmu anatomi dan emberiology. Indriyasthana yaitu mengenai bidang diagnosir dan pragnosis. Cikitsasthana yaitu ajaran khusus mengenai pokok-pokok ilmu therapy.

15 Kalpasthana. Siddhisthana. Kedua bidang terakhir merupakan ajaran umum mengenai pokok-pokok ajaran umum dibidang therapy. Kitab terakhir ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Arab dan Persia pada tahun 800 M. Kitab Susrutasamhita terutama menekankan ajaran umum dibidang ilmu bedah dengan mengemukakan berbagai alat yang dapat dipergunakan didalam melakukan perbedahan. Buku ini ditulis oleh Susanta. Nama beliau terkenal sampai ke dunia Barat pada abad ke IX. Kitab Yogasara dan Yogasastra ditulis oleh Bhagawan Nagarjuna. Isinya memuat pokok-pokok ilmu yoga yang dirangkaikan dengan sistem anatomi yang penting artinya didalam pembinaan kesehatan jasmani dan rokhani. Merupakan cabang ilmu Ayurweda juga disebut kitab Kamasastra. Kitab ini tegolong dalam bidang ilmu Wajikaranatantra. Kitab Kamasastra yang terpenting adalah karya Bhagawan Watsyayana. Menurut penelitian kitab ini ditulis sebelum abad II Masehi. 5) Gandharwaweda. Jenis kitab yang dikodifikasi dibawah titel ini adalah kitab yang membahas berbagai aspek cabang ilmu seni. Ada beberapa buku penting antara lain Natyasastra meliputi Natyawedagama dan Dewadasasahasri, disamping bukubuku lain seperti Rasarnawa, Rasaratnasamuccaya dan lain-lain. Jenis kitab ini belum banyak digubah di Indonesia. Dari uraian diatas maka jelas bahwa kelompok Weda smrti meliputi banyak buku dengan berbagai sub titelnya yang kodifikasinya mengkhusus menurut jenis bidang ilmu tertentu. Dengan uraian ini kiranya telah dapat diperkirakan betapa luas Weda itu, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Didalam menggunakan ilmu Weda itu yang perlu adalah disiplin ilmu karena tiap ilmu akan menunjuk pada satu aspek dengan sumber-sumber yang pasti pula. Inilah yang perlu diperhatikan dan dihayati untuk dapat mengenal isi Weda secara sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber ajaran agama Hindu yang tertua adalah Veda. Semua ajaran agama Hindu dijiwai oleh ajaran Veda, walaupun sering dalam bentuk yang berbeda. Semangat ajaran Veda

Lebih terperinci

Pengertian Hukum menurut kitab suci agama hindu

Pengertian Hukum menurut kitab suci agama hindu Pengertian Hukum menurut kitab suci agama hindu A. Pengertian Secara umum hukum adalah peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Hukum berfungsi untuk membatasi

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD 27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

Lebih terperinci

AGAMA HINDU. Khotimah

AGAMA HINDU. Khotimah Agama Hindu dan Ajaran-ajarannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, tentang Hak Cipta PASAL 2 (1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak

Lebih terperinci

DESKRIPSI PEMELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU

DESKRIPSI PEMELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DESKRIPSI PEMELAJARAN MATA DIKLAT TUJUAN DURASI PEMELA JARAN : PENDIDIKAN AGAMA HINDU : 1. Membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia

Lebih terperinci

Jadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu

Jadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu 4.1 Dasar Kepercayaan Hindu Bersumber Pada Atharwa Weda Dasar kepercayaan (keimanan) dalam agama Hindu disebut Sraddha, yang dinyatakan di dalam ayat suci Atharwa Weda berikut.

Lebih terperinci

KEGIATAN PEMBELAJARAN. Tahap-tahap perkembangan agama Hindu di India. Kejadian sejarah agama Hindu di India.

