BAB III ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR UNTUK PROJEK OBSERVATORIUM ASTRONOMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR UNTUK PROJEK OBSERVATORIUM ASTRONOMI"

Transkripsi

1 BAB III ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR UNTUK PROJEK OBSERVATORIUM ASTRONOMI 3.1 Analisa Pendekatan Arsitektur Studi Aktivitas a. Pengelompokan Aktivitas Tabel 3.1 Pengelompokan Aktivitas AKTIVITAS PELAKU SIFAT Mengatur dan mengkoordinasi kegiatan / proses penelitian Menyiapkan keperluan penelitian Melakukan pengamatan dan pendataan / pengambilan data Melakukan analisa, diskusi Membuat laporan penelitian Mengakses data / informasi / dokumentasi penelitian Membantu kegiatan penelitian para astronom Melakukan kegiatan belajar mengajar / perkuliahan / diskusi Melakukan studi khusus nonastronomi Pendidikan dan Penelitian - Ketua Peneliti (Astronom / Akademisi) - Astronom - Asisten astronom - Laboran - Astronom - Asisten astronom - Akademisi - Astronom - Asisten astronom - Akademisi - Laboran - Asisten astronom - Laboran - Akademisi - Astronom - Asisten astronom - Akademisi Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat - Akademisi Semi Privat 46

2 Melakukan perawatan dan perbaikan instrumen penelitian Staf Maintenance : Melakukan pembuatan dan pengembangan instrumen penelitian Mengatur, mengkoordinasi, mengendalikan kegiatan di observatorium Membantu Kepala Observatorium pada bidangnya masing-masing Mengatur kegiatan / keperluan observatorium pada bidangnya masing-masing Mengatur dan mengelola keperluan administrasi Mengatur dan mengelola keperluan kepengawaian Mengatur dan mengelola keperluan keuangan Mengatur dan mengelola keperluan kerja sama dengan instansi lain Mengatur dan mengelola keperluan kompleks Mengatur dan merencanakan program pendidikan Mengatur dan merencanakan program penelitian Memastikan kelengkapan dan kondisi instrumen penelitian Mengatur dan mengelola keperluan kepustakaan - Teleskop - Bengkel Pengelolaan Kepala Observatorium Kepala bagian : - Administrasi - Pendidikan & Penelitian - Dokumentasi & Publikasi - Operasional - Teknik & Maintenance Staf Administrasi : - Sekretariat - Personalia - Keuangan - Humas - Rumah Tangga Staf Pendidikan dan Penelitian : - Pendidikan - Penelitian - Maintenance Staf Dokumentasi dan Publikasi : Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat 47

3 Menyiapkan dan mengatur penyusunan data untuk dipublikasikan - Perpustakaan - Penerbitan Privat Mengatur dan mengelola kunjungan publik Staf Operasional : Mengatur dan mengelola program kunjungan Menyiapkan materi kunjungan Melakukan administrasi, monitoring data server Melakukan pengawasan keamanan Mencari informasi, membeli tiket Melihat dan mempelajari materi yang dipamerkan Mengakses data / informasi terkait ilmu astronomi Mengikuti pengarahan dan penjelasan yang diberikan Melakukan observasi Mengikuti kuliah umum / diskusi, pelatihan / workshop Memberi pengarahan dan penjelasan Mendampingi pengunjung saat kunjungan - Pelayanan Umum - Kunjungan Publik - Pameran Staf IT Staf Keamanan Kunjungan - Staf Operasional (Kunjungan Publik) - Pengunjung Pengunjung : - Perseorangan - Instansi - Komunitas - Akademisi Staf Operasional (Kunjungan Publik) Penunjang Privat Privat Privat Privat Privat Publik Publik Publik Publik Publik Semi Privat Publik Publik Datang pulang Menunggu keperluan Sholat, wudhu Beristirahat di sela kegiatan / jam kerja Publik - Seluruh pelaku Publik Privat - Seluruh pelaku Privat 48

4 Makan dan minum Menginap Mengisi waktu luang dengan berolahraga atau hobi lainnya - Astronom - Asisten astronom - Akademisi - Staf Pengelola Servis Publik Privat Semi Privat Beristirahat di sela kegiatan / jam kerja Melakukan persiapan sebelum dan sesudah bekerja Staf - Kebersihan - Keamanan - Housekeeping - Maintenance Privat Privat Menjaga kebersihan kompleks Staf Kebersihan Publik Menjaga keamanan kompleks Staf Keamanan Publik Mengurus keperluan wisma Housekeeping Publik Melakukan perawatan dan perbaikan pada bangunan, mekanikal elektrikal, serta sanitasi dan plumbing b. Pola Aktivitas 1. Aktivitas Penelitian Staf Teknik & Maintenance : - Bangunan - Mekanikal Elektrikal - Sanitasi & Plumbing (Sumber : Analisa Pribadi) Publik Parkir Persiapan Penelitian Analisa Drop Off Mendaftar Pengamatan & Pendataan Penyusunan Laporan Datang Absen Istirahat Absen Menginap Bagan 3.1 Pola Aktivitas Penelitian (Sumber : Analisa Pribadi) Pulang 49

5 2. Aktivitas Pengelolaan Parkir Istirahat Rapat Drop Off Bekerja Absen Datang Absen Menginap Pulang 3. Aktivitas Kunjungan Bagan 3.2 Pola Aktivitas Pengelolaan (Sumber : Analisa Pribadi) Parkir Drop Off Pengarahan Tiketing Melihat Pameran Menonton Film Datang Informasi Observasi Kuliah / Diskusi Istirahat Pulang Bagan 3.3 Pola Aktivitas Kunjungan (Sumber : Analisa Pribadi) Studi Fasilitas a. Studi Jumlah Pelaku 1. Pendekatan Jumlah Peneliti Perhitungan jumlah peneliti dilakukan dengan studi empiris terhadap lembaga dengan fungsi sejenis. Pada studi ini, lembaga yang menjadi acuan adalah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN di bagian Pusat Sains Antariksa, yang struktur organisasinya sebagai berikut. 50

6 Bagan 3.4 Struktur Organisasi Pusat Sains Antariksa, LAPAN (Sumber : pussainsa.lapan.go.id diakses 13 Agustus 2016) Bagan 3.5 Statistik Pejabat Struktural, Fungsional, dan Fungsional Umum LAPAN (Sumber : lapan.go.id diakses 13 Agustus 2016) Menurut data yang dikeluarkan LAPAN November 2014, jumlah peneliti, perekaya, dan litkayasa ada 556 orang yang terbagi dalam sembilan bidang kajian. Jika diasumsikan jumlah terbagi rata dalam tiap bidang kajian, maka jumlah peneliti, perekaya, dan litkayasa di Pusat Sains Antariksa ada sekitar 62 orang. Pusat Sains Antariksa sendiri memiliki empat pelaksana tugas lainnya yang terdiri dari BPD Watukosek, BPD Pontianak, LPD Sumedang, dan LPA Kototabang. Dengan demikian tiap unit memiliki sekitar 12 orang peneliti, perekaya, dan litkayasa. Berdasarkan pendekatan tersebut, perhitungan jumlah peneliti di Observatorium Astronomi pada 20 tahun mendatang dengan pertumbuhan sebanyak 2% adalah. 51

7 Pt = Po x (1 + n) t Pt = 12 x (1 + 0,02) 20 Pt = 12 x 1,5 = 18 orang Dengan demikian, jumlah peneliti ada 18 orang yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu peneliti tetap sejumlah 11 orang (60%) dan peneliti tamu sejumlah 7 orang (40%). Para peneliti ini nantinya akan didampingi oleh asisten peneliti. Jika diasumsikan tiap peneliti didampingi minimal 1 asisten, maka minimal ada 18 orang asisten peneliti. Selain itu, kegiatan penelitian juga melibatkan laboran yang mendampingi para peneliti dan bertanggungjawab pada laboraorium. Fasilitas laboratorium sendiri membutuhkan 6 orang laboran. 2. Pendekatan Jumlah Pengelola Tabel 3.2 Studi Jumlah Pengelola Observatorium Kepala Observatorium Pelaku Jumlah Pelaku Jumlah KaBag Administrasi 1 Staf Administrasi - Sekretariat - Personalia - Keuangan - Humas - Rumah Tangga KaBag Pendidikan & Penelitian Staf Pendidikan & Penelitian KaBag Teknik & Maintenance Pengelolaan KaBag Dokumentasi & Publikasi Staf Dokumentasi & Publikasi Perpustakaan - Resepsionis - Koleksi - Pengawasan Penerbitan 1 KaBag Operasional 1 4 Staf Operasional 6 1 Staf Teknik & Maintenance

8 Staf IT (Data Server) 4 Staf Keamanan (CCTV) 4 Jumlah 58 Kunjungan Staf Kunjungan - Resepsionis - Penjualan Tiket - Tour Guide - Pemberi Materi Penunjang & Servis - Teknisi Teleskop - Bangunan - Kebersihan - Keamanan - Juru Masak - Housekeeping Jumlah 14 Jumlah 56 (Sumber : Analisa Pribadi) 3. Pendekatan Jumlah Pengunjung Kunjungan ke Observatorium Bosscha sangat dibatasi. Jumlah pengunjung dalam sehari dibatasi sampai 600 orang yang dibagi menjadi tiga sesi. Observatorium Bosscha juga menerima kunjungan malam tiap dua pekan di bulan April hingga Oktober. Berikut jadwal kunjungan di Observatorium Bosscha. Tabel 3.3 Jadwal Kunjungan Siang di Observatorium Bosscha Hari Jam Kapasitas Keterangan Senin Kamis Jumat Sabtu Sesi 1 : Sesi 2 : Sesi 3 : Sesi 1 : Sesi 2 : Tidak ada sesi khusus, buka jam orang 200 orang 200 orang 200 orang 200 orang Hanya menerima kunjungan dari instansi/ sekolah/ organisasi Hanya untuk kunjungan perorangan/ kelompok kecil (Sumber : bosscha.itb.ac.id/kunjungan diakses 13 Agustus 2016) 53

9 Tabel 3.4 Jadwal Kunjungan Malam di Observatorium Bosscha Hari Jam Kapasitas Keterangan Kamis Jumat orang Kunjungan perorangan/ instansi diharuskan mendaftar terlebih dahulu (Sumber : bosscha.itb.ac.id/kunjungan diakses 13 Agustus 2016) Tabel 3.5 Jumlah Pengunjung Observatorium Bosscha Tahun Jumlah Per Tahun / 10% / -5,5% / -1% (Sumber : Annual Report Observatorium Bosscha Periode ) Berdasarkan laporan tahunan, mayoritas kunjungan berasal dari kalangan akademisi dengan capaian sekitar 80%. Sedangkan, sisanya 20% adalah pengunjung dari kalangan masyarakat umum. Jumlah tersebut belum termasuk kunjungan pada event tertentu yang dapat mencapai orang per hari. Seperti saat Open House Observatorium Bosscha Maret 2007 yang berlangsung selama tiga hari, di mana pengunjung mencapai jumlah orang. Observatorium Astronomi di Kabupaten Batang adalah fasilitas pendidikan dan penelitian hingga jumlah pengunjung dari kalangan umum perlu dibatasi. Pembatasan dilakukan agar aktivitas pendidikan dan penelitian tidak terganggu dengan ada kunjungan dari kalangan umum. Berikut kapasitas jumlah pengunjung di Observaorium Astronomi di Kabupaten Batang. 54

10 Tabel 3.6 Jumlah Pengunjung Observatorium Astronomi Pelaku Pengunjung perorangan Pengunjung instansi Pengunjung khusus - Seminar/ workshop - Kunjungan Malam 4. Jam Operasional Waktu Kunjungan Sabtu - Minggu Selasa - Jumat Senin - Sabtu Kamis - Sabtu (Sumber : Analisa Pribadi) Kapasitas (orang) 700 (diasumsikan 100 orang/jam) Observatorium Astronomi merupakan fasilitas pendidikan dan penelitian yang bersifat publik. Selain itu, observatorium juga ditunjang dengan fasilitas pengelolaan dan hunian agar kegiatan yang ditampung dapat berjalan lancar. Berikut adalah jam operasional pada kompleks observatorium. Tabel 3.7 Jam Operasional Observatorium Astronomi Fasilitas Jam Operasional Keterangan Penelitian Ruang Observasi Ilmiah Laboratorium Ruang Kerja Ruang Diskusi Perpustakaan Ilmiah Bengkel Kerja Senin - Jumat jam Sesuai dengan kebutuhan penelitian 55

11 Kantor R. Pameran R. Audio Visual R. Observasi Umum - Kunjungan Siang - Kunjungan Malam R. Serbaguna Wisma b. Kebutuhan Ruang Pengelolaan Senin Jumat Kunjungan Selasa Minggu Selasa Minggu Selasa Minggu Kamis Sabtu Senin Minggu Penunjang 24 jam (Sumber : Analisa Pribadi) Tiap dua minggu sekali, (Apr - Okt) Sesuai dengan kebutuhan kegiatan yang telah diizinkan Tabel 3.8 Kebutuhan Ruang AKTIVITAS FASILITAS PRASARANA - Melakukan pengamatan - Mengambil data - Mengontrol kinerja / keperluan ruang observasi - Melakukan analisa, pengukuran - Menyimpan keperluan penelitian Penelitian R. Observasi Ilmiah R. Kontrol Laboratorium : - Optik - Komputer R. Penyimpanan - Alat Ukur - Teleskop - Teleskop permanen - Lemari - Tangga - Panel Kontrol - Meja kursi - Meja kursi - Lemari - Lemari - Meja kursi 56