KEGIATAN PEMBELAJARAN. Tahap-tahap perkembangan agama Hindu di India. Kejadian sejarah agama Hindu di India. SILABUS KELAS/SEMESTER : X/1 STANDAR : (Sejarah Agama Hindu) Memahami sejarah perkembangan agama Hindu di India dan Negara-negara lainnya. KODE : 1. Sejarah Agama Hindu : 10 x 45 Menit MATERI PEMAN PEMAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pkk Alkasi Waktu : SMA Negeri 1 Bntang : Pendidikan Agama Hindu : X/I : Nilai-nilai Yajňa dalam Ramayana :

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG

Lebih terperinci

Judul Buku : Keagungan Sapi Menurut Weda

Judul Buku : Keagungan Sapi Menurut Weda Judul Buku : Keagungan Sapi Menurut Weda Penulis : Made Darmayasa Pengantar Buku : Drs. Ketut Wiana Penerbit : Pustaka Manikgeni, 1993 viii + 135 hlm. 19cm Bibliografi Indeks. ISBN 979-8506-01-4 Sapi Binatang

Lebih terperinci

Konsep Ibadah Dalam Hindu

Konsep Ibadah Dalam Hindu Konsep Ibadah Dalam Hindu Oleh: abu bakar Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim Riau abstract Dalam agama Hindu mempunyai lima keyakinan pokok yang saling berkaitan antara satu dengan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara tradisional (SK1)

Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara tradisional (SK1) Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara tradisional (SK1) Menganalisis pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah 1. Pengertian Atman adalah. a. Percikan terkecil dari Sang Hyang Widhi Wasa b. Tidak terlukai oleh api c. Tidak terlukai oleh senjata d. Tidak bergerak e. Subha Karma Wasa 2. Fungsi Atman dalam mahluk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1959, 2014 KEMENAG. Pendidikan. Keagamaan. Hindu. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN HINDU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam bahasa Sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam bahasa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

SILABUS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

SILABUS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SILABUS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI Satuan Pendidikan : SMP MAHATMA GANDHI Mata Pelajaran : dan Budi Pekerti Kelas : VII Kompetensi Inti : KI 1 : menghargai

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.1

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.1 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.1 1. Agama Hindu berasal dari wilayah India kemdian tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Berikut ini merupakan

Lebih terperinci

Kapan Boleh Menikah? Koran TOKOH No. 514/Tahun X, November Usia Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali

Kapan Boleh Menikah? Koran TOKOH No. 514/Tahun X, November Usia Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali Kapan Boleh Menikah? Koran TOKOH No. 514/Tahun X, 16 22 November 2008. Kapan Boleh Menikah? Usia Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali DEWASA atau belumnya seseorang niscaya sudah ditentukan batasnya. Sebelum

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU PEMBELAJARAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA iketutsudarsana@ihdn.ac.id www.iketutsudarsana.com Secara etimologi agama berasal dari bahasa sanskerta, yaitu dari kata a dan gam. a berarti tidak dan gam berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. H DISUSUN OLEH: I WAYAN AGUS PUJAYANA ORANG SUCI Orang suci adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS PENDIDIKAN KOTA BONTANG

PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS PENDIDIKAN KOTA BONTANG PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS PENDIDIKAN KOTA BONTANG TRY OUT 2 SMA/ SMK Tahun Pelajaran 2013/2014 Mata Pelajaran : Agama Hindu Hari/ Tanggal : Jumlah Soal : 50 Butir Soal Waktu : 120 Menit Petunjuk Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra di Bali masih berhubungan erat dengan masyarakat pendukungnya. Pada zaman kerajaan, sastra menjadi dasar dan cermin tindakan para raja dalam mengemban

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1 MIMAMSA DARSANA Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1. Pendahuluan Agama Hindu berkembang ke seluruh dunia dengan kitab sucinya Weda, disesuaikan dengan budaya lokal (local genius). Sebagai payung dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama. Salah satu di antaranya adalah suku Bali yang

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

MUNCULNYA AGAMA HINDU

MUNCULNYA AGAMA HINDU MUNCULNYA AGAMA HINDU di INDIA Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban Lembah Sungai Indus)

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SMP KELAS VII Hak Cipta 2016 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Disklaimer: Buku ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini. Agama Hindu merupakan agama yang mempercayai banyak dewa dan dewi yang tersebar menurut fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

PENDIDIKAN AGAMA HINDU Kurikulum 2004 PANDUAN MATERI UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2004/2005 SD PENDIDIKAN AGAMA HINDU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN Hak Cipta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI SINGGAMMA KALI KOIL MEDAN. Menurut N.Daaldjoeni dalam Edwin (1995:16-17) bahwa orang Tamil

BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI SINGGAMMA KALI KOIL MEDAN. Menurut N.Daaldjoeni dalam Edwin (1995:16-17) bahwa orang Tamil BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI SINGGAMMA KALI KOIL MEDAN 2.1 Umat Hindu Tamil Menurut N.Daaldjoeni dalam Edwin (1995:16-17) bahwa orang Tamil menurut sejarah merupakan rumpun

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH FILSAFAT INDIA

BAB VII SEJARAH FILSAFAT INDIA BAB VII SEJARAH FILSAFAT INDIA A. PENGANTAR 1. Pengaruh Alam Pemikiran filsafat umumnya sangat dipengaruhi keadaan alam tempat filsafat tersebut dilahirkan. India merupakan daerah damai yang dikelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua agama memiliki kitab sucinya masing-masing tak terkecuali Hindu.