12 - Mengakses data / informasi / dokumentasi penelitian - Melakukan studi khusus non-astronomi Portable Perpustakaan Ilmiah : - R. Baca - R. Koleksi - R. Informasi - Meja kursi - Lemari buku - Loker - Komputer - Mengatur dan mengkoordinasi kegiatan / proses penelitian - Membuat laporan penelitian - Melakukan kegiatan diskusi - Melakukan perawatan, perbaikan, atau pembuatan instrumen penelitian - Mengatur dan mengkoordinasi kegiatan / keperluan observatorium - Membuat laporan - Melakukan rapat / pertemuan antar sub divisi - Mengkoordinasi kegiatan - Menyimpan berkas administrasi dll R. Kerja Pribadi R. Rapat / Diskusi Kecil Bengkel - Perawatan, Perbaikan, & Pembuatan Pengelolaan R. Kepala Observatorium R. Kepala Bagian & Staf : - Administrasi - Pendidikan & Penelitian - Dokumentasi & Publikasi - Operasional - Teknik & Maintenance R. Rapat - Menunggu keperluan R. Tunggu - Melakukan pengawasan keamanan - Meja kursi - Lemari - Komputer - Meja kursi - Komputer - Proyektor - Meja kerja - Kursi - Mesin bubut - Mesin las - Meja kursi - Lemari - Komputer - Meja kursi - Komputer - Proyektor R. Arsip - Lemari R. CCTV - Meja - Kursi / sofa - Meja kursi - Panel kontrol 57

13 - Melakuan administrasi, monitoring data server R. Server Kunjungan - Komputer - Meja kursi - Rak Server - Komputer - UPS - PAC - Panel kontrol - Memberi / mencari informasi kunjungan dll R. Informasi Pengunjung - Meja kursi - Membeli / menjual tiket R. Tiket - Meja kursi - Melihat dan mempelajari materi yang dipameran - Mengikuti pengarahan dan penjelasan yang diberikan - Memberi pengarahan dan penjelasan - Melakukan pengamatan - Mengontrol kinerja / keperluan ruang observasi - Menyimpan peralatan / teleskop - Mengkoordinasi / briefing kegiatan kunjungan - Melakukan kegiatan pelatihan / diskusi - Mengakses data / informasi / dokumentasi - Beristirahat di sela kegiatan / jam kerja R. Pameran R. Audio Visual R. Observasi Publik R. Kontrol R. Teleskop Portable R. Serbaguna Perpustakaan Populer : - R. Baca - R. Koleksi - R. Informasi Penunjang R. Istirahat - Panel Display - Vitrin - Meja kursi - Komputer - Proyektor - Teleskop permanen - Kursi - Panel Kontrol - Meja kursi - Meja kursi - Lemari - Meja kursi - Proyektor - Meja kursi - Lemari buku - Loker - Komputer - Meja - Kursi / sofa 58

14 - Makan minum R. Makan - Meja kursi - Beribadah/sholat Mushola - Menerima pengunjung - Melakukan observasi publik - Menginap, istirahat, tidur - Makan, minum - Mandi, BAK/BAB - Mengisi waktu luang dengan berolahraga atau hobi lainnya - BAK/BAB Lobi & Plaza Wisma : - R. Tidur - R. Santai - R. Makan - Dapur - Kamar Mandi - Taman Servis Toilet Lavatory - Mandi R. Bilas - Membuat dan menyiapkan makanan / minuman - Menyimpan peralatan / perabot yang tidak terpakai - Menyimpan peralatan kebersihan - Beristirahat di sela kegiatan / jam kerja - Melakukan persiapan sebelum dan sesudah bekerja Pantry Dapur Gudang Janitor R. Staf Kebersihan R. Staf Keamanan R. Staf Maintenance Bangunan R. Staf Maintenance Teleskop - Menjaga keamanan Pos Keamanan - Memarkir kendaraan Area Parkir - Tempat Tidur - Meja - Kursi / sofa - Lemari - Kitchen set - Kloset - Wastafel - Kloset - Wastafel - Shower - Kloset - Wastafel - Kitchen set - Rak - Rak - Meja kursi - Lemari - Loker - Meja kursi - Lemari - Mesin Tiket - Lampu jalan 59

15 - Mengontrol, memperbaiki, merawat mesin genset - Mengontrol, memperbaiki terkait jaringan listrik - Mengontrol, memperbaiki, merawat mesin pompa - Menampung sampah - Memilah sampah R. Genset R. Panel R. Tandon Air & R. Pompa Pembuangan Sampah Sementara (Sumber : Analisa Pribadi) - Genset - Panel genset - Panel Listrik - Peralatan ME - Pompa - Panel pompa - Tandon - Bak sampah c. Hubungan Ruang Makro Fasilitas Kunjungan Publik R. Pameran, R. Audio Visual, R. Observasi Publik, R. Serbaguna, Perpustakaan ENTRANCE PLAZA Fasilitas Servis Area Parkir, Pos Keamanan, R. Genset, R. MEE, R. Tandon Air, R. Pompa Fasilitas Maintenance Bengkel Reparasi, Bengkel Pembuatan, Fasilitas Pengelola R. Ka Observatorium, R. Ka Bagian, R. Staf, R. Rapat Fasilitas Penelitian R. Observasi Ilmiah, Laboratorium, R. Kerja, R. Diskusi, Perpustakaan Fasilitas Penunjang (Wisma) R. Tidur, R. Santai, R. Makan, Toilet/KM, Dapur, Taman Bagan 3.6 Hubungan Ruang (Sumber : Analisa Pribadi) 60

16 d. Studi Ruang Khusus 1. Ruang Observasi Ruang observasi adalah fasilitas utama dalam kompleks observatorium ini, di mana teleskop akan diletakkan secara permanen di dalamnya. Ruang observasi ini biasanya hanya menampung satu teleskop di tiap ruangnya dan dilengkapi dengan ruangan pendukung, seperti ruang kontrol dan ruang mesin. Persyaratan Ruang A = Ruang gerak teleskop, B = Ruang gerak pengamat/peneliti, C = Kebutuhan ruang untuk peralatan Gbr 3.1 Standar Minimum Besaran Ruang Observasi (Sumber : David Arditti, Setting Up a Small Observatory From Concept to Construction) Kebutuhan besaran ruang untuk ruang observasi sangat bergantung pada dimensi dan ruang gerak dari teleskop yang digunakan. Menurut David Arditti dalam Setting Up a Small Observatory From Concept to Construction (2008), ruang observasi untuk teleskop berukuran medium, diameter sekitar 25 cm, dengan denah berbentuk lingkar paling sedikit membutuhkan diameter 3,3 meter dan yang disarankan adalah 61

17 4 meter. Sedangkan, untuk ruang berbentuk persegi cukup dengan ukuran 2,4 meter. Selain itu, peralatan teleskop memiliki sifat yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu yang ada. Perubahan suhu yang disarankan tidak lebih dari 8 o C dan kelembaban yang disarankan antara 45-60%. Hal ini juga mempengaruhi material yang akan digunakan pada bangunan maupun lingkungan sekitarnya. Di mana material seperti beton, bata, dan batu alam perlu dihindari untuk mengurangi efek radiasi pada malam hari yang dapat mengganggu kegiatan observasi. Kebutuhan Teleskop Observatorium astronomi ini nantinya akan memiliki beberapa teleskop yang akan digunakan untuk kegiatan penelitian dan kunjungan publik. Berikut rincian jumlah teleskop dengan dudukan permanen yang akan dimiliki observatorium astronomi. Tabel 3.9 Jumlah Teleskop di Observatorium Astronomi Jenis Teleskop Penelitian Publik Teleskop Reflektor 1 - Ø = 1,5 m Teleskop Reflektor 2 - Ø = 1,0 m Teleskop Ø = 0,6 m 4 1 Teleskop Ø = 0,3 m 4 2 Jumlah 11 3 (Sumber : Analisa Pribadi) 62

18 Speksifikasi Teleskop Tabel 3.10 Spesifikasi Teleskop Teleskop Reflektor Ø = 1,5 m Spesifikasi - Aperture : mm - Berat : kg - Dimensi : mm x mm Gbr 3.2 Dimensi Teleskop Ø = 1,5 m (Sumber : observatorysolutions.com diakses 21 Agustus 2016) Teleskop Reflektor Ø = 1,0 m Gbr 3.3 Teleskop PW Meter Observatory System (Sumber : observatorysolutions.com diakses 21 Agustus 2016) Spesifikasi - Optikal Desain : Corrected Dall-Kirkham/ Ritchey-Chrétien - Aperture : mm (39,37 inch) - Panjang Fokus : mm - Berat : kg 63

19 - Dimensi : 3.429mm x 1.829mm x 1.143mm Gbr 3.4 Dimensi Teleskop PW Meter Observatory System (Sumber : planewave.com diakses 21 Agustus 2016) Gbr 3.5 Teleskop PW Meter Observatory System (Sumber : observatorysolutions.com diakses 21 Agustus 2016) Teleskop Reflektor Ø = 0,6 m Gbr 3.6 Teleskop PlaneWave Ritchey-Chrétien 24" Optical Tube (Sumber : observatorysolutions.com diakses 21 Agustus 2016) Spesifikasi - Optikal Desain : Ritchey-Chrétien - Aperture : 610 mm - Panjang Fokus : 3962 mm 64

20 - Berat : 108,9 kg - Dimensi : mm x 787 mm x 889 mm Gbr 3.7 Dimensi Teleskop PlaneWave Ritchey-Chrétien 24" (Sumber : planewave.com diakses 21 Agustus 2016) Teleskop Reflektor Ø = 0,3 m Spesifikasi Gbr 3.8 Dimensi Teleskop PlaneWave CDK 12,5" (Sumber : planewave.com diakses 21 Agustus 2016) - Optikal Desain : Corrected Dall-Kirkham - Aperture : 320 mm - Panjang Fokus : 3962 mm - Berat : 20,9 kg - Dimensi : 438 mm x 890 mm 65

21 Gbr 3.9 Teleskop PlaneWave CDK 12,5" (Sumber : planewave.com diakses 31 Agustus 2016) (Sumber : planewave.com, observatorysolutions.com) Speksifikasi Kubah Tabel 3.11 Spesifikasi Kubah / Dome Ash Domes Spesifikasi Gbr 3.10 Tipe Shutter A (kiri) dan Tipe Shutter B (kanan) (Sumber : ashdomes.com diakses 21 Agustus 2016) - Manufaktur : Ash Manufacturing, Inc. - Material Rangka : Galvanized Steel Penutup Atap : Galvalum (antikarat, Al-Zn) - Ukuran standar Model "R" Diameter (m) Lebar Bukaan Shutter (m) Berat (kg) 2,44 0,

22 3,2 0,86 / 1, ,81 0,86 / 1, ,42 1,06 / 1, ,03 1,06 / 1, Model "M" Diameter (m) Lebar Bukaan Shutter (m) Berat (kg) 5,64 1,57 / 2, ,24 1,8 / 2, ,85 1,8 / 2, ,46 1,8 / 2, ,07 1,8 / 2, ,68 1,8 / 2, ,29 2,28 / 2, Observa Dome Gbr 3.11 Tipikal Kubah Teleskop (Sumber : observadome.com diakses 31 Agustus 2016) Ukuran standar Observa Dome. 3,0 m / 3,5 m / 4,0 m / 5,0 m / 5,5 m / 6,0 m / 7,0 m (Sumber : ashdomes.com, observadome.com) Studi Ruang Ruang observasi digunakan untuk menampung kegiatan pengamatan dengan menggunakan teleskop optik. Pada ruang ini teleskop umumnya diletakan tepat di tengah ruang sebagai poros ruangan. 67

23 Gbr 3.12 Studi Ruang Gerak Teleskop dengan Dudukan Tipe Fork (Sumber : dok. pribadi, 2016) Gbr 3.13 Studi Ruang Gerak Teleskop dengan Dudukan Tipe German Equatorial (Sumber : dok. pribadi, 2016) Keterangan gambar : A = diameter / area teleskop garis merah, B = diameter / area ruang gerak teleskop garis biru, C = Tinggi teleskop, R = area sirkulasi dan perabot / jari-jari minimum kubah garis hijau Pada gambar terlihat perbedaan pada sistem dudukan teleskop yang terdiri dari Tipe Fork (Gbr 3.12) dan Tipe German Equatorial (Gbr 3.13). Tipe Fork umumnya digunakan untuk teleskop dengan diameter besar (1 meter ke atas), sedangkan tipe German Equatorial untuk diameter yang lebih kecil. 68

24 Selain itu, ruang observasi juga dilengkapi dengan lemari atau rak untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan tambahan teleskop. Teleskop dengan diameter yang besar umumnya juga dilengkapi tangga yang digunakan untuk memudahkan kegiatan pengamatan. Gbr 3.14 Studi Kebutuhan Ruang Perabot Pelengkap (Sumber : dok. pribadi, 2016) Ruang observasi publik juga harus mampu menampung pengunjung yang berjumlah sekitar 60 pengunjung dengan 5 orang petugas. Gbr 3.15 Studi Ruang Gerak Pengunjung dan Petugas (Sumber : dok. pribadi, 2016) 69

25 Besaran Ruang Tabel 3.12 Besaran Ruang Observasi Teleskop Reflektor Ø = 1,5 m Gbr 3.16 Studi Ruang Gerak Teleskop Reflektor Ø = 1,5 m (Sumber : dok. pribadi, 2016) A = 3,1 m B = 5,6 m C = 5,1 m R = 2,8 m Perabot Lemari = 2 x (0,6 x 1,6) = 1,92 m 2 Tangga = (1 x 1,6) = 1,6 m 2 Kebutuhan Ruang Gerak = 3,14 x R 2 = 3,14 x (2,8) 2 = 24,63 m 2 Kebutuhan Ruang = 24,63 + 1,92 + 1,6 + flow 200% = 28,15 + flow 200% = 84,45 m 2 Ukuran Kubah Minimum r = 83,13 : 3,14 r = 26,88 r = 5,18 m ~ 5,5 m Jumlah Unit Teleskop = 1 buah Luas R. Observasi untuk Teleskop Ø = 1,5 m = 3,14 x r 2 = 3,14 x (5,5) 2 = 95,0 m 2 70

26 Teleskop Reflektor Ø = 1,0 m Gbr 3.17 Studi Ruang Gerak Teleskop Reflektor Ø = 1,0 m (Sumber : dok. pribadi, 2016) A = 1,84 m B = 3,5 m C = 3,37 m R = 1,75 m Perabot Lemari = 2 x (0,6 x 1,6) = 1,92 m 2 Tangga = (1 x 0,8) = 0,8 m 2 Kebutuhan Ruang Gerak = 3,14 x R 2 = 3,14 x (1,75) 2 = 9,62 m 2 Kebutuhan Ruang = 9,62 + 1,92 + 0,8 + flow 200% = 12,34 + flow 200% = 37,02 m 2 Ukuran Kubah Minimum r = 37,02 : 3,14 r = 11,78 r = 3,42 m ~ 3,5 m Jumlah Unit Teleskop = 2 buah Luas R. Observasi untuk Teleskop Ø = 1,0 m = 2 x (3,14 x r 2 ) = 2 x (3,14 x (3,5) 2 ) = 2 x 38,48 = 76,97 m 2 71

27 Teleskop Reflektor Ø = 0,6 m Gbr 3.18 Studi Ruang Gerak Teleskop Reflektor Ø = 0,6 m (Sumber : dok. pribadi, 2016) A = 3,2 m B = 3,6 m C = 3,24 m R = 1,8 m Perabot Lemari = 0,6 x 1,6 = 0,96 m 2 Kebutuhan Ruang Gerak = 3,14 x R 2 = 3,14 x (1,8) 2 = 10,18 m 2 Kebutuhan Ruang = 10,18 + 0,96 + 0,8 + flow 200% = 11,94 + flow 200% = 35,82 m 2 Ukuran Kubah Minimum r = (35,82 : 3,14) r = 11,4 r = 3,37 m ~ 3,5 m Jumlah Unit Teleskop = 4 buah (penelitian), 1 buah (publik) Luas R. Observasi untuk Teleskop Ø = 0,6 m (penelitian) = 4 x (3,14 x r 2 ) = 4 x (3,14 x (3,5) 2 ) = 4 x 38,48 = 153,92 m 2 Luas R. Observasi untuk Teleskop Ø = 0,6 m (publik) = 35,82 + [(60 x 1,13) + (5 x 6,15) + flow 100%] = 35,82 + [67,8 + 30,79 + flow 100%] 72

28 = 35, ,18 = 233,0 m 2 Teleskop Reflektor Ø = 0,3 m Gbr 3.19 Studi Ruang Gerak Teleskop Reflektor Ø = 0,3 m (Sumber : dok. pribadi, 2016) A = 1,5 m B = 2,2 m C = 2,3 m R = 1,1 m Perabot Lemari = 0,6 x 1,6 = 0,96 m 2 Kebutuhan Ruang Gerak = 3,14 x R 2 = 3,14 x (1,1) 2 = 3,8 m 2 Kebutuhan Ruang = 3,8 + 0,96 + flow 200% = 4,76 + flow 200% = 9,52 m 2 Ukuran Kubah Minimum r = 9,52 : 3,14 r = 3,03 r = 1,74 m ~ 3,0 m Jumlah Unit Teleskop = 4 buah (penelitian), 2 buah (publik) Luas R. Observasi untuk Teleskop Ø = 0,3 m (penelitian) = 4 x (3,14 x r 2 ) = 4 x (3,14 x (3,0) 2 ) = 4 x 28,27 = 113,1 m 2 73

29 Luas 1 unit R. Observasi untuk Teleskop Ø = 0,6 m (publik) = 9,52 + [(60 x 1,13) + (5 x 6,15) + flow 100%] = 9,52 + [67,8 + 30,79 + flow 100%] = 9, ,18 = 206,7 m 2 Luas Total R. Observasi Publik = 2 x 206,7 = 413,4 m 2 2. Ruang Kontrol (Sumber : Analisa Pribadi) Ruang kontrol digunakan untuk mengatur, mengawasi, dan mengoperasikan teleskop maupun kubah. Persyaratan Ruang - Ruang kontrol diharuskan berada di dekat ruang observasi untuk memudahkan koordinasi dan kinerja kedua ruang tersebut. - Ruang memiliki sirkulasi udara yang lancar dan suhu udara stabil untuk memberi kenyamanan pengguna, serta menjaga kinerja peralatan yang mayoritas berupa peralatan elektronik. Kebutuhan dan Studi Ruang Gbr 3.20 Studi Preseden R. Kontrol Observatorium Nasional Kitt Peak (Sumber : weasner.com diakses 23 September 2016) 74

30 Gbr 3.21 Studi Preseden R. Kontrol Observatorium Astronomi Australia (Sumber : amandabauer.blogspot.co.id diakses 23 September 2016) Gambar di atas, Gbr 3.20 dan Gbr 3.21, merupakan contoh preseden dari ruang kontrol yang ada di Observatorium Nasional Kitt Peak dan Observatorium Astronomi Australia. Berdasarkan studi preseden tersebut, perabot dan peralatan yang dibutuhan dalam ruang kontrol di antaranya panel kontrol mesin atau mekanisme kubah dan teleskop, meja kerja dengan komputer, dan lemari atau rak data. Berikut studi besaran ruang tiap perabot dan peralatannya. Gbr 3.22 Studi Kebutuhan Ruang Panel Kontrol, Lemari Data/Dokumen, Meja Kursi Kerja (dari kiri ke kanan) (Sumber : dok. pribadi, 2016) Kebutuhan ruang per perabot: - Panel Kontrol = 0,8 x 0,9 = 0,72 m 2 - Lemari Data/Dokumen = 0,6 x 1,8 = 1,08 m 2 - Meja Kerja = 0,8 x 1,6 = 1,28 m 2 - Kursi Kerja = 0,65 x 0,7 = 0,46 m 2 75

31 Besaran Ruang Tabel 3.13 Besaran Ruang Kontrol Tipe 1 Tipe 1 untuk R. Observasi - Teleskop Reflektor Ø = 1,5 m (1 unit) - Teleskop Reflektor Ø = 1,0 m (2 unit) Kebutuhan per unit - 3 unit = Panel Kontrol - 2 unit = Lemari Data/Dokumen - 6 unit = Meja Kerja - 10 unit = Kursi Kerja Luas per unit = (3 x 0,72) + (2 x 1,08) + (6 x 1,28) + (10 x 0,46) + flow 50% = 2,16 + 2,16 + 7,68 + 4,6 + flow 50% = 16,6 + flow 50% = 24,9 m 2 Total Kebutuhan R. Kontrol Tipe 1 = 3 x 24,9 m 2 = 74,7 m 2 Tipe 2 Tipe 2 untuk R. Observasi Penelitian - Teleskop Ø = 0,6 m (4 unit) - Teleskop Ø = 0,3 m (4 unit) Kebutuhan per unit - 2 unit = Panel Kontrol - 1 unit = Lemari Data/Dokumen - 4 unit = Meja Kerja - 6 unit = Kursi Kerja Luas per unit = (2 x 0,72) + (1 x 1,08) + (4 x 1,28) + (6 x 0,46) + flow 50% = 1,44 + 1,08 + 5,12 + 2,76 + flow 50% = 10,4 + flow 50% = 15,6 m 2 76

32 Total Kebutuhan R. Kontrol Tipe 2 = 8 x 15,6 m 2 = 62,4 m 2 Tipe 3 Tipe 3 untuk R. Observasi Kunjungan - Teleskop Ø = 0,6 m (1 unit) - Teleskop Ø = 0,3 m (2 unit) Kebutuhan per unit - 1 unit = Panel Kontrol - 1 unit = Lemari Data/Dokumen - 4 unit = Meja Kerja - 4 unit = Kursi Kerja Luas per unit = (1 x 0,72) + (1 x 1,08) + (3 x 1,28) + (3 x 0,46) + flow 50% = 0,72 + 1,08 + 3,84 + 1,38 + flow 50% = 7,02 + flow 50% = 10,53 m 2 Total Kebutuhan R. Kontrol Tipe 3 = 3 x 10,53 m 2 = 31,6 m 2 (Sumber : Analisa Pribadi) 3. Ruang Penyimpanan Teleskop Portable Persyaratan Ruang - Ruang memiliki kelembaban dan suhu udara yang stabil dengan perubahan suhu tidak lebih dari 8 o C. Kebutuhan dan Speksifikasi Teleskop Tabel 3.14 Jumlah Teleskop Portable Jenis Teleskop Penelitian Publik Teleskop Ø =150 mm 6 4 Teleskop Ø = 70 mm 2 4 Jumlah 8 8 (Sumber : Analisa Pribadi) 77

33 Tabel 3.15 Speksifikasi Teleskop Portable Teleskop Refraktor Ø = 150 mm Spesifikasi Gbr 3.23 Teleskop Refraktor Advanced Vx 6" (Sumber : celestron.com diakses 31 Agustus 2016) Optikal Desain : Refraktor Aperture : 150 mm Panjang Fokus : mm Panjang Teleskop : mm Tinggi Dudukan : mm Diameter Tripod : 50,8 mm - stainless steel Panjang Tripod : mm Berat Teleskop : 8.62 kg Berat Tripod : 8,16 kg Spesifikasi Berat Penyeimbang : 2 x 2,47 kg Teleskop Refraktor Ø = 70 mm Optikal Desain : Refraktor Aperture : 70 mm Panjang Fokus : 900 mm Panjang Teleskop : 914mm Diameter Tripod : 31,75 mm - stainless steel 78

34 Studi Ruang Gbr 3.24 Teleskop Astromaster 70az (Sumber : celestron.com diakses 31 Agustus 2016) (Sumber : celestron.com) Kebutuhan ruang penyimpanan teleskop portable terdiri dari lemari atau rak penyimpanan yang dimensinya disesuaikan dengan dimensi teleskop dan tripod. Selain itu, meja dan kursi kerja juga diperlukan untuk kegiatan perawatan teleskop. Berikut studi besaran ruang tiap perabot dan peralatan. Gbr 3.25 Dimensi Teleskop dan Tripod Refraktor Advanced Vx 6" (Sumber : dok. pribadi, 2016) Kebutuhan ruang penyimpanan tiap teleskop tipe Refraktor Advanced Vx 6" berdasarkan studi di atas, yaitu 0,17 x 1,3 m dan untuk tripod membutuhkan ruang sebesar 0,13 x 79

35 1,0 m. Selain itu, teleskop tipe Refraktor Advanced Vx 6" memiliki beberapa aksesoris pelengkap seperti dudukan teleskop (mount) dan eyepiece. Gbr 3.26 Dimensi Aksesoris Teleskop Refraktor Advanced Vx 6" (Sumber : dok. pribadi, 2016) Gbr 3.27 Dimensi Aksesoris Teleskop Refraktor Astromaster 70az (Sumber : dok. pribadi, 2016) Sedangkan untuk teleskop tipe Astromaster 70az dibutuhkan ruang sebesar 0,15 x 0,95 m, 0,1 x 0,8 m untuk tripod, dan 0,15 x 0,2 m untuk dudukan teleskop (mount). Gbr 3.28 Studi Kebutuhan Meja Kursi dan Lemari/Rak Penyimpanan (Sumber : dok. pribadi, 2016) 80

36 Besaran Ruang Tabel 3.16 Besaran Ruang Penyimpanan Teleskop Portable Tipe 1 (Penelitian) Jumlah Unit Teleskop - Teleskop Ø = 150 mm = 6 unit - Teleskop Ø = 070 mm = 2 unit Kebutuhan per unit - 3 unit = Lemari - 4 unit = Meja Kerja - 4 unit = Kursi Kerja Luas per unit = (3 x 1,2) + (4 x 1,8) + (4 x 0,46) + flow 50% = 3,6 + 7,2 + 1,84 + flow 50% = 12,64 + flow 50% = 18,96 m 2 Tipe 2 (Publik) Jumlah Unit Teleskop - Teleskop Ø = 150 mm = 4 unit - Teleskop Ø = 070 mm = 4 unit Kebutuhan per unit - 3 unit = Lemari - 2 unit = Meja Kerja - 2 unit = Kursi Kerja Luas per unit = (3 x 1,2) + (2 x 1,8) + (2 x 0,46) + flow 50% = 3,6 + 3,6 + 0,92 + flow 50% = 8,12 + flow 50% = 12,18 m 2 4. Ruang Laboratorium Optik (Sumber : Analisa Pribadi) Ruang laboratorium optik digunakan untuk melakukan percobaan maupun pengembangan teleskop optik. 81

37 Persyaratan Ruang - Sistem pencahayaan yang dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan agar penelitian dan percobaan yang memerlukan kondisi noise cahaya yang rendah dapat dilakukan. - Meminimalisir bukaan khususnya jendela untuk mengurangi radiasi yang dapat mengganggu proses ataupun hasil penelitian dan percobaan. - Ruang harus memiliki pengaturan terhadap kebersihan, temperatur, kelembaban, dan pencahayaan untuk mendukung kegiatan, instrumen, dan komponen optik dalam kondisi yang optimal. - Akses masuk ke dalam ruang harus melalui ruang transisi atau persiapan (pre-clean) yang terdiri dari loker, jas laboratorium untuk semua pengguna. Kebutuhan dan Studi Ruang Gbr 3.29 Studi Preseden Laboratorium Optik (Sumber : astrosystems.nl diakses 23 September 2016) Laboratorium optik dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas seperti meja optik, rel lensa, filter lensa, lampu, 82

38 proyektor analog, laser He-Ne, kabel serat optik, dan komputer sebagai fasilitas komputasi untuk penelitian. Gbr 3.30 Studi Preseden Laboratorium Optik di IfA Pukalani (Sumber : ifa.hawaii.edu diakses 23 September 2016) Gbr 3.31 Meja Optik Nexus Table Kit With Active Legs (Sumber : thorlabs.com diakses 25 September 2016) Gbr 3.32 Dimensi Meja Optik Nexus Table Kit With Active Legs (Sumber : thorlabs.com diakses 25 September 2016) Gbr 3.33 Dimensi Meja Optik Nexus Table Kit With Active Legs (Sumber : thorlabs.com diakses 25 September 2016) 83

39 Gbr 3.34 Free Standing Overhead Shelf PTA280 (Sumber : thorlabs.com diakses 25 September 2016) Gbr 3.35 Dimensi Free Standing Overhead Shelf PTA280 (Sumber : thorlabs.com diakses 25 September 2016) Gbr 3.36 Dimensi Free Standing Overhead Shelf PTA280 (Sumber : thorlabs.com diakses 25 September 2016) Besaran Ruang Tabel 3.17 Besaran Ruang Laboratorium Optik Laboratorium Optik Kebutuhan Perabot - 3 unit = Meja optik = 2 m 2-3 unit = Overhead Shelf = 1,95 m 2 84

40 - 2 unit = Lemari/ Rak = 1,2 m 2-4 unit = Kursi kerja = 0,46 m 2 Kebutuhan Luas Ruang = (3 x 2) + (3 x 1,95) + (2 x 1,2) + (4 x 0,46) + flow 50% = 6 + 5,85 + 2,4 + 1,84 + flow 50% = 16,09 + flow 50% = 24,2 m 2 Ruang Penyimpanan Peralatan Kebutuhan Perabot - 4 unit = Lemari/ Rak = 1,2 m 2-2 unit = Meja kerja = 1,8 m 2-4 unit = Kursi kerja = 0,46 m 2 Kebutuhan Luas Ruang = (4 x 1,2) + (2 x 1,8) + (4 x 0,46) + flow 50% = 4,8 + 3,6 + 1,84 + flow 50% = 10,24 + flow 50% = 15,4 m 2 Ruang Persiapan Kebutuhan Perabot - 4 unit = Lemari/ Loker = 1,2 m 2-2 unit = Lemari Jas Lab = 1,2 m 2-2 unit = Lavatori = 5 m 2 Kebutuhan Luas Ruang = (4 x 1,2) + (2 x 1,2) + (2 x 5) + flow 50% = 4,8 + 2, flow 50% = 17,2 + flow 50% = 25,8 m 2 5. Ruang Laboratorium Komputer (Sumber : Analisa Pribadi) Ruang laboratorium komputer digunakan para astronom atau peneliti untuk melakukan perhitungan dan analisa data hasil pengamatan. 85

41 Persyaratan Ruang - Ruang memiliki sirkulasi udara yang lancar dan suhu udara stabil untuk memberi kenyamanan pengguna, serta menjaga kinerja peralatan yang mayoritas berupa peralatan elektronik. Kebutuhan dan Studi Ruang Gbr 3.37 Studi Preseden Ruang Laboratorium Komputer (Sumber : brown.edu, daytonabeach.erau.edu diakses 25 September 2016) Gbr 3.38 Studi Preseden Ruang Komputer (Sumber : eso.org diakses 25 September 2016) Gbr 3.39 Studi Kebutuhan Ruang Lemari Data/Dokumen, Meja Kursi Kerja (dari kiri ke kanan) (Sumber : dok. pribadi, 2016) 86

42 Besaran Ruang Tabel 3.18 Besaran Ruang Laboratorium Komputer Laboratorium Komputer Kebutuhan Perabot - 04 unit = Lemari/ Rak = 1,08 m 2-20 unit = Meja kerja = 1,28 m 2-25 unit = Kursi kerja = 0,46 m 2 Kebutuhan Luas Ruang = (4 x 1,08) + (20 x 1,28) + (25 x 0,46) + flow 50% = 4, ,6 + 11,5 + flow 50% = 41,42 + flow 50% = 62,2 m 2 6. Bengkel Teknik (Sumber : Analisa Pribadi) Bengkel teknik digunakan untuk melakukan perawatan, perbaikan, pembuatan, maupun pengembangan instrumen pengamatan/ penelitian. Persyaratan Ruang - Ruang memiliki sirkulasi udara yang lancar dan suhu udara stabil untuk memberi kenyamanan pengguna. - Sirkulasi ruang yang jelas dan cukup untuk menampung pengguna, aktivitas, dan peralatan bengkel kerja. Kebutuhan dan Studi Ruang Berdasarkan studi banding pada bengkel teknik di Observatorium Bosscha, bengkel dilengkapi dengan mesin bubut dan mesin mekanik pendukung lain dan sarana pengelasan dengan dimensi ruang 4,0 x 15 m. 87

43 Besaran Ruang Gbr 3.40 Studi Ruang Bengkel Metalworking (Sumber: Ernst & Peter Neufert, Architects Data) Tabel 3.19 Besaran Ruang Bengkel Teknik Bengkel Teknik Kebutuhan - Area Pengelasan = 7,5 x 10,0 m - Area Pemotongan = 7,5 x 10,0 m - Area Perakitan = 7,5 x 10,0 m - Area Produk = 5,0 x 10,0 m - Area Penyimpanan Material = 5,0 x 10,0 m Luas = (3 x 75) + (2 x 50) = = 325,0 m 2 (Sumber : Analisa Pribadi) 88

44 e. Studi Besaran Ruang Berikut adalah perhitungan besaran ruang pada perencanaan dan perancangan Observatorium Astronomi di Kabupaten Batang, dengan mengacu pada Studi Ruang Khusus (SRK), Data Arsitek Enrst and Peter Neufert (DA), dan Human Dimension and Interior Space Julius Panero & Martin Zelnik (HDIS). Sedangkan, standar sirkulasi yang akan diterapkan dalam besaran ruang berdasarkan buku Time Saver Standart for Building Types 2nd Edition, sebagai berikut. 5% - 10% 20 % 30 % 40 % 50% = sirkulasi minimum = kebutuhan akan leluasan sirkulasi = kenyamanan fisik = kenyamanan psikologis = sirkulasi sesuai dengan spesifik kegiatan 70% - 100% = sirkulasi dengan banyak kegiatan 1. Fasilitas Penelitian Tabel 3.20 Besaran Ruang Fasilitas Penelitian Ruang Perabot - Jumlah unit Luas (m 2 ) Luas + Sirkulasi Sumber R. Observasi Ilmiah - Teleskop Ø =1,5 m - Teleskop Ø =1,0 m - Teleskop Ø =0,6 m - Teleskop Ø =0,3 m 1 unit 2 unit 4 unit 4 unit 95,0 m 2 76,9 m 2 153,9 m 2 113,1 m 2 SRK 89

45 Ruang Kontrol Observasi - Tipe 1 - Tipe 2 R. Penyimpanan Teleskop Portable Laboratorium Optik - Laboratorium - R. Penyimpanan - R. Persiapan Laboratorium Komputer Perpustakaan Ilmiah - R. Baca (30 orang) - R. Koleksi (20 rak) - R. Informasi (2 orang) - R. Petugas (5 orang) R. Kerja Astronom (20 orang) R. Kerja Asisten Astronom (20 orang) R. Kerja Laboran (6 orang) 3 unit 8 unit Meja/kursi baca (30) 1,8 x 2,0 108 Rak buku (20) 0,5 x 1,2 12 Meja informasi (1) 1,8 x 2,0 3,6 Meja/kursi kerja (5) 1,5 x 1,5 11,25 Loker (1) 0,6 x 1,8 1,08 Meja/kursi kerja (20) 3,1 x 3,3 204,6 Rak buku (20) 0,5 x 1,2 12 Meja/kursi kerja (20) 1,9 x 2,1 79,8 Rak buku (20) 0,5 x 1,2 12 Meja/kursi kerja (6) 1,9 x 2,1 23,94 74,7 m 2 SRK 62,4 m 2 18,9 m 2 SRK 24,2 m 2 15,4 m 2 25,8 m 2 SRK 62,2 m 2 SRK 135,93 m 2 + flow 50% = 203,9 m 2 HDIS 216,6 m 2 + flow 40% = 303,2 m 2 91,8 m 2 + flow 30% HDIS = 119,3 m 2 HDIS 27,54 m 2 + flow 30% HDIS 90

46 HDIS Rak buku (6) = 35,8 m 2 0,5 x 1,2 3,6 Meja (1) 8,4 m 2 R. Rapat / Diskusi 1,5 x 3,0 4,5 + flow 50% (10 orang) Kursi (10) 0,6 x 0,65 3,9 = 12,6 m 2 Bengkel - Reparasi - Pembuatan 325,0 m 2 SRK 2. Fasilitas Pengelolaan Luas Fasilitas Penelitian 1.722,3 m 2 (Sumber : Analisa Pribadi) Tabel 3.21 Besaran Ruang Kantor Pengelola Ruang Perabot (Jml) Luas (m 2 ) R. Kepala Observatorium (1 orang) R. Kepala Bagian (5 orang) R. Staf Administrasi - Sekretariat - Personalia - Keuangan - Humas - Rumah Tangga (10 orang) R. Staf Pendidikan & Penelitian Meja/kursi kerja (1) 3,1 x 3,3 Rak buku (1) 0,5 x 1,2 Sofa (1) 1,9 x 3,0 Meja/kursi kerja (5) 3,1 x 3,3 Rak buku (5) 0,5 x 1,2 Sofa (5) 1,9 x 3,0 Meja/kursi kerja (10) 1,9 x 2,1 Rak buku (10) 0,5 x 1,2 10,23 0,6 5,7 51, ,5 39,9 3 Luas + Sirkulasi 16,5 m 2 + flow 50% Sumber = 24,8 m 2 HDIS 82,65 m 2 + flow 40% = 115,7 m 2 HDIS 42,9 m 2 + flow 30% = 55,8 m 2 HDIS Meja/kursi 18,36 m 2 kerja (4) + flow 30% HDIS 91

47 (4 orang) 1,9 x 2,1 Rak buku (4) R. Staf Dokumentasi & Publikasi (6 orang) R. Staf Operasional (6 orang) R. Staf Teknik & Maintenance (4 orang) R. Rapat (15 orang) R. Arsip R. Tunggu R. CCTV 0,5 x 1,2 Meja/kursi kerja (6) 1,9 x 2,1 Rak buku (6) 0,5 x 1,2 Meja/kursi kerja (6) 1,9 x 2,1 Rak buku (6) 0,5 x 1,2 Meja/kursi kerja (4) 1,9 x 2,1 Rak buku (4) 0,5 x 1,2 Meja (1) 1,5 x 3,0 Kursi (15) 0,6 x 0,65 Meja (2) 0,6 x 1,2 Kursi (2) 0,5 x 0,6 Rak (6) 0,5 x 1,2 Sofa (1) 1,9 x 3,0 Meja informasi (1) 1,8 x 2,0 Meja Panel (2) 1,0 x 2,2 Meja (4) 0,6 x 1,2 Kursi (6) 0,5 x 0,6 15,96 2,4 23,94 3,6 23,94 3,6 15,96 2,4 4,5 5,85 1,44 0,6 3,6 5,7 3,6 4,4 2,88 1,8 = 23,9 m 2 27,54 m 2 + flow 30% = 35,8 m 2 HDIS 27,54 m 2 + flow 30% = 35,8 m 2 HDIS 18,36 m 2 + flow 30% = 23,9 m 2 HDIS 10,35 m 2 + flow 50% = 15,5 m 2 HDIS 5,64 m 2 + flow 30% = 7,3 m 2 HDIS 9,3 m 2 + flow 50% = 14,0 m 2 HDIS 10,52 m 2 + flow 50% = 15,8 m 2 HDIS 92

48 R. Server Rak (2) 0,6 x 1,2 Meja (4) 0,6 x 1,2 Kursi (4) 0,5 x 0,6 Rak (2) 0,6 x 1,2 Rak Data (15) 0,6 x 1,0 UPS (4) 0,6 x 0,8 PAC (4) 0,8 x 1,5 Panel (1) 0,6 x 0,8 1,44 2,88 1,2 1,44 9,0 1,92 4,8 0,48 21,72 m 2 + flow 100% = 43,4 m 2 Luas Fasilitas Pengelolaan 411,7 m 2 (Sumber : Analisa Pribadi) 3. Fasilitas Kunjungan Tabel 3.22 Besaran Ruang Fasilitas Kunjungan HDIS Ruang Perabot (Jml) Luas (m 2 ) Luas + Sirkulasi Sumber R. Informasi Pengunjung (2 orang) Meja informasi (1) 1,8 x 2,0 3,6 3,6 m 2 + flow 50% = 5,4 m 2 HDIS 3,6 m 2 R. Tiket Loket tiket (1) + flow (2 orang) 1,8 x 2,0 3,6 100% = 7,2 m 2 R. Observasi Ilmiah - Teleskop Ø =0,6 m 1 unit 233,0 m 2 SRK - Teleskop Ø =0,3 m 2 unit 413,4 m 2 Ruang Kontrol Observasi SRK - Tipe 3 3 unit 31,6 m 2 R. Penyimpanan Teleskop Portable 12,18 m 2 SRK 93

49 R. Pameran R. Audio Visual (60 orang) R. Kontrol Audio Visual Perpustakaan Populer - R. Baca (50 orang) - R. Koleksi (30 rak) - R. Informasi (2 orang) - R. Petugas (5 orang) R. Serbaguna (500 orang) Vitrin (10) 0,6 x 1,8 Pedestal (10/5) 0,6 x 0,6 0,9 x 0,9 Panel (2) 1,2 x 2,4 10,8 3,6 4,05 11,52 Kursi (60) 0,65 x 1,05 40,95 Meja Panel (2) 1,0 x 2,2 Meja (1) 0,6 x 1,2 Kursi (3) 0,5 x 0,6 Rak (1) 0,5 x 1,2 Meja/kursi baca (50) 1,8 x 2,0 Rak buku (30) 0,5 x 1,2 Meja informasi (1) 1,8 x 2,0 Meja/kursi kerja (5) 1,5 x 1,5 Loker (2) 0,6 x 1,8 Kursi (500) 0,65 x 1,05 Panggung (1) 6,0 x 18,0 4,4 0,72 0,9 0, ,6 11,25 2,16 341, ,97 m 2 + flow 100% = 60,0 m 2 40,95 m 2 + flow 40% = 57,3 m 2 HDIS 6,62 m 2 + flow 50% = 10,0 m 2 215,01 m 2 + flow 50% = 322,5 m 2 HDIS 449,25 m 2 + flow 50% = 673,9 m 2 HDIS Luas Fasilitas Kunjungan 1.162,7 m 2 (Sumber : Analisa Pribadi) 94

50 4. Fasilitas Penunjang Tabel 3.23 Besaran Ruang Fasilitas Penunjang Lobi Utama (300 orang) Lobi Kantor (20 orang) R. Istirahat (40 orang) Ruang Perabot (Jml) Luas (m 2 ) R. Makan Karyawan (150 orang) Mushola (20 orang) Wisma (15 orang) Kursi (50) 0,5 x 0,6 Area berdiri 2,0 m 2 /org Area berdiri 2,0 m 2 /org 40 Sofa (4) 1,9 x 3,0 Meja (4) 1,4 x 2,5 Kursi (24) 0,7 x 0,8 Meja (25) 1,4 x 2,5 Kursi (150) 0,7 x 0,8 Meja Saji (4) 1,0 x 2,0 Ibadah (20) 0,7 x 1,4 Wudhu (10) 0,9 x 1,2 Tempat Tidur (15) 1,0 x 2,2 Lemari Pakaian (15) 1,8 x 1,8 Kabinet (15) 0,6 x 0,6 Meja/ Kursi Makan (2) 2,6 x 4,5 Sofa (2) 22, ,44 87,5 84,0 8,0 19,6 10,8 33,0 48,6 5,4 23,4 Luas + Sirkulasi 515 m 2 + flow 50% = 772,5 m 2 40 m 2 + flow 50% = 60,0 m 2 50,24 m 2 + flow 40% Sumber = 70,3 m 2 HDIS 251,5 m 2 + flow 40% = 352,1 m 2 HDIS 30,4 m 2 + flow 30% = 39,5 m 2 165,0 m 2 + flow 40% = 231,0 m 2 HDIS 95

51 1,9 x 3,0 Lemari (2) 0,5 x 1,2 Shower (10) 0,9 x 1,4 Kloset (10) 1,0 x 1,5 Lavatory (10) 1,2 x 1,2 11,4 1,2 12,6 15,0 14,4 Luas Fasilitas Penunjang 1.525,4 m 2 (Sumber : Analisa Pribadi) 5. Fasilitas Servis Toilet Lavatory R. Bilas (5 unit) Pantry Tabel 3.24 Besaran Ruang Fasilitas Servis Ruang Perabot (Jml) Luas (m 2 ) Kloset (30) 1,0 x 1,5 Urinoir (20) 1,0 x 1,5 45,0 30,0 Lavatory (20) 1,2 x 1,2 28,8 Kloset (1) 1,0 x 1,5 Lavatory (1) 1,2 x 1,2 Shower (1) 0,9 x 1,4 1,5 1,44 1,26 Pantry (4) 1,25 x 3,0 15 Luas + Sirkulasi 75 m 2 + flow 30% Sumber HDIS = 95,5 m 2 28,8 m 2 + flow 30% HDIS = 37,4 m 2 21,0 m 2 + flow 30% = 27,3 m 2 15 m 2 + flow 30% Kitchen Dapur Set (1) 5,0 x 10,0 50,0 = 50 m 2 Gudang 12 m 2 /unit 60,0 = 60 m 2 Janitor 2 m 2 /unit 12,0 = 12 m 2 = 19,5 m 2 DA 96

52 Pos Keamanan R. Staf Kebersihan (15 orang) R. Staf Keamanan (15 orang) R. Staf Maintenance Bangunan (10 orang) R. Staf Maintenance Teleskop (10 orang) Meja (1) 1,2 x 2,4 Kursi (4) 0,7 x 0,8 Lemari (1) 0,5 x 1,2 Sofa (2) 1,9 x 3,0 Meja (1) 1,4 x 2,5 Kursi (6) 0,7 x 0,8 Loker (1) 0,6 x 1,8 Sofa (2) 1,9 x 3,0 Meja (1) 1,4 x 2,5 Kursi (6) 0,7 x 0,8 Loker (1) 0,6 x 1,8 Sofa (1) 1,9 x 3,0 Meja (1) 1,4 x 2,5 Kursi (6) 0,7 x 0,8 Loker (1) 0,6 x 1,8 Sofa (1) 1,9 x 3,0 Meja (1) 1,4 x 2,5 Kursi (6) 0,7 x 0,8 Loker (1) 0,6 x 1,8 2,88 2,24 0,6 11,4 3,5 3,36 1,08 11,4 3,5 3,36 1,08 5,7 3,5 3,36 1,08 5,7 3,5 3,36 1,08 5,72 m 2 + flow 30% = 7,4 m 2 HDIS 19,34 m 2 + flow 40% = 27,1 m 2 HDIS 19,34 m 2 + flow 40% = 27,1 m 2 HDIS 13,64 m 2 + flow 40% = 19,1 m 2 HDIS 13,64 m 2 + flow 40% R. Genset 50 m 2 /unit = 50 m 2 = 19,1 m 2 HDIS 97

53 Gardu PLN 20 m 2 /unit = 20 m 2 R.Panel 5 m 2 /unit = 30 m 2 R. Pompa 20 m 2 /unit = 20 m 2 Pembuangan Sampah Sementara 15 m 2 /unit = 15 m 2 Luas Fasilitas Servis 536,5 m 2 (Sumber : Analisa Pribadi) f. Studi Kebutuhan Luas Bangunan dan Lahan Tabel 3.25 Kebutuhan Luas Bangunan Fasilitas Luas Penelitian 1.722,3 m 2 Pengelolaan 411,7 m 2 Kunjungan 1.162,7 m 2 Penunjang 1.525,4 m 2 Servis 536,5 m 2 Sirkulasi 50 % 2.679,2 m 2 Luas Keseluruhan 8.037,9 m 2 (Sumber : Analisa Pribadi) Tabel 3.26 Studi Kebutuhan Area Parkir Persentase Kendaraan Pengunjung Perorangan Pengelola Peneliti Total Motor 1,0 x 2,0 Mobil 3,0 x 5,0 30% 30% Jumlah = 700 orang = 128 orang = 038 orang = 866 orang = 866 x 30% = 266 orang Diasumsikan, 1 motor = 2 orang t = 266 : 2 t = 133 motor = 876 x 30% = 266 orang Luas 266,0 m ,0 m 2 98

54 Pengunjung Instansi Bis 4,0 x 11,5 Diasumsikan, 1 mobil = 3 orang t = 263 : 3 t = 88,67 ~ 89 mobil = 300 orang Diasumsikan, 1 bus = 50 orang t = 300 : 50 t = 6 bus 276,0 m 2 Sirkulasi 100% Luas 3.754,0 m 2 (Sumber : Analisa Pribadi) Pada perhitungan kebutuhan luas area parkir untuk kompleks observatorium adalah 3.754,0 m 2. Namun, kompleks observatorium nantinya hanya akan menyediakan area parkir seluas 1.912,0 m 2. Jumlah tersebut didapat dari kebutuhan minimum untuk pengelola dan peneliti yang berjumlah 88 (50%) motor dan 52 (30%) mobil. Pembatasan dilakukan untuk mengantisipasi polusi udara yang dapat berdampak pada kegiatan observasi. Sedanngkan, kebutuhan area parkir sisanya diasumsikan berada di luar kompleks yang berjarak sekitar 500 meter. Selain kebutuhan area parkir, kebutuhan area outdoor yang perlu diperhitungkan adalah area plaza. Plaza outdoor ini disediakan untuk menampung pengunjung pada event tertentu, seperti open house maupun observasi gerhana atau fenomena lainnya yang memungkinkan lonjakan jumlah pengunjung. Berikut perhitungan luas yang dibutuhkan. 99

55 L. Plaza = area teleskop + area pengunjung + flow 50% = {(3,2 m 2 /unit x 16 unit)+(1,2 m 2 /org x org)}+flow 50% = {51,2 m m 2 } + flow 50% = 1.876,8 m 2 Luas Keseluruhan = L. Bangunan + L. Area Parkir + L. Plaza = 8.037,9 m ,0 m ,8 m 2 = ,7 m 2 Berdasarkan peraturan daerah terkait tata ruang, ketentuan untuk koefisien dasar bangunan (KDB) adalah 60% dan koefisien lantai bangunan (KLB) adalah 0,8. Karena observatorium astronomi ini juga memerlukan area terbuka hijau sebagai area penyangga, maka koefisien yang akan digunakan 0,5 untuk KLB dan 30% untuk KDB. Berikut perhitungan luas kebutuhan lahan dan luas lantai dasar. Luas Lahan = Luas Keseluruhan : KLB = ,7 m 2 : 0,5 = ,4 m 2 Luas Maksimal Lt. Dasar = Luas Lahan x KDB = ,4 m 2 x 30% = 7.096,0 m Analisa Pendekatan Sistem Bangunan Studi Sistem Struktur dan Enclosure a. Sistem Struktur 1. Struktur Bawah Pondasi Footplate 100

56 Pondasi umumnya digunakan untuk bangunan bertingkat atau bangunan di atas tanah lembek. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang dan letaknya tepat di bawah kolom. Pondasi footplate ini dapat dikombinasikan dengan pondasi batu kali. Pengaplikasiannya dapat langsung menggunakan sloof beton dengan dimensi tertentu untuk kepentingan pemasangan dinding. Kelebihan Pondasi ini lebih murah dari sisi biaya Galian tanah lebih sedikit Untuk bangunan bertingkat penggunaan pondasi footplate lebih handal daripada pondasi batu belah. Gbr 3.41 Pondasi Footplate (Sumber : belajarsipil.blogspot.co.id diakses 4 September 2016) Kekurangan Persiapan dan waktu pengerjaan lebih lama karena harus mempersiapkan bekisting dan menunggu beton kering. Tidak semua tukang bisa mengerjakannya. 101

57 Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah jenis pondasi dalam yang dicor di tempat dengan menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya. Kedalaman pondasi ini dapat mencapai 8 meter dengan berdiameter cm. Gbr 3.42 Pondasi Sumuran (Sumber : belajarsipil.blogspot.co.id diakses 4 September 2016) Kelebihan Alternatif penggunaan pondasi dalam, jika material batu banyak dan tidak dimungkinkan penggunaan tiang pancang. Dapat digunakan pada tanah dengan daya dukung yang rendah. Kekurangan Pemakaian bahan boros. Bagian dalam hasil pasangan pondasi tidak dapat dikontrol Tidak tahan terhadap gaya horizontal 102

58 Pondasi Tiang Pancang Pondasi tiang pancang adalah konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang pancang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang yang terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. Pelaksanaan pekerjaan pemancangan dapat menggunakan sistem diesel hammer atau hidraulik hammer. Pekerjaan tiang pancang dihentikan dan dianggap telah mencapai tanah keras jika pada 10 kali pukulan terakhir, tiang pancang masuk ke tanah tidak lebih dari 2 cm. Gbr 3.43 Pondasi Tiang Pancang (Sumber : belajarsipil.blogspot.co.id diakses 4 September 2016) Kelebihan Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras. Harga relatif murah bila dibanding pondasi sumuran. Karena dibuat dengan sistem pabrikasi, maka mutu beton terjamin. 103

59 Daya dukung tidak hanya pada ujung tiang, tetapi juga pada lekatan di sekeliling tiang. Pada penggunaan tiang kelompok (satu beban tiang ditahan oleh dua atau lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat. Kekurangan Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya. Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya jauh lebih mahal. Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan. 2. Struktur Tengah Struktur tengah yang mungkin digunakan adalah struktur rangka portal (frame structure). Struktur rangka sendiri adalah struktur yang terdiri atas elemen elemen linear, umumnya balok dan kolom yang saling dihubungkan pada ujungnya oleh titik hubung. Material yang digunakan dapat terbuat dari baja atau beton bertulang. Rangka Baja Struktur rangka baja terdiri dari balok induk, balok anak dan kolom baja struktural yang digunakan untuk membangun rangka. Baja struktural biasanya dipotong, dibentuk, dan dilubangi dalam 104

60 pabrik sesuai spesifikasi desain, hasilnya berupa konstruksi rangka struktural yang relatif cepat dan akurat. Baja struktural dapat dibiarkan terekspos pada konstruksi tahan api yang tidak terlindungi, tapi karena baja dapat kehilangan kekuatan secara drastis karena api, pelapis anti api dibutuhkan untuk memenuhi kualifikasi sebagai tahan api. Pada kondisi terekspos, ketahanan terhadap korosi juga dibutuhkan. Kelebihan Kuat tarik tinggi Gbr 3.44 Struktur Rangka dengan Material Baja (Sumber : alibaba.com diakses 4 September 2016) Tidak dimakan rayap, bisa di daur ulang Hampir tidak memiliki perbedaan nilai muai dan susut Dibanding beton lebih lentur dan lebih ringan. Kekurangan Bisa berkarat, tidak tahan api Lemah terhadap gaya tekan Tidak fleksibel seperti kayu yang dapat dipotong dan dibentuk berbagai profil 105

61 Rangka Beton Bertulang Gbr 3.45 Struktur Rangka dengan Material Baja (Sumber : kontraktor-gudang-pabrik.com diakses 4 September 2016) Penggunaan beton bertulang dalam konstruksi gedung sudah umum dilakukan. Beberapa keuntungan menggunakan beton bertulang antara lain kekuatannya menahan beban yang sangat tinggi, mudah dibentuk sesuai kebutuhan, keawetannya dan ketahanan terhadap api yang lebih baik dari struktur baja. Salah satu kekurangannya adalah bervariasinya kuat tekan beton yang sangat dipengaruhi oleh jenis, kualitas, dan komposisi material pembentuknya (aggregat, semen dan air), serta cara pengerjaannya. Proses pembentukan struktur beton bertulang dapat dilakukan di tempat (on site) atau dapat juga menggunakan beton precast. Ditinjau dari sistem penulangannya, dikenal beton bertulang biasa dan beton prategang (prestressed). Kelebihan Mampu menahan gaya tekan serta bersifat tahan terhadap korosi dan pembusukan. Beton mudah dicetak dan cetakannya dapat dipakai lebih dari sekali tergantung dari kualitas cetakan yang dibuat. 106

62 Kekurangan Beton dianggap tidak mampu menahan gaya tarik sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberikan tulangan baja sebagai penahan gaya tarik. Beton mempunyai sifat mengembang dan menyusut jika terjadi perubahan suhu sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retakan retakan. Beton bersifat getas sehingga harus dihitung dengan teliti agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa. 3. Struktur Atas Struktur Baja Konvensional Gbr 3.46 Struktur Baja Konvensional (Sumber : candraabadisteel.com diakses 4 September 2016) Baja konvensional banyak dipergunakan pada bangunan dengan bentang atap yang lebar. Baja konvensional ini menggunakan baja profil yang cukup tebal. Ada beberapa jenis profil yang tersedia, misal profil C, I, H, siku, atau bentuk lain seperti pipa dan persegi. Kelebihan konstruksi ini adalah waktu pengerjaan sangat cepat dan kekuatan lebih terjamin. 107

63 Sedangkan, kelemahan baja konvensional adalah beban konstruksi pada pondasi dan kolom menjadi berat. Struktur Rangka Batang (Space Truss) Sistem struktur yang menggunakan rangka batang tiga dimensi, di mana batang yang digunakan terbuat dari material yang kuat dan ringan. Space truss biasanya digunakan dalam struktur yang memiliki bentang panjang tanpa penyangga. Gbr 3.47 Struktur Rangka Batang (Space Truss) (Sumber : worldfortravel.com diakses 4 September 2016) b. Sistem Enclosure 1. Penutup Lantai Lantai Keramik Gbr 3.48 Lantai Keramik (Sumber : membangun-rumah8870.blogspot.co.id diakses 4 Sept 2016) Terbuat dari tanah liat yang dibakar dan dilapisi dengan glazur. Lantai jenis ini paling sering digunakan pada rumah 108

64 tinggal. Kelebihannya adanya banyak desain lantai keramik dan pilihan warna. Lantai Kayu Gbr 3.49 Lantai Kayu (Sumber : architecchi.com diakses 4 September 2016) Lantai kayu biasa digunakan pada desain bangunan tradisional, namun saat ini banyak muncul produk pabrikasi dari produk ini. Lantai kayu dari produk pabrikasi umumnya dapat dibedakan menjadi parket kayu solid / hard wood, paket lapis / engineered wood flooring, dan parket laminate. Kelebihannya adalah ringan dan menimbulkan kesan hangat pada ruangan. 2. Penutup Dinding Dinding batu bata Dinding bata merah terbuat dari tanah liat yang dibakar. Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan setengah batu (non struktural) dan satu batu (struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata setengah batu harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof/rollag, dan ringbalk yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan menahan/ menyalurkan beban struktural pada bangunan agar tidak 109

65 mengenai pasangan dinding bata. Sifat pada batu bata antara lain kuat, stabil dan tahan lama, tahan api, peredam suara yang baik, mudah didapat. Gbr 3.50 Dinding dari Batu Bata (Sumber : ideaonline.co.id diakses 4 September 2016) Dinding Bata Ringan / Hebel Gbr 3.51 Dinding dari Bata Ringan / Hebel (Sumber : architectaria.com diakses 4 September 2016) Material yang menyerupai beton dan memiliki sifat kuat, tahan air dan api, awet yang dibuat di pabrik menggunakan mesin. Dinding hebel dibuat dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gipsum, air, dan alumunium pasta sebagai bahan pengembang. Kelebihan dinding hebel adalah memiliki ukuran dan kualitas yang seragam, tidak memerlukan siar yang tebal, lebih ringan dari pada bata biasa, pelaksanaannya lebih cepat, 110

66 kedap air, kuat tekan yang tinggi, dan mempunyai ketahanan yang baik terhadap gempa bumi. 3. Penutup Atap Atap Genteng Tanah Liat Gbr 3.52 Atap Genteng Tanah Liat (Sumber : architectaria.com diakses 4 September 2016) Bahan untuk atap telah banyak digunakan pada rumah. Genteng ini terbuat dari bahan tanah liat dan bakar serta dipress. Genteng yang terbuat dari tanah liat ini membutuhkan rangka dalam pemasangannya. Genteng dapat dipasang dengan kemiringan tertentu. Atap Metal Atap metal dapat terbuat dari campuran bahan alumunium, silikon, dan seng yang dibentuk menjadi lembaran bergelombang. Keunggulannya, atap ini tahan sekali terhadap kebocoran meskipun dipasang dengan sudut 15 o sekalipun. Karena terbuat dari logam, maka atap ini bisa berkarat dalam kurun waktu tertentu apabila terkena air hujan terus-menerus. Belum lagi lingkungan perkotaan yang panas, bahan metal 111

67 sebagai konduktor yang baik akan menghantarkan panas matahari masuk ke dalam rumah. Gbr 3.53 Atap Metal Galvalum (Sumber : berridge.com diakses 4 September 2016) Studi Sistem Utilitas a. Sistem Distribusi Listrik Pasokan Daya Listrik dari PLN Fasilitas Transformator Genset Panel Lampu Darurat Panel Induk Meteran PLN Panel Kebakaran Bagan 3.7 Distribusi Pasokan Listrik (Sumber : Jimmy S. Juwana, Panduan Sistem Bangunan Tinggi) Instalasi jaringan listrik berasal dari PLN maupun pembangkit cadangan listrik, yang disiapkan mana kala pasokan daya listrik dari PLN terganggu. Jika aliran listrik PLN terhenti, pasokan daya listrik diambil dari pembangkit listrik cadangan atau genset, yang 112

68 digerakkan dengan mesin diesel. Daya listrik akan disalurkan pada panel distribusi yang umumnya dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu daya listrik untuk stop kontak, penerangan, perlengkapan atau peralatan bangunan. b. Sistem Pencahayaan Tiap ruang yang ada pada observatorium memiliki standar pencahayaan yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Menurut SNI , berikut standar pencahayaan untuk ruang yang ada pada observatorium. Tabel 3.27 Standar Pencahayaan Ruang Ruang Tingkat Pencahayaan (Lux) Ruang Tingkat Pencahayaan (Lux) Perkantoran : Perpustakaan 300 Ruang Kerja 350 Wisma : Ruang Rapat 300 Ruang Tidur 150 Ruang Arsip 150 Ruang Santai 200 Lobi/Hall 100 Ruang Makan 200 Laboratorium 500 Dapur 200 (Sumber : ciptakarya.pu.go.id diakses 21 Agustus 2016) Pencahayaan dalam gedung dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami dalam gedung dilakukan dengan memanfaatkan terang langit. Namun, intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruang juga perlu diperhatian agar cahaya yang masuk sesuai dengan kebutuhan, tidak terlalu redup atau silau. 113

69 Pencahayaan buatan digunakan untuk meengoptimalkan aktivitas pengguna yang membutuhkan intensitas dan sebaran cahaya yang merata dan sesuai dengan kebutuhan. Pada projek observatorium astronomi ini, pencahayaan buatan perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal ini dilakukan agar pemakaian pencahayaan buatan dapat lebih efektif dan efisien hingga tidak menimbulkan polusi cahaya yang dapat menghambat kegiatan observasi. Salah satu caranya dengan mengarahkan pencahayaan ke arah bawah, khususnya untuk area luar (outdoor). Gbr 3.54 Pencahayaan Buatan Terarah (Sumber : slideshare.com diakses 5 September 2016) c. Sistem Penghawaan Penghawaan adalah aliran udara di dalam ruang yang berupa proses pertukaran udara kotor dan udara bersih. Ada dua jenis sistem penghawaan, yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan. Penghawaan alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan yang disebabkan karena adanya perbedaan temperatur. Bila penghawaan alami tidak dapat diterapkan secara maksimal maka penggunakan penghawaan buatan menjadi salah satu alternatif yang ada. Penghawaan buatan dapat dibagi menjadi 114

70 mekanik dan non mekanik. Sistem mekanik umumnya menggunakan kipas angin, exhaust fan, ataupun inhaust fan. Sedangkan, sistem non mekanik biasanya menggunakan AC (Air Conditioner atau pengkondisian udara). Gbr 3.55 Macam-Macam Penghawaan Buatan (Sumber : ceruleancanvas.blogspot.com diakses 5 September 2016) d. Sistem Air Bersih dan Air Kotor Sumber air bersih didapat dari dua sumber antara lain dari PDAM dan air sumur, di mana air akan ditampung dalam ground water tank. Air dari ground water tank nantinya akan didistribusikan ke area yang membutuhkan air bersih dengan menggunakan sistem up feed ataupun down feed. Sumber Air Ground water tank Pompa Air Unit Distribusi Bagan 3.8 Distribusi Air Bersih dengan Sistem Up Feed (Sumber : Analisa Pribadi) Sumber Air Ground water tank Pompa Air Roof Tank Unit Distribusi Bagan 3.9 Distribusi Air Bersih dengan Sistem Down Feed (Sumber : Analisa Pribadi) 115

71 Sistem pembuangan air limbah merupakan sistem instalasi untuk mengalirkan air limbah yang berasal dari peralatan saniter maupun hasil buangan dapur. Pada umumnya, air limbah dapat dibedakan menjadi grey water dan black water. Grey water adalah air buang yang berasal dari aktivitas mencuci maupun mandi. Air limbah jenis ini dapat diolah untuk digunakan lagi. Sedangkan, black water adalah air buang yang berasal dari kloset / wc. Air Bersih Kamar Mandi Dapur Laundry Water Treament Kloset Taman Septic Tank Resapan / saluran umum Studi Pemanfaatan Teknologi a. Solar Panel Bagan 3.10 Distribusi Air Limbah (Sumber : Analisa Pribadi) Panel surya atau sering disebut fotovoltaik adalah perangkat yang mampu mengkonversi langsung cahaya matahari menjadi listrik. Panel surya disebut sebagai pemeran utama untuk memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya matahari yang sampai ke bumi, walaupun selain dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa dimaksimalkan energi panasnya melalui sistem solar thermal. 116

72 Panel Surya Solar Charger Controller Baterai Penyimpanan Daya Inverter Peralatan Elektronik (DC) Peralatan Elektronik (AC) b. Rainwater Harvesting Bagan 3.11 Rangkaian Sistem Solar Panel (Sumber : Analisa Pribadi) Atap Talang Air Bak Kontrol Filter Bak Penampungan Resapan / Saluran Kota Pompa Air Kloset, Taman, dll Bagan 3.12 Rangkaian Sistem Rainwater Harvesting (Sumber : Analisa Pribadi) Rainwater harvesting merupakan teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan, mengalirkan, menyimpan air hujan untuk digunakan kembali. Sistem ini memanfaatkan sumber daya air pada tapak yang mampu mengurangi limpasan air ke saluran kota. Keuntungan rainwater harvesting adalah menambah persediaan air, meningkatkan kelembaban dan air tanah, serta mengurangi kelebihan kapasitas saluran air kota. Sistem ini sangat bergantung 117

73 pada pasokan air hujan hingga sistem ini tidak dapat diandalkan pada musim kemarau. c. Grey Water Treatment Kamar Mandi Dapur Bak Kontrol Filter - Treament Laundry Bak Penampungan Resapan / Saluran Kota Kloset, Taman, dll Bagan 3.13 Rangkaian Sistem Grey Water Treatment (Sumber : Analisa Pribadi) Pengelolaan air sama halnya dengan pemeliharaan air yang harus dilakukan secara teratur. Pemeliharaan air atau yang biasa disebut water treatment dilakukan untuk menjaga agar siklus aliran air tetap berjalan dengan baik. Pada air limbah domestik yang dibedakan menjadi grey water dan black water. Pada prinsipnya pengolahan limbah bertujuan agar air dapat digunakan kembali misalnya untuk menyirami tanaman. Maka dari itu, meskipun air limbah telah terolah, nutriennya masih tetap ada yaitu nitrogen dan fosfor. 118

74 3.3 Analisa Konteks Lingkungan Analisa Pemilihan Lokasi a. Deskripsi Alternatif Lokasi 1. Kecamatan Blado Gbr 3.56 Kecamatan Blado, Batang (Sumber : batangkab.go.id diakses 17 Juni 2016) Kecamatan Blado merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Batang yang totalnya ada 15 kecamatan. Kecamatan Blado sendiri memiliki wilayah seluas 9.894,8 Ha yang mayoritas berfungsi sebagai hutan rakyat, 2.709,58 Ha. Secara administratif Kecamatan Blado berbatasan dengan Kecamatan Pecalungan di sebelah utara, Kecamatan Reban di sebelah timur, Kecamatan 119

75 Bandar di sebelah barat, dan Kabupaten Banjarnegara di sebelah selatan. Secara geografi, Kecamatan Blado berada di ketinggian antara mdpl dengan kemiringan antara 8% sampai lebih dari 40%, dan mayoritas berada di ketinggian mdpl. Keadaan tanah di Kecamatan Blado terdiri dari tanah jenis andosol dan latosol, di mana Ha dalam kondisi kritis dan potensial kritis. 2. Kecamatan Bawang Gbr 3.57 Kecamatan Bawang, Batang (Sumber : batangkab.go.id diakses 7 Agustus 2016) 120

76 Kecamatan Bawang merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Batang yang terdiri dari 20 desa atau kelurahan. Kecamatan Bawang sendiri memiliki wilayah seluas 7.765,88 Ha. Secara administratif Kecamatan Bawang berbatasan dengan kecamatan Tersono di sebelah utara, Kabupaten Kendal dam Wonosobo di sebelah timur, kecamatan Reban di sebelah barat, dan Kabupaten Banjarnegara di sebelah selatan. b. Kriteria Pemilihan Lokasi Lokasi untuk mendirikan sebuah observatorium memang tidak boleh ditentukan secara sembarangan. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebuah lokasi untuk observatorium. Menurut Ken Hudson dan Tom Simstad dalam The Share Astronomy Guide To Observatory Site Selection ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk sebuah observatorium bagi astronom amatir. Namun, kriteria tersebut bisa dijadikan dasar atau syarat minimal dalam menentukan lokasi sebuah observatorium, diantaranya. 1. Persentase Malam Cerah (Percentage of clear night) Pengamatan sangat dipengaruhi dengan kondisi dan kualitas langit malam. Sebuah fasilitas observatorium harus berada di lokasi dengan jumlah hari cerah sekitar 180 hari dalam setahun dan curah hujan di bawah mm/tahun. Namun, persyaratan tersebut mengacu pada standar untuk observatorium nasional hingga untuk projek ini masih bisa di bawahnya selama masih mendekati standar 121

77 tersebut. Di mana jika melihat kasus di Observatorium Bosscha, Lembang jumlah hari cerah ada di antara hari. 2. Tingkat Kegelapan Langit (Darkness of the sky) Tingkat kegelapan langit suatu daerah dapat ditentukan dengan menggunakan The Bortle Dark-Sky Scale dari John E. Bortle. Bortle mengelompokkan suatu daerah dalam skala satu sampai sembilan, yaitu skala 1 - langit gelap total, skala 2 - langit gelap, skala 3 - langit pedesaan, skala 4 - rural/suburban transisi, skala 5 - langit suburban, skala 6 - langit terang suburban, skala 7 - suburban/urban transisi, skala 8 - langit kota, dan skala 9 - langit tengah kota. Gbr 3.58 Ilustrasi Skala Bortle (Sumber : futurism.com/dark-sky-scale diakses 12 September 2016) 3. Faktor Astronomikal (Astronomical seeing) Aspek ini terkait dengan turbulasi atmosfir yang menyebabkan objek astronomi menjadi buram. Hal tersebut dipengaruhi oleh pola arah angin yang disebabkan perbedaan temperatur lapisan atmosfir, musim, maupun cuaca harian. Ketinggian lokasi dari permukaan laut juga mempengaruhi seeing suatu lokasi. Ketinggian minimal suatu fasilitas observatorium adalah 900 mdpl dan idealnya mdpl. 122

78 4. Transparansi Langit (Sky transparency) Transparansi langit menunjukkan seberapa bersih langit di suatu daerah. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan aerosol di udara. Aerosol sendiri adalah partikel kecil yang berupa partikel padat atau cair yang ada dalam udara. Contohnya asap, debu, polusi industry, dan kabut asap. 5. Kondisi Cuaca (Weather conditions) Kondisi cuaca yang disarankan berada di lokasi dengan selisih temperatur maksimum dan minimum dalam satu hari tidak lebih dari 8 o C dan kecepatan angin pada kisaran 50 knot (= 25,7 m/s). 6. Faktor Resiko (Future risk factor) Terkait dengan kemungkinan yang akan terjadi ke depannya, seperti perubahan cuaca, pola tata ruang, kemungkinan polusi cahaya dan udara, dan lain-lain. c. Pemilihan Lokasi Tabel 3.28 Analisa Pemilihan Lokasi Kriteria Clear Night - Jml hari cerah - Curah hujan Bobot Nilai hari Kec. Blado mm/thn hari Kec. Bawang mm/thn Darkness of the sky 30 skala skala Astronomical seeing - Ketinggian Sky Transparancy 20 Sedang 2 40 Kabut

79 Weather - Suhu 10 ^32 o ; v 23 o 3 30 ^21 o ; v 9 o Kelembaban 10 80% % 1 10 Future Risk Factor - Permukiman 5 Rendah 3 15 Sedang Tata ruang 5 Tani, rumah 3 15 Tani, wisata Polusi cahaya 5 Minim 2 10 sedang Polusi udara 5 Minim 2 10 Minim 2 10 Total Nilai (Sumber : Analisa Pribadi) Analisa Pemilihan Tapak a. Deskripsi Alternatif Tapak 1. Dukuh Wonopriyo, Desa Gerlang Gbr 3.59 Desa Gerlang, Batang (Sumber : batangkab.go.id diakses 21 Agustus 2016) Desa Gerlang berada di wilayah Kecamatan Blado, Kabupaten Batang yang terletak di sisi barat daya. Desa Gerlang merupakan bagian dari wilayah pegunungan kawasan wisata Dieng. Desa ini berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Banjarnegara dan 124

80 terdiri dari 7 dukuh yaitu Sidongkal, Kayuabang, Watulembu, Gerlang, Kradenan, Wonopriyo dan Gunungalang. Gbr 3.60 Lokasi Tapak Alternatif 1 (Sumber : dok. pribadi, 2016) Desa Gerlang merupakan desa penghasil kentang terbesar di kabupaten Batan sehingga pembangunan di desa ini cukup berkembang. Namun, potensi tersebut tidak didukung dengan akses jalan yang memadai. Padahal jalan tersebut juga merupakan jalur alternatif penghubung tiga kabupaten yaitu Batang, Banjarnegara dan Wonosobo. Gbr 3.61 Kondisi Jalan menuju tapak (Sumber : dok. pribadi, 2016) Sebenarnya jalan sudah diaspal sejak lama, namun karena yang dilewati adalah pegunungan yang sering hujan dan selalu 125

81 basah tanahnya maka jalan beraspal itupun tidak tahan lama. Akhirnya pada tahun 2009, Pemerintah Kabupaten Batang berinisiatif untuk membangun jalan beton yang tahan air dan bisa bertahan lama. Gbr 3.62 Kondisi Tapak (Sumber : dok. pribadi, 2016) Gbr 3.63 Kondisi Tapak (Sumber : dok. pribadi, 2016) Tapak berada di kawasan perkebunan dan hutan lindung. Di mana flora di kawasan tersebut didominasi dengan pohon pinus, damar, sengon, suren dan tanaman produksi seperti kentang, bawang, kubis, dan umbi-umbian. Sedangkan untuk kondisi cuaca dan iklim di sekitar lokasi tapak relatif dingin dengan suhu udara antara 20 o 35 o C. Pada waktu tertentu di musim hujan khususnya, lokasi tapak dapat dikelilingi oleh kabut yang cukup tebal dan angin yang cukup kencang. 126

82 2. Desa Keteleng, Kecamatan Blado Gbr 3.64 Desa Keteleng, Kecamatan Blado (Sumber : batangkab.go.id diakses 21 Agustus 2016) Daerah ini dikenal dengan perkebunan tehnya, miliki PT. Pagilaran, yang berada di kaki Gunung Kemulan, Batang. Daerah ini memiliki bentang alam dengan ketinggian antara mdpl dan kemiringan o. Selain itu, daerah ini memiliki udara yang sejuk dengan kebun teh seluas ha. Mayoritas perkebunan teh tersebut merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda yang pengelolaan atas hak guna lahan tersebut dipegang Yayasan Fakultas Pertanian UGM Jogjakarta. Gbr 3.65 Lokasi Tapak Alternatif 2 (Sumber : dok. pribadi, 2016) 127

83 Kondisi cuaca dan iklim di lokasi tapak cukup sejuk dengan suhu rata-rata 21 o 25 o C pada siang hari dan dapat mencapai 15 o 18 o celsius pada malam hari. Jenis vegetasi di sekitar tapak didominasi oleh tanaman teh dan beberapa pohon gamal, pinus, maupun cemara. Gbr 3.66 Kondisi Jalan menuju tapak (Sumber : dok. pribadi, 2016) Gbr 3.67 Kondisi Sekitar Tapak (Sumber : dok. pribadi, 2016) Gbr 3.68 Kondisi Sekitar Tapak (Sumber : dok. pribadi, 2016) 128

BAB IV PROGRAM ARSITEKTUR UNTUK PROJEK OBSERVATORIUM ASTRONOMI

BAB IV PROGRAM ARSITEKTUR UNTUK PROJEK OBSERVATORIUM ASTRONOMI BAB IV PROGRAM ARSITEKTUR UNTUK PROJEK OBSERVATORIUM ASTRONOMI 4.1 Konsep Program 4.1.1 Aspek Citra Arsitektural a. Mewujudkan citra arsitektural yang unik dan inovatif sebagai bagian dari penerapan gaya

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar Mengacu pada TOR sayembara, performance arsitektur diharapkan dapat tampil sebagai sebuah karya arsitektur yang mengandung kriteria: Mengangkat kearifan lokal / local genius

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PENDEKATAN ARSITEKTUR PANTI ASUHAN TERPADU DI KOTA SEMARANG

BAB III ANALISA PENDEKATAN ARSITEKTUR PANTI ASUHAN TERPADU DI KOTA SEMARANG BAB III ANALISA PENDEKATAN ARSITEKTUR PANTI ASUHAN TERPADU DI KOTA SEMARANG 3.1 Analisa Pendekatan Arsitektur 3.1.1 Studi Aktivitas a. Pengelompokan Aktivitas Terdapat beberapa aktivitas yang terdapat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Pelaku Kegiatan Pengguna bangunan terminal adalah mereka yang secara langsung melakukan ativitas di dalam terminal

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

Pengembangan Terminal Bandar Udara Tunggul Wulung

Pengembangan Terminal Bandar Udara Tunggul Wulung BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BANDAR UDARA TUNGGUL WULUNG CILACAP 5.1. Dasar Studi Besaran Studi besaran ruang lebih terinci dan dianalisa berdasarkan standar dan asumsi.

Lebih terperinci

Jumlah Luasan (m²) Ruang Nama Ruang Kapasitas Standart Kapasitas Sirkulasi. (260m²) 3 Bus. 30 m²/bus. (650 m²)

Jumlah Luasan (m²) Ruang Nama Ruang Kapasitas Standart Kapasitas Sirkulasi. (260m²) 3 Bus. 30 m²/bus. (650 m²) 2.4 Kebutuhan Ruang 2.4.1 Kuantitatif Besarnya ruang dan jumlah ruang diperngaruhi oleh kapasitas dalam ruangan dan jumlah penggunan dalam suatu ruangan. Perhitungan standar besaran ruang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perencanaan dan perancangan Wisma Atlet Jatidiri Semarang bertujuan untuk mendapatkan suatu rancangan sarana beristirahat atlet yang mewadahi

Lebih terperinci

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO 6.1.PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Tapak Tapak yang digunakan adalah tapak existing Asrama Universitas Diponegoro, dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERANCANGAN DAN PERENCANAAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM DASAR PERANCANGAN DAN PERENCANAAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM DASAR PERANCANGAN DAN PERENCANAAN ARSITEKTUR Program dasar perencanaan dan perancangan Pool Hall merupakan sebuah hasil dari kesimpulan menyeluruh dan berfungsi sebagai pemandu desain International

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Data Proyek Gambar 5.1 RUTRK Tapak Luas Lahan : 10.150 m 2 KDB : 20% x 10.150 m 2 = 2.030 m 2 KLB : 2,5 x 10.150 m 2

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Kebutuhan Luas Ruangan Gedung Asrama Putri Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Unit 2 orang 12,25 m 2 / kmr Asumsi

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERANCANGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V PROGRAM PERANCANGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB V PROGRAM PERANCANGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO 5.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN Program dasar perencanaan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro terdiri dari program ruang dan daya

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. KONSEP PERUANGAN 1. Konsep Kebutuhan Ruang Berdasarkan analisa pola kegiatan dari pelaku pusat tari modern, mak konsep kebutuhanruang pada area tersebut adalah

Lebih terperinci

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya. 6.1 KONSEP ZONASI 5.1.1 Zonasi Bangunan zona. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Zonasi pada bangunan mengikuti prinsip sanga mandala dan dibagi menjadi 9 Gambar 5. 2 Pembagian 9 Zona Sanga Mandala

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR 131/ BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TUGAS AKHIR 131/ BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan 5.1.1. Konsep Kinerja Bangunan Sistem Distribusi Listrik Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama atau trafo.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN Sekolah Alam di Kabupaten Gunungkidul memiliki karakter yang kuat dan khas, yang mencirikan alam di wilayah pengunungan batuan karst

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai. BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya tentang analisis maka ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

PERABOT ANAK. Sumber : _ html

PERABOT ANAK. Sumber : _ html LAMPIRAN 200 ANAK Sumber : http://renopia.en.ec21.com/toy_piano_digital_piano_musical-- 3691712_4713603.html Pink : Origin : Korea, Brand : Spendid Junior Coklat : Origin : China, Brand : December Dimensi

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Program Tabel 6.1 Program Redesain Terminal Terboyo KELOMPOK RUANG LUASAN Zona Parkir Bus AKDP-AKAP

Lebih terperinci

Dimensi Ruang Minimum* 1. R. Duduk dan makan. Pengguna Ruang. Penghuni apartemen

Dimensi Ruang Minimum* 1. R. Duduk dan makan. Pengguna Ruang. Penghuni apartemen Program Apartemen Unit hunian tipe studio (1-2 orang) Standar * 1. R. Duduk dan makan Interaksi sosial, menerima tamu, makan Sofa/kursi, coffee table, TV, meja dan kursi makan 7 m 2 Julius Panero, Manusia

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP 5.1 Dasar Pendekatan Kolam Renang Universitas Diponegoro merupakan kolam renang tipe C. Program perencanaannya berdasarkan pada tinjauan

Lebih terperinci

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK 4.1. Profil Proyek Perencanaan Hotel Wisma NH berada di jalan Mapala Raya no. 27 kota Makasar dengan pemilik proyek PT Buanareksa Binaperkasa. Di atas tanah seluas 1200 m2

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program perencanaan dan perancangan merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan. Hasil ini berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo merupakan tempat dimana anak-anak terlantar dapat tinggal, terpenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Asrama Mahasiswa Binus University merupakan bangunan hunian yang bersifat sosial, edukatif dan tidak komersial.

Lebih terperinci

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. PENDEKATAN ASPEK FUNGSIONAL 4.1.1. Studi Pelaku Kegiatan Galeri Batik berskala Kawasan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat kota Pekalongan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 47 BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan terdiri atas kelompok ruang, program ruang, dan tapak terpilih. Kelompok ruang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang a. Aktivitas Utama Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Pendekatan Aspek Fungsional 5.1.1. Pendekatan Fasilitas Pusat Seni Budaya Rakyat Borobudur ini akan menyediakan fasilitas sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut : BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang digunakan pada Pasar Modern adalah mengutamakan konsep ruang dan sirkulasi dalam bangunannya,

Lebih terperinci

MUSEUM ZOOLOGI DI KOTA SEMARANG

MUSEUM ZOOLOGI DI KOTA SEMARANG MUSEUM ZOOLOGI DI KOTA SEMARANG Oleh : Anisa Yuanita Damayanti, Djoko Indrosaptono, Dhanoe Iswanto Kota Semarang yang merupakan sebuah ibukota Provinsi di Jawa Tengah adalah sebuah kota yang tengah tumbuh

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID BAB V PROGRAMMING 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program Kelompok Kapasitaiber Perhitungan Un- Sum- Luas No (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID Masjid 1000 Jumlah

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BATIK INDONESIA

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BATIK INDONESIA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BATIK INDONESIA 5.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 5.1.1 PROGRAM RUANG a. Kelompok Penerima Tabel 5.1 Kelompok Penerima JENIS RUANG KAPASITAS LUAS Parkir Pengelola

Lebih terperinci

BAGIAN DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAGIAN DESKRIPSI HASIL RANCANGAN a. Property Size Bangunan Karst Research Center memiliki property size sebagaimana tertulis pada tabel 5.1 di bawah ini. Tabel 5.1 Property Size Karst Research Center Semi- Basement Ground Floor 1st Floor

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb : BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG 4.1. Program Ruang Besaran ruang dan kapasitas di dalam dan luar GOR Basket di kampus Undip Semarang diperoleh dari studi

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 1

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manajemen bila ditinjau sebagai suatu proses adalah merupakan suatu rangkaian tahap kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat

Lebih terperinci

Jumlah total besaran luas fasilitas umum Pengunjung = Pengelola = 176 Total =

Jumlah total besaran luas fasilitas umum Pengunjung = Pengelola = 176 Total = a. Penentuan konsep besaran ruang (1) Kebutuhan dan besaran ruang parkir - Pengunjung Kapasitas pengunjung yang datang perhari, serta luasan tapak untuk menampung kendaraan yang diparkir, maka : 30 % menggunakan

Lebih terperinci

BAB II Manusia, Aktifitas dan Ruang

BAB II Manusia, Aktifitas dan Ruang BAB II Manusia, Aktifitas dan Ruang Setelah mendapatkan data dan menganalisisnya, hal yang kami lakukan selanjutnya adalah merancang program ruang. hal yang pertama yang kami lakukan adalah mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Dasar dari perancangan Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat ini disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Program Dasar Perencanaan mengenai Stasiun KA Merak ini didasarkan pada pendekatan yang telah dilakukan pada bab

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide Awal Ide awal rancangan bangunan perpustakaan ini adalah bangunan sebagai fitur taman. Masyarakat yang menggunakan ruang terbuka kota/taman Maluku ini dapat sekaligus menggunakan

Lebih terperinci

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perancangan 6.1.1 Program 1. Kelompok Kendaraan Tabel 6.1 Kelompok Kendaraan Emplasement kedatangan Bus AKAP Bus AKDP Angkuta Angkudes Emplasement

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perencanaan Di lihat dari kenyataan yang sudah ada beberapa permasalahan yang ada pada terminal bus Terminal Kabupaten Tegal Slawi sekarang

Lebih terperinci

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bab kali ini akan membahas penyelesaian persoalan perancangan dari hasil kajian yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Kajian yang telah dielaborasikan menjadi

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 28 Pusat Rehabilitasi Bagi Pengguna Narkoba Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Pelaku dan Kegiatan. Konsep Pelaku Pelaku kegiatan yang beraktivitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Program perencanaan dan perancangan Terminal Tipe B di Kawasan Stasiun Depok Baru merupakan hasil analisa dari pendekatan-pendekatan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN VI. 1. Konsep Perencanaan VI.1.1. Konsep Perencanaan Programatik Konsep Perencanaan Programatik akan membahas pokok bahasan yang terdiri dari Analisis Sistem Lingkungan,

Lebih terperinci

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Rancangan Tapak Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perencanaan dan perancangan Galeri Lukisan di Semarang ini bertujuan untuk mewujudkan suatu rancangan galeri lukisan dengan kelengkapan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

BAB VII PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG KULIAH SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB VII PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG KULIAH SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB VII PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG KULIAH SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO 7.1 Program Ruang Pembagian ruang disini dibedakan sesuai dengan kelompok jenis kegiatan dan fungsinya,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perencanaan dan perancangan Gedung Sinepleks di Kota Semarang bertujuan untuk mewujudkan suatu rancangan fasilitas hiburan dan rekreasi

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA III.1 INTERPRETASI TEMA Urban yang berarti kota sering diinterpretasikan sebagai ruang tempat berbagai aktifitas manusia berlangsung dengan hiruk pikuknya. Tempat dengan berbagai

Lebih terperinci

1. Penumpang ANALISA LAHAN PABRIK KARET. 2. Pengunjung 3. Pengantar. 6. Pedagang / penyewa stan JEMBATAN SUTOYO JALAN SUTOYO PEMUKIMAN

1. Penumpang ANALISA LAHAN PABRIK KARET. 2. Pengunjung 3. Pengantar. 6. Pedagang / penyewa stan JEMBATAN SUTOYO JALAN SUTOYO PEMUKIMAN LATAR BELAKANG Sektor transportasi merupakan salah satu hal terpenting mencapai standar kehidupan tinggi. Dan transportasi mempunyai peranan penting memantapkan perwujudan dan perkembangan kawasan kota

Lebih terperinci

Bab IV. Konsep Perancangan

Bab IV. Konsep Perancangan Bab IV. Konsep Perancangan 4. 1 Kosep Dasar Konsep dasar perancangan perpustakaan ini adalah bangunan yang memperhatikan kenyamanan penggunanya serta mencerminkan fungsinya baik sebagai bangunan perpustakaan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BISNIS BINTANG 4

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BISNIS BINTANG 4 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BISNIS BINTANG 4 5.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 5.1.1. Program Ruang Tabel 5.1.Rekapitulasi Program Ruang Hotel Bisnis No Ruang Kapasitas Luas KELOMPOK KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Heri Priana / Rusunawa di Otista

BAB IV ANALISA. Heri Priana / Rusunawa di Otista BAB IV ANALISA 4.1 Analisa Fisik Analisa Fisik merupakan analisa terhadap penempatan bangunan untuk mendapatkan data yang dapat dijadikan pedoman dalam perancangan sehingga bangunan menjadi tepat sasaran

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR

BAB III ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR BAB III ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR 3.1 Analisa Pendekatan Arsitektur 3.1.1 Studi Aktivitas Berbagai aktivitas yang terjadi pada Sekolah Tinggi Pariwisata di Kota Semarang ini akan dikelompokan

Lebih terperinci

/ N/1 \ BAB 3. TEKNIS FUNGSIONAL

/ N/1 \ BAB 3. TEKNIS FUNGSIONAL / N/1 \ BAB 3. TEKNIS FUNGSIONAL I m Perpustakaan mempunyai cakupan pengguna terbatas pada anak dengan tingkatan usia 5-15 tahun atau anak dengan tingkat pendidikan antara TK - SMP, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman BAB VI HASIL PERANCANGAN 1.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Eduwisata Kakao di Glenmore Banyuwangi mempunyai dasar tema Arsitektur Ekologis dengan mengacu pada ayat Al-quran. Tema Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Dasar dari perencanaan dan perancangan Kostel (kos-kosan hotel) dengan penerapan arsitektur berkelanjutan hemat energi: Rancangan

Lebih terperinci

PENGENALAN OBJEK. SIDANG TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI MODE SURABAYA Tema HAUTE COUTURE Cherry Candsevia Difarissa

PENGENALAN OBJEK. SIDANG TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI MODE SURABAYA Tema HAUTE COUTURE Cherry Candsevia Difarissa PENGENALAN OBJEK LATAR BELAKANG PEMILIHAN OBJEK Perkembangan dunia mode yang begitu pesat, kompetitif dan selalu berubah Mode menjadi salah satu gaya hidup (lifestyle) Antusiasme masyarakat terhadap mode

Lebih terperinci

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL 5.1. Pendekatan Perancangan 5.1.1. Kelompok Pelaku Kegiatan Pelaku yang ada di Terminal Bus Bahurekso yaitu: a) Pemimmpin

Lebih terperinci

6.1 Program Dasar Perencanaan

6.1 Program Dasar Perencanaan BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TIDAR DI KOTA MAGELANG 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Kelompok Ruang Luar ruangan (m 2 ) A. Kelompok Ruang Luar 1 - Area Penurunan Penumpang

Lebih terperinci

BAB V 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Pusat Rehabilitasi Medik ini adalah menciptakan suasana nyaman yang membuat pasien merasa baik. Artinya jika pasien merasa baik, maka pasien akan lebih

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku

Lebih terperinci