BAB I PENDAHULUAN. Semua agama memiliki kitab sucinya masing-masing tak terkecuali Hindu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki agama atau kepercayaan yang menjadi panutan atau penuntun dalam menjalani kehidupan. Di Indonesia terdapat 6 agama yang

Lebih terperinci

SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA

SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA PENGANTAR SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA OLEH: DARMOKO, M.HUM. Zaman prasejarah (sejak permulaan adanya manusia dan kebudayaan sampai kira kira abad ke 5 Masehi) Zaman purba (sejak datangnya pengaruh India

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama, IDG Windhu Sancaya Pura Besakih: Di antara Legenda dan Sejarah Penguasa Bali IDG Windhu Sancaya* Judul buku : Pura Besakih; Pura, Agama, dan Masyarakat Bali Penulis : David J. Stuart Fox Penerjemah: Ida

Lebih terperinci

Bangsa Arya di India. Sejarah Asia Selatan Pendidikan Sejarah Rhoma Dwi Aria Yuliantri, M. Pd

Bangsa Arya di India. Sejarah Asia Selatan Pendidikan Sejarah Rhoma Dwi Aria Yuliantri, M. Pd Bangsa Arya di India Part. 2 Sejarah Asia Selatan Pendidikan Sejarah Rhoma Dwi Aria Yuliantri, M. Pd Email : ariayuliantri@uny.ac.id Persamaan antara Rig-Veda dan Avesta (kitab kuno Agama Zoroastrian)

Lebih terperinci

II. ASIA SELATAN. Daftar Negara Asia Selatan: 1. India 2. Pakistan 3. Bangladesh 4. Sri Lanka 5. Maladewa 6. Nepal 7. Bhutan.

II. ASIA SELATAN. Daftar Negara Asia Selatan: 1. India 2. Pakistan 3. Bangladesh 4. Sri Lanka 5. Maladewa 6. Nepal 7. Bhutan. II. ASIA SELATAN Daftar Negara Asia Selatan: 1. India 2. Pakistan 3. Bangladesh 4. Sri Lanka 5. Maladewa 6. Nepal 7. Bhutan 1 II. ASIA SELATAN PRASEJARAH HINDU BUDHA 1. Jaman Batu 2. Sumber Sejarah India

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen

Lebih terperinci

D. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

D. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti D. Pendidikan dan Budi Pekerti Satuan Pendidikan : SMA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Putra (1986), dalam penelitian beliau yang berjudul "Aspek Sastra Dalam Babad Dalem Suatu Tinjauan Intertekstualitas", menyatakan bahwa

Lebih terperinci

Kemanakah jiwa manusia setelah tubuhnya binasa?

Kemanakah jiwa manusia setelah tubuhnya binasa? Kemanakah jiwa manusia setelah tubuhnya binasa? Penelusuran Bhagavad-Gita dan Alkitab, tentang jiwa setelah kebinasaan tubuh. Makalah Extention Course Filsafat Manusia STF. Drijarkara NEGARI KARUNIA ADI

Lebih terperinci

Data kongkrit tentang lahir asal usul wayang sedikit jumlahnya. Perbedaan adanya disiplin ilmu untuk mendekati masalah dan konsep tentang maksud

Data kongkrit tentang lahir asal usul wayang sedikit jumlahnya. Perbedaan adanya disiplin ilmu untuk mendekati masalah dan konsep tentang maksud Data kongkrit tentang lahir asal usul wayang sedikit jumlahnya. Perbedaan adanya disiplin ilmu untuk mendekati masalah dan konsep tentang maksud lahir atau asal usul. Wayang apakah asli Indonesia, berasal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA 51 BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A. Ajaran Agama Hindu tentang Penghormatan kepada Lembu Dalam pandangan agama Hindu binatang lembu merupakan binatang yang dihormati dan diagungkan. Lembu merupakan binatang

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan adalah upaya menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap insan. Potensi itu berupa kemampuan berbahasa, berfikir, mengingat menciptakan

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA - 446 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1063, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pelajaran Umum. Pelajaran Agama. Kitab Suci. PPN. Buku. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.011/2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasta merupakan suatu sistem pembagian atau pengelompokan masyarakat berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang tersebut bekerja

Lebih terperinci

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN Agama Hindu merupakan agama yang ritualnya dihiasi dengan sarana atau upakara. Ini bukan berarti upakara itu dihadirkan semata-mata untuk menghias pelaksanaan

Lebih terperinci

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu Oleh : Hj. A. Nirawana Abstract Menggapai nirwanan adalah sebuah tujuan spiritual dalam agama hindu. Tulisan berikut ingin menelusuri sejauhmana makna nirwana dan langkahlangkah pencapaiannya bagi penganut

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA - 987 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA KELAS : VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang telah menciptakan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang astronomi, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain-lain sehingga timbul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam khazanah sastra Jawa Kuna (kawi) memang telah sejak lama memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan sastra Jawa Kuna yang berbentuk

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak Tri Hita Karana pada hakikatnya adalah sikap hidup

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan keberagaman, di mana negara ini terdiri dari berbagai suku yang memiliki bahasa, budaya, bahkan kepercayaan (agama)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS - 1829 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS KELAS : VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas : IX/Sembilan Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu Semester : I Standar : Sradha 1. Memahami Awatara, Dewata 1.1 Menguraikan pengertian Awatara, Dewa 1.2 Menguraikan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Dan Literatur Metode penelitian yang digunakan: Literatur : - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. - Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin, nouns) yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin, nouns) yang berarti BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Multimedia Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin, nouns) yang berarti banyak, bermacam-macam, dan medium (Bahasa Latin) yang berarti sesuatu yang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Dewi Sita PENCIPTA : Ni Ketut Rini Astuti, S.Sn.,M.Sn PAMERAN PAMERAN SENI RUPA Kolaborasi antara FSRD ISI Denpasar dan ALVA (Architecture, Landscape,

Lebih terperinci

AGAMA-AGAMA DI MALAYSIA NAMA : VISALNI A/P GUNASEELAN NO MATRIK : NAMA PENSYARAH: AHMAD TARMIZI ZAKARIA

AGAMA-AGAMA DI MALAYSIA NAMA : VISALNI A/P GUNASEELAN NO MATRIK : NAMA PENSYARAH: AHMAD TARMIZI ZAKARIA AGAMA-AGAMA DI MALAYSIA NAMA : VISALNI A/P GUNASEELAN NO MATRIK : 3153000201 NAMA PENSYARAH: AHMAD TARMIZI ZAKARIA SEJARAH AGAMA HINDU DI MALAYSIA Agama Hindu berkembang dalam tempoh masa sekurang-kurangnya

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1254 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, dan gambaran kehidupan orang Hindu. Agama ini juga

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, dan gambaran kehidupan orang Hindu. Agama ini juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk India. Agama ini dinamakan Hindu, karena di dalamnya mengandung adatistiadat, budi pekerti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang

Lebih terperinci

Sumpah Dokter SAYA BERSUMPAH BAHWA :

Sumpah Dokter SAYA BERSUMPAH BAHWA : Sumpah Dokter SAYA BERSUMPAH BAHWA : 1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan peri kemanusiaan. 2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang beraneka ragam, mulai dari tanah Sumatra hingga Papua sehingga tercipta kebudayaan yang berbeda

Lebih terperinci

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi

Lebih terperinci

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa CIPANAS PRESS 2014 Diterbitkan oleh Cipanas Press (STT Cipanas) Jl. Gadog I/36 Cipanas Cianjur 43253 Jawa Barat Indonesia Cetakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam seni amat dipengaruhi oleh rasa (feeling, emotion).

BAB I PENDAHULUAN. dalam seni amat dipengaruhi oleh rasa (feeling, emotion). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan proses cipta-rasa-karya, seperti juga sains dan teknologi, seni tidak akan ada apabila manusia tidak dianugerahi daya cipta. Yang membedakan proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Bali selama ini dikenal dengan kebudayaannya yang khas. Beragam tradisi yang mencerminkan adat Bali menarik banyak orang luar untuk melihat lebih dekat keunikan

Lebih terperinci

Penyunting Putu Nugata Sunari Gama 1

Penyunting Putu Nugata Sunari Gama 1 Penyunting Putu Nugata Sunari Gama 1 MANAS PUJA Manas Puja atau Puja pikiran biasanya dilakukan sebagai bahagian dari laku samadhi hanian. Karena kita tentunya sudah mengerti tentang samadhi sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci